bab i_pendahuluan

5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat serta kesadaran pentingnnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada permintaan produk hewani, contoh dari produk hewani adalah daging dan susu. Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah. Susu sangat mudah rusak dan tidak tahan lama disimpan kecuali telah mengalami perlakuan khusus. Pencegahan susu agar tidak rusak sebelum dikonsumsi dapat dilakukan dengan pengolahan seperti pasteurisasi dan sterilisasi. Untuk lebih lanjut dapat dibuat produk olahan susu seperti susu bubuk, skim, susu kental, keju, mentega, es krim, yoghurt, 1

Upload: deaputriprinandya

Post on 02-Feb-2016

230 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pendahuluan pkl

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I_pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat serta kesadaran

pentingnnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada permintaan

produk hewani, contoh dari produk hewani adalah daging dan susu.

Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah

menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah. Susu

sangat mudah rusak dan tidak tahan lama disimpan kecuali telah mengalami

perlakuan khusus.

Pencegahan susu agar tidak rusak sebelum dikonsumsi dapat dilakukan

dengan pengolahan seperti pasteurisasi dan sterilisasi. Untuk lebih lanjut dapat

dibuat produk olahan susu seperti susu bubuk, skim, susu kental, keju,

mentega, es krim, yoghurt, kefir dan lain-lain. Salah satu industri pengolohan

susu di Jawa Tengah adalah CV. Cita Nasional yang terletak di Salatiga.

Kegiatan utamanya adalah menampung susu dari peternak yang dikumpulkan

melalui KUD Cepogo, KUD Banyumanik dan KUD Andini Semarang,

kemudian susu tersebut diolah menjadi suatu produk yang berkualitas

diantaranya adalah susu pasteurisasi dan yoghurt. Dalam pengolahan susu

segar, tentunya akan menghasilkan limbah industri yang harus diolah.

1

Page 2: Bab I_pendahuluan

Limbah industri sering kali menimbulkan permasalahan, karena dapat

mengganggu kesehatan manusia, menimbulkan kerugian materi, kerusakan

lingkungan hidup biologi. Untuk itu diperlukan alternatif lain yang lebih

menguntungkan. Pada industri pengolahan susu, limbah yang dihasilkan

tidak berbeda dengan limbah industri yang lain, tetapi limbah pabrik susu

memiliki kerentanan terhadap serangan mikroba atau dengan kata lain cepat

sekali mengalami pembusukkan.

Volume air limbah yang dihasilkan setiap pabrik susu sangat

bervariasi. Pada pabrik susu dasar volume air limbah mencapai 3.9 liter/kg

produk susu dan untuk pabrik susu terpadu adalah 11.2 liter/ kg produk. Untuk

Indonesia rata-rata volume yang dihasilkan dari sebuah pabrik susu adalah 2

ltr/kg produk susu. Air limbah industri susu mengandung kadar organik

yang cukup tinggi tetapi mudah terurai. Kadar BOD pada air limbah susu

(400-9.440 mg/l) dan COD (360-15.300 mg/l). Perbandingan BOD dan COD

setiap pabrik bervariasi namun secara umum adalah 1,75:1. Limbah sludge

dihasilkan dari proses penyaringan pada saat produksi dan pembersihan IPAL

(Kementerian Lingkungan Hidup, 2006).

Limbah padat pabrik susu berupa sludge mengandung bahan organik

(C, N, P dan K) yang sangat bermanfaat untuk perbaikan tingkat

kesuburan tanah. Limbah pabrik susu dapat memperbaiki sifat fisik, kimia

2

Page 3: Bab I_pendahuluan

dan biologi tanah. Penggunaan limbah pabrik susu sebagai bahan pupuk,

dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan (Nihayati dan Siswanto, 1998).

B. Tujuan

Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah bertujuan

untuk mengetahui tahapan proses pengolahan limbah padat dan cair dari awal

hingga akhir di CV. Cita Nasional.

C. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam kegiatan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) ini adalah mengetahui secara langsung pengolahan pada

proses pengolahan limbah padat dan cair dari awal hingga akhir di CV. Cita

Nasional.

3