bab i,ii,iii kpd

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel epitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen. Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini premature terjadi pada 1 % kehamilan. Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone yang merangsang aktivitas matriks degrading enzyme.

Upload: defi-pazdila

Post on 01-Jul-2015

4.418 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I,II,III KPD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan

korion yang sangat erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti sel

epitel, sel mesenkim dan sel trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen.

Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air ketuban dan melindungi janin terhadap

infeksi.

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.

Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban

pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan

hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.

Ketuban pecah dini premature terjadi pada 1 % kehamilan. Pecahnya selaput

ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen

matriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin

dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban

dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein hormone

yang merangsang aktivitas matriks degrading enzyme.

1.2Tujuan Penulisan

Untuk memenuhi tugas mata kuliah askeb IV

Tujuan khusus

Menambah pengetahuan bagi mahasiswa mengenai obstetri patologis

Ketuban Pecah Dini.

Mengembangkan kreatif mahasiswa dalam membuat makalah.

Dapat berguna bagi yang membaca dikemudian hari.

1.3Ruang Lingkup

Penulisan makalah ini memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan saling

berhubungan satu dengan yang lainnya. Ini merupakan pembahasan mengenai

Page 2: BAB I,II,III KPD

“Ketuban Pecah Dini”. Mencakup penjelasan mengenai pengertian, diagnosa,

komplikasi, penatalaksanaan dan contoh kasus ketuban pecah dini

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data adalah

studi kepustakaan atau litelatur untuk memperoleh bahan bacaan ilmiah yaitu

mempelajari buku-buku sumber yang sangat membantu penulisan makalah ini dan

juga mencari data melalui penjelajahan di dunia maya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun secara sistematik,

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.3 Ruang Lingkup

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN MATERI

2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini

2.2 Etiologi

2.3 Diagnosis

2.4 Pengaruh KPD

2.5 Komplikasi

2.6 Penatalaksanaan

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

3.2 Management Kebidanan Pada Ibu Hamil

Dengan Ketuban Pecah Dini

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: BAB I,II,III KPD

BAB II

TINJAUAN MATERI

2.1 Pengertian

Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses

persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu

( Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).

Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan

berlangsung (Manuaba, 2002)

Ketuban pecah dini atau spontaneous / early / premature rupture of the

membrane (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum in partu, yaitu bila

pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm

(Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)

2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini

Menurut Ben-Zion Taher , M.D (1994) disebabkan oleh :

1. Inkompetensia serviks

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada

otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,

sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu

menahan desakan janin yang semakin besar.

Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan

laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan

congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan

tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau

awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput

janin serta keluarnya hasil konsepsi ( Manuaba 2002 )

Page 4: BAB I,II,III KPD

2. Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan

dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

b. Gemelli

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada

kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga

menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini

terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung

(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang

menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.

( Abdul Bari, Saifudin. 2002 )

c. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan

dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over

distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga

menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,

tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput

ketuban mudah pecah. ( Winkjosastro, Hanifah, 1999 ).

d. Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000

mL. uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.

Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara

berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan

uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja.

3. Kelainan letak

Misalnya pada letak sungsang dan lintang.

Page 5: BAB I,II,III KPD

4. Korioamnionitis

Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran

organism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnya

selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.(Ben-Zion Taher , M.D 1994)

5. Penyakit infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang

meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan

terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik

sehingga memudahkan ketuban pecah.

2.3 Diagnosis

Pastikan selaput ketuban pecah.

Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.

Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit,

tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.

Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah

janin atau meminta pasien batuk atau mengedan.

Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin

tes ), jika lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan

ketuban ( alkalis ). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes

yang positif palsu. pH air ketuban 7 – 7,5

Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan

dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan

amniom dan gambaran daun pakis.

Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.

Tentukan ada tidaknya infeksi.

Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan

ketuban keruh dan berbau.

Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.

Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intra

uterin.

Page 6: BAB I,II,III KPD

Tentukan tanda-tanda persalinan.

Tentukan adanya kontraksi yang teratur

Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif

( terminasi kehamilan )

Diagnosis Cairan Vagina

Gejala dan tanda selalu

ada

Gejala dan tanda

kadang-kadang ada

Diagnosis

kemungkinan

Keluar cairan ketuban Ketuban pecah tiba-

tiba

Caiaran tampak di

introitus

Tidak ada his dalam 1

jam

Ketuban pecah dini

Cairan vagina berbau

Demam atau

menggigil

Nyeri perut

Riwayat keluarnya

cairan

Uterus nyeri

DJJ cepat

Perdarahan pervaginam

sedikit

Amnionitis

Cairan vagina berbau

Tidak ada riwayat

ketuban pecah

Gatal

Keputihan

Nyeri perut

Disuria

Vaginitis atau servisitis

Cairan vagina berdarah Nyeri perut

Gerak janin berkurang

Perdarahan banyak

Perdarahan antepartum

Cairan berupa darah

lendir

Pembukaan dan

penipisan tipis

Ada his

Awal persalinan aterm

atau preterm

Page 7: BAB I,II,III KPD

2.4 Pengaruh KPD

1. Terhadap Janin

Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin

sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,

vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas dan

morbiditas perinatal.

2. Terhadap Ibu

Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila

terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau

nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena

terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat

dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya.

2.5 Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia

kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,

hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau

gagalnya persalinan normal. (buku ilmu kebidanan 2008 hal. 678)

IUFD

Persalinan Prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten

tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah

ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.

Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi

Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu

terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.

Page 8: BAB I,II,III KPD

Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini

premature, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder

pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.

Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat

hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin

dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Syndrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta

hipoplasi pulmonal.

2.6 Penatalaksanaan

Konservatif

Rawat di rumah sakit

Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio

plasenta

Jika ada tanda-tanda infeksi ( demam dan cairan vagina berbau ), berikan

antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis

Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu

Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin

Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250

mg per oral 3x perhari selama 7 hari.

Jika usia kehamilan 32-37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri

dexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi

tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.

Jika usia kehamilan sudah 32-37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi

maka berikan tokolitik, dexametason, dan induksi setelah 24 jam.

Page 9: BAB I,II,III KPD

Aktif

Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin

Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram

– 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.

Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan

diakhiri.

Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :

1.      Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu

apakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.

2.     Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan

pengukuran  per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.

Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini

< dari 37 minggu > dari 37 minggu

Infeksi Tidak ada infeksi infeksi Tidak ada infeksi

Diberikan

penicillin,

gentamicin dan

metronidazol

Amoxillin+

eritromicin untuk 7

hari

Diberikan

penicillin,

gentamicin dan

metronidazol

Lahirkan bayi

Lahirkan bayi Steroid untuk

pematangan paru

Lahirkan bayi Berikan penicillin

atau ampicillin

Antibiotika setelah persalinan

Profilaksis Ada infeksi Tidak ada infeksi

Stop antibiotik Lanjutkan untuk

24-48 jam setelah

bebas panas

Tidak perlu antibiotik

Penatalaksanaan lanjutan

1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului

kondisi ibu yang menggigil.

Page 10: BAB I,II,III KPD

2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum aw itan

persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal.

pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu

dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat

kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi

uteri.

3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan

juga hal-hal berikut:

a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa

b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda

c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan

5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran

jelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuh

akibat dehidrasi.

Page 11: BAB I,II,III KPD

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Ny. A berusia 23 tahun G1P0A0, datang ke Puskesmas Kec. Tebet tanggal 07

Maret 2011, Pukul 04.00 WIB dalam kondisi air ketuban sudah merembes keluar

(pecah ketuban) 30 menit sebelum ke puskesmas, tetapi belum ada pembukaan. Usia

kehamilan klien adalah 37 minggu, HPHT 16 Juni 2010 . Tanggal perkiraan lahir

adalah 23 Maret 2011 .

3.2 MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Ibu G1P0A0 Hamil : 37 minggu

Datang ke Puskesmas Kec. Tebet : Tanggal 07 Maret 2011, Pukul 04.00 WIB

Keluhan : Keluar air-air sejak pukul 03.30

I. PENGKAJIAN

Pada Tanggal : 07 Maret 2011 Pukul : 04.00 WIB

A. Anamnesa

Nama Klien : Ny. A Nama Suami : Tn. B

Umur : 23 tahun Umur : 26 tahun

Kebangsaan : Indonesia Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta

Page 12: BAB I,II,III KPD

Alamat Kantor : - Alamat Kantor : Pancoran Barat

Alamat Rumah : Jl. Menteng Dalam Alamat Rumah : Jl. Menteng Dalam

B. Riwayat Menstruasi

Menarche: 11 tahun

Hari Pertama Menstruasi yang Terakhir: 16 Juni 2010.

Lamanya: hari. Banyaknya: 3-4 x ganti pembalut.

Siklus: 28 hari, teratur. Konsistensi cair.

Dismenore / Tidak.

C. Tanda-Tanda kehamilan

Hasil test kahamilan : (+) HCG.

Tanggal dilakukan test : 10 Agustus 2010.

D. Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : usia kehamilan 18 minggu.

Pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir : > 10 kali.

E. Kebiasaan Sehari-hari

Diet/makan : 3 x sehari.

Makanan sehari-hari: Nasi, sayuran, tahu, tempe, ikan, buah, susu.

Perubahan makanan yang dialami : tidak ada.

Nafsu makan : baik.

Pola Eliminasi :

BAB : 1 kali / hari BAK: > 6 x sehari

Warna : kuning kecoklatan Warna : kuning jernih

Konsistensi : lunak Konsistensi : cair

Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Aktifitas sehari-hari : mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga, seperti

memasak,

mencuci, nyapu & ngepel.

Pola istirahat dan tidur

Malam + 7 jam, siang 1 jam.

Seksualitas : tidak ada gangguan.

Page 13: BAB I,II,III KPD

F. Imunisasi TT I tanggal :, TT 2 tanggal :

G. Riwayat KB

Kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada

Kepuasan terhadap kontrasepsi : -

Efek samping : -

Lama penggunaan : -

H. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :

NoTgl/Thn

partus

Tempat

Partus

Usia

Kehamilan

Jenis

PartusPenolong Penyulit JK PB PB

1. Hamil ini

I. Riwayat Ginekologi

Infeksi pada vagina Tidak ada

Pap Smear Tidak pernah

Pembedahan di daerah kemaluan Tidak pernah

Pembedahan di daerah payudara Tidak pernah

Infertilitas Tidak ada

J. Riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita

Penyakit jantung : tidak pernah.

TBC : tidak pernah.

Asma : tidak pernah.

Hipertensi : tidak pernah.

Epilepsi : tidak pernah.

Diabetes : tidak pernah.

Anemia berat : tidak pernah.

Penyakit ginjal : tidak pernah.

Hepatitis : tidak pernah.

2. Riwayat medis keluarga

Penyakit jantung : tidak ada.

Page 14: BAB I,II,III KPD

Kelainan kongenital : tidak ada.

Kehamilan lebih dari satu : tidak ada.

Penyakit darah : tidak ada.

3. Perilaku yang merugikan kesehatan

Penggunaan alcohol : tidak mengkonsumsi

Obat-obatan/jamu yang sering digunakan : tidak ada

Merokok, makan sirih : tidak

Irigasi vagina / ganti pakaian dalam : tidak, ganti pakaian dalam 2 x

sehari.

K. Riwayat Sosial

1. Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : ya.

2. Jenis Kelamin yang diharapkan : ♀ / ♂ sama saja, yang penting

sehat.

3. Status Perkawinan : menikah, Jumlah: 1 kali, lama perkawinan: 1

tahun.

4. Hubungan dengan suami : baik.

5. Hubungan dengan keluarga ibu / mertua : baik.

6. Hubungan dengan tetangga : baik.

7. Susunan keluarga yang tinggal serumah

NoUmur

(Tahun)

Jenis

Kelamin

Hubungan

KeluargaPendidikan Pekerjaan Ket.

1. 26 th L Suami SMA Karyawan Swasta Sehat

8. Kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil, bersalin dan

nifas : tidak ada.

L. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 80 x/mnt

Page 15: BAB I,II,III KPD

Suhu tubuh : 36,6 0C Pernafasan : 20 x/mnt

Tinggi badan : 153 cm Berat badan : 56 kg

Sebelum hamil : 46 kg

Kenaikan BB selama hamil : 10 kg

Kepala Rambut : hitam, bersih, tidak berketombe, tidak rontok.

Muka : tidak ada cloasma gravidarum, bersih,

tidak oedem.

Mata : conjungtiva : tidak anemis, sclera : tidak

ikterik.

Mulut/Gigi : tidak stomatitis, tidak caries.

THT : Telinga : bersih, tidak ada serumen, tidak ada

OMP.

Hidung : bersih, tidak ada serosum, tdak ada polip.

Tenggorokan : tidak ada radang.

Leher : Kel. Thyroid : tidak ada pembengkakan.

Vena Jugularis : tidak ada pembesaran.

Kel. Getah Bening : tidak ada pembengkakan.

Dada dan Axila :

Dada :

Mammae : Membesar , simetris, tidak ada benjolan/tumor.

Areolla : hiperpigmentasi.

Pappila mammae : bersih, menonjol, tidak lecet, ada pengeluaran

colostrum.

Striae : Tidak ada.

Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

Abdomen

a. Inspeksi :

Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, dengan arah

memanjang.

Terdapat linea nigra dan striae albicans.

Tidak ada bekas operasi/Secsio Caesaria.

Terlihat gerakan janin.

Page 16: BAB I,II,III KPD

b. Palpasi :

Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).

Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang

bulat, lunak, tidak melenting.

Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.

Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.

Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.

Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5

Kontraksi : ada, brakton hicks.

Perabaan janin saat kontraksi : sulit teraba.

Pergerakan janin : ada.

TBF : (33-13) x 155 + 10 % = + 3100 gr (2780 gr - 3410 gr)

c. Auscultasi :

Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat

Frekuensi DJJ : 144 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

Punggung dan pinggang

Posisi Tulang Belakang : lordosis fisiologis

Nyeri Pinggang : tidak ada

Ekstremitas atas dan bawah

Atas : Simetris, tidak oedem.

Bawah : Simetris, tidak oedem, tidak Varices, Refleks Patella +/+

Anogenital

Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan

Pengeluaran : Air ketuban

Periksa dalam :

- Portio : Arah Retro

- Penipisan : 0 %

- Pembukaan : 1 cm

- Ketuban : Ada

- Bagian bawah teraba: Kepala

- Petunjuk : UUK Kanan Depan

- Penurunan Kepala : Hodge I

Page 17: BAB I,II,III KPD

M. Pemeriksaan Laboratorium

Darah : Hb 12,3 gram %, Golongan darah : B, Rh +

Urine : Protein : (-), Reduksi : (-)

Pemeriksaan Penunjang lain : tidak ada

II. INTERPRETASI DATA

NoDiagnosa Ibu, Janin,

Masalah KesehatanDasar

1. Ibu G1P0A0

hamil 37 minggu

dengan suspect Ketuban

Pecah Dini (KPD)

S : - Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama,

belum pernah melahirkan dan keguguran.

- HPHT : 16 Juni 2010.

- Hasil tes HCG + pada tanggal 10 Agustus

2010.

- Ibu sudah merasakan pergerakan janin sejak

hamil 18 minggu.

- Ibu mengatakan keluar air-air yang tidak

dapat ditahan dari kemaluannya.

O : - Pembesaran perut sesuai dengan usia

kehamilan, dengan arah memanjang.

- L I : Mc.Donald 33 cm, TFU: 3 jari bawah

Px.

- DJJ 144 x/menit, teratur, intensitas : kuat.

- Gerakan anak (+)

2. Janin tunggal, hidup , intra

uterin, presentasi kepala

Tunggal

S : - Ibu mengatakan tidak ada keturunan

kembar

O : - pada LI, LII, LIII hanya teraba satu bagian

besar janin.

- pembesaran perut sesuai dengan usia

kehamilan, dengan letak memanjang.

- punctum maksimum terdengar di satu

tempat, kuadran bawah pusat.

Page 18: BAB I,II,III KPD

NoDiagnosa Ibu, Janin,

Masalah KesehatanDasar

Hidup

S : - Ibu mengatakan merasakan gerakan janin.

O : - DJJ (+) 144 x/menit, teratur , intensitas:

kuat.

- Gerakan janin (+)

Intra uterin

S : - Ibu mengatakan tidak merasa sakit saat

janin bergerak, dan saat dilakukan palpasi.

O : - Gerakan janin terlihat

- Saat kontraksi, janin sulit diraba

Preskep

O : - Pada Leopold III teraba satu bagian keras,

bulat, melenting.

3. Masalah

- Keluar air-air

- Rasa takut dan

cemas

S : - Ibu mengatakan keluar air-air yang tidak

dapat ditahan dari kemaluannya.

O : - Pada pemeriksaan anogenital didapat

Pengeluaran pervaginam : air ketuban, warna:

jernih, konsistensi: cair, jumlah: + 100 cc.

S : - Ibu bertanya apa yang terjadi pada dirinya

dan janinnya.

O : - Wajah ibu terlihat cemas dan gelisah.

4. Kebutuhan S : - Ibu bertanya apa yang harus ia lakukan saat

ini.

O : - Ibu terlihat cemas

Page 19: BAB I,II,III KPD

III. ANTISIPASI MASALAH/RESIKO YANG BERHUBUNGAN

1. Resiko terjadinya Infeksi pada ibu

Dasar : ketuban pecah sebelum waktunya.

2. Resiko terjadinya gawat janin

Dasar : jumlah air ketuban berkurang sebelum persalinan.

IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI

1. Observasi adanya tanda-tanda persalinan

2. Apabila tidak ada kemajuan dalam 4 jam segera lakukan induksi

V. PERENCANAAN

No Interpretasi Data Rencana Tindakan

1.

2.

3.

Ibu G1P0A0

Hamil 37 minggu

dengan suspect

Ketuban Pecah

Dini (KPD)

Janin tunggal,

hidup , intrauterin,

presentasi kepala

Masalah

- Keluar air-

air

- Rasa takut

dan cemas

Beritahu ibu tentang keadaan

kehamilan ibu saat ini dan kondisi ibu serta janin

berdasarkan hasil pemeriksaan

Observasi keadaan umum ibu, dan

TTV (nadi dan kenaikan suhu setiap 2 jam, TD setiap

4 jam)

Observasi DJJ setiap 30 menit

Beritahu ibu bahwa akan dilakukan

pemeriksaan dengan Nitrazin test (lakmus merah

menjadi biru, lakmus biru tetap berwarna biru)

Berikan support mental ibu

Page 20: BAB I,II,III KPD

4. Kebutuhan

Libatkan keluarga untuk

mendampingi ibu

Beritahu ibu untuk memperhatikan

pergerakan janinnya

Beritahu ibu bahwa akan dilakukan

induksi jika tidak ada kemajuan persalinan

VI. PELAKSANAAN TINDAKAN

Memberitahu ibu tentang keadaan kehamilan ibu saat ini dan kondisi ibu serta

janin berdasarkan hasil pemeriksaan

- Usia kehamilan ibu saat ini 37 minggu

- Kondisi ibu saat ini baik

- TD : 120/80 mmHg

- N : 78 x/mnt

- RR : 19 x/mnt

- S : 37,0 0C

- Kondisi janin ibu juga baik dengan denyut jantung janin 140 x/menit,

teratur, dan intensitasnya kuat

Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu setiap 2

jam, TD setiap 4 jam)

Mengobservasi DJJ setiap 30 menit

Melakukan pemeriksaan inspekulo di kanalis servikalis dengan Nitrazin test,

dengan hasil: lakmus merah menjadi biru, hal ini memastikan bahwa cairan

yang keluar adalah cairan ketuban

Memberikan support mental ibu untuk tetap tenang dalam menghadapi

masalahnya dengan cara melibatkan keluarga untuk mendampingi ibu dan

berdoa.

Memberitahu ibu untuk memperhatikan pergerakan janinnya, hal ini dilakukan

untuk mengetahui keadaan janinnya.

Page 21: BAB I,II,III KPD

Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan induksi jika tidak ada kemajuan

persalinan, hal ini dilakukan untuk mempercepat persalinan.

Memberitahu Ibu akan dirujuk ke Rumah sakit apabila terdapat komplikasi

pada Ibu dan janinnya.

VII. EVALUASI

S : Ibu memahami penjelasan yang dijelaskan bidan

O : Ibu mampu menjelaskan kembali yang dijelaskan bidan

Tanggal : 07 Maret 2011

Pukul : 08.30 WIB

SUBJEKTIF

- Ibu mengatakan sampai saat ini belum merasakan mulas

- Ibu mengatakan masih merasakan pergerakan janinnya

OBJEKTIF

Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 110/70 mmHg Denyut nadi : 82

x/mnt

Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 22

x/mnt

Abdomen

a. Inspeksi :

Gerakan janin : Ada

b. Palpasi :

Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).

Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang

bulat, lunak, tidak melenting.

Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.

Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.

Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.

Page 22: BAB I,II,III KPD

Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5

His : Belum ada

Pergerakan janin : ada.

c. Auscultasi :

Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat

Frekuensi DJJ : 148 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

Anogenital

Vulva/Vagina : Tidak ada kelainan

Pengeluaran : Air ketuban

Periksa dalam :

- Portio : Arah Retro

- Penipisan : 0 %

- Pembukaan : 1 cm

- Ketuban : Ada

- Bagian bawah teraba: Kepala

- Petunjuk : UUK Kanan Depan

- Penurunan Kepala : Hodge I

ASSESMENT / DIAGNOSA

Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan

Ketuban Pecah Dini

Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala

PLANNING

1) Lakukan inform consent Melakukan Informed concent atas tindakan

yang dilakukan Keluarga telah menandatangani format inform consent

2) Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tekanan darah :110/70mmHg

Suhu tubuh : 36,7 0C ibu

dalam keadaan baik

3) beritahu ibu bahwa akan dilakukan induksi memberitahu ibu bahwa

akan dilakukan induksi apabila tidak ada kemajuan persalinan dengan

alasan ketubannya sudah pecah namun belum ada tanda –tanda persalinan

keluarga dan ibu menyetujui untuk diinduksi.

Page 23: BAB I,II,III KPD

4) Lakukan induksi menginduksi ibu secara drip oksitosin dengan cairan

RL 500 cc dan oksitosin 5 IU dengan tetesan pertama 8 tetes/menit

apabila tidak ada kemajuan HIS dinaikan 4 tetes/15 menit ibu telah

diinduksi

5) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu

mengenai his dan DJJ his ibu belum ada dan DJJ : 145 x/menit

6) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu

setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila

ada indikasi

Tanggal : 7 Maret 2011

Pukul : 08.45 WIB

SUBJEKTIF

- Ibu mengatakan belum merasa mulas

OBJEKTIF

Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 120/70 mmHg Denyut nadi : 80 x/mnt

Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 19 x/mnt

Abdomen

a. Inspeksi :.

Gerakan janin : Ada

b. Palpasi :

Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).

Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang

bulat, lunak, tidak melenting.

Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.

Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.

Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.

Page 24: BAB I,II,III KPD

Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5

His : Belum ada

Pergerakan janin : ada.

c. Auscultasi :

Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat

Frekuensi DJJ : 150 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

ASSESMENT / DIAGNOSA

Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan

Ketuban Pecah Dini

Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala

PLANNING

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tekanan darah :120/70mmHg

Suhu tubuh : 36,7 0C ibu

dalam keadaan baik .

Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu

mengenai his dan DJJ his ibu belum ada dan DJJ : 150 x/menit

1) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu

setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila

ada indikasi

Tambah tetesan induksi menambah tetesan induksi sebanyak 4 tetes

menjadi 12 tetes/menit apabila tidak ada kemajuan his ditambahkan 4

tetes/15 menit tetesan telah ditambah

Tanggal : 7 Maret 2011

Pukul : 09.00 WIB

SUBJEKTIF

- Ibu mengatakan belum merasa mulas

Page 25: BAB I,II,III KPD

OBJEKTIF

Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 81 x/mnt

Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 20 x/mnt

Abdomen

a. Inspeksi :.

Gerakan janin : Ada

b. Palpasi :

Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).

Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang

bulat, lunak, tidak melenting.

Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.

Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.

Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.

Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5

His : Belum ada

Pergerakan janin : ada.

c. Auscultasi :

Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat

Frekuensi DJJ : 162 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

ASSESMENT / DIAGNOSA

Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan

ketuban Pecah Dini

Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala

dengan gawat janin

PLANNING

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tekanan darah :120/80mmHg

Suhu tubuh : 36,7 0C ibu

dalam keadaan baik .

Page 26: BAB I,II,III KPD

2) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu

mengenai his dan DJJ his ibu belum ada dan DJJ : 162 x/menit, tidak

teratur , kuat dan terdapat gawat janin.

3) Anjurkan ibu untuk miring ke kiri dan bantu ibu untuk dapat memasang

adan menghirup O2 4lt/menit untuk melancarkan aliran O2 dari ibu ke

janin. namun, apabila keadaan janin tidak membaik lakukan rujukan ke

RS.

4) Mempertahankan induksi tetap 12 tetes/menit.

5) Mengobservasi keadaan umum ibu, dan TTV (nadi dan kenaikan suhu

setiap 2 jam, TD setiap 4 jam) serta periksa dalam setiap 4 jam atau bila

ada indikasi

Tanggal : 7 Maret 2011

Pukul : 09.30 WIB

SUBJEKTIF

- Ibu mengatakan belum merasa mulas

OBJEKTIF

Keadaan umum : baik, Kesadaran : compos mentis

Keadaan emosional : stabil

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 120/80 mmHg Denyut nadi : 83 x/mnt

Suhu tubuh : 36,7 0C Pernafasan : 20 x/mnt

Abdomen

a. Inspeksi :.

Gerakan janin : Ada

b. Palpasi :

Leopold I : TFU: 3 jari bawah Px (Mc.Donald: 33 cm).

Pada bagian fundus teraba 1 bagian besar, kurang

bulat, lunak, tidak melenting.

Leopold II : Kanan : teraba 1 tahanan keras memanjang.

Kiri : teraba bagian-baigan kecil janin.

Page 27: BAB I,II,III KPD

Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat, melenting.

Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP : 4/5

His : Belum ada

Pergerakan janin : ada.

c. Auscultasi :

Punctum maksimum : 1, di kuadran kanan bawah pusat

Frekuensi DJJ : 168 x /menit, teratur/tidak, intensitas : kuat

ASSESMENT / DIAGNOSA

Ibu : G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase laten dengan

ketuban Pecah Dini

Janin : Tunggal, hidup, intrauterine, presentasi belakang kepala

dengan gawat janin

PLANNING

1) Beritahu ibu hasil pemeriksaan Tekanan darah :120/80mmHg

Suhu tubuh : 36,7 0C ibu

dalam keadaan baik .

2) Observasi HIS dan DJJ tiap 15 menit melakukan observasi kepada ibu

mengenai his dan DJJ his ibu belum ada dan DJJ : 168 x/menit, tidak

teratur , kuat dan terdapat gawat janin.

3) mempertahankan induksi tetap 12 tetes/menit.

4) Lakukan Informed consent pada ibu dan keluarga melakukan inform

consent pada ibu dan keluarga bahwa ibu harus segera dirujuk ke RS

ibu dan keluarga telah menandatangani inform consent.

5) Rujuk dengan “BAKSOKU” merujuk ibu dengan posisi miring ke kiri,

memasang O2 4 liter/menit, Mengobservasi TTV ibu selama dalam

perjalanan, Mengobservasi DJJ dan pergerakan janin selama dalam

perjalanan ibu dirujuk ke RS

Page 28: BAB I,II,III KPD

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak

perlu dilakukan pada wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurus

sesuai kebutuhan persalinan sampai persalinan terjadi atau timbul tanda dan

gejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala korioamnionitis,

diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menangani

wanita guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan

(melalui vagina atau SC) bergantung pada usia gestasi, presentasi dan berat

korioamnionitis.

4.2Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan

keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang

menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan

korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan

periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan

dengan wanita dan keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga

merupakan hal yang penting untuk kelanjutan kehamilan.

Page 29: BAB I,II,III KPD

DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba,Ida Ayu,dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta. EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan Volume 2. Jakarta: EGC.