bab iii - warta wargawartawarga.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2010/02/... · web...
TRANSCRIPT
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Perusahaan
PT Pyridam Farma didirikan berdasarkan akta Notaris Than Thong Kie
No. 31 tanggal 27 November 1976. Akta pendirian perusahaan telah disahkan
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. YA
5/118/3 tanggal 17 Maret 1977, serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
No. 102 tanggal 23 Desember 1977, Tambahan No. 801. Anggaran dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta
Notaris Johny Dwikora Aron, SH pengganti Notaris Rahmat Santoso, SH No.61
tanggal 19 Mei 2008, mengenai penyesuaian anggaran dasar Perusahaan sesuai
dengan UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Perubahan ini telah disetujui
oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia atas Surat
Keputusan No. AHU-71824.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 9 Oktober 2008, dan
belum diumumkan dalam Berita Negara.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup Perusahaan
meliputi industri obat-obatan, plastik, alat-alat kesehatan, dan industri kimia
lainnya, serta melakukan perdagangan, termasuk impor, ekspor dan antar pulau
dan bertindak selaku agen, grosir, distributor dan penyalur dari segala macam
barang. Kegiatan usaha saat ini meliputi produksi dan pengembangan obat-obatan
(farmasi) serta perdagangan alat-alat kesehatan.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dan pabriknya berlokasi di Desa
Cibodas, Puncak, Jawa Barat. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Jalan
Kemandoran VIII No.16 Jakarta. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada
tahun 1977. Pabrik Perusahaan yang berlokasi di Desa Cibodas, Puncak, Jawa
Barat, mulai dibangun pada tahun 1995 dan mulai beroperasi pada bulan april
2001.
36
37
Berdasarkan akta Notaris Buntario Tigris, SH, SE No. 70 tanggal 11
Oktober 2005, susunan Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan adalah sebagai
berikut :
DEWAN KOMISARIS :
Presiden Komisaris : Ir. Sakri Kosasih
Komisaris : Rani Tjandra
Komisaris Independen : Lianny Suraja
DEWAN DIREKSI :
Presiden Direktur : Michael Handoko Boedi Soetrisno
Direktur : Indrawati Kosasih
Andreas Herman Oslan
Sebagai perusahaan publik, Perusahaan telah memiliki Komisaris
Independen dan Komite Audit yang diwajibkan oleh Bapepam (sekarang
Bapepam dan LK). Komite Audit Perusahaan terdiri dari 3 orang anggota, dimana
Lianny Suraja yang menjabat sebagai Komisaris Independen juga menjadi Ketua
Komite Audit dan anggotanya yaitu Dominique Razafindrambinina dan Ridwan
Aksama.
Jumlah Karyawan tetap pada tahun 2004 sebesar 367 karyawan,tahun
2005 sebesar 423 karyawan,tahun 2006 sebesar 465 karyawan,tahun 2007 sebesar
546 karyawan,dan hingga tahun 2008 jumlah karyawan PT pyridam Farma
sebesar 603 karyawan.
Produk dan layanan PT Pyridam Farma diantaranya NEW IDOLA,
ALMACON, ANTI-MAAG, ERABUTOL PLUS, FLUTAMOL KAPLET,
FLUTAMOL SYRUP, PYRIDRYL 60 MIL, SILOPECT FORTE SYRUP, ARKINE-
100, ARKINE-250, DAMUVIT, DATAN-250, DATAN-FORTE, EPSONAL,
FAMRI-450, FLUTAMOL-P KAPSUL, FLUTAMOL-P SYRUP, LANDO-150 dan
masih banyak lagi.
38
3.2 Hasil Penelitian dan Analisis
3.2.1 Perhitungan dan Analisis Penilaian Kinerja Keuangan
Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score
Dalam melakukan perhitungan penelitian ini diperlukan data berupa
laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi PT Pyridam
Farma Tbk dan daftar harga saham periode 2004-2008. Adapun data-data
keuangan dari PT Pyridam Farma Tbk. Periode 2004-2008 per 31 Desember
dan daftar harga saham telah disajikan pada lampiran dibelakang.
Untuk menerapkan metode Altman Z-score sesuai data yang ada pada
PT Pyridam Farma Tbk. maka digunakan model Z-score versi pertama, yaitu:
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0 X5
Dengan keterangan sebagai berikut:
Z : Overall Indeks (Indeks keseluruhan)
X1 : Working Capital to Total Asset (Modal Kerja / Total Aktiva)
X2 : Retained Earning to Total Assets (Laba Ditahan / Total Aktiva
X3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets ( EBIT / Total
Aktiva)
X4 : Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (Nilai Pasar
Modal Sendiri / Nilai Buku Total Kewajiban)
X5: Sales to Total Assets (Penjualan / Total Aktiva)
Sebelum menghitung nilai Z, perlu diketahui terlebih dahulu nilai dari
masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Working Capital to Total Assets (X1)
39
X1 = Modal Kerja Total Aktiva
Rasio X1 untuk mengukur likuiditas perusahaan dengan
membandingkan antara modal kerja dengan total aktiva perusahaan. Modal
kerja adalah modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi
perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan
dalam aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang, sediaan dan aktiva
lancar lainnya. Dimana modal kerja didapat dari selisih antara total aktiva
lancar dikurangi total kewajiban lancar.
Tabel 3.1 : Rasio X1 Periode 2004-2008
PERHITUNGAN X1Tahun Modal Kerja (Rp) Total aktiva (Rp) X12004 4,875,342,258 70,429,780,958 0.0692005 5,195,854,871 76,550,878,274 0.0682006 9,542,907,592 83,127,282,484 0.1152007 10,857,480,825 95,157,347,340 0.1142008 16,178,905,661 98,655,309,435 0.164
Sumber : Laporan Neraca dan Data Olahan
Penjelasan:
a. Tahun 2004, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,069:1. Artinya bahwa modal kerja yang dimiliki pada setiap
Rp 1 aktiva perusahaan adalah sebesar Rp 0,069.
b. Tahun 2005, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,068:1. Artinya bahwa modal kerja yang dimiliki pada setiap
Rp 1 aktiva perusahaan adalah sebesar Rp 0,068. Maka modal kerja
yang dimiliki tiap Rp 1 aktiva terdapat penurunan sebesar Rp 0,001
dari tahun sebelumnya yaitu Rp 0,069 menjadi 0,068. Disini
menunjukkan rasio likuiditas kurang baik karena terdapat penurunan.
c. Tahun 2006, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,115:1. Artinya bahwa modal kerja yang dimiliki pada setiap
40
Rp 1 aktiva perusahaan adalah sebesar Rp 0,115. Maka modal kerja
yang dimiliki tiap Rp 1 aktiva terdapat kenaikan sebesar Rp 0,047 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,068 menjadi 0,115.
d. Tahun 2007, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,114:1. Artinya bahwa modal kerja yang dimiliki pada setiap
Rp 1 aktiva perusahaan adalah sebesar Rp 0,114. Maka modal kerja
yang dimiliki tiap Rp 1 aktiva terdapat penurunan sebesar Rp 0,001
dari tahun sebelumnya yaitu Rp 0,115 menjadi 0,114.
e. Tahun 2008, rasio modal kerja terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,164:1. Artinya bahwa modal kerja yang dimiliki pada setiap
Rp 1 aktiva perusahaan adalah sebesar Rp 0,164. Maka modal kerja
yang dimiliki tiap Rp 1 aktiva terdapat kenaikan sebesar Rp 0,05 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,114 menjadi 0,164.
2. Retained Earning to Total Assets (X2)
X2 = Laba Ditahan Total Aktiva
Rasio X2 dimana mengukur kemampulabaan kumulatif dari
perusahaan dengan membagi laba yang ditahan dengan total aktiva
perusahaan. Laba ditahan merupakan laba atau keuntungan perusahaan
yang belum dibagi untuk periode tertentu. Pada beberapa tingkat, rasio ini
mencerminkan umur perusahaan, kerena semakin muda perusahaan,
semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif.
Tabel 3.2 : Rasio X2 Periode 2004-2008PERHITUNGAN X2Tahun Laba Ditahan (Rp) Total aktiva (Rp) X2
41
2004 6,569,766,244 70,429,780,958 0.0932005 7,898,188,578 76,550,878,274 0.1032006 9,627,594,824 83,127,282,484 0.1162007 11,371,078,693 95,157,347,340 0.1192008 13,679,956,022 98,655,309,435 0.139
Sumber : Laporan Neraca dan Data Olahan
Penjelasan:
a. Tahun 2004, rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,093:1. Artinya bahwa setiap Rp 1 aktiva perusahaan dijamin
oleh saldo laba ditahan sebesar Rp 0,093.
b. Tahun 2005, rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,103:1. Artinya bahwa setiap Rp 1 aktiva perusahaan dijamin
oleh saldo laba ditahan sebesar Rp 0,103. Maka tiap Rp 1 aktiva yang
dijamin oleh saldo laba mengalami kenaikan sebesar Rp 0,01 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,093 menjadi Rp 0,103.
c. Tahun 2006, rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,116:1. Artinya bahwa setiap Rp 1 aktiva perusahaan dijamin
oleh saldo laba ditahan sebesar Rp 0,116. Maka tiap Rp 1 aktiva yang
dijamin oleh saldo laba mengalami kenaikan sebesar Rp 0,013 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,103 menjadi Rp 0,116.
d. Tahun 2007, rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,119:1. Artinya bahwa setiap Rp 1 aktiva perusahaan dijamin
oleh saldo laba ditahan sebesar Rp 0,119. Maka tiap Rp 1 aktiva yang
dijamin oleh saldo laba mengalami kenaikan sebesar Rp 0,003 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,116 menjadi Rp 0,119.
e. Tahun 2008, rasio laba ditahan terhadap total aktiva menunjukkan
rasio 0,139:1. Artinya bahwa setiap Rp 1 aktiva perusahaan dijamin
oleh saldo laba ditahan sebesar Rp 0,139. Maka tiap Rp 1 aktiva yang
42
dijamin oleh saldo laba mengalami kenaikan sebesar Rp 0,02 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,119 menjadi Rp 0,139.
3. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (X3)
X3 = EBIT Total Aktiva
Rasio X3 digunakan untuk mengukur kemampulabaan perusahaan,
yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi
laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva perusahaan.
EBIT didapat dengan menambahkan laba sebelum beban pajak dengan
biaya bunga.
Tabel 3.3 : Rasio X3 Periode 2004-2008PERHITUNGAN X3Tahun EBIT (Rp) Total aktiva (Rp) X32004 2,704,526,982 70,429,780,958 0.0382005 2,803,294,656 76,550,878,274 0.0372006 4,376,210,676 83,127,282,484 0.0532007 4,556,064,615 95,157,347,340 0.0482008 5,453,870,051 98,655,309,435 0.055
Sumber : Laporan Neraca, Laporan Laba Rugi dan Data Olahan
Penjelasan:
a. Tahun 2004, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio
0,038:1. Artinya bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar
Rp 0,038 dapat dihasilkan dari setiap Rp 1 aktiva perusahaan bagi
semua investor baik itu pemegang saham dan obligasi.
b. Tahun 2005, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio
0,037:1. Artinya bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar
Rp 0,037 dapat dihasilkan dari setiap Rp 1 aktiva perusahaan bagi
semua investor baik itu pemegang saham dan obligasi. Maka EBIT
43
yang dihasilkan tiap Rp 1 aktiva terdapat penurunan Rp 0,001 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,038 menjadi Rp 0,037.
c. Tahun 2006, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio
0,053:1. Artinya bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar
Rp 0,053 dapat dihasilkan dari setiap Rp 1 aktiva perusahaan bagi
semua investor baik itu pemegang saham dan obligasi. Maka EBIT
yang dihasilkan tiap Rp 1 aktiva terdapat kenaikan Rp 0,016 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,037 menjadi Rp 0,053.
d. Tahun 2007, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio
0,048:1. Artinya bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar
Rp 0,048 dapat dihasilkan dari setiap Rp 1 aktiva perusahaan bagi
semua investor baik itu pemegang saham dan obligasi. Maka EBIT
yang dihasilkan tiap Rp 1 aktiva terdapat penurunan Rp 0,005 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,053 menjadi Rp 0,048.
e. Tahun 2008, rasio EBIT terhadap total aktiva menunjukkan rasio
0,055:1. Artinya bahwa laba bersih sebelum bunga dan pajak sebesar
Rp 0,055 dapat dihasilkan dari setiap Rp 1 aktiva perusahaan bagi
semua investor baik itu pemegang saham dan obligasi. Maka EBIT
yang dihasilkan tiap Rp 1 aktiva terdapat kenaikan Rp 0,007 dari
tahun sebelumnya yaitu Rp 0,048 menjadi Rp 0,055.
4. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4)
X4 = Nilai Pasar Modal Sendiri Nilai Buku Total Kewajiban
Rasio X4 merupakan kebalikan dari rasio utang per modal sendiri
(DER) yang lebih terkenal, yaitu dengan membandingkan nilai pasar
modal sendiri dengan nilai buku total kewajiban. Rasio ini digunakan
untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah total utang yang digunakan
untuk mendanai modal. Nilai pasar modal sendiri didapat dari jumlah
44
saham perusahaan yang beredar dikalikan harga pasar per lembar
sahamnya pada periode yang bersangkutan.
Tabel 3.4 : Rasio X4 Periode 2004-2008
PERHITUNGAN X4
TahunNilai Pasar Modal Sendiri
(Rp)Nilai Buku Hutang
(Rp) X42004 32,104,800,000 8,286,936,213 3.8742005 24,078,600,000 13,079,611,195 1.8412006 26,754,000,000 17,926,609,159 1.4922007 43,341,480,000 28,213,190,146 1.5362008 26,754,000,000 29,402,274,912 0.910
Sumber : Laporan Neraca, Daftar Harga Saham dan Data Olahan
Penjelasan:
a. Tahun 2004, rasio modal saham bila dibandingkan dengan total
kewajiban menunjukkan rasio 3,874:1. Hal ini berarti tiap Rp 1 dari
total kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp
3,874.
b. Tahun 2005, rasio modal saham bila dibandingkan dengan total
kewajiban menunjukkan rasio 1,841:1. Hal ini berarti tiap Rp 1 dari
total kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp
1,841. Jadi tiap Rp 1 total kewajiban yang digunakan untuk mendanai
modal saham terdapat penurunan sebesar Rp 2,033 dari tahun
sebelumnya yaitu Rp 3,874 menjadi Rp 1,841.
c. Tahun 2006, rasio modal saham bila dibandingkan dengan total
kewajiban menunjukkan rasio 1,492:1. Hal ini berarti tiap Rp 1 dari
total kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp
1,492. Jadi tiap Rp 1 total kewajiban yang digunakan untuk mendanai
modal saham terdapat penurunan sebesar Rp 0,349 dari tahun
sebelumnya yaitu Rp 1,841 menjadi Rp 1,492.
d. Tahun 2007, rasio modal saham bila dibandingkan dengan total
kewajiban menunjukkan rasio 1,536:1. Hal ini berarti Rp 1 dari total
kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp 1,536.
45
Jadi tiap Rp 1 total kewajiban yang digunakan untuk mendanai modal
saham terdapat kenaikan sebesar Rp 0,044 dari tahun sebelumnya
yaitu Rp 1,492 menjadi Rp 1,536.
e. Tahun 2008, rasio modal saham bila dibandingkan dengan total
kewajiban menunjukkan rasio 0,910:1. Hal ini berarti Rp 1 dari total
kewajiban digunakan untuk mendanai modal saham sebesar Rp 0,910.
Jadi tiap Rp 1 total kewajiban yang digunakan untuk mendanai modal
saham terdapat penurunan sebesar Rp 0,626 dari tahun sebelumnya
yaitu Rp 1,536 menjadi Rp 0,910.
5. Sales to Total Assets (X5)
X5 = Penjualan Total Aktiva
Rasio X5 ini menunjukkan efektivitas penggunaan aktiva
perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan. Rasio penjualan dalam
total aktiva menunjukkan tingkat perputaran total aktiva dalam satu tahun.
Jika perputarannya lambat, ini menunjukkan bahwa aktiva yang dimiliki
terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Maka
perusahaan diharapkan meningkatkan lagi penjualannya atau mengurangi
sebagian aktiva yang kurang produktif.
Tabel 3.5 : Rasio X5 Periode 2004-2008
PERHITUNGAN X5Tahun Penjualan (Rp) Total aktiva (Rp) X52004 33,968,786,017 70,429,780,958 0.4822005 39,639,626,167 76,550,878,274 0.5182006 61,336,546,459 83,127,282,484 0.738
46
2007 86,643,019,272 95,157,347,340 0.9112008 119,580,973,204 98,655,309,435 1.212
Sumber : Laporan Neraca, Laporan Laba Rugi dan Data Olahan
Penjelasan:
a. Tahun 2004, rasio penjualan terhadap total aktiva menunjukkan hasil
0,482:1. Artinya setiap Rp 1 aktiva dapat menghasilkan Rp 0,482
penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva
perusahaan dalam satu tahun sebanyak 0,482 kali. Dapat disimpulkan
jika dibandingkan dengan rata-rata industri perputaran aktiva yaitu 2
kali, berarti perusahaan belum mampu memaksimalkan aktiva yang
dimilikinya.
b. Tahun 2005, rasio penjualan terhadap total aktiva menunjukkan hasil
0,518:1. Artinya setiap Rp 1 aktiva dapat menghasilkan Rp 0,518
penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva
perusahaan dalam satu tahun sebanyak 0,518 kali. Tingkat perputaran
aktiva mengalami kenaikan sebesar 0,036 kali dari tahun sebelumnya
yaitu 0,482 kali menjadi 0,518 kali.
c. Tahun 2006, rasio penjualan terhadap total aktiva menunjukkan hasil
0,738:1. Artinya setiap Rp 1 aktiva dapat menghasilkan Rp 0,738
penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva
perusahaan dalam satu tahun sebanyak 0,738 kali. Tingkat perputaran
aktiva mengalami kenaikan sebesar 0,22 kali dari tahun sebelumnya
yaitu 0,518 kali menjadi 0,738 kali.
d. Tahun 2007, rasio penjualan terhadap total aktiva menunjukkan hasil
0,911:1. Artinya setiap Rp 1 aktiva dapat menghasilkan Rp 0,911
penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva
perusahaan dalam satu tahun sebanyak 0,911 kali. Tingkat perputaran
aktiva mengalami kenaikan sebesar 0,173 kali dari tahun sebelumnya
yaitu 0,738 kali menjadi 0,911 kali.
e. Tahun 2008, rasio penjualan terhadap total aktiva menunjukkan hasil
1,212:1. Artinya setiap Rp 1 aktiva dapat menghasilkan Rp 0,911
47
penjualan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran aktiva
perusahaan dalam satu tahun sebanyak 1,212 kali. Tingkat perputaran
aktiva mengalami kenaikan sebesar 0,301 kali dari tahun sebelumnya
yaitu 0,911 kali menjadi 1,212 kali.
Setelah kita mengetahui nilai kelima variabel tersebut maka kita
dapat menghitung Z-score. Pada tabel-tabel dibawah ini terdapat indeks Z-
score secara keseluruhan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 Per
31 Desember pada PT Pyridam Farma Tbk. setelah dilakukan perhitungan
terhadap rasio lima variable tersebut.
Tabel 3.6 : Indeks Z-Score Periode Tahun 2004
2004Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score Nilai Rasio x Koefisien
X1 0.069 1.2 0.083X2 0.093 1.4 0.131X3 0.038 3.3 0.127X4 3.874 0.6 2.324X5 0.482 1 0.482
Indeks Z-Score 3.147
Pada table indeks Z-score diatas dapat diketahui bahwa nilai Z-score
tahun 2004 sebesar 3,147.Artinya nilai Z-score tahun 2004 berada diatas titik
cut off 2,99 (3,147 > 2,99), hal ini menunjukkan perusahaan tidak mengalami
masalah dalam kondisi keuangannya. Karena nilai Z-score pada periode ini
banyak dipengaruhi oleh variable ke-4 (Market Value of Equity to Book Value
of Total Liabilities ) yaitu sebesar 2,324. Hal ini disebabkan karena nominal
total kewajiban perusahaan lebih kecil pada tahun ini dibandingkan periode
lainnya.Sedangkan nilai pasar modal pada tahun 2004 mempunyai harga
saham penutupan yang cukup tinggi sebesar Rp 60/lembar saham
dibandingkan periode lainnya.Sehingga tiap modal saham yang didanai dari
kewajiban perusahaan mempunyai nilai yang cukup baik dibandingkan
48
periode lainnya.Sedangkan variable yang paling sedikit pengaruhnya adalah
variable ke-1 (Working Capital to Total Assets ) yaitu hanya sebesar 0,083.
Sehingga pada tahun 2004 perbandingan modal kerja yang dimiliki untuk
setiap Rp 1 aktiva perusahaan mempunyai nilai yang cukup kecil yang
ditunjukkan pada rasio X1 (Working Capital to Total Assets) dalam
perhitungan Z-Score.
Tabel 3.7 : Indeks Z-Score Periode Tahun 2005
2005Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score Nilai Rasio x Koefisien
X1 0.068 1.2 0.081X2 0.103 1.4 0.144X3 0.037 3.3 0.121X4 1.841 0.6 1.105X5 0.518 1 0.518
Indeks Z-Score 1.969
Pada Tahun 2005, nilai indeks Z-Score yaitu sebesar 1,969 dimana berada
di interval 1,81 < Z < 2,99 (gray area). Terdapat penurunan nilai indeks Z-score
sebesar 1,178 (dari 3,147 menjadi 1,969).Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
berada dalam gray area artinya perusahaan belum dalam keadaan sehat dan masih
berada dalam wilayah yang harus diwaspadai karena nilai Z-score pada tahun ini
belum melebihi nilai Z standar yaitu 2,99. Untuk itu perusahaan dapat mengalami
permasalahan terutama dalam bidang keuangan jika perusahaan tidak melakukan
perbaikan yang berarti dalam menajemen maupun struktur keuangannya.Keadaan
ini disebabkan karena terdapat 3 variabel yang mengalami penurunan yaitu
variabel X1, X3, dan X4. Sedangkan kenaikan terjadi pada varibel X2 dan X5.Dalam
nilai Z-Score tahun 2005 banyak dipengaruhi oleh variabel 4 (Market Value of
Equity to Book Value of Total Liabilities ) dimana nilai rasio x koefisien dari
variabel 4 hanya sebesar 1,105.Maka terdapat penurunan nilai rasio X4 sebesar
1,219 dari tahun sebelumnya (dari 2,324 menjadi 1,105), hal ini disebabkan
49
karena terdapat penurunan nilai pasar modal sendiri sebesar Rp 8.026.200.000
(dari Rp 32.104.800.000 menjadi Rp 24.078.600.000) lalu pada tahun ini
perusahaan mengalami kenaikan total hutang sebesar Rp 4.792.674.982 (dari Rp
8.286.936.213 menjadi Rp 13.079.611.195).
Penurunan nilai pasar modal itu sendiri karena terdapat penurunan harga
saham penutupan PT Pyridam Farma pada tahun 2005 dari tahun sebelumnya
sebesar Rp 15/lembar saham (dari Rp60/lembar saham menjadi Rp45/lembar
saham).Ini membuktikan bahwa turunnya harga saham dan total hutang
perusahaan yang semakin membesar pada tahun ini sehingga menyebabkan
penurunan yang cukup mempengaruhi nilai Z-score. Penurunan Z-score pada
periode ini turut disebabkan oleh beberapa faktor eksternal yang berada diluar
kendali Perusahaan seperti tingginya laju inflasi sebesar 17,11% pada tahun 2005
yang telah memukul dunia usaha khususnya usaha dibidang farmasi akibatnya
inflasi cenderung meningkat terutama setelah kenaikan harga minyak bumi hingga
mencapai USD 72 per barrel. Inflasi yang semakin tinggi ini mengakibatkan
menurunkan daya beli masyarakat. Kemudian naiknya beberapa jenis bahan baku
yang merupakan produk turunan dari minyak bumi, termasuk diantaranya produk
plastik yang merupakan salah satu bahan pembungkus yang digunakan oleh
Perusahaan mengalami kenaikan antara 15 hingga 20% yang memberikan dampak
terhadap kenaikan biaya produksi perusahaan. Dengan naiknya biaya produksi
perusahaan menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan mengalami penurunan,
sehingga deviden yang dibagikan kepada pemegang saham juga mengalami
penurunan akibatnya banyak para investor yang tidak ingin membeli saham
tersebut sehingga harga saham perusahaan tersebut mengalami penurunan.
Tabel 3.8 : Indeks Z-Score Periode Tahun 2006
2006Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score Nilai Rasio x Koefisien
X1 0.115 1.2 0.138X2 0.116 1.4 0.162X3 0.053 3.3 0.174
50
X4 1.492 0.6 0.895X5 0.738 1 0.738
Indeks Z-Score 2.107
Pada tahun 2006, nilai indeks Z-score sebesar 2,107 dimana masih berada di
interval 1,81 < Z < 2,99 (gray area).Ini membuktikan perusahaan masih belum
dalam keadaan sehat.Walaupun terdapat kenaikan nilai indeks Z-Score dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 0,138 (dari 1,969 menjadi 2,107) akan tetapi nilai
indeks tahun 2006 masih berada di gray area.Artinya perusahaan harus terus
mengadakan perbaikan dalam manajemen dan keuangannya hingga perusahaan
tidak berada di daerah gray area yang dapat membahayakan posisi keuangan
perusahaan. Dalam periode ini semua variabel terdapat kenaikan kecuali pada
variabel ke-4 terdapat penurunan.Variabel yang paling banyak mempengaruhi
nilai indeks Z-Score adalah pada variabel ke-4 (Market Value of Equity to Book
Value of Total Liabilities ) yaitu terdapat penurunan sebesar 0,21 (dari 1,105
menjadi 0,895), hal ini disebabkan karena peningkatan nilai pasar modal sendiri
yang hanya sebesar Rp 2.675.400.000 (dari Rp 24.078.600.000 menjadi Rp
26.754.000.000) yang tidak seiring dengan peningkatan total hutang perusahaan
dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 4.846.997.964 (dari Rp 13.079.611.195
menjadi Rp 17.926.609.159).Akan tetapi kenaikan yang berarti terdapat pada
variabel ke-5 (Sales to Total Assets) sebesar 0,22 (dari 0,518 menjadi 0,738),
karena terdapat kenaikan penjualan yang cukup besar yaitu Rp 21.696.920.292
(dari Rp 39.639.626.167 menjadi Rp 61.336.546.459) dan diiringi kenaikan total
aktiva sebesar Rp 6.576.404.210 (dari Rp 76.550.878.274 menjadi Rp
83.127.282.484).
Tabel 3.9 : Indeks Z-Score Periode Tahun 2007
2007Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score Nilai Rasio x
KoefisienX1 0.114 1.2 0.137
51
X2 0.119 1.4 0.167X3 0.048 3.3 0.158X4 1.536 0.6 0.922X5 0.911 1 0.911
Indeks Z-Score 2.294
Pada tahun 2007, nilai indeks Z-score sebesar 2,294 yang berada di
interval 1,81 < Z < 2,99 (gray area).Artinya sudah terdapat kenaikan yang cukup
berarti nilai indeks Z-Score dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,187
(dari 2,107 menjadi 2,294) walaupun posisi perusahaan masih belum dalam
keadaan sehat.Disini membuktikan terdapat perbaikan permasalahan perusahaan
dalam menghadapi keadaan tersebut walaupun belum maksimal. Pada periode ini
terdapat kenaikan pada variabel X2 ,X4 ,dan X5. Dan juga penurunan terjadi pada
variabel X1 dan X3. Variabel yang paling banyak mempengaruhi pada periode ini
adalah variabel ke-4 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities).
Ini dikarenakan pada periode ini harga saham perusahaan mengalami kenaikan
yang cukup besar sehingga pada periode ini mempunyai harga saham yang tinggi
dibandingkan periode lainnya yaitu terdapat kenaikan sebesar Rp 31/lembar
saham (dari Rp 50/lembar saham menjadi Rp 81/lembar saham) maka
mempengaruhi nilai pasar modal sendiri menjadi lebih besar dari tahun
sebelumnya.
Akan tetapi kenaikan yang sangat signifikan adalah kenaikan variabel ke-5
(Sales to Total Assets ) yaitu sebesar 0,173 (dari 0,738 menjadi 0,911), hal ini
dikarenakan pada periode ini terdapat kenaikan penjualan yang cukup besar yaitu
Rp 25.306.472.813 (dari Rp 61.336.546.459 menjadi Rp 86.643.019.272 dan pada
saat bersamaan terdapat kenaikan total aktiva yang cukup besar dibandingkan
periode lainnya yatu sebesar Rp 12.030.064.856 (dari Rp 83.127.282.484 menjadi
Rp 95.157.347.340).Artinya efektivitas penggunaan aktiva perusahaan dalam
rangka menghasilkan penjualan perusahaan cukup baik karena dari tahun ketahun
peningkatan penjualan seiring dengan peningkatan total aktiva perusahaan.
Sedangkan variabel yang sedikit mempengaruhi adalah variabel ke-1(Working
Capital to Total Assets), hal ini disebabkan karena peningkatan total aktiva tidak
52
seiring dengan kenaikan modal kerja sehingga terdapat penurunan variabel ke-1
(Working Capital to Total Assets).
Tabel 3.10 : Indeks Z-Score Periode Tahun 2008
2008Variabel Nilai Rasio Koefisien Z-Score Nilai Rasio x
KoefisienX1 0.164 1.2 0.197X2 0.139 1.4 0.194X3 0.055 3.3 0.182X4 0.910 0.6 0.546X5 1.212 1 1.212
Indeks Z-Score 2.331
Pada tahun 2008, nilai indeks Z-score sebesar 2,331 dimana masih berada di
gray area interval 1,81 < Z < 2,99. Di periode ini terdapat kenaikan nilai indeks
Z-Score sebesar 0,037 (dari 2,294 menjadi 2,331).Hal ini membuktikan bahwa
dari tahun 2005 ke tahun 2008 walaupun perusahaan berada dalam keadaan yang
belum sehat tetapi perusahaan terus mengalami kenaikan nilai indeks Z-score.
Perusahaan dalam hal ini berada dalam wilayah yang harus diwaspadai karena
nilai Z-score pada tahun 2005 hingga tahun 2008 belum melebihi nilai Z standar
yaitu 2,99. Untuk itu perusahaan akan dapat mengalami permasalahan terutama
dalam bidang keuangan jika perusahaan tidak melakukan perbaikan yang berarti
dalam menajemen maupun struktur keuangannya.Pada periode ini semua variabel
mengalami kenaikan kecuali variabel ke-4 (Market Value of Equity to Book Value
of Total Liabilities) yang terdapat penurunan.Pada variabel ke-4 terjadi penurunan
sebesar 0,376 (dari 0,922 menjadi 0,546), karena pada tahun ini harga saham
mengalami penurunan yang besar yaitu sebesar Rp 31/lembar saham (dari Rp
81/lembar saham menjadi Rp 50/lembar saham) sehingga menurunkan nilai pasar
modal perusahaan tersebut.Sedangkan variabel yang paling banyak
mempengaruhi pada periode ini adalah vaiabel ke-5 (Sales to Total Assets ).Pada
variabel ini terdapat kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 0,301 (dari 0,911
menjadi 1,212). Hal ini disebabkan adanya terdapat kenaikan penjualan yang
53
paling besar dibandingkan kenaikan penjualan periode lainnya yaitu Rp
32.937.953.932 (dari Rp 86.643.019.272 menjadi Rp 119.580.973.204) dan pada
periode ini terdapat kenaikan total aktiva sebesar Rp 3.497.962.095 (dari Rp
95.157.347.340 menjadi Rp 98.655.309.435).Hal ini membuktikan perusahaan
dapat mengurangi aktiva yang kurang produktif dan dapat menaikkan
penjualan.Sehingga efektivitas penggunaan aktiva perusahaan dalam rangka
menghasilkan penjualan pada periode ini lebih baik dibandingkan periode-periode
sebelumnya.
3.2.2 Pengaruh Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode
Altman Z-Score Terhadap Harga Saham PT Pyridam Farma Tbk
Sebelum melakukan uji analisis regresi linier sederhana, maka penulis
terlebih dahulu melakukan uji distribusi normal untuk mengetahui apakah data
yang diambil terdistribusi normal atau tidak. Apabila terdistribusi normal maka
penelitian dapat dilanjutkan. Data penelitian dikatakan normal apabila nilai
probabilitas atau signifikan lebih besar dari (>) 0,05. Dengan menggunakan
program SPSS maka didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 3.11 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.HARGA SAHAM .292 5 .190 .839 5 .163Z SCORE .334 5 .072 .833 5 .147
a Lilliefors Significance Correction
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan harga saham
(dengan jumlah data 5 buah) sebesar 0,163 > 0,05 sedangkan nilai signifikan Z-
score (dengan jumlah data 5 buah) sebesar 0,147 > 0,05, maka dapat disimpulkan
data harga saham dan Z-score yang diperoleh terdistribusi normal sehingga
penilitian dapat dilanjutkan menggunakan uji analisis regresi linier sederhana.
Tabel 3.12 : Descriptive Statistics Descriptive Statistics
54
Mean Std. Deviation NHargaSaham 57.20 14.377 5Zscore 2.36960 .458529 5
Tabel 3.12 diatas menunjukan rata-rata Z-score (dengan jumlah data 5 buah)
adalah 2,36960 dengan standar deviasi sebesar 0,458529. Sedangkan rata-rata
Harga Saham (dengan jumlah data 5 buah) adalah 57,20 dengan standar deviasi
sebesar 14,377.
Tabel 3.13 : Model Summaryb
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate
1 .282(a) .079 -.227 15.928
a. Preditor: (Constant), Zscoreb. Dependen Variabel: HargaSaham
Dari hasil tabel diatas diperoleh angka koefisien determinasi (R²) atau R
Square sebesar 0,079 atau (7,9%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase
sumbangan pengaruh Z-score terhadap harga saham hanya sebesar 7.9%. Atau
dapat diartikan bahwa 7,9% harga saham PT Pyridam Farma Tbk. dipengaruhi
atau dijelaskan oleh Z-score sedangkan sisanya (100 % - 7,9% = 92,1%)
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
Penulisan Ilmiah ini. Variabel-variabel lain tersebut dapat berupa faktor-faktor
eksternal perusahaan seperti faktor teknis dan faktor sosial, ekonomi, dan politik.
Seperti kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah, perkembangan kurs,
kondisi perekonomian nasional dan kondisi politik suatu negara dan lain
sebagainya.
Adjusted R Square merupakan nilai R Square yang telah disesuaikan
sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajagan dalam populasi. Nilai
ini selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif.
Pada tabel diperoleh angka adjusted R Square sebesar -0,227. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pertimbangan investor dalam membeli saham tidak hanya
berdasarkan faktor kinerja keuangan saja tetapi juga menimbangkan faktor
ekternal, seperti nilai tukar kurs, tingkat suku bunga bank yang selalu berfluktuasi
55
setiap waktu dan kondisi ekonomi maupun situasi politik serta kebijakan
pemerintah dalam industri dan dunia usaha.
Standard error of the estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan
model regresi dalam memprediksi nilai Y. Dari hasil regresi di dapat nilai 15,928
atau Rp 15,928 (satuan harga saham). Hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam
memprediksi harga saham sebesar Rp 15,928. dalam analisis sebelumnya (Tabel
3.12), bahwa standar deviasi harga saham adalah 14,377 dimana jumlahnya lebih
kecil dari standar error of the estimate yaitu 15,928. Karena standard error of the
estimate lebih besar dari standar deviasi harga saham, maka model regresi kurang
bagus dalam bertindak sebagai prediktor harga saham daripada rata-rata harga
saham itu sendiri.
Tabel 3.14 : Coeffisien
Coefficientsa
36.256 41.768 .868 .4498.839 17.369 .282 .509 .646
(Constant)Zscore
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: HargaSahama.
Dari tabel 3.14, maka diperoleh persamaan regresinya adalah sebagai
berikut :
Y= 36,256 + 8,839X
Dimana :
Y = Harga Saham
X = Z-Score
Dalam persamaan regresi tersebut diatas angka untuk b0 (konstanta)
adalah 36,256. Hal ini dapat diartikan jika Z-score (X) nilainya 0, maka harga
saham (Y) nilainya positif yaitu sebesar Rp 36,256.
56
Koefisien regresi variabel Z-score (X) mempunyai nilai yang positif
yaitu sebesar 8,839. Hal ini berarti jika Z-score mengalami kenaikan 1%,
maka harga saham akan mengalami peningkatan sebesar Rp 8,839. Koefisien
bernilai positif artinya terjadi hubungan searah antara Z-score dengan harga
saham. Semakin naik Z-score, maka semakin naik pula harga saham
Setelah mengetahui persamaan regresi di atas maka selanjutnya
adalah melakukan uji koefisien regresi sederhana (Uji t). Uji ini digunakan
untuk mengetahui apakah variabel independen (Z-score) berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen (harga saham). Signifikan berarti
pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
Uji t dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni dengan melihat signifikansi dan
dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel.
1. Pengujian dengan memperhatikan tingkat signifikansi
a. Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Z-score dengan
harga saham
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Z-score dengan harga
saham
b. Pengambilan Keputusan
Dasar pengambilan keputusan adalah:
Jika probabilitas < α 0,05, maka Ho ditolak
Jika probabilitas > α 0,05, maka Ho diterima
c. Keputusan
Pada tabel 3.13, terlihat bahwa tingkat signifikansi (sig.) adalah 0,646
atau probabilitas diatas 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara Z-score dengan harga saham.
57
2. Pengujian dengan membandingkan t hitung dengan t tabel
a. Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Z-score dengan
harga saham
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Z-score dengan harga
saham
b. Menentukan tingkat signifikan (α)
Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% (signifikansi 5% atau 0,05
adalah ukuran standar yang digunakan dalam penelitian di bidang
ekonomi)
c. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel 3.13 diperoleh t hitung sebesar 0,509
d. Menentukan t tabel
Tabel distribusi T dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan
derajat kebebasan (df) = n-k-1 atau 5-1-1= 3 (n adalah jumlah data dan
k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(signifikansi = 0,025) hasil yang diperoleh untuk t table adalah
sebesar 3,182
e. Dasar pengambilan keputusan:
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
f. Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai t hitung > t tabel (0,509 < 3,182) maka Ho diterima
g. Gambar
Ho ditolak Ho ditolak
Ho diterima
-3,182 0,509 +3.182
58
Gambar 3.1 Kurva Nilai t Hitung dan t Tabel
h. Kesimpulan
Dari tabel dan gambar di atas terlihat nilai t hitung lebih kecil dari
nilai t tabel (0,509 < 3,182) dengan demikian maka Ho diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara Z-score dengan harga saham.
3.3 Rangkuman Hasil Penelitian dan Analisis
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada
PT Pyridam Farma Tbk. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Tabel 3.15 : Analisis Z-score Periode 2004-2008
2004 '04 - '05 2005 '05 - '06 2006 '06 - '07 2007 '07 - '08 2008X1 0,083 (-) 0,002 0,081 0,057 0,138 (-) 0,001 0,137 0,060 0,197X2 0,131 0,013 0,144 0,018 0,162 0,005 0,167 0,027 0,194X3 0,127 (-) 0,006 0,121 0,053 0,174 (-) 0,016 0,158 0,024 0,182X4 2,324 (-) 1,219 1,105 (-) 0,210 0,895 0,027 0,922 (-) 0,376 0,546X5 0,482 0,036 0,518 0,220 0,738 0,173 0,911 0,301 1,212
Z-SCORE 3,147 (-) 1,178 1,969 0,138 2,107 0,187 2,294 0,037 2,331
Sumber : Data Olahan
Ket : (-) : terdapat penurunan
Berdasarkan tabel 3.15 dapat dilihat bahwa PT Pyridam Farma tbk selama
periode 2004-2008 nilai Z-core yang berada diatas titik cut off 2,99 hanya pada
tahun 2004 yaitu nilai Z-score sebesar 3,147 (3,147 > 2,99), hal ini menunjukkan
perusahaan tidak mengalami masalah dalam kondisi keuangannya (non-bankrupt
company).Pada tabel tersebut terlihat pada tahun 2004 kontrubusi terbesar yang
menyebabkan nilai indeks z-score tinggi dibandingkan periode lain adalah
variabel ke-4 (Nilai pasar modal sendiri /nilai buku total kewajiban), dikarenakan
pada tahun 2004 nominal total kewajiban perusahaan lebih kecil dibandingkan
periode lainnya. Sedangkan nilai pasar modal pada tahun 2004 mempunyai harga
saham penutupan yang cukup tinggi sebesar Rp 60/lembar saham dibandingkan
periode lainnya. Sehingga tiap modal saham yang didanai dari kewajiban
59
perusahaan mempunyai nilai yang cukup baik dibandingkan periode lainnya
sehingga perusahaan berada dalam keadaan sehat.
Sedangkan pada periode 2005-2008, dimana nilai Z-core pada periode
tersebut berada di interval 1,81 < Z < 2,99 (gray area).Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan berada dalam gray area artinya perusahaan belum dalam
keadaan sehat dan masih berada dalam wilayah yang harus patut diwaspadai
karena nilai Z-score pada peride tersebut belum melebihi nilai Z standar yaitu
2,99. Jika perusahaan tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam menajemen
maupun struktur keuangannya, maka perusahaan dapat mengalami permasalahan
terutama dalam bidang keuangan. Penurunan nilai Z-core tersebut dikarenakan
adanya penurunan variabel ke-1 (Working Capital to Total Asset) dan variabel ke-
3 (Earning Before Interest and Taxes to Total Assets) pada tahun 2005 dan tahun
2007, dikarenakan pada variabel ke-1 kenaikan modal kerja tidak seiring dengan
kenaikan total aktiva perusahaan, dan pada variabel ke-3 terdapat penurunan
dikarenakan pada tahun 2005 dan tahun 2007 laba bersih sebelum pajak
perusahaan mengalami penurunan sehingga kenaikan EBIT tidak seiring dengan
kenaikan total aktiva perusahaan.Akan tetapi yang menyebabkan perusahaan
berada didalam wilayah gray area pada tahun 2005-2008 paling banyak
dipengaruhi oleh variabel ke-4 (Market Value of Equity to Book Value of Total
Liabilities).Hal ini disebabkan karena berfluktuasinya harga saham dan sering
terjadi turunnya harga saham sedangkan total hutang perusahaan yang semakin
membesar sehingga menyebabkan penurunan yang cukup mempengaruhi nilai Z-
score.Maka dapat disimpulkan peningkatan nilai modal sendiri yang tidak seiring
dengan peningkatan total hutang perusahaan.Akan tetapi walaupun perusahaan
berada dalam keadaan yang belum sehat tetapi perusahaan terus mengalami
kenaikan nilai indeks Z-score hal ini disebabkan karena terdapat kenaikan variabel
ke-2 (Retained Earning to Total Assets ) dan variabel ke-5 (Sales to Total Assets )
terus menerus dari tahun 2004 sampai tahun 2008, yaitu kenaikan laba ditahan
dan penjualan perusahaan yang seiring dengan kenaikan total aktiva. Disini
membuktikan terdapat perbaikan permasalahan perusahaan dalam menghadapi
keadaan tersebut walaupun belum maksimal.
60
Tabel 3.16 : Analisis Regresi Linear Sederhana
Variabel
Dependen (Y)
Variabel
Independen (X)
T
Hitung
T
TabelSignifikansi
Harga Saham Z-score 0,509 3,182 0,646
Berdasarkan analisis regresi linier sederhana maka didapat persamaan Y=
36,256 + 8,839X. Artinya dalam persamaan regresi tersebut angka untuk
konstanta adalah 36,256 yang berarti jika nilai Z-score (X) nilainya 0, maka harga
sahamnya (Y) nilainya positif yaitu sebesar Rp 36,256. Sedangkan koefisien
regresi variabel Z-Score (X) mempunyai nilai positif artinya terdapat hubungan
yang searah antara Z-Score terhadap harga saham. Semakin naik Z-score, maka
semakin naik pula harga saham.Hal ini berarti jika Z-score mengalami kenaikan
1%, maka harga saham akan mengalami peningkatan sebesar Rp 8,839. Kemudian
diperoleh angka koefisien determinasi (R²) atau R Square sebesar 0,079 atau
(7,9%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh Z-score
terhadap harga saham hanya sebesar 7.9%. Atau dapat diartikan bahwa 7,9%
harga saham PT Pyridam Farma Tbk. dipengaruhi atau dijelaskan oleh Z-score
sedangkan sisanya (100 % - 7,9% = 92,1%) dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam Penulisan Ilmiah ini.
Dalam uji koefisien Regresi Sederhana (Uji t) yang telah dilakukan
didapat tingkat signifikansi (sig.) adalah 0,646 atau probabilitas diatas 0,05, maka
Ho diterima dan Ha ditolak. Disamping itu juga berdasarkan uji t yang
membandingkan t hitung dengan t tabel diperoleh nilai t hitung lebih kecil dari
nilai t tabel (0,509 < 3,182) dengan demikian maka Ho diterima. Sehingga dari
pengujian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara Z-score dengan harga saham.Kondisi tersebut lebih cenderung
mempertimbangkan faktor-faktor eksternal perusahaan seperti faktor sosial,
ekonomi, dan politik. Seperti kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah,
perkembangan kurs, kondisi perekonomian nasional dan kondisi politik suatu
61
negara dan lain sebagainya. Dimana faktor-faktor inilah yang membentuk
kekuatan pasar yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan baik
mengalami kenaikan atau penurunan harga saham,dibandingkan
mempertimbangkan faktor internal yaitu faktor fundamental perusahaan seperti
informasi kinerja keuangan yang bukan merupakan prediktor utama penentuan
harga saham perusahaan tersebut.