bab iii timbulnya konflik antara buruh dengan … · 49 bab iii timbulnya konflik antara buruh...

32
49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni Delanggu. 1. Dukungan dari Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Dalam rangka membina solidaritas buruh memerlukan organisasi yang mengikat perusahaan tersebut. Dalam wujudnya yang sederhana organisasi buruh tidak memerlukan ikatan organisatoris yang ketat dan sistematis, karena kesempatan untuk bertemu secara langsung baik diantara sesama pekerja maupun dengan pihak pengusaha tidak dapat dilakukan dengan mudah. Pada perusahaan yang besar dengan beratus-ratus atau beribu-ribu karyawan maka kontak langsung khususnya dengan majikan menjadi masalah yang sulit karena birokrasi yang rumit. Untuk membantu kelancaran komunikasi itu mereka memerlukan kekuatan untuk memberikan tekanan atau memaksa pengusahanya baik secara formal maupun secara informal. Selain karena faktor ekonomi, berdirinya perserikatan-perserikatan buruh juga dipengaruhi oleh perkembangan politik yang sedang melanda masyarakat Indonesia. Organisasi sebagai lembaga modern merupakan alat perjuangan politik dan sosial-ekonomi. Partai politik melihat adanya potensi sosial pada serikat buruh, sebaliknya serikat buruh mengharapkan peranan partai politik untuk memperjuangkan perbaikan nasibnya. Dari pihak serikat pekerja fungsinya

Upload: truongmien

Post on 28-Aug-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

49

BAB III

TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN

PENGUSAHA

A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

Delanggu.

1. Dukungan dari Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI).

Dalam rangka membina solidaritas buruh memerlukan organisasi yang

mengikat perusahaan tersebut. Dalam wujudnya yang sederhana organisasi buruh

tidak memerlukan ikatan organisatoris yang ketat dan sistematis, karena

kesempatan untuk bertemu secara langsung baik diantara sesama pekerja maupun

dengan pihak pengusaha tidak dapat dilakukan dengan mudah. Pada perusahaan

yang besar dengan beratus-ratus atau beribu-ribu karyawan maka kontak langsung

khususnya dengan majikan menjadi masalah yang sulit karena birokrasi yang

rumit. Untuk membantu kelancaran komunikasi itu mereka memerlukan kekuatan

untuk memberikan tekanan atau memaksa pengusahanya baik secara formal

maupun secara informal.

Selain karena faktor ekonomi, berdirinya perserikatan-perserikatan buruh

juga dipengaruhi oleh perkembangan politik yang sedang melanda masyarakat

Indonesia. Organisasi sebagai lembaga modern merupakan alat perjuangan politik

dan sosial-ekonomi. Partai politik melihat adanya potensi sosial pada serikat

buruh, sebaliknya serikat buruh mengharapkan peranan partai politik untuk

memperjuangkan perbaikan nasibnya. Dari pihak serikat pekerja fungsinya

Page 2: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

50

sebagai perserikatan ekonomik mulai juga pada orientasi politik. Pendekatan para

kaum politisi kepada buruh dilakukan lewat penerangan dan juga menjabat

pimpinan dalam serikat buruh.

Jika serikat buruh mau bergerak dalam politik, mereka akan dapat

membawa perjuangan kebangsaan ke pemerintah sendiri. Aksi-aksi ekonomi

buruh diperlukan sebagai tekanan terhadap pemerintah kolonial. Untuk itu serikat

buruh perlu dipersatukan dan dihimpun oleh sentra organisasi buruh.1

Organisasi-organisai pergerakan buruh muncul bagaikan cendawan di

musim hujan. Organisasi-organsasi yang ada di dalam lapisan masyarakat tersebut

muncul sebagai wujud cita-cita kemerdekaan. Lahirnya pergerakan buruh di

Indonesia sejatinya merupakan suatu aksi yang muncul dari harga diri kebangsaan

yang dikobarkan oleh partai politik, dan tidak mengherankan jika dalam

perkembangannya, pasang surut perkembangan buruh sebagian dtentukan oleh

gelombang politik kebangsaan dalam perjuangan pembebasan diri dari penindasan

kolonialisme.

Seiring dengan perkembangan politik diawal kemerdekaan membuat partai

politik saling bersaing pengaruh di pemerintahan. Berawal dari perjanjian

Renville yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 kedua belah pihak

bertemu di atas kapal Renville untuk menandatangani persetujuan gencatan

senjata dan prinsip-prinsip politik yang telah disetujui bersama. Pada saat

perundingan berlangsung diadakan pula reshuffle kabinet Amir Sjarifuddin.

Dalam pengumumannya tanggal 12 November 1947, dinyatakan bahwa Partai

1 Suri Suroto. Gerakan Buruh dan Permasalahannya. Prisma No. 14: 25,

1985. Hlm 27.

Page 3: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

51

Sosialis 7 kursi, Masyumi 5 kursi, PNI 7 kursi, PSII 5 kursi, PBI, PKI, Partai

Katolik, Parkindo, Badan Konggres Pemuda masing-masing 1 kursi, golongan tak

berpartai 5 kursi jadi jumlah 37 kursi.

Tujuan Pemerintah adalah untuk memperkuat kabinetnya dalam rangka

menghadapi perundingan dengan Belanda. Sekalipun kabinet Amir Sjarifuddin

merupakan kabinet koalisi yang kuat, namun setelah kabiner Amir menerima

persetujuan Renville, partai-partai politik kembali menentangnya. Masyumi yang

merupakan pendukung kabinet, menarik menteri-menterinya. Tindakan Masyumi

didukung oleh PNI. Sebagai hasil sidang Dewan Partai tanggal 8 Januari 1948

PNI menuntut supaya kabinet Amir Sjarifuddin menyerahkan mandatnya kepada

Presiden. PNI menolak persetujuan Renville karena persetujuan itu tidak

menjamin dengan tegas akan kelanjutan dan kedudukan Republik. Kabinet Amir

Sjarifuddin hanya didukung oleh Sayap kiri tidak berhasil dipertahankan.2

SOBSI lahir pada tanggal 29 November 1946 di Yogyakarta saat

pasangnya revolusi, dimana seluruh rakyat Indonesia berperang melawan musuh

revolusi kaum militeris Jepang dan tentara kolonial Belanda yang dibantu oleh

tentara imperialis Inggris, sehingga SOBSI terbentuk sebagai hasil persatuan

kaum buruh Indonesia yang anti fasis dan anti kolonialisme yang taraf hidupnya

masih rendah, upah dan jaminan sosial tidak mencukupi. SOBSI sebagai

organisasi buruh merupakan organisasi yang berdiri sendiri, bebas dan bersifat

non-partai, namun tidak berarti anti-partai. Keanggotaan SOBSI berasal dari kaum

buruh yang terorganisasi dalam serikat-serikat buruh.

2 Sartono Kartodirjo. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975. Hlm: 53-54.

Page 4: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

52

Tugas SOBSI secara kongkrit adalah menggerakkan massa untuk

melaksanakan aksi-aksi dalam berbagai kepentingan, seperti aksi sosial, aksi

ekonomi, kebudayaan dan aksi politik yang dipadukan dengan pekerjaan untuk

menarik massa kaum buruh ke dalam keanggotaan serikat buruh SOBSI. SOBSI

merupakan organisasi buruh yang bersifat sentral, artinya menghimpun organisasi

buruh yang ada dengan maksud menjadi wadah dari semua organisasi buruh di

seluruh Indonesia. Diantaranya organisasi Sarbupri yang merupakan organisasi

buruh terbesar dalam wadah SOBSI. Maka dari itu Sarbupri merupakan landasan

utama bagi SOBSI.

Jadi dengan lahirnya serikat-serikat buruh, kaum buruh memiliki suatu

wadah yang dapat memperjuangkan aspirasi dan menjadikan mereka berani

menuntut keadilan dari para pemilik modal. Berdirinya serikat-serikat buruh inilah

sebagai awal lahirnya gerakan-gerakan buruh untuk memperjuangkan nasibnya

seperti gerakan buruh yang terjadi di Pabrik Karung Goni Delanggu.

Persoalan-persoalan perselisihan buruh dan tuntutannya di pabrik karung

Delanggu telah dimulai sejak bulan Februari 1948. Pihak buruh di Delanggu

dipimpin oleh Lembaga Buruh Tani (LBT) yang bernaung dibawah SOBSI.

Mereka menuntut agar buruh tetap dan buruh lepas diberikan gaji in natura (selain

uang) yatu berupa kain berukuran 3 meter untuk tahun 1948 dan 20 kg

(maksimum 35 kg) beras untuk satu keluarga per bulan.3 Peran SOBSI sangatlah

besar dalam pemogokan, dalam perkembangan pemogokan buruh di Pabrik

Karung Goni Delanggu sebagai penggerak Sarbupri.

3 Soe Hok Gie. Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan Kisah

Pemberontakan Madiun September 1948. Yogyakarta: Benteng, 1997. Hlm: 201.

Page 5: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

53

2. Pengelolaan Tenaga Buruh Pabrik Karung Goni Delanggu.

Buruh sebagai tenaga kerja bebas dengan mendapatkan upah, timbul untuk

menggantikan tenaga budak yang dilarang dan penghapusan kerja wajib. Dengan

masuknya modal asing yang membuka perkebunan terutama sesudah pertengahan

abad XIX, rakyat pedesaan khususnya yang tidak memiliki tanah dapat

memperoleh pekerjaan yang lebih tetap di perkebunan-perkebunan tersebut. Tidak

hanya mereka yang memiliki garapan, tetapi juga para pemilik tanah sawah yang

disewa oleh pabrik ditampung sebagai pekerja buruh upahan.

Sistem kerja upahan mulai diperkenalkan di kota-kota VOC, terutama di

Batavia. Ketika berkuasa, VOC menggunakan perangkat feodal tradisional yang

berlaku untuk memperoleh tenaga kerja yang diperlukan. Sejak VOC diganti oleh

pemerintah Hindia-Belanda, terutama atas rintisan Raffles lembaga kerja wajib

berangsur-angsur ditinggalkan dan diganti dengan sistem kerja upah sehingga

banyak muncul tenaga kerja bebas.4 Dalam hubungan kerja bebas tersebut

nampak ada dua pihak, yaitu buruh disatu pihak dan majikan pada pihak lain.

Kedua pihak ini, tidak selalu sepakat dalam memenuhi kebutuhan masing-masing.

Tidak jarang ketidaksepakatan ini menimbulkan pergesekan yang dapat

berkembang menjadi konflik. Seperti halnya konflik yang terjadi di Pabrik

Karung Goni Delanggu. Masyarakat desa diawal kemerdekaan sebenarnya belum

mengerti tentang suatu gerakan untuk menentang pengusaha karena di dalam

pikirannya yang penting bekerja dan mendapatkan upah untuk keperluan

hidupnya sehari-hari . Hal ini dapat dimengerti karena dimasa awal kemerdekaan

kondisi sosial-ekonomi di masyarakat desa di seluruh Indonesia masih mengalami

4 Suri Suroto. op.cit., Hlm: 26.

Page 6: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

54

kesulitan ekonomi. Tidak terkecuali penduduk desa Delanggu dan sekitarnya yang

mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh pabrik dan juga buruh tani. Pada

dasarnya kaum buruh di Delanggu terbagi menjadi dua golongan yaitu pertama

pegawai administrasi yang bekerja dikantor dan disebut juga pegawai bulanan

yaitu pegawai menengah-rendah terdiri dari mandor (pengawas pekerja) dan para

sinder (kepala pengawas tanaman). Kedua jenis pegawai administratif sesekali

waktu mengecek ke lapangan. Golongan kedua buruh yang bekerja dilapangan.

Buruh yang bekerja di lapangan terdiri dari pekerja harian tetap, pekerja borongan

tetap, pekerja harian dan borongan lepas dan buruh maro.5

Pabrik Karung Goni Delanggu memperoleh tenaga kerja dari daerah

Kabupaten Klaten sendiri dan dari beberapa daerah yang lain. Konsentrasi

kegiatan usaha di Delanggu menyebabkan sebagian besar tenaga kerja tersebut

diambilkan dari wilayah Delanggu pula. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan

perusahaan tersebut, yaitu pertanian perkebunan. Kegiatan usaha ini dengan

menyewa tanah dari penduduk setempat. Penyewaan tanah oleh perusahaan tidak

berarti hilangnya kesempatan kerja dari pemilik tanah yang disewa, mereka

mendapatkan kesempatan untuk ikut serta mengerjakan tanahnya dengan

memperoleh imbalan jasa sebagai buruh pabrik.

Apabila seseorang menggantungkan hidupnya pada upah yang diterimanya

melalui usaha atau kerja, ini berarti bahwa disamping apa yang dikerjakan itu

mencerminkan status, maka upah yang diterimanya menentukan tingkat hidupnya

sendiri bserta para anggota keluarganya yang menjadi tanggungannya. Upah yang

5 Arsip Kementrian Penerangan No 46 dan No. 242. Koleksi Badan Arsip

Nasional Republik Indonesia.

Page 7: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

55

diberikan kepada seseorang seharusnya sebanding dengan kegiatan-kegiatan yang

telah dikerahkan, maka upah yang diharapkan oleh seorang pekerja adalah upah

yang wajar. Upah wajar maksudnya adalah upah yang secara relatif dinilai cukup

oleh para pengusaha dan para buruhnya sebagai uang imbalan atau balas jasa yang

diberikan buruh kepada pengusaha/perusahaan sesuai dengan perjanjian kerja

diantara mereka.6

Jika ketentuan-ketentuan tentang pemberian upah yang telah ditetapkan

oleh pengusaha telah dilakukan dengan baik maka tidak akan timbul perselisihan

antara buruh dan pengusaha, karena salah satu faktor timbulnya perselisihan

antara buruh dan pengusaha adalah ketidakpuasan dalam hal pemberian upah

kepada pekerja. Seperti halnya permasalahan pemogokan kaum buruh pabrik

karung Delanggu yang disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat kesejahteraan

diantara para pekerjanya sehingga menimbulkan suatu kecemburuan yang

berakibat pada terjadinya konflik.

Sistem pengupahan yang digunakan dalam Pabrik Karung Goni Delanggu

ini jelas menimbulkan perselisihan di kalangan buruhnya, hal ini dikarenakan :

Pertama, perbedaan fasilitas yang dinikmati oleh para pegawai

administratif dengan buruh lapangan yang bekerja pada pabrik karung Delanggu

menunjukkan perbedaan yang sangat besar dan mencolok. Golongan yang

pertama (pegawai administratif) menikmati fasilitas jauh lebih baik bila dibanding

dengan golongan kedua (golongan buruh lapangan). Para pegewai golongan

pertama dapat naik mobil, berpakaian bagus, bersepeda Raleigh yang mengkilap,

6 Kartosapoetra. Hukum Perburuhan di Indonesia. Jakarta: Bina Aksara,

1988. Hlm 14-16.

Page 8: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

56

sedangkan golongan kedua hanya mampu berpakaian karung goni. Secara sosial

ekonomi, kehidupan golongan jenis kedua ini sangat rendah upahnya karena upah

harian yang diterima hanya Rp. 2,00 per hari sedangkan harga beras dari

pemerintah sebesar Rp. 1,50 dan harga pasaran bebas pasti akan lebih tinggi dari

pada harga yang ditetapkan oleh pemerintah.7

Kedua, penggunaan sistem mandor dalam merekrut tenaga kerja

menimbukan sistem pencalonan yang mengakibatkan keterlambatan pembayaran

dan manipulasi upah kerja. Posisi mador sebenarnya tidaklah begtu

memprihatinkan karena mereka mendapatkan upah lebih tinggi dari pada upah

buruh harian biasa, selain itu juga masih mendapatkan insentif dari

perusahaannya. Jadi seorang mandor dapat memperoleh pendapatan dari dua

sumber, pertama, berupa komisi yang diterima dari perusahaan itu sendiri, dan

kedua berupa pungutan yang diperoleh dari upah kerja yang berasal dari pabrik

dan upah kerja yang benar-benar diberikan kepada para pekerja.8

Pegawai administratif dan pegawai lapangan memperoleh fasilitas yang

berbeda, perbedaan itu sangat mencolok. Pegawai golongan pertama dapat

menikmati fasilitas jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan dengan golongan

kedua. Perbedaan yang sangat besar tersebut menimbulkan rasa tidak puas

terhadap para buruh lapangan sehingga timbul tuduhan korupsi kepada para

pegawai golongan administrasi.

7 Surat Kabar Kedaulatan Rakjat No.199 tanggal 12 Juli 1948. Koleksi

Monumen Pers Nasional. 8 Wawancara dengan Bapak Atmo Wilopo, mantan pegawai administrasi

pabrik di Bakungan, Juwiring, tanggal 18 Juli 2015.

Page 9: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

57

Keadaan ekonomi buruh lapangan sangat memprihatinkan, perbedaan

upah antara pegawai admnistrasi dan buruh lapangan sangat besar. Pekerja

lapangan rata-rata hanya menerima upah Rp. 1,5-Rp.2 per hari dengan coupon

(kupon) beras 200 gram yang harus dibelinya, pada waktu itu harga beras Rp. 1,5

per kg, sedangkan upah buruh di luar perkebunan (administrasi) sebesar Rp. 10-

Rp. 15 per harinya Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan upah yang diterima

hampir 100 persen. Jaminan beras saban hari 400 gram buat buruh yang masuk

kerja dan 200 gram buat keluarganya akan hilang apabila buruh tersebut tidak

masuk kerja. Sedangkan harga beras pada waktu Rp. 1,5 per kg.

Keadaan tersebut sangat membebani kehidupan ekonomi buruh lapangan.

Yang dimaksud dengan keluarga buruh ialah istri, anak sendiri, anak tiri, ibu dan

bapak sendiri atau mertua yang umurnya lewat 55 tahun yang tidak mempunyai

penghasilan sendiri dan tidak ditanggung sendiri oleh orang lain.9 Sebuah

sentimen-sentimen pribadi yang berubah menjadi sentimen kelompok dari kaum

buruh yang merasa dirugikan dengan penggunaan sistem mandor. Mandor-

mandor ini juga sebenarnya yang telah melakukan propaganda kepada kaum

buruh, yaitu menjanjikan bahwa para buruh akan diberikan kenaikan upah dan

masing-masing kepada buruh maro akan diberikan kain sebanyak 3 meter per

orang. Padahal menurut keterangan dari pemerintah tidak pernah memberikan

janji-janji seperti yang dijanjikan para mandor.

Sistem pengelolaan dan pengupahan kerja seperti yang diuraikan diatas

maka tidaklah mengherankan jika pemogokan buruh di pabrik karung Delanggu

9 Arsip Kementrian Penerangan No.242. Koleksi Badan Arsip Nasional

Republik Indonesia.

Page 10: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

58

terjadi. Sistem kepegawaian yang ada telah memungkinkan suatu tingkat

perbedaan pendapatan dan penguasaan faslilitas penunjang, mereka yang bekerja

di bidang administratif hidup dalam situasi ekonomi yang baik, sementara buruh

yang bekerja dilapangan hidup dengan penghasilan yang tidak dapat

memungkinkan dirinya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perkiraan

upah buruh bulanan yang hanya Rp.30, sampai Rp.45, selama satu bulan,

sedangkan untuk para sinder upah berkisar antara Rp.300, sampai Rp.450, per

bulan. Maka tidaklah heran jika banyak buruh yang bekerja sambil membawa

dagangan untuk dijual pada saat pergantian waktu kerja untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka.

Para kader Sarbupri dengan hasutan-hasutannya agar pihak pengusaha

menaikan upah mereka disambut baik oleh para buruh. Dengan wadah organisasi

massa, para buruh dapat menekan majikan dengan cara pemogokan dan

berdemontrasi. Hal ini sangat merugikan majikan sehingga perundingan untuk

mencapai kesepakatan menjadi jalan tengah yang terbaik. Adanya wadah

organisasi massa buruh perkebunan yang terhimpun dalam Sarbupri menjadikan

buruh di Delanggu pemikirannya menjadi maju. Buruh sudah bisa mengadakan

gerakan pemogokan. Buruh sudah berani menentang dalam hubungan organisasi

terhadap Pemerintah untuk mendapatkan perbaikan nasib. Jika ini dilakukan

dalam suatu masa dan dalam suatu satu susunan negara di mana ada pertentangan

kelas (tingkat) dan di mana modal berkuasa maka akan kita hormati buruh yang

berani mogok itu sebagai pahlawan. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan

buruh yang mogok di Delanggu (di antara Klaten-Surakarta). Dikatakan bahwa

sekitar 15.000 buruh dari pabrik karung dan penanam kapas di daerah Delanggu

Page 11: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

59

diperintahkan oleh SOBSI karena permintaan-permintaan buruh tidak tidak

dipenuhi oleh Pemerintah. Tuntutan buruh Delanggu sebenarnya biasa saja hanya

yaitu mengenai jaminan makanan (beras), bahan pakaian dan penghasilan (gaji).

Lembaga Buruh dan Tani sebagai perwakilan dari buruh supaya jaminan tersebut

diberikan kepada pegawai dan pekerja bulanan, pekerja harian tetap, pekerja

borongan tetap, pekerja lepas termasuk pekerja harian dan borongan lepas dalam

perkebunan pekerja maro.10

B. Jalannya Pemogokan Buruh Pabrik Karung Goni Delanggu

Gerakan buruh dengan cara mogok kerja yang sifatnya baru sama sekali

dalam sejarah pemogokan di Indonesia setelah negara ini merdeka, ialah

pemogokan buruh-tani, buruh maro yang terjadi di perkebunan milik

pemerintah.11

Sebelum terjadinya aksi demonstrasi pada tanggal 19 Mei 1948 di

Solo. Tanggal 17 Februari 1948 bertempat di lapangan merdeka Delanggu

diadakan rapat umum setelah acara Konferensi Besar Delanggu yang disaksikan

oleh Alimin (seorang pemimpin kelas Buruh Indonesia), Harjono (Ketua umum

Sentra Biro SOBSI), Njono (Sekertaris umum Sentral Biro SOBSI) dan lain-lain,

pemimpin Sarekat Buruh dan Sarekat Tani. Konferensi Besar yang bersejarah itu

yang berlangsung selama 2 hari dipimpin oleh Drs. Maruto Darusman. Sebelum

Konferensi Besar dimulai diucapkan “Sumpah Delanggu” secara serentak dengan

berdiri oleh seluruh pengunjung Konferensi Besar. Berikut ini adalah petikan dari

Sumpah Delanggu:

10

Majalah“Merdeka” No.26, Tahun I, 10 Djuli 1948. Koleksi

Perpustakaan Nasional. 11

Majalah “Merdeka” No.744. Tahun III, 6 Djuli 1948. Hlm 2. Koleksi

Perpustakaan Nasional.

Page 12: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

60

SUMPAH DELANGGU

Kita mung NGENAL sarikat buruh perkebunan sidji ing saindening Indonesia

jaiku SARBUPRI.

Kita mung NGAKONI sarikat buruh perkebunan sidji ing saindening Indonesia

jaiku SARBUPRI

Kita mung NGGABUNGAKE marang sarikat buruh perkebunan sidji ing

saindening Indonesia, jaiku SARBUPRI

Sarikat buruh perkebunan LIJANE Sarbupri : PALSU

Sarbupri mung NGENAL pusat sarekat buruh sidji ing saindening Indonesia,

jaiku SOBSI

Sarbupri mung NGAKONI pusat sarikat buruh sidji ing saindening Indonesia,

jaiku SOBSI

Sarbupri mung NGGABUNGKE marang pusat sarikat buruh sidji ing saindening

Indonesia, jaiku SOBSI

Pusat sarikat buruh LIJANE Sobsi : PALSU.12

Sumpah Delanggu ini mempunyai arti bahwa kaum buruh perkebunan

tidak mau dipecah belah. Setelah Konferensi Besar di Delanggu pada tanggal 26

Februari 1948 di Solo diadakan rapat umum golongan kiri yang tergabung dalam

Front Sayap Kiri memperkuat oposisinya terhadap Pemerintah dengan

membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang merupakan fusi dari kekuatan

golongan kiri, termasuk di dalamnya PKI, Partai Sosialis, Partai Buruh, Sentral

Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) dan Pemuda Sosialis Indonesia

(Pesindo).

Dalam rapat umum tersebut terpilihlah Amir Sjarifuddin sebagai ketua.13

Rapat-rapat umum seperti inilah yang bisa membangkitkan massa terutama buruh

dapat mudah terpengaruh oleh partai-partai golongan kiri yang ingin

memperjuangkan nasib mereka. Tuntutan buruh dan tani yang dipimpin oleh

12

Surat Kabar Warta Sarbupri No.4-5 Tahun II, Februari 1951. Hlm: 11.

Koleksi Perpustakaan Nasional. 13

Pramoedya Ananta Toer. Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV. Jakarta:

Gramedia. 2003. Hlm: 31.

Page 13: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

61

SOBSI melalui organisasinya “Lembaga Buruh dan Tani” (LBT) menuntut

kepada Badan Tektil Negara (BTN) dari Kementrian Kemakmuran. LBT

menuntut perbaikan gaji, pemberian beras dan pakaian, yang oleh BTN dirasakan

berat. Jadi persengketaan ini sudah mulai sejak bulan Februari 1948.

Selain buruh pabrik dan buruh lapangan aksi demonstrasi dan mogok kerja

juga melibatkan para petani di Delanggu yaitu petani kenceng, petani setengah

kenceng, petani gundulan, petani pengindung dan juga buruh tani. Rapat umum

yang diadakan oleh golongan kiri dengan orang-orang yang pandai dalam orator

dan memotivasi para buruh digunakan oleh partai politik (PKI), FDR, SOBSI dan

Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia (Sarbupri) untuk mengumpulkan

massa agar dapat mendukung perjuangan mereka. Hal inilah yang menjadikan

latar belakang gerakan buruh yang awalnya buruh tidak mengetahui aksi

pemogokan dan demontrasi terhadap pengusaha dan pemerintah menjadikan

buruh menjadi berani karena disokong oleh partai golongan kiri tersebut.14

Pemogokan buruh Pabrik Karung Goni Delanggu berlangsung dalam

periode yang panjang dan bertahap. Dalam pemogokan tersebut melibatkan

hampir semua buruh non staf yang bekerja pada perusahaan karung Delanggu.

Pemogokan Delanggu berjalan dengan sangat teratur dan disiplin. Tiap pagi para

buruh yang mogok datang ke pabrik setelah absen kemudian pulang. Barang siapa

tidak presensi dengan alasan yang cukup, maka ia tidak akan mendapat upah

14

Nasution, A.H. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid VIII.

Bandung: Angkasa. 1979. Hlm: 33.

Page 14: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

62

untuk hari itu jika kelak pemogokannya menang dan tuntutan-tuntutannya

dipenuhi.15

1. Tahap I (19 Mei 1948 - 25 Mei 1948).

Solo adalah bastion atau benteng dari FDR. Dari sinilah gelombang

pertama gerakan buruh terjadi di Solo dengan cara berdemonstrasi yang dilakukan

oleh SOBSI Solo. Serikat Buruh Kereta Api (SBKA) ranting Purwosari di stasiun

Purwosari baru saja melakukan pemogokan sit down selama 2 jam. Setelah aksi

sit down mereka melakukan penyambutan buruh di peron kemudian sebagian dari

mereka melakukan demontrasi.

Buruh pabrik karung Purwosari yang masuk Perbutsi (Perserikatan Buruh

Tektil Seluruh Indonesia) turut pula demonstrasi. Seperti diketahui tempat pabrik

karung tersebut digunakan sebagai stasiun pertama dari kaum demonstran dimana

sudah menunggu kawan-kawan Sarbupri dari Boyolali dan Temulus, Klaten.16

Demontrasi yang dimulai dari stasiun Purwosari menunjukkan teratur dan

terpimpin. Perjalanan lalu lintas tidak terganggu dan berbaris berempat. Di depan

bendera Merah Putih dan bendera buruh (Merah) yang besar dan gagah

mempelopori demontran tersebut. Di belakangnya berjalan delegasi yaitu

Suryamin dan Samidjo, masing-masing mewakili Sarbupri dan Barisan Tani

Indonesia (B.T.I) bersama-sama dengan Suhaimi Rachman selaku wakil dari P.P.

Sarbupri. Beberapa anggota staf dari Komite Kesatuan Aksi turut serta.

15

Djoko Sudjono. Tuntuan Membangun Sarekat Buruh. Jakarta: Penyiar

Penerbit Nasional, 1950. Hlm: 38. 16

Majalah“Tenaga” Suara Buruh Perkebunan No.3 Tahun III Djuni 1948.

Koleksi Perpustakaan Nasional.

Page 15: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

63

Di belakang delegasi berjalan sebuah barisan tambur yang sengaja dibawa

oleh Sarbupri Delanggu yang tidak hentinya membunyikan lagu mars untuk

menambah semangat kaum demonstran. Kemudian di belakang tambur kaum

buruh berbaris empat-empat yaitu kaum buruh B.T.N, dari pabrik karung

Delanggu, dan tujuh perusahaan perkebunan yang masing-masing membawa

bendera dan nama Ranting Sarbupri serta slogan-slogan yang menarik, dibelakang

sekali berbaris kaum demonstran solidair dari seperti cabang Boyolali, Temulus

dan lain-lain. Mereka membawa bendera nasional dan bendera buruh serta

meneriakkan semboyan yang spesial untuk keperluan demonstrasi.

Tiap-tiap gerombolan ada yang memimpinnya sehingga barisan sangat

teratur. Teriakan (yell-yell) keluar dari mulut buruh yang militan itu membelah

angkasa. Apabila kepala pasukan bersorak maka bersoraklah semua, apabila

diteriakan suatu slogan, berteriaklah semua barisan seakan-akan keluar dari satu

mulut.17

Sepanjang jalan dari pabrik karung Purwosari melalui jalan Purwosari,

demonstran sungguh menggemparkan masyarakat. Buruh yang tempat

pekerjaanya di pinggir jalan yang dilalui demonstrasi keluar berbaris di depan

kantor perusahaan menyampaikan salam perjuangan dan menyerukan kata-kata

yang menebalkan semangat demonstran.

Masyarakat kota Solo terpengaruh benar-benar demonstrasi Sarbupri-BTI

lebih kurang 3.000 buruh dan 2500 buruh dari luar. Pernyataan simpati datang

dari Sarbupri cabang Boyolali dan cabang Temulus. Dari Boyolali mengirimkan

500 anggotanya ke Solo dengan naik kereta api dan dari Temulus mengirimkan

17

Majalah “Tenaga” Suara Buruh Perkebunan. op.cit.

Page 16: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

64

200 anggotanya. Kawan-kawan yang datang disambut dan disiapkan segala

sesuatu untuk pengangkutan setibanya di Solo. Mereka menganggap bahwa

perbuatannya adalah simpati-solidair. Mereka ikut demontrasi agar demontrasi

Delanggu lebih kuat dan diketahui oleh BTN.18

Berbarengan dengan demontrasi di Solo tanggal 19 Mei 1948 patutlah

dicatat bahwa di pabrik karung dan tiap-tiap perusahaan dilakukan pula

demontrasi serentak. Seperti juga demontrasi di Solo, tiap-tiap Ranting

Sarbupridisampaikan oleh suatu delegasi Ranting sepucuk Nota kepada pimpinan

perusahaan seperti yang diserahkan kepada BTN. Kalau di kota Solo Nota itu

diserahkan ke Residen sebagai kepala daerah, di Ranting Nota itu diserahkan ke

Wedono dan Asisten Wedono. Semua Wedono dan Asisten Wedono menyatakan

kesanggupannya akan membantu tuntutan demontran. Juga di tiap-tiap Ranting

diadakan arak-arakan yang tidak kalah besarnya dan semangatnya daripada di

kota.19

2. Tahap II (26 Mei 1948 - 3 Juni 1948).

Berbarengan dengan demontrasi di Solo tanggal 19 Mei 1948 patutlah

dicatat bahwa di pabrik karung dan tiap-tiap perusahaan dilakukan pula

demontrasi serentak.

18

Majalah “Tenaga” Suara Buruh Perkebunan. No.3 Tahun III Djuni

1948. Koleksi Perpustakaan Nasional

19

Majalah“Merdeka” No.774, tanggal 6 Djuni 1948. Koleksi Perpustakaan

Nasional.

Page 17: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

65

Pada tanggal 26 Mei 1948 buruh melakukan pemogokan “sit down” yang

pertama dan Sarbupri pabrik karung Delanggu yang mempeloporinya. Keputusan

ini ditetapkan oleh seuatu rapat antara Sarpupri-BTI secara bersama pada tanggal

23 Mei 1948 yang dihadiri oleh segenap ranting-ranting Sarbupri dan wakil-wakil

anak cabang BTI dan disaksikan oleh P.P. Sarbupri dan pimpinan Sarbupri daerah

Surakarta.20

Pemogokan “sit down” selama 2 jam dilakukan oleh para buruh pabrik

karung Delanggu (yang terlingkung dalam organisasi Sarbupri) pada tanggal 26

Mei 1948. Rupanya aksi mogok duduk tidak memperoleh hasil yang memuaskan

sehingga aksi pemogokan dilanjutkan pada tanggal 27 Mei 1948 mogok kerja

selama setengah hari. Selama pemogokan itu mereka tidak meninggalkan tempat

kerja tetapi hanya duduk-duduk dalam komplek pabrik tersebut dengan mengisi

daftar hadir.21

Pemogokan di Delanggu berjalan dengan teratur dan berdisiplin, selama

pemogokan ini kaum pemogok di pabrik Delanggu tiap pagi datang, sesudah di

“apél” lalu pulang. Barang siapa yang tidak “Persan” (yang dimaksud present

yang artinya hadir) dengan tidak ada alasan yang cukup, ia tidak akan diberikan

bagian buat tahun itu jika kelak pemogokannya menang dan tuntutannya

dipenuhi.22

Aksi tersebut menurut Sentral Biro Sobsi berjalan setelah pihak BTN

ternyata tidak melayani ajakan berunding dari P.P Sarbupri mengenai tuntutan-

tuntutan buruh yang telah dipetimbangkan dengan alasan-alasan yang sehat

20

Ibid. Hlm: 16. 21

Pramoedya Ananta Toer. Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV. Jakarta:

Gramedia, 2003. Hlm 213. 22

Majalah“Merdeka” No.774, tanggal 6 Djuli 1948. Koleksi Perpustakaan

Nasional.

Page 18: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

66

(konstruktif). P.P Sarbupri mendesak kepada Menteri Perburuhan dan Sosial

kepada BTN yang tidak ada goodwill dan menyebabkan adanya aksi buruh itu

agar membiayai pemogokan dan membayar upah buruh yang mogok.23

Tentang

pemogokan buruh pabrik karung di Delanggu tanggal 26 Mei 1948 dengan cara

“sit down protest” selama 2 jam. Lebih jauh lagi dikabarkan, bahwa aksi itu

dilanjutkan pada tanggal 27 Mei 1948 yang dilakukan dengan mogok kerja

setengah hari. Pada tanggal 28 Mei 1948 mereka mogok lagi selama 24 jam per

hari sampai tanggal 3 Juni 1948. Pada tanggal 28 Mei 1948 pemogokan meluas

kepada kaum buruh perkebunan yang bekerja di perusahaan-perusahaan di seluruh

wilayah Klaten yaitu Polanharjo, Juwiring dan Manjung yang dimulai jam 08.00-

11.00. Pemogokan di daerah tersebut hanya 3 jam.24

Sarbupri dan B.T.N yaitu bahwa Kesatuan Aksi Buruh dan Tani di

Delanggu (Solo) pada tanggal 19 Mei 1948 menyampaikan tuntutan-tuntutan

kepada Dewan Pimpinan B.T.N dan P.P. Sarbupri, kami mendapat keterangan

sebagai berikut:

a. Perselisian antara Sarbupri dan Dewan Pimpinan B.T.N. sudah berjalan lama

ialah 7 bulan selama waktu itu majikan tak menunjukkan goodwillnya. Surat-

surat dari perserikatan, resolusi-resolusi dari rapat-rapat dan konferensi-

konferensi yang berisi tuntutan buruh terlalu banyak diajukan tetapi selalu

diabaikan saja.

b. Pihak Sarbupri tidak tahu berapa untungnya B.T.N. karena sejak dahulu tak

ada wakil Sarbupri di dalam Dewan Pimpinan BTN. Diusulkan supaya

23

Pramoedya Ananta Toer. op.cit. Hlm: 214. 24

Ibid. Hlm: 217.

Page 19: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

67

menerima perwakilan buruh dalam Direksi B.T.N. tak didengarnya. Kalau

Sarbupri mempunyai wakil disitu, tuntutannya mungkin akan lain sifatnya.

Kenyataannya adalah:

1) Buruh pabrik karung yang meminta gratis afval rosella untuk dibikin celana

atau baju songketan ditolak, bahkan harus dibelinya sedangkan afval itu

biasanya dipakai alat pembakar atau dibuang saja.

2) Penanam kapas yang sesungguhnya tidak diberi pakaian, kecuali golongan

pegawai dan pekerja yang jumlahnya kecil.

3) Harga kapas di luar Rp. 33.000 per 100 kg, sedangkan kostprijts (ongkos

pembuatan) tahun yang lalu adalah Rp.1000 per 100 kg. Entah berapa

untungnya.

4) Pekerja-pekerja kelihatan tidak ulet bekerjanya disebabkan upahnya sedikit.

Upah pekerja yang diijinkan oleh B.T.N ialah Rp. 2 sehari dengan kupon

beras 200 gram yang harus dibelinya Rp. 1,5 se-kg. Untung beberapa

pengurus perusahaan masih ada yang berani memberi tambahan upah sedikit.

a. Bagaimana mereka dapat bekerja keras sedangkan perutnya lapar. Sehari

terus bekerja di tempat panas yang terik dengan beras 200 gram untuk

sekeluarga. Dibandingkan dengan upah buruh tani di luar kebun dari Rp. 10.-

sampai Rp.15.-, maka upah BTN sangat tak menarik rakyat. Mereka lebih

senang bekerja pada tetangganya kaum tani lagi.

b. Juga golongan pegawai rendah-menengah yang menjadi mandor besar, sinder

dan seterusnya mengalami penderitaan. Tuntutan mereka supaya upahnya

Page 20: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

68

dibayarkan dengan mata uang Jepang dahulu jangan “dikurs”. Tuntutan ini

sudah lama sekali beberapa bulan sesudah uang Oeang Republik Indonesia

(ORI) keluar, tetapi BTN tetap bandel. Peraturan pembagian beras bagi

pegawai negeri tak berlaku bagi pegawai BTN karena mereka bukan pegawai

negeri.

c. Aksi ini bukan saja dilakukan oleh Sarbupri saja tetapi oleh B.T.I sebab

banyak kaum tani kecil turut berburuh pada perusahaan-perusahaan BTN.

Nasib mereka dan anggota-anggota Sarbupri sama. Kali ini buruh dan tani

menghadapi satu majikan.

d. Sarbupri terang sudah cukup sabar cukup sabar dan telah lama mencoba

menyelesaikan perselisihan ini dengan damai, tetapi tidak ada hasilnya.

e. Jikalau terjadi pemogokan dikalangan Sarbupri Delanggu maka akibatnya

akan terasa oleh seluruh masyarakat:

1) Tanaman kapas yang sudah mulai tumbuh mungkin rusak.

2) Penggarapan tanah berhenti.

3) Kebun-kebun kapas dan sawah rakyat tak akan dapat air

cukup karena kunci sumber air di daerah Klaten dipegang

oleh anggota Sarbupri.

4) Pabrik karung Delanggu, di mana sesungguhnya B.T.N

sekarang ini berdiri mandek dan ini akan terasa bagi P.N.N,

B.P.P.G.N, dan lain-lain.25

25

Surat Kabar Soeara Ibukota, Jum’at 21 Mei 1948. Koleksi Arsip

Kementrian Penerangan Bagian Pers. No.242.

Page 21: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

69

3. Tahap III (19 Juni 1948 – 17 Juli 1948) Timbulnya Pergesekan Antar

Buruh SOBSI Dengan Buruh STII.

Pada tanggal 19 Juni 1948 pemogokan kembali dipimpin oleh LBT

diserahkan kepada SB SOBSI atas persetujuan dari Sarbupri. Pengambilalihan

pimpinan oleh SB SOBSI diharapkan pemogokan diikuti oleh 100.000 buruh

perkebunan di seluruh Indonesia. Pada pemogokan ketiga ini keadaan semakin

gawat, tidak hanya aksi demonstrasi saja yang dilakukan oleh kaum pemogok,

akan tetapi telah terjadi bentrokan fisik.

Buruh yang dipimpin oleh Lembaga Buruh Tani (LBT) yang bernaung

dibawah SOBSI mulai melakukan bentrokan dengan buruh yang tergabung dalam

Sarekat Tani Islam Indonesia (STII). Tanggal 10 Juli 1948 buruh yang tergabung

dalam Sarekat Tani Islam Indonesia (STII) tetap bekerja dengan alasan untuk

menyelamatkan tanaman-tanaman kapas yang masih muda. Menurut sumber STII,

sekitar 500 orang buruh yang mogok mengeroyok buruh (petani) STII yang

sedang bekerja. Insiden-insiden timbul karena pihak Hizbullah yang bersenjata

melawan pemogok-pemogok ini. Sembilan orang luka (dua dari pihak pemogok)

dan seruan-seruan untuk melokalisasi pemogokan dan menyelesaikannya datang

dari pihak-pihak netral.26

Ketika tanggal 10 Juli, 25 orang petani STII yang sedang bekerja di

ladang, dikeroyok oleh 500 orang pemogok. Petani-petani STII dipaksa oleh kaum

pemogok untuk menghentikan pekerjaannya. Kaum pemogok yang melakukan

demonstrasi itu dipimpin oleh tuan Maruto Darusman dan diantara mereka banyak

26

Surat Kabar Nasional, tanggal 15 Juli 1948. Koleksi Monumen Pers

Nasional.

Page 22: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

70

juga yang membawa senjata api. Dalam keributan selanjutnya antara petani-petani

STII dan anggota Hizbullah di satu pihak dengan kaum pemogok di pihak lain

terdengar suara tembakan yang hingga kini belum diketahui dari pihak mana

asalnya. Pada saat itu pemimpin petani STII Abing Sjarbini yang melepaskan

tembakan ke udara untuk membela diri dikeroyok oleh kaum pemogok sehingga

mendapat luka-luka berat dan akhirnya dirawat di rumah sakit bersama kawannya

yang bernama Haji Busairi yang tidak lain adalah bapak Saobari. Haji Busairi

merupakan ketua STII cabang Klaten.27

4. Bantuan Tentara ke Delanggu.

Pada tanggal 14 Juli 1948 menurut berita “Antara”, Wakil Presiden

Republik Indonesia Drs. Moh Hatta, telah mengirimkan beberapa satuan tentara

ke Delanggu untuk mempertahankan keamanan di sana. Seperti telah dikabarkan

dahulu di tempat itu pernah terjadi beberapa insiden berhubung dengan

pemogokan. Pasukan batayon dari pasukan Hizbullah yang tersangkut dengan

insiden ini.

Wakil Presiden memerintahkan beberapa kesatuan untuk menjaga

keamanan di Delanggu dan sekitarnya.28

Pernyataan Wakil Presiden Moh. Hatta

disambut pernyataan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman, pada tanggal 16

Juli 1948 dalam sebuah konferensi pers mengatakan bahwa kekacuan-kekacauan

di Delanggu tidak begitu menghawatirkan sehingga tidak usah gelisah yang bukan

pada tempatnya. Beliau membenarkan sejak tanggal 13 Juli 1948 atas perintah

27

Wawancara dengan Bapak Sobari Marzuki anggota GPII Klaten di

Jiwan, Kalikotes, tanggal 29 Februari 2015. 28

Majalah“Merdeka” No.783, Tahun III, 16 Juli 1948. Koleksi

Perpustakaan Nasional.

Page 23: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

71

Wakil Presiden Moh. Hatta, telah menempatkan pasukan-pasukan di daerah itu

untuk menjamin keamanan. Lebih lanjut diterangkannya bahwa selanjutnya

tanggal 19 Juli 1948 semua pasukan bersenjata kecuali tentara akan ditarik

kembali dari daerah Delanggu.29

C. Pihak-pihak Yang Terlibat Pemogokan

1. Sarbupri.

Pemogokan biasanya merupakan aksi yang dilakukan oleh Sarekat Buruh

karena menyangkut masalah ekonomi. Tugas Serikat Buruh pada intinya adalah

memperjuangkan nasib buruh yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan buruh.

Sebenarnya tujuan Sarekat Buruh tidak hanya untuk melakukan aksi-aksi

pemogokan, melainkan dengan cara-cara yang teratur dapat mencapai perjanjian

kerja yang saling menguntungkan kedua belah pihak, yaitu pihak buruh dan pihak

pemilik perusahaan. Karena kedua belah pihak tersebut adalah pasangan dalam

perjanjian kerja, maka masing-masing harus berperan dalam menetapkan syarat-

syarat perjanjian kerja itu. Suatu sarekat buruh yang baik memang tidak berarti

mengabaikan aksi pemogokan. Sarekat buruh itu menganggap pemogokan sebagai

satu-satunya cara yang terakhir yang akan dgunakan hanya dengan cara yang hati-

hati dan bijaksana.

Jadi tidak benar bilamana dikatakan bahwa sarekat buruh adalah

organisasi perjuangan untuk pertentangan. Justru sarekat buruh ini bermaksud

untuk memelihara keserasian antara modal dan tenaga kerja. Untuk tujuan ini,

29

Ibid. Hlm: 19.

Page 24: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

72

perjuangan itu bukanlah dianggap olehnya sebagai sarana tunggal. Perundingan

yang tenang dan penuh suasana damai dengan pengusaha, penyusunan perjanjian

kerja bersama dan pendidikan kejuruan merupakan sarana terpenting bagi serikat

buruh. Aksi pemogokan lebih dapat dicegah dengan adanya serikat buruh :

pemogokan yang dilakukan oleh kelompok buruh tanpa legalitas dari serikat

buruh dapat dikatakan sebagai pemogokan liar dan tidak dapat dilindungi oleh

hukum.30

Suatu hal yang menonjol dari peristiwa pemogokan buruh pabrik karung

Delanggu ialah peranan Sarbupri (Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesia)

dan SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia). Sarbupri merupakan

sebuah organisasi buruh terbesar di dalam wadah SOBSI, oleh karena itu Sarbupri

merupakan landasan utama bagi SOBSI. SOBSI sebagai organisasi yang bersifat

sentral artinya menghimpun semua organisasi buruh yang ada dengan maksud

untuk menjadi wadah dari semua organisasi buruh di seluruh Indonesia.

Sarbupri pada dasarnya adalah organisasi buruh, khususnya bagi mereka

yang memiliki bidang pekerjaan sebagai buruh perkebunan. Mula-mula organisasi

ini tidak memiliki keterkaitan dan keyakinan politik, kemudian dalam

perkembangannya terjadi pergeseran posisi dari organisasi yang memperjuangkan

tuntutan-tuntutan sosial-ekonomi secara murni ke arah organisasi yang menjadi

sarana untuk memperjuangkan tuntutan-tuntutan politik.31

30

Soeratno F. Pemogokan. Jakarta: T.P, 1979. Hlm: 8. 31

Djoko Sudjono. Tuntutan Membangun Sarekat Buruh. Jakarta: Penyiar

Penerbit Nasional, 1950. Hlm: 42.

Page 25: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

73

Sarbupri sebagai organisasi resmi dari buruh perkebunan sangat potensial

sebagai penggerak massa. Dengan tampilnya kader-kader FDR seperti Werdoyo,

Maruto Darusman, dan Suryahman, tidak diragukan lagi bahwa keterlibatan

Sarbupri dalam pemogokan buruh di Delanggu pada saat itu semakin terlihat.

Sarbupri memerintahkan kepada anggotanya di pabrik karung Delanggu untuk

melakukan pemogokan. Inilah pemogokan pertama yang dilakukan secara teratur

dan besar-besaran di daerah Republik Indonesia. Sebanyak 15.567 buruh di Pabrik

Karung Goni Delanggu dan tujuh perkebunan kapas ikut ambil bagian dalam

pemogokan.32

Sarbupri yang merupakan organisasi terbesar dalam wadah SOBSI

merupakan sebuah organisasi buruh yang memiliki wibawa dan pengaruh yang

amat luas diantara buruh yang terlibat dalam proses produksi kapas Delanggu. Hal

ini telah menjadikan Sarbupri sebagai mata rantai penghubung FDR dengan

rakyat yang sangat potensial untuk memperoleh dukungan dari bawah, oleh

karena itu kedudukannya sebagai organisasi buruh harus diperkuat dan diberi

dukungan sepenuhnya dan sesuai dengan arah perjuangan politik FDR.

Persyaratan untuk menjadi anggota Front Nasional ialah : sifatnya

perorangan tidak memandang aliran politik, kebangsaan, dan agama, tidak

memandang laki-laki dan perempuan, umur 15 tahun keatas dan asal setuju

dengan program nasional. Sebenarnya banyak diantara buruh tidak mengerti

kedudukannya sebagai anggota Sarbupri, kaum buruh tersebut sekedar membayat

iuran yang diminta oleh kader-kader dari FDR dengan dalih pengembangan

32

Pramoedya Ananta Toer. Kronik Revolusi Jilid IV. Jakarta: Gramedia,

2003. Hlm: 352.

Page 26: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

74

Sarbupri. Kaum buruh tidak sadar bahwa dirinya telah terlibat dalam pertikaian

politik yang berbahaya meskipun mereka telah berpartisipasi secara aktif di dalam

bentrokan fisik yang timbul antara sesama golongan masyarakat di daerahnya.33

Dengan masuknya kader-kader FDR ke dalam tubuh anggota SOBSI

sebagai bukti bahwa Sarbupri merupakan organisasi naungan PKI. Menurut SK

Trimurti menyebutkan bahwa organisasi buruh harus memperjuangkan nasib

buruh, tetapi mana kala ia menjadi anggota partai politik maka ia pun juga harus

memperjuangkan tuntutan partai politik yang ia tunggangi.34

Dari pernyataan

tersebut dapat dikatakan bahwa organisasi buruh itu pada prisipnya bukanlah

merupakan organisasi politik, tetapi tidak menutup kemungkinan ikut serta dalam

perjuangan politik. Hal ini sesuai dengan manifes SOBSI pada tanggal 29

November 1946 yang menyatakan bahwa organisasi buruh bukanlah partai politik,

tetapi bekerja sama dengan partai politik yang berhaluan.35

Pemogokan Delanggu kemudian bukanlah semata-mata merupakan gejala

pemogokan yang menuntut perbaikan nasib kaum buruh, melainkan telah

diorganisasikan secara rapi untuk memperjuangkan tuntutan-tuntutan politik,

khususnya politik yang dianut oleh FDR. Dengan demikian posisi organisasi

buruh dalam pemogokkan Delanggu itu bukan semata-mata merupakan sarana

33

Ibid. Hlm: 201. 34

SK. Trimurti. Hubungan Pergerakan Buruh Indonesia dengan

Pergerakan Kemerdekaan Nasional. Jakarta: Indayu, 1975. Hlm: 16. 35

Sandra. Sejarah Pergerakan Buruh Indonesia. Jakarta: PT Pustaka

Rakyat, 1961. Hlm: 70.

Page 27: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

75

untuk menghadapi pengusaha, melainkan juga sebagai sarana politik untuk

menghadapi pemerintah.36

Dukungan Partai Politik (Masyumi dan PKI)

Secara politis para karyawan Pabrik Karung Delanggu terbagi menjadi tiga

golongan utama yaitu satu bagian yang berafiliasi dengan PKI, satu bagian

berafiliasi dengan Masyumi dan bagian lain berafiliasi dengan PNI. Mereka yang

berafiliasi dengan PKI adalah buruh yang berhaluan “kiri” yaitu buruh lapangan.

Buruh yang berafiliasi dengan Masyumi adalah buruh yang berbasis keislaman,

kebanyakan dari mereka adalah petani yang kaya yang tanahnya disewa oleh

perusahaan. Buruh yang berafiliasi dengan PNI adalah buruh yang bersifat

nasionalis, cenderung netral, mereka kebanyakan adalah para pegawai

administratif. Mereka yang berafiliasi pada PKI jumlahnya lebih besar

dibandingkan dengan yang berafiliasi pada partai lainnya. Mereka yang berafiliasi

dengan PKI 60 persen.

Pemogokan buruh Pabrik Karung Goni Delanggu memang ada kertekaitan

dengan politik yang berkembang pada saat itu. Pemogokkan Delanggu pada

dasarnya merupakan perebutan kekuasaan politik antara golongan FDR/PKI dan

Masyumi. Sebagian besar tenaga kerja pabrik karung Delanggu berasal dari

wilayah Delanggu dan sekitarnya. Di daerah-daerah tersebut terdapat sejumlah

buruh perkebunan yang berhaluan kiri.

36

A.H. Nasution. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid VII.

Bandung: Angkasa, 1992. Hlm: 44.

Page 28: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

76

Di pihak lain di daerah itu juga baerdomisili para pemilik tanah yang

tanahnya disewa oleh perusahaan perkebunan dan mereka ini pada umumnya

adalah simpatisan partai Islam, yakni Masyumi. Ketidaksejajaran ini antara lain

mengenai pandangan antara pemilik tanah dengan buruh perkebunan di daerah

tersebut yang telah menimbulkan masalah yang rumit untuk dapat dipecahkan. Di

satu pihak apabila pemogokan ini dilaksanakan, justru pemilik tanah akan

dirugikan sedangkan apabila pemogokan ini gagal dilaksanakan akan

mengkhawatirkan kaum buruh yang mogok.37

Partai kiri menggunakan istilah “tenaga revolusi” dan “kontra revolusi”.

Pengertian tenaga revolusi identik dengan partainya, yakni PKI. Sedangkan kontra

revolusi diidentikkan dengan lawan politiknya, yakni Masyumi. Tampak jelas

adanya dua front yang saling bertentangan, yakni kelompok PKI/Sarbupri yang

menjadi oposan bagi pemerintah, sedangkan Masyumi menjadi pendukung

pemerintah. Posisi Masyumi sebagai partai terbesar berhasil memobilisasikan

pendukungnya di daerah Delanggu untuk menentang seruan-seruan untuk

melakukan pemogokan.

Kelompok lain yang menentang peomogokan adalah Murba. Akan tetapi

pertentangan terhadap pemogokan itu hanya sekedar adu argumentasi dalam

pamflet dan surat kabar, hal ini karena kedudukan Murba hanya sebagai partai

kecil bila dibandingkan dengan PKI maupun Masyumi. Oleh karena itu

peranannya dalam pemogokkan Delanggu tidak terlalu menonjol dan hanya

memberi dukungan moril saja kepada kaum penentang pemogokan.

37

Wawancara dengan Bapak Atmo Wilopo, mantan pegawai administrasi

pabrik di kediamannya, tanggal 18 Juli 2015.

Page 29: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

77

Masing-masing partai politik memiliki cara dalam merekrut massa, yaitu :

a. Partai Komunis Indonesia (PKI), dengan memberikan motivasi untuk

menyadarkan kaum buruh akan hak-haknya.

b. Masing-masing tingkat buruh yang bekerja di Pabrik Karung Delanggu

menikmati fasilitas yang berbeda baik dari segi gaji maupun prestise. Jumlah

gaji buruh sangat kecil bila dibandingkan dengan pegawai administratif, maka

kepada buruh harus diberikan motivasi yang dilakukan oleh golongan kiri.

Pemberian motivasi ini dijalankan dengan mengadakan kempanye untuk

memberi kesadaran akan hak-hak buruh. Usaha untuk membangkitkan

kesadaran itu bukan semata-mata untuk meningkatkan taraf hidup buruh,

melainkan juga untuk menaikkan hasil produksi. Berpangkal dari tujuan

inilah, mereka (golongan kiri) memiliki landasan pokok untuk

membangkitkan kesadaran kaum buruh di dalam berpolitik dan kesetiaan

mereka terhadap partai yang dianutnya harus dibina dan dijelaskan dengan

memberi contoh-contoh yang mudah dimengerti oleh mereka. Masalah tanah

dan perbedaan golongan yang sangat tajam dianggap paling potensial untuk

mencapai tujuan. PKI mengetahui bahwa pesoalan tanah sangat potensial

untuk menyatukan para buruh, oleh karena itu mereka membangkitkan

kesadaran kaum butuh akan hak-haknya, seperti hak untuk mendapatkan

makan, memperoleh tempat tinggal, dan hak untuk menyekolahkan anak,

serta pemenuhan kebutuhan yang lain setelah anak tidak mampu sekolah.38

2. Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi)

38

Merriam Budihardjo. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 1998. Hlm: 38.

Page 30: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

78

Dari pihak Masyumi, masalah tanah juga dijadikan sebagai titik tolak

untuk kampanye dalam rangka mencari massa, namun dalam mendekati massa ini

antara PKI dan Masyumi menggunakan cara yang berbeda. PKI berbasis pada

buruh perusahaan dengan modal tenaga kerja dapat merekrut dukungan dari

kelompok yang menikmati fasilitas yang paling bawah, lain halnya dengan

Masyumi yang memiliki basis petani kaya atau pada dasarnya dapat memperoleh

dukungan dari petani pemilik tanah.

Dilihat dari cara merekrut massa, PKI mendasarkan persoalannya pada

perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. Sedangkan Masyumi berusaha

mencari landasan dari segi keagamaan dengan memasukkan unsur-unsur agama

dalam kampanyenya. Masyumi menghubungkan peristiwa-peristiwa itu dengan

ajaran Islam dengan maksud untuk meyakinkan dukungan dari rakyat, jadi bukan

semata-mata karena pertimbangan masalah duniawi atau material, melainkan

karena pertimbangan spiritual. Diharapkan dengan adanya dukungan spiritual itu

akan membangkitkan semangat untuk berkobar.39

3. Keterlibatan Militer

Pemogokan kaum buruh di Pabrik Karung Goni Delanggu bukan hanya

digerakkan oleh faktor politik meskipun tidak secara terang-terangan berkaitan

dengan militer. Program rasionalisasi dan rekonstruksi yang dilakukan pada masa

pemerintahan Hatta telah menunjukkan posisi FDR meningkat, baik dikalangan

politisi, buruh maupun militer. Hal ini disebabkan oleh dua faktor : pertama,

rasionalisasi militer dari 160.000 tinggal 57.000 orang, tidak saja menimbulkan

39

Ibid. Hlm: 49.

Page 31: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

79

kegelisahan dikalangan mereka yang tersingkirkan, namun juga menimbulkan

pengangguran. Kedua, dengan adanya rasionalisasi berarti penawaran jumlah

tenaga kerja lebih besar dari permintaan atau posisi yang tersedia. Akibatnya

pendapatan yang mereka peroleh lebih kecil bila dibandingkan ketika sebelum

terkena rasionalisasi. Sebagian dari personel militer yang terkena rasionalisasi

adalah para anggota TNI masyarakat yang diciptakan oleh Amir Syarifudin

semasa menjadi Perdana Menteri.

Selain menjabat sebagai Perdana Menteri, Amir Syarifudin juga pernah

menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Jabatan Menteri Pertahanan yang

dipegangnya telah memberi kesempatan baginya untuk membentuk TNI

masyarakat yang pada dasarnya diambilkan dari golongan masyarakat yang

mempunyai kesetiaan terhadap dirinya. Alokasi dana pertahanan diarahkan untuk

memperkuat posisinya, baik dalam keadaan damai maupun pada saat menghadapi

agresi Belanda.40

Pada prinsipnya pendapatan buruh pada saat itu relatif kecil,

baik oleh karena kesempatan kerja yang sangat sempit maupun karena blokade

Belanda. Kesempatan kerja yang sempit ini sebagai akibat kondisi sosial-politik

lokal yang sejajar dengan menyempitnya wilayah Republik Indonesia, sehingga

memperkecil kemungkinan bagi kaum buruh untuk hidup layak seperti yang

diidam-idamkan oleh pendukungnya. Maka tidaklah mengherankan kalau dalam

pemogokkan Delanggu banyak buruh yang dilengkapi senjata layaknya seorang

militer. Keadaan semakin runcing karena berita yang dibesar-besarkan dengan

adanya penempatan militer di daerah Delanggu, artinya tentara telah ikut campur

40

Kahin, Audrey R. Pergolakan Daerah Pada Awal Kemerdekaan.

Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990. Hlm: 146.

Page 32: BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN … · 49 BAB III TIMBULNYA KONFLIK ANTARA BURUH DENGAN PENGUSAHA A. Latar Belakang Terjadinya Pemogokan Massal Di Pabrik Karung Goni

80

dalam pemogokan sehingga penyelesaian pemogokan menjadi sulit tercapai.

Untuk meluruskan masalah tersebut, Letnan Jenderal Sudirman mengadakan

konferensi pers untuk memberi penjelasan sekitar pemogokan di Delanggu.

Letnan Jenderal Sudirman juga menerangkan bahwa untuk menjamin keamanan

di daerah Delanggu, maka pada tanggal 13 Juli 1948 oleh Wakil Presiden telah

dipertahankan kepada Panglima Besar untuk menempatkan tentara secukupnya di

sana dan beliau diberi kekuasaan sepenuhnya.41

Jadi, penempatan tentara semata-mata hanya untuk menjaga keamanan

daerah Delanggu dalam rangka perundingan penyelesaian masalah Delanggu.

Dalam lapangan perburuhan rasionalisasi menimbulkan kegelisahan tersendiri

yang berupa merosotnya pendapatan dan prestise dari bekas tentara yang

kemudian bekerja menjadi buruh. Karena dijalankannya rasionalisasi telah

menyebabkan menerima prestise yang lebih rendah dibanding kedudukannya

sebagai tentara. Maka dari itu mereka mendukung adanya buruh.

41

Pramoedya Ananta Noer. Kronik Revolusi Indonesia Jilid IV. Jakarta:

Gramedia, 2003. Hlm: 425.