faktor pemicu timbulnya gastritits

63
F. Penatalaksaan Medik 1. Gastritis Akut Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung. 2. Gastritis Kronik Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.D. Proses Penyakit • Gastritis akut Zat iritasi yang m asuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi : 1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit. 2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik. • Gastritis kronik

Upload: ika-oktavia

Post on 07-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

TDCYHF YUGYJG FYTF DRTDFTR FJUY JRXFGC GJHB FVGH FVH FYGHB YFYUB8TYG TYGGGGGGGGGGGGGGGGGGGRTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTDDDDDDDDDDDDDD44SDYTHDYTHFUJYGTIU7Y8IUJKNJBHDCCCCCCCCCCCCCC IJJJJJJJJJJJJJJJJYTTTTTTTTTTTTTTTUYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYRRRRRRRFHHHHHHHHHHHHHHHKKU8RRRRRRRRRRRRR4

TRANSCRIPT

F. Penatalaksaan Medik

1. Gastritis Akut

Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan alkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.

2. Gastritis Kronik

Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor pompa proton.D. Proses Penyakit

• Gastritis akut

Zat iritasi yang m

asuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.

Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :

1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.

Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.

2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

• Gastritis kronik

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.Faktor Pemicu Timbulnya Gastritits

Faktor makan (pola makan)

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan model bahan makanan yang dikonsumsi tiap hari (Persagi, 1999). Pada kasus gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Produksi HCl yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga timbul rasa nyeri pada epigastrum. Gesekan akan lebih parah bila lambung dalam keadaan kosong akibat makan yang tidak teratur, pada akhirnya akan menyebabkan perdarahan pada lambung. Pola makan terdiri dari :

Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif (Persagi, 1999).. Pada kasus gastritis frekuensi makan yang diperbanyak, tetapi jumlah makanan yang dimakan tidak banyak.

Jenis makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang (Persagi, 1999).

Konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis. Peningkatan produksi asam lambung dapat dirangsang oleh konsumsi makanan atau minuman. Pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada dinding lambung (Uripi, 2002).

Menurut Lanywati (2001), gastritis juga dapat timbul setelah minum alkohol atau kopi serta makanan yang pedas dan sulit dicerna. Penyakit ini timbul karena makan makanan yang tidak menyenangkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan bertambah parah bila penderita menggunakan minuman keras, asam-asaman, bumbu yang merangsang lambung (Tha, 2003).

Faktor obat-obatan

Setelah 45 tahun dipakainya asam salisilat di klinik pertama kalinya oleh Dreser (1893), dilaporkan timbulnya perdarahan karena aspirin. Lintott (1963), melakukan pemeriksaan gastrokopi secara berturut-turut pada 16 penderita yang minum tabel aspirin, asam salisilat atau kalsium asetil salisilat yang dihancurkan. 13 dari 16 penderita yang minum 15 gram aspirin, terlihat mukosa yang sudah hiperemik sampai perdarahan submukosa. Pada salah seorang dari 5 penderita yang diberi kalsium asetil salisilat, terlihat reaksi lokal pada daerah mukosa yang terdapat serbuk salisilat. Ternyata bahwa aspirin yang tidak larut (insolugle aspirin) dapat menyebabkan timbulnya iritasi lambung secara langsung (Hadi, 2000).

Pada tahun 1985 Henning, melakukan observasi pasien decompensasi cordis yang mendapat terapi digitalis, ternyata timbul gastritis akut. Tahun 1954 Palmer, melaporkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan gastroskopi pada pasien yang minum aureomisin, terlihat gastritis akut yang ringan dengan erosi (Hadi, 2000).

Obat-obatan yang mengandung salisilat misalnya aspirin (sering digunakan sebagai obat pereda nyeri) dalam tingkat konsumsi yang berlebihan dapat menimbulkan gastritis (Uripi, 2002). Efek salisilat terhadap saluran cerna adalah perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada pemakaian dalam dosis besar. Aspirin merupakan agen-agen yang sering (Prince, 2001). Penyebab paling umum dari gastritis erosive akut adalah pemakaian aspirin.

Faktor psikologis

Stres baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung dan gerakan peristaltik lambung. Stres juga akan mendorong gesekan antar makanan dan dinding lambung menjadi bertambah kuat (Coleman,1995). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya luka dalam lambung. Penyakit maag (gastritis) dapat ditimbulkan oleh berbagai keadaan yang pelik sehingga mengaktifkan rangsangan/iritasi mukosa lambung semakin meningkat pengeluarannya, terutama pada saat keadaan emosi, ketegangan pikiran dan tidak teraturnya jam makan.

Infeksi bakteri

Gastritis akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit/infeksi bakteri gastritis umumnya berasal dari dalam tubuh penderita yang bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah diderita sebelumnya (Uripi, 2002).

Patofisiologi

Proses terjadinya gastritis akut bermula dari pemakaian aspirin, alkohol, garam empedu dan zat-zat lain yang terlalu berlebihan sehingga merusak mukosa lambung dan mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam HCl dengan akibat kerusakan jaringan khususnya pembuluh darah. Histamin dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap mukosa. Mukosa menjadi edema dan sebagian besar protein plasma dapat hilang. Mukosa dapat rusak mengakibatkan haemorargik interstisial dan perdarahan sehingga menjadi tukak.

Salah satu penyebab dari gastritis akut adalah stres atau psikologis. Timbulnya kelainan lambung yang dikaitkan dengan stres/psikis seseorang adalah sangat erat hubungannya antara gangguan psikosomatik dengan saluran pencernaan seseorang yang sedang ada konflik dalam jiwanya, tegang, cemas, stres, perasaan takut yang berlebihan akan dapat menaikkan sekresi asam lambung dan motilitas saluran cerna. Pada saat ini klien tersebut akan merasa mual, tidak ada nafsu makan, mengeluh sakit dan pedih di ulu hati. Bila keadaan emosi tersebut berlangsung lama dan cukup berat akan timbul erosi dan perdarahan kecil-kecil pada mukosa lambung sebagai akibat menurunnya daya tahan mukosa lambung. Keadaan seperti ini dapat timbul spontan atau sebagai akibat dari kontraksi yang kuat dari lambung. Bila luka yang kecil tersebut terkena asam lambung akan menyebabkan tukak kronis.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung, yaitu :

Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H meninggi 160 mMol/liter.

Perfusi mukosa lambung yang terganggu.

Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting ( 167 mMol/liter).

Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, misalnya stres fisik akan menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah infark kecil. Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mukosa barier pada penderita stres fisik biasanya tidak terganggu. Hal itu untuk membedakan dengan gastritis erosive karena bahan kimia/obat. Mukosa barier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi. Suasana asam yang terdapat pada asam lambung mempermudah kerusakan mukosa barier oleh cairan usus.

Gangguan keseimbangan faktor defensif dan agresif juga berperan dalam menimbulkan lesi pada mukosa. Dalam keadaan normal, faktor defensif (mukus, bikarbonat mukosa, prostaglandin sirkulasi) dapat mengatasi faktor agresif (NSAID, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri H. pylori, bahan korosif, asam dan basa kuat) sehingga tidak terjadi kerusakan/kelainan patologis (Price, 1995).

Pada makan yang tidak teratur (lambung kosong) menyebabkan otot-otot lambung berkontraksi sangat kuat, sehingga sekresi asam lambung meningkat dan klien akan merasa mual, sakit dan pedih di daerah lambung bagian atas.

Komplikasi

Pemakaian aspirin, alkohol, garam empedu dan zat-zat lain yang terlalu berlebihan sehingga merusak mukosa lambung dan mengubah permeabilitas sawar epitel, memungkinkan difusi balik asam HCl dengan akibat kerusakan jaringan, khususnya pada pembuluh darah. Histamine dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih kanjut dan meningkatkan permeabilitas kapiler terhadap protein. Mukosa kapiler dapat rusak, mengakibatkan haemorragik interstisial dan perdarahan sehingga menjadi lunak (Price, 1995).

Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir dengan shock haemorargik, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin B12 juga merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita gastritis (Mansyur, 2000).

Diet Pada Gastritis

Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan selain upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan. Perlu diketahui bahwa kedua unsur ini mempunyai hubungan yang erat. Menurut Uripi (2002), pemberian diet untuk penderita gastritis antara lain bertujuan untuk :

Memberikan makanan yang adekuat dan tidak mengiritasi lambung

Menghilangkan gejala penyakit

Menetralisir asam lambung dan mengurangi produksi asam lambung

Mempertahankan keseimbangan cairan

Mengurangi gerakan peristaltik lambung

Memperbaiki kebiasaan makan pasien

Adapun petunjuk umum untuk diet pada penderita gastritis antara lain :

Syarat diet penyakit gastritis

Makanan yang disajikan harus mudah dicerna dan tidak merangsang, tetapi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, jumlah energi pun harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Hembing, 2004). Sebaliknya, asupan protein harus cukup tinggi ( 20-25 % dari total jumlah energi yang biasa diberikan), sedangkan lemak perlu dibatasi. Protein ini berperan dalam menetralisir asam lambung. Bila dipaksa mengunakan lemak, pilih jenis lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh. Pemberian lemak dan minyak perlu dipertimbangkan secara teliti. Lemak berlebihan dapat menimbulkan rasa mual, rasa tidak enak diulu hati dan muntah karena tekanan dalam lambung meningkat. Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh secara cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makan secara berlebihan.

Demikian pula jumlah vitamin dan mineral yang diberikan pun harus dalam jumlah cukup. Akan tetapi, karena keterbatasan bahan makanan sumber vitamin dan mineral, biasanya pasien diberikan vitamin dan mineral dan bentuk obat (Uripi, 2002).

Kebutuhan zat gizi

Jumlah energi yang dikonsumsi harus disesuaikan dengan berat badan, umur, jenis kelamin, aktivitas dan jenis penyakit. Kebutuhan energi bagi pasien gangguan saluran pencernaan berdasarkan kelompok umur dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.2. Kebutuhan zat gizi

No

Golongan umur (tahun)

Kebutuhan energi

1

2

3

Anak

< 1

1-3

4-6

7-9

Remaja dan dewasa

Pria

10-12

13-15

16-19

20-39

40-49

40-59

60-69

70

Wanita

10-12

13-15

16-19

20-39

40-49

40-59

60-69

70

1,090 kal

1,360 kal

1,830 kal

2,190 kal

2,600 kal

0,97 M x A

1,02 M x A

1,00 M x A

0,95 M x A

0,90 M x A

0,80 M x A

0,70 M x A

2,350 kal

1,13 F x A

1,10 F x A

1,00 F x A

0,95 F x A

0,90 F x A

0,80 F x A

0,70 F x A

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Keterangan :

M : Berat badan x 46 kal = kebutuhan energi pria dewasa pada berat badan tertentu

F : Berat badan x 40 kal = kebutuhan energi pria dewasa pada berat badan tertentu

A : Indeks aktivitas; ringan = 0,90; sedang = 1,00; aktif = 1,17

Jenis dan bentuk makanan

Menurut Persagi (1999), sebaiknya penderita gastritis menghindari makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas maupun mengandung banyak bumbu dan rempah. Selain itu, penderita juga harus menghindari alkohol, kopi dan minuman ringan. Dan perlu juga memperhatikan teknik memasaknya, direbus, dikukus dan dipanggang adalah teknik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan. Jenis makanan yang diperbolehkan dan dilarang untuk dikonsumsi pada penderita gastritis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.3. jenis dan bentuk makanan

Golongan bahan makanan

Makanan yang boleh diberikan

Makanan yang tidak boleh diberikan

Sumber hidrat arang

Sumber protein hewani

Sumber protein nabati

Lemak

Sayuran

Buah-buahan

Minuman

Bumbu

Beras dibubur atau ditim, kentang, makaroni rebus, roti panggang, biskuit, krakers, tepung-tepungan dibubur/untuk pudding

Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam digiling atau dicincang, direbus, di tim, dipanggang, telur ayam direbus, didadar, ditim dan dicampur dalam makanan, susu

Tahu, tempe direbus, ditim, ditumis, kacang hijau direbus

Margarine dan mentega

Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak menimbulkan gas, bayam, labu siam, labu kuning, wortel, tomat direbus dan ditumis

Pepaya, pisang, jeruk, sari buah, pir dan peach dalam kaleng

Sirup dan teh

Garam, gula, vetsin, bawang dalam jumlah terbatas, kunci, kencur, jahe, kunyit, terasi, laos, salam

Beras ketan, mie, bihun, jagung, ubi-ubian,cake, dodol, kue-kue lain yang ter-lalu manis

Daging ikan, ayam yang diawetkan, digoreng, daging babi, telur digoreng

Tahu, tempe digoreng, kacang tanah, kacang merah

Macam-macam lemak hewan dan minyak santan

Sayuran lain dimasak dan sayuran mentah

Buah yang banyak serat dan me-nimbulkan gas, misal-nya jambu biji, nanas, kedondong, durian, nangka dan buah yang dikeringkan

Minuman yang me-ngandung alkohol, kopi atau kafein dan soda

Cabe, merica, cuka, dan lain-lain bumbu yang merangsang

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Penatalaksanaan Diet

Menurut Persagi (1999), dikenal empat jenis diet untuk penderita gastritis. Diet ini disesuaikan dengan berat ringannya penyakit.

Diet Lambung 1

Diberikan pada penderita gastritis berat disertai perdarahan jenis makanan yang diberikan meliputi susu dan bubur susu yang diberikan 3 jam sekali.

Tabel 2.4. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari

Bahan makanan

Berat (gram)

URT

Susu

Maezena

Gula pasir

1800

60

90

9 gelas

12 sdm

9 sdm

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.5. Nilai Gizi

Gizi

Berat

Energi

Protein

Lemak

Hidrat arang

Kalsium

Besi

Vitamin A

Thiamin

Vitamin C

1630 kal

58 gram

63 gram

213 gram

2,6 gram

2,0 mg

2340 SI

0,5 mg

18 mg

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.6. Pemberian Makanan Sehari

Jam pemberian

Jenis makanan

Jumlah

Pukul 07.00

Pukul 10.00

Pukul 13.00

Pukul 15.00

Pukul 18.00

Pukul 20.00

Bubur susu

Susu

Susu

Bubur susu

Susu

Susu

Bubur susu

Susu

Susu

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

200 ml = 1 gelas

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Diet Lambung 2

Untuk penderita gastritis akut yang sudah dalam perawatan. Makanan yang diberikan berupa makanan saring/cincang, pemberian tiap 3 jam

Tabel 2.7. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari

Bahan makanan

Berat (gram)

URT

Beras

Maezena

Biskuit

Daging

Telur

Susu segar

Pepaya

Sayuran

Margarine

Gula pasir

60

60

90

100

150

900

200

100

20

70

9 gelas bubur saring

10 sdm

2 buah

1/3 gelas saring

3 butir

4 ½ gelas

1 gelas saring

1 gelas

2 sdm

7 sdm

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.8. Nilai Gizi

Gizi

Berat

Energi

Protein

Lemak

Hidrat arang

Kalsium

Besi

Vitamin A

Thiamin

Vitamin C

1990 kal

73 gram

84 gram

236 gram

1,2 gram

12,8 mg

10103 SI

0,9 mg

174 mg

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.9. Pemberian Makanan Sehari

Jam pemberian

Jenis makanan

Jumlah

Pagi

Pukul 10.00

Siang dan sore

Pukul 16.00

Pukul 20.00

Maezena

Susu

Telur

Gula pasir

Maezena

Susu

Gula pasir

Beras

Daging

Telur

Sayuran

Pepaya

Margarine

Maezena

Susu

Gula pasir

Susu

Gula pasir

Biskuit

15 gram = 3 sdm

300 gram =1 ½ gelas

50 gram = 1 butir

20 gram = 2 sdm

15 gram = 3 sdm

300 gram = 1 ½ gelas

20 gram = 2 sdm

30 gram = 1 gelas bubur saring

50 gram = 1 gelas bubur saring

50 gram = 1 butir

50 gram = ½ gelas bubur saring

100 gram = ½ gelas bubur saring

10 gram = 1 sdm

15 gram = 3 sdm

100 ml = ½ gelas

10 gram = 1 sdm

200 ml = 1 gelas

10 gram = 1 sdm

20 gram = 2 buah

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Diet Lambung 3

Menu untuk penderita gastritis yang tidak begitu berat/ringan. Bentuk makanan harus lunak dan diberikan enam kali sehari.

Tabel 2.10. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari

Bahan makanan

Berat (gram)

URT

Beras

Roti

Maezena

Daging

Telur

Susu

Sayuran

Buah (pepaya)

Margarine

Gula pasir

90

40

30

100

100

600

200

200

35

70

2 ¾ gelas bubur

2 potong

6 sdm

2 potong sedang

2 butir

3 gelas

2 gelas

2 potong sedang

3 ½ sdm

7 sdm

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.11. Nilai Gizi

Gizi

Berat

Energi

Protein

Lemak

Hidrat arang

Kalsium

Besi

Vitamin A

Thiamin

Vitamin C

1921 kal

61 gram

74 gram

257 gram

0,8 gram

17,8 mg

10469 SI

0,9 mg

134 mg

Sumber : Persagi, Penuntun Diet

(Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.12. Pemberian Makanan Sehari

Jam pemberian

Jenis makanan

Jumlah

Pagi

Pukul 10.00

Siang

Sore

Pukul 16.00

Pukul 20.00

Beras

Telur

Sayuran

Margarine

Gula pasir

Maezena

Susu

Gula pasir

Beras

Daging

Sayuran

Pepaya

Margarine

Beras

Daging

Sayuran

Pepaya

Margarine

Maezena

Susu

Gula pasir

Roti

Margarine

Telur

Gula pasir

30 gram = 1 gelas bubur

50 gram =1 butir

50 gram = ½ gelas

5 gram = ½ sdm

10 gram = 1 sdm

15 gram = 3 sdm

300 gram = 1 ½ gelas

25 gram = 2 ½ sdm

30 gram = 1 gelas bubur

50 gram = 1 potong sedang

75 gram = ¾ gelas

100 gram = 1 potong sedang

10 gram = 1 sdm

30 gram = 1 gelas bubur

50 gram = 1 potong sedang

75 gram = ¾ gelas

100 gram = 1 potong sedang

10 gram = 1 sdm

15 gram = 3 sdm

300 ml = 1 ½ gelas

25 gram = 2 ½ sdm

400 ml = 2 potong

10 gram = sdm

50 gram = 1 buah

10 gram = 1 sdm

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Diet Lambung 4

Menu diet ini diberikan pada penderita gastritis ringan. Makanan dapat berbentuk makanan lunak/biasa (tergantung toleransi penderita).

Tabel 2.13. Bahan Makanan yang Diberikan Sehari

Bahan makanan

Berat (gram)

URT

Beras

Maezena

Biskuit

Daging

Telur

Susu

Tempe

Sayuran

Buah (pepaya)

Minyak

Gula pasir

200

15

20

100

50

400

100

200

200

25

40

4 gelas tim

3 sdm

2 buah

2 potong sedang

1 butir

2 gelas

4 potong sedang

2 gelas

2 potong sedang

2 ½ sdm

4 sdm

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.14. Nilai Gizi

Gizi

Berat

Energi

Protein

Lemak

Hidrat arang

Kalsium

Besi

Vitamin A

Thiamin

Vitamin C

2080

74 gram

65 gram

303 gram

0,8 gram

21,3 mg

9055 SI

0,9 mg

132 mg

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Tabel 2.15. Pemberian Makanan Sehari

Jam pemberian

Jenis makanan

Jumlah

Pagi

Pukul 10.00

Siang dan sore

Pukul 16.00

Beras

Telur

Sayuran

Gula pasir

Minyak

Maezena

Susu

Gula pasir

Beras

Daging

Tempe

Sayuran

Pepaya

Minyak

Biskuit

Susu

Gula pasir

50 gram = 1 gelas tim

50 gram =1 butir

50 gram = ½ gelas

10 gram = 1 sdm

5 gram = ½ sdm

15 gram = 3 sdm

200 gram = 1 gelas

20 gram = 2 sdm

75 gram = 1 ½ gelas tim

50 gram = 1 potong sedang

50 gram = 1 potong sedang

75 gram = ¾ gelas

100 gram = 1 potong sedang

10 gram = 1 sdm

20 gram = 2 biji

200 gram = 1 gelas

10 gram = 1 sdm

Sumber : Persagi, Penuntun Diet (Jakarta, Gramedia, 1999)

Hubungan antara stres, pola makan dengan peningkatan kekambuhan gastritis

Stres adalah kondisi dinamis dengan rasa tegang dan cemas pada inidividu atau kumpulan individu dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara tuntutan dan kemampuan respon yang dihadapkan dengan kesempatan dan pembatas yang diinginkan dengan ditandai oleh ketegangan emosional yang berpengaruh terhadap kondisi mental dan fisik (Kusnadi, 2003)

Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan (Uripi, 2002).

Kekambuhan gastritis dapat disebabkan oleh stres dan pola makan yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan. Pola makan yang baik mencegah kekambuhan gastritis. Pada kasus gastritis, frekuensi makan yang diperbanyak, tapi jumlah makanan yang dimakan tidak banyak. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung. Konsumsi jenis makanan yang tidak sehat dapat menyebabkan gastritis dan juga stres dapat menyebabkan luka pada saluran pencernaan dan pada

akhirnya kekuatan dinding lambung menurun, tidak jarang kondisi seperti ini meninbulkan luka pada lambung (Uripi, 2002)

Makanan sehat sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah

pnyakit. Pola makan yang salah seperti kelebihan makan atau makan makanan yang

kurang seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul karena pola makan

yang salah atau tidak sehat belakangan ini cendrung meningkat. Penyakit akibat pola

makan yang kurang sehat tersebut diantaranya DM, hiperkolosterolemia, penyakit

kanker, penyakit arteri korener, sirroshis, osteoporosis, dan beberapa penyakit

kardiovaskuler. Bahkan dilaporkan bahwa kematian dini dri penyakit-penyakit diatas

50% diantaranya karena pola makan yang salah (Aden, 2010).

Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur sehingga

lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Pola makan adalah

berbagai informasi yang memberikan gambaran macam dan model bahan

makanan yang dikonsumsi setiap hari (Margatan, 1995). Pola makan terdiri

dari frekuensi makan, jenis makanan. Dengan menu seimbang perlu dimulai

dan dikenal dengan baik sehingga akan terbentuk kebiasaan makan makanan

seimbang dengan dikemudian hari. Pola makan yang baik dan teratur

merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan

tindakan preventf dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan

gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk

memperbaiki kondisi pencernaan (Uripi, 2002), disamping itu gastritis juga

dapat disebabkab oleh stres.

Dalam sebuah jurnal kedokteran, peneliti dari Unversitas Leeds,

mengungkapkan stres dapat mempengaruhi kebiasaan makan seseorang. Saat

stres, orang cenderung makan lebih sedikit, stres juga menyebabkan

perubahan hormonal dalam tubuh dan merangsang produksi asam lambung

dalam jumlah berlebihan. Akibatnya, lambung terasa sakit, nyeri, mual,

mulas, bahkan bisa luka, (Kamal, 2007).

Keluhan