pemicu kegawatdaruratan

71
Anakku Klojotan Pemicu 1 Blok Kegawatdaruratan Falkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2010 Tutor : dr. Wiryani Pambudi, Sp. A KELOMPOK 3

Upload: vivian-o-vashti

Post on 25-Nov-2015

86 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

pemicu ini sangat penting untuk dibaca dan diresapi karena memiliki ilmu yang sangat penting tentang ilmu kegawatdaruratan. lebih mudah belajar menggunakan presentasi yang telah diringkas.

TRANSCRIPT

  • Anakku KlojotanPemicu 1 Blok KegawatdaruratanFalkutas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2010Tutor : dr. Wiryani Pambudi, Sp. AKELOMPOK 3

  • In GrouP 3

    405070038REINECIA ANGGOTA405070056RIODIAN S.ANGGOTA405070062FORSALINA T.ANGGOTA405070063ALINE C.ANGGOTA405070066MAILAN J.ANGGOTA405070128SUSANTI L.ANGGOTA405070129ANDRUW T.SEKRETARIS405070134GRISELDA T.KETUA405070137CHRISTIE CINDYANGGOTA405070148HOSANA T.ANGGOTA405070153DANIEL Z.ANGGOTA405070163EMELIA W.PENULIS

  • SkenarioSeorang anak laki laki berusia 3 tahun diantar ke IGD dalam keadaan kejang. Menurut ibunya kejang timbul mendadak saat anak tidur, sekitar 5 menit sebelum tiba di IGD. Riwayat sakit sebelumnya hanya demam ringan (38C), dialami pasien setelah jatuh terbentur ayunan di sekolah 2 hari yang lalu. Ia mengeluh nyeri kepala dan muntah setiap dicoba makan/minum. Dokter jaga segera melakukan pengamanan jalan napas, memberikan oksigenasi dan obat per rektal. Karena kejang tidak juga berhenti, obat per rektal diberikan sekali lagi. Anak ini tetap menunjukkan gerakan kejang tonik-klonik, mata terbelalak ke atas, napas cepat dengan kesadaran menurun. Sampai 15 menit, kejang masih terus berlangsungApa yang dapat anda pelajari dari kasus ini?

  • Learning ObjectiveMengetahui dan menjelaskan TriageMengetahui dan menjelaskan Survey primer (ABC)Mengetahui dan menjelaskan Survey sekunder (Dx. Kerja)Mengetahui dan menjelaskan Kejang (definisi, etiologi, patofisiologi, tanda, fase)Mengetahui dan menjelaskan tanda kegawatdaruratan kejangMengetahui dan menjelaskan Tindak lanjut dalam kegawatdaruratan kejang

  • TriagePengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan.Tujuan : Dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat dan tepat sesuai dengan sumber daya yang adaMacam-macam korban :Korban masal : > 1 orang harus ditolong > 1 penolong, bukan bencana Korban bencana : korban > korban masal

  • Prinsip-prinsip TriageTime Saving is Life Saving, The Right Patient, to The Right Place at The Right Time dengan seleksi korban berdasarkan :Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit Dapat mati dalam hitungan jam Trauma ringan Sudah meninggal Dari yang hidup dibuat prioritas penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul

  • Triage

    Prioritas I (prioritas tertinggi) merah beratbiru sangat beratMengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contoh : sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%

  • Prioritas II (medium) kuningPotensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh : patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.Prioritas III (rendah) hijauPerlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.Contoh : luka superficial, luka-luka ringanPrioritas 0 hitamKemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh : henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

  • TriagePenilaian dalam triagePrimary survey (A,B,C,D,E) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan pada A, B, C, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban

  • TriagePerencanaan triage :Persiapan sebelum bencana Pengorganisasian personal (bentuk tim triage) Pengorganisasian ruang/tempat Pengorganisasian sarana/peralatan Pengorganisasian suplai Pelatihan KomunikasiPemimpin triage, hanya melakukan :Primary survey Menentukan prioritas Menentukan pertolongan yang harus diberikan

  • TriageKeputusan triage harus dihargai. Diskusi setelah tindakan. Hindari untuk tidak memutuskan sesuatu. Pemimpin triage tidak harus dokter, perawat pun bisa atau orang yang terlatih tergantung sumber daya manusia di tempat kejadian.Tim triage, bertanggung jawab :Mencegah kerusakan berlanjut atau semakin parahPilah dan pilih korbanMemberi perlindungan kepada korban.

  • TriageDokumentasi/rekam medis triageInformasi dasar : nama, umur, jenis kelamin, cedera, penyebab cedera, pertolongan pertama yang telah diberikanTanda-tanda vital : tensi, nadi, respirasi, kesadaranDiagnosis singkat tapi lengkapKategori triageUrutan tindakan preoperatif secara lengkapPerhatian :Jika fasilitas kurang memadai maka lebih diutamakan yang potensial selamat. Contoh : jika korban label merah lebih potensial selamat maka label biru dapat berubah menjadi label hitam Dalam keadaan bencana, lebih baik memberi bantuan lebih daripada kurang Pikirkan kemungkinan yang paling buruk sehingga dapat mempersiapkan lebih baik.

  • KejangKejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermiten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik dan otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di neuron otak.

  • Klasifikasi kejang Kejang parsialKejang fokal sederhanaKejang parsial kompleksKejang parsial yang menjadi umumKejang umumAbsens Mioklonik KlonikTonikTonik-klonikatonik

  • Etiologi Kejang demam sederhana Infeksi:- infeksi intrakranial:meningitis, ensefalitis- ShigellosisKeracunan:- Alkohol-theofilin -kokainLain-lain :- Ensefalopati hipertensi-Tumor otak- IdiopatikGangguan metabolikHipoglikemiHiponatremiHipoksemiaHipokalsemiaGangguan elektrolit atau dehidrasiDefisiensi piridoksinGagal ginjalGagal hatiGangguan metabolik bawaanPenghentian obat anti epilepsiTrauma kepala:-Trauma langsung-Luka goncangan

  • Patofisiologi Eksitasi neurotransmitter asam amino (glutamat, aspartat) bekerja pada reseptor tertentu secara berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya kejangDaerah kematian neuron (hematoma, gliosis, glioma) perkembangan sinaps hipereksitabel baru kejangBayi otak kurang berkembang rentan kejangBerkurangnya inhibisi oleh neurotransmitter asam gamma amino butirat (GABA) kejang

  • Status Epileptikus / Status Konvulsif

  • Status Epileptikus Definisi:Kejang yang berlangsung selama lebih dari 30 menit atau episode kejang yang berselang tanpa kesadaran.

  • Gejala KlinisTidak responsifKejang jelas terlihat tonik, klonik, tonik-klonikKadang manifestasi klinis samar twitching movements pada wajah, tangan, dan kaki Myoclonic status epilepticus krn anoksia berkepanjangan atau gangguan metabolik berlangsung sangat singkat, gerakan tiba-tiba yang dapat dirangsang oleh stimulus eksternal.

  • Proses akut yang bisa menimbulkan status epileptikus :Gangguan metabolik (gangguan elektrolit, gagal ginjal, sepsis)Infeksi SSPStrokeTrauma kepalaToksisitas obatHipoksia

  • Proses kronis yang bisa menimbulkan status epileptikus :Preexisting epilepsyPenghentian obat OAE Tumor atau stroke

  • Survey primerDefinisiDeteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancamTujuanUntuk mengetahui kondisi pasien yang mengancam jiwa dan kemudian dilakukan tindakan life saving.

  • Sistematika prioritas survei primer :Airway : Patensi jalan nafasCervical controlBreathing : menjamin proses ventilasi (fungsi paru)Circulation :Fungsi pompa (jantung)Kontinuitas pembuluh darahIsi (volume darah)Disability : gangguan fungsi neurologiExposure : Thermal (hipotermi,luka thermal-kimia)Intoksikasi (kontak dengan zat racun)

  • AIRWAY-BREATHINGTanda jalan napas dan pernapasan normal :LOOK : gerakan napas pada dada-perut yg normal, dilakukan tanpa usaha yg berlebih atau frekwensi berlebihLISTEN : suara napas nyaris tak terdengar (jernih), tidak boleh ada bunyi tambahan (mendengkur, berkumur, suara sesak)FEEL : aliran udara napas dapat dirasakan normal

  • Pasien trauma resiko tinggi gangguan AB :Tidak sadar (GCS < 8)Adanya muntahan darah dalam mulutTrauma facial mandibulaTrauma leherTrauma thorak

  • Pemeriksaan :Pasien sadar : ajukan pertanyaan gangguan menjawab ?Pasien tidak sadar = nilai Look-Listen-Feel Pasien dalam posisi terlentang (supinasi)

  • AIRWAY Pasien tidak sadar, jika ada gangguan napas karena lidah jatuh ke belakangSegera buka jalan napas dengan triple airway manuver :Head tilt dan chin liftJaw thrust terutama cedera servikal

  • Benda asing obstruksi jalan napas :Obstruksi parsialObstruksi totalPenanganan evakuasi benda asing

    Teknik penanganan obstruksi jalan napas pada dewasa anak :Finger sweep jika benda asing tampakAbdominal thrust Chest thrust untuk hamil tua, obesitas

  • Teknik penanganan obstruksi jalan napas pada infant (bayi) kombinasi back flow dan chest thrustTeknik penanganan obstruksi jalan napas pada neonatus hanya boleh finger sweep / suction

  • Penanganan jalan napas akut :Pipa oro-faring/naso-faringSuctionNeedle-cricothyrotomy hanya untuk sementaraLaryngal Mask Airway (LMA)Jalan napas definitif :Intubasi endotrakealOperative cricothyrotomy / tracheostomy

  • TindakanTanpa alat1) Membuka jalan nafasChin Lift maneuver (mengangkat dagu) jari tengah dan telunjuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkatJaw thrust maneuver (mengangkat sudut rahang bawah) dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atasHead Tilt maneuver (menekan dahi) satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidah terangkat ke depanpasien dengan cedera leher dan kepala hanya dilakukan Jaw Thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher

  • Head tilt - Chin Lift maneuver Jaw thrust maneuver

  • 2) Membersihkan jalan nafasCross Finger memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut (ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah)Finger Sweep (sapuan jari) : bila jalan napas tersumbat karena benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas hilang.Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan fraktur tulang leher) buka mulut dengan jaw thrust & tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi)Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapuCross Finger Finger Sweep

  • Finger Sweep

  • Abdominal thrust (gentakan abdomen) hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma abdomen)Posisi berdiri / duduk penolong berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan , kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas (setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas)Posisi tergeletak (tidak sadar) korban posisi terlentang dengan muka ke atas penolong berlutut di sisi paha korban salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atasSendiri kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

  • Chest Thrust

  • Back Blow/ tepukan punggung (bayi)penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketatnafas tidak efektif/ berhenti back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)Chest Thrust/ Pijatan Dada (bayi, anak gemuk dan wanita hamil)Sadar chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien)Tidak sadar tidurkan terlentang chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan

    Back BlowChest Thrust

  • Dengan AlatPipa tube/ jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring) : Pipa orofaring mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napasPenghisapan Benda Cair (Suctioning)terdapat sumbatan jalan napas karena benda cairbenda asing padat dalam jalan napas: pasien tidak sadar dan umbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak mungkin diambil dengan sapuan jari

    Pipa tubeSuctioning

  • Pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube)Krikotirotomi (jarum/piasu) : bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin dilakukanKrikotirotomiETT/endotracheal tube

  • CERVICAL CONTROLFraktur servikal segmen C3-C5 fatalManipulasi leher destruktifImobilisasi leher protektifPrinsip : semua pasien dengan trauma multipel atau trauma serius pada daerah dada ke atas dianggap memiliki cedera servikal hingga dapat dibuktikan lain waktuPenanganan : imobilisasiManual : tangan, sendal jepitAlat : servikal collar

  • BREATHINGMemperbaiki fungsi ventilasi dengan cara membersihkan pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbondioksidaPengkajian : LLF dan telah dilakukan pengelolaan jalan nafas tetapi tetap tidak ada pernafasanTanpa Alat : pernafasan buatan dari mulut ke mulut/hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi ekshalasi12-20 kali/menit sampai dada nampak terangkatin-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar tulang leher tidak banyak bergerakDengan Alat : Memberikan pernafasan buatan dengan alat Ambu Bag (self inflating bag) /ventilator mekanik

  • Nafas buatan dari mulut ke mulutJalan nafas korban harus terbuka / chin liftHidung korban ditutup bisa dengan tangan/pipi penolong Mulut penolong mencakup seluruh mulut korbanMata penolong melihat ke arah dada korban untuk melihat pengembangan dada1 kali pernafasan selama 1 detik (pernafasan biasa)Bayi dan anak, nafas buatan diberikan lebih sedikit dari orang dewasa, dengan tetap melihat pengembangan dada pasienPemberian pernafasan yang terlalu kuat dan banyak kembung dan merusak paru-paru korbanKonsentrasi oksigen melalui udara ekspirasi mulut sekitar 17 %Nafas buatan dari mulut ke mulut

  • Nafas buatan dari mulut ke hidung jika pemberian nafas buatan melalui mulut korban tidak dapat dilakukan (luka berat pada mulut korban, mulut tidak dapat dibuka, korban di dalam air atau mulut penolong tidak dapat mencakup mulut korban)Nafas buatan dari mulut ke stoma (lubang trakeostomi) pada pasien trakeostomi caranya sama dengan mulut ke mulut hanya saja lubang tempat masuknya udara adalah lubang trakeostomimulut ke hidung Ambu Bag

  • SIRKULASI/ CIRCULATIONMengembalikan fungsi sirkulasi darahPengkajian : meraba arteri besar seperti arteri femoralis & karotis, tanda lain kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2 detikGangguan sirkulasi syok/henti jantungDx syok : tidak teraba/melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pucat, ekstermitas teraba dingin,berkeringat dingin dan capilary refill time > 2 detikHenti jantung suplai O2 ke jaringan terhenti kematian Tanda : Hilang kesadaran, Apneu/gasping, Sianosis dan pucat, Tidak ada pulse (karotis/femoralis), Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit)Dx : tidak adanya denyut nadi karotis 5 10 detik

  • Nadi carotis diraba menggunakan 2/3 jari menempel pada 2 cm dari garis tengah leher ( 5 10 detik)Tanda-tanda sirkulasi normal Perfusi perifer : teraba hangat, keringWarna akral : pink/merah mudaCapillary refill time : < 2 detikDenyut nadi < 100Tekanan darah sistole >90-100Produksi urine 1 ml/kgBB/jam

    Tanda klinis syok Kulit telapak tangan dingin, pucat, basahCapillary refill time > 2 detikNafas cepatNadi cepat > 100Tekanan darah sistole < 90-100Kesadaran : gelisah s/d komaPulse pressure menyempitJVP rendahProduksi urin < 0,5 ml/kgBB/jam

  • Eksternal chest compression (pijat jantung) sirkulasi sistemik dan paru (Menekan sternum ke bawah (jantung tertekan antara sternum dan vertebrae) heart pump mechanism jantung memompa darah ke sirkulasi tekanan dilepas jantung melebar darah masuk ke jantung)Sirkulasi buatan (artificial circulation) intermitten chest compression

  • RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan jantung1. Henti nafas (Respiratory Arrest) , henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)2. Henti jantung (Cardiac Arrest) : Hipoksemia Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia) Gangguan irama jantung (aritmia) Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)Diagnosis : pernafasan & denyut jantung karotisTanpa alat : pernafasan buatan dan pijat jantung luar (2 : 30) dalam 2 menit (5 siklus) dievaluasi : cek pernafasan (LLF) dan jantung (perabaan nadi karotis) RJP dilanjutkan (masih henti jantung dan henti nafas)Dengan alat : diusahakan pemasangan intubasi endotrakealRJP dihentikan :Jantung sudah berdetak teraba nadi dan nafas spontanMengecek nadi dan pernafasanPenolong kelelahanPasien dinyatakan tidak mempunyai harapan lagi/meninggal

  • RJP pada anak1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras2. Tiup nafas dua kali (tanpa alat atau dengan alat)3. Pijat jantung dengan menggunakan satu tangan dengan bertumpu pada telapak tangan di atas tulang dada, di tengah sternum.4. Penekanan tulang dada dilakukan sampai turun 3-4 cm dengan frekuensi 100 kali/menitRJP pada bayi1. Letakkan penderita pada posisi terlentang di atas alas yang keras2. Tiup nafas 2 kali3. pijat jantung penekanan dua atau tiga jari (ibu jari tangan kanan dan kiri menekan dada dengan kedua tangan melingkari punggung dan dada bayi/ jari telunjuk, jari tengah &/ jari manis langsung menekan dada)4. Tekan tulang dada 1/3 diameter anterior-posterior rongga dada bayi & frekuensi minimal 100 kali/menit

  • DISABILITYBagaimana kesadaran penderitaAVPU (paling cepat) Glasgow Coma Scale (EVM)Sadar, somnolent, sopor, coma

    2. Tanda-tanda neurologis lainMata : pupil Anggota gerak : Hemiplegia, paraplegia Sistem saraf, tanda vital

  • AVPUA Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin VV Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke PP Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital)U Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive

  • EXPOSUREPenderita harus dibuka pakaiannyaPenderita tidak boleh kedinginanSelimut, ruang cukup hangatCairan infus yang sudah dihangatkan

  • Survei SekunderAnamnesis : Riwayat AMPE yang harus diingat yaitu :A : AlergiM : Medikasi (obat yang diminum sebelumnya)P : Past illness (penyakit sebelumnya)/Pregnancy (hamil)E : Event/environment (lingkungan yang berhubungan dengan kegawatan)

  • Survei Sekundere. MulutPerlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut/ tidakf. BibirPerlukaan, perdarahan, sianosis, keringg. RahangPerlukaan, stabilitas, krepitasih. KulitPerlukaan, basah/kering, darah, suhu, warnai. LeherPerlukaan, bendungan vena, deviasi trakea, spasme otot, stoma, stabilitas tulang leher3. Periksa dadaFlail chest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan (luka terbuka, luka mengisap), suara ketuk/perkusi, suara nafas4. Periksa perutPerlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi5. Periksa tulang belakangKelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot6. Periksa pelvis/genetaliaPerlukaan, nyeri, pembengkakan, krepitasi, inkontinensia7. Periksa ekstremitas atas dan bawahPemeriksaan Fisik1. Pemeriksaan kondisi umum menyeluruha. Posisi saat ditemukanb. Tingkat kesadaranc. Sikap umum, keluhand. Trauma, kelainane. Keadaan kulit2. Periksa kepala dan lehera. Rambut dan kulit kepalaPerdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekananb. TelingaPerlukaan, darah, cairanc. MataPerlukaan, pembengkakan, perdarahan, reflek pupil, kondisi kelopak mata, adanya benda asing, pergerakan abnormald. HidungPerlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung, kelainan anatomi akibat trauma

  • Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang baik diperlukan untuk memilihpemeriksaan penunjang yang terarah dan tatalaksana selanjutnya. AnamnesisDimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang, kemudian mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang.Pemeriksaan fisis Dimulai dengan tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma akut kepala dan adanya kelainan sistemik, 2 terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis fokal.

  • Pemeriksaan PenunjangLaboratoriumPungsi lumbalElektroensefalografi, dan NeuroradiologiPemilihan jenis pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kebutuhan. Pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama adalah kadar glukosa darah, elektrolit, dan hitung jenis.

  • Penatalaksanaan Status epileptikus pada anak merupakan suatu kegawatan yang mengancam jiwa dengan resiko terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama kejang berlangsung makin sulit menghentikannya, oleh karena itu tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan mencegah terjadinya status epileptikus.

  • Penghentian Kejang0 - 5 menit:Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baikMonitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigenBila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan neurologi secara cepatCari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi

  • 5 10 menit:Pemasangan akses intarvenaPengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolitPemberian diazepam 0,2 0,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam rektal 0,5 mg/kgbb (berat badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg). Dosis diazepam intravena atau rektal dapat diulang satu dua kali setelah 5 10 menit.Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb.

  • 10 15 menitCenderung menjadi status konvulsivusBerikan fenitoin 15 20 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9%Dapat diberikan dosis ulangan fenitoin 5 10 mg/kgbb sampai maksimum dosis 30 mg/kgbb.30 menitBerikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 15 menit.Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah. Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda tanda depresi pernafasan.Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unit perawatan intensif.

  • Komplikasi

    Fase Kejang Keterangan FASE 1 ( 0 30 menit ) mekanisme terkompensasi Kegagalan mekanisme hambatan intrinsik (GABA) Pelepasan adrenalin dan noradrenalin Peningkatan metabolisme dan aliran darah otak Hipertensi, hiperpireksia Hiperventilasi, takikardi, asidosis laktatFASE 2 ( > 30 menit ) mekanisme tak terkompensasi Kegagalan autoregulasi cerebral Edema otak, depresi napas, aritmia, hipotensi Hipoglikemia, hiponatremia, hipertermia, DIC

  • KomplikasiKomplikasi Jangka PanjangPnemonia aspirasiAsfiksiaRetardasi mentalKomplikasi Jangka PendekHipertensi, hiperpireksiaHiperventilasi, takikardi, asidosis laktatEdema otak, depresi napas, aritmia, hipotensiHipoglikemia, hiponatremia, hipertermia, DIC

  • Kesimpulan dan SaranKemungkinan penyebab kejang dari anak ini trauma, demam, gangguan metabolik, infeksiKasus ini mengarah ke status epileptikus karena kejang yang terus berlangsung (> 15 menit)Triage : Kuning MerahLakukan survey primer dan sekunder

  • 1. Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topic in emergency medicine.Dalam: McMilan JA, DeAngelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oskis pediatrics. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 1999, h, 566-89.2. Roth HI, Drislane FW. Seizures. Neurol Clin 1998; 16:257-84.3. Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of epilepsy. Edisi ke-1. New York: The Parthenon Publishing Group, 1998. h. 15-23.4. Westbrook GL. Seizures and epilepsy. Dalam: Kandel ER, Scwartz JH, Jessel TM, ed. Principal of neural science. New York: MCGraw-Hill, 2000. h. 940-55.5. Najm I, Ying Z, Janigro D. Mechanisms of epileptogenesis. Neurol Clin North Am 2001; 19:237-50.6. Hanhan UA, Fiallos MR, Orlowski JP. Status epilepticus. Pediatr Clin North Am 2001;48:683-94.7. Commission on Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy. Proposal for revised clinical and electroencephalographic classification of epileptic seizures. Epilepsia 1981; 22:489-501.8. Bradford JC, Kyriakedes CG. Evidence based emergency medicine; Evaluatin and diagnostic testing evaluation of the patient with seizures; An evidence based approach. Em Med Clin North Am 1999; 20:285-9.9. Appleton PR, Choonara I, Marland T, Phillips B, Scott R, Whitehouse W. The treatment of convulsive status epilepticus in children. Arch Dis Child 2000; 83:415-19.10.Stone, Humphries ; LANGE CURRENT Diagnosis & Treatment EMERGENCY MEDICINE sixth edition INTERNATIONAL EDITION ; 2008 ; New York : Mc Graw Hill

  • THANK YOU

    ****************