pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya

55
PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI PERUSAHAAN BATIK PUTRA LAWEYAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : FITRIA INDRIANI J 500060036 Kepada: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

Upload: truongminh

Post on 17-Jan-2017

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

DERMATITIS KONTAK IRITAN DI PERUSAHAAN BATIK PUTRA

LAWEYAN SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

FITRIA INDRIANI

J 500060036

Kepada:

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2010

Page 2: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

ii

Motto

“Sesungguhnya disamping kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau sudah selesai, kerjakanlah pekerjaan lain. Dan hanya kepada Tuhanmu (sajalah) kamu berharap”

(Q.S. Alam Nasyrah : 6-8)

“Our talents are the gift that God gives to us… What we make of our talents is our gift back to God” ~ Leo Buscaglia

Ibu adalah sebuah kata yang penuh harapan dan cinta, kata yang manis dan sayang yang keluar dari relung hati. Ibu adalah segalanya, pelipur lara, harapan dikala duka dan kekuatan disaat tak berdaya.

Dialah sumber cinta, belai kasih dan ampunan. Barang siapa kehilangan ibu, ia akan kehilangan semangat yang senantiasa melimpah restu pada lingkungan”

ii

Page 3: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk yang tercinta dan tersayang:

ALLAH SWT

Ya Allah… Ya Rahman…Ya Rahim…Ya Qowwiyu Ya Allah…

Disaat hamba kurang iman Engkau masih melimpahkan rahmat Mu. Disaat hamba masih berbuat dosa, Engkau bukakan hatiku. Ya Allah terima kasih atas rahmat, hidayah, karunia, kekuatan dan

petunjukMu. Semoga hamba bisa menjadi hamba yang benar-benar beriman kepada Mu dan menjadi golongan-golongan yang Engkau cintai dan Engkau muliakan dunia wal akhirat. Amin

My Best Father (Alm) Bapak Wage Suprapto, BcHk, meski bapak tidak dapat menemani dan membesarkan ku sampai saat ini tapi doa dan kasih sayang yang dulu telah tercurahkan untuk ku akan selalu ku ingat. Dan segala cinta yang telah bapak persembahkan untuk ku akan selalu ku kenang.

Untuk Ibuku tersayang Hendri Lukiarti, terima kasih atas segala doa restu, nasehat dan dukungannya untukku. Semoga aku bisa menjadi seseorang yang bisa engkau banggakan.

Untuk Bapak Drs. Supriyadi, terima kasih untuk semuanya Kakakku tersayang: Ratih Kartikawati, SE

Terima kasih atas doa dan kesabarannya membimbing dan menjagaku tanpa lelah dan menjadi kakak yang hebat untukku.

Eyang Putriku…… Terima kasih telah mendoakan aku selama ini.

My Best Friend : Arlis Wicak Kusumo Makasih atas segala bantuan, dukungan dan doanya selama ini, sehingga aku dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Semoga persembahan kecilku ini bisa sedikit membalas apa yang telah kalian semua berikan dan lakukan untukku.

iii

Page 4: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGGIARISME

“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, saya sanggup

menerima hukuman/ sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku. “

Surakarta, Mei 2010

Penulis

Fitria Indriani

iv

Page 5: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENGARUH RIWAYAT ATOPI TERHADAP TIMBULNYA

DERMATITIS KONTAK IRITAN DI PERUSAHAAN BATIK PUTRA

LAWEYAN SURAKARTA”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi persyaratan untuk mendapat gelar

kesarjanaan pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada kesempatan yang bahagia ini, penulis hendak mengucapkan banyak

terimakasih khususnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. H. Bambang Subagyo, Sp.A(K). Selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Prof. DR. dr. H. Harijono Kariosentono, Sp.KK(K). Selaku Dosen

pembimbing I yang telah memberikan pengarahan, saran serta dukungan

yang berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi.

3. dr. Sulistyani, selaku dosen pembimbing II yang telah memberi pengarahan,

saran serta dukungan yang berarti kepada penulis selama penyusunan

skripsi.

4. dr. Nurrachmat Mulianto, M.Sc., Sp.KK selaku penguji dan terima kasih

atas bimbingan dan arahannya.

5. dr. M. Shoim Dasuki, M. Kes. Selaku ketua biro skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah banyak

membantu dalam perizinan dan bimbingan skripsi.

6. Seluruh dosen pengajar yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada

penulis. Ilmu ini sangat bermanfaat bagi penulis.

v

Page 6: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

vi

7. dr. Sri Wahyu Basuki, dr. Sulis, dr. Enjang, dan seluruh asisten Fisiologi FK

UMS, terima kasih atas bimbingan dan dukungannya.

8. Terima kasih Bapak dan ibu tercinta, terimakasih untuk semuanya. Terima

kasih untuk semua pengorbanan dan perjuangan selama ini, semoga aku

dapat membahagiakan dan menjadi kebanggaan kalian. Dan menjadi anak

yang selalu berbakti untuk kalian. Penulis sangat bersyukur mempunyai

keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian.

9. Terima kasih untuk Kakakku, Arlis dan eyang putri yang selalu mendoakan

aku selama ini.

10. Teman-temanku ULIL ILMI (Dhyna, Ika, Arini, Icha, Silvy, Diah, Azie

Slamet W, Hanang, dan Sendy). Terimakasih atas bantuan dan dukungannya

selama ini.

11. Semua temen-temenku angkatan 2006, terimakasih atas bantuannya selama

ini.

12. Keluargaku di Kost Dewi ( Mami, Papi, m.Dewi, A Jafar, mas Aan, Ika,

Butet dan juga adek kecilku Edgar )

13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi semua

pihak yang memerlukannya.

Penulis

Fitria Indriani

vi

Page 7: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

MOTTO.. ......................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ iv

PERNYATAAN ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

INTISARI ......................................................................................................... xiv

ABSTRACT ..................................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 3

BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 4

1. Dermatitis Kontak Alergi .................................................... 4

vii

Page 8: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

viii

2. Dermatitis Kontak Iritan ...................................................... 5

3. Zat Kimia Batik (Natrium Hidroksida) ................................ 9

4. Riwayat Atopik .................................................................... 10

4.a. Dermatitis Atopik .......................................................... 10

4.b. Asma Bronkiale ............................................................. 14

4.c. Rhinitis Alergi ............................................................... 17

B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 19

C. Hipotesis ................................................................................... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 20

A. Jenis Penelitian ...................................................................... 20

B. Lokasi Penelitian ................................................................... 20

C. Subyek Penelitian ................................................................... 20

D. Tehnik Sampling .................................................................... 21

E. Besar Sampel Penelitian ......................................................... 21

F. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................. 21

G. Definisi Operasional Variabel ................................................ 21

H. Skema Penelitian .................................................................... 23

I. Sumber Data ........................................................................... 23

J. Analisis Data ......................................................................... 23

K. Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 26

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 26

1. Deskripsi Data ................................................................... 26

viii

Page 9: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

ix

2. Analisis Data ..................................................................... 28

B. Pembahasan ............................................................................ 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 32

A. Kesimpulan ........................................................................... 32

B. B. Saran .................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34

LAMPIRAN

ix

Page 10: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Angka kejadian DKI dan non DKI .................................................... 26

Tabel 2. Angka Kejadian DKI dengan riwayat atopik dan tanpa riwayat

atopik.................................................................................................. 27

Tabel 3. Angka kejadian non DKI dengan riwayat atopik dan tanpa riwayat

atopik.................................................................................................. 27

Tabel 4. Angka kejadian DKI dan non DKI dengan riwayat atopik dan tanpa

riwayat Atopik .................................................................................. 28

Tabel 5. Hubungan antara DKI dengan nilai P................................................ 29

x

Page 11: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 1. Angka kejadian DKI dan non DKI dengan riwayat atopik dan tanpa

Riwayat atopik ................................................................................ 28

xi

Page 12: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian .......................................................... 19

Gambar 2. Rancangan penelitian cross-sectional untuk meneliti hubungan

antara riwayat atopik dengan dermatitis kontak iritan .................. 23

xii

Page 13: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian di Perusahaan Batik Putra

Laweyan Surakarta

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Tabel Data Rekap Hasil Penelitian

Lampiran 4. Tabel Analisis Uji Chi Square

Lampiran 5. Wujud Kelainan Kulit (UKK) Dermatitis Kontak Iritan

xiii

Page 14: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

xiv

INTI SARI

Fitria Indriani, J500060036, 2010, PENGARUH RIWAYAT ATOPIK

TERHADAP TIMBULNYA DERMATITIS KONTAK IRITAN DI

PERUSAHAAN BATIK PUTRA LAWEYAN SURAKARTA

PT. Batik Putra Laweyan merupakan perusahaan batik di Surakarta yang

menggunakan bahan kimia iritan yang dapat berpotensi menimbulkan gangguan

pada kulit pekerja. Selain bahan kimia yang digunakan, berbagai penyebab lain

seperti adanya riwayat atopik yang terdapat dalam diri pekerja juga memiliki

potensi untuk memperparah penyakit dermatitis kontak iritan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh riwayat atopik terhadap

timbulnya dermatitis kontak iritan di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan potong

lintang yang dilaksanakan di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta. Data

yang dipakai adalah data primer yang diperoleh secara kuesioner dan observasi

langsung dengan responden. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan

pencuplikan random sederhana. Subjek penelitian ini adalah semua pekerja di

Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta. Data yang diperoleh dengan program

computer SPSS 16.0.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji kai kuadrat diperoleh hasil nilai

signifikan sebesar 0,001,maka secara statistik ada pengaruh riwayat atopik

terhadap timbulnya dermatitis kontak iritan. Data hasil analisis tersebut diperoleh

pula nilai rasio odd sebesar 5,37 artinya orang yang memiliki riwayat atopik

memiliki peluang yang lebih besar yaitu sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan

orang yang tidak memiliki riwayat atopik.

Dari penelitian ini disimpulkan bahwa ada pengaruh riwayat atopik

terhadap timbulnya dermatitis kontak iritan di Perusahaan Batik Putra Laweyan

Surakarta.

Kata kunci : Riwayat atopik, Dermatitis kontak iritan

xiv

Page 15: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

xv

ABSTRACT

Fitria Indriani, J500060036, 2010, THE INFLUENCE OF ATOPIC

HISTORY IN THE DEVELOPING OF IRRITANT CONTACT

DERMATITIS IN BATIK PUTRA LAWEYAN COMPANY SURAKARTA

Batik Putra Laweyan Company is a batik company in Surakarta which use

the chemicals irritant that it can be potent to develop of skin disease among the

workers , such as skin irritant contact dermatitis (ICD). There are endogen factor

playing role in developing ICD, such as skin barrier and atopic history. The

purpose of this research is to know the influence of atopic history in developing

ICD in Batik Putra Laweyan Company Surakarta.

This study is analytic observational with cross-sectional design conducted

in Batik Putra Laweyan Company Surakarta. Data were collected from the

primary, data obtained from questionaries and direct observation to the

respondent. The Sample of the study was taken by Simple Random Sampling (SRS)

Method and the subjects were all of the workers in Batik Putra Laweyan

Company Surakarta. Statistic analysis was SPSS 16.0.

Result of statistical test using Chi Square concluded that there is influence

of atopic history in developing ICD (p= 0,001). The Odd Ratio is 5,37, meaning

that people who own the atopic history rash an opportunity of 5,37 times

compared to people who do not own the atopic history.

This research concludes that atopic history influences the developing of

ICD in Batik Putra Laweyan Company Surakarta.

Keywords: Atopic history, Irritant contact dermatitis

xv

Page 16: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit kulit akibat kerja ( occupational dermatoses ) merupakan suatu

peradangan kulit yang diakibatkan oleh suatu pekerjaan seseorang. Penyakit ini

biasanya terdapat di daerah industri, pertanian, dan perkebunan. Dimana

lingkungan industri akan mempengaruhi insidensi suatu penyakit kulit dan yang

sering muncul adalah dermatitis kontak iritan (DKI) (Siregar, 2004). Penyakit ini

ditandai dengan peradangan kulit polimorfik yang mempunyai ciri – ciri yang

luas, meliputi : rasa gatal, kemerahan, skuama, vesikel, dan krusta papulovesikel

(Budiartho, 2005).

Prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Sekitar 50 – 60 % penyakit

akibat kerja berupa dermatitis (Andrews, 1992), penyakit kulit akibat kerja yang

merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan

2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi, Indonesia

memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana

66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan (DKI) dan 33,7% adalah

Dermatitis kontak alergi (DKA) (Hudyono, 2002)

“Eczema“atau dermatitis merupakan istilah medik yang sudah lebih dari

2000 tahun dikenal orang dan berasal dari kedokteran Yunani. Dermatitis kontak,

sekarang ini merupakan penyakit kulit yang tersering dan terpenting. Didalam

kelompok besar penyakit peradangan kulit (dermatitis) khusus, yang tidak

infeksius (Rassner, 1995).

Penyebab timbulnya DKI adalah bahan- bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan- bahan pelarut, minyak pelumas, asam, alkali. Namun

patofisiologi dermatitis kontak baru diketahui pada tahun 1896 ketika Jadassohn

melakukan patch test (Sularsito, 2007).

Lajunya pembangunan suatu negara, termasuk segala bidang kehidupan,

membawa dampak positif dan dampak negatif. Perkembangan dibidang Industri

yang tidak diimbangi dengan perlindungan yang baik bagi manusia maupun

1

Page 17: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

2

lingkungan menimbulkan pengaruh pada kesehatan manusia dan kelestarian alam.

(Soedirman, 1998).

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai dermatitis

kontak serta meningkatnya penggunaan bahan- bahan kimia dalam barang

kebutuhan sehari-hari menyebabkan meningkatnya insidensi dermatitis kontak

( Syabab, 2005).

Penyakit kulit yang paling banyak terjadi adalah DKI. Salah satu penyebab

DKI adalah karena bahan kimia yang sering digunakan dalam industri tekstil,

seperti industri batik yang banyak berdiri di Surakarta ini tidak bisa lepas dari

penggunaan bahan kimia. Bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan berbagai

kelainan kulit (Hudyono, 2002).

Riwayat atopik merupakan salah satu faktor predisposisi dari DKI. Atopik

merupakan suatu reaksi yang tidak biasanya, berlebihan (hipersensitivitas) dan

disebabkan oleh paparan benda asing yang terdapat didalam lingkungan

kehidupan manusia (Harijono, 2006).

Menurut Djuanda, 2002 atopik merupakan istilah yang dipakai untuk

sekelompok penyakit pada individu yang cenderung diturunkan atau familial.

Sindrom atopik disini meliputi dermatitis atopik (DA), rhinitis alergi, asma

bronkiale (Djuanda, 2002).

Kurang terdapatnya data mengenai pengaruh riwayat atopik terhadap

timbulnya DKI dan mengingat sering terjadinya penyakit kulit pada pekerja

pabrik di Perusahaan Batik Putra Laweyan, maka penulis tertarik untuk meneliti

pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya Dermatitis Kontak Iritan pada

Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, rumusan masalah

penelitian adalah “Adakah pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya

dermatitis kontak iritan pada pekerja pabrik di Perusahaan Batik Putra Laweyan

Surakarta ?”

Page 18: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

3

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh riwayat atopik

terhadap timbulnya DKI di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya :

1. Pendidikan / Ilmu Pengetahuan

a. Menambah wawasan dan data tentang pengaruh riwayat atopik dengan

timbulnya DKI.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

2. Masyarakat

Dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk dapat melakukan

pencegahan dini terhadap terjadinya DKI.

3. Peneliti

a. Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

b. Sebagai salah satu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 19: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak adalah dermatitis atau inflamasi kulit yang

disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit

(Sularsito, 2007). Dermatitis kontak dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1. Dermatitis Kontak Alergi (DKA).

2. Dermatitis Kontak Iritan (DKI).

1. Dermatitis kontak alergi

1.a. Definisi

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis kontak yang terjadi

karena adanya proses alergi, yang hanya mengenai orang yang keadaan

kulitnya sangat peka (Hipersensitivitas) (Sularsito, 2007).

Dermatitis ini merupakan manifestasi dari reaksi hipersensitifitas

tipe IV yang disebabkan oleh sensitisasi alergen. Biasanya terdapat fase

laten atau fase sensitisasi. Perkembangan kontak alergi ditunjang melalui

kelainan kulit yang telah ada, yang mana mempermudah penetrasi alergen,

misalnya iritan toksik degeneratif ( Rassner, 1995).

Dermatitis kontak alergik dibagi menjadi :

1.a.1. Dermatitis kontak alergi akut

Kira-kira 24 sampai 48 jam sesudah kontak dengan alergen,

timbul peradangan eksudatif akut, dengan stadium eritema,

stadium eksudativa (edema, vesikel, bula, erosi, dan krusta) dan

stadium remisi (squama, sisa-sisa kemerahan) (Rassner, 1995).

4

Page 20: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

5

1.a.2. Dermatitis kontak alergi subakut

Menunjukan gejala-gejala eksudatif akut (eritem, edema,

kadang-kadang vesikel) dan juga sudah terdapat tanda-tanda gejala

kronik (papula, vesikel, proliferasi seluler dan pembentukan

infiltrat) (Rassner, 1995).

1.a.3. Dermatitis kontak alergi kronik

Setelah dermatitis berlangsung lama, lambat laun terjadi

remisi dari peradangan kulit akut eksudativa dan cenderung ke

peradangan kronik. Terjadi eritema, likenifikasi, kronisitas

(Rassner, 1995).

2. Dermatitis Kontak Iritan

2.a. Definisi

Dermatitis kontak iritan adalah suatu dermatitis kontak yang

disebabkan oleh bahan-bahan yang bersifat iritan yang dapat

menimbulkan kerusakan jaringan (Sularsito, 2007).

Dermatitis kontak iritan dibedakan menjadi :

2.a.1. Dermatitis kontak iritan akut

Dermatitis kontak iritan akut adalah suatu dermatitis iritan yang

terjadi segera setelah kontak dengan bahan – bahan iritan yang

bersifat toksik kuat, misalnya asam sulfat pekat (Rassner, 1995)

2.a.2. Dermatitis kontak iritan kronis (Kumulatif)

Dermatitis kontak iritan kronis adalah suatu dermatitis iritan

yang terjadi karena sering kontak dengan bahan- bahan iritan yang

tidak begitu kuat, misalnya sabun deterjen, larutan antiseptik

(Sularsito, 1992). Dalam hal ini, dengan beberapa kali kontak

bahan tadi ditimbun dalam kulit cukup tinggi dapat menimbulkan

iritasi dan terjadilah peradangan kulit yang secara klinis umumnya

berupa radang kronik (Djuanda, 2007).

Page 21: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

6

2.b. Etiologi

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat

iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam

alkali,serbuk kayu, bahan abrasif, larutan garam konsentrat, plastik

berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik. (Djuanda, 2007).

2.c. Patogenesis

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh

bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak

lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan

tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.

Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran lemak

(lipid membrane) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus

membrane sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti.

Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam

arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor =

PAF), dan inositida (IP3). Selanjutnya AA akan diubah menjadi

prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). Kemudian PG dan LT akan

menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskular

sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. Selain itu,

PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit

dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamine, LT

dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular.

Diasilgliserida (DAG) dan second messengers lain

menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya interleukin-1

(IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulatunf factor

(GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 dan

mengekspresi reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan

proliferasi sel tersebut.

Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan

adesi intrasel-1 (ICAM-1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga

melepaskan TNFa, suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi

Page 22: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

7

sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi

sel dan pelepasan sitokin.

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan

klasik di tempat terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema,

panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah akan menimbulkan

kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan

stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi

dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan

sel di bawahnya oleh iritan (Sularsito, 2007).

2.d. Manifestasi Klinis

Tipe reaksi tergantung pada bahan apa yang berkontak, konsentrasi

bahan kontak, dan lamanya berkontak. Reaksinya dapat berupa kulit

menjadi merah atau coklat. Kadang-kadang terjadi edema dan rasa

panas, atau ada papula, vesikula, pustula, kadang-kadang terbentuk

bula yang purulen dengan kulit disekitarnya normal (Harahap, 2000).

2.e. Histopatologi

Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan tidak

karakteristik. Pada DKI akut (oleh iritan primer), dalam dermis terjadi

vasodilatasi dan sebukan sel mononuclear di sekitar pembuluh darah

dermis bagian atas. Eksositosis di epidermis diikuti spongiosis dan

edema intrasel, dan akhirnya terjadi nekrosis epidermal. Pada keadaan

berat kerusakan epidermis dapat menimbulkan vesikel atau bula. Di

dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit dan neutrofil (Sularsito,

2007).

2.f. Penatalaksanaan

Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari

pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun

kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Dan mungkin

cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering

(Djuanda, 2007).

Page 23: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

8

Obat topikal dan sistmik yang dapat digunakan antara lain :

2.f.1. Topikal

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-

prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi

basah (kompres terbuka), bila kering diberi terapi kering (Harijono,

2008)

Jenis-jenis obat topikal antara lain :

- Kortikosteroid

Kortikosteroid mempunyai peranan dalam sistem imun.

Golongan kortikosteroid misalnya hidrokortison. Hidrokortison

dapat mempengaruhi kecepatan sintesis protein dan karena efek

vasokontriksinya. Efek katabolik dari kortikosteroid bisa dilihat

pada kulit sebagai gambaran dasar dan sepanjang

penyembuhan luka. Adapun efek samping yang ditimbulkan

dari penggunaan kortikostroid dalam jangka waktu yang lama

adalah dapat menyebabkan atrofi epidermal, dan dapat

menimbulkan efek vaskuler yang berhubungan dengan jaringan

konektif vaskuler seperti telangiektasis dan purpura, selain itu

juga dapat menyebabkan kerusakan angiogenesis

(pembentukan jaringan granulasi yang lambat) (Katzung, 2001)

- Siklosporin A

Pemberian siklosporin A topikal mnghambat elisitasi dari

hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada

manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin

disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di

epidermis dan dermis (Nafrialdi, 2008).

2.f.2. Sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal

dan edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan

akut atau kronik

Page 24: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

9

Jenis-jenis obat sistemik antara lain :

- Antihistamin

Maksud pemberian antihistamin adalah memperoleh efek

sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan

tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang

berpendapat dengan adanya reaksi antigen–antibodi terdapat

pembebasan histamin, serotonin, SRS–A, bradikinin dan

asetilkolin (Hedi, 2008).

- Kortikosteroid

Diberikan pada kasus yang sedang dan berat, secara

peroral, intramuscular atau intravena. Pilihan terbaik adalah

prednisone dan prednisolon. Perlu perhatian khusus pada

penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek

sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan

gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi.

Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit,

mengurangi molekul CD 1dan HLA-DR pada sel Langerhans,

menghambat pelepasan IL-2 dari Limfosit T dan menghambat

sekresi IL-1,dan TNF-α (Suharti, 2008).

- Siklosporin

Mekanisme kerja sikloporin adalah menghambat fungsi sel T

penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, IL-

1 dan IL-8, mengurangi aktivitas sel T , monosit, makrofaq,

dan keratinosit (Nafrialdi, 2008).

3. Zat kimia batik (Natrium Hidroksida)

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik

atau sodium hidroksida, adala sejenis basa logam kausatik. Natrium

Hidroksida terbentuk dari oksida basa. Natrium hidroksida dilarutkan

dalam air dan membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan dalam

air. NaOH banyak digunakan di berbagai macam bidang industri,

Page 25: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

10

kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi tekstil, air

minum, sabun dan deterjen (Heaton, 1996)

Dalam industri batik NaOH di gunakan sebagai bahan pembantu

pelarutan zat warna yang sifatnya dapat merusak serat kain. Penentuan

konsentrasi penggunaan NaOH dalam pewarnaan batik dapat di bagi

menjadi 3 level yaitu 1%, 2%, dan 3%. Dimana pada konsentrasi lebih

dari 2% dapat menyebabkan gangguan kesehatan. NaOH memiliki sifat

iritan dan korosif yang dapat bereaksi dengan jaringan tubuh. Dimana

dapat merusak jaringan tubuh yang hidup. Berbahaya bila kontak dengan

kulit dan mata. Salah satu efek yang ditimbulkan dari NaOH adalah dapat

menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernafasan jika terjadi

penghirupan uap NaOH dalam jangka waktu yang lama (Hudyono, 2002).

4. Riwayat Atopik

Atopik berasal dari bahasa Yunani ” Atopia ”yang berarti sesuatu yang

tidak lazim / berlebihan. Istilah ini untuk menggambarkan suatu reaksi

yang tidak biasanya, berlebihan (hipersensitivitas) dan disebabkan oleh

paparan benda asing yang terdapat di dalam lingkungan kehidupan

manusia (Harijono, 2006).

Kata ”atopi ”pertama dikenal oleh Coca (1923) yaitu istilah yang

dipakai oleh sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat

keadaan kepekaan dalam keluarganya, misal dermatitis atopik, rhinitis

alergi, asma bronkiale (Djuanda, 2007).

4.a. Dermatitis Atopik

4.a.1. Definisi

Dermatitis atopik adalah penyakit inflamasi yang khas,

bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan (eksaserbasi)

terutama mengenai bayi dan anak, dapat pula pada dewasa.

Penyakit ini biasanya disertai dengan peningkatan kadar IgE dalam

serum serta adanya riwayat alergik dan atau asma dalam keluarga

maupun penderita.

Page 26: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

11

4.a.2. Etiologi dan Patogenesis

Etiologi dermatitis atopik masih belum diketahui dan

patogenesisnya sangat komplek serta multifakorial. Salah satu

teori yang banyak dipakai adalah teori imunologik. Berdasarkan

pada pengamatan 75% penderita dermatitis atopik mempunyai

riwayat penyakit atopik lain pada keluarga atau pada dirinya. Pada

penderita dermatitis atopik terjadi peningkatan kadar IgE dalam

serum, adanya IgE spesifik terdapat bermacam aerolergen dan

eosinofilia darah, serta ditemukannya molekul IgE pada permukaan

sel Langerhans epidermal. Pada dermatitis atopik didapatkan

kelainan imunologik berupa meningkatkan infeksi kulit karena

virus herpes simplek, vaccinia, veruka, moluskum kontangiosum

dan meningkatnya kerentanan terhadap infeksi jamur superfisial

(Harijono, 2006).

Imunopatogenesis dermatitis atopik dimulai dengan

paparan imunogen atau alergen dari luar yang mencapai kulit,

dapat melalui sirkulasi atau secara langsung melalui kontak dengan

kulit. Pada pemaparan pertama terjadi sensitisasi, dimana alergen

akan ditangkap oleh sel penyaji antigen ( antigen presenting cell =

APC ) untuk kemudian diproses dan disajikan kepada limfosit T

dengan bantuan MHC klas II. Hal ini menyebabkan sel T menjadi

aktif dan mengenali alergen tersebut melalui reseptor (T Cell

Reseptor = TCR). Setelah paparan, sel T akan berdiferensiasi

menjadi subpopulasi sel Th2 karena mensekresi IL-4 dan sitokin

ini merangsang aktifitas sel B untuk menjadi sel plasma dan

memproduksi IgE (yang spesifik terhadap alergen). Begitu ada

dalam sirkulasi IgE segera berkaitan dengan sel mast dan basofil.

Pada paparan alergen berikutnya, IgE telah tersedia pada

permukaan sel mast, sehingga terjadi ikatan antara alergen dengan

IgE. Ikatan ini akan menyebabkan reaksi segera (mediator) seperti

leukotrien C4, prostaglandin D2 dan yang lain sebagainya.

Page 27: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

12

Sindroma atopik ditandai dengan respon imun Th2 lebih

dominan, oleh karena itu disebut Th2 disease dan disertai produksi

sitokin Th2 yang berlebihan (Th2 excess) (Harijono, 2007).

4.a.3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dermatitis atopik terdiri dari 3 bentuk:

(Harahap, 2000).

- Tipe Infant (< 2 tahun)

Lesi berupa eritema, papulo vesikel miliar yang sangat

gatal, karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi dan eksudasi atau

krusta, tidak jarang mengalami infeksi. Predileksi tipe ini pada

kulit kepala, muka, daerah popok dan daerah ekstensor

ekstremitas.

- Tipe anak (3 – 11 tahun)

Dapat berupa kelainan bentuk infantil atau timbul

sendiri (de novo). Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas,

karena garukan terlihat pula ekskroriasi memenjang dan krusta.

Predileksi tope ini pada lipat siku, lipat lutut, leher,

pergelangan tangan, kaki, jarang mengenai muka.

- Tipe dewasa ( 12 – 24 tahun )

predileksi tipe ini pada muka (dahi, kelopak mata,

perioral), leher, dada bagian atas, lipat siku dan biasanya

simetris. Gejala utama adalah pruritus, kelainan kulit berupa

likenifikasi, papul, ekskoriasi dan krusta. Umumnya

berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun

setelah usia 30 tahun. Sebagian kecil dapat terus berlangsung

sampai tua, dada bagian atas, lipat siku dan biasanya simetris.

4.a.4. Diagnosis

Diagnosis dermatitis atopik menurut Hanifin dan Rajka’s

ditegakkan bila dijumpai lebih dari 3 kriteria mayor dan lebih dari 3

kriteria minor.

Page 28: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

13

Kriteria mayor dermatitis atopik adalah :

1. Pruritus

2. Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi/anak dan di

fleksura pada dewasa

3. Dermatitis kronis atau residif

4. Riwayat atopik pada penderita atau keluarganya.

Kriteria minor dermatitis atopik adalah :

1. Xerosis

2. Infeksi kulit (khususnya oleh S.aureus dan virus herpes

simplek)

3. Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki

4. Iktiosis / hiperlinear palmaris / keratosis pilaris

5. Ptiriasis alba

6. Dermatitis di papila mamae

7. Keilitis

8. Lipatan infra orbital Dennie - Morgan

9. Konjungtivitis berulang

10. Keratokonus

11. Katarak subkapsular anterior

12. Orbita menjadi gelap

13. Muka pucat atau eritem

14. Gatal bila berkeringat

15. Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak

16. Aksentuasi perifolikuler

17. Hipersensitif terhadap makanan

18. Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

atau emosi

19. Test kulit alergi tipe dadakan dan atau emosi

20. Kadar IgE didalam serum meningkat

21. Awitan pada usia dini

Page 29: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

14

4.a.5. Penatalaksanaan ( Siregar, 2004 )

4.a.5.1. Menghindari kekambuhan ( cegah faktor pencetus )

4.a.5.2. Pengobatan terhadap gejala :

4.a.5.2a. Pengobatan sistemik :

- Antihistamin diberikan untuk mengatasi gatal misalnya

Chlorpheniramine, prometazine, hidroxyzine.

- Antibiotik digunakan bila mengalami infeksi sekunder,

misalnya eritromisin.

- Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan, kecuali bila

kelainannya luas, atau eksaserbasi akut, dapat diberikan

dalam jangka waktu pendek (7–10 hari) misalnya

Prednison, Deksametason, Triamsinolone, Methil

prednisolon.

4.a.5.2b. Pengobatan topikal

- Pada tipe infant diberi kortikosteroid ringan dengan efek

samping sedikit, misalnya hidrokortison 1–1,5 %.

- Pada tipe anak dan dewasa dengan likenifikasi dapat diberi

kortikosteroid kuat seperti betametason dipropionat

0,05%.

4.b. Asma bronkiale

4.b.1. Definisi

Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronik jalan

nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini

adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi

jalan nafas dan gejala pernafasan / sesak nafas (Mansur, 2001).

4.b.2. Manifestasi klinis

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya

hiperaktifitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara

spontan maupun dengan pengobatan.

Page 30: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

15

Gejala asma bronkiale antara lain : (PDPI, 2004).

- Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa

pengobatan.

- Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada dan

berdahak.

- Gejala timbul / memburuk terutama pada malam hari / dini

hari.

- Respon terhadap pemberian bronkodilator.

4.b.3. Patogenesis

Manifestasi penyumbatan jalan nafas pada asma disebabkan

oleh bronkokonstriksi, hipersekresi mukus, edema mukus infiltrasi

seluler dan deskuamasi sel epitel dan sel radang. Berbagai

rangsangan non spesifik, jalan nafas yang hiperaktif, mencetuskan

respon bronkokonstriksi dan radang (Mansur, 2001).

4.b.4. Diagnosis

Menurut Sukamto (2006), diagnosis asma ditegakkan

berdasarkan:

4.b.4.1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit ditemukan

keluhan batuk, sesak, mengi atau rasa berat di dada. Faktor –

faktor yang mempengaruhi asma adalah riwayat keluarga dan

riwayat alergi lain seperti dermatitis atopik, rhinitis alergi, serta

gejala klinis asma.

Dari anamnesis juga dapat diketahui adanya faktor pencetus

asma, yaitu :

- Infeksi virus saluran nafas, influenza.

- Pemajanan terhadap alergen tungau, debu rumah atau bulu

binatang.

- Pemajanan terhadap iritan asap rokok atau minyak.

- Kegiatan jasmani : lari

- Ekspresi emosional : takut, marah, frustasi.

Page 31: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

16

- Obat- obatan golongan aspirin, penyekat beta, AINS

- Lingkungan kerja : uap zat kimia

- Polusi udara : asap rokok

- Pengasiet makanan.

- Lain – lain (menstruasi, kehamilan, sinusitis)

4.b.4.2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik tergantung derajat asma. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan ekspirasi memanjang, mengi,

hiperinflamasi dada dan pernafasan cepat hingga sianosis.

4.b.4.3. Pemeriksaan penunjang

- Spirometri

Dilihat dari respon pengobatan dengan

bronkodilator. Pemeriksaan dilakukan sebelum dan sesudah

pemberian bronkdilator hirupgolongan adrenergik beta.

Peningkatan VEP atau KVP sebanyak 20% menunjukan

diagnosis sma.

- Uji Provokasi Bronkus

Jika pemeriksaan spirometri normal, dilakukan uji

provokasi bronkus dengan uji provokasi dengan histamin,

kegiatan jasmani, udara dingin, laritan garam hipertonik.

Penurunan VEP 20% dianggap bermakna.

- Pemeriksaan Eosinofil total

Pada asma terjadi peningkatan jumlah eosinofil.

- Pemeriksaan sputum

Asma karakteristik dengan eosinofil.

- Foto thorak

Digunakan untuk menyingkirkan penyebab lain seperti

obstruksi bronkus.

- Analisa gas darah

Page 32: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

17

Dilakukan pada asma berat. Pada fase awal, terjadi

hipokapnea dan hipoksemia (PaCO2 < 35 mmHg). Pada asma

yang sangat berat terjadi hiperkapnea (PaCO2 > 45 mmHg).

4.c. Rhinitis Alergi

4.c.1. Definisi

Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on

Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala

bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa

hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE (Irawati, 2007).

4.c.2. Manifestasi klinis

Rhinitis alergi secara khas dimulai pada usia yang sangat muda

dengan gejala kongestif atau sumbatan hidung, bersin, mata berair,

gatal, dan post nasal drip (Blumenthal, 1997).

4.c.3. Patofisiologi

Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang

diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan tahap

provokasi / reaksi alergi (Irawati, 2007).

Rhinitis alergi diduga melibatkan antibodi reagenik, sel basofil,

sel mast, dan pelepasan zat mediator seperti histamin,

prostaglandin, dan leukotrien, yang pada gilirannya bekerja pada

saluran hidung dan menimbulkan manifestasi klinis (Blumenthal,

1997).

4.c.4. Diagnosis

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan :

4.c.4.1. Anamnesis

Anamnesis sangat penting, karena sering kali serangan

tidak terjadi dihadapan pemeriksa. Hampir 50% diagnosis

ditegakkan dari anamnesis saja.

Page 33: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

18

4.c.4.2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak mukosa

edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret

encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior

tampak hipertrofi.

4.c.4.3. Pemeriksaan penunjang

- In vitro

Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau

meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total seringkali

menunjukkan jumlah normal, kecuali bila tanda alergi pada

pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya asma

bronkial.

- In vivo

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara

pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal

yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration/SET)

(Irawati, 2007).

4.c.5. Terapi

Inti dari terapi adalah menghindari pemaparan terhadap

alergen dan iritan yang dicurigai. Terapi obat dengan

menggunakan antihistamin yang mengendalikan hidung gatal,

bersin dan rhinorea. (Blumenthal, 1997).

Bila penyumbatan hidung sangat mengganggu bisa diberika

dekongestan seperti pseudoefedril atau fenilpropanolamin. Tetes

atau semprot hidung yang mengandung obat – obat simptomimetik

harus dihindari kecuali untuk penggunaan jangka pendek.

Pengobatan paling efektif dengan kortikosteroid topikal.

(Blumenthal, 1997).

Page 34: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

19

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

C. Hipotesis

Dari kerangka berfikir dan tinjauan pustaka diatas dikemukakan

hipotesis yaitu ada pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis

kontak iritan dimana orang dengan riwayat atopik lebih mudah terkena

dermatitis kontak iritan.

Bahan – bahan iritan / kontaktan

Natrium hidroksida (NaOH)

Riwayat Atopik

DA (Dermatitis Atopik)

Rhinitis alergi

Asma bronkiale

DERMATITIS KONTAK IRITAN

( DKI )

Faktor penggangu

yang tidak bisa

dikendalikan

Immunitas

tubuh

Higiene /

kebersihan

pribadi

Lingkungan

Faktor

pengganggu

yang dapat

dikendalikan

Usia

Jenis

kelamin Angka penderita DKI

dengan riwayat atopik

Angka penderita DKI tanpa

riwayat atopik

Page 35: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional.

B. Lokasi Penelitian

PT. Batik Putra Laweyan – Surakarta

C. Subjek Penelitian

Sebagai populasi penelitian adalah semua pekerja di perusahaan Batik

Putra Laweyan.

Kriteria inklusi :

1. Pekerja di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta yang

terpapar NaOH

2. Laki-laki dan perempuan yang bekerja di Perusahaan Batik

Putra Laweyan.

3. Usia antara 20-40 tahun.

4. Pekerja yang bersedia untuk ikut serta dalam penelitian dan

mengisi kuesioner penelitian.

Kriteria eksklusi :

1. Pekerja di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta yang

tidak terpapar NaOH.

2. Dibawah usia 20 tahun dan lebih dari 40 tahun.

3. Pekerja yang tidak bersedia untuk ikut serta dalam penelitian

dan mengisi kuesioner penelitian.

20

Page 36: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

21

D. Teknik Sampling

Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pencuplikan random sederhana atau simple random sampling, disingkat SRS.

SRS adalah metode mencuplik sampel secara acak dimana masing-masing

subjek atau unit dari populasi memiliki peluang yang sama dan independen

(=tidak bergantung) untuk terpilih kedalam sampel (Murti, 2006).

E. Besar Sampel

Besar sampel yang diambil untuk penelitian ini sejumlah 70 orang.

Menurut Murti (2006), ukuran sampel sebesar 30 subjek merupakan patokan

umum pada penelitian yang melibatkan sebuah variabel dependen dan

independen.

F. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Riwayat atopik

2. Variabel tergantung : Kejadian Dermatitis Kontak Iritan

3. Variabel perancu : Usia, sistem imun, tingkat higienitas, dan faktor

lingkungan.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Riwayat atopik

Riwayat atopik dalam penelitian ini didefinisikan sebagai reaksi

yang tidak biasanya berlebihan (hipersensitivitas) dan disebabkan oleh

paparan benda asing yang terdapat didalam lingkungan kehidupan manusia

serta cenderung diturunkan atau familial (Harijono, 2006)

Riwayat atopik dalam penelitian ini meliputi dermatitis atopik,

rhinitis alergi, asma bronkiale dan yang ditemukan pada penderita

dermatitis kontak iritan. Riwayat tersebut dapat diketahui dari anamnesis

menggunakan kuesioner. Diagnosis riwayat atopik ditegakkan bila

kuesioner didapat pasien pernah atau sedang menderita salah satu penyakit

yang termasuk atopik (dermatitis atopik, rhinitis alergi, asma bronkiale)

Page 37: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

22

Subjek dikelompokkan sebagai kelompok yang mempunyai

riwayat atopik. Variable ini termasuk variable kategorikal dengan skala

nominal.

2. Dermatitis kontak iritan

Dermatitis kontak iritan adalah suatu dermatitis iritan yang terjadi

karena sering kontak dengan bahan-bahan iritan yang bersifat toksik kuat

misalnya asam sulfat pekat (Rassner, 1995).

Dermatitis kontak iritan dalam penelitian ini meliputi edema,

eritema, papula, skuama, vesikel dan likenifikasi yang ditemukan pekerja

batik. Dermatitis kontak iritan tersebut diketahui dari observasi dan

anamnesis menggunakan kueisioner. Diagnosis dermatitis kontak iritan

ditegakkan bila dalam kuesioner didapat pasien pernah atau sedang

menderita dermatitis kontak iritan

Subjek dikelompokkan sebagai dermatitis kontak iritan dan non

dermatitis kontak iritan. Variable ini termasuk variabel kategorikal dengan

skala nominal.

3. Variabel luar dapat dikendalikan

Berusaha dikendalikan melalui anamnesis menggunakan kuesioner

4. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

a. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang kurang bersih dapat meningkatkan risiko

terjadinya dermatitis kontak iritan.

b. Higiene personal / Kebersihan

Higiene personal/kebersihan diri meningkatkan kejadian dermatitis

kontak iritan. Variable ini berusaha dikendalikan melalui anamnesis

menggunakan kuesioner.

Page 38: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

23

H. Skema Penelitian

Gambar 2. Rancangan penelitian cross-sectional untuk meneliti hubungan antara

riwayat atopik dengan dermatitis kontak iritan

I. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini menggunakan data primer yang

diperoleh langsung dari responden.

J. Analisis Data

Analisis data ditampilkan dalam tabel 2x2 sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel analisis data untuk mengetahui hubungan antara riwayat atopik

dengan dermatitis kontak iritan

Bahan

kimia(NaOH)

Riwayat atopik (+)

Riwayat atopik (-)

Dermatitis

Kontak Iritan (+)

Dermatitis

Kontak Iritan (-)

Dermatitis

Kontak Iritan (+)

Dermatitis

Kontak Iritan (-)

Pekerja Batik Analisis

Statistik

Page 39: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

24

Dermatitis kontak iritan

(DKI)

Riwayat atopik

Total

Ya Tidak

DKI (+) a b a+b

DKI (-) c d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

Rumus :

Ket:

Harga Chi square adalah 3,841 (dicari dari tabel harga distribusi Chi

square).

Ditentukan α = 0.05

Ketentuan keputusan diambil berdasarkan perbandingan X2 hitung dengan X

2

tabel dengan ketentuan :

Ho: tidak ada pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis kontak

iritan pada pekerja batik.

Hi : ada pengarh riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis kontak iritan

pada pekerja batik.

Data yang diperoleh dianalisis dan perbedaan antara variable penelitian akan

ditentukan dengan uji analisis statistik Chi square dengan program SPSS versi

16.0.

Page 40: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

25

K. Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal pelaksanaan penelitian

KEGIATAN BULAN

I

BULAN

II

BULAN

III

BULAN

IV

BULAN

V

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

proposal

Ujian proposal

Perbaikan proposal

Pengumpulan data

Pengolahan dan

analisis data

Penyusunan skripsi

Ujian skripsi

Perbaikan skripsi

Page 41: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

26

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pengambilan data dilakukan di PT Batik Putra Laweyan Surakarta

pada bulan Maret 2010. Penelitian dilakukan terhadap 70 pekerja batik.

Data penelitian ini di ambil dari kuesioner dan observasi secara langsung

dengan responden.

1. Deskripsi data

Hasil yang diperoleh selama penelitian adalah :

Tabel 1. Angka kejadian DKI dan Non DKI

DKI Total %

DKI (+) 41 58,6

DKI (-) 29 41,4

Total 70 100

Dari data tabel 1 diatas diketahui bahwa dari 70 pekerja batik yang

diteliti didapatkan 41 orang (58,6%) terkena DKI (+), dan sebanyak 29

orang (41,4%) tidak terkena DKI (-).

26

Page 42: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

27

Tabel 2. Angka kejadian DKI dengan riwayat atopik dan tanpa

riwayat atopik

Riwayat atopik

(RA)

DKI (+)

Total %

RA (+) 29 70,7

RA (-) 12 29,3

Total 41 100

Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa dari 41 orang yang menderita

DKI (+), diketahui 29 orang (70,7%) yang menderita DKI mempunyai

latar belakang RA (+), sedangkan yang menderita DKI tetapi tidak

mempunyai latar belakang RA (-) sebanyak 12 orang (29,3%).

Tabel 3. Angka kejadian Non DKI dengan riwayat atopik dan tanpa

riwayat atopik

Riwayat atopik

(RA)

DKI (-)

Total %

RA (+) 9 31

RA (-) 20 69

Total 29 100

Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa dari 29 orang yang tidak

terkena DKI (-), sebanyak 9 orang (31%) mempunyai riwayat atopik,

sedangkan 20 orang (69%) tidak mempunyai riwayat atopik.

Page 43: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

28

2. Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dan observasi di PT. Batik

Putra Laweyan Surakarta, kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS

16.0 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Angka kejadian DKI dan Non DKI dengan riwayat atopik

dan tanpa riwayat atopik

RA

DKI + % - % Total %

DKI (+) 29 41,4 12 17,1 41 58,6

DKI (-) 9 12,8 20 28.6 29 41,4

Total 38 54.3 32 45,7 70 100

Grafik 1. Kejadian DKI dan Non DKI dengan riwayat atopik dan

tanpa riwayat Atopik

Dari tabel 4 diatas dapat dikatakan bahwa hasil analisis pengaruhi

riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis kontak iritan di PT. Batik

Putra Laweyan Surakarta ada sebanyak 29 dari 70 pegawai (41,4%). Dari

Page 44: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

29

tabel 4 juga didapatkan hasil bahwa 9 dari 70 pegawai (12,8%) yang memiliki

riwayat atopik tetapi tidak terkena DKI.

Tabel 5. Hubungan antara DKI dengan nilai P

Dari hasil uji statisti diperoleh nilai p= 0,001 (< 0,05), maka secara

statistik ada pengaruh antara riwayat atopik dengan timbulnya DKI.

Dengan menggunakan uji Chi square juga didapatkan harga (X2) hitung

10,786, sedangkan harga (X2) tabel 3,841 hal ini berarti bahwa X

2 hitung > X

2

tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

riwayat atopik dengan timbulnya dermatitis kontak iritan.

Data yang diperoleh dari hasil analisis selanjutnya dicari Rasio Odds,

dengan rumus sebagai berikut :

OR =

Hasil analisis dengan menggunakan rasio Odds diatas diperoleh nilai OR =

5,37 artinya orang yang memiliki riwayat atopik memiliki peluang yang lebih

besar yaitu sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

riwayat atopik.

Dermatitis Kontak

Iritan

(DKI)

Riwayat Atopik P Value

Ya Tidak

DKI(+) 29 12

0,001 DKI (-) 9 20

Page 45: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

30

B.Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta.

Dengan sampel berjumlah 70 orang. Dari penelitian tersebut didapatkan 41 orang

(58,6%) menderita DKI dan 29 orang ( 41,4%) tidak menderita DKI. Berdasarkan

hasil penelitian mengenai pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis

kontak iritan didapatkan hasil yaitu dari 41 orang yang menderita DKI (+),

sebanyak 29 orang (41,4%) mempunyai latar belakang RA (+) dan sebanyak 12

orang (17,1%) tidak mempunyai latar belakang RA (-) juga dapat menderita DKI

(+), sehingga dapat dikatakan bahwa orang dengan riwayat atopik lebih mudah

terkena dermatitis kontak iritan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iliev dan

Elsner, 1997 yang menyatakan bahwa orang dengan riwayat atopik akan lebih

mudah terkena dermatitis kontak iritan.

Pada tabel hasil analisis dengan menggunakan uji Odds rasio didapatkan

nilai OR= 5,37 artinya orang yang memiliki riwayat atopik memiliki peluang

yang lebih besar yaitu sebesar 5,37 kali dibandingkan dengan orang yang tidak

memiliki riwayat atopik.

Dengan analisis dengan menggunakan uji Chi square juga didapatkan

harga (X2) hitung 10,786, sedangkan harga (X

2) tabel 3,841 hal ini berarti bahwa

X2

hitung > X2 tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan antara riwayat atopik dengan timbulnya dermatitis kontak iritan di

Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta.

Dalam analisis data diatas juga didapatkan nilai p= 0,001 yang berarti P <

0,05, yang artinya adanya pengaruh riwayat atopik terhadap timbulnya dermatitis

kontak iritan di Perusahaan Batik Putra Laweyan Surakarta.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hari Suryo Utomo tahun 2007 yang

dimuat dalam Jurnal berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin menyebutkan

51,3% penderita dermatitis kontak iritan memiliki riwayat atopik.

Riwayat atopik merupakan salah satu faktor predisposisi dari dermatitis

kontak iritan. Dermatitis kontak iritan merupakan kelainan kulit yang timbul

Page 46: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

31

akibat adanya kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja

kimiawi atau fisis. Bahan iritan tersebut dapat merusak lapisan tanduk, denaturasi

keratini, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.

(Sularsito, 2007). Dan riwayat atopik itu sendiri adalah sesuatu yang tidak

lazim/berlebihan untuk mengambarkan suatu reaksi yang tidak biasanya,

berlebihan (hipersensitivitas) dan disebabkan oleh paparan benda asing yang

terdapat didalam lingkungan kehidupan manusia (Harijono, 2006). Dan dari hasil

penelitian ini didapatkan bahwa orang dengan riwayat atopik akan lebih mudah

terkena dermatistis kontak iritan dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

riwayat atopik. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Sularsito, 2007

yang menyatakan bahwa seseorang yang telah memiliki riwayat atopik akan lebih

mudah terkena dermatitis kontak iritan dibandingkan dengan orang yang tidak

memiliki riwayat atopik.

Untuk mengurangi angka kejadian dermatitis kontak iritan pada

perusahanan Batik Putra Laweyan yang terpenting adalah menhindari pajanan

bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta

menyingkirkan faktor yang dapat memperberat. Selain itu juga dapat dilakukan

dengan memperbaiki dan meningkatkan kebersihan diri untuk menghindari

terjadinya dermatitis kontak iritan, penggunaan alat pelindung juga sangat

diperlukan untuk melindungi pekerja dari bahaya bahan iritan yang dapat

menyebabkan terjadinya dermatitis kontak iritan.

Page 47: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

32

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik

dengan uji Chi square di atas adalah ada pengaruh riwayat atopik terhadap

timbulnya dermatitis kontak iritan di Perusahaan Batik Putra Laweyan

Surakarta. Dengan nilai Signifikan (p) 0,001 yang berarti p < 0,05, maka

dapat disimpulkan ada perbedaan yang bermakna antara adanya riwayat

atopik dan non atopik dengan timbulnya DKI di Perusahaan Batik Putra

Laweyan Surakarta.

Hasil analisis dengan menggunakan Odds rasio diperoleh nilai OR

= 5,37 artinya orang yang memiliki riwayat atopik memiliki peluang yang

lebih besar 5,37 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki

riwayat atopik.

B. Saran

Saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu adanya perbaikan kebersihan diri untuk mencegah terjadinya

dermatitis kontak iritan.

2. Perlu adanya upaya peningkatan pengetahuan tentang dermatitis

kontak iritan serta perlunya tindakan pencegahan maupun terapi untuk

menghindari terjadinya dermatitis kontak iritan.

3. Perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang riwayat atopik.

4. Perlu penambahan jumlah sampel dan bervariasi untuk mengetahui

lebih dalam tentang dermatitis kontak iritan.

5. Perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor lain yang diduga dapat

mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak iritan.

32

Page 48: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

33

6. Perusahaan perlu menyediakan alat perlindungan diri untuk pekerja

agar pekerja dapat bekerja dengan lebih aman dan untuk menghindari

bahaya dan kecelakaan akibat kerja.

Page 49: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

34

DAFTAR PUSTAKA

Andrews, G.C., Domonkos, A. N. 1992. Diseases of The Skin. Saunders

Company Philadelphia and London.

Blumental, Malcon. 1997 . Kelainan alergi pada pasien THT dalam Boies.

Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp :

196 –197.

Bouguniewicz, Mark. 2000. Atopic Dermatitis . in : Leung Donald Allergic Skin

Disease. New York : Marcell Dekker.

Bratiartha M. 1994 . Dermatitis Kontak pada Pekerja. In: Soebono H, Rikyanto,

eds. Kumpulan makalah seminar dermatitis kontak. Yogyakarta : FK

UGM

Burns, Toni. 2002. Lecture Notes Dermatologi. Edisi ke 8. Jakarta : Penerbit

Erlangga. pp : 32 – 42.

Champion, R.H. 1972. Atopic Dermatitis. In Textbook of Dermatologi. Londen :

Black well scientific Publication. pp : 295.

Dewoto, R.H. 2008. Histamin dan Antialergi dalam Farmakologi dan terapi.

Edisi: V. Jakarta : Balai Penerbit FK UI

Djuanda, Suria. 2007. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI.

Domonkos N, Anthony. 1999. Disease of the Skin. London: W.B Saunders

company. pp : 305 – 316.

34

Page 50: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

35

Harahap, Marwali. 2000 . Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. pp 6–30

Heaton, A. 1996. An Introduction to Industrial Chemistry, 3rd edition, New

York:Blackie.

Hudyono, J. Dermatitis Akibat Kerja. Majalah kedokteran Indonesia. November

2002

Iliev, Elsner. 1997. Handbook of Occupational Skin Dermatology. Berlin:

Springer-Berlin Heidelberg: p. 99-100

Irawati, Nina. 2007. Rhinitis Alergi dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT.

Jakarta : Balai penerbit FK UI.

Kalbe Farma. 2005. Dermatitis Akibat Kerja. http://www.kalbe.co.id/

files/cdk/files/14.pdf/14. ( 20 Agustus 2009 )

Kariosentono, Harijono. 2006. Dermatitis atopik ( eksema ). Solo : UNS Press.

Kariosentono, Harijono. 2007. Dermatitis dalam bahan kuliah Ilmu Penyakit Kulit

Kelamin. Surakarta .

Kariosentono, Harijono. 2008. Dermatitis dalam bahan kuliah Ilmu Penyakit Kulit

Kelamin. Surakarta.

Katzung, Bertram, G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.

Kimianet. 2005. Natrium hidroksida. http://www. Kimianet.lipi.go.id/database.

Michael, Sly. 2001. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol I. Jakarta : Penerbit buku

Kedokteran EGC. pp : 773 – 194

Page 51: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

36

Murti, Bhisma. 1996. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu

Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Murti, Bhisma. 1997 . Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.

Nafrialdi. 2008. Imunomodulator, Imunosupresan dan Imunostimulan dalam

Farmakologi dan Terapi. Edisi :V. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

Nasution, A, Mansur. 2001. Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma Bronkiale.

http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/35.pdf/35. (20 Agustus 2009)

Utomo, S. Hari. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis

Kontak Iritan pada Pekerja di PT. Inti Pantja Press Industri dalam Jurnal

Berkala Ilmu Kulit dan Kelamin. Vol.11. No.2.

Rassner, Steinert, U. 1995. Buku Ajar dan Atlas. Dermatologi Rassner. Jakarta :

Penerbit buku kedokteran EGC

Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi: II. Jakarta:

Penerbit buku kedokteran EGC

Soedirman. 1998. Etiologi dan Patofisiologi Dermatitis Akibat Kerja. Berkala

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (19 September 2009)

Suherman, K.S. 2008. Adrenokortikosteroid dan Analog sintesisnya dalam

Farmakologi dan terapi. Edisi :V. Jakarta : Balai Penerbit FK UI

Syabab. 2005. Gambaran Klinis Dermatitis Akibat Kerja .Berkala Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamian (08 September 2009)

Sularsito, S. A. 1992. Dermatitis. Vol 1. Yayasan Penerbit IDI Yogyakarta

Sularsito, S. A. 2007. Dermatitis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai

Penerbit FK UI.

Page 52: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

37

Tabel data rekap hasil penelitian

No Nama Umur Predileksi

Terkena Kambuh Riwayat atopik

seblm

Bkrja

Setlh bkrja

Bkrja Libur Lain Asma rhinitis D.Atopi

Diri Rwt Diri Rwt Diri Rwt

1. Tn. JK 35 Telapak tangan

- + + - - + - - + - -

2. Tn.TKM 38 Telapak tangan

- + + - - - + - - - -

3. Tn. WD 35 Tangan & kaki

- + + - - - + - - - -

4. Tn.JM 37 Tangan kanan

- + + - - + + - - - -

5. Tn.RDI 40 Jari tangan - + + - - + + - + - -

6. Tn. PH 40 Jari tangan - + + - - - - - + - -

7. Tn. SR 40 Telapak tangan & jari

- + + - - - + + - - -

8. Tn.HR 39 Tangan - + + - - + + - - - -

9. Tn.SW 35 Telapak tangan

- + + - - - + - - - -

10. Tn.DP 34 Telapak tangan

- + + - - - - - + + -

11. Tn.AD 33 Tangan & kaki

- + + - - - - - - - +

12. Tn.TRD 33 Tangan & punggung

- + + - - - - - - - +

13. Tn.WR 33 Telapak tangan

- + + - - + - + - - -

14. Tn.MDI 32 Tangan - + + - - + - - - - -

15. Tn.TM 32 Tangan - + + - - - - + - - -

16. Tn.AG 38 Tangan & - + + - - - - + - + -

Page 53: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

38

leher

17. Tn.ED 40 Telapak tangan

- + + - - - - + - - -

18. Ny.RY 28 Telapak tangan & kaki

- + + - - - + - - - -

19. Ny.MY 35 Telapak tangan & jari

- + + - - - - - - - +

20. Ny.SM 38 Tangan & leher

- + + - - - - - - - +

21. Ny.LST 39 Telapak tangan

- + + - - - - - - - +

22. Ny.SRN 40 Tangn & punggung

- + + - - - + - - - +

23. Ny.SP 29 Tangan &jari - + + - - - + - - - -

24. Ny.RM 27 Tangan & jari - + + - - - + - - - -

25. Ny.PM 40 Tangan - + + - - - + - - - -

26. Ny.WY 30 Tangan - + + - - - - - + - -

27. Ny.JL 30 Tangan - + + - - - - - + - -

28. Nn.LST 26 Telapak tangan

- + + - - - - - + - -

29. Ny.HN 29 Tangan - + + - - - + - + - -

30. Nn.FP 25 Jari – jari - + + - - - + - - - -

31. Ny.YN 29 Telapak tangan

- + + - - - + - - - -

32. Ny.SJH 33 Tangan - + + - - - + - - - -

33. Ny.NJ 28 Jari-jari - + + - - - + - - - -

34. Ny.ED 27 Tangan & kaki

- + + - - + + - - - -

35. Ny.WHY 30 Tangan & leher

- + + - - - - - + - -

Page 54: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

39

36. Ny.HT 30 Tangan,kaki, punggung

- + + - - - - - - - +

37. Ny.RST 34 Tangan - + + - - - - - - - +

38. Nn.SR 24 Tangan - + + - - - - - - + -

39. Ny.WJ 27 Tangan - + + - - - - + - - -

40. Ny.TTK 37 Tangan - + + - - + - - - - -

41. Ny.IRW 40 Tangan dan jari

- + + - - + - - - - -

42. Tn. RD 31 Leher - + - - + - - - - - -

43. Tn.WY 34 Kaki - + - - - - - - - - -

44. Tn.SL 37 Kaki - + - - - - - - - - -

45. Tn.T 40 Paha - + - - - - - - - - -

46. Tn.TD 39 Kaki - + - - - - - - - - -

47. Tn.SRN 39 Tangan - + - - + - - - - - -

48. Tn.HTR 35 Leher - + - - + - - - - - -

49. Tn.AG 39 Punggung + - - - - - - - - - -

50. Tn.EW 30 Tangan & kaki

+ - - - + - - - - - -

51. Tn.RRJ 28 Tangan - - - - - - - - - - -

52. Tn.WG 30 Jari – jari - - - - - - - - - - -

53. Tn.STR 32 Telapak tangan

- - - - - - - - - - -

54. Tn.TKN 33 Tangan - - - - - - - - - - -

55. Tn.WHO 33 Jari-jari - - - - - - - - - - -

56. Ny.HS 39 Tangan & kaki

- - - - - - - - - - -

57. Ny.RS 40 Tangan & leher

- - - - - - - - - - -

58. Ny.DW 40 Tangan,kaki, punggung

- - - - - - - - - - -

Page 55: PENGARUH RIWAYAT ATOPIK TERHADAP TIMBULNYA

40

59. Ny.RTN 40 Leher - - - - - - - - - - -

60. Ny.SDR 40 Punggung - - - - - - - - - - -

61. Nn.AT 25 Tangan & kaki

- - - - - - - - - - -

62. Nn.AN 24 Tangan & leher

- - - - - - - - - - -

63. Ny.SPT 37 Tangan,kaki, punggung

- - - - - - - - - - -

64. Ny.TTK 38 Tangan,kaki, punggung

- - - - - - - - - - -

65. Ny.TN 35 Jari-jari - - - - - - - - - - -

66. Ny.NYT 45 Jari-jari - - - - - - - - - - -

67. Ny.NJ 33 Tangan - - - - - - - - - - -

68. Ny.LLS 37 Tangan - - - - - - - - - - -

69. Ny.RT 34 Tangan - - - - - - - - - - -

70 Nn.LSA 25 Tangan - - - - - - - - - - -