bab iii ta indra suprianto

45
27 BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Deskripsi Proyek Mengenai gambaran tentang Proyek Pembangunan Gedung Manajemen RSU Provinsi dr. Soedono yang didapatkan dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut: 1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manaje- men 4 Lantai RSUP dr. Soedono Madiun 2. Objek : Gedung Pelayanan dan Manajemen 3. Lokasi : Jl. dr. Soetomo No. 29, Madiun, Jawa Timur 4. Data Teknis : - Status tanah : SHM RSUP Madiun - Luas lahan : 832 m 2 - Luas bangunan : 2253 m 2 - Jumlah lantai : 4 lantai Dengan uraian sebagai berikut: Lantai 1 dan 2: Untuk pelayanan umum dan Instalasi Rawat Jalan (IRJA) Lantai 3: Untuk administrasi dan manajemen Lantai 4 Untuk kepegawaian - Jenis fondasi : Pile Square 250x250 mm - Struktur bangunan : Beton Bertulang - Mutu beton a. Pile Square 25x25 cm : K-250 fc’ 25 Mpa dan fc’ 30 Mpa b. Balok dan Pelat Lantai : K-250 fc’ 20 Mpa s/d fc’25 Mpa c. Kolom :

Upload: indra-suprianto

Post on 31-Oct-2015

454 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TA Indra Suprianto

27

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Deskripsi Proyek

Mengenai gambaran tentang Proyek Pembangunan Gedung Manajemen

RSU Provinsi dr. Soedono yang didapatkan dari hasil Praktek Kerja Lapangan

(PKL) adalah sebagai berikut:

1. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manaje-

men 4 Lantai RSUP dr. Soedono Madiun

2. Objek : Gedung Pelayanan dan Manajemen

3. Lokasi : Jl. dr. Soetomo No. 29, Madiun, Jawa Timur

4. Data Teknis : - Status tanah : SHM RSUP Madiun

- Luas lahan : 832 m2

- Luas bangunan : 2253 m2

- Jumlah lantai : 4 lantai

Dengan uraian sebagai berikut:

Lantai 1 dan 2:

Untuk pelayanan umum dan Instalasi Rawat

Jalan (IRJA)

Lantai 3:

Untuk administrasi dan manajemen

Lantai 4

Untuk kepegawaian

- Jenis fondasi : Pile Square 250x250 mm

- Struktur bangunan : Beton Bertulang

- Mutu beton

a. Pile Square 25x25 cm :

K-250 fc’ 25 Mpa dan fc’ 30 Mpa

b. Balok dan Pelat Lantai :

K-250 fc’ 20 Mpa s/d fc’25 Mpa

c. Kolom :

Page 2: BAB III TA Indra Suprianto

28

K-250 fc’ 20 Mpa s/d 25 Mpa

- Mutu baja :

a. Baja Pokok : U39 D12, D16, D22

b. Baja Sengkang : U39 Ø 10

5. Pemberi Proyek : Pemerintah Provinsi Jawa Timur

6. Kontraktor : PT. Anggrek Merah

7. Subkontraktor : CV. Yoss Form Work

8. Nilai Proyek : Rp 8.500.000.000,00

9. Sumber Pendanaan : DPA RSUP dr. Soedono th. Anggaran 2011

10. Jadwal Pelaksanaan : 17 Januari 2011 s/d 15 Juli 2011

11. Lama Pelaksanaan : 180 hari

12. Konsultan Perencana : PT. Rancang Persada

13. Konsultan Pengawas : CV. Nindira

Setelah menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), maka pihak

kontraktor akan segera melaksanakan pekerjaan persiapan diantaranya:

pengukuran, pembuatan dokumentasi dari 0%, serta melaksanakan pekerjaan

mobilisasi baik mobilisasi peralatan maupun mobilisasi tenaga kerja.

Pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4

Lantai RSUP dr. Soedono ini akan dilaksanakan selama 180 (seratus delapan

puluh) hari kalender, adapun lingkup pekerjaan yang terdapat pada proyek ini

adalah:

A. Pekerjaan Pendahuluan

A.1 Pekerjaan Persiapan

A.2 Pekerjaan Tanah

A.3 Pekerjaan Urugan

B. Pekerjaan Sub Struktur

B.1 Pekerjaan Pondasi Utama

B.2 Pekerjaan Pondasi Pendukung

C. Pekerjaan Lantai-I-(±0.00)

C.1 Pekerjaan Struktur

C.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

Page 3: BAB III TA Indra Suprianto

29

C.3.1 Pekerjaan Elektrikal

C.3.3 Pekerjaan Instalasi Air

D. Pekerjaan Lantai-II-(+4.50)

D.1 Pekerjaan Struktur

D.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

D.3.1 Pekerjaan Elektrikal

D.3.3 Pekerjaan Instalasi Air

E. Pekerjaan Lantai-III-(+8.50)

E.1 Pekerjaan Stuktur

E.2 Pekerjaan Arsitektural

E.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

E.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding

E.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca

E.2.4 Pekerjaan Plafond

E.2.5 Pekerjaan Pengecatan

E.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

E.3.1 Pekerjaan Elektrikal

E.3.3 Pekerjaan Instalasi Air

F. Pekerjaan Lantai-IV-(+12.50)

F.1 Pekerjaan Struktur

F.2 Pekerjaan Arsitektural

F.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

F.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding

F.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca

F.2.4 Pekerjaan Plafond

F.2.5 Pekerjaan Pengecatan

F.2.6 Pekerjaan Sanitair/Fixture Unit

F.2.7 Pekerjaan Besi

F.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

F.3.1 Pekerjaan Elektrikal

F.2.3 Pekerjaan Pendingin Ruangan/Air Condition

Page 4: BAB III TA Indra Suprianto

30

F.3.3 Pekerjaan Instalasi Air

F.3.4 Pekerjaan Instalasi Kabel TV

F.3.3 Pekerjaan Instalasi Hydrant

F.3.4 Pekerjaan Instalasi Telp/PABX

G. Lantai R. Mesin Lift (+16.50)

G.1 Pekerjaan Struktur

G.2 Pekerjaan Arsitektural

F.2.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

F.2.2 Pekerjaan Lantai dan Pelapis Dinding

F.2.3 Pekerjaan Kusen Pintu, Jendela, Asses-Kaca

F.2.4 Pekerjaan Pengecatan

F.2.5 Pekerjaan Besi

F.2.6 Pekerjaan Baja dan Besi

G.3 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

G.3.1 Pekerjaan Elektrikal

G.3.2 Pekerjaan Instalasi Penangkal Petir

G.4 Pekerjaan Plumbing dan Septictank + Sumur Resapan

Sesuai dengan konsentrasi penyusun yang merupakan bangunan gedung

(3BG), maka penyusun mengambil objek Gedung Pelayanan dan Manajemen 4

Lantai RSUP dr. Soedono Madiun, dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Diharapkan dengan dibangunnya fasilitas Gedung Pelayanan dan

Manajemen ini, maka masyarakat bisa mendapat pelayanan yang lebih cepat dan

lebih baik.

Gambar 3.1 Design Gedung Pelayanan dan Manajemen

Page 5: BAB III TA Indra Suprianto

31

3.2 Layout Plan Proyek

Layout Plan atau peta lokasi adalah suatu gambar tampak atas suatu

bangunan dan situasi sekitarnya dengan skala tertentu yang berfungsi sebagai

memperjelas letak suatu tempat atau lokasi dan pada prinsipnya Layout dibuat

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan untuk memudahkan didalam

pelaksanaan, pengawasan, pembongkaran, luas kebutuhan rancangan yang

diperlukan dan langsung berhubungan dengan kebutuhan lapangan.

Lokasi pada proyek Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU

Provinsi dr. Soedono Madiun ini terletak di Jl dr. Soetomo No.29, Kec.

Kartoharjo, Madiun. Adapun letak lokasi Gedung Admnistrasi dapat dilihat pada

Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Layout Plan

Lokasi Proyek

Page 6: BAB III TA Indra Suprianto

32

3.3 Jadwal Penyelesaian Laporan Akhir

Tabel 3.1 Jadwal TA

NO JENIS KEGIATAN

Minggu Kalender Akademik Semester VI Jur.Teknik

Sipil 2011

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

1 Bab I Pendahuluan

2

Bab II Tinjauan

Pustaka

3 Bab III Pembahasan

4

Bab IV Metode

Pelaksanaan

8 Bab V Penutup

9 Finalisasi Laporan

10 Lain – lain

Keterangan:

Pelaksanaan

Deadline

Lain-Lain

Dilaksanakan sesuai jadwal kalender yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 di

atas Politeknik Negeri Malang.

3.4 Metode Pelaksanaan Laporan Akhir

Penyusunan laporan akhir ini penyusun akan menggunakan langkah-

langkah untuk melakukan percepatan pelaksanaan dalam proyek. Sehingga

didapat perhitungan RAB baru untuk proyek agar didapatkan jadwal pelaksanaan

proyek berupa kurva “S”.

Langkah-langkah pembahasan permasalahan yang ada: (Gambar 3.3)

1. Mempersiapkan semua data yang telah diperoleh dari proyek.

2. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang mungkin untuk dipercepat

a. Pekerjaan–pekerjaan yang sangat penting / pekerjaan utama proyek.

b. Pelaksanaan pekerjaan yang berada dalam jalur kritis.

c. Dengan melihat kurva “S” rencana yang terlalu landai sehingga

memungkinkan untuk dipercepat.

Page 7: BAB III TA Indra Suprianto

33

3. Penganalisaan metode-metode pelaksanaan untuk melakukan percepatan

tersebut yang meliputi:

a. Metode pelaksanaan percepatan proyek pembangunan.

b. Perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan.

c. Perhitungan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan

pelaksanaan proyek.

4. Membuat RAB akibat percepatan

Agar kita dapat mengetahui jumlah biaya yang harus dikeluarkan akibat

adanya percepatan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5. Membuat penjadwalan proyek yang baru

Berdasarkan slope biaya–biaya yang ada setelah ada percepatan disusun

penjadwalan baru.

6. Membuat kurva “S” baru

Kurva “S” baru untuk mengetahui jadwal pekerjaan dalam proyek akibat

percepatan sehingga dapat dibandingkan dengan jadwal pekerjaan sebelum

ada percepatan.

Adapun tahap-tahap pembahasan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Page 8: BAB III TA Indra Suprianto

34

3.5 Diagram Penyelesaian Masalah

Gambar 3.3 Diagram Alir Pembahasan

3.6 Organisasi Kontraktor dan Konsultan Pengawas

Organisasi proyek merupakan sekelompok orang dari berbagai latar

belakang ilmu dan keahlian yang terorganisir dan terkoordinasi dalam suatu

wadah tertentu yang melaksanakan tugas pelaksanaan proyek dengan cara

START PERMASALAHAN

Penganalisaan metode pelaksanaan pekerjaan

proyek dan perhitungan waktu akibat

percepatan.

Menentukan biaya satuan dan jumlah tenaga

kerja berdasarkan analisa dari daftar harga

bahan dan upah berdasarkan HSP

Membuat jaringan kerjanya, kemudian

penjadwalan dengan kurva “S”

Memberikan analisa dan kesimpulan dari

hasil tersebut

SELESAI

STUDI PUSTAKA

Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang

mungkin dipercepat.

Membuat RAB

Page 9: BAB III TA Indra Suprianto

35

tertentu. Proyek Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU

Provinsi dr. Soedono Madiun ini terdiri dari 2 Struktur Organisasi yaitu Struktur

Organisasi Proyek dan Struktur Organisasi Konsultan Pengawas.

Adapun struktur Organisasi Kontraktor dan Konsultan dapat dilihat pada

Gambar 3.4 dan Gambar 3.5:

a) Struktur Organisasi Kontraktor (PT

Gambar 3.4 Struktur Organisasi PT. Anggrek Merah

b) Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

Gambar 3.5 Struktur Organisasi CV. Nindira(

Page 10: BAB III TA Indra Suprianto

36

3.7 Macam Pekerjaan

Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik

pelaksanaan pekerjaan di lapangan dari awal sampai selesai. Secara umum

Pembangunan Gedung Pelayanan dan Manajemen 4 Lantai RSU Provinsi dr.

Soedono Madiun tidak berbeda dengan bangunan-bangunan lain sehingga metode

pelaksanaanya dilakukan sesuai dengan standart-standart yang ada. Pekerjaan

dimulai dari pekerjaan persiapan, pekerjaan pengukuran, pekerjaan struktur,

arsitektur, dan pekerjaan ME.

3.7.1 Pekerjaan Pendahuluan

1. Pekerjaan Persiapan/Bongkaran

Pekerjaan ini adalah pekerjaan awal untuk menyiapkan prasarana kerja,

seperti: pembersihan areal dari pohon-pohon dan semak, pagar

pengaman, direksi keet, gudang, MCK, barak material dan pekerja,

dokumentasi, papan nama proyek, listrik dan air kerja sementara,

keamanan proyek, pengukuran, mobilisasi peralatan & pekerja, untuk

menunjang pekerjaan Struktur, Finishing dan MEP, yang dijelaskan

dibawah ini. Pekerjaan persiapan terdiri dari:

a. Pengukuran tapak kembali dan Pembersiah Lapangan

Lapangan terlebih dahulu harus dibersihkan diamankan dari

bangunan-bangunan, fasilitas yang mengganggu. Sebelum

pekerjaan lain dimulai, lapangan selalu dijaga tetap bersih dan rata.

Diadakan pengukuran dan gambar kembali. Lokasi pembangunan

dilengkapi dengan keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian

tanah, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera

kebenarannya. Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antar gambar

dan keadaan lapangan yang sebenarnya segera dilaporkan kepada

Perencana/Pengawas untuk diminta keputusannya. Penentuan titik

ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat water

pass/theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.

Page 11: BAB III TA Indra Suprianto

37

b. Pekerjaan Pemagaran Lokasi Proyek

Pemagaran keliling lokasi proyek perlu dilaksanankan dengan

tujuan demi keamanan proyek dan tidak mengganggu lingkungan

sekitar misalnya dapat sedikit meredam debu yang timbul pada saat

proyek berlangsung. Pemagaran juga berfungsi untuk pembatasan

aktifitas proyek dengan aktifitas sekitarnya.

Adapun pemagaran lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Pemasangan Pagar Sementara

c. Kantor Sementara (direksi keet)

Kantor proyek harus direncanakan mampu menampung semua

karyawan dengan leluasa sesuai organisasi yang ditentukan,

dilengkapi pendingin ruangan, musholla dan sistem sanitari yang

memadai. Direksi Keet berupa bangunan sementara yang berukuran

minimal 3.00 x 9.00 m2. Penataan ruangan dan furniture

direncanakan untuk kenyamanan bekerja dan kokoh. Menampung

aktifitas personil kontraktor maupun konsultan pengawas dalam

suatu ruang kerja, akan dibuatkan bangunan sementara (directie

keet) yang juga akan digunakan untuk menyimpan arsip proyek dan

menerima tamu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.

Direksi keet akan di dirikan didalam areal proyek di luar lokasi

gedung yang akan dibangun. Setelah struktur gedung berdiri

directie keet menumpang sementara dalam gedung utama. Ruangan

yang dibangun nantinya ada 3 (tiga) buah, satu untuk ruang

pengawas, satu untuk ruang kontraktor dan satu ruang rapat

Page 12: BAB III TA Indra Suprianto

38

bersama. Adapun direksi keet / kantor sementara proyek dapat

dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Direksi Keet / Kantor Sementara.

d. Gudang Proyek

Gudang proyek didirikan dengan tujuan untuk menampung

material dan peralatan kerja. Gudang diperuntukkan untuk

menyimpan sementara bahan/stocking dan juga penyimpanan

peralatan bantu. keamanan dan keselamatan guharus direncanakan

tertutup rapat dengan jumlah pintu terbatas, terlindung dari cuaca

langsung dan hujan. Pembuatan gudang perlu memperhatikan agar

gudang tidak lembab dan dipasang kunci yang dipegang oleh

logistik kontraktor. Keberadaan gudang harus didukung sistem

pengamanan dan juga keselamatan kerja (pemadam kebakaran dan

batasan-batasan lain). Adapun gudang proyek dapat dilihat pada

Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Gudang Proyek

e. Toilet dan KM / WC sementara

Toilet dan kamar mandi akan dibuat terpisah antara toilet / KM

untuk personil proyek dan toilet/KM untuk pekerja. Posisi letak

Ruang Toilet / MCK maupun barak pekerja bisa dibuat disampirng

Page 13: BAB III TA Indra Suprianto

39

bangunan, lengkap dengan bak air bersih secukupnya dan diatur

saluran pembuangan airnya agar kondisi tetap bersih.

f. Sarana Penunjang Pekerjaan

Penyediaan Air Bersih

Air yang dipergunakan untuk pekerjaan Pembangunan Gedung

diambil dari air yang memenuhi persyaratan sebagai bahan

baku untuk bangunan.

Penyediaan Pasokan Listrik Kerja

Pasokan listrik untuk proyek akan diambil dari PLN atau

genset yang akan disediakan oleh kontraktor. Pasokan listrik

akan dipakai untuk: aktivitas directie keet, kebutuhan listrik

untuk peralatan pekerjaan dan penerangan untuk kerja malam.

g. Pembuatan foto proyek / Dokumentasi

Setiap progress pekerjaan untuk masing masing item pekerjaan

yang sedang/sudah dilaksanakan, kontraktor wajib membuat

dokumen berupa foto proyek sebagai pendukung/bukti ke JMK

bahwa progress/kemajuan pekerjaan sesuai dengan keadaan phisik

dilapangan.

h. Pekerjaan Shop drawing dan As built drawing

Pihak Kontraktor membuat rencana kerja berupa gambar kerja/shop

drawing sebagai pedoman dasar, yang merupakan gambar-gambar

detail dari masing-masing pekerjaan yang diajukan dan disetujui

oleh Direksi Lapangan, untuk memudahkan pelaksanaan

dilapangan. Apabila terjadi perubahan perubahan konstruksi

dilapangan Pemborong wajib mengajukan perubahan (surat &

gambar) ke Pemilik Proyek untuk mendapatkan persetujuan dan

perubahan tersebut akan dijadikan bahan pembuatan as built

drawingnya. Sesudah pelaksanaan pekerjaan, wajib membuat dan

menyerahkan gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan

pekerjaan (as built drawing) yang lengkap, benar dan sudah

Page 14: BAB III TA Indra Suprianto

40

disetujui oleh Direksi Lapangan, yang kemudian diserahkan kepada

Pemberi Tugas dalam bentuk print out dan soft copy.

i. Mobilisasi peralatan, material dan tenaga kerja

Pelaksanaan mobilisasi meliputi:

1. Peralatan Kerja

Penunjang pekerjaan ini, alat-alat yang dimobilisasi antara

lain:

— Dump truck

— Dozer

— Mesin Jack Hammer (pancang)

— Wales/roller

— Concrete pump, mixer truck, vibrator

— Schaffolding

— Mobile crane

— Bar bender / Cutter, dll

Masing-masing alat tersebut untuk mobilisasi dan demobilisasi

menyesuaikan jadwal kebutuhan dilapangan.

2. Material/Bahan

Pengadaan material/bahan pokok akan dijadwalkan khusus

mengacu kepada jadwal induk pekerjaan (Master schedule).

3. Tenaga Kerja (SDM)

SDM proyek dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu,

tenaga inti proyek yang terdiri dari Project Manager (PM) dan

staff-staffnya, serta tenaga pekerja proyek. Tenaga inti segera

didatangkan begitu pelaksanaan proyek dimulai, sedang untuk

para pekerja, jumlah serta keahliannya akan disesuaikan

dengan jenis dan volume pekerjaan yang sedang berlangsung.

4. Safety / Keselamatan kerja Proyek

Kesehatan dan keselamatan kerja mengikuti standar yang ada

pada safety engineer dari pihak JMK. Seperti perlengkapan

standar pada proyek yaitu helm, safety shoes, ID card, dsb.

Page 15: BAB III TA Indra Suprianto

41

j. Pekerjaan pengukuran

Bersama pengawas, kontraktor menentukan elevasi lantai + 0.00

(finishing). Titik-titik bantu elevasi diletakkan pada tempat yang

aman dan dibuat permanen untuk menghindari adanya perubahan

dan kerusakan yang mungkin terjadi. Bila dimungkinkan adanya

perubahan akibat kondisi existing, maka kontraktor berkewajiban

melaporkan ke pengawas. Peralatan yang digunakan adalah

theodolith/waterpass 1 unit (Gambar 3.9), yang dilengkapi dengan

meteran 50 M dan 5 M. Tenaga kerja yang digunakan untuk

pekerjaan ini berjumlah minimal 2 orang (1 kepala pengukuran dan

1 asisten pengukuran). Pengukuran sudut siku dengan prisma atau

segitiga “phytagoras” hanya dilakukan untuk bagian-bagian kecil

saja.

Tahapan pelaksanaannya:

Penentuan Benchmark (BM) sebagai referensi.

Titik acuan dapat menggunakan yang sudah ada di lapangan

atau menurut petunjuk perencana.

Setting Out

Setting out dilakukan harus menggunakan alat Theodolite.

Marking Konstruksi

Terdiri dari marking elevasi slab dan as, marking bangunan

secara vertikal.

Pemindahan As Bangunan

Pemindahan as bangunan harus menggunakan referensi

pinjaman yang dibuat sebelumnya di lantai di bawahnya

dengan menggunakan theodolite.

Pemindahan Elevasi dilakukan dengan menarik meteran dari

marking lantai di bawahnya ke lantai diatasnya.

Pengecekan

— Pengecekan vertikalisasi kolom/dinding/bekesting

Page 16: BAB III TA Indra Suprianto

42

— Pengecekan elevasi lantai dengan theodolite sebelum

pengecoran.

Adapun alat Theodolite dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Penggunaan Theodolith di Lapangan

2. Pekerjaaan Tanah

Tahapan pelaksaannya:

Galian Tanah Pondasi

Pekerjaan ini meliputi galian tanah untuk Pile Cap, balok pondasi

dan struktur lainnya yang terletak didalam atau diatas tanah, sesuai

gambar rencana.

Air Pada Galian.

Mengantisipasi air yang terdapat pada dasar galian maka disediakan

pompa air atau pompa lumpur dengan kapasitas yang memadai untuk

menghindari genangan air dan lumpur pada dasar galian.

Pekerjaan Urugan Pasir Padat.

Pekerjaan urugan pasir padat dilakukan diatas dasar galian tanah, di

bawah lapisan lantai kerja dan digunakan untuk semua struktur beton

yang berhubungan dengan tanah seperti Pile Cap, balok pondasi dan

pekerjaan beton yang lain yang berhubungan langsung dengan tanah.

Pasir yang digunakan adalah pasir yang mengandung butir-butir

yang bersih, tajam dan keras, bebas dari lumpur, tanah lempung dan

Page 17: BAB III TA Indra Suprianto

43

organis dan yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari

Konsultan Pengawas. Begitupun air yang digunakan adalah air

bersih dan tidak mengandung minyak, asam alkali dan bahan

organis lainnya, serta dapat diminum. Sebelum digunakan air

diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan.

Cara Pengurugan dan Pemadatan.

Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal lapisan 20 cm

dan pemadatan dilakukan sampai mencapai kepadatan Maximum

pada kadar air optimum yang ditentukan di dalam gambar rencana.

Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat yang

disetujui oleh konsultan Pengawas. Jika tidak tercantum dalam

gambar rencana, maka pemadatan harus dilakukan sampai mencapai

derajat kepadatan 98%.

3.7.2 Pekerjaan Sub Struktur

1. Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan Pondasi yang dilaksanakan terdiri dari:

a. Pondasi Tiang Pancang (Gambar 3.10)

b. Galian Tanah Pondasi dan Lantai Kerja di bawah Pondasi

c. Pondasi Beton Pile Cap

Berikut ini merupakan uraian penjelasaan mengenai tahapan-tahapan

pekerjaan pondasi:

a. Pondasi Tiang Pancang

Tahapan pelaksanaannya:

Dokumen rencana/schedule pelaksanaan tiang pancang akan

diserahkan kepada pengawas untuk mendapat persetujuan yang

menunjukkan rencana detail pile (Gambar 3.10), panjang tiang,

ukuran penampang melintang, ujung tiang, penulangan, beugel

dan alat pengangkatnya.

Page 18: BAB III TA Indra Suprianto

44

Gambar 3.10 Pile/Pondasi Tiang Pancang

Menunjukkan rencana pemancangan (urut-urutan pemasangan

tiang pancang).

Harus disetujui dahulu oleh pengawas sebelum pekerjaan

dimulai.

Persiapan pengukuran as-as untuk penentuan titik-titik patok

pancang (setting out), dibuat patok dari bambu dan di-cat agar

jelas.

Mobilisasi material tiang pancang secara bertahap, sampai

sesuai kebutuhan volume pemakaian dilapangan.

Setting untuk alat Pancang / Jack Hammer dengan Mobil Crane,

yang dilaksanakan Operator pancang beserta anggotanya yang

sudah terampil dan pengalaman.

Adapun Mobil Crane proyek dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Mobil Crane

Adapun Mesin Jack Hammer dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Page 19: BAB III TA Indra Suprianto

45

Gambar 3.12 Mesi Jack Hammer

Tiang pancang yang terkirim diturunkan di dekat posisi alat

pancang, lalu diangkat 1/3 L lalu dimasukkan dalam posisi yang

siap dipancang.

Kemudian alat pancang digeser dan diposisikan sedemikian

rupa sehingga garis sumbu vertikal jack hammer (tekan

pancang) tepat diatas posisi titik pancang. Tiang ditarik dengan

sling dari posisi penempatan tiang secara hati-hati, kemudian

diatur agar ujung atas tiang masuk kedalam helmet dan ujung

bawah tiang tepat berada diatas posisi titik pancang yang akan

dipancang.

Pemancangan dimulai/start dari arah belakang terus ke-samping

kiri dan kanan, di lanjutkan sampai ke depan / finish akhir (Lihat

gambar ilustrasi rencana/skedul alur pemancangan). Setelah itu

tiang ditekan perlahan-lahan agar ujung bawah tiang tertancap

ke permukaan tanah, sehingga kedua ujung tiang terpegang

dengan baik (ujung atas terpegang helmet dan ujung bawah oleh

permukaan tanah).

Posisi dan vertikalitas tiang diperiksa dengan menggunakan

waterpass. Setelah posisi dan vertikalitas tiang sudah benar,

maka pemancangan dimulai dengan mengangkat pile besi jack

hammer ditekan pada pile sehingga tiang masuk kedalam tanah,

Page 20: BAB III TA Indra Suprianto

46

prosedur ini diulang sampai tiang mencapai kedalaman tanah

keras, yang ditandai dengan final set (set akhir) sebesar

maximum 1400 Mpa.

Penyambungan Tiang dilakukan apabila kedalaman tanah keras

lebih dalam dari panjang tiang standart (> 8 M), maka tiang

tersebut akan disambung dengan segmen tiang selanjutnya, yaitu

dengan sistem las listrik pada pelat sambungan tiang satu dan

dua, yang dilaksanakan dengan metode pengelasan keliling

penuh.

Bila terjadi friction piles, pemancangan dapat dihentikan bila

kepala tiang telah mencapai level muka tanah atau level yang

ditentukan dalam gambar rencana. End bearing piles,

pemancangan dapat dihentikan bila ujung tiang telah mencapai

kedalaman lapisan tanah keras yang ditunjukkan oleh

tercapainya final set.

Perpindahan alat pancang dari satu titik pancang ke titik

pancang berikutnya dilaksanakan dengan sistem geser diatas rel

besi.

Pencatatan dan Laporan Pemancangan dilakukan bertahap dan

dibuatkan laporan pemancangan yang meliputi tanggal

pemancangan, nomor urut pancang, posisi as titik pancang dan

ukuran tiang pancang, kedalaman tiang, jenis dan ukuran

hammer dan final set yang dipakai.

Setelah selesai pekerjaan pemancangan, maka akan

dilaksanakan demobilisasi alat pancang beserta seluruh

peralatannya dan juga pengambilan kembali tiang-tiang pancang

yang tidak terpakai / rusak.

Pengujian daya dukung tiang pancang dengan menentukan 2

titik untuk di test PDA yang sudah disepakati dengan konsultan

pengawas. (Gambar 3.13)

Mobilisasi Alat PDA untuk loading test.

Page 21: BAB III TA Indra Suprianto

47

Pelaksanaan Test PDA sesuai berat loading yang disyaratkan

oleh Direksi lapangan.

Pencatatan dan laporan setiap test yang dilakukan

Adapun skema pengujian test PDA pada proyek RSUP dr.

Soedono Madiun dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Skematik Pengujian PDA

b. Galian Tanah Pondasi dan Lantai Kerja di bawah Pile Cap

Tahapan pelaksanaannya:

pembersihan area lokasi yang akan dikerjakan.

mobilisasi alat–alat bantu dan material bahan di lokasi proyek.

Galian pondasi pile cap sesuai ukuran dalam gambar lapangan.

Potong/bobok kepala tiang pancang sesuai bottom level pile cap

dan stek besi pancang siap dijangkar sesuai ukuran.

Gelar pasir pasang/urug untuk urugan pasir untuk leveling yang

disetujui direksi lapangan.

Pemadatan urugan pasir di daerah bawahl pondasi pile cap dan

sampai rata.

Persiapan lantai kerja menggunakan adukan semen, pasir dan

koral untuk spesi 1 Pc : 3 Pasir : 5 Kerikil, dicampur air yang

Page 22: BAB III TA Indra Suprianto

48

bersih secukupnya dengan beton molen/concrete mixer, lalu

adukan mortar tersebut digelar dengan ketebalan 5 cm sampai

rata.

Pekerjaan urugan kembali dilaksanakan setelah pondasi pile cap

selesai di cor, tanah diurug bertahap sampai rata.

c. Pondasi Beton Pile Cap

Tahapan pelaksanaannya: (Gambar 3.11- 3.13)

Pembersihan area lokasi yang akan dikerjakan

Mobilisasi alat–alat bantu dan meterial bahan di lokasi proyek.

Pengukuran dimensi pondasi pile cap, dengan patok kayu dan

ditarik benang.

Gelar Besi pile cap yang sudah difabrikasi dan sudah sesuai

gambar pelaksanaan yang sudah dibuat Bar Bending Schedule /

BBS.

Pasang Bekisting terdiri dari adukan spesi semen, pasir 1 : 5

untuk pemasangan dinding batako sesuai ukuran dimensi

pondasi dalam gambar.

Pengecekan kembali dan pembersihan areal pondasi dengan

compressor.

Pengecoran beton ready mix menggunakan mutu beton K-250

secara bertahap, dan diratakan pemadatannya dengan vibrator

untuk mengisi ruang kosong pada bekisting dan adukan beton

menjadi lebih padat dan berisi.

Adapun pemagaran lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar

3.14-3.16.

Gambar 3.14 Pekerjaan Galian Pile Cap

Page 23: BAB III TA Indra Suprianto

49

Gambar 3.15 Perataan dan Pemadatan Galian Tanah

Gambar 3.16 Begisting Menggunakan Batako

3.7.3 Pekerjaan Stuktur

Pekerjaan struktur adalah pekerjaan yang terdiri dari pekerjaan struktur

bawah sampai struktur atas. Jadi dapat dikatakan bahwa pekerjaan struktur

termasuk pekerjaan pokok dalam pelaksanaan pembangunan.

Aplikasi pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan struktur digunakan

dalam struktur utama di bawah ini:

a. Beton Sloof Struktur

Sloof berfungsi sebagai ikatan pada rangkaian pondasi bangunan. Sloof

dapat meminimalisir penurunan bangunan yang tidak merata dan memikul

beban dinding lantaai dasar . Urutan pelaksanaan sebegai berikut:

Tahapan pelaksanaannya:

Penentuan as sloof dengan theodolite dan benang.

Pembuatan bekisting.

Pengerjaan pembesian.

Pengecoran ready mix dengan menggunakan concrete.

Pemadatan beton dengan concrete vibrator.

Pemeliharaan/curing.

Adapun Sloof dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Page 24: BAB III TA Indra Suprianto

50

Gambar 3.17 Sloof

b. Beton Kolom Struktur

Kolom berfungsi sebagai penahan beban vertikal konstruksi bangunan,

pengerjaan kolom struktur dilaksnanakan setelah sloof selesai.

Penentuan as kolom dengan theodolite dan benang.

Tahapan pelaksanaannya:

Pembuatan bekisting.

Pengerjaan pembesian.

Pengecoran site mix dengan bantuan concrete mixer agar campuran

spesi dapat memenuhi mutu yang diinginkan.

Pemadatan beton dengan concrete vibrator.

Pemeliharaan/curing.

Berikut penjelasannya:

Mobilisasi alat–alat bantu dan material/bahan di lokasi sesuai

kebutuhan rencana dalam gambar.

Setelah pekerjaan pengecoran pile cap dan sloof telah selesai (beton

telah kering) maka segera dilakukan pengukuran as-as kolom dan

pembesian pada kolom struktur.

Pemasangan besi kolom struktur dipasang setelah as-as kolom selesai

dilaksanakan (pekerjaan BBS / fabrikasi terlebih dahulu dikerjakan).

Pada saat yang bersamaan bekisting kolom dapat difabrikasi dan segera

dipasang pada lokasi pembesian kolom. (Gambar 3.18)

Page 25: BAB III TA Indra Suprianto

51

Sebelum dipasang telah dipastikan bahwa seluruh sparing-sparing

pekerjaan M/E, beton deking dan pelapisan minyak bekisting telah

dilakukan.

Bahan bekisting terdiri dari multiplek 12 mm dengan rangka kayu

kombinasi ukuran 5/7 dan 6/12.

Bekisting diberi lapisan oli pelumas untuk mempermudah pembukaan

pada saat pembongkaran bekisting kolom.

Sebagai penguat bekisting kolom maka digunakan tie rod untuk

menghindari terjadinya kolom bunting pada saat pengecoran kolom

strukturnya.

Support dapat digunakan “pipe support” atau balok kayu ukuran 6/12.

Sebelum pengecoran dilakukan slump test terlebih dahulu sesuai

standart 10 + 2 dimulai dari kolom, balok dan dilanjutkan ke plat lantai,

serta tangga beton.

Pengecoran kolom beton jadi dituang secara bertahap sesuai kebutuhan

volume beton setiap jadwal pengecoran, volume dalam beton mixer

dimasukkan dengan alat bantu talang cor, yang dilakukan secara

manual.

Setelah selesai dicor baru dilanjutkan dengan pekerjaan bekisting dan

besi pada balok, lantai dan tangga. Pekerjaan area bangunan

dilaksanakan dengan 2 zona, agar pekerjaan lebih cepat.

Adapun Kolom dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Kolom

Page 26: BAB III TA Indra Suprianto

52

c. Beton Balok Struktur

Balok berfungsi sebagai penahan beban horizontal konstruksi bangunan,

pengerjaan balok dilaksanakan setelah kolom selesai dan pekerjaan balok

dapat diikuti bersamaan dengan pelaksanaan pekerjaan plat lantai apabila

terdapat pekerjaan lantai 2 dan seterusnya.

Tahapan pelaksanaannya:

Penentuan as balok dengan theodolite dan benang.

Pembersihan lokasi di bawah untuk penempatan scaffolding.

Penempatan bekisting balok menggunankan bekisting produksi pabrik

dan multiplek 13 mm dengan penguat kayu 5/7. Pemasangan dibantu

dengan bidikan theodolite untuk memastikan ketepatan koordinat dan

alat waterpass untuk ketepatan leveling. Penempatan bekisting disangga

oleh perancah/scaffolding.

Pengecoran site mix dengan bantuan concrete mixer agar campuran

spesi dapat memenuhi mutu yang diinginkan.

Pemadatan beton dengan concrete vibrator.

Pemeliharaan/curing.

Berikut penjelasannya:

Pekerjaan balok beton dan plat lantai 1 dilakukan secara simultan

setelah seluruh acuan / bekisting kolom selesai dibuka.

Pekerjaan ini dimulai dengan pemasangan steiger (perancah) dari

schaffolding (U head jack, Mainframe, Cross base, Joint pen, Base jack)

sebagai penunjang pelaksanaan bekisting balok dan plat lantai beton.

(Gambar 3.19 – 3.21)

Selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting menggunakan sistem

konvensional dari bahan kayu yang terdiri dari multiplex 12 mm, balok

5/10, 6/12 dan kaso 5/7.

Berikut Contoh gambar ilustrasi dari Form work balok & plat lantai:

Page 27: BAB III TA Indra Suprianto

53

Gambar 3.19 Denah Formwork Balok & Pelat Lantai

Gambar 3.20 Penampang Formwork Balok & Plat Lantai

Gambar 3.21 Penampang Formwork Balok & Plat Lantai

Setelah pekerjaan bekisting selesai, maka dilakukan pembesian pada

balok, plat dan lisplang beton (pekerjaan BBS / fabrikasi terlebih

dahulu dikerjakan).

Di antara permukaan dalam bekisting dan besi diberi jarak kosong

minimal 2,5 cm agar besi tertutup cor beton dan diberi tahu beton.

Melakukan pengecoran menggunakan mutu beton K-250 dan dibantu

dengan alat concrete pump untuk didorong keatas, lalu beton ditarik

Page 28: BAB III TA Indra Suprianto

54

dengan cangkul / sekop, lalu diratakan dengan balok kayu, dan

pemadatan memakai bantuan vibrator (untuk pengecoran balok dan

plat lantai), dimulai dari balok dan dilanjutkan ke plat lantai.

Selama pengeringan beton dilakukan selama + 21 hari sesudah

pengecoran selesai, untuk pemeliharaan curing beton dilakukan

dengan pemakaian geotextile / karung dibasahi air selama + 14 hari

sampai pengeringan beton cukup dan agar terhindar dari retak rambut,

kemudian dilanjutkan pembongkaran schaffolding dan bekisting kayu

secara bertahap, mulai dari plat lantai, balok dan tangga, untuk dapat

memulai pekerjaan tahap selanjutnya.

Adapun Balok dapat dilihat pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Balok

d. Pasang Cor Beton Balok dan Plat

Pekerjaan beton bertulang mempunyai bobot fisik paling besar dan beton

bertulang merupakan struktur utama bangunan. Asumsi di atas maka

disimpulkan pelaksanaan pekerjaan beton bertulang menuntut pelaksanaan

pembuatan secara baik dan benar sesuai dalam dokumen proyek.

Tahapan pelaksanaanya:

Pembersihan lahan kerja dari kotoran dan material lain yang

mengganggu atau dapat mengurangi mutu beton.

Penempatan bahan pokok dan peralatan kerja agar mudah dijangkau.

Penerangan (lampu) untuk kerja di malam hari.

Page 29: BAB III TA Indra Suprianto

55

Perancah/staiger yang digunakan adalah scaffolding yang digunakan

sebagai penopang bekisting/cetakan beton. Perancah disusun secara

bertingkat untuk mencapai level plat dan balok yang ditentukan dengan

ukuran yang telah ditentukan.

Adapun Scaffolding dapat dilihat pada Gambar 3.23.

Gambar 3.23 Scaffolding

3. Pembesian

Pabrikasi besi beton dilakukan di tempat pabrikasi, setelah bekisting

siap, besi beton yang sudah di pabrikasi siap untuk dipasang/distel di

lokasi sesuai dengan kebutuhan besi pada struktur balok dan plat.

Adapun lokasi Pabrikasi Pembesian dapat dilihat pada Gambar 3.24.

Gambar 3.24 Pabrikasi Pembesian

Masing-masing sambungan besi diberi pengait. Pembesian pada

balok dilakukan terlebih dahulu sebelum pembesian plat beton,

setelah besi balok terangkai dengan benar, lalu diikuti pembesian

plat lantai dengan mengaitkan besi balok, kolom dan plat secara

bersamaan.

Page 30: BAB III TA Indra Suprianto

56

4. Pembuatan Bekisting

Tahapan pelaksaannya:

Perlu ditekankan bahwa bentuk dan dimensi beton bertulang akan

mengikuti dari pada bentuk cetakan (bekisting), maka di dalam

membuat bekisting harus sesuai dengan rencana bentuk dan di mensi

beton tersebut.

Menggunakan bekisting pabrikasi agar kedudukan bekisting stabil

sebelum dan sesudah pengecoran diberi klem dan baut yang kuat,

untuk pengecoran balok maka penulangan dilakukan terlebih dahulu.

Adapun proses pmbuatan Bekisting dapat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25 Bekisting

5. Pengecoran

Tahapan pelaksanaanya:

Karena dalam pekerjaan ini, pengecoran beton dalam volume besar,

maka perlu dipastikan bekisting dan tulangan harus sudah benar dan

stabil. Sebelum pengecoran dipastikan juga semua persiapan

pekerjaan dengan baik.

Produksi ready mix dari batching plant lancer.

Kesiapan peralatan pendukung (air compressor, comcrete mixer,

concrete pump, concrete vibrator) dan alat bantu lainnya. Adapun

Concrete Pump dapat dilihat pada Gambar 3.26.

Page 31: BAB III TA Indra Suprianto

57

Gambar 3.26 Concrete Pump

Penerangan sementara (untuk pengerjaan malam hari)

Penempatan beton decking (tahu-tahu) yang tebalnya sesuai tebal

rencana selimut beton dan ditempatkan secara merata agar tidak

tereser waktu terinjak pekerja.

Panjang penyaluran besi sesuai dokumen proyek.

Check ulang ukuran tebal baok dan plat.

Pendistribusian campuran beton yang melewati pipa harus

dijatuhkan secara vertikal agar tidak segregasi atau penumpukan

agregat.

Lokasi pengecoran yang sulit seperti pada sudut atau tempat yang

banyak tulangan berjajar harus menggunakan vibrator lebih lama

agar campuran masuk merata dan tidak keropos.

Test slump perlu dilakukan sebelum pengecoran dilaksanakan. Nilai

slump yang dipakai sebagai acuan adlah yang telah ditentukan

konsultan perencana. Adapun Test Slump dapat dilihat pada Gambar

3.27.

Gambar 3.27 ConcTest Slump

Page 32: BAB III TA Indra Suprianto

58

Test kuat tekan beton di laboratorium dilakukan untuk menjamin

beton menjamin bahwa beton yang dipakai adalah sesuai dengan

mutu yang telah direncanakan oleh konsultan perencana.

6. Pemeliharaan/curing, meliputi:

Pasca pengecoran, beton yang terpasang tidak boleh ditinggalkan begitu

saja, beton akan mengalami proses pengerasan sampai dengan titik

jenuh (kekuatan maksimal). Agar proses pengerasan berjalan baik dan

optimal, maka selama proses tersebut harus dilakukan

perawatan/curing/pemeliharaan minimal 1 x 12 jam setelah pengecoran.

Tahapan pelaksanaannya:

Pada lantai beton, permukaan ditutup karung basah dan dipastikan

kondisinya selalu jenuh air.

Pada kolom, ditutup plastic agar kandungan air tidak cepat

menguap.

Hindari kondisi beton terkena sinar matahari langsung supaya tidak

cepat mengering.

Menghindari pengeringan ekstrim dipakai curing compound.

Dilakukan penyiraman rutin.

3.7.4 Pekerjaan Arsitektural

Pekerjaan arsitektur adalah pekerjaan yang terdiri dari pekerjaan finishing.

Jadi dapat dikatakan bahwa pekerjaan arsitektural termasuk pekerjaan

penyelesaian atau terakhir dalam pelaksanaan pembangunan. Adapun pekerjaan

Arsitektural pada RSUP dr. Soedono Madiun adalah sebagai berikut:

1. Pasangan Batu Bata

Tahapan pelaksanaannya: (Gambar 3.28)

Pemasangan pemandu kelurusan (tegak) dan kerataan menggunakan

bahan kaso 5/7 dan benang.

Kaso dipasang tegak lurus dan dipastikan tidak mudah bergeser dengan

di paku ke struktur bangunan.

Page 33: BAB III TA Indra Suprianto

59

Pekerjaan pemasangan dilakukan waterpass (horizontal) dengan

menggunakan benang dan tiap kali di cek kerataannya. Lapisan satu

dengan lapisan yang di atasnya dipasang secara zig zag (berselang-

seling dengan perbedaan separuh panjang).

Pekerjaan pemasangan pipa/ alat-alat yang tertanam di dalam dinding

dibuat pahatan dengan kedalaman yang cukup pada pasangan dinding

sebelum diplester. Pada saat pekerjaan plesteran, pahatan tersebut harus

diplester bersamaan dengan plesteran seluruh bidang.

Dalam pemasangan dinding bata, bahan adukan menggunakan

campuran dari semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 2 dan 1 : 5.

Untuk area toilet / lembab khusus digunakan campuran adukan dengan

perbandingan 1 pc : 2 pasir dan untuk area selain toilet digunakan

campuran adukan dengan perbandingan 1 pc : 5 pasir.

Pemasangan bata dilakukan secara manual sebagaimana umumnya.

pada setiap pertemuan kolom praktis dan pasangan bata, dalam tinggi 1-

1,5 meter, kolom dicor terlebih dahulu untuk mengikat pasangan agar

menjadi lebih kuat dan baru diteruskan untuk pasangan berikutnya.

Pasangan bata hanya bisa dilaksanakan setelah kolom praktis selesai

dicor.

Pada pasangan dinding bata yang bertemu kolom struktur, diberi

angkuur besi pada setiap 3 lapis untuk memperkuat sambungan.

Pada pasangan dinding dengan ketinggian lebih dari 3 meter, maka

dibuatkan perancah/stager menggunakan schaffolding untuk

pekerjaannya.

Page 34: BAB III TA Indra Suprianto

60

Gambar 3.28 Isometri Alur Pelaksanaan Pemasangan Dinding Bata

2. Pekerjaan Plesteran dam Acian

Pasangan plesteran dan acian dikerjakan setelah pemasangan dinding

batako selesai secara keseluruhan. Jenis plesteran dan acian yang akan

dikerjakan terdiri dari:

Plesteran dan acian kedap air (1 : 2).

Jenis ini digunakan pada area dinding-dinding kedap air, seperti

dinding toilet dan dinding di atas permukaan lantai.

Plesteran dan acian biasa (1 : 5).

Jenis ini di gunakan pada area dinding dalam dan luar bangunan

selain dinding toilet.

Tahapan pelaksanaan pekerjaan: (Gambar 3.29 - 3.32)

Page 35: BAB III TA Indra Suprianto

61

Permukaan yang akan diplester dan aci terlebih dahulu dibersihkan

dari kotoran-kotoran dan disiram terlebih dahulu.

Permukaan kolom beton yang akan diplester dan aci diketrik

terlebih dahulu agar plesteran dapat mengikat beton lebih baik.

Pada setiap dinding yang akan diplester, dibuat kepalaan plesteran

menggunakan kepingan dari plywood 9 mm untuk patokan

kerataan bidang pada tiap-tiap jarak 1 meter secara vertikal, setelah

selesai barulah plesteran dilakukan dengan cara vertikal dan

horizontal (menyilang) menggunakan jidar dengan mengikuti alur

kepalaan yang sudah dibuat sebelumnya untuk meratakan alur

kepalaannya.

Setelah plesteran selesai, setelah berumur + 1 minggu maka

dilakukan pengacian menggunakan bahan semen yang sudah

dicampur dengan air dengan catatan permukaan plesteran sudah

rata / tidak bergelombang.

Permukaan plesteran yang sudah kering harus disiram air terlebih

dahulu sebelum di aci untuk menghindari terjadinya retak rambut

pada dinding setelah di aci.

Gambar 3.29 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Area Tepi Bata

(titik A, B, C dan D)

Gambar 3.30 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Tiap Jarak 1 M

Page 36: BAB III TA Indra Suprianto

62

Gambar 3.31 Pembuatan Kepalaan Plesteran Pada Bidang Vertikal

Gambar 3.32 Pembuatan Plesteran Menggunakan Jidar Panjang

3. Pekerjaan Lantai dan Dinding

a. Pekerjaan Sub Lantai

Pekerjaan sub lantai ini dilakukan di bawah lapisan finishing lantai

yang berlangsung di atas tanah (lantai dasar yang tidak memakai

plat beton) serta sesuai detail yang disebutkan atau ditunjukkan

pada gambar.

b. Pekerjaan Lantai Screed

Pekerjaan lantai screed meliputi area diatas plat-plat beton, bawah

lantai tangga serta untuk seluruh detail seperti yang

disebutkan/ditunjukkan dalam gambar.

Pekerjaan screeding lantai, dibagi dalam 2 jenis, yaitu:

Screeding Tebal 1 - 3cm, dilaksanakan pada area toilet

Screeding tebal 5 cm, dilaksanakan pada area teras keliling dan

lantai atap.

Screeding tebal 1 - 3cm

Tahapan pelaksanaannya:

pembersihan area permukaan yang sudah diwaterproofing

Page 37: BAB III TA Indra Suprianto

63

persiapan alat-alat kerja dan material dilokasi pekerjaan

dilakukan levelling secara keseluruhan dengan terlebih dahulu

dibuat kepalaan untuk screeding lantainya pada setiap jarak + 1

meter.

Perataan permukaan menggunakan jidar kayu dan dibantu dengan

alat roskam pada umumnya.

Screeding tebal 5 cm

Tahap pelaksanaannya:

Pembersihan area di lokasi pekerjaan.

Mobilisasi alat-alat kerja dan material/bahan di lapangan.

Screeding area teras keliling, dilakukan penggalian pada tanah

pada level yang sudah ditentukan.

Dilakukan pengurugan dengan pasir yang dipadatkan dengan

ketebalan + 10 cm.

Dilakukan levelling lantai dan kemiringan/slope menggunakan

alat bantu: waterpass dan benang.

Setelah pasir padat, mulai dengan rabat beton menggunakan

campuran semen, pasir, koral dan air dengan perbandingan

adukan 1pc : 3 pasir : 5 koral dengan ketebalan 5 cm tanpa

tulangan.

Screeding area lantai atap, dilakukan setelah pekerjaan

waterproofing selesai dan sudah dilakukan testing perendaman

selama 1 x 24 jam dengan hasil baik/kedap air.

Dilakukan levelling lantai dan kemiringan/slope menggunakan

alat bantu: waterpass dan benang, terutama di daerah basah.

Campuran adukan menggunakan semen, pasir dan air dengan

perbandingan adukan 1 pc : 3 pasir dengan ketebalan 5 cm.

c. Pekerjaan Waterproofing

Bagian yang diberi lapisan waterproofing ialah:

— Sheet Membrane pada area plat atap, terutama plat beton yang

berhubungan langsung dengan air/ talang.

Page 38: BAB III TA Indra Suprianto

64

— Liquid pada area toilet, serta bagian lain yang dinyatakan

dalam gambar

Sebelum dikerjakan, area toilet, dak lantai atap dan talang beton

yang akan di water proofing dibersihkan dari kotoran dan debu

terlebih dahulu.

Tahap pelaksanaannya:

Area yang akan dikerjakan dibersihkan dari kotoran dan debu

dengan sapu/sikat.

Persiapan alat-alat bantu dan material waterproofing.

Pemilihan warna bahan waterproofing ditentukan kemudian oleh

konsultan.

Dimulai dengan permukaan dinding bawah lantai dengan cara

dilabur dengan primer coating secara merata dengan kuas secara

menyilang sampai 3 kali, dengan tinggi laburan + 20 cm dari

lantai. Kemudian dilanjutkan dengan permukaan lantainya.

Dilakukan test genangan selama 1 hari (1 x 24 jam)

Setelah hasil pengetesan baik, pada area toilet langsung

dilakukan screeding dengan ketebalan 1 – 3 cm.

d. Pekerjaan Lantai Keramik

Sebelum pemasangan keramik dimulai, didahulukan pekerjaan

plester + acian telah selesai untuk menghindari kotoran yang bisa

menempel pada keramik.

Tahapan pelaksanaannya:

Pembersihan permukaan lantai yang akan dipasang dari

kotoran–kotoran.

Keramik direndam terlebih dahulu didalam air selama + 30

menit / sampai jenuh.

Seleksi volume den jenis keramik yang akan dipasang.

Cek terhadap elevasi lantai pada saat membuat kepalaan

awal.

Page 39: BAB III TA Indra Suprianto

65

Adukan menggunakan campuran 1 pc : 3 pasir. Pasir adukan

harus diayak terlebih dahulu agar mendapatkan gradasi

material yang seragam dan air yang dipakai memenuhi syarat

/ bersih dari limbah.

Pemasangan keramik harus dipastikan bahwa spesi/adukan

dibawah keramik benar-benar padat / tidak berongga dengan

cara dipukul pelan-pelan dengan palu kepala karet.

Cek kerataan pasangan keramik dengan jidar atau dengan

waterpass.

Adapun tahapan pemasangan lantai keramik dapat dilihat pada

Gambar 3.33.

Gambar 3.33 Pemasangan Lantai Keramik Ruangan

a. Setelah pemasangan keramik selesai, dilakukan pengisian

nat/grouting dengan semen pengisi nat. Dilakukan setelah

umur pemasangan keramik di atas 3 hari untuk memberi

kesempatan spesi dibawah keramik mengering dahulu.

c. Keramik Dinding

Tahap pelaksanaannya:

Pembersihan permukaan dinding yang akan dipasang.

Keramik direndam terlebih dahulu didalam air selama + 30

menit / sampai jenuh.

Page 40: BAB III TA Indra Suprianto

66

Seleksi volume den jenis keramik yang akan dipasang.

Cari center line/as dari dinding, untuk menghindari

pemotongan las-lasan pada keramik.

Buat 2 titik horizontal (kiri dan kanan) setinggi start keramik

dinding yang akan dipasang.

Hubungkan titik 1 dan 2 dengan benang nylon, kemudian di

waterpass.

Pasang keramik dengan posisi center line / as pada dinding.

Buat kepalaan keramik secara horizontal dan vertikal.

Selanjutnya pasangan keramik mengikuti alur kepalaan dari

keramik sebelumnya.

Pada posisi-posisi sudutan keramik merupakan daerah

buangan keramik yang simetris.

Pada plint keramik, pemasangan mengikuti alur dari

pemasangan keramik lantainya.

Setelah pasangan selesai, maka dilakukan pengisian pada nat-

nat dinding keramik menggunakan grouting pengisi nat yang

warna disesuaikan dengan warna keramiknya.

4. Pekerjaan Pelapis Batu Alam

Tahapan pelaksanaannya:

Pekerjan dinding batu alam dilakukan pada seluruh detail yang

disebutkan atau ditunjuk dalam gambar atau sesuai petunjuk

Konsultan Pengawas.

5. Pekerjaan Penutup Atap dan Talang

a. Penutup Atap

b. Talang

Sebagai talang miring dipakai bahan dari galvanis dengan

dimensi sesuai gambar rencana.

Tahapan pelaksanaanya:

Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan penutup atap,

dan talang untuk bagian bangunan tertentu.

Page 41: BAB III TA Indra Suprianto

67

Setelah pemasangan rangka atap selesai, maka dilakukan

pembersihan pada area rangka atap yang akan ditutup dengan atap

Genteng Press.

Material atap Genteng Press, pengerjaan modulnya di lakukan

langsung dilokasi / proyek dengan mengikuti dokumen gambar

yang sudah disetujui konsultan pengawas.

Pada pemasangan atap Genteng Press, dimulai dari lapisan bawah

keatas, sehingga pemasangannya bisa rapi.

Setelah pemasangan atap Genteng Press selesai, maka dilanjutkan

dengan pemasangan genteng bubungan sekaligus pemasangan

penangkal petir , untuk mortar dipakai adukan campuran 1 pc : 3

pasir, dan diberi kawat ayam (wire mesh) untuk menghindari

retakan dikemudian hari.

6. Pekerjaan Gypsum

Tahapan pelaksanaanya:

Pemasangan panel-panel gypsum board 9 mm melintang dengan

rangka untuk meminimalkan jumlah sambungan ujung ditengah-

tengah area pada tiap panel.

Plasterboard gypsum akan ditutup sepanjang sambungan dengan

stopping compound yang dicampur sesuai dengan petunjuk pabrik,

agar sambungan-sambungan dan sekrup/paku tertutup sekaligus di

amplas agar hasil menjadi rata dan halus.

7. Pekerjaan Rangka Partisi + Gantungan Plafond Gypsum

8. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, Pengunci, dan Kaca

a. Pekerjaan Kusen Aluminium

b. Pekerjaan Daun Pintu Dan Jendela

c. Pekerjaan Daun Pintu Rangka Kayu.

d. Pekerjaan Penggantung dan Pengunci

e. Pekerjaan Kaca dan Cermin

Kusen pintu, jendela, daun pintu dan jendela difabrikasi di

bengkel/workshop, baik yang berada dalam site maupun yang di luar,

Page 42: BAB III TA Indra Suprianto

68

dengan spesifikasi sesuai dengan dimensi/ukuran serta detail yang

ditunjukkan pada gambar kerja yang telah disetujui oleh pihak

konsultan pengawas.

Tahapan pelaksanaannya:

Menyiapkan alat-alat kerja yang diperlukan di lokasi / proyek.

Sebelumnya dinding yang akan dipasang kusen sudah dibuat

opening berupa kolom dan balok praktis untuk kusen dan difinish

acian serta dicek kesikuan dindingnya terlebih dahulu.

Dimulai dengan pemasangan frame/kusen aluminium pintu dan

jendela pada posisi dan jenis yang sudah ditentukan dalam shop

drawing.

Dilakukan pengecekan terhadap sudutan/kesikuan dan kelurusan

kusen terhadap dinding menggunakan waterpass/lotting dan

benang.

Penginstallan/pemasangan kusen dengan menggunakan fisher dan

sekrup yang ditanam ke dinding untuk memperkuat pasangan kusen

terhadap dinding.

Dilanjutkan dengan pemasangan daun pintu beserta

hardware/komponennya.

Sebelum pemasangan dimulai, kondisi lantai dan dinding keramik

sudah selesai dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan dilapangan

mengikuti dokumen gambar yang sudah disetujui pihak konsultan

pengawas.

9. Pekerjaan Sanitair

a. Pekerjaan Drainase

b. Pekerjaan Sanitair

c. Pekerjaan Metal Sink

Tahapan pelaksanaanya:

Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah

penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu

lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga tercapai hasil

Page 43: BAB III TA Indra Suprianto

69

pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaian

/operasinya.

Pekerjaan ini meliputi pemasangan wastafel, urinal, klosed, keran,

perlengkapan kloset, floor drain, clean out dan metal sink.

Pekerjaan, peralatan dan perlengkapan sanitair ini sesuai dengan

yang dinyatakan/ditunjukkan dalam gambar rencana, uraian dan

syarat-syarat perencanaan.

10. Pekerjaan Pengecatan (Emulsi & Weathershield)

a. Pekerjaan Pengecatan Dinding dan Plafond

b. Pekerjaan Pengecatan Kayu

Tahapan pelaksanaannya:

Mobilisasi alat–alat kerja dan material/bahan di lokasi pekerjaan.

Pembersihan area bidang yang akan dilakukan pengecatan dari

debu dan kotoran.

Jika didapatkan lubang-lubang di dinding, plafond dan daun pintu,

maka lubang tersebut diisi dan diratakan dengan filler/dempul.

Seluruh permukaan diamplas dan dibersihkan dari debu-debu yang

menempel.

Dinding dalam (kecuali exterior dan plafond), sebelum dicat maka

dilakukan plamur pada temboknya dengan wall filler / plamur

terlebih dahulu untuk menutup pori-pori yang ada pada dinding dan

kemudian dimplas, baru dilakukan pengecatan.

Bila terdapat retak-retak pada bidang cat akan diperbaiki dengan

plamur, diamplas kemudian di cat kembali sampai baik.

Sebelumnya permukaan diamplas, debu dibersihkan dan didempul

untuk meratakan permukaan dan diamplas lagi sampai rata.

Semua pengecatan (kecuali daun pintu) menggunakan roll system

(konvensional) pada umumnya.

Pengecatan dinding exterior diperlukan alat bantu berupa rangkaian

schaffolding mengingat volume yang besar pada bidang catnya.

Page 44: BAB III TA Indra Suprianto

70

Proses pengecatan bisa dimulai setelah pekerjaan finish acian telah

selesai, dan diperlukan waktu 2 minggu untuk memulai pengecatan.

11. Pekerjaan Site Development

12. Pekerjaan Mekanikal

a. Pekerjaan Instalasi Sistim Plumbing

b. Pembuatan Pengadaan Bak Air Bersih dan Kelengkapannya.

Tahapan pelaksanaanya:

Beton cor ditempat. Dinding, tutup, dan lantai reservoir dari

konstruksi beton bertulang cor setempat dilaksanakan dengan

campuran beton mutu K-250.

Pekerjaan Mekanikal merupakan pekerjaan pelengkap yang

sebagian diselesaikan bersamaan dengan pekerjaan struktur

/arsitektur selesai dilaksanakan.

13. Pekerjaan Elektrikal

14. Pengadaan/Pemasangan Instalasi Udara (System Air Condition) dan

Panel AC

15. Pekerjaan Sistim Penangkal Petir

16. Pekerjaan Tata Suara

3.7.5 Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan

Pabrikasi dan pekerjaan baja dilakukan setelah menjelang pekerjaan cor

pondasi sepatu dan kolom-kolom.

Tahap pelaksanaannya:

Segera setelah pengadaan material baja, maka pabrikasi joint-joint baja,

dimana dibuat harus benar-benar tepat lubang bautnya dan tepi-tepi

platnya, dimensi zincromate dan diusahakan tidak boleh ada tumpuan

baja, yang dipaksakan terhadap beban gaya.

Baja yang digunakan untuk kuda-kuda rafter dan kolom WF

298.149.5,5.8 kolom H-beam 298.149.5,5.8 konsol WF 298.149.5,58

gording CNP 150.65.20.3,2 adalah dimensi produk-produk baja tanpa

toleransi dan meni zycromate serta finishing dengan cat besi.

Page 45: BAB III TA Indra Suprianto

71

Bersamaan dengan cor kolom-kolom, pemasangan angker-angker 2 x 2

∅19 mm, p = 400 mm dengan kondisi harus lurus dan timbang/rata air

serta meni zycromete kemudian finishing dengan cat besi.

Pemasangan baja kolom WF 298.149.5,5.8, kolom H-beam

298.149.5,5.8 akan dilakukan setelah mendapatkan kondisi usia beton

dan angker-angker telah siap untuk menerima beban di atasnya, dimana

dipasang harus berbaris lurus dan rata, serta jaraknya sesuai dengan

ggambar kerja.

Pemasangan baja kuda-kuda rafter WF 298.149.5,5.8, gording CNP

150.65.20.3,2 (setelah dilengkapi dengan kupingan-kupingan untuk

ikatan anginnya dan jarum keras) dilakukan dengan alat bantu

crane.erection sehingga diperoleh joint condition dengan kolom-kolom

WF dan kolom H-beam, dimana dipasang harus lurus dan tertarik

benang, serta jaraknya sesuai denga gambar kerja.

Pemasangan ikatan angina, jarum keras, trekstang, dan regelan segera

setelah selesainya rafter dan konso serta gording, dengan mengaitkan ke

lubang-lubang yang telah disiapkan pada plat-plat kupingan, dimana

dipasang harus rapih dan jaraknya sesuai dengan gambar kerja.

Jumlah baut dan mur pada setiap joint-joint konstruksi baja akan dicek

dan harus sesuai gambar kerja.