bab iii referat

5
BAB III CONTOH KASUS A. KASUS I. IDI Jateng Keluhkan Biaya Kapitasi Dokter Minim Semarang, Jia Xiang – Ikatan Dokter Indonesia IDI! Ja"a #engah mengeluhka $iaya kapitasi yang diterima dokter dalam sistem Jaminan Kesehatan %asional JK% masih minim. &%ilai kapitasi puskesmas sekitar 'p(.)))*+.))) memang sudah sesuai ada kenaikandarise$elumnyasekitar 'p .)))-pasien, kata Ketua IDI JatengJoko /idiyarto di Semarang, 'a$u 00- - 1!. %amun, kata dia, kapitasi yang diterima dokter se2auh ini $elum rasional rendah, yakni di kisaran 'p3.)))* ).))), padahal dokter masih harus menanggung $ $iaya lainnya. Menurut dia, $iaya kapitasi dokter itu sudah termasuk $ apoteker, karya"an, listrik, air, praktik, dan se$againya, sementara $iaya atas diterima dokter tidak diperhitungkan.&Sistem ru2ukan 2uga dinilai kurang tepat k hanya di$erikan kuota ) persen pasien yang dilayani dapat di$erikan ru2ukan seh sistem ini mem$atasi ru2ukan, katanya seperti dikutip Antar.Selain itu, kata di lapangan 2uga masih harus menyosialisasikan JK% kepada masyarakat sehingga IDI $ masalah sosialisasi, keanggotaan, dan pelayanan JK% sudah $eres. Sementara itu, 4elaksana #ugas 4lt! Kepala Dinas Kesehatan Jateng 4ungky Samhasto mengatakan nilai kapitasi doktermerupakan kesepakatan pemerintah yang se$enarnya sudah diperhitungkan.&Itu kapitasi! sudah masuk kesepakatan yang sudah di$ahas se2ak a"al. 4ermasalahannya $ukan itu, tetapi petun2uk teknis p kapitasi oleh pelaksana layanan kesehatan, katanya. Di dalam era $adan penyelenggara 2aminan sosial B4JS! kesehatan seiring s JK%, kata dia, perlu penekanan terkait pemahaman pelaksanaannya, terutam penyelenggara dan pelayanan kesehatan. &Masyarakat harusmemahami $ah"a Dinkes merupakan salah satu unsur yang masuk dalam pelayanan kesehatan yang m 5asilitas kesehatan, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit tipe A, katanya. Se2auh ini, 4ungky menye$utkan $erdasarkan data yang diperoleh per 0 Januari 0) 1, 2umlah masyarakat di "ilayah Jateng yang masuk ke dalam JK% sudah men6apai sekitar 7 2 peserta. http8--""".2ia*9iang.$i:-idi*2ateng*keluhkan*$iaya*kapitasi*dokter*min

Upload: ani-suryani

Post on 03-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BPJS ANI SURYANI MAGISTER HUKUM KESEHATAN

TRANSCRIPT

BAB IIICONTOH KASUSA. KASUS I. IDI Jateng Keluhkan Biaya Kapitasi Dokter MinimSemarang, Jia Xiang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah mengeluhkan biaya kapitasi yang diterima dokter dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang masih minim. Nilai kapitasi puskesmas sekitar Rp3.000-6.000 memang sudah sesuai karena ada kenaikan dari sebelumnya sekitar Rp1.000/pasien, kata Ketua IDI Jateng Joko Widiyarto di Semarang, Rabu (22/1/14).Namun, kata dia, kapitasi yang diterima dokter sejauh ini belum rasional dan masih rendah, yakni di kisaran Rp8.000-10.000, padahal dokter masih harus menanggung biaya-biaya lainnya. Menurut dia, biaya kapitasi dokter itu sudah termasuk biaya pembayaran apoteker, karyawan, listrik, air, praktik, dan sebagainya, sementara biaya atas risiko yang diterima dokter tidak diperhitungkan.Sistem rujukan juga dinilai kurang tepat karena dokter hanya diberikan kuota 10 persen pasien yang dilayani dapat diberikan rujukan sehingga sistem ini membatasi rujukan, katanya seperti dikutip Antar.Selain itu, kata dia, dokter di lapangan juga masih harus menyosialisasikan JKN kepada masyarakat sehingga IDI berharap masalah sosialisasi, keanggotaan, dan pelayanan JKN sudah beres.Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Jateng Pungky Samhasto mengatakan nilai kapitasi dokter merupakan kesepakatan pemerintah yang sebenarnya sudah diperhitungkan.Itu (kapitasi) sudah masuk kesepakatan yang sudah dibahas sejak awal. Permasalahannya bukan itu, tetapi petunjuk teknis penggunaan dana kapitasi oleh pelaksana layanan kesehatan, katanya.Di dalam era badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) kesehatan seiring sistem JKN, kata dia, perlu penekanan terkait pemahaman pelaksanaannya, terutama perbedaan penyelenggara dan pelayanan kesehatan. Masyarakat harus memahami bahwa Dinkes merupakan salah satu unsur yang masuk dalam pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas kesehatan, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit tipe A, katanya. Sejauh ini, Pungky menyebutkan berdasarkan data yang diperoleh per 21 Januari 2014, jumlah masyarakat di wilayah Jateng yang masuk ke dalam JKN sudah mencapai sekitar 17 juta peserta. (http://www.jia-xiang.biz/idi-jateng-keluhkan-biaya-kapitasi-dokter-minim/)Masalah pada kasus diatas:1. IDI Jawa Tengah mengeluhkan biaya kapitasi yang diterima dokter dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang masih minim yakni di kisaran Rp8.000-10.0002. Kapitasi dokter itu sudah termasuk biaya pembayaran apoteker, karyawan, listrik, air, praktik, dan sebagainya, sementara biaya atas risiko yang diterima dokter tidak diperhitungkan.3. Kepala Dinas Kesehatan Jateng mengatakan nilai kapitasi dokter merupakan kesepakatan pemerintah yang sebenarnya sudah diperhitungkan. Permasalahannya adalah pada petunjuk teknis penggunaan dana kapitasi oleh pelaksana layanan kesehatan.4. Sistem rujukan juga dinilai kurang tepat karena dokter hanya diberikan kuota 10 persen pasien yang dilayani dapat diberikan rujukan sehingga sistem ini membatasi rujukan.Pembahasan :Setiap pasien yang terdaftar dalam BPJS dan berobat ke pelayanan dokter pada fasilitas kesehatan primer mendapat tarif kapitasi sebesar Rp. 8.000,00/kapita/bulan menurut Permenkes Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Jaminan Kesehatan Nasional :Pasal 4

1. Besaran Tarif Kapitasi ditentukan berdasarkan seleksi dan kredensial yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan sumber daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana, lingkup pelayanan, dan komitmen pelayanan

2. Standar Tarif Kapitasi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) ditetapkan sebagai berikut:

a) Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) sampai dengan Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah)

b) Rumah Sakit kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp. 8.000,00 (delapan ribu rupiah) sampai dengan Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)

c) Praktik perseorangan dokter gigi sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah).

3. Penetapan besaran Tarif Kapitasi di FKTP dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.Sesuai dengan Permenkes Nomor 59 Tahun 2014 tentang Standar Tarif Jaminan Kesehatan yang telah menetapkan tarif kapitasi, dokter layanan primer seharusnya dapat mengedepankan pelayanan promotif dan preventif sehingga tarif kapitasi yang telah ditetapkan BPJS dapat mencukupi untuk melakukan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama maka tidak perlu dilakukan pembatasan pemberian terapi.B. KASUS II. IDI: Kini 1 Dokter Bisa Tangani 100 Pasien

Jakarta - Program unggulan Pemprov DKI, Kartu Jakarta Sehat (KJS) sudah bergulir. Kritik dan pujian terus mengalir. Namun ada fenomena baru dengan munculnya KJS, seorang dokter di Jakarta kini dalam sehari bisa menangani hingga 100 pasien. Angka itu jelas bukan sebuah hal yang patut dibanggakan. Menurut Ikatan Dokter Indonesia, idealnya seorang dokter menangani 30 pasien saja setiap harinya. Ketua IDI, Zaenal Abidin, mendapat informasi di sebuah puskemas pernah dalam sehari harus menangani 400 pasien. Padahal puskesmas itu hanya memiliki empat dokter. "Dalam sehari satu dokter bisa layani lebih 100 pasien, komunikasi jadi berkurang," papar Zaenal kepada detikcom, Selasa (12/3/2013). "Setiap pasien idealnya dilayani sekitar 15 menit. 8-10 Menit untuk berkomunikasi dengan pasien," lanjutnya lagi.Zaenal membantah jika Jakarta disebut kekurangan dokter. Tercatat ada sekitar 10.000 dokter di Jakarta. "Jakarta ini kota di Indonesia yang paling banyak dokternya. Tinggal bagaimana memanfaatkannya dengan baik," tegas Zaenal. Dari analisa Zaenal, dengan kehadiran KJS, warga yang datang ke RS ada yang sakit dan sehat. Jika tidaks segera dibenahi persoalan ini, ke depan warga bisa saja datang ke rumah sakit hanya untuk memastikan dirinya sehat. "Ke depan itu datang ke rumah sakit bukan sakit, tapi karena ingin tetap sehat," bebernya. Bagaimana dengan patient safety dokter yang melayani pasien dengan kunjungan 100 pasien dalam satu hari? Keselamatan pasien atau patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Pada pelayan kesehatan terutama di fasilitas tingkat pertama salahsatunya dokter layanan primer pastinya sudah terdapat standar prosedur operasional yang bertujuan untuk menjaga keselamatan pasien dan mutu pelayanan. Prosedur tersebut ada dikarenakan hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi risiko, yaitu:1. Kesalahan Medis (Medical Error)Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. (KKP-RS)2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Adverse EventSuatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak (commision), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien (KKP-RS).3. Nyaris Cedera (NC)/Near MissSuatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena : a. Keberuntungan, misalnya: pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obatb. Pencegahan, suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan.c. Peringanan, suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya.(KKP-RS).

Standar pelayanan kedokteran sendiri sudah diatur pada Peraturan Menteri Kesehatan No.1438 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Dokter, peratuan inilah yang menjadi dasar standar operasional prosedur pelaksanaan pelayanan dokter dilayanan primer sehingga dapat menjamin keselamatan dari pasien.

Dari skema diatas dokter layanan primer harus melayani pasien dengan sebaik-baiknya dengan semua prosedur yang sudah ada secara runtut untuk mengurasi risiko kesalahan dari tindakan medis yang dilakukan. Standarnya waktu dokter untuk memeriksa pasien adalah 15 menit untuk menegakan diagnosa yang sesuai, dan waktu optimal manusia untuk bekerja dalam satu hari adalah 8 jam. Bagaimana dengan dokter yang menerima 100 pasien dalam satu hari. Dari urain diatas kami menyimpulkan bahwa tingkat keselamatan pasien atau patient safety akan menurun. Apabila otak bekerja terlalu keras dan konsentrasi menurun akibatnya standar pelayanan akan dilakukan dengan seadanya dan diagnosis menjadi salah, terjadi kesalahan mendiagnosis berakibat terjadi salah pemberian terapi yang diberikan, dan ini membuat keselamatan pasien terancam.