bab iii pembahasan · 21 bab iii pembahasan 3.1 tinjauan umum perusahaan/organisasi 3.1.1 sejarah...
TRANSCRIPT
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi
3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi
Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16
Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank, yang kemudian terus hidup dan berkembang
sampai tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki empat cabang yaitu, Jakarta, Medan,
Surabaya, dan Makassar. Tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai akibat
penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-
besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian keadaan keuangan bank
Postpaarbank pulih kembali pada tahun 1941.
Tahun 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Jepang.
Jepang membekukan kegiatan Postspaarbank dan mendirikan Tyokin Kyoku, sebuah
bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha
pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Tyoku
hanya mendirikan satu cabang, yaitu cabang Yogyakarta.
Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi
kepada Bapak Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilan Tyokin Tyoku dari
pemerintah Jepang ke Pemerintah RI dan terjadilah pergantian nama menjadi Kantor
Tabungan Pos.
Bapak Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah RI menjadi Direktur yang
pertama. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang
22
Jepang dengan Oenang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan Kantor Tabungan
Pos tidak berumur panjang, karena Agresi Belanda (Desember 1946) mengakibatkan
didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos hingga
tahun 1949. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali (1949), nama Kantor Tabungan
Pos diganti menjadi Bank Tabungan RI. Sejak kelagirannya dan berubah nama Bank
Tabungan Pos RI, lembaga ini bernaung dibawah Kementrian Perhubungan.
Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi yang substantif bagi
sejarah Bank Tabungan Negara adalah dikeluarkannya UU Darurat No. 9 tahun 1950
tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama “Postpaarbank In Indonesia”
berdasarkan staatblad No. 295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan
memindahkan induk kementrian dari Kementrian Perhubungan ke Kementrian
Keuangan dibawah Mentri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat
tersebut masih bernama Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan
sebagai hari dan tanggal lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos
menurut UU Darurat tersebut dikukuhkan dengan UU No.36 Tahun 1953 tanggal 18
Desember 1953.
Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara
didasarkan pada PERPU No. 4 tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.
Tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditunjuk sebagai satu-satunya institusi
yang menyalurkan KPR bagi golongan masyarakat menengah kebawah. Dan pada
tahun 1989 Bnak Tabungan Negara memulai operasi sebagai bank komersil dan
menerbitkan obligasi pertama.
23
Bentuk hukum Bank Tabungan Negara mengalami perubahan pada tahun 1992,
dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992 yang merupakan
pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992 bentuk hukum Bank Tabungn Negara berubah
menjadi Perusahaan Perseroan. Berdasarkan kajian konsultan independent, Price
Waterhouse Coopers, pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat Nomor S-
554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank Tabungan Negara
ditunjuk sebagai bank komersial yang fokus pada pembiayaan rumah komersial.
Tahun 2009 Bank Tabungan Negara menjadi bank pertama Indonesia yang
melakukan sekuritas asset melalui pencatatan transaksi Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragunan Asset (KIK EBA).
Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. memiliki visi dan misi perusahaan
sebagai pedoman dalam mengelola usahanya, yaitu:
1. Visi Bank Tabungan Negara:
“Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan”
2. Misi Bank Tabungan Negara:
a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan, dan indusrti
rerkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.
b. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk,
jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.
c. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,
professional dan memiliki intregitas tinggi.
d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian
dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder Value.
24
e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
3.1.2 Struktur dan Tata Kerja Organisasi
Organisasi merupakan wadah dari sejumlah manusia yang melakukan aktivitas
secara terencana dengan kerja sama secara penuh kesadaran dalam suatu hubungan
yang terikat dan dalam suatu hubungan formal untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Tujuan dari organisasi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugas
2. Untuk meningkatkan efisiensi kerja
3. Untuk mempermudah pengawasan
4. Untuk menentukan orang-orang yang diperlukan dalam organisasi.
Struktur organisasi sangat bermanfaat bagi setiap perusahaan, hal ini sudah berarti
menjanjikan antara pimpinan dan bawahan mempunyai hak dan wewenang yang
dilindungi sehingga di dalam pelaksanaan musyawarah di dapat hasil yang bermanfaat.
PT. Bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika memiliki struktur organisasi
tersendiri dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Untuk lebih jelasnya
mengenai struktur organisasi pada Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. KCP Dewi
Sartika adalah sebagai berikut:
25
Branch Manager
Supervisor Retail Service
Teller
Service II
Gambar III.1
Struktur Organisasi pada PT. Bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika
Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
Tata Kerja Organisasi
1. Branch Manager (Kepala Kantor Cabang) Bertugas:
Adalah pimpian dari kantor cabang pembantu yang bertanggung jawab penuh atas
kelangsungan kantor yang dipimpinnya, beberapa tugas Branch Manager, atara lain:
a. Menjadi kualitas nasabah serta sumber daya manusia (pegawainya).
b. Mengkoordianasikan pembuatan program kerja dan melakukan evaluasi atas
target yang telah ditentukan.
c. Memberikan motifasi dan disiplin kepada para bawahannya.
Loan Service
Teller
Service I
Customer
Service
26
d. Berusaha untuk menigkatkan keuntungan atas jasa dan produk bank yang
diberikan.
e. Menjamin kualitas dan kuantitas pertumbuhan bank.
2. Supervisor Ratail Service (Kepala Unit Retail)
Adalah seseorang yang bekerja dibawah pengawasan dari Branch Manager
yang berfungsi memimpin pelaksanaan kegiatan operasional bank sehari-hari,
tanggung jawabnya kepada Branch Manager. Posisi ini juga dapat mengambil alih
peranan/mewakili Branch Manager apabila dia berhalangan hadir dalam suatu rapat
yag diadakan oleh kantor cabang.
3. Loan Service
Adalah seseorang yang yang bertugas untuk menangani hal-hal yang berkaitan
dengan kredit dari suatu bank, mulai dari permohonan, sampai dengan pencairan
yang bertugas:
a. Pembinaan terhadap debitur yang menunggak.
b. Memonitor kondisi kredit dan mengidentifikasi kredit bermasalah.
c. Melakukan penagihan tunggakan.
d. Memberikan konsultasi penyelamatan kredit.
4. Customer service
Adalah seseorang yang bertugas memberikan informasi kepada para nasabah
atau calon nasabah mengenai produk serta jasa yang diberikan oleh bank.
Bertugas:
a. melakukan pelayanan yang prima kepada semua nasabah.
b. Memberikan informasi baik, produk maupun jasa bank kepada nasabah.
27
c. Menyelesaikan keluhan nasabah sebaik mungkin.
5. Teller Service
Adalah bagian front office dari suatu bank, yang berfungsi sebagai pelayan
nasabah dalam melakukan penyetoran, penarikan, serta dalam bentuk transaksi
lainnya. Bertugas:
a. melakukan transaksi dengan benar.
b. Memastikan bahwa kas besar selalu benar dan memadai untuk operasional.
c. Mengatur proses transaksi bila off line.
d. Meningkatkan kualitas pelayanan.
3.1.3 Kegiatan Usaha/Organisasi
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. adalah perusahaan yang bergerak
dibidang jasa (non-manufaktur). Ruang lingkup usaha Bank Tabungan Negara cukup
luas, namun tetap dalam peranannya sebagai agen pembangunan dengan melaksanakan
yugas dan misinya yaitu menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah.
Bank Tabungan Negara selain sebagai salah satu bank persero milik pemerintah
juga merupakan bank umum yang mengemban tugas dan misi untuk menyediakan
pembiayaan perumahan rakyat dalam menunjang pembangunan nasional.
Dalam melaksanakan tugasnya Bank Tabungan Negara melakukan
pengumpulan dana melalui deposito, tabungan, dan giro. Sumber dana jangka pendek
Bank Tabungan Negara selain dana yang berasal dari masyarakat juga berasal dari
28
pasar uang. Demikian pula dengan Bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika, selain
melakukan kegiatan utama dalam bidang KPR yang termasuk induk kredit, juga
mempunyai produk dana dan produk jasa. Untuk lebih jelasnya, penulis akan
menguraikan produk-produk yang terdapat pada Bank Tabungan Negara KCP Dewi
Sartika yaitu, sebagai berikut:
1. Produk Dana
Adapun produk dana yang terdapat pada bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika
adalah, sebagai berikut:
a. Tabungan BTN Batara
b. Tabungan BTN Prima
c. Tabungan BTN Junior
d. Tabungan BTN Juara
e. Tabungan E-Batara Pos
f. Tabunganku
g. Tabungan BTN Haji Reguler
h. Tabungan BTN Haji Plus
i. Tabungan BTN Pensiunan
j. Tabungan Simpanan Pelajar
k. Tabungan BTN Perumahan
l. Giro BTN dan Giro Valas BTN
m. Deposito BTN dan Deposito BTN Valas
2. Produk Jasa dan Layanan
a. Kartu Kredit BTN
29
b. Kartu Debit BTN
c. Kiriman uang (transfer)
d. Pelayanan jasa, seperti: Telpon dan Listrik
e. Inkaso
3. Produk Kredit
1. Kredit Konsumer
Adalah produk kredit yang diberikan oleh bank yang diperuntukan untuk
konsumsi secara pribadi. Macam- macam produk kredit consumer adalah
sebagai berikut:
a. KPR BTN Subsidi
Kredit pemilikan rumah yang bekerja sama dengan Kementrian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat dengan suku bunga rendah dan cicilan ringan.
b. KPR BTN Platinum
Kredit pemilikan rumah dari Bank BTN untuk keperluan pembelian rumah
dari developer ataupun non developer, baik untuk pembelian rumah baru
atau second,pembelian rumah belum jadi (indent) maupun take over kredit
dari bank lain.
c. KPA BTN
Kredit pemilikan apartemen dari Bank BTN untuk keperluan pembelian
apartemen, baik untuk pembelian rumah baru atau second,pembelian rumah
belum jadi (indent) maupun take over kredit dari bank lain.
30
d. Kredit Agunan Rumah
Fasilitas kredit dari Bank BTN yang dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan konsumtif dengan menjaminkan rumah tinggal/aparteme/ruko
pemilik.
e. Kredit Bangunan Rumah
Fasilitas kredit bagi nasabah yang ingin membangun rumah diatas tanah
milik sendiri.
f. PRR-KB BTN Jamsostek
Memberikan dana kepada nasabah sebagai peserta Jamsostek yang kesulitan
keuangan untuk pengembangan atau renovasi rumah.
2. Kredit Komersial
Adalah kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan nasabah di bidang
usahanya adalah perdagangan, baik dalam bentuk kredit revolving maupun
kredit dalam bentuk nonrevolving.
a. Kredit Yasa Griya/ Kredit Kontruksi
Kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada Developer untuk
membantu modal kerja pembiayaan pembangunan proyek perumahan.
b. Kredit Modal Kerja Kontraktor
Kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada kontraktor atau
pemborong untuk membantu modal kerja didalam menyelesaikan pekerjaan
borongan sesuai dengan kontrak kerja.
31
c. Kredit Modal Kerja
Pembiayaan usaha industry perdagangan dan jasa atau yang berhubungan
dengan pengadaan ataupun proses produksi sampai dengan barang tersebut
dijual.
d. Kredit Investasi
Fasilitas kredit yang diberikan kepada Perseroan Terbatas, CV, Koperasi,
Yayasan dan perorangan dalam rangka pembiayaan investasi, baik investasi
baru, perlunasan, modernisasi atau rehabilitasi.
e. Kredit Usaha Mikro dan Kecil
Pembiayaan modal kerja/investasi sector usaha kecil, mikro dan menengah.
f. Kredit Linkage
Pemberian kredit yang hanya diberikan kepada Koperasi/BPR untuk
diteruspinjamkan ke anggota atau nasabah.
g. Non Cash Loan (Garansi Bank)
Jaminan pembayaran dari bank yang diberikan pada pihak penerima jaminan
bisa berupa perorangan maupun perusahaan dan biasa disebur beneficiary.
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Data Laporan Non Performing Loan (NPL) PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk. Periode Triwulan 1 s/d 4 periode 2012 s/d 2015
Data yang penulis ambil adalah dari Laporan Keuangan Bank Tabungan
32
Negara (Persero) Tbk. triwulan 1 s/d 4 periode 2012 s/d 2015 untuk perhitungan Non
Performing Loan (NPL) dengan rumus rasio NPL sama dengan Total NPL dibagi
dengan Total Kredit dikali 100% adalah sebagai berikut:
Tabel III.1
Data Laporan Kredit Bermasalah (NPL) Bank Tabungan Negara
Triwulan 1 s/d 4 Periode 2012 s/d 2015
Tahun Total Kredit Kredit Bermasalah NPL (%)
2012 1 Rp 401,979,352 Rp 124,838,308 3.22
2 Rp 460,899,358 Rp 133,207,907 3.46
3 Rp 477,508,031 Rp 129,757,617 3.68
4 Rp 334,962,930 Rp 81,898,027 4.09
2013 1 Rp 757,087,712 Rp 158,718,598 4.77
2 Rp 785,793,937 Rp 169,717,913 4.63
3 Rp 873,533,254 Rp 179,002,716 4.88
4 Rp 756,702,814 Rp 186,840,201 4.05
2014 1 Rp 902,784,799 Rp 190,460,928 4.74
2 Rp 990,840,095 Rp 197,772,474 5.01
3 Rp 987,315,470 Rp 203,570,200 4.85
4 Rp 859,874,594 Rp 214,432,567 4.01
2015 1 Rp 1,060,931,353 Rp 221,952,166 4.78
2 Rp 1,724,409,959 Rp 366,895,736 4.7
3 Rp 628,393,302 Rp 139,642,956 4.5
33
4 Rp 883,756,721 Rp 258,408,398 3.42
Sumber: Data Sekunder Olahan Penulis
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa Non Performing Loan (NPL) terus
mengalami fluktuasi, dilihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) pada Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengalami peningkatan dan penurunan. Nilai Non
Performing Loan (NPL) paling tinggi terjadi pada tahun 2014 triwulan ke 2 yakni
sebesar 5.01%, sedangkan untuk nilai Non Performing Loan (NPL) paling rendah
terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 3.22%.
3.2.2 Data Rasio Return On Asset (ROA) PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Tbk. Periode Triwulan 1 s/d 4 Periode 2012 s/d 2015
Data yang penulis ambil dari laporan keuangan Bank Tabungan Negara periode
2001 s/d 2015 merupakan data Rasio Return On Asset (ROA), dan menurut perhitungan
rumus ROA sama dengan Earning Before Tax (EBT) dibagi dengan Total Asset dikali
dengan 100% adalah sebagai berikut:
Tabel III.2
Data Return On Asset (ROA) Bank Tabungan Negara
Triwulan 1 s/d 4 Periode 2012 s/d 2015
Tahun Total Asset EBT ROA (%)
2012 1 Rp202,724,513 Rp91,317,348 2.22
34
2 Rp231,139,706 Rp95,512,275 2.42
3 Rp198,499,329 Rp98,755,885 2.01
4 Rp216,792,270 Rp111,748,593 1.94
2013 1 Rp192,284,389 Rp120,177,743 1.6
2 Rp187,380,012 Rp118,594,944 1.58
3 Rp201,009,869 Rp123,318,938 1.63
4 Rp234,793,817 Rp131,169,730 1.79
2014 1 Rp190,380,285 Rp136,964,234 1.39
2 Rp150,541,670 Rp135,623,126 1.11
3 Rp145,276,115 Rp142,427,564 1.02
4 Rp161,925,076 Rp144,575,961 1.12
2015 1 Rp228,412,606 Rp149,289,285 1.53
2 Rp241,725,507 Rp155,951,940 1.55
3 Rp249,057,248 Rp166,038,165 1.5
4 Rp276,610,223 Rp171,807,592 1.61
Sumber: Data Sekunder Olahan Penulis
Dari tabel III.2 dapat disimpulkan bahwa laba sebelum pajak dan total asset Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk. dari triwulan 1 s/d 4, tahun 2012 s/d 2015 mengalami
peningkatan dan penurunan secara fluktuatif sehingga mengakibatkan Return On Asset
(ROA) juga mengalami peningkatan serta penurunan. Untuk peningkatan Return On
Asset (ROA) tertinggi terjadi pada tahun 2015 triwulan 1 yakni sebesar 0,41 % dari
35
tahun 2014 triwulan 4 senilai 1,12% menjadi 1,53%. Sedangkan untuk penurunan
paling rendah terjadi pada tahun 2013 triwulan 1 sebesar 0,35% dari rasio Return On
Asset (ROA) senilai 1,94% menjadi 1,6%.
3.2.3 Tabel Penolong
Berdasarkan dari data kedua tabel III.1 dan tabel III.2, yakni tentang
perhitungan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Return On asset (ROA) dari
triwulan 1 s/d 4 periode 2012 s/d 2015, maka penulis melakukan perhitungan korelasi
dengan menyederhanakan seperti pada tabel berikut ini:
Tabel III.3
Tabel Korelasi Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA)
Tahun NPL
(X)
ROA
(Y) XY X2 Y2 x y X
2 Y2 xy
2012 1 3.22 2.22 7.1484 10.3684 0.2401 -1.14 0.59 1.2950 0.3513 -0.6745
2 3.46 2.42 8.3732 11.9716 1.2769 -0.90 0.79 0.8064 0.6283 -0.7118
3 3.68 2.01 7.3968 13.5424 0.6724 -0.68 0.38 0.4597 0.1464 -0.2594
4 4.09 1.94 7.9346 16.7281 3.3489 -0.27 0.31 0.0718 0.0978 -0.0838
2013 1 4.77 1.6 7.632 22.7529 2.7556 0.41 -0.03 0.1697 0.0007 -0.0113
2 4.63 1.58 7.3154 21.4369 3.1684 0.27 -0.05 0.0740 0.0022 -0.0129
3 4.88 1.63 7.9544 23.8144 3.5721 0.52 0.00 0.2725 0.0000 0.0014
4 4.05 1.79 7.2495 16.4025 3.24 -0.31 0.16 0.0949 0.0265 -0.0501
36
2014 1 4.74 1.39 6.5886 22.4676 2.1609 0.38 -0.24 0.1459 0.0563 -0.0907
2 5.01 1.11 5.5611 25.1001 4.2025 0.65 -0.52 0.4251 0.2676 -0.3373
3 4.85 1.02 4.947 23.5225 4.1209 0.49 -0.61 0.2421 0.3689 -0.2988
4 4.01 1.12 4.4912 16.0801 3.7636 -0.35 -0.51 0.1211 0.2574 0.1766
2015 1 4.78 1.53 7.3134 22.8484 3.2041 0.42 -0.10 0.1781 0.0095 -0.0411
2 4.7 1.55 7.285 22.09 1.2544 0.34 -0.08 0.1170 0.0060 -0.0264
3 4.5 1.5 6.75 20.25 2.5921 0.14 -0.13 0.0202 0.0162 -0.0181
4 3.42 1.61 5.5062 11.6964 2.5921 3.42 1.61 11.6964 2.5921 5.5062
∑ 68.79 26.02 103.9406 289.3759 39.5729 0.00 0.00 4.4934 2.2351 -2.228
Mean 4.36 1.62
Sumber: Data Sekunder Olahan Penulis
Keterangan:
X = NPL
Y = ROA
x = Hasil pengurangan dari mean dengan rata-rata nilai X
y = Hasil pengurangan dari mean dengan rata-rata nilai Y
∑ = Hasil akhir penjumlahan
Berdasarkan tabel penolong pada tabel III.3, maka hubungan antara Non
Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset (ROA) dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut:
37
1. Koefisien Korelasi
r𝑥𝑦 =∑𝑥𝑦
√∑𝑥2. ∑𝑦2
=−2.228
√4.4934 .2.2351
=−2.228
√10.04319834
=−2.228
3.1691
=−2.228
3.1691
= −0.70303
Berdasarkan hasil diatas diperoleh hasil korelasi antara rasio Non Performing
Loan (NPL) dengan rasio Return On Asset (ROA) sebesar – 0,703. Tanda negatif dalam
hal ini berarti Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA) triwulan
1 s/d 4, tahun 2012 s/d 2015 mempunyai peranan (hubungan) yang kuat namun tidak
searah (negatif), artinya jika nilai Non Performing Loan (NPL) tinggi maka nilai Return
On Asset (ROA) rendah dan sebaliknya jika nilai Non Performing Loan (NPL) rendah
maka nilai Return On Asset (ROA) tinggi.
2. Koefisien Determinasi
KP = R2 = r2.100%
= (- 0,7)2. 100%
38
= 0,49 . 100%
= 49%
Berdasarkan data diatas diperoleh bahwa pengaruh variabel X (NPL) terhadap
variabel Y (ROA) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbktriwulan 1 s/d 4 tahun
2012 s/d 2015 sebesar 49% selebihnya 51% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
3. Persamaan Regresi
1) X = 4,36
Y = 1,62
2) b =𝑛∑xy− ∑x∑y
𝑛 ∑𝑥2−(∑𝑥)2
b =12(103.9406) − (68.79)(26.02)
12 (289.3759) − (68.79)2
b =1247.2872 − 1789.9158
3472.5108 − 4732.0641
b =−542.6286
1259.5533
b = 0.4308
3) α = �� − 𝑏 . 𝑋
α = 1,62 − (0,4308). 4,36
α = 5,18
Y = α + bX
= 5,18 + (- 0,43)X
Persamaan linier di atas dapat diartikan:
Nilai α = 5,18 menyatakan bahwa tanpa adanya pengaruh Non Performing Loan
39
(NPL) maka besarnya Return On Asset (ROA) adalah 5,18,- dan nilai b = - 0,43 tanda
negatif menandakan bahwa hubungan antara Non Performing Loan (NPL) dengan
Return On Asset (ROA) adalah negatif, atau setiap kenaikan Non Performing Loan
(NPL) 1% maka akan menurunkan nilai Return On Asset (ROA) sebesar 0,43 %.
3.3 Analisa Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Asset (ROA)
3.3.1 Uji Koefisien Korelasi
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 , yang menjelaskan tentang perhitungan
dari Rasio Non Performing Loan (NPL) serta rasio Return On Asset (ROA) dari tahun
triwulan 1 s/d 4 tahun 2012 s/d 2015 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dapat
diketahui pengujian dengan metode koefisien korelasi antara Non Performing Loan
(NPL) dengan Return On Asset (ROA) maka hipotesis yang dapat dibentuk sebagai
berikut:
a. Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara Non Performing Loan (NPL) dengan
Return On Asset (ROA).
b. Ha: Ada hubungan signifikan antara Non Performing Loan (NPL) dengan Return
On Asset (ROA).
Dengan syarat:
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima.
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak
40
Tabel III.4
Correlations
ROA NPL
Pearson Correlation ROA 1.000 -.703
NPL -.703 1.000
Sig. (1-tailed) ROA . .001
NPL .001 .
N ROA 16 16
NPL 16 16
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber: SPSS Versi 2.1
Berdasarkan Tabel III.4 di atas dapat diketahui bahwa nilai Signifikan senilai
0.001 < 0.05 maka keputusan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan signifikan antara Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset
(ROA).
Berdasarkan output diatas, diketahui koefisien korelasi (R) antara Non
Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA) sebesar – 0.703. Nilai
koefisien korelasi sebesar – 0, 703 menunjukkan hubungan yang terjadi antara Non
Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset (ROA) adalah kuat, dan berlawanan
arah, artinya jika nilai Non Performing Loan (NPL) mengalami kenaikan maka nilai
Return On Asset (ROA) mengalami penurunan, sebaliknya jika nilai Non Performing
Loan (NPL) meurun maka nilai Return On Asset (ROA) akan meningkat.
41
3.3.2 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2) untuk variabel bebas NPL (X)
terhadap variabel terikat ROA (Y). Koefisien Determinasi ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel
terikat. Adapun hipotesis yang terbentuk adalah:
a. Ho: Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA).
b. Ha: Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terghadap Return On Asset (ROA).
Dengan syarat:
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima.
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Tabel III.5
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .703a .494 .458 .28429 .494 13.658 1 14 .002 1.035
a. Predictors: (Constant), NPL
b. Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS Versi 2.1
Dari tabel Model Summary diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan senilai
0,002, (0,002 < 0,05) sehingga Ho ditolak, yang artinya ada pengaruh signifikan antara
42
Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Tabungan
Negara.
Dengan demikian dapat dihitung koefisien determinasi dengan rumus:
Koefisien Determinasi = r2 x 100%
= (0,703)2 x 100 %
= 49,42 %
Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Non Performing Loan (NPL)
terhadap Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Tabungan Negara triwulan 1 s/d 4
tahun 2012 s/d 2015 sebesar 49,42 %, sedangkan sisanya sebesar 50,57% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini.
3.3.3 Uji Persamaan Regresi
Pada analisis ini akan dijelaskan hasil persamaan regresi linier sederhana untuk
mengetahui angka konstan, dan uji hipotesis signifikan koefisien regresi. Persamaan
regresi adalah Y = a + b X. Untuk menganalisannya dapat menggunakan perumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah regresi yang terbentuk signifikan?
Hipotesis:
Ho: Regresi yang terbentuk tidak signifikan.
Ha: Regresi yang terbentuk signifikan.
Dengan syarat:
Jika sig > 0,05 maka Ho diterima.
Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak
43
Untuk mengetahui apakah regresi yang terbentuk signifikan dapat dilihat dari
tabel di bawah:
Tabel III.6
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 1.104 1 1.104 13.658 .002b
Residual 1.132 14 .081
Total 2.235 15
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), NPL
Sumber: SPSS Versi 2.1
Dari hasil tabel ANOVA tersebut diperoleh sig sebesar 0.002 (0,002 < 0,05)
Yang berarti bahwa Ho ditolak yang artinya regresi yang terbentuk signifikan. Dan
untuk mengetahui nilai konstanta dan angka koefisien regresi yang terbentuk dapat
dilihat dari tabel coefficients.
Tabel III.7
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.585 .535 6.704 .000
NPL -.456 .123 -.703 -3.696 .002
a. Dependent Variable: ROA
Sumber: SPSS Versi 2.1
44
Pada tabel coefficients dapat diketahui bahwa dengan persamaan regresi:
Y = a + bX
Y = 3,585 + (-0,456) X
Dimana angka-angka dapat diartikan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 3,585,- artinya adalah jika Non Performing Loan (NPL) (X)
nilainya adalah 0 maka Return On Asset (ROA) (Y) adalah positif sebesar 3,585.
2. Koefisien regresi variabel Non Performing Loan (NPL) (X) sebesar -0,456 ,-artinya
jika Non Performing Loan (NPL) Rp. 1 maka Return On Asset (ROA) (Y) akan
mengalami penurunan sebesar Rp. 0,456. Koefisien bernilai negatif yang artinya
terjadi hubungan antara Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset
(ROA) negatif signifikan yakni jika Non Performing Loan (NPL) meningkat maka
Return On Asset (ROA) akan menurun dan sebaliknya, jika Non Performing Loan
(NPL) menurun maka Return On Asset (ROA) akan meningkat.