bab iii metode penelitian a. metode...

37
33 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA- Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif karena pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang muncul. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment). Menurut Sugiono (2012 : 109) metode penelitian ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan, karena dalam melihat penggunaan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) terhadap sikap terhadap sains, kemampuan berfikir kreatif dan prestasi belajar terdapat juga pengaruh dari faktor-faktor luar lainnya. B. Desain Penelitian Ketercapaian prestasi belajar siswa dapat diukur dengan membandingkan hasil nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan (pre-test) dan setelah diberi perlakuan (post-test). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Pola one group pretest-posttest design ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1 Desain Penelitian one group pretest-posttest Pretest Treatment Postest O 1 X O 2 Sugiono (2013 : 111) Keterangan : O 1 = diadakan pretest sebelum diberi treatment

Upload: vutuyen

Post on 11-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

33 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif karena pada dasarnya penelitian ini bertujuan

untuk menjawab permasalahan yang muncul. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment).

Menurut Sugiono (2012 : 109) metode penelitian ini belum merupakan

eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut

berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan, karena dalam melihat penggunaan pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML) terhadap sikap terhadap

sains, kemampuan berfikir kreatif dan prestasi belajar terdapat juga pengaruh dari

faktor-faktor luar lainnya.

B. Desain Penelitian

Ketercapaian prestasi belajar siswa dapat diukur dengan membandingkan hasil

nilai tes kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan (pre-test) dan setelah

diberi perlakuan (post-test). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam

dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Pola one group

pretest-posttest design ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian one group pretest-posttest

Pretest Treatment Postest

O1 X O2

Sugiono (2013 : 111)

Keterangan :

O1 = diadakan pretest sebelum diberi treatment

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

34 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

X = Perlakuan (treatment), yaitu penerapan pendekatanSains

Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)

O2 = diukur dengan post test setelah diberi treatment

Pengaruh treatment adalah O2 – O1

Sedangkan untuk mengukur sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir

kreatif siswa, data diambil hanya setelah siswa diberi perlakuan. Hal ini

dikarenakan peneliti hanya ingin melihat sikap terhadap sains dan kemampuan

berfikir kreatif siswa setelah diberikan perlakuan serta data yang dikorelasikan

antara prestasi belajar, sikap terhadap sains dan kemampuan berfikir kreatif adalah

data setelah diberika perlakuan.

C. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah salah satu kelas

VIII di SMP Negeri di kota Bandung. Berdasarkan Hasil seleksi ujian masuk

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Bandung tahun 2012, sekolah tersebut

berada pada cluster pertama di kota Bandung. Selain itu, sekolah ini dijadikan

penelitian karena lokasi sekolah yang berada di jalur yang selalu dilalui baik oleh

kendaraan darat dan udara sehingga dipandang cocok dengan materi yang akan

diberikan, yaitu mengenai kebisingan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan lingkungan (STML) adalah

suatu pola ajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.

Dalam penelitian ini, pembelajaran dimulai dengan mengajak siswa

melihat secara langsung kondisi lingkungan sekitar. Kondisi lingkungan

tersebut kemudian akan dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

35 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

siswa sehingga masalah akan muncul sendiri dari siswa. Kemudian siswa

melakukan eksperimen untuk membangun konsep, peran guru hanya

sebagai fasilitator. Setelah itu, siswa menyelesaikan masalah dan

menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal

pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.Dan

pada akhirnya guru meluruskan konsep yang sebelumnya telah dipahami

oleh siswa supaya tidak terjadi kesalahan konsep. Dalam penelitian ini

keterlaksanaan pendekatan STML diukur menggunakan lembar observasi.

2. Sikap merupakan kondisi mental dan neural yang diperoleh dari

pengalaman serta memberikan respon yang konsisten terhadap objek

sosial. Sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan siswa untuk suka

atau tidak suka terhadap komponen-komponen belajar sepeti guru, materi,

tugas dan lain sebagainya. Sikap terdiri dari dua kategori, yaitu “sikap

terhadap sains”dan “sikap sains”. Sikap terhadap sains lebih menekankan

kepada “minat terhadap sains”, “sikap terhadap ilmuwan”, atau “sikap

terhadap pertanggungjawaban sosial dalam sains”, sedangkan sikap sains

lebih menekankan kepada “open-minded”, “kejujuran”, atau “tidak mudah

percaya”. Dalam penelitian ini ketercapaian domain sikap diukur dengan

menggunakan angket yang diadopsi langsung dari buku The Iowa

Assessment Handbookyang ditulis oleh Enger dan Yager (1998).

3. Kemampuan berfikir kreatif adalah sesuatu yang digunakan agar siswa

dapat dengan mudah merubah cara berfikirnya untuk memecahkan

masalah yang akan terjadi kedepannya. Aspek-aspek kemampuan berfikir

kreatif ini terdiri dari fluency, flexibility, originality dan elaborasi.

Fluency adalah kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan

banyak gagasan secara cepat. Flexibility, yaitu kemampuan untuk

menggunakan bermacam-macam cara dalam mengatasi masalah,

kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau

pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari

sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

36 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan

atau cara pemikiran. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan

gagasan unik atau asli.Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal

yang detail. Untuk melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek

(respon) disamping gagasan pokok yang muncul, kemampuan dalam

mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail

dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa,

menggunakan tes tertulis yang diadopsi dari Wallach dan Kogan Test

(1965).

4. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi

merupakan suatu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan baik secara individu maupun kelompok sedangkan belajar

merupakan suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan

perilaku yang diakibatkan dari pengalaman. Jadi prestasi belajar

merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

menjadi lebih baik sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dalam

penelitian ini prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar kognitif.

Belajar kognitif yaitu suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi

dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa

disekitar kita, dan dengan insait, belajar menyelami pengertian. Prestasi

belajar kognitif ini akan diukur dengan menggunakan tes tertulis yang

berbentuk pilihan berganda.

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengukur ketercapaiandari tujuan penelitian ini, maka diperlukan

suatu alat evaluasi atau sering disebut dengan instrumen penelitian. Menurut

Arikunto (2010) terdapat dua jenis teknik evaluasi yaitu teknik nontes dan teknik

tes. Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi yang lebih resmi dibandingkat

alat evaluasi lainnya, karena tes penuh dengan batasan-batasan (Arikunto, 2010 :

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

37 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

33). Dalam penelitian ini, teknik tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar

siswa dan kemampuan berfikir kreatif siswa. Sedangkan teknik non tes digunakan

untuk mengukur sikap siswa terhadap sains. Berikut penjelasan mengenai

instrumen penelitian yang digunakan :

1. Prestasi belajar

Instrumen tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Instrumen

tes ini terdiri dari 22 soal berbentuk pilihan ganda. Adapun instrumen tes ini

dilakukan dua kali, yaitu sebelum dilakukan treatment (pre-test) dan setelah

dilakukan treatmen (post-test). Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar siswa setelah dilakukan treatment.

Untuk mengetahui kelayakkan instrumen tes untuk mengukur prestasi belajar

siswa ini maka dilakukan pengujian instrumen sebagai berikut :

a) Validitas Butir Soal

Instrumen yang layak digunkan adalah instrumen yang valid. Lebih

lanjut Sugiono (2013 : 173) mengatakan valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk

momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan

perumusan :

2222 YYNXXN

YXXYNrxy

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

38 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah siswa.

Berikut merupakan tabel interpretasi koefisien korelasi produk momen

untuk melihat validitas butir soal yang diujikan.

Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Produk Moment

Nilai r Interpretasi

0,81 – 1,00 Sangattinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 SangatRendah

Arikunto (2010:75)

Berdasarkan pengolahan data hasil ujicoba, maka validitas untuk

setiap butir soal instrumen yang digunakan, disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 3.3 Hasil Ujicoba Validitas Butir Soal Instrumen Prestasi Belajar

Kriteria Validitas Jumlah Nomor Butir Soal

Tidak valid 1 9

Sangat rendah 4 1, 4, 6, 7

Rendah 9 2, 3, 10, 12, 13, 14, 16, 18, 20

Cukup 5 5, 11, 17, 19, 22

Tinggi 3 8, 15, 21

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

39 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b) Reliabilitas

Reliabilitas ini berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dapat mmpunyai tingkat kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut

dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi, reliabilitas ini berhubungan

dengan konsistensi dkor yang diperoleh oleh seseorang ketika diujikan

ulang dengan tes yang sama dan kondisi yang berbeda.Nilai reliabilitas

dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik

yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan

menggunakan metoda belah dua (split half). Reliabilitas tes dapat

dihitung dengan menggunakan perumusan :

r11 = )1(

2

21

21

21

21

r

r

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

r2

12

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Berikut diberikan tabel interpretasi nilai reliabilitas yang selanjutnya

digunakan untuk melihat reliabilitas soal yang diujikan.

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Reliabilitas

KoefisienKorelasi KriteriaReliabilitas

0,81 < r ≤ 1,00 Sangattinggi

0,61 < r ≤ 0,80 Tinggi

0,41 < r ≤ 0,60 Cukup

0,21 < r ≤ 0,40 Rendah

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

40 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0,00 < r ≤ 0,20 SangatRendah

Arikunto (2010)

Dari pengolahan data hasil ujicoba instrumen mengenai reliabilitas

soal didapatkan rhitung = 0,67. Jika dibandingkan dengan data

interpretasi nilai relibilitas maka kriteria reliabilitas untuk soal prestasi

belajar termasuk kedalam kriteria tinggi.

c) Tingkat Kesukaran Soal

Dalam bukunya Arikunto (2010) arikunto menjelaskan bahwa soal

yang baik merupakan soal yang tidak terlalu mudah dan tidak pula

terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk

mempertinggi usaha memecahkannya, sedangkan soal yang terlalu

sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai

semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauan. Untuk

menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan perumusan:

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan

Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes.

xJ

BP

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

41 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berikut merupakan tabel interpretasi tingkat kesukaran butir soal yang

selanjutnya digunakan untuk melihat tingkat kesukaran butir soal yang

diujikan.

Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

P-P Klasifikasi

0,00 – 0,29

0,30 – 0, 69

0,70 – 1,00

Soal sukar

Soal sedang

Soal mudah

Arikunto (2010:210)

Berdasarkan pengolahan data hasil ujicoba instrumen untuk tingkat

kesukaran butir soal disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.6 Hasil Ujicoba Tingkat Kesukaran Butir Soal Instrumen Prestasi Belajar

Klasifikasi tingkat

kesukaran butir soal Jumlah Nomor butir soal

Mudah 14 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13,

15, 17, 19, 22

Sedang 7 2, 8, 11, 14, 16, 20, 21

Sukar 1 18

d) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan anatara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa

yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2010 : 211). Untuk mengukur

daya pembeda soal maka digunakan persamaan berikut :

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

42 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keterangan :

D = Daya pembeda soal

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab salah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

Berikut merupakan tabel klasifikasi daya pembeda butir soal yang

selanjutnya digunakan untuk melihat daya pembeda butir soal yang

diujikan.

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda Klasifikasi

< 0,00 Buruk

0,00 – 0,19 Jelek

0,20 – 0,39 Cukup

0,40 – 0,69 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Berdasarkan pengolahan data hasil ujicoba instrumen untuk tingkat

kesukaran butir soal disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3.8 Hasil Ujicoba Tingkat Kesukaran Butir Soal Instrumen Prestasi Belajar

Klasifikasi Daya

Pembeda Jumlah Nomor Butir Soal

Buruk 1 9

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

43 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jelek 8 1, 4, 6, 7, 12, 13, 18, 19

Cukup 5 3, 10, 16, 20, 22

Baik 7 2, 5, 8, 11, 14, 15, 17

Baik Sekali 1 21

Adapun rekapitulasi analisis data hasil uji coba instrument prestasi

belajar yang telah dilaksanakan terlampir dalam lampiran A. 4. f.

Berdasarkan pengolahan dan analisis data hasil ujicoba instrument yang

terdiri dari validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran butir soal

serta daya pembeda, maka instrument tes untuk prestasi belajar yang

digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 soal dari 22 soal yang

diujikan. Berikut kriteria 20 soal yang diujikan diantaranya :

a. Berdasarkan tingkat kesukaran, terdapat 13 soal memiliki klasifikasi

tingkat kesukaran mudah, 6 soal memiliki klasifikasi sedang serta 1

soal memiliki tingkat kesukaran yang sukar.

b. Berdasarkan ranah afektifnya, soal yang digunakan terdiri dari 18 soal

dalam ranah memahami (C2), 2 soal dalam ranah menerapkan (C3).

2. Kemampuan Berfikir Kreatif

Instrumen tes yang digunakan selanjutnya adalah untuk mengukur

kemampuan berfikir kreatif siswa. Dalam penelitian ini, instrumen tes yang

digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa diambil dari

pengembangan Walace dan Kogan tes (1965).

Dalam penilaian Walace dan Kogan (1965) siswa diminta menyebutkan item

yang banyak serta item tersebut memiliki komponen tertentu. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa pada penilaian kemampuan berfikir kreatif Walace dan Kogan

ini diberikan secara individual serta tidak ada batasan waktu yang dikenakan (Gay

Lemons 2011 : 746). Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan yang dikemukakan

dalam situs resmi Indiana Universityyang mengatakan bahwa

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

44 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Typically the test is administered in a classroom setting. However, the test

can also been an unlimited time "take home": since time is an issue. The

majority of responses given by the examinees in the first few minutes tend to

be their least creative.

Walace dan Kogan tes ini mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa dalam

aspekfluency, originality, flexibility dan elaboration. Adapun kisi-kisi soal

kreatibvitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.9Kisi-kisi Soal Kemampuan Berfikir Kreatif

Aspek Indikator Soal

Fluency Siswa mampu

mengungkapkan banyak

gagasan mengenai penyebab

dari suatu masalah secara

lancar.

Tuliskan sebanyak mungkin

penyebab dari masalah

kebisingan di lingkungan

sekitarmu !

Originality Siswa mampu

mengungkapkan gagasan

yang baru dan unik serta

berbeda dari yang lain.

Flexibility Siswa mampu

mengungkapkan gagasan

dari sudut pandang yang

berbeda dalam menghadapi

suatu masalah.

Elaboration Siswa mampu

mengungkapkan gagasan

dalam mengatasi suatu

masalah lebih rinci.

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

45 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada indikator

berfikir kreatifyang dikemukakan oleh Munandar dalam Mulyana(2005 : 18) yang

kemudian disesuaikan dengan karakteristik materi penelitian. Indikator tersebut

adalah :

a) Berfikir Lancar (Fluency)

Indikator : Siswa mampu mengungkapkan banyak gagasan mengenai

penyebab dari suatu masalah secara lancar.

b) Berfikir Original (Originality)

Indikator : Siswa mampu mengungkapkan gagasan yang baru dan unik

serta berbeda dari yang lain.

c) Berfikir Luwes (Flexibility)

Indikator : Siswa mampu mengungkapkan gagasan dari sudut pandang

yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah.

d) Berfikir Elaborasi (Elaboration)

Indikator : Siswa mampu mengungkapkan gagasan dalam mengatasi

suatu masalah lebih rinci.

3. Sikap Terhadap Sains

Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap sains adalah

dengan menggunkan instrumen non tes. Lebih lanjut penelitian terhadap sikap

terhadap sains ini menggunakan skala bertingkat (rating scale). Menurut Arikunto

(2010 : 27) skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap

sesuatu hasil pertimbangan. Lebih lanjut Arikunto juga menjelaskan bahwa

biasanya angka-angka yang digunakan secara bertingkat dari mulai yang terendah

ke yang tinggi. Oleh karena itu, skala ini dikatakan skala bertingkat.

Instrumen penilaian sikap terhadap sains ini diambil dan dikembangkan dari

jurnal yang berjudul The Impact of a Science/Technology/Society Teaching

Approachon Student Learning in Five Domains yang ditulis oleh Robert Yager

dan Hakan Akcay. Dalam penelitian ini digunakan lima tingkatan skala bertingkat

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

46 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

untuk mengukur sikap siswa terhadap sains ini yaitu Selalu (S), Sering (SE),

Kadang-kadang (K), Jarang (J) dan Tidak Pernah (TP).

Instrumen skala sikap terhadap sains ini terdiri dari tiga komponen

diantaranya minat terhadap sains (interest in science), sikap terhadap ilmuwan

(attitude toward scientists), dan sikap terhadap tanggungjawab sosial dalam sains

(attitude toward social responsibility in science).Untuk lebih jelasnya, berikut

penjelasan mengenai kisi-kisi penilaian sikap siswa terhadap sains :

Tabel 3.10 Kisi-kisi Skala Sikap Siswa Terhadap Sains

No.

Komponen Sikap

Siswa Tentang

Sains

Pernyataan Nomor

1. Minat terhadap

sains

(interest in science)

Bagi saya, pembelajaran sains

menyenangkan. 1 (+)

Setiap pembelajaran sains, saya

berusaha untuk mencatat dengan

lengkap.

12 (+)

Pembelajaran sains meningkatkan

rasa keingintahuan saya tentang

fenomena alam.

7 (+)

Pembelajaran sains itu rumit

sehingga membuat saya bosan. 5 (-)

Saya jarang mencatat ketika

pembelajaran sains. 16 (-)

Bagi saya, fenomena sains itu

hanyalah sebuah takdir Tuhan yang

terjadi dengan sendirinya.

10 (-)

2. Sikap terhadap

ilmuwan

(attitude toward

scientists)

Bagi saya menjadi ilmuwan

merupakan profesi yang

menyenangkan

17 (+)

Karya yang dihasilkan oleh

ilmuwan dapat bermanfaat bagi

kehidupan masyarakat.

2 (+)

Menjadi seorang ilmuwan dapat

membuat seseorang memperoleh

kedudukan penting

13 (+)

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

47 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menjadi seorang ilmuwan akan

membuat kita merasa kesepian. 15 (-)

Ilmuwan menemukan informasi

yang hanya dapat digunakan untuk

mengerjakan soal-soal ujian di

sekolah.

8 (-)

Menjadi seorang ilmuwan dapat

membuat seseorang menjadi kaya

raya.

4 (-)

3. Sikap terhadap

tanggungjawab

sosial dalam sains

(attitude toward

social

responsibility in

science)

Sains membekali saya keterampilan

yang dapat digunakan dalam

kehidupan bermasyarakat.

14 (+)

Memodifikasi knalpot yang

menimbulkan kebisingan

merupakan tindakan yang kurang

baik terkait dengan lingkungan.

9 (+)

Sesuatu yang saya pelajari dalam

sains dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

6 (+)

Bagi saya, pengetahuan tentang

sains hanya dapat digunakan di

sekolah.

3 (-)

Sesuatu yang saya pelajari dalam

sains hanya digunakan untuk

mengerjakan soal-soal ujian

11 (-)

4. Observasi

Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis (Arikunto, 2010 : 30). Dalam penelitian ini, penilaian non tes ini

dilakukan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam melaksanaan

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML). Jenis

observasi yang digunakan adalah observasi sistematik, yaitu observasi dimana

faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur

menurut kategorinya (Arikunto, 2010 : 31).

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

48 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah tes, observasi dan

angket.

1. Prestasi belajar

Untuk mengukur prestasi belajar siswa digunakan tes tertulis yang berupa

soal pilihan ganda yang sebelumnya telah dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya pembedanya. Digunakan tes tertulis karena ingin menilai

prestasi belajarsiswa secara individu dalam ranah C2 (memahami) dan C3

(menerapkan).

2. Kemampuan Berfikir Kreatif

Untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa digunakan tes tertulis.

Soal untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif ini diadopsi dan dikembangkan

dari Wallace dan kogan tes. Soal ini terdiri dari satu soal disesuaikan dengan

materi yang diajarkan kepada siswa. Digunakan tes tertulis untuk mengukur

kemampuan berfikir kreatif ini karena ingin menilai aspek kemampuan berfikir

kreatif seperti fluency, originality, flexibility dan elaborationsiswa secara individu

serta mengacu terhadap pengembangan isntrumen yang digunakan.

3. Sikap Terhadap Sains

Untuk mengukur sikap siswa terhadap sains digunakan angket. Pernyataan

dari angket ini diadopsi dan dikembangkan dari buku The Iowa Assessment

Handbook. Angket ini terdiri dari 9 pernyataan positif dan 8 pernyataan negatif.

Pemilihan teknik angket ini dikarenakan ingin mengukur sikap siswa terhadap

sains secara lebih pati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sugiono (2013 : 199)

yang menyatakan bahwa teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket

ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila penelitu tahu dengan

pasti variabel yang akan diukur.

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

49 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Observasi

Observasi ini dilakukan terhadap guru berupa tanggapan akan keterlaksanaan

pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML). Teknik

pengumpulan observasi ini termasuk kedalam observasi terstruktur, yaitu

observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati,

kapan dan di mana tempatnya (Sugiono, 2013 :205). Observasi ini dibuat dalam

bentuk cheklist. Jadi dalam pengisiannya, observer memberikan tanda cheklist

pada kolom yang telah disediakan.

5. Wawancara

Wawancara ini dilakukan terhadap siswa beserta guru mata pelajaran di

sekolah yang dijadikan penelitian. Wawancara ini bersifat wawancara tidak

terstruktur. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi secara lebih

mendalam. Dalam wawancara tidak terstruktur peneliti belum mengetahui secara

pasti data apa saja yang akan diperoleh, setiap jawaban yang diceritakan oleh

responden dianalisis dan peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan

berikutnya (Sugiono, 2013 : 198).

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi

tiga tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan

a) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat

mengenai permasalahan yang akan dikaji.

b) Melaksanakan studi pendahuluan, dilakukan untuk mengetahui

permasalahan yang terjadi di lokasi penelitian.

c) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan

untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai.

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

50 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Skenario

Pembelajaran sesuai dengan pendekatan Sains Teknologi

Masyarakat dan Lingkungan.

e) Membuat dan menyusun instrumen

f) Menguji coba instrumen penelitian.

g) Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian dan kemudian

melakukan revisi terhadap instrumen penelitian yang kurang

sesuai.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan tes awal (pretest) untuk mengukur kemampuan

kognitif siswa sebelum diberi perlakuan (treatment)

b) Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan (STML)dalam

jangka waktu dua kali pertemuan (4 x 40 menit). Selama

pemberian perlakuan ini, keterlaksaan pendekatan yang digunakan

diukur dengan menggunakan lembar observasi.

c) Memberikan tes akhir (posttest) untuk mengukur peningkatan

kemampuan kognitif siswa serta mengukur kemampuan berfikir

kreatif dan sikap siswa terhadap sains setelah diberi perlakuan.

d) Mengolah data hasil pretestdan posttest.

e) Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum

diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan untuk melihat dan

menentukan apakah terdapat peningkatan prestasi belajar siswa

setelah diterapkan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

51 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lingkungan (STML) serta melihat kemampuan berfikir kreatif

serta sikap siswa terhadap sains setelah diberikan treatment.

3. Tahap Akhir

a) Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang dipeoleh dari

pengolahan data.

b) Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang

kurang sesuai.

Adapun diagram alur pelaksanaan penelitian ini di gambarkan pada gambar

berikut :

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

52 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian

Post-Test

Studi Literatur

Studi Pendahuluan

Menyusun Perangkat

Pembelajaran

Menyusun Instrumen

Penelitian

Uji Coba

Instrumen

Pre-Test

Perlakuan Penerapan Pendekatan

Sains Teknologi Masyarakat dan

Lingkungan (STML)

Observasi Keterlaksanaan

Pendekatan Sains

Teknologi Masyarakat dan

Lingkungan (STML)

Uji Sikap

terhadap Sains

Uji Kemampuan

Berfikir Kreatif

Kesimpulan

Analisis Data

Pengolahan Data

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

53 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

H. Hipotesis Statistik

Terkait dengan permasalahan pada rumusan masalah nomor 4 (empat), 5

(lima), dan 6 (enam) dilakukan uji hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis statistik untuk menguji korelasi antara prestasi belajar dengan sikap

terhadap sains.

H0 : r ≤ 0

HA : r > 0

2. Hipotesis statistik untuk menguji korelasi antara prestasi belajar kemampuan

berfikir kreatif.

H0 : r ≤ 0

HA : r > 0

3. Hipotesis statistik untuk menguji korelasi antara kemampuan berfikir kreatif

dengan sikap terhadap sains.

H0 : r ≤ 0

HA : r > 0

I. Teknik Pengolahan Data

Apabila instrument yang akan diberikan kepada kelas eksperimen sudah valid

dan reliabel maka setelah itu instrument diberikan kepada kelas eksperimen.teknik

pengolahan data dan analisis data yang digunakan disesuaikan dengan jenis data

yang diperoleh. Berikut teknik pengolahan data yang digunakand alam penelitian

ini :

1. Observasi

Untuk mengukur keterlaksanaan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan

Lingkungan (STML) dapat diukur dengan menggunakan persamaan berikut :

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

54 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Persentase keterlaksanaan kemudian dijadikan sebagai masukkan kekurangan

dan kelebihan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Hal ini dimaksudkan

agar guru dapat melakukan pembelajaran yang lebih baik pada pertemuan

selanjutnya. Adapun intepretasi terhadap keterlaksanaan pendekatan yang

digunakan adalah

Tabel 3.11 Interpretasi Persentase Keterlaksanaan Pendekatan Sains Teknologi

Masyarakat dan Lingkungan (STML)

Persentase Keterlaksanaan

Pendekatan Intepretasi

0% Tidak ada satupun kegiatan terlaksana

1% - 25 % Sebagian kecil kegiatan terlaksana

26% - 49% Hampir setengah kegiatan terlaksana

50% Setengah kegiatan terlaksana

51% - 75% Sebagian besar kegiatan terlaksana

76% - 99% Hampir seluruh kegiatan terlaksana

100 % Seluruh kegitan terlaksana

(Koswara dalam Asep, 2012)

2. Prestasi Belajar

Tes prestasi belajar dilakukan sebelum diberikan treatment (pre-test) dan

sesudah diberikan treatment (post-test). Tes prestasi belajar ini terdiri ddari 20

soal berbentuk pilihan ganda dengan penskoran 1 (satu) untuk jawaban benar dan

0 (nol) untuk jawaban salah. Dalam menentukan nilai prestasi belajar yang diraih

oleh siswa hanya ditentukan berdasarkan skor post-testnya saja.

Untuk mengetahui tingkat pencapaian prestasi belajar yang diraih oleh siswa

maka nilai dari prestasi belajar siswa kemudian diinterpretasikan kedalam tabel

intrepretasi berikut ini

Tabel 3.12 Interpretasi Prestasi Belajar

Nilai Prestasi Belajar Interpretasi

0-30 Sangat rendah

31-54 Rendah

Page 23: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

55 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

55-74 Sedang

75-89 Tinggi

90-100 Sangat tinggi

(Pangabean, 1989) dalam Asep (2012)

Selanjutnya untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar digunakan gain

ternormalisasi. Menurut Hake (1998), persamaan yang digunakan untuk

mengukur gain ternormalisasi adalah sebagai berikut :

Setelah menghitung gain, maka nilai gain yang didapatkan kemudian

diineterpretasikan kedalam tabel berikut :

Tabel 3.13 Interpretasi Peningkatan Gain Prestasi BelajarSiswa

Nilai <g> Klasifikasi

≥ 0,7 Tinggi

0,69 – 0,3 Sedang

< 0,3 Rendah

(Hake, 1998)

3. Kemampuan Berfikir Kreatif

Dalam mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa dilakukan sesudah

diberikan treatment (post-test). Adapun instrument yang digunakan untuk

mengukur kemampuan berfikir kreatif diadopsi dan dikembangkan dari Wallace

dan Kogan Test.

Berikut merupakan langkah-langkah untuk mengolah data kemampuan

berfikir kreatif siswa menurut Wallace dan Kogan :

Page 24: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

56 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a) Menghitung skor tiap aspek kemampuan berfikir kreatif berdasarkan

rubrik yang digunakan. Dalam pemberian skor pengukuran kemampuan

berfikir kreatif ini dijelaskan dalam lampiran C. 2.

b) Menghitung total skor kemampuan berfikir kreatif siswa, baik skor tiap

aspek kemampuan berfikir kreatif maupun skor total seluruh aspek

kemampuan berfikir kreatif.

c) Menghitung skor rata-rata yang diperoleh siswa.

d) Menentukan nilai dan kriteria kemampuan berfikir kreatif yang

diperoleh siswa :

1) Nilai 1 (satu) diberikan kepada siswa apabila siswa memiliki skor

diatas skor rata-rata kelas. Siswa yang mendapatkan skor diatas rata-

rata kelas memiliki kemampuan berfikir kreatif yang tinggi.

2) Nilai 0 (nol) diberikan kepada siswa apabila siswa memiliki skor

dibawah skor rata-rata kelas. Siswa yang mendapatkan skor dibawah

skor rata-rata memliki kemamuan berfikir kreatif yang rendah.

Adapun format yang digunakan untuk menghitung skor rata-rata tiap aspek

kemampuan berfikir kreatif siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.14 Contoh Pengolahan Data Kemampuan Berfikir Kreatif

No. Nama

Siswa

Fluency Originality Flexibility Elaboration Total

Skor

Nilai

Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai

1.

2.

3.

Page 25: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

57 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

...

Rata-rata

4. Sikap Terhadap Sains

Dalam mengukur sikap siswa terhadap sains digunakan angket. Teknik

pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan skala bertingkat

atau rating scale. Adapun menurut Pangabean (1996 : 76) untuk mengolah data

dengan menggunakan skala bertingkat dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

a) Menentukan skor untuk setiap skala sikap terhadap sains. Adapun kriteria

skor untuk setiap skala terhadap sains sikap diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3.15 Skor SikapTerhadap Sains

Skala Sikap Pernyataan

Positif

Pernyataan

Negatif

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang-kadang 3 3

Jarang 2 4

Tidak pernah 1 5

b) Menghitung total skor yang diperoleh siswa.

c) Menentukan nilai dan kriteria sikap siswa terhadap sains yang didapatkan

Page 26: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

58 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Nilai satu (1), apabila skor siswa lebih besar dari skor rata-rata. Siswa

yang memiliki nilai satu (1) dianggap memiliki sikap positif terhadap

sains.

2) Nilai nol (0), apabila skor siswa lebih kecil dari skor rata-rata. Siswa

yang memiliki nilai nol (0) dianggap memiliki sikap yang negatif

terhadap sains.

Adapun format penilaian sikap siswa terhadap sains sebagai berikut :

Tabel 3.16 Contoh Pengolahan Data Sikap Terhadap Sains

No. Nama Siswa Pernyataan ke -

Total Skor Nilai Kriteria 1 2 3 ..

Rata-rata

Untuk menentukan sikap siswa terhadap sains berdasarkan komponennya

maka digunakan cara seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.17 Contoh Pengolahan Data Sikap Terhadap Sains Untuk Setiap

Komponen

No. Komponen Sikap

terhadap Sains

Skor

Aktual

Skor

Ideal

Persentase Kriteria

1. Minat terhadap

sains

(interest in science)

Page 27: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

59 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Sikap terhadap

ilmuwan

(attitude toward

scientists)

3. Sikap terhadap

tanggungjawab

sosial dalam sains

(attitude toward

social

responsibility in

science)

Presentase =

Setelah dimasukkan kedalam formulasi tersebut, selanjutnya

menginterpretasikan nilai yang didapatkan kedalam tabel berikut ini :

Tabel 3.18 Interpretasi Kriteria Komponen Sikap Terhadap Sains

Persentase Kriteria

80% - 100% Baik Sekali

66% - 79% Baik

56% - 65% Cukup

40% - 55% Kurang Baik

30% - 39% Tidak Baik

(Hermawan, 2006 : 66)

5. Korelasi antara Prestasi Belajar dengan Sikap Terhadap Sains

Page 28: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

60 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar dengan sikap terhadap

sains siswa maka digunakan koefisien korelasi. Berikut ini merupakan langkah-

langkah untuk mengukur korelasi antara prestasi belajar dan sikap terhadap sains:

a) Uji Normalitas Liliefors

Menguji normalitas data prestasi belajar setelah dilakukan treatment

(post-test) dan data sikap terhadap sains. Uji normalitas data ini

menggunakan uji Liliefors. Uji ini digunakan dikarenakan data yang

didapatkan terlalu rapat sehingga sulit untuk membuat tabel distribusi

frekuensinya. Uji Liliefors merupakan uji normalitas data yang

digunakan secara nonparametrik (Sudjana, 2005 : 466). Adapun langkah-

langkah untuk mengolah data menggunakan uji Liliefors ini menurut

Sudjana (2005 : 466) adalah sebagai berikut:

1) Data x1, x2, x3, . . , xn dijadikan bilangan baku terlebih dahulu

menjadi z1, z2, z3, . . . , zn dengan menggunakan rumus

dengan dan s masing masing adalah rata-rata dan simpangan

baku sample.

2) Untuk tiap bilangan baku ini dibandingkan dengan menggunakan

tabel distribusi frekuensi kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z≤zi).

3) Menghitung proporsi z1, z2, z3, . . . , zn yang lebih kecil atau sama

dengan zn. Jika proporsi ini dinyatakan dalan S(zi) maka

4) Menghitung selisih F(zi) - S(zi), setelah itu menentukkan harga

mutlaknya.

b) Koefisien Korelasi Pearson

Setelah data diuji normalitasnya, langkah selanjutnya adalah menghitung

korelasinya. Jika data yang akan diukur korelasinya merupakan data

berdistribusi normal maka utuk mengukur korelasinya menggunakan

Page 29: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

61 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

korelasiPearson. Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengukur

keratan hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk data

interval atau rasio. Disimbolkan dengan r dan dirumuskan :

Nilai dari koefisien korelasi (r) terletak antara -1 dan +1 (-1 ≤ r ≤ +1).

Menurut Hasan (2001) :

1) Jika r = +1, terjadi korelasi positif sempurna antara variabel X

dan variabel Y.

2) Jika r = -1, terjadi korelasi negatif sempurna antara variabel X

dan variabel Y.

3) Jika r = 0, tidak terdapat korelasi antara variabel X dan variabel

Y.

4) Jika 0 < r < +1, terjadi korelasi positif antara variabel X dan

variabel Y.

5) Jika -1 <r < 0, terjadi korelasi negatif antara variabel X dan

variabel Y.

Apabila koefisien korelasi dikuadratkan, akan menjadi koefisien

koefisien penentu (KP) atau koefisien determinasi, yang artinya

penyebab perubahan pada variabel Y yang dating dari variabel X, sebesar

kuadrat koefisien korelasinya. Koefisien penentu ini menjelaskan

besarnya pengaruh nilai suatu variabel (variabel X atau sikap dan

kemampuan berfikir kreatif) terhadap naik/turunnya (variasi) nilai

variabel lainnya (Variabel Y atau prestasi belajar). Dirumuskan :

KP= R = (r)2 x 100%

Ket : r = Koefisien Korelasi Pearson

KP = Koefisien Penentu

Page 30: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

62 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai Koefisien penentu ini terletak antara 0 dan +1 (0 ≤ KP ≤ +1).

c) Koefisien Phi (Phi Coeficient)

Jika data yang akan diukur korelasinya tidak berdistribusi normal maka

untukmengukur korelasinya menggunakan korelasi Phi (Φ). Korelasi phi

yang menghasilkan koefisien phi (Phi Coeficient) ini digunakan untuk

mencari hubungan dua variabel diskrit dan diutamakan diskrit murni.

Jika data yang didapatkan bukan merupakan data diskrit maka data

tersebut diubah terlebih dahulu menjadi data diskrit. Untuk mengubah

skor total menjadi diskrit dapat menggunakan teknik dikotomi mean

(rata-rata). Siswa yang memiliki skor total diatas rata-rata mendapatkan

nilai 1 (satu) sedangkan siswa yang mendapatkan skor dibawah rata-rata

mendapatkan nilai 0 (nol) (Arikunto, 2010 : 329). Selanjutnya data yang

telah di dikotomikan data dimasukkan kedalam tabel kontingensi berikut

ini :

Tabel 3.19 Tabel Kontingensi Antara Prestasi Belajar dengan Sikap

Terhadap Sains

Prestasi

Belajar

Sikap terhadap

Sains Total

Positif Negatif

Positif A B A+B

Negatif C D C+D

Total A+C B+D A+B+C+D

(Arikunto, 2010 : 330)

Keterangan :

Page 31: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

63 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

A = Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar dan sikap terhadap

sains yang positif, memiliki nilai 1(satu).

B= Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar positif atau memiliki

nilai 1 (satu) dan memiliki sikap terhadap sains yang negatif atau

memiliki nilai 0 (nol).

C = Banyaknya siswa yang memiliki sikap terhadap sains positif atau

memiliki nilai 1 (satu) dan memiliki prestasi belajar yang negatif atau

memiliki nilai 0 (nol).

D = Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar dan sikap terhadap

sains yang negatif, memiliki nilai 0 (nol).

Setelah dimasukkan kedalam tabel kontingensi maka langkah selanjutnya

adalah memasukkan kedalam rumus phi sebagai berikut :

(Arikunto, 2010 : 331)

Setelah menghitung rΦ langkah selanjutnya menganalisis nilai rhitung yang

didapatkan. Jika rhitung bernilai positif maka terdapat korelasi antara sikap

terhadap sains dengan prestasi belajar dengan arah korelasi positif atau

ada kesejajaran searah. Tetapi jika rhitung bernilai negatif maka tedapat

korelasi anatara sikap terhadap sains dengan prestasi belajar dengan arah

korelasi negatif atau ada kesejajaran berlawanan arah. Langkah

selanjutnya membandingkan rhitung dengan rtabel. Jika rhitung lebih besar

daripada rtabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang

signifikan anatara sikap terhadap sains dengan prestasi belajar, tetapi jika

rhitung lebih kecil dibandingkan rtabel maka dapat disimpulkan terdapat

korelasi yang tidak signifikan.

Page 32: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

64 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk menentukan kriteria dari korelasi tersebut, maka dapat

diinterpretasikan kedalam tabel berikut :

Tabel 3.20 Interpretasi Korelasi Prestasi Belajar dengan Sikap terhadap Sains

Nilai r Kriteria

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010 : 319)

d) Koefisien Determinasi

Mengukur seberapa besar konstribusi sikap terhadap sains siswa terhadap

prestasi belajar yang diraihnya. Untuk mengukur seberapa besar

konstribusi yang diberikan oleh sikap terhadap sains siswa terhadap

prestasi belajar dapat menggunakan koefisien korelasi determinasi.

Menurut Pangabean (1996) dalam Asep (2012 : 63) koefisien determinasi

adalah kuadrat dari koefisien korelasi. Lebih lanjut Pangabean dalam

Asep (2012 :63) menjelaskan bahwa besarnya konstribusi dapat dicari

melalui persamaan r2 x 100%, persentase inilah yang menunjukkan

besarnya kontribusi yang diberikan.

6. Korelasi antara Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir Kreatif

Untuk mengetahui hubungan antara prestasi belajar dengan kemampuan

berfikir kreatif siswa maka digunakan korelasi Phi Coeficient. Korelasi Phi

Coeficient ini digunakan karena untuk kemampuan berfikir kreatif data yang

didapatkan tidak dapat diuji normalitasnya. Hal ini dikarenakan tidak ada skor

maksimal untuk tes kemampuan berfikir kreatif.

Page 33: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

65 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Korelasi phi yang menghasilkan koefisien phi (Phi Coefficient) ini digunakan

untuk mencari hubungan dua variabel diskrit dan diutamakan diskrit murni. Jika

data yang didapatkan bukan merupakan data diskrit maka data tersebut diubah

terlebih dahulu menjadi data diskrit. Untuk mengubah skor total menjadi diskrit

dapat menggunakan teknik dikotomi mean (rata-rata). Siswa yang memiliki skor

total diatas rata-rata mendapatkan nilai 1 (satu) sedangkan siswa yang

mendapatkan skor dibawah rata-rata mendapatkan nilai 0 (nol) (Arikunto, 2010 :

329). Selanjutnya data yang telah di dikotomikan data dimasukkan kedalam tabel

kontingensi berikut ini:

Tabel 3.21 Tabel Kontingensi Antara Prestasi Belajar dengan Kemampuan

Berfikir Kreatif

Prestasi Belajar

Kemampuan

Berfkir Kreatif Total

Positif Negatif

Positif A B A+B

Negatif C D C+D

Total A+C B+D A+B+C+D

(Arikunto, 2010 : 330)

Keterangan :

A = Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar dan kemampuan berfikir

kreatif yang positif, memiliki nilai 1(satu).

B= Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar positif atau memiliki

nilai 1 (satu) dan memiliki kemampuan berfikir kreatif yang negatif atau

memiliki nilai 0 (nol).

Page 34: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

66 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C = Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar positif atau memiliki

nilai 1 (satu) dan memiliki sikap terhadap sains yang negatif atau memiliki

nilai 0 (nol).

D = Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar dan kemampuan berfikir

kreatif yang negatif, memiliki nilai 0 (nol).

Setelah dimasukkan kedalam tabel kontingensi maka langkah selanjutnya

adalah memasukkan kedalam rumus phi sebagai berikut :

(Arikunto, 2010 : 331)

Setelah menghitung rΦ langkah selanjutnya menganalisis nilai rhitung yang

didapatkan. Jika rhitung bernilai positif maka terdapat korelasi antara kemampuan

berfikir kreatif dengan prestasi belajar dengan arah korelasi positif atau ada

kesejajaran searah. Tetapi jika rhitung bernilai negatif maka terdapat korelasi antara

kemampuan berfikir kreatif dengan prestasi belajar dengan arah korelasi negatif

atau ada kesejajaran berlawanan arah. Langkah selanjutnya membandingkan rhitung

dengan rtabel. Jika rhitung lebih besar daripada rtabel maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat korelasi yang signifikan antara kemampan berfikir kreatif dengan prestasi

belajar, tetapi jika rhitung lebih kecil dibandingkan rtabel maka dapat disimpulkan

terdapat korelasi yang tidak signifikan.

Untuk menentukan kriteria dari korelasi tersebut, maka dapat

diinterpretasikan kedalam tabel berikut :

Tabel 3.22 Interpretasi Korelasi Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir

Kreatif

Nilai r Kriteria

Page 35: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

67 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010 : 319)

7. Korelasi antara Sikap terhadap Sains dengan Kemampuan Berfikir

Kreatif

Untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap sains dengan kemampuan

berfikir kreatif siswa maka digunakan korelasi Phi Coeficient. Korelasi Phi

Coeficient ini digunakan karena untuk kemampuan berfikir kreatif data yang

didapatkan tidak dapat diuji normalitasnya. Hal ini dikarenakan tidak ada skor

maksimal untuk tes kemampuan berfikir kreatif.

Korelasi phi yang menghasilkan koefisien phi (Phi Coefficient) ini digunakan

untuk mencari hubungan dua variabel diskrit dan diutamakan diskrit murni. Jika

data yang didapatkan bukan merupakan data diskrit maka data tersebut diubah

terlebih dahulu menjadi data diskrit. Untuk mengubah skor total menjadi diskrit

dapat menggunakan teknik dikotomi mean (rata-rata). Siswa yang memiliki skor

total diatas rata-rata mendapatkan nilai 1 (satu) sedangkan siswa yang

mendapatkan skor dibawah rata-rata mendapatkan nilai 0 (nol) (Arikunto, 2010 :

329). Selanjutnya data yang telah di dikotomikan data dimasukkan kedalam tabel

kontingensi berikut ini:

Tabel 3.23 Tabel Kontingensi Antara Sikap Terhadap Sains dan Kemampuan

Berfikir Kreatif

Sikap terhadap

Sains

Kemampuan

Berfkir Kreatif Total

Page 36: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

68 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Positif Negatif

Positif A B A+B

Negatif C D C+D

Total A+C B+D A+B+C+D

(Arikunto, 2010 : 330)

Keterangan :

A = Banyaknya siswa yang memiliki sikap terhadap sains dan kemampuan

berfikir kreatif yang positif, memiliki nilai 1(satu).

B= Banyaknya siswa yang memiliki sikap terhadap sains positif atau

memiliki nilai 1 (satu) dan memiliki kemampuan berfikir kreatif yang negatif

atau memiliki nilai 0 (nol).

C = Banyaknya siswa yang memiliki sikap terhadap sains positif atau

memiliki nilai 1 (satu) dan memiliki sikap terhadap sains yang negatif atau

memiliki nilai 0 (nol).

D = Banyaknya siswa yang memiliki sikap terhadap sains dan kemampuan

berfikir kreatif yang negatif, memiliki nilai 0 (nol).

Setelah dimasukkan kedalam tabel kontingensi maka langkah selanjutnya

adalah memasukkan kedalam rumus phi sebagai berikut :

(Arikunto, 2010 : 331)

Setelah menghitung rΦ langkah selanjutnya menganalisis nilai rhitung yang

didapatkan. Jika rhitung bernilai positif maka terdapat korelasi antara kemampuan

berfikir kreatif dengan sikap terhadap sains dengan arah korelasi positif atau ada

Page 37: BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitianrepository.upi.edu/388/6/S_FIS_0905743_CHAPTER3.pdf · dalam penelitian ini adalah metode penelitian pra-eksperimen(Pre-Experiment)

69 Dera Karina Chaerunisa, 2013 Korelasi Prestasi Belajar Kemampuan Befikir Kreatif Dan Sikap Terhadap Sains Siswa Smp Setelah Diterapkan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dan Lingkungan Dalam Pembelajaran IPA-Fisika Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kesejajaran searah. Tetapi jika rhitung bernilai negatif maka terdapat korelasi antara

kemampuan berfikir kreatif dengan sikap terhadap sains dengan arah korelasi

negatif atau ada kesejajaran berlawanan arah. Langkah selanjutnya

membandingkan rhitung dengan rtabel. Jika rhitung lebih besar daripada rtabel maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan

berfikir kreatif dengan sikap terhadap sains, tetapi jika rhitung lebih kecil

dibandingkan rtabel maka dapat disimpulkan terdapat korelasi yang tidak

signifikan.

Untuk menentukan kriteria dari korelasi tersebut, maka dapat

diinterpretasikan kedalam tabel berikut :

Tabel 3.24 Interpretasi Korelasi Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir

Kreatif

Nilai r Kriteria

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah

(Arikunto, 2010 : 319)