praktikum bab 2 pengolahan sludge experiment
DESCRIPTION
Jurnal ini memberitahukan tentang bab 2 sludge experimentTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
UNIT PROSES TEKNIK LINGKUNGAN
SLUDGE EXPERIMENT
DISUSUN OLEH:
Harmira Primanda Putri 3313100001
Ignatius Chandra 33131000
Fadlilatin N. 33131000
Dwy AT 331310070
KELAS UPTL A
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015
I. Tujuan
1. Mempraktekkan percobaan settlebility solids, sludge volume index (SVI), F/M ratio;
2. Menentukan nilai settlebility solids, SVI, dan F/M ratio
II. Prinsip
Pada praktikum ini dilakukan pengujian tentang settlebility solids, sludge volume index
(SVI), dan F/M Ratio dari sampel pada setiap bioreactor. Pengujian settlebility solids dan
Sludge Volume Index (SVI) dilakukan dengan uji imhoff cone. Sedangkan nilai F/M Ratio
direpresentasikan dengan nilai permanganat (pV) dari masing-masing bioreactor setelah aerasi
selama 72 jam.
III. Dasar Teori
Beberapa zat beracun dilepaskan ke ekosistem melalui air limbah yang dihasilkan dari
kota dan industri. Hal ini menimbulkan ancaman serius bagi manusia, kesehatan, dan
lingkungan, karena sebagian besarzat yang terkandung bersifat mutagenik atau karsinogenik.
Kebutuhan yang besar untuk menyingkirkan zat beracun limbah industri ini tidak hanya
menyebabkan lingkungan menjadi ketat terhadap hukum tetapi juga memacu adanya inovasi
teknologi baru yangmenekankan pada pengurangan sumber polutan dan mengolah limbah ke
tingkat non-beracun sebelum dibuang ke lingkungan. Di antara metode pengolahan air limbah,
pengolahan biologis melalui proses lumpur aktifdipercaya tidak hanya memiliki kemampuan
mereduksi polutan organik hinggatingkat yang diperbolehkan olehEnvironmentalProtection
Agencies, tapi juga menjadi metode yang paling efektif untuk menghancurkan senyawa
organik dalam air limbah.
(Dagde, Kenneth, K., Nwokoma, Darlington, B.M. 2012)
Sistem lumpur aktif merupakan proses biologis yang sering digunakan dalam pengolahan
air limbah(IPAL) yang mengandalkan biomassa teragregat di mana sifat fisik sangat penting
untuk menjamin pelepasan polusi yang efisien dan kemampuan mengendapkan lumpur.
Namun, ketikakondisi operasi tidak sempurna terutama dalamhal beban organik, nutrisi, dan
oksigen, beberapa kerusakan mungkin terjadi. Masalah yang paling umum dilaporkan
sebelumnyaadalah: menentukan bulking karena tidak adanyabakteri berserabut, yang
mengarah kegumpalan kecil yang susah diendapkan; bulkingyang berserabut karenasurplus
bakteri filamen, yang mengarah kegumpalan terkait tidak dapat diendapkan; pertumbuhan
tersebarkarena bakteri tidak mengendap, mengarah kelimbah keruh yang tidak tetap; dan
zoogleal ataubulking kental karena gumpalan besar dengankemampuan menetap yang kecil
dan pemadatan yang mengarah ke kekentalan yang besar dan kandungan organik akhirlimbah.
Dalam rangka untuk menentukan kemampuan lumpur menetap, SVI (Sludge Volume
Index)dianggap salah satu parameter yang paling cocok untuk digunakan. Faktor penting ini,
mengaturpemisahan padat-cair dalam sistem biologi terkait dengan struktur flok dalam sistem
lumpur aktif.
(D. P. Mesquita ; O. Dias ; A. L. Amaral ; E. C. Ferreira. 2008)
Limbah padat dapat dikategorikan menurut ukuran dan spesific gravity mereka.
Settleable solid merupakan limbah padat yang mempunyai spesific gravity relatif tinggi jika
dibandingkan dengan air dimana limbah tersebut berada. Mereka akan menetap di
bawah/dasar. Suspended solid merupakan limbah yang mempunyai spesific gravity sama, atau
sedikit lebih tinggi dari air dimana limbah tersebut berada. Suspended solid dapat diendapkan
pada tahap pertama biofiltrasi, dimana mereka berada di air dan dikonversi menjadi mineral
yang dapat digunakan dalam bangunan.
(Rebecca L. Nelson, John S. Pade. 2007)
IV. Skema Kerja
a. Settleable Solids dan Sludge Volume Index (SVI)
- Diambil 1 mL
- Disaring larutan dengan menggunakan vacuum pump
dengan terdapat kertas saring diatasnya
- Bagian atas (TSS) dipakai untuk uji nilai MLSS dan
MLVSS
- Bagian bawah (TDS) dipakai untuk uji nilai pV
Larutan gula + lumpur aktif yang tlah diaerasi 72 jam
Sisa Larutan gula + lumpur aktif yang tlah diaerasi 72 jam pada reaktor
- Dimasukkan seluruh sisa larutan pada 6 imhoff cone
- Ditunggu hingga 30 menit untuk mengetahui Sludge
Volume Index (SVI)
- Dianalisis volume dan sifat fisik lumpur
- Ditunggu hingga 60 menit (1jam) untuk mengetahui
Settleable Solids
- Dianalisis volume dan sifat fisik lumpur
b. Ratio F/M
-dihitung rumus:
Sox .θh
c. Perhitungan MLSS dan MLVSS
- MLSS
- Diambil sebanyak 25 mL
- Dimasukkan ke dalam vacuum pump, dimana diatasnya
sudah terletak kertas saring yang telah diketahui
beratnya
Sludge Volume Index (SVI)
Settleable Solids
Larutan gula + Lumpur Aktif yang telah diaerasi 72 jam
Kertas Saring yang mengandung TSS LARUTAN
Nilai pV (So mg/L) Nilai MLVSS (mg/L) θh (hari)
Ratio F/M
- Dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam
- Dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit
- Ditimbang berat kertas saring menggunakan neraca
analitik
- didapatkan MLSS dengan rumus:
berat kertas setelah di oven−berat kertaskosong
- MLVSS
- Dimasukkan kedalam cawan porselen yang telah
diketahui beratnya
- Dimasukkan pada furnace selama 1 jam
- Dimasukkan pada oven selama 15 menit
- Ditimbang beratnya dengan menggunakan neraca
analitik
- Dikethaui berat MLVSS dengan rumus:
berat cawan setelah di furnace−berat cawan kosong−berat MLSS
d. Perhitungan pV
- Diambil sebanyak 1 mL ke erlenmeyer
- Diencerkan dengan air kran hingga 100x
- Ditambahkan sebanyak 2.5 mL
Nilai MLSS
MLSS pada kertas saring
Nilai MLVSS
Lumpur Aktif + Air gula yang tlah diaerasi 72 jam yang tlah di vacuum pump
H2SO4 4N
- Dititrasi larutan dengan KMnO4 hingga larutan berwarna
pink tipis
- Dipanaskan larutan dengan kompor listrik hingga
mendidih
- Ditambahkan KMnO4 sebanyak 10 mL
- Didihkan selama 10 menit
- Ditambahkan 1 mL asam oksalat pada larutan
- Diangkat larutan dari kompor listrik
- Dititrasi larutan dengan KMnO4 hingga warna larutan
menjadi pink pertama
- Diukur KMnO4 yang dibutuhkan
- Dihitung angka pV dengan rumus:
1000vol . sampel
×[((10 × vol . KMn O4 )× N KMn O 4)−(0.1× 1 )]× 31.6
KMnO4
KMnO4 0,0085 N
Asam Oksalat o,1 N
KMnO4 0,0085 N
Nilai pV
V. Tabel Pengamatan
-Persiapan
No Kegiatan Hasil Pengamatan Foto
1.
Diambil 25 mL larutan
dari masing masing
reactor yang telah
diaerasi selama 72 jam
menggunakan pipet
volumetric ke 6 botol
kecil
Sifat fisik:
-larutan berwarna cokelat keruh
-berbau amis
2.
Disaring larutan
menggunakan vacuum
pump
Sifat fisik:
Setelah di vacuum pump,
-bagian atas(TSS): terdapat kertas
saring (sudah diketahui beratnya)
yang sudah ada suspended dari
larutan yang tertahan
-bagian bawah(TDS): larutan
berwarna keruh
- Analisis MLSS dan MLVSS
No Kegiatan Hasil Pengamatan Foto
1.
Diambil kertas saring
yang tlah di vacuum
pump menggunakan
pinset dan
dimasukkan kedalam
cawan petri
Sifat fisik kertas saring:
-berwarna keruh
-terdapat suspended diatas kertas
saring
2.
Dimasukkan cawan
petri kedalam oven
selama 1 jam
Sifat fisik:
-kering
-berwarna keruh
-bersuhu tinggi
3.
Dimasukkan cawan
petri kedalam
desikator selama 15
menit
Sifat fisik:
-kering
-berwarna keruh
-bersuhu normal
4.
Ditimbang berat
kertas saring dengan
neraca analitik
Hasil penimbangan kertas saring (MLSS) sebagai berikut
Lump
ur
Berat
Kertas
Saring
Berat setelah di
oven
Berat
MLSS
MLSS
(mg/L)
10 0.1761 0.1859 0.0098 392
20 0.1762 0.1839 0.0077 308
30 0.1726 0.179 0.0064 256
40 0.1864 0.1928 0.0064 256
50 0.1839 0.1912 0.0073 292
60 0.1907 0.1979 0.0072 288
5.
Diambil kertas saring
dan dimasukkan ke
dalam cawan porselen
untuk mendapat nilai
MLVSS
Sifat fisik kertas
-tak ada perubahan
6. Dimasukkan pada
furnace selama 1 jam
Sifat fisik:
-berbentuk abu
-bersuhu tinggi
7.Dimasukkan kedalam
oven selama 15 menit
Sifat fisik
-berbentuk abu
-kering
-bersuhu tinggi
8.
Dimasukkan cawan
ke desikator selama
15 menit
Sifat fisik
-berbentuk abu
-kering
-bersuhu normal
9.
Ditimbang berat
kertas saring
menggunakan neraca
analitik
Hasil penimbangan kertas saring (MLVSS)
Lumpu
r
Berat cawan
+ MLSS
Berat setelah
di Furnace MLVSS
MLVSS
(mg/L)
10 20.2766 20.2694 0.0072 288
20 21.9881 21.9835 0.0046 184
30 32.8496 32.8492 0.0004 16
40 35.4335 35.4305 0.003 120
50 21.0869 21.0833 0.0036 144
60 25.9019 25.8995 0.0024 96
- Analisi pV
No Kegiatan Hasil Pengamatan Foto
1.
Diambil 1 mL dari
larutan TDS yang lolos
dari vacuum pump
Sifat fisik larutan:
-berwarna coklat tua
-berbau amis
2.Diencerkan dengan air
kran hingga 1000x
Sifat fisik air kran :
-bening
-tak berbau
Sifat fisik setelah bercampur:
-bening
-tak berbau
-bersuhu normal
3..Ditambahkan H2SO4 4N
sebanyak 2.5 mL
Sifat fisik H2SO4 :
-bening
-Berbau asam
Sifat fisik setelah bercampur
-bening
-berbau asam
4.
Ditambah KMnO4 hingga
larutan berwarna pink
tipis
Sifat fisik K MnO4
-berwarna ungu
-tak berbau
Sifat fisik setelah bercampur:
-berwarna pink tipis
-jumlah penambahan KMnO4
terlampir
5.
Dipanaskan larutan
hingga mendidih
menggunakan kompor
listrik
Sifat fisik setelah pemanasan:
-bersuhu tinggi
-tak berbau
-berwarna coklat
6.Ditambah KMnO4
sebanyak 10 mL
Sifat fisik K MnO4
-berwarna ungu
-tak berbau
Sifat fisik setelah bercampur:
- berwarna ungu
9.Didihkan selama 10
menit
Sifat fisik larutan:
-berwarna pink muda
-tak berbau
10.Ditambah asam oksalat
sebanyak 1 mL
Sifat fisik asam oksalat:
-tak berbau
-bening
-bersuhu normal
Sifat fisik setelah bercampur:
-bening
-tak berbau
11. Diangkat larutan dari
kompor dan dititrasi
dengan K MnO4 hingga
larutan berwarna pink
tipis
Sifat fisik KMnO4
-berwarna ungu
-tak berbau
Sifat fisik setelah bercampur:
- jumlah penambahan KMnO4
terlampir
-berwarna pink tipis
-tak berbau
12. Dihitung nilai pV
-nilai pV dari masing masing reactor adalah sebagai berikut:
Lumpu
r (mL)
Penambahan KMNO4Nilai PV
awal akhir
10 0.5 3.8 546.68
20 0.5 3 331.8
30 0.5 3.6 492.96
40 0.5 2.7 251.22
50 0.5 1.9 36.34
60 0.5 1.8 9.48
- Sludge Volume Index dan Settleable solids
No Kegiatan Hasil Pengamatan Foto
1.
Dituang seluruh 6 wadah
toples campuran larutan
gula dan lumpur aktif
yang telah diaerasi 72
jam ke dalam 6 imhoff
cone
Sifat fisik larutan:
-berwarna coklat tua
-berbau amis
-bersuhu normal
2. Dibiarkan mengendap
selama 30 menit dan
diamati karakteristik fisik
dari lumpur (sebagai
Sludge Volume Index)
Sifat fisik lumpur:
- reaktor I:
bervolume 2.3 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua; coklat;
kuning; kuning muda
-reaktor II
Bervolume 6 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua; coklat
muda
-reaktor III
bervolume 10.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat muda; putih
keruh; kuning keruh; putih keruh
-reaktor IV
bervolume 8.2 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat keruh;
coklat tua; putih keruh
-reaktor V
bervolume 10.2 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah kuning cerah;
coklat tua; coklat muda; coklat
keruh; coklat kehijauan
-reaktor VI
Bervolume 8.5 mL
Lapisan warna adalah coklat
pekat
3. Dibiarkan mengendap
selama 60 menit dan
diamati karakteristik fisik
dari lumpur (sebagai
Settleable Solids)
Sifat fisik lumpur:
-reaktor I:
bervolume 2.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua; coklat;
kuning; kuning muda
-reaktor II
Bervolume 6 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua; coklat
muda
-reaktor III
bervolume 10 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat muda; putih
keruh; kuning keruh; putih keruh
-reaktor IV
bervolume 8 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat keruh;
coklat tua; putih keruh
-reaktor V
bervolume 10.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah kuning cerah;
coklat tua; coklat muda; coklat
keruh; coklat kehijauan
-reaktor VI
Bervolume 8.5 mL
Lapisan warna adalah coklat
pekat
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini, praktikan melakukan praktikum mengenai Sludge Experiment.
Praktikum ini dilaksanakan selama 4 hari, yakni tanggal 30 Maret hingga 2 April 2015.
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pencemaran Udara dan Laboratorium Pemulihan Air
di Teknik Lingkungan FTSP ITS.
Di praktikum Sludge Experiment ini, praktikan mengangkat 3 sub bab, yakni Settleable
Solids, Sludge Volume Index (SVI) dan ratio F/M.
Alat yang digunakan pada praktikum adalah 6 buah imhoff cone sedangkan bahan yang
digunakan adalah campuran larutan gula dan lumpur aktif yang telah diaerasi selama 72 jam
Sebelum melakukan Sludge Experiment, praktikan melakukan analisa MLSS dan
MLVSS serta analisa pV terlebih dahulu. Berikut adalah cara serta pembahasan dari analisa
MLSS dan MLVSS serta analisa pV
- Analisa MLSS dan MLVSS
Langkah pertama yang dilakukan praktikan untuk analisa MLSS dan MLVSS adalah
menimbang berat kertas saring. Penimbangan ini dilakukan menggunakan neraca analitik.
Pengukuran kertas saring ini dilakukan untuk mempermudah praktikan dalam pengukuran
MLSS dan MLVSS, dimana kertas saring sebagai wadah dari suspendid tersebut.
Berikutnya, untuk mengawali proses analisa MLSS dan MLVSS, praktikan sebelumnya
telah melakukan penyaringan/pemisahan TSS dan TDS menggunakan vacuum pump.
Pemisahan TSS dan TDS ini berasal dari larutan yang berada di 6 bioreaktor yang tlah di
aerasi selama 72 jam.
Di analisa MLSS dan MLVSS, praktikan hanya menggunakan TSS yang terendap pada
kertas saring yang sebelumnya tlah diletakkan di atas vacuum pump oleh praktikan. Berikut
adalah langkah analisis MLSS dan MLVSS yang dilakukan.
Pertama, praktikan mengambil kertas saring yang telah di vacuum pump menggunakan
pinset dan memasukkannya ke dalam cawan petri. Sifat fisik kertas saring yaitu berwarna
keruh dan terdapat endapan diatas kertas saring. Tujuan diletakkannya kertas saring pada
cawan petri ini adalah sebagai wadah untuk kertas saring agar tak mudah kotor/bercampur
dengan sampel lainnya.
Kemudian praktikan memasukkan cawan petri kedalam oven selama 1 jam.Perlakuan ini
bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada sampel pada kertas saring. Sifat fisik kertas
saring setelah dioven yaitu kering, berwarna keruh dan bersuhu tinggi. Lalu memasukkan
cawan petri kedalam desikator selama 15 menit. Perlakuan ini bertujuan untuk menetralkan
suhu cawan menjadi suhu kamar. Sifat kertas saring dalam cawan petri yaitu kering,
berwarna keruh, dan bersuhu normal.
Selanjutnya, praktikan menimbang berat kertas saring dengan neraca analitik. Hasil
penimbangan kertas saring (MLSS) adalah sebagai berikut:
Lumpu
r
Berat
Kertas
Saring
Berat setelah di
oven
Berat
MLSS
MLSS
(mg/L)
10 0.1761 0.1859 0.0098 392
20 0.1762 0.1839 0.0077 308
30 0.1726 0.179 0.0064 256
40 0.1864 0.1928 0.0064 256
50 0.1839 0.1912 0.0073 292
60 0.1907 0.1979 0.0072 288
Setelah didapatkan MLSS, praktikan kemudian melanjutkan analisa untuk mendapatkan
nilai MLVSS. Untuk mendapatkannya, praktikan memulai analisa dengan memasukkan
kertas saring yang tlah di oven 1 jam (MLSS) ke dalam cawan porselen. Pemindahan wadah
kertas saring dari cawan petri ke cawan porselen beralasan karena proses analisa MLVSS
menggunakan alat furnace, dimana cawan porselen merupakan cawan yang tahan terhadap
suhu furnace, yakni 550◦C.
Selanjutnya praktikan memasukkan kertas saring ke dalam furnace selama 1 jam.
Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangkan senyawa organik dalam sampel.Sifat fisik
kertas saring setelah difurnace yaitu berbentuk abu dan bersuhu tinggi. Lalu memasukkan
cawan porselen kedalam oven selama 15 menit. Perlakuan ini bertujuan untuk menurunkan
suhu sampel dan cawan porselen. Sifat fisik kertas saring setelah dioven yaitu berbentuk abu,
kering, dan bersuhu tinggi. Kemudian memasukkan cawan ke dalam desikator selama 15
menit. Sifak fisik sampel yaitu berbentuk abu, kering, dan bersuhu normal. Perlakuan ini
bertujuan untuk menyamakan suhu sampel dengan suhu kamar.
Lalu menimbang berat sampel dengan menggunakan neraca analitik. Hasil penimbangan
sampel (MLVSS) adalah sebagai berikut:
Lumpur Berat cawan +
MLSS
Berat setelah di
Furnace MLVSS
MLVSS
(mg/L)
10 20.2766 20.2694 0.0072 288
20 21.9881 21.9835 0.0046 184
30 32.8496 32.8492 0.0004 16
40 35.4335 35.4305 0.003 120
50 21.0869 21.0833 0.0036 144
60 25.9019 25.8995 0.0024 96
- Analisa pV
Untuk melakukan analisa pV ini, praktikan menggunakan bahan dari campuran
larutan gula danlumpur aktif yang telah diaerasi selama 72 jam. Bahan yang digunakan
ini terlebih dahulu disaring melalui vacuum pump sehingga berakhir menghasilkan TDS,
yakni larutan yang lolos dari saringan vacuum pump. Langkah pertama yang dilakukan
pada uji permanganate adalah dengan mengambil 1 mL larutan yang lolos saringan
kedalam erlenmeyer. Kemudian menambahkan air kran hingga volume 100 mL. Setelah
itu menambahkan larutan asam sulfat 4N sebanyak 2,5 mL. Asam sulfat merupakan
cairan bening, berbau, dan suu normal. Adapun tujuan penambahan asam sulfat yaitu
untuk menciptakan suasana asam terhadap larutan sampel.
Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan KMnO4 0,0085 N. larutan KMnO4
berwarna ungu dan tidak berbau. Setelah penambahan larutan KMnO4, warna larutan
menjadi ungu dan tidak berbau. Larutan KMnO4 berfungsi sebagai titran dimana titik
akhir titrasi dicapai ketika warna larutan menjadi pink tipis. Selanjutnya memanaskan
larutan dengan kompor listrik hingga mendidih. Tujuan dari pemanasan yaitu agar reaksi
yang terjadi antara KMnO4 dengan H2SO4 berlangsung lebih cepat dan sempurna. Saat
mendidih, menambahkan larutan KMnO4 sebanyak 10 mL. Hal ini bertujuan untuk
menandakan adanya oksidasi zat organic terhadap sampel.
Pada penambahan larutan KMnO4 larutan berwarna ungu tidak berbau. Selanjutnya
larutan dipanaskan selama 10 menit dengan kompor listrik. Tujuannya adalah untuk
mempercepat reaksi oksidasi zat organic. Setelah 10 menit warna larutan menjadi coklat
dan tidak berbau. Lalu menambahkan 1 mL asam oksalat 0,1 N dengan menggunakan
pipet ukur ke dalam larutan. Asam oksalat merupakan larutan yang bening tidak
berwarna, tidak berbau dan bersuhu ruang. Adapun tujuan penambahan asam oksalat ini
adalah untuk mereduksi sisa KMnO4 yang terkandung dalam sampel. Setelah
penambahan asam oksalat, warna larutan yang semula coklat berubah menjadi bening.
Setelah itu titrasi larutan dengan larutan KMnO4 hingga larutan menjadi pink tipis.
Setelah titrasi selesai, maka dihitung nilai permanganat dari setiap larutan dengan
rumus :
pV=1000 [ (10+ml Titrasi ) x N KMnO 4¿−(0,1x 1)] 31,6
Adapun hasil dari Uji Permanganat adalah sebagai berikut:
Takaran
Lumpur
(mL)
Penambahan KMnO4
Nilai pV
Awal Akhir
10 0.5 3.8 546.68
20 0.5 3 331.8
30 0.5 3.6 492.96
40 0.5 2.7 251.22
50 0.5 1.9 36.34
60 0.5 1.8 9.48
Setelah mengetahui nilai MLSS dan MLVSS serta pV dari campuran larutan gula dan
lumpur aktif, praktikan memulai untuk melakukan penelitian mengenai Sludge Experiment
yakni Settleable Solids, Sludge Volume Index (SVI) dan ratio F/M.
Hal pertama yang dilakukan praktikan untuk memulai analisa ini adalah menuangkan sisa
seluruh campuran larutan gula dan lumpur aktif pada bioreactor yang tlah diaerasi selama 72
jam ke dalam imhoff cone. Disini terdapat 6 buah imhoff cone, dimana masing masing imhoff
cone mewakili masing masing 6 bioreaktor. Sehingga pada imhoff cone I ditempati oleh
campuran larutan gula dan lumpur aktif dari bioreactor I yang memiliki takaran lumpur 10
mL, dan begitu seterusnya hingga imhoff cone ke-6
Imhoff cone ini sendiri adalah suatu corong yang berfungsi untuk mengumpulkan
padatan geser ke bawah untuk dicerna. Dari arti penjelasan diatas, praktikan mengetahui
bahwa tujuan dipakainya imhoff cone ini adalah untuk mengendapkan lumpur dari limbah
yang tlah dibuat oleh praktikan.
Pada saat penuangan sisa campuran larutan gula dan lumpur aktif bersifat fisik keruh dan
berbau amis.
-Analisa Sludge Volume Index
Sludge Volume Index (SVI) didefinisikan sebagai volume sludge yang mengendap 30
menit dalam satu liter sampel dibagi dengan berat sludge kering per satu liter sludge.
SVI =
Volume Sludge (ml )MLSS(mg/ l ) x 10-3 g/mg
SVI =
1000 x VsMLSS ml/g
Harga SVI < 100 ml/g, dapat mengendap dengan baik.
SVI > 200 ml/g, dalam kondisi bulking.
Untuk dapat menganalisa Sludge Volume Index (SVI) ini, praktikan melakukan
pengamatan terhadap karakteristik dan sifat fisik larutan di imhoff cone pada waktu menit ke-
30.
Berikut adalah hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan pada saat menit ke-30
Imhoff Cone Volume Lumpur Mengendap Sifat fisik
I 2.3 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua;
coklat; kuning; kuning muda
II 6 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua; coklat
muda
III 10.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat muda;
putih keruh; kuning keruh;
putih keruh
IV 8.2 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat keruh;
coklat tua; putih keruh
V 10.2 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah kuning cerah;
coklat tua; coklat muda; coklat
keruh; coklat kehijauan
VI8.5 mL Lapisan warna adalah coklat
pekat
Dari angka volume diatas, maka praktikan dapat mengetahui angka SVI dari rumus:
volume endapanmg / L MLSS
× 1000
Sehingga:
Imhoff Cone MLSS (mg/L) Volume Endapan (mL) Angka SVI
I 392 2.3 5,87
II 308 6 19.481
III 256 10.1 39.453
IV 256 8.2 32.031
V 292 10.2 34.932
VI 288 8.5 29.51
- Analisa Settleable Solids
Settleable solids adalah jumlah padatan tersuspensi yang dapat diendapkan selama
periode waktu tertentu. Padatan terlarut total (TDS) adalah bahan-bahan terlarut (diameter <
10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm – 10-3mm) yang berupa senyawasenyawa kimia
dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring. Dengan kata lain, padatan
‘settleable’ adalah istilah yang diterapkan untuk bahan pengendapan dari suspense dalam
waktu tertentu. Untuk menentukannya, digunakan teknik imhoff cone dengan cara
memasukkan sampel ke dalamnya. Padatan ini dapat ditentukan selama 1 jam.
Langkah pertama untuk melakukan uji settleable solids ini adalah hampir sama dengan
Sludge Volume Index (SVI) yakni praktikan mengamati karakteristik dan sifat fisik dari
lumpur yang terdapat pada imhoff cone. Yang berbeda analisa Settleable Solids dari Sludge
Volume Index adalah waktu pengamatan, yakni 60 menit (1jam).
Setelah 1 jam, praktikan melakukan pengamatan terhadap 6 imhoff cone, dan berikut
adalah hasil analisa:
Imhoff Cone Volume Endapan Sifat fisik
I 2.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua;
coklat; kuning; kuning muda
II 6 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua;
coklat muda
III 10 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat muda;
putih keruh; kuning keruh;
putih keruh
IV 8 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat keruh;
coklat tua; putih keruh
V 10.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah kuning cerah;
coklat tua; coklat muda;
coklat keruh; coklat
kehijauan
VI 8.5 mLLapisan warna adalah coklat
pekat
- Ratio F/M
F/M ratio yaitu perbandingan antara substrat (food) terhadap mikroorganisme (M) atau
lebih tepatnya.
F/M =
Substart ( BOD) yang masuk ke tanki aerasi per satuan waktuMassa mikroorganisme di tanki aerasi
F/M =
Q . SoV . X
=So
x .θh
Dengan :
So = nilai pV ( mg/ l )
X = MLVSS (mg/l )
θh = lamanya hari, yakni 3 hari (hari)
Dari rumus diatas, praktikan dapat menghitung rasio F/M dengan rumus diatas.
Berikut adalah hasilnya:
Lumpur
(mL)So (nilai pV) X (MLVSS) θh (hari)
Ratio F/M
Sox .θh
10 546.68 288
3
0.633
20 331.8 184 0.601
30 492.96 16 10.27
40 251.22 120 0.698
50 36.34 144 0.0841
60 9.48 96 0.0329
VII. Kesimpulan
1. Untuk mempraktekan praktikum Sludge Experiment, praktikan melakukan berbagai cara
yakni;
- Sludge Volume Index
Untuk mengetahui SVI, praktikan melakukan pengamatan dengan cara
mengamaati volume endapan lumpur yang diendapkan selama 30 menit di imhoff cone.
Setelah 30 menit, praktikan melakukan pencatatan volume.
Untuk mendapatkan angka SVI, praktikan juga harus mengetahui MLSS dan
larutan tersebut dimana nantinya akan dimasukkan pada rumus berikut:
volume endapanmg / L MLSS
× 1000
MLSS ini merupakan berat TSS dari campuran larutan gula dan lumpur aktif yang
tlah diaerasi 72 jam setelah proses pengovenan 1 jam.
- Settleable Solids
Untuk mengetahui Settleable Solids, praktikan melakukan pengamatan yang
hamper sama dengan cara mengamaati Sludge Volume Index, yakni dengan cara
pengamatan volume endapan lumpur yang diendapkan selama 60 menit di imhoff cone.
Setelah 60 menit, praktikan melakukan pencatatan volume.
Di percobaan ini, praktikan hanya mengukur volume endapan lumpur dari masing
masing imhoff cone dan karakteristik lumpurnya sendiri.
- Ratio F/M
Untuk mengetahui nilai ratio F/M, praktikan tidak melakukan uji praktikum. Di analisa
ini, praktikan hanya menggunakan data data pV dan MLVSS dari masing masing
campuran larutan gula dan lumpur aktif yang tlah di aerasi selama 72 jam.
Penentuan nilai ratio F/M ini didapatkan dari rumus berikut:
Sox .θh
dengan : So adalah nilai pV darilarutan (mgL
)
× adalahnilai MLVSS (mgL )
θhadalah waktu pengaerasian campuran larutan, yakni 3 hari
2. Penentuan nilai settleable solids, Sludge Volume Index dan ratio F/M adalah sebagai
berikut:
- Sludge Volume Index
Imhoff Cone MLSS (mg/L) Volume Endapan (mL) Angka SVI
I 392 2.3 5,87
II 308 6 19.481
III 256 10.1 39.453
IV 256 8.2 32.031
V 292 10.2 34.932
VI 288 8.5 29.51
- Settleable Solids
Imhoff Cone Volume Endapan Sifat fisik
I 2.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua;
coklat; kuning; kuning muda
II 6 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat tua;
coklat muda
III 10 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat muda;
putih keruh; kuning keruh;
putih keruh
IV 8 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah coklat keruh;
coklat tua; putih keruh
V 10.1 mL
Lapisan warna dari atas ke
bawah adalah kuning cerah;
coklat tua; coklat muda;
coklat keruh; coklat
kehijauan
VI 8.5 mLLapisan warna adalah coklat
pekat
- Ratio F/M
Lumpur
(mL)So (nilai pV) X (MLVSS) θh (hari)
Ratio F/M
Sox .θh
10 546.68 288 3 0.633
20 331.8 184 0.601
30 492.96 16 10.27
40 251.22 120 0.698
50 36.34 144 0.0841
60 9.48 96 0.0329
VIII. Daftar Pustaka
Dagde, Kenneth, K., Nwokoma, Darlington, B.M. 2012. Modeling of Activated Sludge
Bioreactor for BOD degradation in Industrial Wastewater. International Journal of
Engineering and Technology 2 (6), Department of Chemical Engineering, Rivers State
University of Science and Technology, Port Harcourt, Nigeria.
D. P. Mesquita ; O. Dias ; A. L. Amaral ; E. C. Ferreira. 2008. RELATIONSHIP BETWEEN
SLUDGE VOLUME INDEX AND BIOMASS STRUCTURE WITHIN ACTIVATED
SLUDGE SYSTEMS. Institute for Biotechnology and Bioengineering, Centre of Biological
Engineering, Universidade do Minho, Campus de Gualtar, 4710-057 Braga, Portugal.
Rebecca L. Nelson, John S. Pade. 2007. Aquaponic Equipment The Clarifier. Aquaponics
Journal Issues #47, 4th quarter, 2007.