bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah pdf a5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a...

30
RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2010 - 2015 III - 1 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU III.1.1. KINERJA PELAKSANAAN APBD Pendapatan Kota Surabaya selama tahun 2006-2010 rata- rata naik sebesar 15,49 persen. Kenaikan pendapatan ini seiring dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pos pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah dari tahun ke tahun trendnya naik. Sedangkan dilihat dari struktur pendapatan APBD selama 5 tahun, kontribusi paling besar dalam pembentuk pendapatan APBD, bersumber dari dana perimbangan hal ini hampir sama dengan beberapa kabupaten/kota lainnya yang struktur pendapatannya APBD lebih didominasi dari dana perimbangan. Kontribusi dana perimbangan dalam pendapatan APBD Kota Surabaya selama 5 tahun rata-rata sebesar 53,72 persen. Proporsi dana perimbangan paling tinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 57,85 persen selanjutnya di tahun berikutnya mengalami penurunan, dan sampai tahun 2010 proporsi dana perimbangan sebesar 47,49 persen. Penurunan proporsi dana perimbangan tersebut lebih disebabkan karena kenaikan dari sumber pendapatan daerah lain- lain yang sah khususnya dari Bagi Hasil Pajak Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya serta Bantuan keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya yang selama 3 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup siqnifikan. Struktur pendapatan APBD Kota Surabaya selama 5 tahun terlihat dalam Gambar 3.1 berikut ini :

Upload: others

Post on 23-Feb-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 1

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN

DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

III.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

III.1.1. KINERJA PELAKSANAAN APBD

Pendapatan Kota Surabaya selama tahun 2006-2010 rata-

rata naik sebesar 15,49 persen. Kenaikan pendapatan ini seiring

dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pos

pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain

pendapatan yang sah dari tahun ke tahun trendnya naik.

Sedangkan dilihat dari struktur pendapatan APBD selama 5 tahun,

kontribusi paling besar dalam pembentuk pendapatan APBD,

bersumber dari dana perimbangan hal ini hampir sama dengan

beberapa kabupaten/kota lainnya yang struktur pendapatannya

APBD lebih didominasi dari dana perimbangan. Kontribusi dana

perimbangan dalam pendapatan APBD Kota Surabaya selama 5

tahun rata-rata sebesar 53,72 persen. Proporsi dana perimbangan

paling tinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 57,85 persen

selanjutnya di tahun berikutnya mengalami penurunan, dan

sampai tahun 2010 proporsi dana perimbangan sebesar 47,49

persen. Penurunan proporsi dana perimbangan tersebut lebih

disebabkan karena kenaikan dari sumber pendapatan daerah lain-

lain yang sah khususnya dari Bagi Hasil Pajak Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya serta Bantuan keuangan dari Provinsi

dan Pemerintah Daerah Lainnya yang selama 3 tahun terakhir

mengalami peningkatan yang cukup siqnifikan. Struktur

pendapatan APBD Kota Surabaya selama 5 tahun terlihat dalam

Gambar 3.1 berikut ini :

Page 2: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 2

Gambar 3.1 Struktur Pendapatan APBD Kota Surabaya

Tahun 2006-2010

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran, diolah, 2012

Pendapatan APBD yang berasal dari Pendapatan Asli

Daerah (PAD) proporsinya pada tahun 2006 sebesar 31,44

persen, tahun 2007 turun menjadi sebesar 29,94 persen, tahun

2008 naik menjadi 31,45 persen, tahun 2009 turun menjadi 30,27

persen dan pada tahun 2010 menurun menjadi 29,85 persen.

Penurunan proporsi PAD terhadap total pendapatan APBD

tersebut tidak berarti terjadi penurunan nilai PAD, namun lebih

cenderung di sebabkan pergesaran komponen - komponen

pembentuk pendapatan APBD yang mengalami peningkatan. Hal

ini tercermin dari laju pertumbuhan PAD terus mengalami

peningkatan dimana selama 5 tahun rata-rata laju pertumbuhan

PAD sebesar 14,03 persen pertahun.

Selain berasal dari dana perimbangan dan pendapatan asli

daerah, pendapatan daerah juga di dapat dari lain-lain pendapatan

yang sah, yang setiap tahunnya lain-lain pendapatan yang sah ini

mengalami peningkatan yang paling besar dibanding sumber

pendapatan lainnya, selama tahun 2006-2010 pendapatan lain-

lain yang sah rata-rata meningkat sebesar 28,64 persen pertahun.

Page 3: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 3

Kondisi pendapatan berdasarkan data APBD dilihat dari

realisasi selama 5 tahun terakhir kecenderungannya mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana tertera dalam tabel

berikut :

Page 4: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

Tabel 3.1. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah 2 006-2010

No. Uraian Realisasi APBD ( dlm Rp 000.000,-) Rata-rata

Pertumbuhan 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pendapatan Asli Daerah 538.370 607.649 729.213 809.796 908.648 14,03%

1.1 Pajak Daerah 305.405 340.834 397.990 442.852 525.403 14,57% 1.2 Retribusi Daerah 166.978 176.786 169.558 164.248 183.312 2,57%

1.3 Hasil Perusahaan Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 21.479 38.386 42.520 43.325 63.305 34,37%

1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 44.508 51.643 119.145 159.371 136.627 41,56%

2. Dana Perimbangan 895.690 1.174.145 1.289.212 1.448.260 1.445.514 13,26%

2.1 Bagi Hasil Pajak 432.387 527.147 563.353 651.459 726.560 13,99% 2.2 Bagi Hasil Bukan Pajak - - 4.193 2.299 6.536 34,78% 2.3 Dana Alokasi Umum 453.753 639.590 713.590 765.886 652.532 11,26% 3.4 Dana Alokasi Khusus 9.550 7.409 8.075 28.617 59.886 87,56%

3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 278.157 247.762 300.3 38 417.325 689.963 28,64%

3.1 Pendapatan Hibah - - 1.000 - - 0,00%

3.2 Bagi Hasil Pajak Propinsi dan Pemeintah Daerah Lainnya

278.157 238.490 280.703 387.873 441.429 13,86%

3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - 6.679 9.573 16.218 203.857 317,43% 3.4 Bantuan keuangan dari Propinsi dan Pemeintah

Daerah Lainnya - - 5.641 10.300 22.073 49,22%

3.5 Dana Bagi Hasil Lainnya - 2.592 3.421 2.935 2.521 0,92% 3.6 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah - - - 20.082 0,00%

Total Pendapatan 1.712.218 2.029.557 2.318.763 2.6 75.380 3.044.125 15,49%

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran

Page 5: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 5

Pembangunan Kota Surabaya tergantung dari APBD yang

akan di susun dan dilaksanakan selama 5 tahun ke depan. Melihat

struktur anggaran, dimana pada bagian pendapatan memiliki

korelasi dengan pengelolaan pendapatan asli daerah serta

kekayaan daerah yang dimiliki, maka pendapatan asli daerah

menjadi tolak ukur kemandirian suatu daerah.

Penggalian sumber-sumber pendanaan dari daerah,

pemanfaatan sumber-sumber pendapatan daerah perlu di

tingkatkan, agar ketergantungan terhadap pemerintahan pusat dan

pemerintah propinsi lambat laun dapat dikurangi. Untuk itu perlu

adanya terobosan-terobosan dalam meningkatkan pendapatan asli

daerah. Melalui peningkatan sektor yang bisa menjadi

penyumbang peningkatan PAD antara lain berasal dari Pajak

daerah, restribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Peningkatan pajak daerah digali dari pajak reklame, pajak

penerangan jalan, pajak bumi dan bangunan, serta jasa restoran

dan hotel. Proyeksi pajak pada tahun 2011 mengalami

pertumbuhan sekitar 209,16 persen, rata-rata pertumbuhan pajak

daerah tahun 2011 sampai dengan 2015 diperkirakan 50,50

persen.

Tingginya Pertumbuhan pajak daerah pada tahun 2011

tersebut di karenakan komponen bagi hasil pajak untuk PBB dan

BPHTB yang semula merupakan dana perimbangan dari

pemerintah pusat serta pajak air tanah yang semula merupakan

bagi hasil dari propinsi menjadi pajak daerah, sesuai dengan UU

no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah

serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010

tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011.

Proyeksi retribusi daerah ke depan cenderung relatif

perlambatan pertumbuhan hal ini di karenakan adanya beberapa

penarikan retribusi berkaitan dengan pelayanan dasar dihapuskan

seperti layanan kependudukan dan perijinan lainnya, sehingga di

Page 6: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 6

proyeksikan pada tahun 2011 sampai 2015 pendapatan dari

restribusi rata-rata hanya tumbuh sebesar 9,25 persen pertahun.

Untuk pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan pendapatan asli daerah yang sah diperkirakan

akan meningkat rata-rata sebesar 8,34 persen pertahun pada

tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Secara umum

pertumbuhan PAD akan mengalami peningkatan rata-rata tahun

2011 sampai dengan 2015 sebesar 32,44 persen, tingginya rata-

rata peningkatan PAD di karenakan pada tahun 2011 terjadi

kenaikan sebesar 124,91 persen, dan pada tahun 2012 sampai

dengan 2015 kenaikan rata-ratanya sebesar 9,32 persen.

Untuk melihat gambaran lebih detilnya dari pendapatan

daerah bisa dilihat dari tabel dibawah ini.

Page 7: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

Tabel 3.2 Estimasi Pendapatan Daerah Tahun 2011 - 2015

(dlm Jutaan Rupiah) No Uraian 2011

1)2012

2)2013

3)2014

*)2015

*)

I Pendapatan Asli Daerah 2.043.644 2.303.149 2.532.216 2.690.580 2.916.549

1. Pajak Daerah 1.624.321 1.850.053 2.076.159 2.255.370 2.449.631

2. Retribusi Daerah 260.446 262.710 218.940 240.740 264.814

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

65.015 82.516 78.794 84.902 92.425

4. Lain-Lain PAD yang sah 93.862 107.869 158.323 109.569 109.678

II Dana Perimbangan 1.004.549 1.015.346 1.448.186 1.515.139 1.588.674

1. Dana Bagi Hasil Pajak 219.026 239.671 284.850 311.339 351.373

2. Bagi Hasil Bukan Pajak 5.599 7.812 9.241 10.165 11.182

3. Dana Alokasi Umum 679.450 701.363 1.099.803 1.138.257 1.169.634

3. Dana Alokasi Khusus 100.474 66.500 54.292 55.378 56.486

III Lain-Lain Pendapatan yang sah 865.672 968.819 997.965 1.075.999 1.148.783

Jumlah Pendapatan 3.913.865 4.287.314 4.978.367 5.281.718 5.654.006 Sumber : 1) Dokumen RKPD 2011 Kota Surabaya 2) Dokumen RKPD 2012 Kota Surabaya 3) Dokumen RKPD 2013 Kota Surabaya *) Bappeko Kota Surabaya, diolah, 2012 Asumsi Dasar Proyeksi :

1. Pertumbuhan Ekonomi Surabaya diperkirakan yaitu 7,52%(2011), 6,9%(2012), 7,1%(2013), 7,35%(2014), 7,58%(2015) 2. Selama Periode Proyeksi Inflasi diperkirakan 5,52% setiap tahunnya. 3. Tax ratio (PAD terhadap PDRB) diperkirakan 3,05% setiap tahunnya.

Page 8: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 8

Secara umum peningkatan pendapatan pada tahun 2011

sampai dengan tahun 2015 diproyeksikan akan terjadi

peningkatan rata-rata sebesar 13,47 persen pertahun, dengan

pertumbuhan yang paling tinggi pada tahun 2011 yaitu sebesar

28,57 persen, sedangkan pada tahun selanjutnya tumbuh secara

fluktuatif. Dalam menghitung proyeksi pendapatan, beberapa

asumsi yang digunakan antara lain :

1. Pertumbuhan ekonomi dalam periode 2011 sampai dengan tahun 2015 diasumsikan sebesar 7 persen sampai dengan 7,5 persen . sedangkan untuk menghitung proyeksi pajak daerah selain mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi juga mempertimbangkan pertumbuhan riil (PDRB ADHB) sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran yang diproyeksikan pertumbuhannya rata-rata tumbuh sebesar 14,88 persen pertahun.

2. Laju inflasi diperkirakan antara 5,0 persen sampai dengan 6,0 persen

3. Perkiraan perkembangan dana perimbangan, utamanya berasal dari Dana Alokasi Umum untuk Tahun Anggaran 2011 dan seterusnya diestimasikan akan mengalami peningkatan mengingat di tahun-tahun sebelumnya sering mengalami kenaikan yang cukup signifikan dengan adanya kebijakan pemerintah pusat mengenai Dana Alokasi Umum sesuai dengan pertumbuhan ekonomi nasional kebijakan kenaikan gaji pegawai negeri sipil.

III.1.2. NERACA DAERAH

Di sisi neraca daerah, total aset pemerintah Kota Surabaya

yang tercatat sampai dengan tahun 2009 sebesar Rp 31.359,29

milyar, mengalami kenaikan sebesar 5,44 persen dibanding tahun

2008. Berdasarkan data necara daerah, rata-rata pertumbuhan

aset daerah tahun 2006-2009 sebesar 2,65 persen. Pada tahun

2009, aset yang paling besar peningkatannya adalah pada aset

tanah yang meningkat sebesar Rp 2.060,61 milyar atau 6,89

persen dibanding tahun 2008.

Page 9: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 9

Tabel 3.3. Neraca Daerah Tahun 2008-2009

No Uraian Tahun 2008

(dlm Rp 000.000)

Tahun 2009 (dlm Rp 000.000)

Rata-rata Pertumbuhan (tahun 2006-

2007) ( persen)

1 ASET 1.1 ASET LANCAR 1.815.203 1.371.373 25,36

1.1.1 Kas 1.618.333 1.159.482 29,37 1.1.2 Piutang 24.586 33.631 27,37 1.1.3 Persediaan 22.132 24.882 31,45 1.1.4 Investasi Jangka Panjang 150.152 153.378 8,26

1.2 ASET TETAP 27.865.033 29.925.652

1.2.1 Tanah 25.000.799 26.087.963 0,85 1.2.2 Peralatan dan Mesin 555.025 737.656 52,62 1.2.3 Gedung dan Bangunan 750.977 1.024.714 13,49

1.2.4 Jalan, irigasi, dan jaringan 1.382.934 1.679.715 15,86 1.2.5 Aset tetap lainnya 175.298 395.602 53,43

1.3 ASET LAINNYA 60.147 62.264 -5,34

JUMLAH ASET DARAH 29.740.383 31.359.288 2,65

2 KEWAJIABAN 127.055 159.505 0,26

2.1 Kewajiban Jangka Pendek 72.251 115.662 14,64

2.2 Kewajiban Jangka Panjang 54.804 43.843 -15,06

3 EKUITAS DANA 29.613.228 31.199.783 2,66 3.1 Ekuitas dana lancar 1.592.800 1.102.333 15,71 3.2 Ekuitas dana Investasi 28.020.428 30.097.450 2,47

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA

29.740.283 31.359.288 2,65

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran

Berdasarkan analisa rasio keuangan daerah, kemampuan

keuangan pemerintah Kota Surabaya dalam memenuhi kewajiban

dan utang jangka pendek sangat baik, hal ini dapat dilihat dari

Rasio Likuiditas rata-rata tahun 2006 sampai dengan tahun 2009

yang dihitung dari Rasio Lancar (current ratio) sebesar 17,49 kali

dan Rasio Quick (quick ratio) sebesar 17,22 kali . Sedangkan

kemampuan pemerintah kota dalam memenuhi hutang jangka

panjangnya yang dilihat dari Rasio Solvabilitas juga sangat baik,

hal ini dapat dilihat dari rasio total hutang terhadap total dan rasio

total hutang terhadap modal rata-rata tahun 2006 sampai dengan

tahun 2010 rata-rata sebesar 0,47 persen dan 0,47 persen .

Page 10: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 10

Tabel 3.4. Analisa Rasio Keuangan

No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata

1 Rasio Lancar (current ratio)

14,96 20,85 25,12 11,86 14,67 17,49

2 Rasio Quick (quick ratio)

14,79 20,51 24,82 11,64 14,34 17,22

3 Rasio total hutang terhadap total aset

0,52%

0,48%

0,43%

0,51%

0,41%

0,47%

4 Rasio total hutang terhadap modal

0,52%

0,48%

0,43%

0,51%

0,42%

0,47%

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran, diolah, 2012

III.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU

III.2.1. PROPORSI PENGGUNAAN ANGGARAN

Pengelolaan belanja daerah dilaksanakan berlandaskan

pada anggaran kinerja (performance budget) yaitu belanja daerah

yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja

tersebut mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik,

yang berarti belanja daerah harus berorientasi pada kepentingan

publik. Oleh karena itu arah pengelolaan belanja baerah harus

digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik terutama

pada masyarakat miskin dan kurang beruntung, pertumbuhan

ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

Gambaran proporsi realisasi belanja terhadap Anggaran

Belanja Daerah kota surabaya selama 5 tahun (2006-2010)

sebagaimana dalam tabel di bawah ini :

Page 11: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 11

Tabel 3.5. Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanj a Daerah

Tahun 2006-2010 2006 2007 2008 2009 2010 Proporsi rata-rata

43,32% 39,02% 39,41% 33,62% 40,83% 39,24%

a. Belanja Pegawai 40,76% 36,23% 34,64% 25,66% 32,03% 33,86%

b. Belanja Bunga - 0,54% 0,31% 0,20% 0,10% 0,29%

c. Belanja Subsidi - - - - - -

d. Belanja Hibah - - 4,29% 7,70% 8,64% 6,88%

e. Belanja Bantuan Sosial - 1,97% 0,12% 0,05% 0,02% 0,54%

f. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

0,11% 0,09% 0,06% - - 0,09%

g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada ropinsi/Kabupaten/kota dan Pemerintah Desa

2,37% - - - 0,03% 1,20%

h. Belanja Tidak Terduga 0,07% 0,20% - - 0,01% 0,09%

56,68% 60,98% 60,59% 66,38% 59,17% 60,76%

a. Belanja Pegawai 7,48% 11,57% 7,95% 7,86% 7,38% 8,45%

b. Belanja Barang dan Jasa 38,82% 33,45% 29,14% 21,97% 23,34% 29,34%

c. Belanja Modal 10,38% 15,97% 23,50% 36,55% 28,46% 22,97%

Uraian

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran, diolah, 2012

Dari data tabel diatas, menunjukkan bahwa selama 5 tahun

terakhir (tahun 2006-2010) proporsi rata-rata penggunaan aggaran

belanja tidak langsung terhadap jumlah anggaran belanja

sebagian besar digunakan untuk belanja pegawai dengan proporsi

rata-rata 33,86%, sedangkan proporsi rata-rata belanja langsung

tersebar digunakan untuk belanja barang dan jasa sebesar

29,34% dan belanja modal sebesar 22,97% sedangkan untuk

belanja pegawai hanya 8,45%.

Berdasarkan APBD Kota Surabaya Tahun Anggaran 2006

sampai 2010 rata-rata rasio prosentase antara total belanja untuk

pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total pengeluaran yang

meliputi Belanja dan Pembiayaan Pengeluaran hanya sebesar

41,96% seperti dirinci pada tabel berikut.

Page 12: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 12

Tabel 3.6 Analisa Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparat ur

No Uraian

Total belanja untuk pemenuhan

kebutuhan aparatur (dlm juta rupiah)

Total pengeluaran

(belanja + pembiayaan pengeluaran)

(dlm juta rupiah)

Proporsi

1 Tahun Anggaran 2006

668.833 1.401.032 47,74%

2 Tahun Anggaran 2007

743.925 1.577.014 47,17%

3 Tahun Anggaran 2008

859.823 2.030.199 42,35%

4 Tahun Anggaran 2009

1.048.361 3.142.174 33,36%

5 Tahun Anggaran 2010

1.433.023 3.658.031 39,17%

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran, diolah, 2012

Hal ini menunjukkan bahwa APBD kota Surabaya relatif

baik dari sisi Belanja, karena proporsi penggunaan anggaran

untuk Belanja Aparatur tidak mendominasi terhadap total

pengeluaran dalam APBD.

III.2.2 ANALISA PEMBIAYAAN

Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang

dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah

dan belanja daerah, ketika terjadi defisit anggaran. Sumber

pembiayaan dapat berasal dari sisa labih perhitungan anggaran

tahun lalu, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana

cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan.

Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri adalah

anggaran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan.

Gambaran pembiayaan riil daerah selama 4 tahun terakhir

(2006-2009) adalah sebagai berikut.

Page 13: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

Tabel 3.7. Penutupan Defisit Riil Anggaran kota Surabaya Tahu n 2006-2010

(dlm Jutaan Rupiah)

NO. URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010

1 Realisasi pendapatan daerah 1.712.218 2.029.557 2.318.763 2.675.368 3.044.124

dikurangi realiasi :2 Belanja daerah 1.386.341 1.556.472 2.019.238 3.127.363 3.637.069

3 pengeluaran pembiayaan daerah 14.691 20.542 10.961 14.811 20.961

A Defisit / surplus 311.185 452.543 288.564 (466.806) (592.944)

Ditutup dengan realiasi Penerimaan Pembiayaan4 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA) 525.402 836.531 1.290.518 1.579.082 1.112.291

5 Pencairan Dana Cadangan - - - - -

6 Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan - - - - -

7 Penerimaan pinjaman daerah - - - - -

8 Penerimaan kembali pemberian pinjaman - 1.631 - - 7.486

9 Penerimaan piutang daerah - - - - -

Total Realisasi pembiayaan daerah 525.402 838.162 1.290.518 1.579.082 1.119.777

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan (SI LPA) 836.587 1.290.705 1.579.082 1.112.276 505.872 Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran

Page 14: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 14

Pada tabel penutup defisit riil diatas menunjukan bahwa

pada tahun 2006 realisasi belanja daerah masih dibawah (lebih

kecil) dari pada realisasi pendapatan, yang berarti tidak terjadi

defisit anggaran atau surplus sebesar Rp 311.185 juta . sehingga

tidak diperlukan anggaran penutup defisit riil pada tahun 2006.

Oleh karena itu SILPA tahun sebelamnya (tahun 2005) tidak

dialokasikan guna menurup defisit melainkan dialokasikan

sepenuhnya sebagai penerimaan pembiayaan pada tahun

berkenaan (tahun 2006) dan akan ditambahkan SILPA tahun

berkenaan (tahun 2006) yang selanjutnya akan menjadi bagian

sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya pada

tahun 2007.

Sedangkan pada tahun 2009 terjadi defisit anggaran

sebesar Rp 466.805 juta sehingga diperlukan anggaran penutup

defisit pada tahun 2009, untuk menutup defisit ini menggunakan

SiLPA tahun 2008, sehingga penerimaan pembiayaan pada Tahun

Berkenaan (tahun 2009) berkurang sebesar defisit pada tahun

2009.

III.3. KERANGKA PENDANAAN

III.3.1. ANALISIS PENGELUARAN PERIODIK WAJIB DAN

MENGIKAT SERTA PRIORITAS UTAMA

Kondisi belanja daerah mengalami pertumbuhan

sebagaimana pendapatan daerah. Penetapan format anggaran

surplus atau defisit baik secara absolut maupun relatif

menunjukkan adanya peningkatan sisi belanja. Perkembangan

belanja daerah selama tahun 2007-2010 adalah sebagai berikut,

tahun 2007 realisasi anggaran sebesar Rp 1.556,47 Milyar, tahun

2008 sebesar Rp 2.019,24 Milyar, tahun 2009 sebesar Rp

3.127,36 Milyar, tahun 2010 sebesar Rp 3.637,07 Milyar.

Ditinjau dari komposisi penggunaanya, komponen belanja

pelayanan publik merupakan komponen yang cukup besar

menyerap belanja daerah. Pada tahun 2007 belanja publik atau

Page 15: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 15

belanja langsung menyerap 60,98 persen, tahun 2008 sebesar

60,59 persen, tahun 2009 sebesar 66,38 persen dan tahun 2010

sebesar 59,17 persen. Sedangkan komponen belanja digunakan

untuk belanja tidak langsung di tahun 2007 sebesar 39,02 persen,

tahun 2008 sebesar 39,41 persen, tahun 2009 sebesar 33,62

persen dan tahun 2010 sebesar 40,83 persen.

Gambar 3.2

Sumber : Bappeko Kota Surabaya, diolah, 2012

Dengan melihat struktur anggaran belanja tersebut, secara

kumulatif anggaran untuk menunjang program-program

pembangunan (belanja langsung) relatif konstan kecuali pada

tahun 2009 terjadi lonjakan yang cukup tinggi pada belanja

langsung.

Pengeluaran Wajib dan mengikat serta prioritas utama

pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Page 16: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 16

Tabel 3.8 Pengeluaran Periodik Wajib Dan Mengikat Serta Prior itas Utama

(dlm Jutaan Rupiah)

No Uraian 2008 2009 2010 A. Belanja Tidak Langsung 793.395 1.049.752 1.483.722 1. Belanja Gaji dan Tunjangan 699.384 802.603 1.164.776 2. Belanja Bunga 6.291 6.287 3.621 3. Belanja Hibah 86.599 240.862 314.281 4. Belanja Bagi Hasil Kepada

Propinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa

1.121

5. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa

1.044

B. Belanja Langsung 423.156 689.804 843.122 1. Belanja Langsung Program

Pendidikan dan Kesehatan 336.678 531.405 642.423

2. Pelayanan Administrasi Perkantoran

60.955 73.657 130.259

3. peningkatan sarana dan prasarana aparatur

25.523 84.742 70.440

C. Pembiayaan Pengeluaran 10.961 10.961 11.000 1. Pembentukan dana Cadangan 2. Pembiayaan Pokok utang 10.961 10.961 11.000

Total (a+b+c) 1.227.512 1.750.517 2.337.844

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran

Pertumbuhan Belanja Tidak Langsung pada tahun 2009

sebesar 32,31% dan tahun 2010 sebesar 41,34%. Dari berbagai

komponen Belanja Tidak Langsung tersebut, sumbangan yang

paling besar disumbang dari Belanja pegawai yang

pertumbuhannya mencapai 14,76% pada tahun 2009 dan 45,12%

pada tahun 2010.

Pertumbuhan Belanja Langsung selama 3 Tahun Anggaran

terakhir mengalami pertumbuhan positif, pada tahun 2009 tumbuh

sebesar 63,01% dan tahun 2010 sebesar 22,23%. Pertumbuhan

Belanja Langsung Program Pendidikan dan Kesehatan tumbuh

sebesar 57,48% pada tahun 2009 dan 20,89% pada tahun 2010.

Dengan melihat Belanja Langsung Program Pendidikan

dan Kesehatan pada pos Belanja Langsung APBD kota Surabaya,

proporsi belanja Langsung Program Pendidikan dan Kesehatan

Page 17: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 17

selama 3 tahun rata-rata sebesar 28,42% terhadap total belanja,

dan mempunyai pertumbuhan rata-rata relatif besar, maka dengan

kondisi seperti ini kebijakan anggaran pemerintah kota surabaya

sudah pada arah yang tepat sesuai dengan amat undang-undang

yang mengharuskan daerah mengalokasikan minimal 20 persen

dari total APBD untuk anggaran pendidikan.

Rata-rata pertumbuhan Pembiayaan Pengeluaran selama

tiga tahun terakhir mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,18

persen. Pertumbuhan tersebut dikarenakan adanya kenaikan

Pembiayaan Pokok uang yang naik sebesar 0,36% pada tahun

2010.

III.3.2. PROYEKSI DATA MASA LALU

Proyeksi belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib

dan mengikat serta prioritas utama kota surabaya pada tahun

2011-2015, diperkirakan kebutuhannya terus mengalami

peningkatan. Belanja wajib dan mengikat ini merupakan belanja

yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda pembayarannya,

seperti gaji dan tunjangan pegawai dan anggota dewan, bunga ,

belanja kantor dan belanja sejenisnya. Sedangkan belanja

prioritas utama merupakan belanja yang digunakan dalam rangka

keberlangsungan layanan dasar pemerintah daerah yaitu

pelayanan pendidikan dan kesehatan.

Page 18: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 18

Tabel 3.9 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Yang Wa jib dan

mengikat serta Prioritas Utama Kota Surabaya (dlm Rp 000.000,-)

No Uraian 20111) 20122) 20133) 2014*) 2015*)

A. Belanja Tidak Langsung

1.910.351 2.053.003 2.030.474 2.137.085 2.277.116

1 Belanja Gaji dan Tunjangan

1.555.958 1.636.304 1.738.378 1.845.195 1.984.486

2 Belanja Bunga 7.103 5.426 4.659 4.261 - 3 Belanja Hibah 345.391 408.174 284.337 284.529 289.529 4 Belanja Bagi Hasil

Kepada Propinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa

0 1.200 1.200 1.200 1.200

5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa

1.900 1.900 1.900 1.900 1.900

B Belanja Langsung 1.204.758 1.520.581 1.632.886 1.703.610 1.804.039 1 Belanja Langsung

Program Pendidikan dan Kesehatan

1.014.993 1.123.270 1.198.140 1.228.092 1.300.489

2 Pelayanan Administrasi Perkantoran

66.903 224.538 257.783 259.037 274.308

3 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur

122.862 172.773 176.963 216.480 229.242

C Pembiayaan

Pengeluaran 11.000 11.000 11.000 11.000 0

1 Pembentukan dana Cadangan

- - - - -

2 Pembiayaan Pokok utang

11.000 11.000 11.000 11.000 0

Total (a+b+c) 3.126.110 3.584.584 3.674.360 3.851.6 95 4.081.154

Sumber : 1) Dokumen RKPD 2011 Kota Surabaya 2) Dokumen RKPD 2012 Kota Surabaya 3) Dokumen RKPD 2013 Kota Surabaya *) Bappeko Kota Surabaya, diolah, 2012

Dari data tersebut dikatahui bahwa belanja yang wajib dan

mengikat serta prioritas utama yang harus dilakukan oleh

pemerintah kota Surabaya selama periode 2011-2015 mengalami

Page 19: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 19

peningkatan. Pada tahun 2011 di perkirakan kebutuhannya

sebesar Rp 3.126,11 milyar, meningkat menjadi Rp 3.584,58

Milyar atau meningkat sebesar 14,67 persen pada tahun 2012,

dan pada tahun 2015 menjadi Rp 4.081,15 Milyar.

Dalam rangka mempertimbangkan belanja-belanja, maka

di perlukan struktur anggaran dan pengelolaan keuangan daerah

yang tepat. Struktur anggaran yang tepat merupakan syarat pokok

bagi pengelola keuangan yang baik di daerah, untuk itu ada

beberapa yang di lakukan, yaitu :

1. Struktur anggaran harus secara eksplisit memisahkan

pendapatan dan pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari

utang misalnya, tidak bisa diklam sebagai pendapatan karena

suatu saat nanti dana tersebut harus dikembalikan. Demikian

pula penerimaan yang berasal dari kinerja anggaran tahun-

tahun sebelumnya (seperti dana cadangan dan SILPA)

ataupun dana dana yang bersifiat temporer (seperti hasil

penjualan aset daerah) tidak bisa dimasukkan ke dalam

komponen pendapatan daerah karena berpotensi menganggu

perencanaan keuangan daerah.

2. Struktur alokasi anggaran harus disusun sesuai prioritasnya,

yakni antara alokasi belanja untuk urusan yang bersifat wajib

dan pilihan, serta antara alokasi belanja yang dirasakan

menfaatnya secara langsung dan tidak langsung oleh

masyarakat. Pengelolaan keuangan di daerah meliputi

mobilisasi pendapatan, penetapan alokasi belanja daerah,

dan mobilisasi pembiayaan. Untuk memenuhi syarat

kecukupan (sufficient condition) bagi pengelola keuangan

daerah yang baik maka daerah perlu memahami dan

menggali potensi.keunggulan daerah serta mengidentifikasi

pokok-pokok permasalahan yang ada, prioritas prioritas

pembangunan daerah dengan beberapa pertimbangan

tersebut menjadi dasar pola alokasi belanja di kota surabaya.

Dalam upaya mewujudkan ”Surabaya Lebih Baik”, perlu

dilakukan pembenahaan tata ruang, pembangunan infrastruktur

Page 20: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 20

dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk itu, ruang gerak

anggaran perlu lebih dioptimalkan tidak hanya melalui mobilisasi

sumber pendapatan, tetapi juga melalui upaya penggalian sumber

pembiayaan antara lain dari pinjaman dan obligasi kota, serta

melakukan efisiensi belanja. Disamping itu, perlu dilakukan proses

penganggaran partisipatif (participatory budgeting) dengan

melibatkan seluruh stakeholders. Dalam upaya memenuhi

kebutuhan pembangunan infrastruktur kota, perlu dikembangkan

model pembiayaan public-private partnership.

Kebijakan keuangan Pemerintah Kota Surabaya juga

bergantung pada proyeksi pertumbuhan ekonomi, realisasi

investasi dan kemampuan pengeluaran investasi oleh Pemerintah

Kota. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011-2015 diperkirakan

akan terus meningkat seiring dengan stabilitas politik dan

keamanan baik nasional maupun tingkat Kota.

Peranan investasi pemerintah (APBN dan APBD) rata-rata

berkisar 5-7 persen. Arah kebijakan keuangan daerah bermanfaat

untuk :

1. Menopang proses pembangunan Kota yang berkelanjutan

sesuai dengan visi nasional dan visi spesifik Pemkot

Surabaya.

2. Menyediakan pelayanan dasar secara memadai bagi

kesejahteraan masyarakat.

3. Meminimalkan resiko fiskal sehingga keberlanjutan anggaran

Kota dapat terjamin.

Belanja Daerah merupakan kewajiban Pemerintah Kota

sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dan merupakan batas

tertinggi untuk setiap jenis belanja yang bersangkutan. Pada

periode 2006-2010 belanja daerah Kota Surabaya adalah sebegai

berikut :

Page 21: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 21

Tabel 3.10 Belanja Daerah 2006-2010

(dlm Jutaan Rupiah)

Tahun Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

Jumlah Belanja

2006 600.537 785.804 1.386.341 2007 607.340 949.132 1.556.472 2008 795.780 1.223.459 2.019.239 2009 1.051.417 2.075.946 3.127.363 2010 1.484.925 2.152.144 3.637.069

Sumber : Dokumen Laporan Realisasi Anggaran

Belanja daerah disusun dengan pendekatan kinerja yang

ingin dicapai (performance-based budgeting). Dalam perencanaan

lima tahun ke depan, Belanja Daerah diproyeksikan berdasarkan

kebutuhan daerah untuk membiayai antara lain:

1. Belanja Pegawai yang meliputi gaji, tunjangan, kesra, dan

lain-lain.

2. Belanja Telepon, Air dan Listrik.

3. Belanja Dedicated Program yakni program yang berskala

besar, monumental, dan berdampak luas pada kepentingan

publik.

4. Belanja Kegiatan Tahun Jamak (multi-years) yakni kegiatan

yang diselesaikan lebih dari setahun dan telah memperoleh

persetujuan DPRD.

5. Belanja Prioritas SKPD yakni untuk membiayai kegiatan

sesuai tupoksi dan urusan pemerintahan.

Pada setiap tahunnya, Belanja daerah nantinya akan

dikelompokkan dalam urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan

wajib meliputi: pendidikan; kesehatan; lingkungan hidup; pekerjaan

umum; penataan ruang; perencanaan pembangunan; perumahan;

kepemudaan dan olahraga; penanaman modal; koperasi dan

usaha kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil;

ketenagakerjaan; ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan

dan perlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga

sejahtera; perhubungan; komunikasi dan informatika; pertanahan;

Page 22: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 22

kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; otonomi daerah,

pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat

daerah, kepegawaian, dan persandian; pemberdayaan masyarakat

dan Kelurahan; sosial; kebudayaan; statistik; kearsipan; dan

perpustakaan. Sedangkan urusan pilihan meliputi: kelautan dan

perikanan; pertanian; pariwisata; industri; perdagangan; dan

ketransmigrasian.

Arah kebijakan Belanja Daerah dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Menitikberatkan pada Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang

sesuai denga Prioritas Pembangunan Kota

2. Menjalankan participatory program and budgeting untuk isu-

isu yang dominant antara lain: pendidikan, kesehatan,

Lingkungan dan transportasi.

3. Melakukan efisiensi belanja, melalui :

• Meminimalkan belanja yang tidak langsung dirasakan

pada masyarakat;

• Melakukan proper budgeting melalui analisis cost benefit

dan tingkat efektivitas setiap program;

• Melakukan prudent spending melalui pemetaan profil

resiko atas setiap belanja kegiatan beserta perencanaan

langkah antisipasinya.

4. Belanja daerah disusun berdasarkan sasaran/target kinerja

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang harus dicapai

setiap tahunnya. (performance-based budgeting)

5. Melakukan analisis khusus untuk permasalahan gender, anak,

ibu hamil, pendidikan, ekonomi kerakyatan, birokrasi,

asuransi sosial pensiun, dan jaminan pemeliharaan

kesehatan masyarakat.

6. Memberikan bantuan-bantuan (khususnya) keuangan dalam

bentuk:

• Subsidi, untuk menolong kelompok ekonomi lemah

dalam mengakses fasilitas publik.

Page 23: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 23

• Hibah, untuk menyentuh kegiatan/usaha

penduduk/komunitas sebagai seed money yang

berperan untuk mendorong perangkat kelurahan

berperan sebagai urban manager.

• Bantuan sosial, untuk menyentuh komunitas sosial

tertentu dalam rangka pembangunan modal sosial.

• Bantuan keuangan, untuk memberikan insentif/disinsentif

kepada pemerintah Kota/Daerah lainnya dalam rangka

kerjasama/komitmen antar pemerintah Kota/daerah.

7. Membangun Medium Term Expenditure Framework (MTEF)

terutama untuk menyelesaikan program-program yang harus

dirampungkan dalam lebih dari satu tahun anggaran.

8. Memperjelas kerangka regulasi untuk setiap penetapan jenis

belanja dan pagu alokasi dari setiap SKPD.

9. Meningkatkan proporsi alokasi belanja pada tingkat

Kecamatan, Kelurahan dan UPT;

10. Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang

langsung menyentuh kepentingan masyarakat.

Estimasi perkembangan belanja daerah Kota Surabaya

tahun 2011-2015 terdiri dari belanja langsung dan tidak langsung.

Belanja langsung terdiri belanja pegawai, belanja barang dan jasa,

dan belanja modal. Sedangkan belanja tidak langsung terdiri dari

belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,

belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan

keuangan, dan belanja tak terduga. Estimasi pertumbuhan belanja

tidak langsung dari tahun 2011-2015 memiliki pertumbuhan rata-

rata sebesar 6,20% dengan pertumbuhan di tiap tahunnya yang

fluktuatif. Sedangkan estimasi pertumbuhan belanja langsung dari

tahun 2011-2015 memiliki pertumbuhan sebesar 6,88%. Sehingga,

pertumbuhan belanja Kota Surabaya secara keseluruhan dari

tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun

sebesar 6,61%.

Page 24: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

Tabel 3.11 Estimasi Perkembangan Belanja Daerah Tahun 2011 – 2 015

(dlm Jutaan Rupiah) No. URAIAN BELANJA 20111) 20122) 20133) 2014*) 2015*)

2.1 Belanja Tidak Langsung 2.1.1 Belanja Pegawai 1.555.958 1.636.304 1.738.378 1.845.195 1.984.486 2.1.2 Belanja Bunga 7.103 5.426 4.659 4.261 - 2.1.3 Belanja Subsidi - - - - -

2.1.4 Belanja Hibah 345.391 408.174 284.337 284.529 289.529

2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 5.992 4.600 625 625 625

2.1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa

- 1.200 1.200 1.200 1.200

2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintahan Desa 1.900 1.900 1.900 1.900 1.900

2.1.8 Belanja Tidak Terduga 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000

Sub Jumlah 1.926.343 2.067.603 2.041.099 2.147.710 2.287.741

2 Belanja Langsung

2.1 Belanja Pegawai 399.613 435.553 400.439 428.521 455.733

2.2 Belanja Barang dan Jasa 1.400.435 1.533.386 1.570.050 1.671.384 1.790.653

2.3 Belanja Modal 1.168.589 1.345.578 1.265.481 1.350.904 1.443.856

Sub Jumlah 2.968.637 3.314.517 3.235.970 3.450.810 3.690.242

Jumlah Belanja 4.894.980 5.382.120 5.277.069 5.598.520 5.977.983

SURPLUS/(DEFISIT) (981.115) (1.094.806) (298.702) (316.802) (323.976) Sumber :

1) Dokumen RKPD 2011 Kota Surabaya 2) Dokumen RKPD 2012 Kota Surabaya 3) Dokumen RKPD 2013 Kota Surabaya *) Bappeko Kota Surabaya, diolah, 2012

Page 25: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 25

III.3.3 PERHITUNGAN KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan ini bertujuan untuk menghitung

kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk

pendanaan program pembangunan jangka menengah 5 (lima)

tahun ke depan. Berdasarkan proyeksi penerimaan daerah dan

belanja serta pengeluaran pembiayaan wajib dan mengkat serta

prioritas utama, maka dapat diproyeksikan kapasitas riil keuangan

daerah yang akan digunakan untuk membiayai program/kegiatan

selama 5 (lima) tahun kedepan (2011-2015) dalam Rancana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kota Surabaya

sebagaimana tabel 3.12.

Tabel 3.12

Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk mend anai pembangunan Daerah Kota Surabaya tahun 2011-2015.

(dalam Rp Jutaan)

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pendapatan 3.913.865 4.287.314 4.978.367 5.281.718 5.654.006 2 Pencairan dana cadangan

(sesuai perda 0 0 0 0 0

3 Sisa lebih riil anggaran 981.115 1.094.806 298.702 316.802 323.976 Total penerimaan 4.894.980 5.382.120 5.277.069 5.598.520 5.977.983 dikurangi

4 Belanja dan pengeluaran pembiayaan yang Wajib dan mengikat serta prioritas utama

3.126.110 3.584.584 3.651.300 3.851.695 4.081.154

kapasitas riil kemampuan keuangan

1.768.870 1.797.536 1.625.769 1.746.825 1.896.828

Sumber: Bappeko Kota Surabaya, diolah, 2012

Berdasarkan data diatas dapat dihitung rencana

penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah untuk

memnuhi kebutuhan anggaran belanja langsung dan tidak

langsung dalam rangka pendanaan program pembangunan jangka

menengah (RPJMD) 2010-2015 sebagaimana tabel 3.13.

Page 26: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 26

Tabel 3.13 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuanga n Daerah

tahun 2011-2015. (dalam Rp Jutaan)

No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 I Kapasitas Riil Keuangan

Daerah 1.768.870 1.797.536 1.625.769 1.746.825 1.896.828

Rencana Alokasi Pengeluaran Prioritas I

II.a Belanja Langsung 2.968.637 3.314.517 3.235.970 3.450.810 3.690.242 II.b Pembentukan Dana

Cadangan - - - - -

Dikurangi II.c Belanja Langsung Yang

Wajib Dan Mengikat Serta Prioritas Utama

1.204.758 1.520.581 1.609.825 1.703.610 1.804.039

II.d Pengeluaran Pembiayaan Yang Wajib Mengikat Serta Prioritas Utama

11.000 11.000 11.000 11.000 0

II Total Rencana Pengeluaran Prioritas I (II.A+II.B - II.C-II.D)

1.752.879 1.782.936 1.615.144 1.736.200 1.886.203

Sisa Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Setelah Menghitung Alokasi Pengeluaran Prioritas (I-II)

15.992 14.600 10.625 10.625 10.625

Rencana Alokasi

Pengeluaran Prioritas II

IIIa Belanja Tidak Langsung 1.926.343 2.067.603 2.041.099 2.147.710 2.287.741 Dikurangi III b

Belanja Tidak Langsung Yang Wajib Dan Mengikat Serta Prioritas Utama

1.910.351 2.053.003 2.030.474 2.137.085 2.277.116

III Total Rencana Pengeluaran Prioritas II (Iiia-Iiib)

15.992 14.600 10.625 10.625 10.625

Surplus Anggaran Riil Atau

Belanja Berimbang (I-II-III) 0 0 0 0 0

Sumber: Bappeko Kota Surabaya, diolah, 2012

Berdasarkan tabel diatas bahwa dari rencana kapasitas riil

kemampuan keuangan daerah setelah dikurangi belanja periodik

yang wajib dan mengikat serta prioritas utama, dan selama tahun

2011-2015 terjadi anggaran berimbang.

Page 27: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 27

III.4. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN

III.4.1. ARAH KEBIJAKAN PENDAPATAN KOTA

Otonomi daerah menimbulkan konsekuensi terhadap

Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan segala urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan dalam rangka mencapai

kemakmuran, kesejahteraan, dan memberikan pelayanan kepada

masyarakat yang mampu memberikan kepuasan. Untuk dapat

mencapai maksud tersebut, dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan diperlukan kemampuan pendanaan dari pemerintah

daerah berkaitan dengan upaya melakukan optimalisasi sumber-

sumber pendapatan daerah. Pendapatan Daerah merupakan

seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri maupun

alokasi dari Pemerintah Pusat sebagai hak pemerintah daerah

yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah

Kota Surabaya terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana

Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah,

diuraikan sebagai berikut :

a. Pendapatan Asli Daerah

Seiring dengan meningkatnya kewenangan

pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah guna melayani

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tuntutan

peningkatan PAD semakin besar, mengingat palayanan kepada

masyarakat selayaknya memenuhi Standar Pelayanan Minimal

(SPM). Kebijakan yang ditetapkan untuk meningkatkan PAD

dirumuskan sebagai berikut :

1. Intensifikasi Pajak atau Retribusi daerah diantaranya

melalui penyempurnaan sistem pelayanan pajak dan

retribusi daerah, optimalisasi pelaksanaan landasan hukum

yang berkaitan dengan penerimaan daerah yaitu dengan

cara memperbarui tarif pajak maupun retribusi,

meningkatkan pengawasan terhadap pemungutan pajak

atau retribusi, meningkatkan koordinasi dan kerja sama

Page 28: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 28

antar unit satuan kerja terkait agar penerimaan pajak atau

retribusi dapat lebih optimal, dan penagihan piutang pajak

yang sulit ditagih;

2. Ekstensifikasi Pajak atau Retribusi daerah diantaranya

melalui Pengkajian jenis retribusi baru yang tidak kontra

produktif terhadap kinerja perekonomian daerah,

pengkajian jenis retribusi yang tidak layak dan perlu

dihapus, pengkajian mekanisme pajak atau retribusi untuk

target kelompok baru terutama sektor-sektor ekonomi yang

belum tergarap misalnya dari sektor informal;

3. Pengelolaan BUMD yang efisien dan efektif diantaranya

melalui Perbaikan manajemen dan profesionalisme

perusahaan BUMD, divestasi modal Pemerintah Kota pada

perusahaan yang merugi dan pembinaan yang semakin

intensif oleh instansi pembina.

4. Meminimalkan kebocoran pemungutan pajak maupun

retribusi daerah melalui peningkatan sistem pemungutan,

sistem pengendalian dan pengawasan atas pemungutan

pendapatan asli daerah untuk terciptanya efektifitas dan

efisiensi, serta peningkatan kesejahteraan pegawai melalui

pemberian insentif biaya pemungutan.

b. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan merupakan pendapatan pemerintah

daerah yang berasal dari pemerintah pusat. Pendapatan yang

diperoleh dari dana perimbangan pada dasarnya merupakan

hak pemerintah daerah sebagai konsekuensi dari revenue

sharing policy. Konsep revenue sharing didasarkan atas

pemikiran untuk pemberdayaan daerah dan prinsip keadilan.

Seiring meningkatnya tuntutan akuntabilitas kinerja pemerintah

maka kebijakan revenue sharing harus transparan, demokratis

dan adil. Terhadap dana perimbangan ini maka kebijakan yang

ditetapkan adalah :

Page 29: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 29

1. Pemerintah Kota secara aktif ikut serta dalam melakukan

pendataan terhadap wajib pajak dan pendapatan lainnya

yang nantinya merupakan Pendapatan Bagi Hasil bagi

Daerah.

2. Melakukan analisis perhitungan untuk menilai akurasi

perhitungan terhadap formula bagi hasil dan melakukan

peran aktif berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat,

sehingga alokasi yang diterima sesuai dengan kontribusi

yang diberikan atau sesuai dengan kebutuhan yang akan

direncanakan.

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

adalah pendapatan daerah yang berasal dari Dana Bagi Hasil

Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, dan Dana

Penyesuaian dan Otonomi khusus. Kebijakan yang ditetapkan

untuk pendapatan tersebut adalah aktif bekerja sama dengan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur guna meningkatkan

penerimaan dari sektor pajak yang dikelola oleh Pemerintah

Provinsi.

III.4.2. ARAH KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

Dari perkembangan yang terjadi selama pelaksanaan

otonomi daerah, sistem dan mekanisme APBD selama periode

2006 – 2010 telah mengalami perubahan. Dengan terbitnya

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 yang

disempurnakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59

tahun 2007, mekanisme APBD menggunakan sistem anggaran

kinerja. Sistem tersebut berakibat pada perencanaan

penganggaran terutama pada sisi belanja daerah yang harus

terukur baik kinerja maupun jumlah kebutuhannya.

Belanja Daerah merupakan perwujudan dari kebijakan

penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

Page 30: BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PDF A5 · 2012-11-07 · r p j m d k o t a s u r a b a y a t a h u n 2 0 1 0 - 2 0 1 5 iii - 1 bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah

R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N 2 0 1 0 - 2 0 1 5

III - 30

yang berbentuk kuantitatif. Berdasarkan uraian tersebut diatas

maka kebijakan belanja Pemerintah Kota Surabaya diprioritaskan

untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerintah daerah dan diarahkan untuk hal-hal

sebagai berikut :

a. Peningkatan efektifitas penanggulangan kemiskinan.

b. Pemerataan Pembangunan dan Pemantapan Infrastruktur;

c. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan;

d. Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan;

e. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan dan

Peningkatan Pelayanan Publik;

f. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi dengan Menciptakan

Kemandirian Kerja dan Perluasan Lapangan Kerja;

g. Meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dan upaya

pemenuhan kebutuhan dasar sarana dan prasarana

pelayanan masyarakat;

h. Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang

langsung menyentuh kepentingan masyarakat (public

interest);

i. Mengakomodir sebanyak-banyaknya aspirasi dan

kepentingan masyarakat dalam skala mikro (bottom up);

j. Memantapkan akuntabilitas publik dan efisiensi pengelolaan

belanja;

k. Menjamin terlaksananya program kegiatan skala besar dan

prioritas (dedicated program).