bab iii 2

Upload: sholehtri

Post on 05-Mar-2016

256 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

testtajsa

TRANSCRIPT

III. PELAKSANAAN PEKERJAANA. Penjelasan UmumPelaksanaan pekerjaan proyek dilakukan setelah kontrak disetujui, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat).

Pembahasan pada bab ini meliputi bagian-bagian dari pelaksanaan pekerjaan, mulai dari material, peralatan, dan pelaksanaan pekerjaan struktur proyek yang ditekankan pada pekerjaan pile cap, kolom, dan pier head.B. Material Bangunan (Bahan Bangunan)Material adalah semua jenis bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek. Diperlukan pengawasan yang cukup ketat terhadap bahan bangunan yang digunakan. Pengadaan bahan yang akan digunakan harus diperhatikan agar mutu bahan dapat dipertahankan sehingga tetap pada kondisi baik, karena bahan bangunan menentukan mutu dan kualitas dari hasil pekerjaan. Bahan bangunan yang digunakan harus sesuai dengan Rencana Kerja dan Syaratsyarat (RKS) yang ada.Adapun material yang digunakan dalam proyek ini adalah sebagai berikut :1. Air

Air dalam pekerjaan proyek digunakan untuk berbagai keperluan seperti perawatan beton (curing), pekerjaan pembersihan sampai untuk keperluan pekerja di lapangan. Air yang digunakan sebaiknya air bersih agar tidak merusak beton atau baja tulangan sehingga didapat hasil yang diharapkan. Air harus bebas dari minyak, alkali, garam, dan bahan-bahan organik (ACI 3 18-83). Pada proyek ini air yang digunakan diperoleh dari sumur bor.2. Semen Portland

Semen portland adalah semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya (Teknologi Beton I, Tri Mulyono). Semen merupakan bahan perekat hidrolis, semen baru dapat berfungsi sebagai bahan perekat apabila telah dicampurkan dengan air.Pada proyek ini semen yang digunakan adalah Semen Portland tipe I dengan merek Semen Padang. Semen yang akan digunakan sebaiknya diletakkan ditempat yang baik agar terlindung dari cuaca (air, hujan, dan kelembaban tinggi) yang dapat menyebabkan kualitas semen menjadi buruk, mengeras ataupun rusak.

Gambar 3.1. Semen3. Agregat

Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar (Teknologi Bahan I, Muhtarom dan Amalia). Akan tetapi walaupun fungsinya sebagai pengisi, agregat cukup berpengaruh sehingga pemilihan agregat merupakan bagian yang penting agar hasil yang didapat sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan ASTM C-33, ukurannya agregat dibagi menjadi dua:a. Agregat Kasar (Kerikil/Split)

Agregat kasar berupa butirbutir agregat yang tertahan pada saringan no. 4 (>4,75 mm).Adapun syaratsyarat dari agregat kasar adalah sebagai berikut :

1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alami dari batuanbatuan atau berupa batu pecah.

2. Agregat kasar harus terdiri dari butirbutir yang keras, tidak berpori dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.Dalam proyek ini digunakan split (Gambar 3.2). Agregat kasar (split) yang digunakan telah sesuai dengan standar, yaitu dapat masuk diantara sela-sela tulangan, karena tidak ditemukan tersangkutnya butir-butir agregat pada sela-sela tulangan.

Gambar 3.2. Agregat Kasarb. Agregat Halus (Pasir)

Pasir yang digunakan harus berbutir tajam, keras, dan tidak mengandung lumpur lebih dari 5 %. Agregat halus yang digunakan pada proyek ini telah memenuhi standar karena sebelumnya telah dilakukan pengujian terlebih dahulu, sehingga dinyatakan telah layak digunakan.

Gambar 3.3. Agregat Halus4. TulanganPada proyek ini tulangan yang digunakan ada tulangan ulir dengan diameter 13 mm, D16 mm, D19 mm, D 22 mm, D25 mm dan D32 mm, ada juga tulangan polos dengan diameter 10 mm dan D8 mm. Baja tulangan seharusnya bersih dari karat, minyak, dan material lain yang dapat mengurangi daya lekatnya terhadap beton. Sedangkan di lokasi proyek, tulangan diletakkan di tempat yang tidak terlindung dari hujan ataupun panas sehingga dapat menyebabkan karat yang nantinya akan membuat kualitas tulangan menjadi menurun atau kurang baik. Seharusnya tulangan diletakkan di tempat terlindung sehingga kualitasnya tetap terjaga.

Gambar 3.4. Tumpukan Tulangan5. Kayu dan Multiplek

Kayu yang digunakan yaitu kayu yang baik, yang lurus, tidak terdapat cacat, dimensi penampang kayu harus sesuai rencana, kelas, dan jenis mutu kayu harus sesuai dengan penggunaan. Kayu dan multiplek ini digunakan untuk membuat bikisting.

Gambar 3.5. Kayu dan Triplek6. Beton Tahu (Beton Decking)

Beton tahu adalah beton yang dibentuk sesuai fungsinya, yaitu untuk mendapatkan selimut beton yang direncanakan dan juga untuk memberi batasan antara permukaan bekisting dengan tulangan. Beton tahu yang digunakan pada proyek Fly Over ini berdiameter 11 cm dan tebal 5 cm.

Gambar 3.6. Beton tahu (Beton decking)

7. Beton Ready MixPada proyek ini beton ready mix digunakan dalam pengecoran pondasi bore pile, kolom, pile cap, girder, pelat lantai, dan struktur atas atau bagian lainnya. Untuk pengontrolan dan pengujian mutu beton dibuat benda uji silinder dengan ukuran 15 30 cm. Dilakukan pula uji slump pada saat beton ready mix tiba di lokasi proyek untuk melihat kesesuaian antara nilai slump pada beton ready mix yang akan digunakan dengan nilai slump yang direncanakan .Penggunaan beton ready mix ini dipilih karena beberapa alasan, seperti:a. Penghematan waktu dalam pengecoran.b. Pemakaian beton ready mix dapat mengontrol dengan baik kualitas beton dengan pemakaian mixer truck.Ready mix yang digunakan pada pelaksanaan proyek pembangunan Jembatan Layang sepanjang 278,85 m ini berasal dari PT. Bima Mix, Tarahan yang berada di daerah Tarahan dengan Slump rencana yang digunakan adalah 14 - 16 cm.Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :a. Semen

Semen yang digunakan pada proyek ini adalah semen portland tipe I dari merek dagang Cement Holcim. Pemilihan semen portland tipe I adalah didasarkan pada klasifikasi ASTM (American Society for Testing and Materials) C150, yaitu digunakan untuk konstruksi biasa dimana sifat yang khusus tidak diperlukan. b. Agregat halusPada proyek pembangunan fly over ini menggunakan agregat halus yang berasal dari penambangan pasir di daerah Gunung Sugih.c. Agregat kasarAgregat kasar (kerikil) yang digunakan pada proyek pembangunan fly over ini adalah Agregat kasar (kerikil) yang berasal dari SBB Tanjungan.d. Admixture

Admixture atau bahan tambah yang digunakan pada proyek ini adalah jenis admixture Naptha 676 Type G. Admixture biasanya digunakan untuk menambah kekuatan atau mutu beton dan dapat juga digunakan agar beton lebih cepat mengering tanpa menunggu lebih lama.8. Kawat pengikat (Bendrat)Kawat pengikat yang digunakan terbuat dari baja lunak diameter 1 mm. Kawat pengikat yang digunakan terbagi kedalam 2 fungsi yaitu pengikat antar sambungan tulangan besi dan pengikat kolom agar dapat berdiri tegak.

Gambar 3.7. Kawat Pengikat9. SikacimSikacim adalah campuran antara bubuk dan air dengan konsentrasi cairan tertentu. Zat aditif digunakan sebagai zat perekat antara beton lama dengan beton baru yang baru akan dicor. Zat aditif yang digunakan dalam proyek ini adalah sikacim yang berasal dari PT. SIKA.

Gambar 3.8. Sikacim

10. Pelumas

Pelumas digunakan untuk melumasi permukaan bekisting dengan tujuan agar beton tidak melekat pada bekisting, sehingga seusai proses pengecoran pembongkaran bekisting dapat dilakukan dengan mudah.

Gambar 3.9 . Pelumas (Oli11. Plastik terpalPlastik terpal digunakan sebagai upaya melindungi beton yang baru dicor agar terhindar dari sinar matahari langsung dan air hujan.C. Peralatan ProyekPeralatan merupakan sarana yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan proyek, perlu ditinjau terlebih dahulu dari segi efisiensi biaya dan waktu. Untuk itu diperlukan manajemen peralatan yang baik.Penentuan ini harus mempertimbangkan faktorfaktor antara lain:

a. Lokasi dan keadaan lapangan.

b. Macam dan volume pekerjaan.

c. Waktu dan biaya yang tersedia.

Pekerjaan suatu proyek sangat tergantung kepada peralatan yang tersedia, karena hal ini akan mempengaruhi kelancaran pekerjaan di lapangan. Peralatan yang digunakan pada proyek ini ratarata 1 unit, hanya ada beberapa alat yang lebih dari 1 unit, ini pasti sudah melalui pertimbangan sebelumnya agar alat dapat digunakan seefektif mungkin. Berikut ini adalah gambar dan penjelasan singkat peralatan yang digunakan di proyek :1. Pemotong tulangan (Bar cutter)Pemotong tulangan (Bar cutter) berfungsi untuk memotong baja tulangan sesuai dengan panjang yang diinginkan. Sebelum dipotong, baja tulangan terlebih dahulu ditandai pada titik yang akan dipotong.

Gambar 3.10. Bar Cutter2. Pembengkok tulanganPembengkok tulangan digunakan untuk membentuk baja tulangan seperti yang diinginkan sesuai gambar kerja, alat ini bersifat manual sehingga diperlukan pekerja yang khusus bertugas membengkokkan tulangan.

Gambar 3.11. Pembengkok tulangan3. Listrik (Genset)

Genset digunakan untuk mengalirkan listrik agar dapat mengoperasikan alatalat di proyek yang membutuhkan listrik atau semua pekerjaan di proyek yang memang memerlukannya.

Gambar 3.12. Genset 4. Dump Truck

Dump truck digunakan sebagai alat transportasi untuk memindahkan tanah ataupun material lainnya dari satu tampat ke tempat lain.

Gambar 3.13. Dump truck5. Pompa Air

Pompa air berfungsi untuk mengambil air dari sumber air atau dari tempat yang menyediakan atau tempat pengambilan air untuk proses pekerjaan di lapangan.

Gambar 3.14. Pompa Air6. Truk Pengaduk Beton (readymix concrete mixer truck)Mixer truck adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut beton Ready Mix dari lokasi batching plant ke lokasi proyek. Beton ready mix yang digunakan berasal dari PT. Bima Ready mix (Bima mix) yang berada di Tarahan. Truk ini berputar selama perjalanan menuju ke lokasi proyek sehingga beton tidak mengalami segregasi, beton tetap homogen dan tidak mengeras. Adapun kapasitas dari truk pengaduk ada yang mampu menampung 5 m3 dan 7 m3 beton pra campur (ready mix).

Gambar 3.15. Readymix concrete mixer truck7. Concrete Pump

Concrete pump adalah alat untuk memompa atau menyalurkan beton ready mix dari truk pencampur (Mixer Truck) ke bagian atau tempat yang akan di cor. Concrete pump ini dilengkapi dengan mesin penggerak dan sehingga pipa dapat digerakkan keatas. Alat ini bekerja dengan sistem tekanan hidrolik yang diberikan oleh putaran mesin pada pompa, namun ada kalanya tempat dengan kedudukan yang lebih tinggi harus dijangkau oleh pompa sehingga dibutuhkan tenaga udara yang juga dihasilkan oleh compressor yang bekerja untuk menghantarkan campuran beton yang dicurahkan dari mixer truck.

8. Pemadat Adukan (Concrete Vibrator)

Vibrator adalah alat yang digunakan untuk memadatkan adukan beton, meminimalisir beton yang melekat di bagian atas pada saat sedang pengecoran dan juga untuk meratakan adukan beton. Dengan digunakannya vibrator diharapkan seluruh bagian yang dicor dapat terisi dengan baik sehingga tidak terjadi celah-celah kosong yang dapat menyebabkan beton keropos. Vibrator harus sering diangkat dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain supaya diperoleh pemadatan yang merata diseluruh bagian.

Gambar 3.16. Concrete VibratorYang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :

a. Ujung vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengan posisi vertical dan diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja. b. Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk satu posisi titik.

c. Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.

d. Ujung vibrator dicabut secara perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya dapat menutup kembali dengan sempurna.9. Cetakan Beton Silinder

Proses pengendalian mutu beton dilakukan dengan cara pengujian terhadap sampel beton menggunakan benda uji bentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Pengujian dilakukan dengan cara mengambil sampel dari setiap pekerjaan pengecoran.

Gambar 3.17. Cetakan Beton Silinder10. Excavator

Merupakan alat berat yang digunakan untuk penggalian, penimbunan, atau meratakan tanah juga untuk pemindahan atau pengangkutan tanah ke dump truck. Excavator dilengkapi dengan bucket, yang berfungsi untuk menggali dan memindahkan tanah.

Gambar 3.18. Excavator11. CraneCrane adalah alat yang digunakan untuk mengangkat dan memindahkan suatu muatan dari satu tempat ke tempat lain yang diinginkan. Terutama digunakan untuk mengangkat muatanmuatan yang berat.

Gambar 3.19. Crane12. Troli Alat ini berbentuk seperti gerobak dengan kapasitas angkut yang tidak begitu banyk. Troli merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengangkut, membawa dan juga untuk memindahkan barang, alat, material ataupun bahan proyek lainnya dalam jumlah yang tidak banyak dan biasanya juga dalam jarak yang tidak begitu jauh.13. Theodolit

Alat ini digunakan untuk pekerjaan pengukuran, seperti menentukan sumbu bangunan, penandaan penempatan kolom dan lain-lain.

Gambar 3.21. Theodolit 14. Alat Las

Digunakan untuk menyambung besi agar sesuai dengan yang dibutuhkan.

Gambar 3.22. Alat Las

15. Peralatan bantuan

a. Alat peneranganb. Cangkul dan sekop

Merupakan alat yang digunakan untuk penggalian tanah dalam skala kecil.c. Linggis Linggis digunakan untuk membongkar dan melepapskan bekisting.d. Catut dan tang / GegepAlat yang digunakan untuk mengencangkan sekaligus memotong kawat bendrat pada proses pengerjaan pengikatan tulangan.e. Palu Palu digunakan untuk pemakuan, pemasangan atau pelepasan bekisting, dan lain sebagainya.f. Benang dan pipa

Berfungsi untuk mengontrol elevasi (pekerjaan leveling).g. Gergaji

Gergaji digunakan untuk untuk memotong kayu, triplek ataupun multiplek, dan lain sebagainya dalam pengerjaan bekisting ataupun pekerjaan lainnya. h. MeteranMerupakan alat yang digunakan untuk mengukur, seperti tinggi atau tebal pemasangan bekisting, jarak antar tulangan dan kegiatan pengukuran lainnya dalam sekala jarak yang kecil.

Gambar 3.23. Meterani. Kawat LasFungsi kawat las sebagai pengisi atau penambah (filler), digunakan untuk pengelasan agar membuang alur las yang berlebihan, membuang alur las yang salah.D. Pelaksanaan Pekerjaan1. Pekerjaan Pile CapPile cap adalah penutup pondasi yang merupakan pertemuan antara kolom dengan pondasi dalam. 1. Pekerjaan Galian Pile CapPenggalian lubang pile cap dilakukan menggunakan excavator, dengan bantuan cangkul dan ember plastik yang digunakan untuk mengangkut tanah hasil galian.Adapun langkah-langkah pekerjaan galian pile cap adalah sebagai berikut :

a. Menentukan titik pusat atau as pelat penutup menggunakan alat theodolit dan Water Pass ialah langkah pertama yang dilakukan. Kemudian titik acuan yang telah sesuai ukurannya ditandai dengan membuat bouwplank pada tempat yang telah ditentukan.b. Setelah titik acuan pada bouwplank ditandai dengan paku, dilanjutkan dengan menarik lot benang dari satu titik paku lalu dikaitkan, kemudian dihubungkan dengan paku yang dititik acuan pada bouwplank yang ada dihadapannya. Cara ini dilakukan pada semua titik acuan bouwplank. Pada pelaksanaannya, langkah pekerjaan ini sama seperti langkah pertama yang dilakukan menggunakan alat theodolit.c. Setelah semua titik dihubungkan, didapat garis benang yang berpotongan. Titik potong tersebut adalah titik as dari pondasi.d. Setelah mendapatkan titik as pondasi, selanjutnya adalah menentukan ukuran galian atau lebar tanah yang akan digali.

e. Dari titik as pondasi, ditarik ukuran sesuai dimensi galian pondasi. Ukuran ini dibuat pada sisi-sisi lot benang. Kemudian pada sisi-sisi tersebut dipasang besi kecil yang ditancapkan pada tanah sehingga membentuk Pile Cap yang diinginkan.

f. Selanjutnya dilakukan pekerjaan penggalian lubang pile cap. Penggalian lubang dilakukan dengan menggunakan Excavator sesuai dengan ukuran yang telah ditandai. g. Pekerjaan galian lubang pile cap ini dibarengi dengan pekerjaan pemotongan beton bored pile.

Gambar 3.24. Penggalian lubang pile cap2. Pekerjaan Bekisting Pile CapSetelah penggalian lubang pile cap adalah pekerjaan bekisting. Saat pekerjaan bekisting, dapat juga dilakukan pelurusan tulangan sisa bore pile yang nantinya dikaitkan dengan tulangan pile cap bagian bawah kemudian diikat dengan kawat, sedangkan air yang ada dalam lubang dikeluarkan dengan cara dipompa.

Gambar 3.25. Pekerjaan Bekisting Pile Cap3. Pekerjaan Pembengkokkan Tulangan Pile CapLangkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Tulangan dibengkokkan sesuai dengan bentuk pada gambar yang sudah ditentukan.b. Tulangan pile cap ini dibentuk menjadi beberapa ukuran yang berbeda-beda, sesuai dengan ukuran pile cap. c. Setelah proses pembengkokkan selesai, tulangan pile cap siap untuk digunakan.

Gambar 3.26. Pembengkokan tulangan Pile Cap4. Pekerjaan Pemasangan Tulangan Pile CapSetelah tulangan siap untuk digunakan, pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan tulangan pile cap. Tulangan pile cap yang telah dibengkokkan atau telah sesuai ukurannya kemudian didistribusikan satu persatu ke dalam lubang pile cap yang telah dibuat. Cara pendistribusiannya yaitu dengan memasang beberapa tulangan sebagai alat bantu untuk menurunkan tulangan yang lain dari atas kedalam lubang pile cap.Saat pendistribusian, telah dapat pula dilakukan perakitan untuk tulangan pile cap pada bagian bawah. Tulangan pile cap ini diletakkan diantara tulangan utama pondasi bored pile secara memanjang sesuai dengan ukuran lubang pile cap. Setelah selesai meletakkan tulangan bagian bawah, selanjutnya dipasang tulangan dengan arah melintang, seperti yang terlihat pada Gambar 3.28.

Selanjutnya dipasang tulangan pile cap bagian atas dan diikatkan dengan tulangan bagian bawah dengan menggunakan kawat pengikat seperti yang terlihat pada Gambar 3.27. Pekerjaan pemasangan tulangan ini dilakukan secara manual oleh pekerja.

Gambar 3.27. Mendistribusikan tulangan Gambar 3.28. Tulangan Pile Cap Bagian bawah Gambar 3.29. Tulangan Pile Cap bagian atas5. Pekerjaan Pengecoran Pile CapSetelah pemasangan tulangan selesai dan dilakukan pemeriksaan, maka pile cap siap untuk dicor. Langkah-langkahnya adalah:

a. Memeriksa tulangan apakah telah sesuai, baik jarak antar tulangan atau sengkang dan juga diameter tulangan.

b. Membersihkan dan mengecek daerah yang akan dicor dari kotoran dan sisa kawat pengikat.c. Menyeting pompa untuk penuangan beton dari concrete mixer/ truck mixer ke tempat pengecoran. d. Melakukan uji slump.e. Menuangkan adukan beton dari concrete pump.f. Meratakan adukan dengan menggunakan vibrator, setelah adukan beton tersebut ditumpahkan. Mutu beton yang dipakai adalah K-350. Pekerjaan pengecoran pile cap dapat dilihat pada gambar 3.30 dan 3.31. Gambar 3.30. Proses Pengecoran Gambar 3.31. Proses Pemadatan Adukan Beton2. Pekerjaan Kolom

Kolom merupakan konstruksi beton bertulang yang berfungsi sebagai tiang dari suatu bangunan dan juga merupakan konstruksi yang menyalurkan beban dari struktur yang berada di atasnya dan kemudian didistribusikan ke pile cap lalu pondasi.

Beton yang digunakan adalah adalah beton ready mix dengan mutu minimal K-350.1. Pekerjaan Tulangan dan Marking KolomLangkah-langkah yang dilakukan dalam pengerjaan tulangan kolom adalah sebagai berikut:a. Membentuk tulangan sesuai dengan gambar yang sudah ditentukan, dengan proses pemotongan dan pembengkokkan besi menggunakan bar cutter dan bar bender.b. Pemberian Marking/penentuan titik yang dilakukan yaitu penentuan as kolom yang diperoleh dari hasil pekerjaan tim survei yang melakukan pengukuran dan pematokan. Marking berupa titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak bekisting. Pengukuran dilakukan menggunakan alat theodolite.

Gambar 3.32. Pemberian Marking2. Perakitan tulangan kolom

Perakitan tulangan kolom dimulai dengan mempersiapkan jenis tulangan yang akan digunakan. Setelah tulangan siap, proses selanjutnya adalah merakit tulangan kolom dengan memasang tulangan utama terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan tulangan spiral atau sengkang, setelah itu ikatkan tulangan tersebut dengan menggunakan kawat.Perakitan tulangan kolom dilakukan langsung di lokasi oleh para pekerja pembesian. Pemasangan tulangan dilakukan berdasarkan gambar yang telah direncanakan dan diawasi oleh penanggung jawab pekerjaan pembesian.

Gambar 3.33. Perakitan Tulangan3. Pemasangan beton tahu (decking)

Pemasangan beton tahu dilakukan untuk mendapatkan selimut beton yang diinginkan, yaitu setebal 7 cm dengan diameter 11 cm, beton decking dipasang pada sisi kolom. Beton decking diikatkan ke tulangan dengan menggunakan kawat bendrat. 4. Pemasangan bekisting

Setelah perakitan tulangan, pekerjaan selanjutnya yaitu pembuatan bekisting sesuai dimensi kolom. Sebelum bekisting dipasang, permukaannya dilapisi terlebih dahulu dengan pelumas (oli) agar mudah saat pelepasan. Proyek ini menggunakan bekisting berbahan pelat baja karena sudah diperhitungkan bahwa bekisting ini lebih ekonomis dibandingkan dengan bekisting multiplek. Bekisting baja lebih mudah dipasang dan dapat digunakan kembali berkali-kali, bekisting ini juga lebih kuat untuk menahan jika dibandingkan dengan bekisting multiplek.Pengelasan bekisting harus benarbenar kuat agar tidak terjadi kecelakaan pekerjaan yang nantinya akan menyebabkan kerugian.

Gambar 3.34. Pemasangan Bekisting Kolom

Gambar 3.35. Pengelasan Bekisting KolomPelurusan (penyentringan) bekisting kolom bertujuan agar bekisting kolom tidak miring atau bergeser dan tegak lurus vertikal ketika proses pengecoran dilakukan. Langkahlangkah pelurusan bekisting:a. Memasang penyangga baik besi tulangan atau balok pada kolom yang telah dipasang bekisting.

b. Membuat titik tengah sebagai titik patokan lalu memasang paku sebagai tanda dan diujungnya diikatkan seutas benang sebagai tempat untuk mengikatkan unting-unting.

c. Memasang unting-unting pada sisi kolom yang diikatkan pada paku yang telah dipasang pada titiktitik tertentu di sisi atau sekitar bekisting kolom.

d. Mengukur jarak unting-unting bagian bawah dari sisi bekisting. Jika jarak unting-unting bagian bawah sama dengan bagian atas maka kolom tersebut telah tegak berdiri.

e. Memperkuat penyangga bekisting agar kolom tidak berubah atau bergeser.

Gambar 3.36. Penyentringan Bekisting Kolom5. Pengecoran kolom

Setelah dilakukan pemeriksaan, jika kolom telah siap dicor maka barulah dapat dilakukan pengecoran kolom. Adapun langkah-langkah pengecoran kolom adalah sebagai berikut:a. Menyiapkan beton ready mix yang telah siap pakai, dengan mutu beton K-350.

b. Beton dari Readymix concrete mixer truck dituangkan ke dalam bucket yang telah tersedia untuk selanjutnya disalurkan ke kolom. Dimana penyaluran atau pemompa beton dari bucket di lakukan dengan menggunakan Concrete Pump disertai seorang pemandu. Beton yang dituang atau disalurkan oleh pekerja sebaiknya dengan tinggi jatuh 12 meter.

c. Pada saat pengecoran, dilakukan pemadatan / perataan adukan beton menggunakan vibrator agar beton padat dan rata pada semua bagian.

d. Melanjutkan pengecoran sampai mencapai bagian atas bekisting.e. Mengambil sampel beton untuk kemudian dibawa guna mengetahui kekuatan beton tersebut.

Gambar 3.36. Penuangan Beton ke dalam Bucket

Gambar 3.37. Proses Pengecoran

Gambar 3.38. Pemadatan Beton Menggunakan Vibrator6. Pembongkaran bekisting kolomProses pembongkaran dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari rusaknya kolom setelah dicor ataupun rusaknya bekisting kolom, sehingga bekisting tersebut masih dapat di pergunakan kembali.7. Perawatan beton

Secara umum perawatan beton harus memenuhi persyaratan di dalam SNI 03-2847-2002 dan ACI 301, yaitu dilakukan curing setelah bekisting dilepas.8. Langkah- langkah pekerjaan Kolom Pier

Gambar 3.39. Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Pier3. Pekerjaan Pier Head

Bangunan pier head merupakan satu kesatuan bangunan yang terdapat di bagian atas fly over yang memiliki fungsi sebagai penahan beban di atasnya yang menghubungkan antara kolom dan struktur bangunan bagian atas dan kemudian menyalurkan ke pondasi, beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah. Berikut ini adalah langkah-langkah pekerjaan pier head:1. Pembuatan Lantai Kerja

Pembuatan lantai kerja bertujuan agar tidak terjadi penurunan tanah, karena tanah yang ada adalah tanah timbunan yang dipadatkan, apabila tetap terjadi penurunan maka bersifat merata. Adapun langkah-langkah pembuatan lantai kerja sebagai berikut :

a. Tanah timbunan yang akan dibebani oleh scaffolding terlebih dahulu dipadatkan menggunakan excavator dan baby roller untuk selanjutnya pelaksanaan pekerjaan rigid dengan galian tanah sedalam 20 cm.b. Setelah tanah dipadatkan dengan menggunakan excavator dan baby roller, kemudian pada bagian permukaan tanah dibentang dan dipasangkan terpal yang fungsinya adalah sebagai bekisting.c. Dilanjutkan dengan pekerjaan perakitan tulangan yang menggunakan tulangan berdiameter 13 mm dan kemudian dikaitkan dengan kawat.d. sebelumnya dilakukan terlebih dahulu peletakan beton tahu bagian bawah sebagai selimut beton dengan ketebalan 7 cm. Setelah selesai perakitan tulangan, bagian atas tulangan dipasang kembali beton tahu yang sama dengan ketebalan 7 cm untuk mendapatkan ketebalan selimut beton yang diinginkan.e. Setelah dilakukannya pemeriksaan lantai kerja sebelum pengecoran, apabila lantai kerja tersebut dinyatakan telah siap maka dilanjutkan dengan pekerjaan pengecoran lantai kerja dengan menggunakan beton ready mix. Gambar perakitan dan pengecoran lantai kerja dapat dilihat pada gambar 59.

Gambar 3.30. Perakitan dan Pengecoran Lantai Kerja2. Pemberian Titik pada Lantai Kerja (Marking)Pemberian titik atau tanda pada lantai kerja dilakukan sebagai penentuan titik-titik untuk pekerjaan kemiringan pire head seperti yang telah tertera pada gambar rencana proyek. Pekerjaan ini dilakukan oleh para pekerja pengukuran dengan menggunakan alat theodolit. Pemberian titik atau tanda pada lantai kerja menggunakan alatalat seperti paku, benang, dll. Setelah para pekerja pengukuran menentukan titiknya, kemudian diberi tanda dengan menempatkan paku lalu diikat dengan benang dan diberi tanda berwarna merah.

Gambar 3.31. Pemberian Tanda (Marking)3. Pemasangan Scaffolding Pemasangan scaffolding dilakukan sebagai penyanggah bekisting pire head. Scaffolding yang digunakan adalah scaffolding pipa, muatan yang dapat ditahan 350 kg/m2. Menggunakan scaffolding pipa dalam segi biaya mungkin sedikit mahal akan tetapi semua itu telah diperhitungkan sebelumnya bahwa banyak keuntungan lain dari scaffolding pipa seperti pemasangan dan pembongkaran yang lebih mudah, efektifitas waktu, dan juga kekuatan yang lebih baik daripada jika menggunakan bekisting kayu. Scaffolding pipa juga dapat digunakan berkali-kali dalam jangka waktu yang lebih panjang jika dibandingkan dengan scaffolding kayu dan bambu yang mungkin hanya satu kali atau beberapa kali pakai saja.

Gambar 3.32. Pemasangan Scaffolding4. Penulangan Pier Head

Pekerjaan penulangan pier head dilakukan setelah bekisting bagian bawah selesai, kemudian dilanjutkan dengan perakitan tulangan. a. Menyiapkan tulangan sesuai gambar rencana.b. Pertama adalah perakitan pier head bagian bawah, dilanjutkan dengan tulangan pada pier head bagian atas (back wall).c. Memasang beton decking atau beton tahu.

Gambar 3.33. Pemasangan Beton Tahu (Beton Decking)

Gambar 3.34. Pemeriksaan tulangan

5. Pemasangan Bekisting Pier HeadPemasangan bekisting dilakukan setelah semua pekerjaan penulangan telah selesai dan diperiksa. Pemasangan bekisting menggunakan multiplek yang didukung dengan kayu kasau yang telah dibuat sesuai dengan yang direncanakan. Setelah semua bekisting telah terpasang, proses pengelasan dilakukan untuk membuat kuncian-kuncian pada bekisting.

Gambar 3.35. Pemasangan Bekisting Pier Head6. Pengecoran Pier Head

a. Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan beton K350.

b. Saat beton ready mix telah sampai di lokasi proyek, beton dituangkan kedalam bucket yang telah tersedia yang kemudian dipompa atau disalurkan menggunakan concrete pump.

c. Pada saat pengecoran, dilakukan pemadatan / perataan adukan beton menggunakan vibrator agar beton padat dan merata.

d. Melanjutkan pengecoran sampai mencapai bagian atas bekisting pada batas yang direncanakan.

Gambar 3.38. Penuangan Beton ke dalam Bucket

Gambar 3.39. Pengecoran Pier Heade. Pelepasan bekisting dilakukan setalah beton dalam keadaan kering. Beton yang telah dicor dibutuhkan waktu selama 28 hari untuk mendapatkan kekuatan yang diharapkan.

ConcreteVibrator

Mulai

Pemberian Marking/penentuan titik

Perakitan tulangan kolom

Melakukan pemeriksaan kembali rakitan tulangan

Pemeriksaan dan Pemasangan beton tahu (decking)

Pemasangan Bekisting

Pelurusan (penyentringan)

Pemeriksaan Pekerjaan oleh Konsultan Pengawas

Tidak Ok !

Ok !

Melaksanakan Proses Pengecoran

Setelah 28 hari, dilakukan pelepasan bekisting dan Perawatan beton

Selesai