bab ii - syair79.files.wordpress.com file · web viewtinjauan umum tentang asi. hasil penelitian...
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang ASI
Hasil Penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin bagi bayi dan ibunya
mencapai kesehatan yang optimal jika tidak diciptakan suasana yang
membolehkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama enam bulan dan
melanjutkan pemberian ASI bersama pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) hingga usia dua tahun atau lebih. Menyusui adalah hak asasi ibu dan
memberikan sumbangan yang besar untuk mewujudkan hak anak untuk pangan,
kesehatan dan perawatan (Depkes RI, 2000).
1. Pengertian ASI
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun
makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai
kelebihan yang meliputi tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan
aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang penting untuk perkembangan
mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005).
2. Kandungan ASI
Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi
dalam 4 – 6 bulan pertama kehidupan, dianjurkan pada masa ini bayi hanya
7
7
diberikan ASI. Kandungan zat gizi dalam ASI, menurut Soedibyo S. (1997)
yaitu :
a. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat.
b. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya
dan laktosa merupakan zat yang diperlukan bayi manusia.
c. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan
pertama tidak memerlukan vitamin tambahan.
d. ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik.
Bayi yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.
e. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
f. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat
3. Manfaat ASI
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus
diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan atau paling lambat 30 menit
setelah lahir, karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang
produksi ASI selanjutnya. ASI yang keluar beberapa hari setelah persalinan
disebut kolostrum (Depkes RI, 2005).
8
Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih
kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus
diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru
sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan
masakan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus harus dihindari
(Depkes RI, 2005).
Pada usia 0 – 6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (ASI esklusif), karena
produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk
tumbuh kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0 – 4
bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi
enzim untuk mencerna makanan bukan ASI. Apabila pada periode ini, bayi
dipaksa menerima makanan bukan ASI, maka akan timbul gangguan
kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya lain yang fatal. Tanda
bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi tidak rewel
dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
4. Cara ASI Melindungi terhadap Infeksi
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare bila dibandingkan dengan
bayi yang diberikan makanan buatan. Bayi tersebut juga lebih sedikit
menderita infeksi saluran pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang diberi ASI
akan menderita infeksi lebih sedikit, karena :
9
a. ASI bersih dan bebas bakteri sehingga tidak membuat bayi sakit.
b. ASI mengandung antibodi atau zat kekebalan immunoglobulin terhadap
banyak infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi terhadap infeksi
sampai bayi bisa membuat antibodinya sendiri.
c. ASI mengandung sel darah putih atau leukosit hidup yang membantu
memerangi infeksi.
d. ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria
khusus yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi.
laktobacillus bifidus mencegah bakteria berbahaya lainnya tumbuh dan
menyebabkan diare.
e. ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah
pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi.
5. Pola pemberian ASI
Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan
makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu
tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada
malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap
kali menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan
suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan
mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian
10
hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan
bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan
psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang
ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan,
membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya
mencukupi untuk kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996).
6. Masalah Pemberian ASI
Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan
jumlah sel otak sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan
kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Pada umur 4 – 6 bulan (masa
transisi), bayi terus minum ASI dan mulai diperkenalkan dengan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI berbentuk lumat atau setengah cair.
Pada umur 6 – 9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu diperhatikan.MP-
ASI diberikan sesuai dengan umur bayi, minimal diberikan 3 kali sehari. Porsi
MP-ASI setiap kali makan yaitu pada umur 6 bulan minimal 6 sendok makan.
Pada umur 7 bulan minimal 7 sendok makan. Pada umur 8 – 9 bulan berturut-
turut berikan 8 dan 9 sendok makan (Depkes RI, 2005).
11
Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada
bayi agar pada saat umur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga.
Porsi makan anak 12 bulan kira-kira separuh dari porsi orang dewasa.
Pemberian ASI tetap diberikan sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan
selingan yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit, pepaya dan jeruk) perlu
diberikan. Pada umur 24 bulan, secara bertahap anak perlu disapih antara lain
dengan menjarangkan waktu menyusui (Depkes RI, 1996).
Apabila ibu menghadapi masalah grafik pertubuhan bayi tidak sesuai
KMS, puting lecet, payudara bengkak, puting terbenam dan lain-lain
dianjurkan menghubungi petugas kesehatan, bidan, klinik laktasi di Rumah
Sakit Sayang Bayi (RSSB) atau Kelompok Pendudkung ASI (KPA). Bagi ibu
pekerja dianjukan untuk tetap menyusui sebelum dan sesudah bekerja (Depkes
RI, 1996).
7. Apa yang dapat dilakukan oleh ibu pekerja
Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan
untuk mengikuti cara-cara dibawah ini untuk mencegah penurunan produksi
ASI dan penyapihan yang terlalu dini :
a. Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas
dan disimpan untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja disamping
susu formula kalau masih diperlukan.
12
b. Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari.
c. Bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang kerja dan pada malam hari.
d. Tidak menggunakan susu formula pada hari libur.
e. Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu sampai 1 – 2
bulan untuk meyakinkan lancarnya produksi ASI dan masalah pada awal
menuyusui telah teratasi. Kalau ibu ingin memberikan susu formula
dengan menggunakan botol, maka dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa
bayinya telah mampu menyusui pada ibu dengan baik untuk menghindari
bayi bingung puting.
Pastikan bahwa hak azasi menyusui bagi ibu bekerja di sektor formal
dan informal didukung oleh pemerintah dan pengusaha. Mintalah menteri
tenaga kerja untuk mengesahkan konvensi perlindungan persalinan.
Kampanyekan perlunya fasilitas dan tetap memberi waktu menyusui atau
memeras ASI ditempat kerja. Galilah cara-cara kreatif untuk mendukung hak
azasi menyusui ibu pekerja di sektor informal (Depkes RI, 2000).
Ditempat kerja, ibu dapat mengeluarkan ASI-nya dengan tangan dan
disimpan dalam wadah bersih, tertutup dan selanjutnya diberikan kepadanya
bayinya saat ibu pulang kerumah. ASI yang dikeluarkan tadi dapat disimpan
dan tidak rusak selama 6 jam pada suhu kamar atau selama 24 jam dalam
13
lemari es. Apabila bayi atau anak sakit tetap teruskan menyusui dan berikan
MP-ASI lebih cair atau lunak (Depkes RI, 1996).
8. Cara Menyusui Bayi Terhadap Payudara Dalam Posisi Yang Benar
Cara-cara menyusui bayi dalam posisi yang benar yaitu
a. Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai. Kursi rendah biasanya jauh
lebih baik
b. Perhatikan cara memegang bayi sehingga bayi menghadap payudara dan
lambung bayi menempel pada ibu. Bila diinginkan ibu dapat mengendong
bayi diats bantal. Seluruh badan bayi harus menghadap payudara, tidak
hanya membelokkan kepada bayi saja
c. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala dan lehernya
harus sedikit teregang.
d. Ibu harus memegang dan menawrkan seluruh payudaranya, tidak boleh
memencet puting susu atau aerolanya saja
e. Ibu menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting susu untuk
merangsang refleks rooting
f. Ibu menunggu sampai mulut bayi terbuka dan bayi ingin mulai menyusu,
serta cepat gerakan bayi ke payudara
14
g. Ibu harus mengarahkan bibir bawah bayi kedasar aerola. Hal ini membuat
puting susu diatas pusat mulut, sehingga puting mudah menyentuh dan
merangsang langit-langit (King FS, 2002).
B. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya
manusia. Menurut Andrew E. Sikula dalam Martoyo S. (1996) pendidikan adalah
suatu proses pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan
prosedurnya diorganisisr melalui konsep belajar manajerial perorangan dan
pengetahuan teoritis untuk tujuan umum.
Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan
pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan
memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan (Anonim, 2003).
Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan
dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi
serta turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan,
15
sikap dan perilaku masyarakat. Menurut Sciartino, pendidikan juga dapat
diartikan sebagai suatu proses belajar yang memberikan latar belakang berupa
mengajarkan kepada manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat
memberikan kemampuan untuk menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima
atau mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku.
Menurut Maslow, motifasi berhubungan dengan 5 (lima) macam kebutuhan
penting yang secara bersama dan membentuk hirarki yaitu :
1. Kebutuhan fisiologi (Physiologikal needs )
2. Kebutuhan rasa aman ( Safety needs )
3. Kebutuhan sosial ( Social needs )
Dari definisi di atas pendidikan dan latihan bersifat filosofis dan teoritis dan
lebih diarahkan untuk golongan manajer. Sedangkan latihan dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja
tertentu dalam waktu yang relatif singkat.
1. Istilah-istilah Yang Berhubungan dengan Pendidikan
a. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
16
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Anonim, 2003).
b. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang
dan jenis pendidikan tertentu (Anonim, 2005).
c. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan (Anonim, 2005).
d. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasaran
tingkatan perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang dikembangkan (Anonim, 2005).
e. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan
tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan (Anonim, 2005).
f. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan informal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Anonim, 2005).
2. Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
17
mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Anonim, 2003).
3. Prinsip Penyelenggaran Pendidikan
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskrimantif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselenggaran sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan
pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Pendidikan dielenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
18
f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan (Anonim, 2003).
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami
dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif.
Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang
diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal (Mangindaan,
1996) dalam Toruntju (2005). Menurut Sarwono (1997) dalam Toruntju (2005)
pengetahuan lebih bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara
obyektif.
Pengetahuan atau kognitif seseorang tentang ASI adalah hasil tahu yang
terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu
yang sebagian besar diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan ini
merupakan bagian yang penting dalam membentuk perilaku seseorang. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang tentang ASI adalah
merupakan hasil tahu seseorang setelah melakukan berbagai penginderaan
terhadap sejumlah obyek yang berkaitan dengan pola pemberian ASI.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2003) mempunyai enam tingkat, yakni :
19
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :
menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada
anak balita.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
20
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthsis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
21
6. Evaluasi (Evaluation)
Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atu obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi
dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah
diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak
memberikan ASI, dan sebagainya.
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap
Definisi sikap menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), adalah
derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek
psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari
sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau
tidak suka terhadap suatu obyek. Dalam bahasan ini yang berperan sebagai subyek
yaitu Ibu dan obyek yaitu pemberian ASI kepada bayi.
Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda
dan bergerak secara kontinyu dari positif melalui areal netral ke arah negatif.
Kualitas sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil
22
penilaian terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam
kedudukan ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut
menunjukkkan suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang
dalam sesuatu dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim
negatif.
Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap merupakan
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang
bersikap terhadap suatu obyek dapat diketahui dari evaluasi perasaannya terhadap
obyek tersebut. Evaluasi perasaan ini dapat berupa perasaan senang-tidak senang,
memihak-tidak memihak, favorit–tidak favorit, positif–negatif.
Walgito (2001) mengemukakan bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam
diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Adapun
ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan obyek
sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun tertuju pada sekumpulan obyek-
obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan mengandung faktor perasaan
dan motivasi.
Selanjutnya Walgito (2001) mengemukakan tiga komponen yang
membentuk struktur sikap yaitu :
23
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap obyek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau
berperilaku terhadap obyek sikap.
Perilaku yang nampak terhadap suatu obyek tertentu setidaknya bisa
diramalkan melalui sikap yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam arti bahwa
sikap seseorang bisa menentukan tindakan dan perilakunya. Menurut Baltus, sikap
kadangkadang bisa diungkapkan secara terbuka melalui berbagai wacana atau
percakapan, namun sering sikap ditunjukkan secara tidak langsung. Sikap bisa
muncul sebelum perilaku tetapi bisa juga merupakan akibat dari perilaku
sebelumnya.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam pemaparan dibawah ini akan diuraikan jalan pikiran penulis menurut
kerangka teori dan kerangka konsep secara logis. Indonesia bertekad untuk
melaksanakan isi Deklarasi Innocenti di Florence Italia tahun 1990 yang
24
merekomendasikan agar setiap negara memberikan perlindungan dan dorongan
kepada ibu agar berhasil memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Begitu pula
dengan kesepakatan global seperti Konvensi Hak Anak tahun 1990 yang telah
diratifikasi Indonesia dan dokumen tentang “A World Food For Children” tahun
1992 yang juga mengisyarakatkan pemberian ASI kepada bayi (Depkes RI, 2003)
Setiap tahun Indonesia melakukan peringatan Pekan ASI sedunia dengan
berbagai kegiatan seperti seminar, dialog interaktif, pameran dan berbagai
kampanye untuk mensosialisasikan ASI. Masalah pemberian ASI terkait dengan
masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak
sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga
perlu dibuang. Selain itu, kebiasaan memberikan makanan dan atau minuman
secara dini pada sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari kekurang
berhasilan pemberian ASI eksklusif. Ditambah lagi dengan kurangnya rasa
percaya diri pada sebagian ibu untuk dapat menyusui bayinya. Hal ini mendorong
ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan
susu formula (Azwar, 2003)
Benyamin Bloom (1908) dalam Notoadmodjo (2003) untuk tujuan
pendidikan mengukur perilaku manusia dari aspek pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan praktek atau tindakan (psikomotor). Walaupun ketiga domain
tersebut batasannya tidak jelas dan tegas tetapi sampai saat ini masih dianut
bahwa untuk mengukur perilaku ketiga domain ini masih dianggap relevan.
25
Mengingat bahwa terbatasnya biaya, waktu dan tenaga, maka penulis membatasi
variabel pengaruh hanya dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.Untuk lebih
jelasnya kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan :
: Variabel diteliti
: Variabel tidak diteliti
Pendidikan Ibu
Pengetahuan ASI
Sikap
Tindakan
Pekerjaan
Pendapatan
Frekuensi Pemberian
ASI
26
Budaya
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berbunyi:
a. Ho : Tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan pola frekuensi
pemberian ASI esklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata
Kota Kendari tahun 2009.
Ha : Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pola frekuensi pemberian
ASI esklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota
Kendari tahun 2009.
b. Ho : Tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan pola frekuensi
pemberian ASI esklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata
Kota Kendari tahun 2009.
Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pola frekuensi pemberian
ASI esklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota
Kendari tahun 2009.
c. Ho : Tidak terdapat hubungan sikap dengan pola frekuensi pemberian ASI
esklusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota Kendari
tahun 2009.
Ha : Ada hubungan sikap dengan pola frekuensi pemberian ASI esklusif
pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Mata Kota Kendari tahun 2009.
27