syair79.files.wordpress.com file · web viewbudidaya tanaman rumput laut dilakukan masyarakat di...

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional ditentukan oleh pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan nasional serta kemampuan pemerintah dalam membangkitkan kegairahan dan partisipasi seluruh rakyat dalam melaksanakan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan perekonomian, semakin besar pula sarana-sarana yang dapat disediakan untuk kepentingan masyarakat. Sarana yang disediakan mencakup sarana pertanian yang dikembangkan untuk memberdayakan kehidupan masyarakat petani yang ada di pelosok desa. Pelaksanaan pembangunan pertanian yang dilakukan untuk meningkatkan swasembada pangan membutuhkan kerja keras dan kerja sama antara pemerintah dan petani serta masyarakat umumnya yang berhubungan dengan sektor pertanian. Kerja keras 1

Upload: vothuan

Post on 06-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional ditentukan oleh pelaksanaan

dan hasil-hasil pembangunan nasional serta kemampuan pemerintah dalam

membangkitkan kegairahan dan partisipasi seluruh rakyat dalam

melaksanakan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan perekonomian,

semakin besar pula sarana-sarana yang dapat disediakan untuk kepentingan

masyarakat.

Sarana yang disediakan mencakup sarana pertanian yang

dikembangkan untuk memberdayakan kehidupan masyarakat petani yang ada

di pelosok desa. Pelaksanaan pembangunan pertanian yang dilakukan untuk

meningkatkan swasembada pangan membutuhkan kerja keras dan kerja sama

antara pemerintah dan petani serta masyarakat umumnya yang berhubungan

dengan sektor pertanian. Kerja keras dalam arti bahwa semua sumber daya dan

perhatian diarahkan pada program kerja guna meraih hasil yang diinginkan.

Salah satu komoditi unggulan sektor pertanian seperti rumput laut telah

menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat Sulawesi Tenggara

khususnya di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton saat

ini. Rumput laut merupakan komoditi yang potensial dalam memberikan

kontribusi pada pendapatan keluarga petani. Komoditi rumput laut ini telah

dibudidayakan di Desa Wawoncusu dengan luas lahan 27 ha dengan 23 orang

petani.

1

2

Kegiatan usahatani yang dilakukan masyarakat terdiri dari beragam

usaha selain bercocok tanam dilakukan juga kegiatan pemasaran hasil

usahatani. Hasil usahatani sering dipasarkan secara langsung kepada pedagang

pengumpul dengan tingkat harga yang relatif rendah dibandingkan dengan

penjualan yang dilakukan oleh petani secara langsung ke pasar.

Budidaya tanaman rumput laut dilakukan masyarakat di Desa

Wawoncusu karena wilayah ini sangat cocok ditumbuhi tanaman rumput laut,

sehingga usahatani rumput laut menjadi salah satu kegiatan petani yang ada di

Desa Wawoncusu, selain itu masyarakat lebih menguasai cara budidaya

rumput laut yang bersifat tradisional. Tidaklah heran jika tanaman rumput laut

diperhadapkan dengan masalah hama. Kondisi ini menyebabkan masyarakat di

Desa Wawoncusu menbutuhkan bantuan pemerintah melalui Dinas Pertanian

untuk membantu petani rumput laut dalam mengatasi permasalahan petani

rumput laut tersebut dan sekaligus memberikan pemahaman kepada petani

guna meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen rumput laut.

Di sisi lain petani selalu berusaha untuk meningkatkan hasil produksi

rumput laut dengan harapan untuk menjual produksi rumput laut pada tingkat

harga yang dapat memberikan keuntungan guna dapat meningkatkan

kesejahteraan keluarganya. Adanya kebijakan harga terhadap komoditi rumput

laut membuat kegiatan petani selalu berusaha untuk memasarkan komoditi

rumput laut kepada pasar secara langsung.

Jika dilihat dari segi perekonomian, pendapatan petani rumput laut di

Desa Wawoncusu dapat dikatakan di atas rata-rata. Hal tersebut dapat dilihat

2

3

dari terpenuhinya kebutuhan sehari-hari mereka hingga dapat membiayai

pendidikan anak mereka hingga ke perguruan tinggi.

Dari uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul ”Analisis Produksi,

Pendapatan dan Pemasaran Rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan

Kapontori Kabupaten Buton”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Berapa besar produksi dan pendapatan petani rumput laut di Desa

Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton.

2. Bagaimana pemasaran rumput laut yang ada di Desa Wawoncusu

Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton.

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui berapa besar produksi dan pendapatan petani rumput

laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton.

2. Untuk mengetahui bagaimana pemasaran rumput laut di Desa Wawoncusu

Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Buton, dapat memberikan tambahan informasi

dalam rangka pembinaan dalam sektor pertanian utamanya para petani

rumput laut.

3

4

2. Bagi para petani dapat memberikan informasi dan wawasan serta dapat

memberikan masukan agar dapat meningkatkan produksi dan

pendapatannya, serta dapat memasarkan hasil pertaniannya secara tepat di

masa yang akan datang.

3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melakukan

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis produksi dan pendapatan petani serta

pemasaran rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori

Kabupaten Buton. Dalam penelitian ini hanya mencakup petani yang sudah

memasarkan hasil produksinya dalam sekali panen dengan kurun waktu satu

tahun.

4

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Petani dan Pertanian

Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah

pertanian. Definisi petani menurut Anwas (1992 :34) mengemukakan bahwa

petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau

memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan

itu.

Pengertian petani yang dikemukakan tersebut di atas tidak terlepas dari

pengertian pertanian. Anwas (1992 :34) mengemukakan bahwa pertanian

adalah kegiatan manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh

hasil-hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan

alam.

Bertolak dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa antara petani

dan pertanian tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Oleh

karena itu perbedaannya hanya terletak pada obyek saja.

Menurut Slamet (2000 18-19), petani asli adalah petani yang memiliki

tanah sendiri, bukan penyakap maupun penyewa. Petani asli misalnya ya, saya

punya lahan sendiri,dikerjakan sendiri. Kalau yang palsu kita cuma ketengan.

Paling kita beli satu tahun, gitu. Sewa. Soalnya, bukan tanah sendiri. Misalnya

itu, sudah satu tahu kan sudah habis. Kalau sudah nggak bisa bayar lagi ya

orang lain. Ketika ditanya, jika seseorang yang memiliki tanah tetapi

pengelolaannya dikerjakan oleh buruh tani, apakah masih bisa disebut petani

5

6

asli, pak Slamet mengatakan,”ya bisa, itu namanya petani. Menurutnya,

sekecil apapun tanah yang dimiliki seorang petani, dia tetap disebut petani asli

jika dia memiliki tanah sendiri. Sebaliknya, meskipun seseorang mampu

menguasai tanah luas, tetapi tanah yang dikuasainya itu bukan miliknya

sendiri, dia tidak bisa disebut sebagai petani asli, melainkan petani ketengan.

Menurutnya, seluas apapun tanah yang dikuasai oleh petani ketengan, dia

belum bisa disebut orang kaya. Karena itu, tidak mengherankan jika seorang

petani ketengan tidak dapat meningkatkan status sosialnya dalam struktur

masyarakat desa bedasarkan penguasaan tanahnya.

Dari uraian pak Slamet, dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud

dengan petani asli adalah petani yang memiliki tanah sendiri-bukan penyewa

maupun penyakap-terlepas dari apakah tanahnya itu digarap sendiri secara

langsung maupun digarap oleh buruh tani.

Istilah petani asli dapat ditafsirkan sebagai konstruksi masyarakat desa

paling tidak konstruksinya tentang sosok petani yang”sebenarnya”(the real

peasant). Penambahan kata”asli”dalam kata”petani”menunjukkan, bahwa

petani yang memiliki tanah sendiri adalah gambaran ideal sosok petani yang

hidup dalam konstruksi persepsi masyarakat. Di sini kita tidak bisa

mendikotomikan ”asli” dan ”palsu“, melainkan”citra ideal” dan ”kenyataan

empiri”. Ideal dalam konteks ini tidak berarti hanya hidup dalam dunia ide dan

harapan, karena bisa juga lahir dari sebuah kenyataan yang pernah ada. Itu

artinya, persepsi tersebut lahir dari sebuah pandangan historis tentang petani

yang pernah dikenal masyarakat di waktu lampau. Dengan kalimat lain,

penambahan kata”asli” dalam kata”petani” menandakan bahwa secara historis

6

7

apa yang disebut petani itu adalah orang yang menggarap dan mengelola tanah

miliknya sendiri. Singkatnya, pengertian petani secara genuine adalah orang

yang memiliki dan menggarap tanah miliknya sendiri (Slamet, 2000 :20)

Konseptualisasi petani asli menunjukkan, bahwa tanah merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan petani. Poin pentingnya bukan

hanya terlletak pada soal, bahwa tanah adalah alat produksi utama petani,

melainkan bahwa alat produksi itu mutlak dimiliki petani. Implikasinya, petani

yang tidak memiliki tanah sendiri tidak dianggap sebagai petani sejati atau

asli. Implikasi politisnya, petani mutlak dan mempertahankan dan menjaga

hak kepemilikannya atas tanah. Dengan demikian, kita bisa mengatakan

bahwa konsep petani asli memiliki kaitan sosial-budaya-politik. (Sadikin M,

2001:31)

Pertanian (agriculture) bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi

untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu, petani adalah

sebuah cara hidup (way of life atau livehood) bagi sebagian besar petani. Oleh

karena sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani sebagai

pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo

economicus, melainkan juga sebagai homo socius dan homo religius.

Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-

budaya lokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi,

dan budaya ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem pertanian

secara menyeluruh. (Pantjar Simatupang, 2003:14-15)

Konsep pertanian tidak akan menjadi suatu kebenaran umum, karena

akan selalu terkait dengan paradigma dan nilai budaya petani lokal, yang

7

8

memiliki kebenaran umum tersendiri. Oleh karena itu pemikiran sistem

agribisnis yang berdasarkan prinsip positivisme sudah saatnya kita

pertanyakan kembali. Paradigma pertanian tentu saja sarat dengan sistem nilai,

budaya, dan ideologi dari tempat asalnya yang patut kita kaji kesesuaiannya

untuk diterapkan di negara kita. Masyarakat petani kita memiliki seperangkat

nilai, falsafah, dan pandangan terhadap kehidupan (ideologi) mereka sendiri,

yang perlu digali dan dianggap sebagai potensi besar di sektor pertanian.

Sementara itu perubahan orientasi dari peningkatan produksi ke orientasi

peningkatan pendapatan petani belum cukup jika tanpa dilandasi pada

orientasi kesejahteraan petani. Peningkatan pendapatan tanpa diikuti dengan

kebijakan struktural pemerintah di dalam pembuatan aturan/hukum,

persaingan, distribusi, produksi dan konsumsi yang melindung petani tidak

akan mampu mengangkat kesejahteraan petani ke tingkat yang lebih baik.

Kisah suramnya nasib petani kita lebih banyak terjadi daripada sekedar contoh

keberhasilan perusahaan McDonald dalam memberi”order” kelompok petani

di Jawa Barat. Industri gula dan usaha tani tebu serta usaha tani padi

kini”sangat rendah” dengan jumlah dan nilai impor yang makin meningkat.

(Moebyarto, 1997:28)

Jika kesejahteraan petani menjadi sasaran pembaruan kebijakan

pembangunan pertanian, mengapa kata pertanian kini tidak banyak disebut-

sebut? Mengapa Departemen Pertanian rupanya kini lebih banyak mengurus

agribusiness dan tidak lagi mengurus agriculture bukan Departement of

Agribusiness? Doktor-doktor Ekonomi Pertanian lulusan Amerika tanpa ragu-

ragu sering mengatakan bahwa farming is business. Benarkah farming

8

9

(bertani) adalah bisnis? Jawab atas pertanyaan ini dapat ya (di Amerika) tetapi

di Indonesia bisa tidak. Di Indonesia farming ada yang sudah menjadi bisnis

seperti usaha PT QSAR di Sukabumi yang kemudian bangkrut, tetapi bisa

tetap merupakan kehidupan (livehood) atau mata pencaharian di Indonesia

menghidupi puluhan juta petani tanpa menjadi bisnis.

B. Konsep Usahatani

Kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan barang dan jasa disebut

berproduksi, begitu pula dalam kegiatan usahatani yang meliputi sub sektor

kegiatan ekonomi pertanian tanaman pangan, perkebunan tanaman karas,

perikanan dan peternakan adalah merupakan usahatani yang menghasilkan

produksi. Untuk lebih menjelaskan pengertian usahatani dapat diikuti dari

definisi yang dikemukakan oleh Moebyarto (1997:41) yaitu usahatani adalah

himpunan ssumber-sumber alam yang terdapat pada sektor pertanian itu

diperlukan untuk produksi pertanian, tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang

telah dilakukan di atas tanah dan sebagainya, atau dapat dikatakan bahwa

pemanfaatan tanah untuk kebutuhan hidup.

Pengrtian di atas dapat dijelaskan bahwa pada mulanya usahatani

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani, segala jenis tanaman

dicoba, dibudidayakan. Segala jenis ternak dicoba, dipopulasikan, sehingga

ditemukan jenis yang cocok dengan kondisi alam setempat, kemudian

disesuaikan dengan prasarana yang harus disiapkan guna menunjang

keberhasilan produk usahatani.

9

10

Menurut Mosher (1995:38) mengemukakan usahatani adalah bagian

permukaan bumi dimana seorang petani dan keluarganya atau badan hukum

lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak.

Menurut Soekartawi (1996:39) mendefinisikan usahatani sebagai ilmu

yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada

secara afektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi

pada waktu tertentu.

Moebyarto (1997:41) mengemukakan bahwa usahatani adalah

himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang dilakukan

untuk produksi pertanian. Jadi usahatani yang sesungguhnya tidak sekedar

hanya terbatas pada pengambilan hasil, melainkan benar-benar usaha produksi,

sehingga di sini berlangsung pendayagunaan tanah, investasi, tenaga kerja dan

manajemen. Tingkat keberhasilan dalam pengelolaan usahatani sangat

ditentukan oleh keempat faktor di atas.

Menurut Soekartawi (1996:24) menyatakan bahwa berhasil di dalam

suatu kegiatan usahatani tergantung pada pengelolaannya karena walaupun

ketiga faktor yang lain tersedia, tetapi tidak adanya manajemen yang baik,

maka penggunaan dari faktor-faktor produksi yang lain tidak akan

memperoleh hasi yang optimal.

Bagi seorang petani, analisa pendapatan merupakan ukuran

keberhasilan dari suatu usahatani yang dikelola dan pendapatan ini digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bahkan dapat dijadikan sebagai

modal untuk memperluas usahataninya. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Patong (1995:14) bahwa bentuk jumlah pendapatan mempunyai fungsi yang

10

11

sama yaitu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberikan kepuasan

kepada petani agar dapat melanjutkan usahanya.

Lebih lanjut dikatakan oleh Hernanto (1993:50) bahwa besarnya

pendapatan petani dan usahatani dapat menggambarkan kemajuan ekonomi

usahatani dan besarnya tingkat pendapatan ini juga digunakan untuk

membandingkan keberhasilan petani yang satu dengan petani yang lainnya.

Soeharjo dan Patong (1994:16) menyatakan bahwa analisis pendapatan

usahatani memerlukan dua hitungan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan

keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan

usahatani berwujud tiga hal, yaitu:

1. Hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak

2. Produksi yang dikonsumsikan keluarga

3. Kenaikan nilai industri

C. Konsep Pendapatan

Pendapatan atau perolehan merupakan suatu kesempatan mendapatkan

hasil dari setiap usaha yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pendapatan secara langsung diterima oleh setiap orang yang

berhubungan langsung dengan pekerjaan, sedangkan pendapatan tidak

langsung merupakan tingkat pendapatan yang diterima melalui perantara

(Bambang, S. 1994:121)

Kriteria pendapatan yang ditetapkan dalam seminar pendapan nasional

dan salah satu pokok adalah batasan tingkat pendapatan untuk tingkat

pendapatan untuk kriteria pendapatan rendah sedang dan tinggi sebagai

berikut :

11

12

(Muchdarsyah Sinungan, 2003: 16 )

1. Kriteria untuk pendapatan rendah

a. Penduduk yang pendapatan rendah yaitu Rp. 1. 000.000-Rp. 10.

000.000. pertahun atau rata-rata Rp. 750. 000 perkapita perbulan.

b. Tidak memiliki pekrjaan tetap

c. Tiadak memiliki tempat tinggal tetep (Sewa)

d. Tingkat pendidikan yang tebatas

2. Kriteria untuk pendapatan sedang

a. Penduduk yang berpendapatan sedang yaitu Rp. 10. 000.000-Rp.

25.000.000 Rp. 1.250. 000.000 perkapita perbulan.

b. Memiliki pekerjaan tetep

c. Memiliki tepat tinggal yang sederhana.

d. Memiliki tingkat pendidikan.

3. Kriteria untuk pendapatan tinggi

a. Penduduk bependapatan tinggi yaitu Rp. 25. 000.000 Rp. 50. 000.000

atau rata-rata Rp2.083.333 perkapita perbulan.

b. Memiliki lahan dan lapangan kerja.

c. Memiliki temapat tinggal tetap.

d. Memiliki tingkat pendidikan

Menurut Boediono (1992:32) mengemukakan bahwa hasil pendapatan

dari seorang warga masyrakat adalah hasil penjualan dari faktor-faktor yang

dimiliki kepada faktor produksi. Jadi pendapatan adalah hasil penjualan

faktor produksi atau aset yang dimilikinya.

12

13

Dalam pengertian sederhana dapat di artikan sebagai modal

penerimaan produksi setelah dikurangi dengan biayah. Balas jasa diterima

sebagai jumlah faktor produksi yang di hitung untuk jangka waktu tertentu.

Disamping itu jumlah pendaatan mempunyai fungsi untuk memenuhi

keperluan sehari-hari dan memberikan kepuasan kepada petani agar dapat

melanjutkan produksinya.

Selanjutnya pendapatan usahahatani dikenalpula istilah pendapatan

kotor (gross farm income). Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk

usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang di jual maupun yang tidak

di jual.

Soekartawi, (1996:82) oleh karena itu pendapatan usahatani adalah

mencangkup semua hasil produksi. Pengertian pendapatan tersebut diatas

dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah nilai perolehan yang diterima

pekerja secara langsung sebai imbalan atas jasa dalam menyelesaikan suatu

pekerjaan.

D. Pentingnya Peningkatan Pendapatan

Untuk mengetahui makna atau pentingnya peningkatan pendapatan,

kita perlu mengetahui apa sebenarnya kegunaan pendapatan. Secara garis

besar pendapatan mempunyai kegunaan sebagai sumber pengeluaran

konsumsi dan sebagai alat untuk memperbaiki taraf hidup atau meningkatkan

kesejahteraan seseorang.

a. Pendapatan sebagai sumber pengeluaran konsumsi

Dalam perekonomian yang sederhana, pendapatan seorang warga

masyarakat pertama-tama akan dipergunakan sebagai pengeluaran

13

14

konsumsi, dan selebihnya ditabung. Hal ini sesuai dengan penjelasan

Budiyono ( 1992:64) bahwa dari segi kegunaannya, pendapatan seseorang

dipergunakan untuk pengeluaran konsumsi, sedangkan selebihnya adalah

merupakan tabungan ( saving).

b. Peningkatan pendapatan sebagai usaha perbaikan taraf hidup dan

peningkatan kesejahteraan.

Menurut Poerwadarminta (1986:376) taraf hidup adalah tingkat

kesejahteraan sedangkan kesejahteraan berarti kemakmuran dan

kesenangan hidup karena serba cukup (mewah, tidak kekurangan).

E. Prinsip Biaya Dalam Usahatani

Prinsip-prinsip biaya dalam usahatani perlu diperhatikan dengan

tujuan menetapkan alternatif tentang pengeluaran biaya yang bagaimana

dapat memberikan keuntungan.

Prinsip-prinsip biaya tersebut anara lain :

a. Prisip biaya perimbangan (principle of oportuniti cost )

b. Prinsip keuntungan komperatif ( priciple of comperatife advantage )

c. Prinsip kenaikan hasil yang berkurang ( principle of diminishingreturn )

d. Prinsip kombinasi usaha (principle of combining enterprises )

Dalam pengembangan usahatani secara umum tidak terlepas dari

persoalan biaya, sehingga seorang petani bila ingin memperoleh keuntungan

yang sesuai, maka diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam

pengambilan keputusan untuk memilih usahatani yang cocok dan sesuai

usaha tani.

14

15

Kartasapoerta (1988:65) menempatkan biaya sebagai tempat yang

penting dalam berproduksi sehinga tersedianya sejumlah biaya benar-benar

harus diperhitungkan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung

dengan baik dan benar, karena biaya sangat berkaitan erat dengan produksi

dan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi.

Menurut Soeharjo dan Patong ( 1984:17 ) mengatakan bahwa biaya

mempunyai peranan penting dalam pengambilan keputusan pada kegiatan

usahatani. Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan untuk memproduksi

sangat ditentukan oleh besaran biaya pokok dari produksi yang dihasilkan.

Pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya umum dan biaya variabel.

Menurut Soekartawi ( 1990 :76 ) mengemukakan bahwa biaya tetap meliputi

pajak dan sewa tanah, sedangkan yang temasuk biaya variabel seperti

pembelian pupuk, obat- obatan dan upah tenaga kerja. Biaya produksi

merupakan biaya- biaya yang terjadi untuk mengelolah bahan baku menjadi

produk jadi yang siap dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan

ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji kariawan

yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak

langsung berhubungan dengan proses produksi. Mulyadi (1993:14 )

Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang

dibiayai, biaya dapat di kelompokan biaya langsung dan biaya tidak

langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang menyebabkan satu-

satunya adalah karena adanya satu yang dibiayai. Sedangkan biaya tidak

langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya di sebabkan oleh sesuatu yang

dibiayai. Mulyadi (1993:15 )

15

16

Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubunganya dengan

perubahan volume perubahan volume kegiatan, biya dapat dikelompokan

menjadi :

a. Biaya varibel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

volume kegiatan.

b. Biaya semi varibel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

c. Biaya semifized, yaitu biayah tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah denga jumlah yang konstan pada volume produksi

tertentu.

d. Biaya tetap,yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume

kegiatan tertentu.

F. Konsep Produksi

Penelitian ini berkaitan dengan konsep produksi yang menujukan

besarnya tingkat produksi rumput laut yang diperoleh petani, oleh karena itu

konsep produksi dijelaskan untuk memberikan definisi tentang produksi

menurut para pakar ekonomi. Secara umum produksi diartikan sebagai

aktivitas untuk menciptakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

manusia. Jadi produksi adalah aktivitas yang menciptakan atau

menambahkan utility suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

manusia.

Sofyan Assauri (1993:54 ) mengemukakan bahwa produksi adalah

kegiatan mencitakan atau menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau

16

17

menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa dengan mengunakan

sumber- sumber (tenaga kerja,mesin,bahan-bahan, dan modal) yang ada.

Sedangkan Wasis (1992:40) menjelaskan bahwa roduksi adalah

merubah bahan atau komponen (produksi) menjadi barang jadi. I Gusti

Ngurah (1994:19 )mengemukakan bahwa produksi adalah sebagai hasil

proses aktivitas ekonomi dengan manfaat sumberdaya yang tersedia serta

memiliki potensi sebagai faktor produksi.

Hermanto (1994:32) mengemukakan bahwa produksi adalah suatu

proses untuk memenuhi kebutuhan untuk penyelengaran jasa-jasa lain yang

dapat memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karena itu produksi merupakan

tindakan manusia. Oleh karena itu produksi merupakan tindakan manusia

untuk menciptakan atau menambah nizlai guna barang sesuai dengan yang

dikehendaki.

Menurut Mubyarto (1996 :25) menyatakan bahwa produksi petani

adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya faktor produksi tanah,

modal, tenaga kerja simultan.

Dalam melakukan usahatani, seorang pengusaha atau seorang petani

akan selalu baerfikir untuk mengalokasikan input seefisien mungkin untuk

memproduksi yang maksimal. Cara berfikir yang demikian adalah wajar,

mengingat petani melkukan konsep bagaimana memaksimumkan

keuntungan. Dalam ilmu ekonomi cara berfikir demikian sering disebut

dengan pendekatan maksimumkan keuntungan atau profit mazimition. Dalam

kaitan itu Kartasapoerta (1988:43) mengemukakan bahwa produksi

merupakan hasil yang diperole yang berkaitan dengan proses berlangsungnya

17

18

proses produksi. Kuantitas dan kualitas hasil (output ) tersebut tergantung

pada keadaan input yang telah diberikan. Jadi antara input dan output

terdapat kaitan yang jelas.

Dalam bidang pertanian istilah yang dimaksud yaitu hasil pekerjaan

beberapa faktor produksi secara sekaligus. Moebyarto. (1996:30) oleh karena

itu faktor-faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap produksi khususnya

lahan, dan modal, tingkat kesuburan, dan faktor-faktor lain yang melekat

dalam faktor lahan itu sendiri.

Soekartawi dan Patong (1984: 78 ) mengemukakan bahwa dalam

menghitung produksi usahatani biasanya dibedakan antara konsep produksi

per unit usahatani ( cabang usahatani ) oleh produksi total uasaha tani adalah

kualitas hasil yang dipergunakan di suatu jenis usahatani selama periode

tertentu.

G. Pengertian Pemasaran

Menurut Philip Khotler (1996) mengemukakan bahwa”Marketing is a

social and managerial process by which individuals and groups obtain what

they med and want throught creating offering and exacahnging produtcts of

value which other”.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manejerial yang didalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertahankan produk yang bernilai dengan

produk yang lain.

Definisi pemasaran ini berdasarkan pada konsep inti yaitu kebutuhan

(needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands), produk (barang, jasa

18

19

dan gagasan) nilai biaya, kepuasan, petukaran dan transaksi, hubungan dan

jaringan pasar, serta pemasaran dan prospek.

Kemudian Basu Swastha (1999) mendefinisikan pemasaran sebagai

sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan,

menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa

yang dapat menawarkan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun

maupun pembeli potensial.

Dari kedua pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pemasaran

merupakan keseluruhan sistem dari kegiatan-kegiatan bisnis yang dinamis

dan terintegrasi yang di tunjukan untuk merencanakan, menentukan harga

merupakan sistem dan mendistribusikan produk-produk yang dapat

memuaskan keinginan pasar dalam langkah mencapai tujuan organisasi.

2.1.8 Pengertian Saluran Pemasaran Dan Jenis-Jenis Saluran Pemasaran

Pemasaran hasil pertanian merupakan suatu kegiatan yang bertujuan

untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan pemasaran suatu produk,

kita harus mempertimbangkan saluran pemasaran yang dapat dipakai untuk

menyalurkan produk dari produsen ke konsumen. Menurut Philip Khotler

(1996) mengemukakan bahwa saluran pemasaran adalah serangkaian

organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses menjadikan suatu

produk atau jasa siap untuk digunakan atau di konsumsi.

Sedangkan menurut Basu Swastha (1999) saluran pemasaran adalah

saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut

dari produsen sampai kekonsumen atau pemakai industry.

19

20

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran

adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dalam rangka proses

penyaluran barang dari produsen kepada konsumen.

suatu barang dapat berpindah melalui beberapa tangan sejak dari

produsen sampai kepada konsumen. Ada beberapa saluran distribusi yang

dapat digunakan untuk menyalurkan barang-barang yang ada.

Jenis saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Saluran distribusi langsung, Saluran ini merupakan saluran distribusi yang

paling sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen

ke konsumen tanpa amenggunakan perantara. Disni produsen dapat

menjual barangnya melalui pos atau mendangi langsung rumah konsumen,

saluran ini bisa juga diberi istilah saluran nol tingkat (zero stage chanel).

b. Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan

produsen dan pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang

kepada produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen.

Saluran ini biasa disebut dengan saluran satu tingkat (one stage chanel).

c. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan

pengecer, saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai

oleh produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah

besar kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer

pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh

konsumen hanya dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi semacam

ini disebut juga saluran distribusi dua tingkat (two stage chanel).

20

21

d. Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal

ini produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan

barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada

took-toko kecil. Saluran distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah

saluran distribusi tiga tingkat (three stage chanel), Philip Kotler (1996).

2.1.9 Beberapa Fungsi Dalam Proses Pemasaran Hasil Pertanian

Dalam proses pemasaran, hasil pertanian ada beberapa fungsi yang

harus ditampung oleh pihak produsen dan elemen-elemen terlibat dalam

penyaluran yang seringkali funsi-fungsi ini menimbulkan masalah yang harus

diperlukan oleh produsen maupun elemen-elemen yang terlibat dalam rantai

pemesaran. Fungsi-fungsi tersebut terdiri dari :

a. Pembelian dan pengumpulan ini merupakan fungsi ysng bersangkutan

dengan pemendihan atau memiliki sejumlah barang yang dimaksudkan

sebagai persedian produksi atau untuk mencukupi kebutuhan. Dalam

menganalisa pembelian ini ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan

yaitu penatapan kebutuhan, pencarian sumber kebutuhan, perundingan

harga dan transaksi resmi.

b. Penjualan dan penyebaran ini merupakan kegiatan untuk mencari dan

mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau dimiliki

dapat dipasarkan secara menguntungkan.

c. Pengangkutan dan transportasi, merupakan suatu fungsi yang berarti

memindahkan suatu produk dari sumber penghasilanya ke pasar atau

konsumen pada waktu tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan

21

22

dan kepentingan pasar atau konsumen. Jadi transportasi menciptakan

kegunaan tempat dan kegunaan waktu.

d. Menyimpan produk (storage), fungsi ini merupakan fungsi yang hampir

ditemukan pada setiap lembaga pemasaran, ini merupakan suatu

pengumpulan sementara produk sebelum dipasarkan.

e. Pengolahan produk, dalam tataniaga pemasaran disini bukan pengolahan

bentuk, ukuran luar dan sebagainya, tetapi berupa penyortiran produk-

produk tersebut.

f. Pendanaan atau pembiayaan (financing), yaitu penyediaan sejumlah uang

guna suatu transaksi jual beli produk.

g. Resiko, merupakan fungsi yang bersangkutan dengan kerugian yang

timbul akibat kurang matangnya pertimbangan dalam pembuatan rencana.

h. Keterangan pasar, yaitu fungsi pencarian informasi tentang pasar yang

diperlukan untuk penyusunan kebijakan pemasaran produk, Mubyarto

(1997)

2.1.10 Pengertian Margin Pemasaran dan Faktor Yang Mempengaruhi

Mergin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang diterima

oleh petani produsen dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen

akhir. Besar kecilnya perbedaan harga ditingkat konsumen akhir akan

dipengaruhi oleh:banyak lembaga pemasaran yang ikut dalam proses

pemasaran, panjang atau pendeknya saluran yang dilalui dan jarak pasar,

Nurlan F (1986).

22

23

Menurut Khol dan Uhl dalam Astin Akitasan (2004) mendefinisikan

marjin pemasaran merupakan rasio antara nilai tambah yang diperoleh pelaku

pemasaran tertentu dan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Sementara itu Downey dan Trocke (1981) margin pemasaran adalah

perbedaan antara harga penjualan produk pada dua tahapan yang berurutan

dalam saluran distribusi pemasaran produk yang bersangkutan.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

margin pemasaran merupakan perbedaan atau selisih antara harga penjualan

yang diterima setiap lembaga pemasaran pada dua tahapan yang berurutan

dalam saluran pemasaran mulai dari produsen sampai kepada konsumen

akhir.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kecilnya margin

tata pemasaran antara lain banyaknya lembaga yang terlibat dalam proses

pemasaran produk tersebut, atau panjang produk yang dilalui untuk mencapai

pasar.

Menurut Rashit dan Caudry dalam Basirun dkk (1991) mengumumkan

bahwa ada dua unsur yang mempengaruhi margin pemasaran , yaitu:1) biaya

yang dikeluarkan untuk menjalankan fungsi tata niaga seperti mengumpulan,

pengolahan, penyimpanan, pengepakan, pengangkutan dan lain-lain, 2) besar

keuntungan dari pasar-pasar perantara atau keuntungan pedagang perantara.

Selanjutnya Buse dan Brandow dalam Basirun dkk (1991) telah melakukan

penelitian tentang hubungan antara volume, biaya dan harga terdapat margin

dengan menggunakan ordinary square regrestion. Dimana dari hasil ketiga

23

24

variable yang diteliti memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap

margin tata niaga pemasaran.

2.2. Kajian Empirik

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode Astuti (2006) dengan judul”Analisis

Pemasaran Rumput Laut Di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Muna”. Dengan

menggunakan analalisis marjin pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa marjin pemasaran rumput laut di kecamatan kulisusu kabupaten muna

sangat besar.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yusri (2007) dengan judul”Studi

Pendapatan Kakao Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka”. Dengan

menggunakan analisis π = TR –TC dimana π adalah Pendapatan Bersih, TR=

Total Revenue (Pendapatan Kotor), TC= Total Cost (Totaol Biaya). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan bersih yang diperoleh

petani kakao sesuai kriteria yang ditetapkan BPS, tergolong masyarakat

berpendapatan tinggi.

2.3. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka kerangka pikir yang

mendasari penelitian ini adalah bahwa budidaya rumput laut yang dilakukan

petani rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten

Buton dimaksudkan untuk memperoleh produksi, pendapatan dan

menjelaskan pemasaran.

24

25

Dimana ketiga (produksi, pendapatan dan pemasaran) variable diatas

akan dianalisis menggunakan alat analisis deskptif untuk menjawab

permasalahan yang dikemukakan sehingga dapat memberikan kesimpulan

dan rekomendasi peningkatan pendapatan untuk kesejateraan petani rumput

laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pikir penelitian di bawah

ini:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

25

Petani rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan

Kapontori Kabupaten Muna

Produksi pemasaranPendapatan

Analisis

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan Rekomendasi peningkatan Pendapatan

26

2.4. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini merumuskan

hipotesisi sebagai berikut:

1. Diduga bahwa produksi dan pendapatan petani rumput laut di Desa

Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton relatif besar.

2. Diduga bahwa pemasaran rumput laut yang ada di Desa Wawoncusu

Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton menggunakan saluran distribusi

langsung dan saluran distribusi satu tingkat.

26

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Wawoncusu Kecamatan

Kapontori Kabupaten Buton pada tahun 2012.

B. Rancangan Penelitian

Sesuai dengan penelitian yaitu analisis produksi dan pendapatan petani

rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton,

maka penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

menggambarkan tingkat produksi, pendapatan petani dan pemasarannya.

C. Populasi dan Sampel Serta Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh petani rumput laut

yang ada di Desa Wawoncusu yang berjumlah 23 orang. Karena jumlah

populasi yang terbilang sedikit maka pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan secara sensus yakni seluruh jumlah petani rumput laut yaitu 23

orang dijadikan sebagai sampel.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yaitu

petani rumput laut di Desa Wawoncusu. Data-data tersebut adalah :

a. Luas lahan

b. Jumlah produksi

c. Harga jual

27

28

d. pemasaran

e. Biaya-biaya

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait baik

pemerintah, seperti BPS, kantor kecamatan, kelurahan maupun swasta

yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan penelitian ini seperti data

batas wilayah dan luas wilayah.

E. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Harga yang dimaksud adalah nilai jual produk rumput laut yang digunakan

oleh petani dalam pemasaran rumput laut, diukur dengan satuan rupiah.

2. Komoditi yang dimaksud adalah hasil produksi tanaman rumput laut yang

menjadi salah satu sumber pendapatan bagi petani,diukur dengan satuan

buah.

3. Biaya dimaksud adalah pengeluaran petani yang dikeluarkan untuk

kegiatan usahatani dan kegiatan pemasaran rumput laut yang dihitung

dalam satuan rupiah.

4. Pendapatan dimaksud adalah pendapatan kotor yang dikurangi dengan

biaya produksi yang dikeluarkan petani ditambah biaya pemasaran dari

petani tersebut, dihitung dengan satuan rupiah.

5. Petani dimaksud adalah masyarakat tani yang melakukan kegiatan

usahatani rumput laut di Desa Wawoncusu Kecamatan Kapontori

Kabupaten Buton, dalam satuan orang.

6. pemasaran adalah Saluran distribusi langsung dari produsen ke konsumen

dan saluran satu tingkat dari pengecer besar langsung membeli barang

kepada produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen .

28

29

F. Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Metode analisis deskriptif yaitu metode analisis untuk mengetahui

pendapatan petani rumput laut di Desa Wawoncusu, data yang telah

dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan

dengan rumus :

Π = TR-TC

Dimana :

Π = Keuntungan yang diperoleh petani rumput laut (pendapatan bersih)

TR = Total harga jual yang diterima petani rumput laut (pendapatan

kotor)

TC = Total biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan bertani dan

pemasaran

2. Metode analisis deskriptif kualitatif yaitu metode analisis dimana data

yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis untuk ditarik suatu

kesimpulan.

29

30

DAFTAR PUSTAKA

Astin Akitasan, 2004, Margin Pemasaran, LP3ES-UI-Jakarta.

Anwas Adiwilaga, 1992, Pengantar Ilmu Pertanian, Rineke Cipta, Jakarta.

Bambang, S. 1994, Analisis Laporan Keuangan , LP3ES-Jakarta.

Basirun dkk, 1991, Analisis Pemasaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Basu Swastha, 1999, Jenis-Jenis Pemasaran , Intimedia, Jakarta.

Boediono, 1992, Pengantar Ekonomi Makro, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Downey dan Trocke, 1981, Teori Marketing, , Bina Aksara, Jakarta.

Gugun Kismono, 2002, Sosiologi Kemasyarakatan, Percetakan Nasional, Jakarta.

Hermanto, 1995, Pengelolaan Hasil-hasil Pertanian, Intimedia, Jakarta.

Hernanto, 1993, Teori Ekonomi, Bina Aksara, Jakarta.

I Gusti Ngurah, 1994, Teori Ekonomi Makro dan Pembangunan Pertanian, BPFE-UGM, Yogyakarta.

Kamaluddin, 2001, Perilaku Keluarga dalam Organisasi, Gramedia, Jakarta.

Kartasapoetra, 1988, Konsep Biaya, Bina Aksara, Jakarta.

Moebyarto, 1997, Pengantar Ilmu Pertanian, LP3ES-UGM, Yogyakarta.

Mosher, 1995, Pertanian (Agrikultur) Cetakan Kelima, Bina Aksara, Jakarta.

Muchdarsyah Sinungan, 2003, Produktivitas dan Pendapatan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta.

Mulyadi, 1993, Teori Biaya dan Produksi, LP3ES-UI-Jakarta.

Nurlan F, 1986, Indicator Keberhasilan Dalam Pemasaran. , UI-Press, Jakarta.

Pantjar Simatupang, 2003, Petani dan Permasalahan Petani, Rajawali Press, Jakarta.

Patong, 1995, Perencanaan Usahatani, Pustaka Presindo, Jakarta.

30

31

Philip Khotler , 1996, Manejemen Marketing, Cetakan Kelima, Bina Aksara, Jakarta.

Poerwadarminta, 1986, Kesejateraan Dan Kemakmuran Kelima, Bina Aksara, Jakarta.

Sadikin M., 2001, Pengembangan Sektor Pertanian (Penanganan Komoditi Unggul), UGM Press, Jakarta.

Siagian, 1992, Pembangunan Ekonomi Masyarakat Indonesia, Bina Aksara, Jakarta.

Simanjuntak, 1999, Kesejahteraan dan Kesempatan Kerja di Indonesia, Jakarta Press, Jakarta.

Slamet, 2000, Agrikultur, LPN-IPB-Bogor.

Soeharjo dan Potang, 1994, Ekonomi Pertanian Indonesia, Angkasa, Bandung.

Soekartawi dan Potang, 1984, Usahatani Untuk Penelitian dan Pengembangan Usaha Kecil, UI-Press, Jakarta.

Soekartawi, 1996, Manajemen Usahatani, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Sofyan Assauri, 1993, Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian, Rineka Cipta, Jakarta.

Supanto J, 1997, Statistik Pendapatan Nasional dan Aplikasi Pembangunan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Wasis, 1992, Pembangunan Ekonomi, Salemba Empat, Jakarta.

31

32

TUGAS

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN DAN PEMASARAN RUMPUT LAUT DI DESA WAWONCUSU KECAMATAN

KAPONTORI KABUPATEN BUTON

Taruh logo disini

OLEH :

WA ODE NURSIAH1209010286

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAU-BAU2012

32