bab ii uap artritis gout.pdf

35
11 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Artritis Gout atau artritis pirai adalah suatu peradangan sendi sebagai manifestasi dari akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia). Tidak semua orang dengan hiperurisemia adalah penderita artritis pirai atau sedang menderita artritis pirai. Akan tetapi, risiko terjadi artritis gout lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah. (Helmi, 2013:296). Pada orang yang normal, jumlah kadar asam urat sekitar 1000 mg dengan kecepatan metabolisme (turn over) sekitar 600 mg/hari. Kandungan normal natrium urat didalam serum <7 mg/dl. Berdasarkan hasil penelitian laboratorium klinis, kadar asam urat normal pada wanita 2,4-5.7 mg/dl dan untuk pria lebih tinggi yaitu 3,4-7.0 mg/dl. Pada anak-anak kadar asam urat berkisar antara 3,0-4.0 mg/dl dan setelah pubertas pada pria mencapai 5.2 mg/dl. Apabila kadar asam urat melebihi kadar normal tersebut, maka dinamakan Hiperurisemia. (Suiraoka, 2012:116). 2. Anatomi Fisiologi Menurut Tao (2013), secara sederhana sendi didefinisikan sebagai daerah tempat tulang bertemu.

Upload: -

Post on 24-Jun-2015

1.116 views

Category:

Health & Medicine


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab ii uap artritis gout.pdf

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Artritis Gout atau artritis pirai adalah suatu peradangan sendi

sebagai manifestasi dari akumulasi endapan kristal monosodium urat,

yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar

asam urat di dalam darah (hiperurisemia). Tidak semua orang dengan

hiperurisemia adalah penderita artritis pirai atau sedang menderita

artritis pirai. Akan tetapi, risiko terjadi artritis gout lebih besar dengan

meningkatnya konsentrasi asam urat darah. (Helmi, 2013:296).

Pada orang yang normal, jumlah kadar asam urat sekitar 1000 mg

dengan kecepatan metabolisme (turn over) sekitar 600 mg/hari.

Kandungan normal natrium urat didalam serum <7 mg/dl.

Berdasarkan hasil penelitian laboratorium klinis, kadar asam urat

normal pada wanita 2,4-5.7 mg/dl dan untuk pria lebih tinggi yaitu

3,4-7.0 mg/dl. Pada anak-anak kadar asam urat berkisar antara 3,0-4.0

mg/dl dan setelah pubertas pada pria mencapai 5.2 mg/dl. Apabila

kadar asam urat melebihi kadar normal tersebut, maka dinamakan

Hiperurisemia. (Suiraoka, 2012:116).

2. Anatomi Fisiologi

Menurut Tao (2013), secara sederhana sendi didefinisikan sebagai

daerah tempat tulang bertemu.

Page 2: Bab ii uap artritis gout.pdf

12

Ada tiga tipe utama sendi: sinovialis, kartilaginea dan fibrosa.

a. Sendi sinovialis

Paling umum pada tubuh: memungkinkan gerak bebas antara

dua tulang yang bersendi. Cairan pelumas, dikenal sebagai cairan

sinovial, yang ditemukan dalam rongga sendi antara kedua tulang,

member fasilitasi gerak. Rongga ini ditutupi oleh dua struktur:

kartilago artikularis pada permukaan ujung tulang dan membran

sinovialis yang dalam hubungannya dengan bagian luar kapsula

fibrosa, menyusun kapsula artikularis. Periosteum kedua tulang

yang bertemu ini bercampur bersama kapsula artikularis tersebut.

Periosteum dari kedua tulang ini menyatu bersama dengan

kapsula artikul. Seringkali sendi ini diperkuat oleh ligamentum

disekitar, yang terutama penting bilamana mencurigai adanya

cedera sendi yang umum.

Ada enam tipe sendi sinovialis, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tipe sendi sinovialis

Tipe Sendi Sinovialis Contoh Tipe GerakSendi geser (planejoints)

Artikulasioakromioklavikularis

Menggeser pada satusumbu

Sendi engsel (hingejoints)

Artikulasio kubiti Fleksi ekstensi

Sendi pelana (saddlejoints)

Artikulasiokarpometakarpal

Fleksi/ekstensi,abduksi/adduksi,sirkumduksi

Sendi kondiloidea(condyloid joints)

Artikulasiometakarpofalangeal

Sama sepertisendipelana, biasanya dengansumbu yang satu lebihbesar daripada sumbuyang lain

Sendi bola dan soket(ball and socket joints)

Artikulasio koksa Fleksi/ekstensi,abduksi/adduksi,sirkumduksi, rotasi kemedial/lateral

Page 3: Bab ii uap artritis gout.pdf

13

1 2 3Sendi putar (pivotjoints)

Artikulasioatlantoepistrofika

Rotasi (pronasi/supinasiseperti pada radius:rotasi atlas mengelilingidens pada artikulasioatlantoepistrofika)

Sumber: tao & kendall (2013:60)

Gambar:2.1 Anatomi Tulang kakihttpdyah-purnamasari.blog.unsoed.ac.idfiles201103diit-pada-asam-urat-pdf.pdf

b. Sendi kartilaginea

Dua tipe sendi kartilaginea ada pada tubuh di seluruh

perkembangan. Sendi kartilaginea primer dengan khas merupakan

persendian sementara tulang yang dibangun dari kartilago hialin:

sendi ini ada saat perkembangan tulang panjang dan pada

lempeng epifiseal. Sendi kartilaginea sekunder dibagun dari

fibrokartilago. Sebuah contoh tipe sendi ini adalah diskus

intervertebralis yang menggabungkan vertebra bersama dan

memungkinkan untuk pembatasan gerak tulang belakang.

Page 4: Bab ii uap artritis gout.pdf

14

c. Sendi fibrosa

Tulang yang bersendi dihubungkan oleh ligamentum atau

membrane fibrosa. Gerak pada sendi ini dapat terbatas atau tidak

ada, bergantung pada pembatasan fibrosa yang menghubungkan

tulang-tulang. Contohnya meliputi suara tulang tengkorak,

simfisis osium pubis dan sendi yang menghubungkan radius dan

ulna.

3. Etiologi

Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam

urat dalam serum darah dengan akumulasi endapan kristal

monosodium urat, yang terkumpul didalam sendi. Keterkaitan antara

Gout dengan Hiperurisemia yaitu adanya produksi asam urat yang

berlebih, menurunnya eskresi asam urat melalui ginjal, atau mungkin

keduanya. (Helmi, 2013:298).

4. Tanda dan Gejala

Menurut Helmi (2013:298), tanda dan gejala artritis gout sebagai

berikut:

a. Tanda

1) Artritis gout tipikal

a) Beratnya serangan artritis menyebabkan penderita tidak

bisa berjalan, tidak dapat memakai sepatu dan

mengganggu tidur. Rasa nyeri digambarkan sebagai

excruciating pain dan mencapai puncak dalam 24 jam.

Page 5: Bab ii uap artritis gout.pdf

15

Tanpa pengobatan pada serangan permulaan dapat sembuh

dalam 3-4 hari.

b) Serangan biasanya bersifat monoartikuler.

c) Remisi sempurna antara serangan akut.

d) Hiperurisemia. Biasanya berhungan dengan serangan

Artritis Gout akut, tetapi diagnosis Artritis tidak harus

disertai Hiperurikemia. Fluktuasi asam urat serum dapat

menpresipitasi serangan gout.

e) Faktor pencetus. Faktor pencetus adalah trauma sendi,

alkohol, obat-obatan dan tindakan pembedahan. Biasanya

faktor-faktor ini sudah diketahui penderita.

2) Artritis gout atipikal

Gambaran klinik yang khas seperti artritis berat,

monoartikuler dan remisi sempurna tidak ditemukan. Akan

tetapi, yang biasanya timbul beberapa tahun sesudah serangan

pertama ternyata ditemukan bersama dengan serangan akut.

Jenis atipikal ini jarang ditemukan. Dalam menghadapi kasus

gout yang atipikal, diagnosis harus dilakukan secara cermat.

Untuk hal ini diagnosis dapat dipastikan dengan melakukan

punksi cairan sendi dan selanjutnya secara mikroskopis dilihat

kristal urat.

a. Gejala

Dalam evolusi artritis gout didapatkan 4 fase dan gejala sebagai

berikut:

Page 6: Bab ii uap artritis gout.pdf

16

1) Artritis gout akut

Manifestasi serangan akut memberikan gambaran yang

khas dan dapat langsung menegakkan diagnosis. Sendi yang

paling sering terkena adalah metatarsophalangeal pertama

(75%). Pada sendi yang terkena jelas terlihat gejala inflamasi

yang lengkap.

2) Artritis gout interkritikal

Fase ini adalah fase antara dua serangan akut tanpa gejala

klinik. Walaupun tanpa gejala, Kristal monosodium dapat

ditemukan pada cairan yang diaspirasi dari sendi. Kristal ini

dapat ditemukan pada sel sinovia, pada vakuoal sel sinovia dan

pada vakuola sel mononuclear leukosit.

3) Hiperurikemia asimtomatis

Fase ini tidak identik dengan artritis gout. Pada penderita

dengan keadaan ini sebaiknya diperiksa juga kadar kolesterol

darah karena peninggian asam urat darah hampir selalu disertai

peninggian kolesterol.

4) Artritis gout menahun dengan tofi

Tofi adalah penimbunan Kristal urat subkutan sendi dan

terjadi pada artritis gout menahun, yang biasanya sudah

berlangsung lama kurang lebih antara 5-10 tahun.

5. Patofisiologi

Kelainan Pada sendi metatarsofalangeal terjadi akibat ditemukan

penimbunan Kristal pada membran sinovia dan tulang rawan artikular.

Page 7: Bab ii uap artritis gout.pdf

17

Pada fase lanjut akan terjadi erosi tulang rawan, proliferasi sinovia

dan pembentukan panus, erosi kistik tulang serta perubahan gout

sekunder. Selanjutnya, terjadi tofus dan fibrosis serta ankilosis pada

tulang kaki.

Adanya gout pada sendi kaki menimbulkan respon lokal, sistemik

dan psikologis. Respons inflamasi lokal menyebabkan kompresi saraf

sehingga menimbulkan respon nyeri. Degenerasi kartilago sendi dan

respons nyeri menyebabkan hambatan mobilitas fisik. Peningkatan

metabolisme menyebabkan pemakaian energi berlebih sehingga klien

cenderung mengalami malaise, anoreksia dan status nutrisi klien tidak

seimbang. Pembentukan panus pada pergelangan kaki menyebabkan

masalah citra tubuh dan prognosis penyakit menimbulkan respons

ansietas. (Muttaqin, 2011:396).

Page 8: Bab ii uap artritis gout.pdf

18

6. Pohon Masalah

Gambar: 2.2 Pohon masalah artritis goutSumber: (Muttaqin. 2011:397)

Artritis gout pada kaki

Respons lokal

Penimbunan Kristal padasinovia dan tulang

Erosi tulang rawan, proliferasisinovia, pembentukan panus

Degenerasi kartilago

Multifaktor yang menyebabkanterjadinya penimbunan kristal urat

monohidrat

Respons sistemik

Peningkatanmetabolisme umum

Malaise, mual,anoreksia

Responspsikologis

Responsinflamasi lokal

Kompresi sarafkaki

Ansietas

Pembentukantofus pada

kaki

Perubahanbentuk kaki

Nyeri

Hambatan mobilitas

Gangguan konsep diri, citradiri

Ketidakseimbangannutrisi

Page 9: Bab ii uap artritis gout.pdf

19

7. Komplikasi

Komplikasi akibat tingginya kadar asam urat (Hiperurisemia)

a. Kencing batu

Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah akan mengendap

di ginjal dan saluran perkencingan, berupa kristal dan batu.

b. Merusak ginjal

Kadar asam urat yang tinggi akan mengendap di ginjal

sehingga merusak ginjal.

c. Penyakit jantung

Dalam kasus penyakit jantung koroner, asam urat menyerang

endotel lapisan bagian paling dalam pembuluh darah besar. Jika

endotel mengalami disfungsi atau rusak, akan menyebabkan

penyakit jantung koroner.

d. Stroke

Asam urat bisa menumpuk di pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah tidak lancar dan meningkatkan resiko

penyakit stroke.

e. Merusak saraf

Jika tumpukan monosodium urat terletak dekat dengan saraf

maka bisa mengganggu fungsi saraf.

f. Peradangan tulang

Jika asam urat menumpuk dipersendian, lama-lama akan

membentuk tofus yang menyebabkan arthritis gout akut, sakit

rematik atau peradangan sendi bahkan bisa sampai terjadi

Page 10: Bab ii uap artritis gout.pdf

20

kepincangan. (Vitahealth, 2005 dan Kertia, 2009, ¶ 8, jtptunimus-

gdl-rohmatulum-5722-3-babii-27-05-2014-20.30wita).

8. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Helmi (2013:299), pemeriksaan penunjang artritis gout

adalah:

a. Laboratorium

1) Pemeriksaan cairan sinovia didapatkan adanya kristal

monosodium urat intraseluler

2) Pemeriksaan serum asam urat meningkat >7mg/dl

3) Urinalisis 24 jam didapatkan ekskresi >800 mg asam urat.

4) Urinalisis untuk mendeteksi risiko batu asam urat

5) Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal,

hati, hipertrigliseridemia, tingginya LDL dan adanya diabetes

mellitus.

b. Radiodiagnostik

1) Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.

2) Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi

dan kapsul sendi.

9. Penatalaksanaan

Menurut Helmi (2013:301-302), sasaran terapi gout artritis yaitu

mempertahankan kadar asam urat dalam serum dibawah 6 mg/dl dan

nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat. Tujuan terapi

yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang

ditimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat.

Page 11: Bab ii uap artritis gout.pdf

21

kristal tersebut ditemukan pada jaringan kartilago, subkutan dan

jaringan particular, tendon, tulang, ginjal, serta beberapa tempat

lainnya. Selain itu, terapi gout juga bertujuan untuk mencegah tingkat

keparahan penyakit lebih lanjut karena penumpukan kristal dalam

medulla ginjal akan menyebabkan Chronic Urate Nephropathy serta

meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat dilakukan

dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian

dilanjutkan dengan pengontrolan dan penurunan kadar asam urat

dalam serum darah.

a. Medis

Pengobatan artritis gout dilakukan antara lain:

1) Nonsteroid Anti-inflammatory Drugs (NSAID). Terdapat

beberapa NSAID, namun tidak semua memiliki infektivitas

dan keamanan yang baik untuk terapi goutakut.

2) Colchicine. Colchicine tidak direkomendasikan untuk terapi

jangka panjang gout akut. Colchicine hanya digunakan

selama saat kritis untuk mencegah serangan gout.

3) Corticosteroid. Kortikosteroid sering digunakan untuk

menghilangkan gejala gout akut dan akan mengontrol

serangan.

4) Probenecid. Digunakan terutama pada kondisi insufisiensi

ginjal GFR <50 ml/min).

5) Allopurinol. Seabagai penghambat xantin oksidase,

allopurinol segera menurunkan plasma urat dan konsentrasi

Page 12: Bab ii uap artritis gout.pdf

22

asam uarat disaluran urine, serta memfasilitasi mobilisasi

benjolan.

6) Uricosuric. Obat ini memblok reabsorpsi tubular dimana urat

disaring sehingga mengurangi jumlah urat metabolic,

mencegah pembentukan benjolan baru dan memperkecil

ukuran benjolan yang telah ada.

Apabila intervensi dan diagnosis artritis gout dilakukan pada

fase awal, intervensi ortopedi jarang dilakukan. Pembedahan

dengan bedah dilakukan pada kondisi artritis gout kronis.

b. Non-Medis

Diet bagi para penderita gangguan asam urat mempunyai

syarat-syarat sebagai berikut:

1) Pembatasan purin. Apabila telah terjadi pembengkakan sendi,

maka penderita gangguan asam urat harus melakukan diet

bebas purin.

2) Kalori sesuai dengan kebutuhan. Jumlah asupan kalori harus

benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada

tinggi dan berat badan.

3) Tinggi karbohidrat. Karbohidrat kompleks seperti nasi,

singkong, roti dan ubi sangat baik dikonsumsi oleh penderita

gangguan asam urat karena akan meningkatkan pengeluaran

asam urat melalui urine.

4) Rendah protein. Protein terutama yang berasal dari hewan

dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber

Page 13: Bab ii uap artritis gout.pdf

23

makanan yang mengandung protein hewani dalam jumlah

yang tinggi , misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa.

5) Rendah lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat

melalui urine. Makanan yang digoreng, bersantan, serta

margarine dan mentega sebaiknya dihindari.

6) Tinggi cairan. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu

membuang asam urat melalui urine. Oleh karena itu,

disarankan untuk menghabiskan minum minimal sebanyak

2,5 1 atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih

masak, teh, atau kopi.

7) Tanpa alkohol. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar

asam urat mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi

dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi alkohol. Hal

ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam laktat.

Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari

tubuh.

B. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Menurut Sudiharto (2007:22), banyak definisi yang diuraikan

tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.

Berikut ini akan dikemukakan pengertian keluarga yaitu:

a. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan

dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap

keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah

Page 14: Bab ii uap artritis gout.pdf

24

kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat

mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan

yang dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi sistem

keluarga tersebut dan mempengaruhi komunitas setempat, bahkan

komunitas global.

b. Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta

beberapa orang berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.

c. Bailon dan Maglaya (1978), mendefinisikan keluarga sebagai dua

atau lebih individu yang bergabing karena hubungan darah,

perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah tangga,

melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-

masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

d. Menurut Friedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih

individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling

membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional,

serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

e. Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih

yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materill yang layak,

bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan

seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta

lingkungannya.

Page 15: Bab ii uap artritis gout.pdf

25

2. Struktur Keluarga

Menurut Mubarak (2010:68-69) struktur keluarga, terdiri dari:

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara,

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan disusun

melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara,

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan di susun

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pemberian

keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan suami atau istri.

3. Tipe Keluarga

Menurut Friedman (1986, dalam Ali, 2009:6-7) membagi tipe

keluarga seperti berikut ini:

a. Nuclear family (keluarga inti)

Page 16: Bab ii uap artritis gout.pdf

26

Terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi

tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak

keluarga lainnya.

b. Extended family (keluarga besar)

Satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti

yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama

lain.

c. Single parent family

Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan

hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung

kepadanya.

d. Nuclear dyad

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,

tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended family.

Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan,

yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil

perkawinan terdahulu.

f. Three generation family.

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek,

bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

g. The single adult living alone.

Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa

yang hidup dalam rumahnya.

Page 17: Bab ii uap artritis gout.pdf

27

h. Middle age atau elderly couple.

Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri paruh baya.

4. Peran Keluarga

a. Peran keluarga

Menurut Ali (2009:10-11), peran adalah seperangkat perilaku

interpersonal, sifat dan kegiatan yang berhubungan dengan

individu dalam posisi dan satuan tertentu. Setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing masing yaitu:

1) Ayah, sebagai pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik,

pelindung/pengayom dan pemberi rasa aman kepada anggota

keluarga.

2) Ibu, sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari

nafkah tambahan keluarga.

3) Anak, berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

b. Peran perawat keluarga

Menurut Setyowati (2008:43-45), ada banyak peran perawat

dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau

melakukan perawatan kesehatan keluarga, diantaranya sebagai

berikut:

1) Pendidik

2) Koordinator

3) Pelaksana

Page 18: Bab ii uap artritis gout.pdf

28

4) Pengawas kesehatan

5) Konsultan

6) Kolaborasi

7) Fasilitator

8) Penemu kasus

9) Modifikasi lingkungan

5. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedmann (1986, dalam Murwani,

2009:170-172), dibagi menjadi 5 fungsi dasar yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak

pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, anggota

keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi adalah proses mengembangkan dan

perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi

sosial dan berperan dalam lingkungan social.

c. Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk meneruskan

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi

Page 19: Bab ii uap artritis gout.pdf

29

kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan

makan, minum, pakaian/sandang dan tempat perlindungan.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga

yang sakit. Tugas kesehatan keluarga adalah:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan/menciptakan suasana rumah yang sehat.

5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas

kesehatan masyarakat.

6. Perkembangan Keluarga

Menurut Mubarak (2010:86-91), daur atau siklus kehidupan

keluarga terdiri dari delapan tahap perkembangan yang mempunyai

tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap perkembangannya.

a. Tahap 1: pasangan baru nikah (keluarga baru). Tugas

perkembangan keluarga pada hubungan harmonis dengan saudara

dan kerabat serta merencanakan keluarga (termasuk merencanakan

jumlah anak yang diinginkan).

b. Tahap 2: menanti kelahiran (child bearing family), anak tertua

adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan

keluarga pada tahap ini adalah menyiapkan anggota keluarga baru

Page 20: Bab ii uap artritis gout.pdf

30

(bayi dalam keluarga), membagi waktu untuk individu, pasangan

dan keluarga.

c. Tahap 3: keluarga dengan anak prasekolah, anak tertua 2,5 tahun

sampai dengan 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap

ini adalah menyatukan kebutuhan masing-masing anggota

keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan,

mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak

yang berbeda dan memepertahankan hubungan yang “sehat” dalam

keluarga.

d. Tahap 4: keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7

tahun sampai 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap

ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk membantu anak-

anak mencapai prestasi yang baik di sekolah, membantu anak-anak

membina hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan dan memenuhi kebutuhan

kesehatan masing-masing anggota keluarga.

e. Tahap 5: keluarga dengan remaja atau anak dengan anak tertua

berusia 13 sampai 20 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung

jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, memfokuskan

kembali hubungan perkawinan dan melakukan komunikasi yang

terbuka diantara orang tua dengan anak-anak remaja.

f. Tahap 6: keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas

perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota

Page 21: Bab ii uap artritis gout.pdf

31

keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalaui

pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali

hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaaan,

termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.

g. Tahap 7: keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga

pada tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan

cucu, memperkuat hubungan perkawinan dan meningkatkan usaha

promosi kesehatan.

h. Tahap 8: keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada

tahap ini adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan,

menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang,

mempertahankan hubungan perkawinan, menerima kehidupan

pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat dan

menemukan arti kehidupan.

7. Tugas Keluarga

Menurut Setiawati (2007:49), dalam menentukan penyebab atau

etiologi dalam peremusan diagnosa keperawatan dengan model single

diagnosa diangkat dari 5 tugas keluarga, antara lain:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada

Page 22: Bab ii uap artritis gout.pdf

32

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Menurut Mubarak (2010:95-105), pengkajian adalah tahapan

seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus

terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis besar data

dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:

a. Struktur dan karakteristik keluarga

b. Sosial, ekonomi dan budaya

c. Faktor lingkungan

d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga

e. Psikososial keluarga

Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:

a. Data umum

1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,

komposisi keluarga, status imunisasi dan genogram 3

generasi.

2) Tipe keluarga

3) Suku bangsa

4) Agama

5) Status sosial ekonomi keluarga

6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak

tertua dari keluarga inti.

Page 23: Bab ii uap artritis gout.pdf

33

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,

menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum

terpenuhi dan kendalanya.

3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan

keluarga inti Meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat

kesehatan masing-masing anggota keluarga dan sumber

pelayanan yang digunakan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua, dan hubungan masa

silam dengan kedua orang tua.

c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah, meliputi: gambaran tipe tempat tinggal,

denah rumah, sanitasi, pengcahayaan dan kerapian.

2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal,

meliputi: tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan dan sarana

sosial.

3) Mobilitas geografi keluarga. Menjelaskan lama keluarga

tinggal di daerah ini.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

menjelaskan perkumpulan yang diikuti.

5) Sistem pendukung keluarga, meliputi: jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas kesehatan, jaminan kesehatan

yang dimiliki.

d. Struktur keluarga

1) Pola-pola komunikasi keluarga

Page 24: Bab ii uap artritis gout.pdf

34

Menjelaskan cara berkomunikasi antara anggota keluarga,

termasuk pesan yang disampaikan, bahasa yang digunakan,

komunikasi secara langsung atau tidak.

2) Struktur kekuatan keluarga

Menjelaskan siapa pembuat keputusan dalam keluarga.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga baik

formal maupun informal.

4) Struktur nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga

dengan kelompok atau komunitas. Apakah sesuai dengan

nilai norma yang dianut, bagaimana latar belakang budaya.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi efektif

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi perawatan kesehatan

4) Fungsi reproduksi

5) Fungsi fungsi ekonomi

f. Stress dan koping keluarga

1) Stresor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.

2) Stresor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.

Page 25: Bab ii uap artritis gout.pdf

35

3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor,

mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi

atau stresor.

4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga menghadapi

permasalahan.

5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi

disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.

Metode yang dilakukan tidak beda pada pemeriksaan fisik di

klinik.

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

a. Analisa Data

Menurut Mubarak (2010:102), diagnosa keperawatan adalah

keputusan klinik mengenai individu, keluarga, atau masyarakat,

yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan

analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan

tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk

melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan

berdasar data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen

Page 26: Bab ii uap artritis gout.pdf

36

diagnosa keperawatan meliputi Problem atau masalah, Etiologi

atau penyebab dan Sign atau tanda yang dikenal dengan PES.

1) Problem atau masalah (P)

2) Etiology atau penyebab (E)

3) Sign atau tanda (S)

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut Suprajitno (2004:43-46), tipologi diagnosis

keperawatan keluarga dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang

dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat

dengan cepat.

2) Diagnosis resiko tinggi adalah msalah keperawatan yang

belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah

keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak

segera mendapat bantuan perawat.

3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari

keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan

kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan

yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan dignosa keperawatan

lebih dari satu. Proses skoring menggunakan skala yang dirumuskan

oleh Bailon dan Maglaya (1978, dalam Suprajitno, 2004:45).

Tabel 2.2 Penentuan prioritas masalah dan skoring

No Kriteria Skor Bobot1 Sifat masalah 1

Page 27: Bab ii uap artritis gout.pdf

37

1 2 3 4 Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan Krisis/keadaan sejahtera

321

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

Dengan mudah Hanya sebagian Tidak dapat

210

3 Potensial masalah untuk di cegah 1 Tinggi Cukup Rendah

321

4 Menonjolnya masalah 1 Masalah berat harus segera

ditangani Ada masalah tetapi tidak perlu

Segera ditangani Masalah tidak dirasakan

2

1

0

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan:

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2) Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan

dengan bobot.

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama

dengan jumlah bobot, yaitu 5).

Menurut Mubarak (2010:105-106), ada empat kriteria yang

dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah, yaitu:

1) Sifat masalah

Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam

tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi,

SkorX Bobot

Angka tertinggi

Page 28: Bab ii uap artritis gout.pdf

38

karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan

biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.

Krisis atau keadaan sejahtera diberikan bobot yang paling

sedikit atau rendah karena faktor kebudayaan biasanya dapat

memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi

masalah-masahnya dengan baik.

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

Keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah jika ada

tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan

dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat

diperbaiki adalah:

a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat

dilakukan untuk menangani masalah.

b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam fisik,

keuangan atau tenaga.

c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam bentuk

pengetahuan, ketrampilan dan waktu.

d) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam bentuk

fasilitas kesehatan dan organisasi masyarakat.

3) Potensi masalah bila dicegah

Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul

dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah

bisa dicegah adalah sebagai berikut:

Page 29: Bab ii uap artritis gout.pdf

39

a) Kepelikan masalah berkaitan dengan beratnya penyakit

atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan

mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah

tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah atau

mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang

akan timbul.

b) Lamanya masalah. Hal ini berkaitan dengan jangka waktu

terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah

mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah

bila dicegah.

c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang peka

atau rawan. Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan

menambah potensi masalah bila dicegah.

4) Menonjolnya masalah

Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah

mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk

diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor

pada kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga tersebut melihat masalah. Dalam hal ini,

jika keluarga menyadari masalah dan merasa perlu untuk

menangani segera, maka harus diberi skor yang tinggi.

Menurut Muttaqin (2011:399), diagnosa keperawatan yang

sering muncul pada klien gout sebelum dan setelah intervensi

medis, meliputi:

Page 30: Bab ii uap artritis gout.pdf

40

1) Nyeri yang berhubungan dengan peradangan sendi,

penimbunan Kristal pada membrane sinovia, tulang rawan

artikular, erosi tulang rawan, proliferasi sinovia.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat.

3) Hambatan mobilitas fisik yang berhungan dengan penurunan

rentang gerak, kelemahan otot, nyeri pada gerakan dan

kekakuan pada sendi kaki.

4) Gangguan citra tubuh yang berhungan dengan terbentuknya

tofus, perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis

karena penyakit atau terapi.

5) Ansietas yang berhungan dengan rencana pembedahan, kondisi

sakit, perubahan peran keluarga, kondisi status sosioekonomi,

perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis karena

penyakit atau tearapi.

Menurut Sudiharto (2007:40-41), dalam menentukan penyebab

atau etiologi dalam peremusan diagnosa keperawatan dengan

model single diagnosa diangkat dari 5 tugas keluarga, antara lain:

1) Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

keluarga. Bisa disebabkan karena:

a) Kurang pengetahuan

b) Rasa takut akan akibat-akibat bila masalah diketahui:

(1) Sosial: takut dicap oleh masyarakat,

berkurang/hilangnya penghargaan

Page 31: Bab ii uap artritis gout.pdf

41

(2) Ekonomi: beban biaya, kemampuan financial

(3) Fisik dan psikologis

c) Sikap dan falsafah hidup

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam

melakukan tindakan yang tepat. Bisa disebabkan karena:

a) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya

masalah

b) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol

c) Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena

kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga

d) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan

e) Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga

f) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada

g) Takut dari akibat tindakan, baik secara sosial, ekonomi,

maupun secara fisik-psikologis

h) Sikap negatif (sikap yang membuat keluarga tidak

sanggup menggunakan akal untuk mengambil keputusan)

terhadap masalah kesehatan

i) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau, dalam hal fisik

(lokasi) dan biaya

j) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan

k) Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan.

3) Ketidakmamapuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit. Bisa disebabkan karena:

Page 32: Bab ii uap artritis gout.pdf

42

a) Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya sifat,

penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan

perawatannya, serta pertumbuhan dan perkembangan anak

b) Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang

dibutuhkan

c) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk

perawatan

d) Tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam

keluarga. Misalnya: keuangan, anggota keluarga yang

bertanggung jawab, fasilitas fisik (ruangan) untuk

perawatan si sakit.

e) Sikap negatif terhadap yang sakit

f) Konflik individu dalam keluarga

g) Sikap dan pandangan hidup

h) Perilaku yang mementingkan diri sendiri.

4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah

yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi

anggota keluarga. Dapat disebabkan oleh :

a) Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan,

tanggung jawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak

memenuhi syarat (isi rumah tidak teratur, berjejal atau

sempit)

b) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan

lingkungan rumah

Page 33: Bab ii uap artritis gout.pdf

43

c) Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan

d) Konflik personal dalam keluarga :

e) Krisis identitas : ketidaktepatan peranan

f) Rasa iri

g) Merasa bersalah atau tersiksa

h) Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit

i) Sikap dan pandangan hidup

j) Ketidakompakan keluarga karena sifat mementingkan

diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap

anggota keluarga yang mempunyai masalah.

5) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan sumber di

masyarakat guna memelihara kesehatan. Dapat disebabkan

karena

a) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada

b) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh

c) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga

kesehatan

d) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan

e) Rasa takut pada akibat dari tindakan (pencegahan,

diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi), dari segi fisik,

psikologis, keuangan, maupun sosial (hilangnya

perhargaan dari kawan, orang lain atau lingkungan

sekitarnya)

f) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan (jarak/biaya)

Page 34: Bab ii uap artritis gout.pdf

44

g) Tidak adanya fasilitas yang diperlukan

h) Rasa asing dan tidak adanya dukungan dari masyarakat

i) Sikap dan falsafah hidup

j) Kurang atau tidak adanya sumber daya keluarga:

(1) Tenaga: siapa nanti yang akan menjaga anak

(2) Keuangan: ongkos berobat

3. Intervensi Keperawatan

Menurut Mubarak (2010:106-107), rencana keperawatan keluarga

merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk

dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah

kesehatan/keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana

keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam

mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga

diantaranya:

a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang

menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.

b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan

dapat menghasilkan apa yang diharapkan.

c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah

instansi kesehatan.

d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini sesuai

dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan

untuk keluarga.

Page 35: Bab ii uap artritis gout.pdf

45

e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini

selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim

kesehatan lainnya. Selain itu dengan rencana tertulis akan

membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.