bab ii typoid

18
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar 1. Pengertian Typoid Typus Abdominalis adalah infeksi sistemik yang disebabkan kuman salmonella enterika, khususnya varian varian turunannya yaitu salmonella thypi, parathypi A,B,C. Kuman-kuman tersebut menyerang saluran pencernaan terutama diperut dan usus. Typus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang selalu ditemukan dimasyarakt Indonesia. Penderitaannya juga beragam mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa (Suratum dan Lusianah, 2010) 2. Etiologi Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang- kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu

Upload: priska-nandya-anggraeni

Post on 28-Nov-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bhvfghjk

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Typoid

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Typoid

Typus Abdominalis adalah infeksi sistemik yang disebabkan

kuman salmonella enterika, khususnya varian varian turunannya yaitu

salmonella thypi, parathypi A,B,C. Kuman-kuman tersebut menyerang

saluran pencernaan terutama diperut dan usus. Typus abdominalis

merupakan penyakit infeksi akut yang selalu ditemukan dimasyarakt

Indonesia. Penderitaannya juga beragam mulai dari usia balita, anak-anak

dan dewasa (Suratum dan Lusianah, 2010)

2. Etiologi

Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram

negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai

sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari

zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi.

Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga

macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan

fakultatif anaerob pada suhu 150C– 410C (optimum 370C) dan PH

pertumbuhan 6-8 (Arif Mansjoer, 2000).

Kuman Salmonella typhosa, Salmonella typhi, A, B, dan C. Kuman

ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia, dan makanan atau

minuman yang terkena kuman yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya

sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak

sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, bakteri ini

hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan, dan

minuman yang tidak higienis (Ngastiyah, 2005).

3. Tanda dan Gejala

Page 2: BAB II Typoid

Soedarto (2007) mengemukakan bahwa manifestasi klinis klasik yang

umum ditemui pada penderita demam typhoid biasanya disebut febris

remitter atau demam yang bertahap naiknya dan berubah-ubah sesuai

dengan keadaan lingkungan dengan perincian :

a. Minggu pertama, demam lebih dari 40°C, nadi yang lemah bersifat

dikrotik, dengan denyut nadi 80-100 per menit.

b. Minggu kedua, suhu tetap tinggi, penderita mengalami delirium,

lidah tampak kering mengkilat, denyut nadi cepat. Tekanan darah

menurun dan limpa dapat diraba.

c. Minggu ketiga,

Jika keadaan membaik : suhu tubuh turun, gejala dan keluhan

berkurang.

Jika keadaan memburuk : penderita mengalami delirium, stupor,

otot-otot bergerak terus, terjadi inkontinensia alvi dan urine. Selain

itu terjadi meteorisme dan timpani, dan tekanan perut meningkat,

disertai nyeri perut. Penderita kemudian kolaps, dan akhirnya

meninggal dunia akibat terjadinya degenerasi mikardial toksik.

d. Minggu keempat, bila keadaan membaik, penderita akan mengalami

penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai

adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

4. Patofisiologi

Kuman masuk kedalam mulut melalui makanan atau minuman yang

tercemar oleh Salmonella (biasanya lebih dari 10000 basil kuman)

Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL lambung, dan

sebagian lagi masuk ke usus halus menuju saluran limfe dan masuk

kedalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Jika respon imunitas

humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan

menembus sel-sel epitel ( Sel M) dan selanjutnya menuju lamina propia

dan berkembang biak dijaringan limfoid plak penyeri di ileum distal dan

kelenjar getah bening mesenterika.

Page 3: BAB II Typoid

Jaringan limfoid dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami

hiperplasia. Basil tersebut masuk kealiran darah (Bacterimia) melalui

ductus thoracicus dan menyebar keseluruh organ Reticuloendotalial

tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar

dari usus.

Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma,

dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa

(splenomegali). Di organ ini kuman S.Thypi berkembangbiak dan masuk

sirkulasi darah lagi. Sehingga mengakibatkan bakterimia kedua disertai

tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,

sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi.)

Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot,serosa

usus,dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di

reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti

gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan dan gangguan

organ lainnya.

Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia

(pembesaran sel-sel) plak penyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis

pada minggu kedua dan ulserasi plak penyeri pada minggu ketiga.

Selanjutnya dalam minggu keempat akan terjadi proses penyembuhan

dengan meninggalkan sikatrik (jaringan parut).

Page 4: BAB II Typoid

5. Pathways

Salmonella typhi

Mulut

Musnah Lambung

Usus halus

Jaringan limfoid peradangan/ nekrosis

Jaringan limfe mesentrial tukak mukosa sekresi enzimUsus halus cerna meningkat

Sirkulasi porta aliran darah dari usus melalui duktus thoraxilus imobilisasi malabsorbsi perforasi Peristaltik

usus halus

limfa/ hati bakterimia perdarahan diare

difagosit endotoksin

hidup mati sintesa dan pelepasan zat pirogen

pembuluh darah Hypotalamus

septikemia hypertermi

syok septik evaporasi meningkat

penurunan kesadaran reabsorbsi air keringat banyak

dalam kolon meningkat

cairan ekstraseluler berkurang

Gangguan rasa nyaman

gangguan keseimbangan cairan

konstipasiresti cedera

Page 5: BAB II Typoid

6. Komplikasi

a. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu:

1) Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan

pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi

melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyari perut dengan

tanda-tanda rejatan.

2) Perforasi usus

3) Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut yang

hebat, diding abdomen dan nyeri pada tekanan

b. Diluar anus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu

meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena infeksi sekunder

yaitu bronkopneumonia

7. Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium

antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan darah tepi

Didapatkan adanya anemia oleh karena intake makanan yang

terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah

dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran

darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 / mm3

ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran

lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari

darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada

minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat

akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.

b. Pemeriksaan urine

Didapatkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter ) juga didapatkan

peningkatan lekosit dalam urine.

Page 6: BAB II Typoid

c. Pemeriksaan tinja

Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya

perdarahan usus dan perforasi.

d. Pemeriksaan bakteriologis

Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella

dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.

e. Pemeriksaan serologis

Pemeriksaan IGM Salmonela yang menunjukkan positip jika > 6.

f. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau

komplikasi akbat demam thypoid

8. Penatalaksanaan

Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typus abdominalis adalah

sebagai berikut:

a. Tirah baring total selama demam sampai dengan 2 minggu normal

kembali. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya berdiri

dan berjalan.

b. Makanan harus mengandung cukup cairan , kalori dan tinggi protein,

tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun

menimbulkan banyak gas.

c. Obat terpilih adalah kloramfenikol 100 mg/KGB/hari dibagi dalam

4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal klorampenikol 2 g/hari.

Kloramphenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit ≤

2000/ul. Bila pasien alergi dapat diberikan golongan penisilin atau

kotrimoksazo.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku bangsa,

agama, tanggal MRS, nomor register dan diagnosa medik.

b. Keluhan utama

Page 7: BAB II Typoid

Keluhan utama demam tifoid adalah panas / demam yang tidak turun

temurun, nyeri perut, kepala pusing, mual, muntah, anoreksia, diare

serta penurunan kesadaran.

c. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman Salmonella typhi

ke dalam tubuh.

d. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.

e. Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, DM.

f. Riwayat psikososial dan spiritual

Biasanya anak rewel, bagaimana koping yang digunakan.

g. Pola fungsi kesehatan

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Anak akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan

muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak

makan sama sekali.

b. Pola eliminasi

Eliminasi alvi. Anak dapat mengalami konstipasi oleh karena

tirah baring lama. Sedangkan elimnasi urine tidak mengalami

gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien

dengan demam thypoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang

berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga

dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

c. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total,

agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien

dibantu.

d. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan dengan

peningkatan suhu tubuh.

Page 8: BAB II Typoid

h. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Didapatkan anak tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 41 0

C, muka kemerahan.

2) Tingkat kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa

dalam, yaitu apatis sampai somnolent. Jarang terjadi sopor,

koma atau gelisah ( kecuali bila penyakitnya berat dan terlambat

mendapat pengobatan ).

3) Sistem respirasi

Pernafasan rata – rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam

dengan gambaran seperti bronchitis.

4) Sistem integumen

Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut

agak kusam.

5) Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah – pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor

( khas ), mual, munyah, anoreksia dan konstipasi, nyeri perut,

perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.

6) Sistem muskuloskeletal

Klien lemah.

7) Sistem abdomen

Dapat ditemukan keadaan perut kembung ( meteorismus ),

peristaltik usus meningkat.

8) Diagnosa keperawatan

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat.

b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh.

Page 9: BAB II Typoid

c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

output berlebih.

d. Gangguan eliminasi bowel: konstipasi berhubungan dengan

penurunan peristaltik usus.

e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring

yang lama

9) Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan rasa

nyaman berhubungan

dengan peningkatan

suhu tubuh.

Gangguan nutrisi

kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan

Rasa nyaman kembali terpenuhi

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam

dengan kriteria hasil:

- Suhu tubuh pasien dalam

batas nomal. (36-370C).

- Pasien mengatakan dirinya

sudah merasa nyaman

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi

dalam tubuh setelah dilakukan

tindakan selama 2 x 24 jam

Lakukan kompres

hangat.

Lakukan monitor

TTV sebelum dan

setelah kompres.

Anjurkan keluarga

pasien untuk tidak

menggunakan

selimut tebal.

Anjurkan keluarga

pasien untuk

memberikan pakaian

yang tipis.

Kolaborasi dengan

tim medis pemberian

antipiretik

(paracetamol ).

Beri PenKes tentang

pentingnya nutrisi

o Membuka

pori-pori

memperlancar

sekresi kreringat

o Mengetahui

perubahan suhu.

o Agar

sirkulasi lancar.

o Memberikan

respirasi pada

kulit.

o Menurunkan

panas.

o Agar orang

tua dapat mengerti

Page 10: BAB II Typoid

intake yang tidak

adekuat.

Gangguan

keseimbangan cairan

dan elektrolit

berhubungan dengan

output berlebih.

Gangguan eliminasi

bowel: konstipasi

berhubungan dengan

dengan kriteria hasil:

- orang tua mengerti jenis

makanan bagi anak typoid.

- Nafsu makan meningkat.

- Pasien menghabiskan 1

porsi makan rumah sakit.

- Mempertahankan berat

badan dalam kondisi

normal.

Terpenuhinya kebutuhan cairan

elektrolit dalam tubuh setelah

dilakukan tindakan 2 x 24 jam

dengan kriteria hasil:

- Input dan output cairan

elektroli`t seimbang.

- Menunjukkan membran

mukosa lembab dan turgor

jaringan normal.

Ganguan eliminasi dapat teratasi

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 X 24 jam

bagi anak typhoid.

Pertahankan oral

hygien sebelum dan

setelah makan.

Berikan porsi kecil

tapi sering.

Sajikan makanan

secara menarik.

Kolaborasi dengan

tim gizi untuk

pemberian diiet

lunak ( BBS) TKTP.

Anjurkan pasien

untuk banyak

minum.

Catat output dan

input cairan.

Ajarkan orangtua

membuat larutan

elektrolit pengganti,

larutan gula garam.

Kolaborasi dengan

tim medis untuk

pemberian cairan

intravena kristaloid

Lakukan enema/

levemen.

pentingnya nutrisi.

o Membatu

medorong nafsu

makan.

o Menambah

asupan nutrisi.

o Meningkatka

n motivasi untuk

makan.

o Memenuhi

kebutuhan nutrisi.

o Membantu

memenuhi cairan

tubuh.

o Untuk

mengetahui

derajat

kekurangan

cairan.

o Menggant

elektrolit yang

terbuang.

o Untuk

Page 11: BAB II Typoid

penurunan peristaltik

usus.

Resiko kerusakan

integritas kulit

berhubungan dengan

tirah baring yang lama

dengan kriteria hasil:

- Pola eliminasi dapat

kembali normal.

- Feses tidak padat.

Integritas kulit dapat terjaga

setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 X 24 jam

dengan kriteria hasil:

- Tidak mengalami

kerusakan kulit.

Hindarkan makanan

yang banyak asam

lemak.

Anjurkan pasien

untuk minum banyak

sebelum makan.

Anjurkan pasien

untuk segera

menanggapi respon

bowel.

Jaga kebersihan

kulit.

Jaga kelembaban

kulit.

Atur posisi secara

berkala.

Hindarkan

penekanan berlebih

pada otot-otot yang

menonjol.

Observasiadanya

kerusakan kulit.

melunakan dan

memudahkan

keluarnya feses

yang keras.

o Asam lemak

memperlambat

rangsang

peristaltik.

o Membantu

mendorong

peristaltik.

o Untuk

mencegah

pengerasan feses.

Mencegah kerusakan

kulit.