bab ii tinjuan pustaka a. tinjauan hasil penelitian...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Ayik (2016) meneliti tentang analisis pengaruh kecukupan modal dan
likuiditas terhadap profitabilitas bank BUMN di Bursa Efek Indonesia
periode 2009-2013. Metode analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda.Hasil penelitian setelah melalui uji asumsi klasik untuk
memastikan ada tidak ada pelanggaran multikolinearitas, autokorelasi dan
heteroskedastisitas. Berdasarkan analisis, dapat disimpulkan bahwa
variabel CARdan LDR, secara parsial atau simultan signifikan
mempengaruhi ROA bank BUMN di BEI.
Defri (2012) meneliti tentang kecukupan modal dan likuiditas terhadap
profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, LDR berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di BEI.
B. Tinjauan Teori
a. Bank
Menurut undang- undang No.10 Tahun 1998, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalm bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
9
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak
(Veithzal, 2007:321).
Bank-bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya
dikelompokkan kedalam Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
dan Bank Syariah.Sedangkan Bank Indonesia berfungsi sebagai bank
sentral. Sejalan dengan terjadinya perubahan dalam sistem keuangan
terutama yang terkait dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak
dikeluarkannya undang-undang di bidang keuangan dan perbankan, bank
yang beroperasi di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan :
a). Fungsi yaitu Bank sentral, Bank umum, dan Bank perkreditan Rakyat
b). Kepemilikan yaitu Bnak Persero (Bank Pemerintah), Bank Umum
Swasta Nasional, Bank Asing, Bank Pemrintah Daerah, Bank
Campuran
a) Sistem Pengenaan Bunga yaitu Bank Konvensional dan Bank syariah
b) Kegiatannya di bidang devisa yaitu Bank Devisa (Foreign Exchange
Bank) dan Bank Non Devisa (Non Foreign Exchange Bank)
c) Jenis kantor yaitu Kantor Pusat (Head office), Kantor Cabang
(Branchoffice), Kantor Cabang Pembantu (Subbranch office), Kantor
Kas (Cash services office), Kantor Perwakilan (Reprensentative office),
Kantor Wilayah (Regional office).
Konsekuensi UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menggantikan UU
No.14 Tahun 1967, bank-bank yang sebelumnya beroperasi sebagai bank
tabungan, bank pembangunan, dan bank koperasi, semuanya
10
dikelompokkan menjadi bank umum. Sementara bank pasar, bank desa,
dan lembaga kredit pedesaan lainnya yang telah mendapatkan pengukuhan
dai Menteri Keuangan, berubaha status menjadi BPR. Sementara itu Bank
Indonesia melakukan fungsi sebgaai bank sentral dan melakukan
pengaturan, pengawasan, dan pembinaan terhadap sector perbankan
(Siamat,2005:47).
Usaha bank umum konvensional meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b) Memberikan kredit
c) Menerbitkan surat pengakuan utang, berjangka pendek, dan berjangka
panjang berupa obligasi atau sekuritas kredit.
d) Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya
e) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
kepentingan nasabah
f) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi, maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya
g) Menerima pembayaran dari agihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antara pihak ketiga. Kegiatan ini mencakup
antara lain inklaso dan kliring
11
h) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
Pengertian “menyediakan tempat” dalam ketentuan ini adalah kegiatan
bank yang semata-mata melakukan penyewaan tempat penyimpanan
barang dan surat berharga tanpa perlu diketahui mutasi atau isinya oleh
bank.
i) Melakukan kegiatan penitipan utnuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak
j) Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam
bentuk surat berharga yang tidak tercata pada bursa efek.
k) Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian
daalm hal debitur tidak memenuhi kewajiban kepada bank, dengan
ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secpatnya.
l) Melakukan kegiatan anajak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat. Kegiatan anjak piutang merupakan pengurusan piutang
ataun tagihan jangka pendek dai transaksi perdagangan dalam atau luar
negeri, yang dilakukan dengan cara pengambil alihan atau pemeblian
piutang tersebut. Usaha kartu kredit meruakan usaha dalam kegiatan
pemberian kredit atau pembiayaan untuk pemberian barang atau jasa
penarikannya dilakukan dengan kartu. Secara teknis kartu kredit
berfungsi sebgai sarana pemindah ukuan dalam melakukan
pembayaran suatu transaksi.
12
m) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
n) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan udang-undang
yang berlaku.
o) Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan
yangditetapkan oleh Bank Indonesia.
p) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain
di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
q) Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku.
b. Profitabilitas
Pada sektor perbankan, profitabilitas digunakan untuk mengukur
kinerja bank tersebut. Profitabilitas adalah pertahanan yang utama dalam
bank terhadap kerugian yang tidak terduga, seperti memperkuat posisi
modal dan meningkatkan profitabilitas masa depan melalui investasi laba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas menurut Brigham
dan Houston (2001:107) adalah:
13
1. Likuiditas, rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan
antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan
kewajiban lancarnya.
2. Manajemen aktiva, manajemen aktiva adalah serangkaian rasio yang
mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktiva-
aktivanya.
3. Manajemen utang, manajemen utang merupakan seberapa jauh
perusahaan menggunakan pendanaan melalui utang (financial
leverage).
Secara teoritis, tinggi rendahnya tingkat profitabilitas dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor eksternal berupa suku bunga
dan nilai tukar.Keadaan politik sosial negara dan bahkan keadaan
keamanan negara.Maupun faktor internal yang terkait dengan bank berupa
kinerja keuangan perusahaan tersebut.Tinggi rendahnya profitabilitas
perbankan dipengaruhi oleh faktor likuiditas dan solvabilitas pada
perbankan tersebut, Muldjono (2002:133).
Aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi profitabilitas.Suatu
perbankan dinilai mengalami peningkatan atau penurunan yaitu dengan
melihat perubahan tingkat profitabilitasnya.Profitabilitas sendiri sangat
dipengaruhi oleh aspek permodalan, likuiditas, kredit bermasalah, dan
efisiensi operasionalnya.Capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio
permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan
14
dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko
kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank.
CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup
oleh modal bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi
sebuah bank (Tarmidzi, 2003).Rasio ini merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari
kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko.Semakin besar CAR maka keuntungan bank juga semakin besar.
Seamkin besar keuntungan bank maka akan mengakibatkan profitabilitas
semakin besar pula.
Loan to deposit ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi
jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana
masyarakat dan modal sendiri yang digunakan (Kasmir, 2002). Semakin
tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin baik kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena bank tersebut mampu
menyalurkan kreditnya secara optimal.
LDR yang tinggi akan diperoleh pendapatan yang tinggi pula, asalkan
Non Performing Loan (NPL) rendah (< 5%). NPL merupakan persentase
antara kredit bermasalah dengan jumlah kredit yang disalurkan. Dengan
kondisi tersebut maka tingkat rentabilitas bank juga akan baik. Menekan
biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasional akan
berpengaruh juga terhadap rentabilitas bank.
15
Rendahnya biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan keuntungan
yang dicapai bank, maka akan mengakibatkan tingginya efisiensi
operasional bank dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas yang semakin meningkat pula.
c. Kecukupan Modal
Menurut Siamat,Dahlan (2005:287). Kecukupan modal itu sendiri
merupakan bagian dari rasio sovabilitas. Modal adalah faktor penting
dalam upaya mengembangkan usaha bank.Penggunaan modal bank
dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan
operasi bank.Jumlah modal bank dianggap tidak mencukupi apabila tidak
memenuhi maksud-maksud tersebut namun dalam praktiknya, menetapkan
berapa besarnya jumlah wajar kebutuhan modal suatu bank adalah tugas
yang cukup kompleks.
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan ketentuan mengenai
kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan
setiap bank. Ketentuan pemenuhan permodalan minimum bank disebut
juga Capital Adequacy Ratio (CAR), yang saat ini besarnya 4% dari
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Jumlah dan teknik perhitungan modal tersebut jauh lebih rendah
dibandingkan dengan ketentuan CAR sebelum terjadi krisis moneter
(1997) sebesar 8%.Angka ini merupakan penyesuaian dari ketentuan yang
berlaku secara internasional berdasarkan standarBank for International
Settlement (BIS).
16
Penentuan modal minimum bank dilakukan dengan mempertimbangkan
bahwa dalam waktu yang tidak lama lagi Indonesia dipaksa harus siap
memasuki globalisasi, era perdagangan bebas yang akan dimulai pada
tahun 2003 pada saat Asean Free Trade Agreement (AFTA) diberlakukan,
kemudian menyusul Asia Pasific EconomicCoorporation pada tahun 2010,
dan selanjutnya General Agreement on Trade and Tariff yang akan
diberlakukannya pada tahun 2020 dimana pada saat itu perdagangan tidak
lagi mengenal batas-batas kedaulatan Negara.
Sejalan dengan itu, agar perbankan Indonesia dapat berkembang secara
sehat dan memiliki kemampuan bersaing dengan bank- bank internasional,
permodalan bank minimum harus disesuiakan mengikuti standar yang
berlaku secara internasional.Berkaitan dengan itu, BIS telah mengeluarkan
pedoman permodalan yang berlaku secara internasional dengan tetap
memberikan kesempatan kepada masing-masing sistem perbankan suatu
Negara untuk melakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan kondisi
Negara setempat.
Beberapa bank yang modalnya dibawah rata-rata mengalami
kesulitan antara lain karena manajemen bank yang lemah, terutama karen
pengelolaan likuiditas yang kurang tepat. Faktor terakhir inilah yang
menyebabkan banyak bank dengan permodalan dibawah rata-rata
mengalami kejatuhan.Umumnya banker sependapat bahwa fungsi modal
bank yang paling pokok adalah memberikan perlindungan terhadap setiap
17
nasabah atas kemungkinan terjadinya kerugian yang melebihi jumlah yang
diperkirakan bank.
Penyediaan modal yang cukup memungkinkan bank utnuk
meneruskan operasinya tanpa terganggu, khususnya dalam periode
ekonomi yang sulit, sampai mencapai tingkat keuntungan yang normal
kembali.Jumlah modal bank mempengaruhi kemampuan bank
memperoleh keuntungan.
Besar kecilnya modal bank memiliki kelebihan dan
kelemahan.Salah satu manfaat modal adalah memberi keamanan terhadap
keamanan terhadap investasi dengan memperkecil kemungkinan terjadinya
insolvensi atau kebangkrutan.Modal sesungguhnya mahal karena semakin
besar jumlah modal bank, semakin rendah ROE nya untuk suatu ROA
tertentu.Menentukan jumlah modal, manajemen bank harus memutuskan
seberapa besar tingkat keuntungan yang data diperoleh dengan kenaikan
jumlah modal karena kenaikan modal tersebut akan dapat menurunkan
ROE akibat naiknya permodalan bank.
Korelasi ini merupakan trade off anatara sisi keamanan dan
keuntungan bagi pemegang saham bank.Keadaan dimana ada
kemungkinan bank akan mengalami kondisi sulit akibat terdapatnya aktiva
produktif bank yang bermasalah (nonperforming asset) dalam jumlah
besar, maka manajemen akan cenderung menambah modal. Apabila ia
yakin bahwa tidak akan timbul kerugian akibat terjadi kredit bermasalah,
18
bank akan mengurangi jumlah modal untuk meningkatkan equity
multiplier nya yang pada gilirannya akan meningkatkan ROE.
Besarnya jumlah modal bank yang harus dimiliki umumnya
ditentukan oleh penguasa moneter. Bank sentral sebagai penguasa moneter
menetapkan jumlah minimum modal yang harus dipenuhi oleh setiap
bank, yang biasanya dihubungkan dengan total assetnya setelah
memperhitungkan resiko yang mungkin dihadapi masing-masing asset.
Ketentuan minimum permodalan tersebut biasanya penggunaan suatu
ukuran yang disebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan
modal, yang dihitung dengan membandingkan anatara jumlah modal yang
dimiliki bank dengan total aktiva tertimbang menurut risiko (classified
assets).
Beberapa rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan dan
kecukupan modal bank selai Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
sebagai berikut ;
1. Rasio modal terhadap pihak ketiga
2. Rasio modal terhadap total asset risiko
3. Rasio modal terhadap total asset
4. Rasio kredit terhadap modal
5. Rasio aktiva tetap terhadap modal
Ketentuan mengenai besarnya modal bagi suatu bank sampai saat
ini belum terdapat kesepakan antara praktisi.Menurut beberapa Negara,
misalnya The Federal Reserve Amerika, ditetapkan bahwa ketentuan
19
permodalan bagi anggotanya adalah modal bersih bank harus mencukupi
bila dikaitkan dengan kondisi asetnya. Negara lain misalnya, menentukan
modal minimum bank adalah 10% dari total kewajiban bank.
Pada dasarnya tidak ada standar umum yang dapat dijadikan
sebagai dasar yang akurat untk mengukur tingkat kecukupan dan
keamanan modal suatu bank. Beberapa banker mengemukakan bahwa
modal bank dianggap memadai bila rasio modal terhadap total asset
mencapai sebesar 8% sebagaimana ditentukan oleh Bank for International
Settlement (BIS).
Angka ini cenderung diadopsi oleh beberapa Negara sebagai
standar permodalan minimum, termasuk Indonesia (sebelum terjadi krisis
moneter).Kemudian setelah krisis moneter, ketentuan permodalan
minimum modal bank diturunkan menjadi 4% yang dimaksudkan untuk
membantu kinerja tingkat kesehatan bank. Penurunan ini didasarkan pada
pertimbangan memburuknya portofolio kredit hampir semua bank yang
jelas akan mengurangi modalnya.
Rasio permodalan diatas antara satu dan lainnya memiliki
kelemahan. Rasio modal terhadap total asset tidak dipengaruhi oleh
perbedaan risisko yang berkaitan dengan struktur asset yang mungkin
berbeda. Misalnya dua bank yang memiliki jumlah asset yang sama, maka
menurut ukuran permodalan berdasarkan rasio diatas, modal yang harus
dimiliki jumlahnya akan sama meskipun salah satu bank seluruh asetnya
20
terdiri dari alat likuid, surat-surat berharga pemerintah, dan kredit yang
semuany lancar.
Performing aset bank ini cukup baik sementara bank lainnya
performing assetnya kurang bagus karena banyak kredit tergolong
bermasalah.Penggunaan rasio permodalan diatas sebenarnya untuk
mempermudah mengukur modal bank, namun tingkat akurasinya relative
rendah.Rasio permodalan lain adalahrasio modal terhadap total asset yang
digolongkan berisiko.
Rasio modal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kesederhanaan
rasio modal sebelumnya yang dimaksudkan untuk memperhitungkan dan
mengelompokkan perbedaan-perbedaan risiko asset bank dan
pengelompokkan asset ini selanjutnya digolongkan sebagai aktiva
tertimbang menurut risiko.
d. Likuiditas
Menurut Darmawi, Herman (2012:59) likuiditas adalah suatu istilah yang
dipakai untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan asset lain yang
dengan mudah dijadikan uang tunai. Bank dianggap likuid jika bank
tersebut mempunyai cukup uang tunai atau asset likuid lainnya, disertai
kemampuan untuk meningkatkan jumlah dana dengan cepat dari sumber
lainnya, untuk memungkinkannya memenuhi kewajiban pembayaran dan
komitmen keuangan lain pada saat yang tepat.
Selain itu, harus pula ada likuiditas penyangga yang memadai
untuk memenuhi hampir setiap kebutuhan uang tunai yang
21
mendadak.Kesimpulannya likuiditas adalah suatu keadaan yang
berhubungan dengan persediaan uang tunai dan alatalat likuid lainnya
yang dikuasai bank yang bersangkutan.Beberapa likuidtas yang harus
dipertahankan dan dalam bentuk apa, memerlukan perhatian manajemen
bank setiap saat karena:
a) Bank diharuskan untuk mematuhi ketentuan giro wajib minimum
setiap hari.
b) Selain itu, bank memerlukan likuiditas untuk memenuhi permintaan
pinjaman musiman dan tarikan yang tidak terduga.
c) Diperlukan untuk mengisi cadangan penyangga untuk sebagian
penarikan deposit yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak dapat
dipenuhi dengan penerimaan deposit yang baru, maupun dengan
setoran cicilan kredit, penerimaan pendapatan, atau menambah hutang.
Ada dua konsep untuk indicator likuiditas, yaitu :
1. Konsep persediaan, dan
2. Konsep arus.
Pengukuran likuiditas dan sudut pandang persedian, orang harus
membandingkan jumlah asset yang likuid dengan kebutuhan likuiditas
yang diperkirakan ini merupakan konsep likuiditas yang agak sempit
karena konsep ini tidak mempertimbangkan bahwa likuiidtas dapat
diperoleh dari pasar kredit dan arus pendapatan.Melihat likuiditas dari
pendekatan arus, orang memperhatikan tidak hanya kesanggupan untuk
22
mengubah asset menjadi likuid tetapi kesanggupan bank untuk meminjam
dan memperoleh uang tunai dari hasil operasinya.
Pembuatan anggaran sumber dan penggunaan dana misalanya selama
30 hari ke depan. antara penggunaan (yaitu asset likuid yang tersedia
untuk 30 hari) dan sumber dana (yaitu hutang angka pendek yang berlaku
selama 30 hari) merupakan posisi likuiditas yang mungkin surplus atau
deficit. Posisi surplus menunjukkan posisi likuiditas yang tidak
mengandung resiko, tetapi harus diperhitungkan biaya dana yang
tertananm dalam likuiidtas tersebut. Sebaliknya bila posisi defisit, harus
segera disediakan antisipasinya untuk mengatasi defisit tersebut.
Suatu standar likuiditas sulit utnuk ditentukan, karena permintaan masa
depan tidak diketahui secara pasti. Dalam memperoleh penilaian yang
wajar atas posisi likuiditas bank, diperlukan suatu ramalan kebutuhan uang
tunai yang tepat, tingkat asset likuid yang diperkirakan, dan arus
penerimaan uang tunai selama jangka waktu tertentu.Suatu ukuran
likuiditas yang baik harus memperhitungkan konsep arus uang. Walaupun
demikian, ukuran likuiidtas yang paling banyak dipakai berdasarkan atas
konsep persediaan, yaitu :
1) LDR (Loan to Deposit Ratio), salah satu ukuran likuid dari konsep
persediaan adalah rasio pinjaman terhadap deposit. Rasio meningkat
ke tingkat yang lebih tinggi secara relative banker kurang berminat
untuk memberikan pinjaman atau investasi. Mereka juga menjadi
23
selektif dan kalau standar dinaikkan dan kredit menjadi lebih sulit,
maka suku bunga cenderung naik.
Rasio pinjaman terhadap deposit yang tinggi tidak pernah
ditentukan acuannya, tapi rasio tersebut merupakan kekuatan untuk
mempengaruhi keputusan pemberian pinjaman dan investasi. Rasio
pinjaman terhadap deposit meningkat untuk semua bank. Peningkatan
itu akan lebih tinggi untuk bank yang lebih besar. Rasio yang lebih
tinggi ini dapat dijelaskan sebagian oleh kesanggupan dan kesediaan
bank untuk mengatasi persoalan likuiditasnya menggunakan
manajemen liabilitas, atau melakukan pinaman dari pasar uang, dan
bukannya sematamata menggantungkan diri pada penyesuaian asset,
dan sebagian lainnya melalui usaha bank untuk memperoleh tingkat
pendapatan yang lebih tinggi.
2) Rasio Kas (Cash Ratio)
Ukuran likuiditas lainnya yang mencerminkan konsep persediaan
mengaitkan asset likuid terhadap total deposit atau total asset. Rasio
kas terhadap total deposit misalnya, lebih baik dalam beberapa hal
dibandingkan dengan rasio pinjaman terhadap deposit karena rasio ini
mengaitkan asset yang likuid secara langsung dengan memperhatikann
pinjaman (asset yang paling tidak likuid) terhadap deposit.
Kelemahan utama rasio ini terletak pada kenyataan bahwa sebagian
besar kas tidak benarbenar tersedia untuk memenuhi permintaan
pinjaman. Kelemahan lainnya adalah kegagalannya untuk
24
memasukkan asset likuid lainnya, seperti Sertifikat Bank Indonesia
dan surat berharga likuid jangka pendek lainnya. Rasio ini tidak
memberikan perhatian pada kemampuan bank untuk mencari dana dari
sumber lain.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir ini dirumuskan dengan mempertimbangkan penjelasan-
penjelasan sebelumnya. Lebih dari itu, kerangka pikir ini dibuat untuk
menjelaskan keseluruhan isi tulisan yang telah dirumuskan untuk
memudahkan pemahaman secara tepat alur pemikiran penelitian ini. Peran
kerangka pikir sangat penting dalam penelitian karena kerangka pikir
merupakan landasan pemikiran penelitian. Adapun kerangka pikir dari
penulis adalah seperti pada gambar dibawahini:
Penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah Kecukupan
Modal (CAR) dan Likuiditas (LDR), sedangkan variabel dependen yang
digunakan adalah profitabilitas (ROA) pada bank yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
Kecukupan Modal
(CAR)
Profitabilitas (ROA)
Likuiditas (LDR)
25
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan
kerangka konseptual maka hipotesis penelitian ini adalah :
H1: Kecukupan modal dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas bank – bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
H2 : Variabel kecukupan modal yang paling berpengaruh terhadap
profitabilitas bank –bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia