bab ii tinjauan umum retribusi jasa parkir di kota … · 2020. 10. 12. · hubungan pemerintah...

34
1 BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA PEKANBARU A. Tinjauan Umum Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Alinea ketiga memuat pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sedangkan, alinea keempat memuat pernyataan bahwa setelah menyatakan kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk adalah Pemerintah Negara Indonesia yaitu pemerintah nasional yang bertanggung jawab mengatur dan mengurus bangsa Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tugas Pemerintah Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut memelihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 27 Selanjutnya, Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan adalah dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk pertama kalinya dan kemudian pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian membentuk daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian, Pasal 18 Ayat (2) dan Ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa pemerintahan daerah berwenang untuk mengatur 25 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), Hal. 51. 27

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

1

BAB II

TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR

DI KOTA PEKANBARU

A. Tinjauan Umum Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia

Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut

dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Alinea ketiga memuat pernyataan kemerdekaan

bangsa Indonesia. Sedangkan, alinea keempat memuat pernyataan bahwa setelah

menyatakan kemerdekaan, yang pertama kali dibentuk adalah Pemerintah Negara

Indonesia yaitu pemerintah nasional yang bertanggung jawab mengatur dan

mengurus bangsa Indonesia. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tugas Pemerintah

Negara Indonesia adalah melindungi seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

memelihara ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial.27

Selanjutnya, Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang

berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan adalah

dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia sebagai pemerintah nasional untuk

pertama kalinya dan kemudian pemerintah nasional tersebutlah yang kemudian

membentuk daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kemudian,

Pasal 18 Ayat (2) dan Ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa pemerintahan daerah berwenang untuk mengatur

25 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2012), Hal. 51.

27

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

2

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan, dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya.28

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Di samping itu, melalui

otonomi luas dalam lingkungan strategis globalisasi, daerah diharapkan mampu

meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,

keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman

daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.29

Pemberian otonomi yang seluas-seluasnya kepada daerah dilaksanakan

berdasarkan prinsip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan, kedaulatan hanya

ada pada pemerintahan negara atau pemerintahan nasional dan tidak ada

kedaulatan pada daerah. Oleh karena itu, seluas apapun otonomi yang diberikan

kepada daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan pemerintahan daerah akan

tetap ada di tangan Pemerintah Pusat. Untuk itu, pemerintahan daerah pada negara

kesatuan merupakan satu kesatuan dengan pemerintahan nasional. Sejalan dengan

itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh daerah merupakan bagian

integral dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak pada bagaimana

memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan kreativitas daerah untuk

mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang pada gilirannya akan

mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.30

Daerah sebagai satu

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai otonomi berwenang mengatur dan

26 Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,

2012), Hal. 52. 29

Ibid., Hal. 53. 30

Ibid., Hal. 55.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

3

mengurus daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya sepanjang

tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum.

Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada daerah untuk mengatur

dan mengurus kehidupan warganya, maka Pemerintah Pusat dalam membentuk

kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal dan sebaliknya daerah ketika

membentuk kebijakan daerah, baik dalam bentuk Peraturan Daerah maupun

kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan

demikian, akan tercipta keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis

dan tetap memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam

penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan.31

Pada hakikatnya, otonomi daerah diberikan kepada rakyat sebagai satu

kesatuan masyarakat hukum yang diberi kewenangan untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat

kepada daerah dan dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan dibantu oleh perangkat

daerah. Urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah berasal dari kekuasaan

pemerintahan yang ada di tangan Presiden. Konsekuensi dari negara kesatuan

adalah tanggung jawab akhir pemerintahan ada di tangan Presiden. Agar

pelaksanaan urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah berjalan sesuai

dengan kebijakan nasional, maka Presiden berkewajiban untuk melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.32

Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan dibantu oleh

Menteri Negara dan setiap Menteri bertanggung jawab atas urusan pemerintahan

31 M. Busrizalti, Hukum Pemda; Otonomi Daerah dan Implikasinya, (Yogyakarta: Total

Media, 2013), Hal. 28. 32

Ibid., Hal. 29.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

4

tertentu dalam pemerintahan. Sebagian urusan pemerintahan yang menjadi

tanggung jawab Menteri tersebut yang sesungguhnya diotonomikan ke daerah.

Konsekuensi Menteri sebagai pembantu Presiden adalah kewajiban Menteri atas

nama Presiden untuk melakukan pembinaan dan pengawasan agar

penyelenggaraan pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah, kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian

berkewajiban membuat Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) untuk

dijadikan pedoman bagi daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan

yang diserahkan ke daerah dan menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga

pemerintah nonkementerian untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri sebagai koordinator

pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga

pemerintah nonkementerian terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Lembaga pemerintah nonkementerian melakukan pembinaan dan pengawasan

yang bersifat teknis, sedangkan kementerian melaksanakan pembinaan dan

pengawasan yang bersifat umum. Mekanisme tersebut diharapkan mampu

menciptakan harmonisasi antarkementerian/lembaga pemerintah nonkementerian

dalam melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan

daerah secara keseluruhan.33

Berbeda dengan penyelenggaraan pemerintahan di pusat yang terdiri atas

lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif, penyelenggaraan pemerintahan daerah

dilaksanakan oleh DPRD dan Kepala Daerah. DPRD dan Kepala Daerah

33 M. Busrizalti, Hukum Pemda; Otonomi Daerah dan Implikasinya, (Yogyakarta: Total

Media, 2013), Hal. 30.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

5

berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang diberi

mandat oleh rakyat untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkan

kepada daerah. Dengan demikian, maka DPRD dan Kepala Daerah berkedudukan

sebagai mitra sejajar yang mempunyai fungsi yang berbeda. DPRD mempunyai

fungsi pembentukan Peraturan Daerah, anggaran, dan pengawasan, sedangkan

Kepala Daerah melaksanakan fungsi pelaksanaan atas Peraturan Daerah dan

kebijakan daerah. Dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan daerah tersebut, DPRD dan Kepala Daerah dibantu oleh

perangkat daerah.34

Sebagai konsekuensi posisi DPRD sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah, maka susunan, kedudukan, peran, hak, kewajiban, tugas,

wewenang, dan fungsi DPRD tidak diatur dalam beberapa undang-undang, namun

cukup diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah secara keseluruhan guna memudahkan

pengaturannya secara terintegrasi.

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, terdapat urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal dengan istilah Urusan Pemerintahan

Absolut dan ada Urusan Pemerintahan Konkuren. Urusan Pemerintahan Konkuren

terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang

dibagi antara Pemerintah Pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota.

Urusan Pemerintahan Wajib dibagi dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang

terkait pelayanan dasar dan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak terkait

34 M. Busrizalti, Hukum Pemda; Otonomi Daerah dan Implikasinya, (Yogyakarta: Total

Media, 2013), Hal. 33.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

6

pelayanan dasar. Untuk Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait pelayanan dasar

ditentukan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk menjamin hak-hak

konstitusional masyarakat.35

Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara daerah provinsi

dengan daerah kabupaten/kota walaupun urusan pemerintahan sama,

perbedaannya akan nampak dari skala atau ruang lingkup urusan pemerintahan

tersebut. Walaupun daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota mempunyai urusan

pemerintahan masing-masing yang sifatnya tidak hierarki, namun tetap akan

terdapat hubungan antara Pemerintah Pusat, daerah provinsi dan daerah

kabupaten/kota dalam pelaksanaannya dengan mengacu pada NSPK yang dibuat

oleh Pemerintah Pusat.36

Di samping Urusan Pemerintahan Absolut dan Urusan Pemerintahan

Konkuren, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dikenal adanya Urusan Pemerintahan Umum.

Urusan Pemerintahan Umum menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala

pemerintahan yang terkait pemeliharaan ideologi Pancasila, Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, menjamin

hubungan yang serasi berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan sebagai

pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, serta memfasilitasi kehidupan

demokratis. Presiden dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum di daerah

melimpahkan kepada Gubernur sebagai kepala pemerintahan provinsi dan kepada

Bupati/Walikota sebagai kepala pemerintahan kabupaten/kota.37

35

Murtir Jeddawi, Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Total Media,

2008), Hal. 46. 36

Ibid., Hal. 47. 37

Ibid., Hal. 48.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

7

Mengingat kondisi geografis yang sangat luas, maka untuk efektifitas dan

efisiensi pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota, Presiden sebagai penanggung

jawab akhir pemerintahan secara keseluruhan melimpahkan kewenangannya

kepada Gubernur untuk bertindak atas nama Pemerintah Pusat untuk melakukan

pembinaan dan pengawasan kepada daerah kabupaten/kota agar melaksanakan

otonominya dalam koridor NSPK yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Untuk

efektifitas pelaksanaan tugasnya selaku wakil Pemerintah Pusat, Gubernur dibantu

oleh perangkat Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. Karena perannya

sebagai wakil Pemerintah Pusat, maka hubungan Gubernur dengan Pemerintah

Daerah kabupaten/kota bersifat hierarkis.38

Salah satu aspek dalam penataan daerah adalah pembentukan daerah

baru. Pembentukan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan

pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

disamping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Untuk itu, maka

pembentukan daerah harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti

kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah, kependudukan, dan

pertimbangan dari aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan keamanan,

serta pertimbangan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu dapat

menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya daerah.39

Pembentukan daerah didahului dengan masa persiapan selama 3 (tiga)

tahun dengan tujuan untuk penyiapan daerah tersebut menjadi daerah. Apabila

setelah tiga tahun hasil evaluasi menunjukkan daerah persiapan tersebut tidak

38Ibid., Hal. 50.

39 Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, (Bandung: Alumni, 2008), Hal. 113.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

8

memenuhi syarat untuk menjadi daerah, statusnya dikembalikan ke daerah

induknya. Apabila daerah persiapan setelah melalui masa pembinaan selama tiga

tahun memenuhi syarat untuk menjadi daerah, maka daerah persiapan tersebut

dibentuk melalui undang-undang menjadi daerah.40

Setiap daerah sesuai karakter daerahnya akan mempunyai prioritas yang

berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya dalam upaya menyejahterakan

masyarakat. Ini merupakan pendekatan yang bersifat asimetris, artinya walaupun

daerah sama-sama diberikan otonomi yang seluas-luasnya, namun prioritas urusan

pemerintahan yang dikerjakan akan berbeda satu daerah dengan daerah lainnya.

Konsekuensi logis dari pendekatan asimetris tersebut maka daerah akan

mempunyai prioritas urusan pemerintahan dan kelembagaan yang berbeda satu

dengan lainnya sesuai dengan karakter daerah dan kebutuhan masyarakatnya.41

Besaran organisasi perangkat daerah, baik untuk mengakomodasikan

Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan, paling sedikit

mempertimbangkan faktor jumlah penduduk, luasan wilayah, beban kerja, dan

kemampuan keuangan daerah. Untuk mengakomodasi variasi beban kerja setiap

urusan pemerintahan yang berbeda-beda pada setiap daerah, maka besaran

organisasi perangkat daerah juga tidak sama antara satu daerah dengan daerah

lainnya. Dari argumen tersebut dibentuk tipelogi dinas atau badan daerah sesuai

dengan besarannya agar terbentuk perangkat daerah yang efektif dan efisien.42

Untuk menciptakan sinergi dalam pengembangan potensi unggulan

antara organisasi perangkat daerah dengan kementerian dan lembaga pemerintah

nonkementerian di pusat, diperlukan adanya pemetaan dari kementerian/lembaga

40 Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, (Bandung: Alumni, 2008), Hal. 114.

41 Ibid., Hal. 115.

42 Ibid., Hal. 117.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

9

pemerintah nonkementerian di pusat untuk mengetahui daerah-daerah yang

mempunyai potensi unggulan atau prioritas sesuai dengan bidang tugas

kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang kewenangannya

didesentralisasikan ke daerah. Dari hasil pemetaan tersebut kementerian/lembaga

pemerintah nonkementerian akan mengetahui daerah-daerah mana saja yang

mempunyai potensi unggulan yang sesuai dengan bidang tugas

kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang bersangkutan. Daerah

tersebut yang kemudian akan menjadi stakeholder utama dari

kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkait.43

Penyerahan sumber keuangan daerah, baik berupa pajak daerah dan

retribusi daerah maupun berupa dana perimbangan, merupakan konsekuensi dari

adanya penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah yang diselenggarakan

berdasarkan asas otonomi. Untuk menjalankan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya, daerah harus mempunyai sumber keuangan agar daerah tersebut

mampu memberikan pelayanan dan kesejahteraan kepada rakyat di daerahnya.

Pemberian sumber keuangan kepada daerah harus seimbang dengan beban atau

urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Keseimbangan sumber

keuangan ini merupakan jaminan terselenggaranya urusan pemerintahan yang

diserahkan kepada daerah. Ketika daerah mempunyai kemampuan keuangan yang

kurang mencukupi untuk membiayai urusan pemerintahan dan khususnya Urusan

Pemerintahan Wajib yang terkait pelayanan dasar, Pemerintah Pusat dapat

menggunakan instrumen Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk membantu daerah

sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai.

43 Murtir Jeddawi, Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Total Media,

2008), Hal. 63.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

10

Dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah, Kepala Daerah dan DPRD selaku penyelenggara pemerintahan daerah

membuat Peraturan Daerah sebagai dasar hukum bagi daerah dalam

menyelenggarakan otonomi daerah sesuai dengan kondisi dan aspirasi masyarakat

serta kekhasan dari daerah tersebut. Peraturan Daerah yang dibuat oleh daerah

hanya berlaku dalam batas-batas yurisdiksi daerah yang bersangkutan. Walaupun

demikian, Peraturan Daerah yang ditetapkan oleh daerah tidak boleh bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya

sesuai dengan hierarki peraturan perundang-undangan. Di samping itu, Peraturan

Daerah sebagai bagian dari sistem peraturan perundang-undangan tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum sebagaimana diatur dalam kaidah

penyusunan Peraturan Daerah.44

Daerah melaksanakan otonomi daerah yang berasal dari kewenangan

Presiden yang memegang kekuasaan pemerintahan. Mengingat tanggung jawab

akhir penyelenggaraan pemerintahan ada di tangan Presiden, maka konsekuensi

logisnya kewenangan untuk membatalkan Peraturan Daerah ada di tangan

Presiden. Adalah tidak efisien apabila Presiden yang langsung membatalkan

Peraturan Daerah. Presiden melimpahkan kewenangan pembatalan Peraturan

Daerah Provinsi kepada Menteri sebagai pembantu Presiden yang bertanggung

jawab atas otonomi daerah. Sedangkan, untuk pembatalan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota, Presiden melimpahkan kewenangannya kepada Gubernur selaku

wakil Pemerintah Pusat di daerah.45

44

Siswanto Sunarno, Hukum… Op. Cit., Hal. 140. 45

Ibid., Hal. 141.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

11

Untuk menghindari terjadinya kesewenang-wenangan dalam pembatalan

Peraturan Daerah, maka Pemerintah Daerah Provinsi dapat mengajukan keberatan

pembatalan Peraturan Daerah Provinsi yang dilakukan oleh Menteri kepada

Presiden. Sedangkan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengajukan

keberatan pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang dilakukan

Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat kepada Menteri. Dari sisi

penyelenggaraan pemerintahan daerah, keputusan yang diambil oleh Presiden dan

Menteri bersifat final.46

Dalam rangka menciptakan tertib administrasi pelaporan Peraturan

Daerah, setiap Peraturan Daerah yang akan diundangkan harus mendapatkan

nomor register terlebih dahulu. Peraturan Daerah Provinsi harus mendapatkan

nomor register dari kementerian, sedangkan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

mendapatkan nomor register dari Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Dengan adanya pemberian nomor register tersebut, akan terhimpun informasi

mengenai keseluruhan Peraturan Daerah yang dibentuk oleh daerah dan sekaligus

juga informasi Peraturan Daerah secara nasional.47

Majunya suatu bangsa sangat ditentukan oleh inovasi yang dilakukan

bangsa tersebut. Untuk itu, maka diperlukan adanya perlindungan terhadap

kegiatan yang bersifat inovatif yang dilakukan oleh aparatur sipil negara di daerah

dalam memajukan daerahnya. Perlu adanya upaya memacu kreativitas daerah

untuk meningkatkan daya saing daerah. Untuk itu, perlu adanya kriteria yang

objektif yang dapat dijadikan pegangan bagi pejabat daerah untuk melakukan

kegiatan yang bersifat inovatif. Dengan cara tersebut, inovasi akan terpacu dan

46 Murtir Jeddawi, Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Total Media,

2008), Hal. 75. 47

Ibid., Hal. 76.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

12

berkembang tanpa ada kekhawatiran menjadi objek pelanggaran hukum.48

Pada

dasarnya, perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya

guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

menyejahterakan masyarakat, baik melalui peningkatan pelayanan publik maupun

melalui peningkatan daya saing daerah. Perubahan ini bertujuan untuk memacu

sinergi dalam berbagai aspek dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan

Pemerintah Pusat.49

Melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dilakukan pengaturan yang bersifat afirmatif yang

dimulai dari pemetaan urusan pemerintahan yang akan menjadi prioritas daerah

dalam pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya. Melalui pemetaan tersebut akan

tercipta sinergi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang urusan

pemerintahannya didesentralisasikan ke daerah. Sinergi urusan pemerintahan akan

melahirkan sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

karena setiap kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian akan tahu siapa

pemangku kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah

nonkementerian tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional.

Sinergi urusan pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan menciptakan sinergi

dalam perencanaan pembangunan antara kementerian/lembaga pemerintah

nonkementerian dengan daerah untuk mencapai target nasional. Manfaat

lanjutannya adalah akan tercipta penyaluran bantuan yang terarah dari

48 Victor Jusuf Sedubun, Pembentukan dan Pengawasan Peraturan Daerah yang Berciri

Khas Daerah, (Yogyakarta: Deepublish, 2017), Hal. 21. 49

Ibid., Hal. 23.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

13

kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terhadap daerah-daerah yang

menjadi stakeholder utamanya untuk akselerasi realisasi target nasional tersebut.

Sinergi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah akan sulit tercapai

tanpa adanya dukungan personel yang memadai, baik dalam jumlah maupun

standar kompetensi, yang diperlukan untuk melaksanakan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah. Dengan cara tersebut, Pemerintah Daerah akan

mempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah dan

kompetensinya.50

Langkah berikutnya adalah adanya jaminan pelayanan publik yang

disediakan Pemerintah Daerah kepada masyarakat. Untuk itu, setiap Pemerintah

Daerah wajib membuat maklumat pelayanan publik sehingga masyarakat di

daerah tersebut tahu jenis pelayanan publik yang disediakan, bagaimana

mendapatkan aksesnya serta kejelasan dalam prosedur dan biaya untuk

memperoleh pelayanan publik tersebut, serta adanya saluran keluhan manakala

pelayanan publik yang didapat tidak sesuai dengan standar yang telah

ditentukan.51

Langkah akhir untuk memperkuat otonomi daerah adalah adanya

mekanisme pembinaan, pengawasan, pemberdayaan, serta sanksi yang jelas dan

tegas. Adanya pembinaan dan pengawasan serta sanksi yang tegas dan jelas

tersebut memerlukan adanya kejelasan tugas pembinaan dan pengawasan dari

kementerian yang melakukan pembinaan dan pengawasan umum serta

kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang melaksanakan pembinaan

teknis. Sinergi antara pembinaan dan pengawasan umum dengan pembinaan dan

50 M. Busrizalti, Hukum Pemda; Otonomi Daerah dan Implikasinya, (Yogyakarta: Total

Media, 2013), hlm. 107. 51

Ibid., Hal. 108.

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

14

pengawasan teknis akan memberdayakan daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah.52

Untuk pembinaan dan pengawasan terhadap daerah kabupaten/kota,

memerlukan peran dan kewenangan yang jelas dan tegas dari Gubernur sebagai

wakil Pemerintah Pusat untuk melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan dan

pengawasan terhadap daerah kabupaten/kota.53

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri

atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak

dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut,

daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Pajak

dan Retribusi sebagai salah satu perwujudan kenegaraan.54

Pengaturan kewenangan Pajak dan Retribusi yang ada saat ini kurang

mendukung pelaksanaan otonomi daerah. Pemberian kewenangan yang semakin

besar kepada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat seharusnya diikuti dengan pemberian kewenangan yang besar pula

dalam Pajak dan Retribusi. Basis pajak kabupaten dan kota yang sangat terbatas

dan tidak adanya kewenangan provinsi dalam penetapan tarif pajaknya

mengakibatkan daerah selalu mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan

52 M. Busrizalti, Hukum Pemda; Otonomi Daerah dan Implikasinya, (Yogyakarta: Total

Media, 2013), hlm. 125. 53

Ibid., Hal. 127. 54

Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), Hal. 90.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

15

pengeluarannya. Ketergantungan daerah yang sangat besar terhadap pusat dalam

banyak hal kurang mencerminkan akuntabilitas daerah. Pemerintah daerah dan

masyarakat tidak mengontrol anggaran daerah karena merasa tidak dibebani

dengan Pajak dan Retribusi.55

B. Tinjauan Umum Retribusi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting

guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah dijelaskan bahwa Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan

oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.56

Berdasarkan Pasal 108 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan bahwa objek dan

golongan Retribusi yaitu sebagai berikut:

1. Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi yang dikenakan atas jasa umum.

2. Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha.

3. Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi yang dikenakan atas perizinan

tertentu.

55 Marihot Pahala Siahaan, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (Jakarta: Rajawali Pers,

2008), Hal. 91. 56

Pasal 1 Angka 64 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

16

Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum adalah retribusi yang dikenakan atas jasa umum.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa kriteria Retribusi Jasa

Umum yaitu sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa

Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu.

2. Jasa umum tersebut merupakan kewenangan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

3. Jasa umum tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan

yang diharuskan membayar Retribusi, disamping untuk melayani

kepentingan dan kemanfaatan umum.

4. Jasa umum tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau badan yang

membayar Retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang

tidak mampu.

5. Retribusi Jasa Umum tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya.

6. Retribusi Jasa Umum dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta

merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

7. Pemungutan Retribusi Jasa Umum memungkinkan penyediaan jasa tersebut

dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.57

Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau

diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum

57 Pasal 150 Huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

17

serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.58

Jenis Retribusi Jasa Umum

yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan.

2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Akta

Catatan Sipil.

4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat. 5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.

6. Retribusi Pelayanan Pasar. 7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.

9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta.

10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus. 11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair. 12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang. 13. Retribusi Pelayanan Pendidikan.

14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.59

Jenis Retribusi Jasa Umum di atas dapat tidak dipungut apabila potensi

penerimaannya kecil dan/atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan

pelayanan tersebut secara cuma-cuma. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang

pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang

bersangkutan. Wajib Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi

Jasa Umum.

Retribusi Jasa Usaha

58

Pasal 109 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

59 Pasal 110 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

18

Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa kriteria Retribusi Jasa Usaha

yaitu sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa

Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu.

2. Jasa usaha adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan

oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang

dimiliki/dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh

Pemerintah Daerah.60

Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi pelayanan

dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan

secara optimal dan/atau pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum

disediakan secara memadai oleh pihak swasta.61

Jenis Retribusi Jasa Usaha yang

diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. 2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan.

3. Retribusi Tempat Pelelangan.

4. Retribusi Terminal.

5. Retribusi Tempat Khusus Parkir. 6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa.

7. Retribusi Rumah Potong Hewan. 8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan.

60

Pasal 150 Huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

61 Pasal 126 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

19

9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga. 10. Retribusi Penyeberangan di Air.

11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.62

Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Wajib

Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan

pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Usaha.

Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi yang dikenakan atas

perizinan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan bahwa kriteria

Retribusi Perizinan Tertentu yaitu sebagai berikut:

1. Perizinan tertentu tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang

diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi.

2. Perizinan tertentu tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi

kepentingan umum.

3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan

biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut

cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.63

Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu

oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan

62 Pasal 127 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

63 Pasal 150 Huruf c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

20

untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan

sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.64

Jenis

Retribusi Perizinan Tertentu yang diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

adalah:

1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

3. Retribusi Izin Gangguan.

4. Retribusi Izin Trayek.

5. Retribusi Izin Usaha Perikanan.65

Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan

yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah. Wajib Retribusi Perizinan

Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran

Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Perizinan Tertentu.

Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Peraturan Daerah tentang

Retribusi tidak dapat berlaku surut. Peraturan Daerah tentang Retribusi paling

sedikit mengatur ketentuan mengenai nama, objek, dan subjek Retribusi; golongan

Retribusi; cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan; prinsip

yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi; struktur

64

Pasal 140 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

65 Pasal 141 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

21

dan besarnya tarif Retribusi; wilayah pemungutan; penentuan pembayaran, tempat

pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran; sanksi administratif;

penagihan; penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa; serta tanggal mulai

berlakunya. Selain itu, Peraturan Daerah tentang Retribusi dapat juga mengatur

ketentuan mengenai masa Retribusi; pemberian keringanan, pengurangan, dan

pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok Retribusi dan/atau sanksinya;

dan/atau tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa.66

Rancangan Peraturan Daerah tingkat provinsi tentang Retribusi yang

telah disetujui bersama oleh Gubernur dan DPRD sebelum ditetapkan wajib

disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan paling lambat

3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud, sedangkan

Rancangan Peraturan Daerah tingkat kabupaten/kota tentang Retribusi yang telah

disetujui bersama oleh Bupati/Walikota dan DPRD sebelum ditetapkan wajib

disampaikan kepada Gubernur dan Menteri Keuangan paling lambat 3 (tiga) hari

kerja terhitung sejak tanggal persetujuan dimaksud untuk dievaluasi. Hasil

evaluasi terhadap Peraturan Daerah tersebut dapat berupa persetujuan atau berupa

penolakan. Apabila Peraturan Daerah tentang Retribusi bertentangan dengan

kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

Menteri Keuangan merekomendasikan pembatalan Peraturan Daerah tersebut

kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Penyampaian rekomendasi

pembatalan dilakukan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal

diterimanya Peraturan Daerah tersebut. Pemerintah Daerah yang menolak

keputusan pembatalan Peraturan Daerah tersebut dengan alasan-alasan yang dapat

66 Pasal 156 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

22

dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan dapat mengajukan keberatan

kepada Mahkamah Agung.67

C. Tinjauan Umum Peraturan Daerah Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa Peraturan Daerah adalah

peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan persetujuan

bersama Kepala Daerah.68

Untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan, daerah

membentuk Peraturan Daerah. Peraturan Daerah dibentuk oleh DPRD dengan

persetujuan bersama Kepala Daerah. Peraturan Daerah memuat materi muatan

mengenai penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, serta

penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi. Selain materi muatan tersebut, Peraturan Daerah dapat memuat materi

muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.69

Asas pembentukan dan materi muatan Peraturan Daerah berpedoman

pada ketentuan peraturan perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan Peraturan Daerah mencakup

67 Pasal 157 dan Pasal 158 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049.

68 Pasal 1 Angka 25 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

69 Pasal 236 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

23

tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan, dan pengundangan

yang berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Masyarakat

berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis dalam pembentukan

Peraturan Daerah. Pembentukan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud di atas

dilakukan secara efektif dan efisien.70

Peraturan Daerah dapat memuat ketentuan tentang pembebanan biaya

paksaan penegakan/pelaksanaan Peraturan Daerah seluruhnya atau sebagian

kepada pelanggar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Peraturan Daerah juga dapat memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah). Selain itu, Peraturan Daerah dapat memuat ancaman pidana kurungan

atau pidana denda selain sebagaimana dimaksud di atas sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.71

Selain sanksi sebagaimana dimaksud di atas, Peraturan Daerah dapat

memuat ancaman sanksi yang bersifat mengembalikan pada keadaan semula dan

sanksi administratif. Sanksi administratif tersebut berupa:

1. Teguran lisan 2. Teguran tertulis

3. Penghentian sementara kegiatan

4. Penghentian tetap kegiatan 5. Pencabutan sementara izin

6. Pencabutan tetap izin

7. Denda administratif

70

Pasal 237 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

71 Pasal 238 Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

24

8. Sanksi administratif lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.72

Dalam pembentukan Peraturan Daerah, harus diperhatikan asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik. Adapun asas-asas dalam

pembentukan Peraturan Daerah yaitu sebagai berikut:73

1. Asas kejelasan tujuan. „Asas kejelasan tujuan‟ adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

2. Asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat. „Asas kelembagaan

atau pejabat pembentuk yang tepat‟ adalah bahwa setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara atau pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.

3. Asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan. „Asas kesesuaian

antara jenis, hierarki, dan materi muatan‟ adalah bahwa dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki peraturan perundang- undangan.

4. Asas dapat dilaksanakan. „Asas dapat dilaksanakan‟ adalah bahwa setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

5. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan. „Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan‟ adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

6. Asas kejelasan rumusan. „Asas kejelasan rumusan‟ adalah bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan peraturan perundang-undangan, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam pelaksanaannya.

7. Asas keterbukaan. „Asas keterbukaan‟ adalah bahwa dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

72 Pasal 238 Ayat (4) dan Ayat (5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587.

73 Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

25

D. Tinjauan Umum Kota Pekanbaru

Kota Pekanbaru dahulunya merupakan sebuah perkampungan kecil yang

berada di pinggir Sungai Siak, yang dikenal dengan nama Senapelan. Senapelan

pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Batin. Senapelan

kemudian berkembang menjadi kawasan pemukiman baru bagi penduduk dan

seiring berjalannya waktu berganti nama menjadi Dusun Payung Sekaki. Pada 9

April 1689, diperbarui sebuah perjanjian antara Kerajaan Johor dengan

Vereenigne Oost-Indische Compagnie (VOC), yang intinya memberikan hak yang

lebih luas kepada VOC dalam berdagang. Kemudian, VOC mendirikan sebuah

„loji‟ di daerah yang bernama Petapahan, yang merupakan kawasan strategis.

Akan tetapi, kapal-kapal VOC tidak dapat masuk ke Petapahan. Oleh karena itu,

Senapelan dijadikan tempat perhentian kapal-kapal VOC. Selanjutnya, pelayaran

dari Senapelan ke Petapahan dilanjutkan dengan menggunakan perahu-perahu

kecil. Sejak saat itu, Senapelan dijadikan pelabuhan tempat penumpukan berbagai

komoditas perdagangan, baik yang di bawa dari luar negeri maupun yang dari

daerah pedalaman.74

Perkembangan Senapelan juga berkaitan erat dengan perkembangan

Kerajaan Siak Sri Inderapura. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang menetap

di Senapelan membangun sebuah istana yang terletak di sekitar kompleks Masjid

Raya Pekanbaru sekarang. Sultan kemudian berinisiatif membuat sebuah pasar

(pekan) di Senapelan, namun tidak berkembang. Pembuatan pekan ini kemudian

dilanjutkan oleh putranya, yaitu Raja Muda Muhammad Ali yang bergelar Sultan

Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah, namun lokasinya dipindahkan dari

74 http://www.pekanbaru.go.id/sejarah-pekanbaru, diakses pada hari Jum‟at tanggal 9

Agustus 2019, jam 20.15 WIB.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

26

lokasi awal ke lokasi Pelabuhan Pekanbaru sekarang. Pekan yang baru inilah yang

kemudian menjadi cikal bakal nama Kota Pekanbaru. Menurut catatan sejarah,

Senapelan, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Pekanbaru, secara resmi

didirikan pada hari Selasa tanggal 21 Rajab 1204 H atau 23 Juni 1784 M oleh

Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah. Tanggal inilah yang sampai hari

ini diperangati sebagai hari jadi Kota Pekanbaru. Sepeninggal Sultan Muhammad

Ali Abdul Jalil Muazamsyah, jalannya pemerintahan di Senapelan diserahkan

kepada Datuk Bandar yang dibantu oleh empat datuk besar, yaitu Datuk Lima

Puluh, Datuk Tanah Datar, Datuk Pesisir, dan Datuk Kampar. Keempat datuk

tersebut bertanggung jawab kepada Raja di Siak Sri Inderapura.75

Saat ini, Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau. Sebelum itu,

Kota Pekanbaru mengalami beberapa dinamika perubahan dalam perjalanannya,

antara lain yaitu:

1. Berdasarkan Surat Keputusan Kerajaan Siak Sri Inderapura Nomor 1 pada 19

Oktober 1919, Kota Pekanbaru merupakan sebuah distrik dari Kerajaan Siak

Sri Inderapura.

2. Pada tahun 1932, Kota Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Kampar Kiri yang

dipimpin oleh seorang Controleor Belanda yang berkedudukan di Pekanbaru.

3. Pada tanggal 8 Maret 1942, Kota Pekanbaru diubah dari distrik menjadi

GUM oleh Jepang dan dikepalai oleh seorang Gunco, yaitu Gubernur Militer

Go Kung.

75

http://www.pekanbaru.go.id/sejarah-pekanbaru, diakses pada hari Jum‟at tanggal 9 Agustus 2019, jam 20.15 WIB.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

27

4. Berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera Nomor 103 pada 17 Mei 1956 di

Kota Medan, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut harminte atau

kota baru dengan nama Kota Praja Pekanbaru.

5. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

54/1/44-25 pada 20 Januari 1959, Pekanbaru ditunjuk menjadi ibukota

Provinsi Riau menggantikan Tanjung Pinang, dan memperoleh kenaikan

status dengan nama Kota Madya Tingkat II Pekanbaru.76

Pada awalnya berdirinya Kota Pekanbaru hanya dibagi menjadi dua

kecamatan, yaitu Kecamatan Senapelan dan Kecamatan Limapuluh. Seiring

dengan perkembangan Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau, maka saat

ini Kota Pekanbaru telah dimekarkan menjadi 12 kecamatan, yaitu sebagai

berikut:

1. Kecamatan Senapelan

2. Kecamatan Limapuluh

3. Kecamatan Pekanbaru Kota

4. Kecamatan Sukajadi

5. Kecamatan Sail

6. Kecamatan Rumbai

7. Kecamatan Bukit Raya

8. Kecamatan Tampan

9. Kecamatan Rumbai Pesisir

10. Kecamatan Tenayan Raya

11. Kecamatan Marpoyan Damai

12. Kecamatan Payung Sekaki.77

76 http://www.pekanbaru.go.id/sejarah-pekanbaru, diakses pada hari Jum‟at tanggal 9

Agustus 2019, jam 20.15 WIB. 77

http://www.pekanbaru.go.id/sejarah-pekanbaru, diakses pada hari Jum‟at tanggal 9

Agustus 2019, jam 20.15 WIB.

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

28

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 1 Tahun 2001,

Visi Pekanbaru 2021 adalah “Terwujudnya Kota Pekanbaru sebagai Pusat

Perdagangan dan Jasa, Pendidikan, serta Pusat Kebudayaan Melayu Menuju

Masyarakat Sejahtera Berlandaskan Iman dan Taqwa”.78

Dalam rangka mewujudkan Visi Pekanbaru 2021, maka Walikota

Pekanbaru Dr. H. Firdaus, S.T., M.T. dan Wakil Walikota Pekanbaru H. Ayat

Cahyadi, S.Si. menetapkan visi Kota Pekanbaru pada masa pemerintahannya

adalah “Terwujudnya Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan yang Madani”.

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan beberapa misi Kota Pekanbaru,

yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki

kompetensi tinggi, bermoral, beriman dan bertaqwa, serta mampu bersaing di

tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui peningkatan

kemampuan/keterampilan tenaga kerja, pembangunan kesehatan,

kependudukan, dan keluarga sejahtera.

3. Mewujudkan masyarakat berbudaya melayu, bermartabat, dan bermarwah

yang menjalankan kehidupan beragama, memiliki iman dan taqwa,

berkeadilan tanpa membedakan satu dengan yang lainnya, serta hidup dalam

rukun dan damai.

4. Meningkatkan infrastruktur daerah, baik prasarana jalan, air bersih, energi

listrik, penanganan limbah yang sesuai dengan kebutuhan daerah, terutama

infrastruktur pada kawasan industri, pariwisata, serta daerah pinggiran kota.

78 http://www.pekanbaru.go.id/visi-pekanbaru-2021, diakses pada hari Jum‟at tanggal 9

Agustus 2019, jam 20.15 WIB.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

29

5. Mewujudkan penataan ruang dan pemanfaatan lahan yang efektif dan

pelestarian lingkungan hidup dalam mewujudkan pembangunan yang

berkelanjutan.

6. Meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat dengan meningkatkan

investasi bidang industri, perdagangan, jasa, dan pemberdayaan ekonomi

kerakyatan dengan dukungan fasilitas yang memadai dan iklim usaha yang

kondusif.79

Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Riau, Kota

Pekanbaru telah mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan yang pesat

tersebut dapat dilihat dengan semakin menjamurnya gedung-gedung pencakar

langit seperti hotel dan pusat perbelanjaan modern. Salah satu dampak dari

perkembangan Kota Pekanbaru yang pesat adalah terjadinya lonjakan

pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Penduduk

Kota Pekanbaru tahun 2017 berjumlah 1.117.358 jiwa.

Tabel II.1

Data Jumlah Penduduk di Kota Pekanbaru Tahun 2017

No. Nama Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Kecamatan Senapelan 37.459 jiwa

2 Kecamatan Limapuluh 42.469 jiwa

3 Kecamatan Pekanbaru Kota 25.719 jiwa

4 Kecamatan Sukajadi 48.544 jiwa

5 Kecamatan Sail 22.015 jiwa

79

http://www.pekanbaru.go.id/visi-dan-misi-pekanbaru, diakses pada hari Jum‟at tanggal 9 Agustus 2019, jam 20.15 WIB.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

30

6 Kecamatan Rumbai 67.570 jiwa

7 Kecamatan Bukit Raya 103.722 jiwa

8 Kecamatan Tampan 285.932 jiwa

9 Kecamatan Rumbai Pesisir 72.864 jiwa

10 Kecamatan Tenayan Raya 162.530 jiwa

11 Kecamatan Marpoyan Damai 131.362 jiwa

12 Kecamatan Payung Sekaki 90.902 jiwa

Sumber: https://pekanbarukota.bps.go.id/publication/kota-pekanbaru-dalam-angka

E. Tinjauan Umum Retribusi Jasa Parkir Menurut Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang

Perhubungan Darat

Retribusi pelayanan di bidang perhubungan darat merupakan salah satu

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang penting untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota Pekanbaru dalam

rangka otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Adapun

golongan dan jenis retribusi pada bidang perhubungan darat yaitu Retribusi Jasa

Umum, Retribusi Perizinan Tertentu, dan Retribusi Jasa Usaha.80

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009

tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat disebutkan bahwa

Retribusi Jasa Umum yang ada pada bidang perhubungan darat yaitu Retribusi

Parkir di Tepi Jalan Umum dan Retribusi Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;

Retribusi Perizinan Tertentu yang ada pada bidang perhubungan darat yaitu

Retribusi Izin Angkutan Orang, Retribusi Izin Angkutan Barang, Retribusi Izin

80 Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi

Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat.

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

31

Usaha Mobil Derek, dan Izin Usaha Bengkel Umum Kendaraan Bermotor; serta

Retribusi Jasa Usaha yang ada pada bidang perhubungan darat yaitu Retribusi Jasa

Penderekan Kendaraan dan Retribusi Jasa Terminal.

Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum disebut dengan Retribusi Jasa

Parkir. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009

tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat dijelaskan bahwa

Retribusi Jasa Parkir adalah pembayaran atas pemanfaatan jasa pengaturan dan

penggunaan jalan-jalan umum di Kota Pekanbaru yang digunakan untuk tempat

parkir kendaraan.81

Retribusi Jasa Parkir bagi kendaraan dipungut terhadap

pelayanan penyediaan fasilitas parkir pada lokasi-lokasi parkir kendaraan yang

telah ditentukan dan disediakan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.82

Tingkat pelayanan jasa parkir kendaraan diukur melalui kawasan parkir

kendaraan dan jenis kendaraan. Kawasan parkir kendaraan terdiri atas kawasan

khusus dan di luar kawasan khusus, sedangkan jenis kendaraan terdiri atas mobil

barang truck gandengan, mobil truck tempelan, mobil barang truck (besar) sumbu

tiga atau lebih, mobil barang truck (besar) sumbu dua, mobil barang truck

(sedang) sumbu dua, mobil barang pick up, mobil bus (besar) dan/atau dilengkapi

lebih dari 27 tempat duduk, mobil bus (sedang) dan/atau dilengkapi 27 tempat

duduk, mobil bus (kecil) dan/atau dilengkapi kurang dari 27 tempat duduk, mobil

penumpang umum (oplet, taksi, bajaj, atau sejenisnya), mobil penumpang tidak

umum, sepeda motor, dan sepeda.83

81 Pasal 1 Angka 34 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat. 82

Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat.

83 Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi

Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat.

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

32

Prinsip dalam penetapan kawasan parkir kendaraan didasarkan pada

aktivitas ekonomi masyarakat dan/atau tingkat pelayanan jalan, sedangkan prinsip

dalam penetapan struktur besaran tarif Retribusi Jasa Parkir didasarkan pada

tujuan untuk memperlancar lalu lintas jalan dengan memperhatikan biaya

penyelenggaraan pelayanan, kemampuan masyarakat, dan keadilan.84

Setiap kendaraan yang menggunakan jasa parkir di tepi jalan umum

dipungut retribusi parkir dengan bukti pembayaran berupa karcis yang telah

diporporasi. Tarif Retribusi Jasa Parkir yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah

Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan di Bidang

Perhubungan Darat disesuaikan dengan jenis kendaraan. Adapun tarif Retribusi

Jasa Parkir di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel II.2

Tarif Retribusi Jasa Parkir di Kota Pekanbaru

No.

Jenis Kendaraan

Tarif Parkir

1 Sepeda motor Rp 1.000,-

2 Mobil penumpang Rp 2.000,-

3 Mobil bus kecil Rp 2.000,-

4 Mobil bus sedang Rp 3.000,-

5 Mobil bus besar Rp 4.000,-

6 Mobil barang pick up Rp. 2.000,-

7 Mobil barang sedang (sumbu dua) Rp 3.000,-

84 Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi

Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat.

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

33

8 Mobil barang besar (sumbu dua) Rp 3.000,-

9 Mobil barang besar (sumbu tiga atau lebih) Rp 3.000,-

10 Kereta tempelan Rp 3.000,-

11 Kereta gandengan Rp 3.000,-

Sumber: Pasal 9 Ayat (2) Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 3 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pelayanan di Bidang Perhubungan Darat

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM RETRIBUSI JASA PARKIR DI KOTA … · 2020. 10. 12. · Hubungan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dapat dirunut dari alinea ketiga dan keempat Pembukaan

34