bab ii tinjauan teori a. imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/arfian prasetyo wardhani...
TRANSCRIPT
14
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Imunisasi
1. Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga
tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh
mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk
kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin
tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu
pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen
yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin
yang pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010).
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan
kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan
melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN Ranuh, 2008).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran
bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam
pemeliharaan kesehatan anak (Supartini, 2008).
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit
tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang
terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat
ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria (Matondang, C.S, &
Siregar, S.P, 2008).
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seeorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat atau populasi atau bahkan menghilngkan penyakit tertentu dari
dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir lebih
mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui
manusia, seperti misalnya penyakit difteria. Program imunisasi bertujuan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakitpenyakit tersebut adalah
difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan
tuberculosis. (Notoatmodjo, 2007).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
3. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :
a) Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan
berkualitas.
c) Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Proverati 2010).
4. Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
1. Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar
lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk
mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,
2010).
5. Dasar-Dasar Imunisasi
1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a) Pengertian
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga
didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap
tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi
risiko terjadi tuberculosis berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis
milier (Ranuh,2008).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
b) Cara pemberian dan dosis:
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct
Scheering(ADS) 5 ml.
2. Dosisi pemberian: 0,05 ml.
3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto
Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3
jam.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
d) Kontra indikasi:
1. Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti:
eksim,furunkulosis dan sebagainya.
2. Mereka yang sedang menderita TBC.
e) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
seperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan
dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya (Departemen
Kesehatan RI, 2006).
2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
a) Pengertian
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang
terdiri dari toxoid difteridan tetanusyang dimurnikan serta bakteri
pertusis yang telah diinaktivasi (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular
dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas. Penularannya bisa
karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk
atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang
terkontaminasi bakteri difteri.
Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih
kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat
pseudomembranputih keabu-abuan di faring, laring, atau tonsil.
Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
menyebabkan ambang rangsang batuk yang hebat dan lama.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
Serangan batuk lebih sering pada malam hari, batuk terjadi
beruntun dan akhir batuk menarik nafas panjang, biasanya disertai
muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itupertusis
disebut juga dengan “batuk seratus hari”. Tetanus merupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium tetani. Kuman ini
bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak
terdapat zat asam (oksigen).
Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang
dewasa. Pada bayipenularan disebabkan karena pemotongan tali pusat
tanpa alatyang steril atau dengan cara tradisional dimana alat
pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora
kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi
karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora tetanus. Kuman
ini paling banyak terdapat di usus kuda berbentuk spora yang tersebar
luas di tanah (Atikah, 2010).
Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program
Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT
atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan
sebagai berikut:
1. Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan
3 dosis toksoid tetanuspada bayi dihitung setara dengan 2 dosis
pada anak yang lebih besar atau dewasa.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
2. Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan
memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7
tahun.
3. Dengan 4 dosis toksoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara
dengan 3 dosis pada dewasa (Sudarti, 2010).
b) Cara pemberian dan dosis:
1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen.
2. Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml
sebanyak 3 dosis.
3. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya
diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
4. Cara memberikan vaksin ini, sebagai barikut:
a) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu
dengan seluruh kaki terlentang
b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
d) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
e) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit
sehingga masuk kedalam otot (Atikah, 2010).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri,
pertusis, dan tetanus.
d) Kontra indikasi
Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir
atau gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi
pertusis. Anak-anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama, komponen pertusisharus dihindarkan pada dosis kedua, dan
untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
e) Efek samping
Gejal-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam
tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi (Departemen Kesehatan RI, 2006).
3. Vaksin Hepatitis B
a) Pengertian
Vaksin hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorph) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
b) Cara pemberian dan dosis:
1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar
suspensi menjadi homogen.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
2. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara
intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha.
3. Pemberian sebanyak 3 dosis.
4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya
dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan virus hepatitis B.
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti
vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita
infeksi berat disertai kejang.
e) Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan
disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan
biasanya hilang setelah 2 hari. (Departemen Kesehatan RI, 2006).
4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)
a) Pengertian
Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus
poliomyelitistipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat
dibiakkan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
b) Cara pemberian dan dosis:
1. Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2 (dua) tetes
sebanyak 4 kali (disis) pemberian dengan interval setiap dosis
minimal 4 minggu.
2. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)
yang baru.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
d) Kontra indikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada
efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak
yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
e) Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa
paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
5. Vaksin Campak
a) Pengertian
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000
inektive unit virus strain dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
dan 30 mcg residu erithromycin.
b) Cara pemberian dan dosis:
1. Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus
dilarutlan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml
cairan pelarut.
2. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan
kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangn (booster) pada usia 6-7
tahun (kelas 1 SD) setelah catchup campaign campak pada anak
Sekolah Dasar kelas 1-6.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
d) Kontra indikasi
Individu yang mengidap penyakitimmune deficiency atau
individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, limfoma.
e) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
6. Jadwal imunisasi
Tabel 2.1 Jadwal imunisasi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4
9 bulan Campak
B. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Dalam hal ini
pengetahuan orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan diare yang diperoleh
melalui penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).
2. Kualitas Pengetahuan
Menurut (Arikunto, 2006) mengemukan bahwa untuk mengetahui
secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat
menjadi 3 tingkatan yaitu :
a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
b. Tingkat pengetahuan cukup bika skor atau nilai 60-75%
c. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 60 %
3. Perubahan Pengetahuan
Perubahan dapat dijabarkan dengan beberapa cara, termasuk
perubahan yang direncanakan atau yang tidak direncanakan. Perubahan
yang tidak direcanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa suatu
persiapan, sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah peribahan yang
direncanakan dan dipiikirkan sebelumnya, terjadinya dalam waktu yang
lama, dan termasuk adanya suatu tujuanyang jelas.perubahan terencana
lebih mudah dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan
manusia atau tanpa persiapan anat karena suatu ancaman. Untuk alasan
tersebut, peerawat harus dapat mengelola perubahan.
1. Teori-teori Perubahan menurut kurt koffika (2001)
Kurt mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3
tahapan :
a. Pencairan (unfreezing)
Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan
berubahnya keseimbangan yang ada. Merasa perlu untuk berubah
dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah
dan melakukan perubahan.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
b. Bergerak (moving)
Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak / tahap
perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap
dan kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dipahami
dan mengetahui langkah-langkah penyalasaian yang harus dilakukan,
melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat
atau tahap baru.
c. Pembekuan (refresing)
Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai
keseimbangan baru. Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk
tidak mengalami kemunduran atau atau bergerak kembali pada
tingkat atau tahap perkembangan semula. Oleh karena itu perlu
selalu ada upaya untuk mendapatkan umpan balik, kritik yang
konstroktif dalam upaya pembinaan yang terus menerus dan
berkelanjutan.
2. Faktor pendorong terjadinya perubahan
a. Kebutuhan dasar manusia
Manusia memiliki kebutuhan dasar yang tersusun
berdasarkan hirarki kepentingan. Kebutuhan yang belum
terpenuhiakan memotivasi perilaku sebagaimana teori kebutuhan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
dari maslow (1945). Didalam keperawatan kebutuhan ini bias
dilihat darimana keperawatan dapat mempertahankan diri sebagai
profesi dalam upaya memenuhi keutuhan masyarakan akan
pelayanan/ asuha keperawatan yang professional.
b. Kebutuhan dasar interpersonal
Masyarakat memiliki tiga kebutuhan dasar interpersonal
yang melandasi sebagian besar perilaku seseorang: (1) kebutuhan
untuk berkumpul bersama-sama; (2) kebutuhan untuk
mengendalikan / melakukan kontrol; dan (3) kebutuhan untuk
dikasihi, kedekatan dan perasaan emosional. Kebutuhan terebut
didalam keperawatan diartikan sebagai upaya keperawatan untuk
ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan dan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Tingkat Pengetahuan
Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan
Kratwohl (2010), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada dimensi
Kognitif. Anderson (dalam Widodo, 2006) menguraikan dimensi proses
kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup:
a) Mengingat (Remembering)
Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
jangka waktu yang lama. Misalnya seorang ibu dapat mengingat
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
kembali pengetahuannya tentang bagaimana perawatan diare pada
balita.
b) Memahami (Understanding)
Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk
lisan, tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya:
meringkas, menyimpulkan mengklasifikasi, membandingkan,
menjelaskan, mencontohkan. Misalnya seorang ibu yang mempunyai
balita belum diimunisasi dapat menyimpulkan dampak apa yang timbul
jika tidak diimunisasi.
c) Menerapkan (Apply)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
ataumengaplikasikan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi
yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang
imunisasi pada balita maka dia akan mengimunisasi anaknya secara
tepat.
d) Menganalisis (Analysze)
Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu
dengan yang lainnya. Contoh : seorang ibu dapat membedakan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
antara pemberian imunisasi dan fungsi masing-masing imunisasi.
e) Mengevaluasi (Evaluating)
Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap
situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian berdasarkan
kriteria dan standar. Misalnya : seorang ibu dapat menilai seorang anak
yang mengalami demam setelah imunisasi.
f) Menciptakan (Creating)
Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu
keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam
pola atau struktur baru, termasuk didalamnya hipotesa (Generating),
perencanaan (Planning), penghasil (Producing).
5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a) Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau
orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas
pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya pada anak yang
sudah mendapat imunisasi lengkap dapat memperluas pengetahuannya
tentang fungsi imunisasi.
b) Umur
Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang
dipengaruhi oleh umur.
Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur
tertentu mengingat atau menje lang usia lanjut kemampuan
penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda
dengan saat dia sudah berumur 60 tahun.
c) Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan
seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu
yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih
tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu
yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
d) Sumber Informasi
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi
jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran dan
buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia
memperoleh informasi tentang imunisasi dasar lengkap dan fungsinya
untuk menambah pengetahuan bagi ibu balita.
e) Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia
akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas
sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan
sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila
berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas
sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.
f) Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain
tentang anaknya harus diimunisasi.
C. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
1. Pengertian Posyandu
Pos Pelayanan terpadu atau Posyandu adalah unit kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat dengan pembimbing dari tenaga kesehatan dari
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
Puskesmas yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Depkes RI, 2009).
Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Posyandu atau pos pelayanan
terpadu, merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan
tehnis dari petugas kesehatan (Nurul .C, 2009).
Dengan melihat beberapa pengertian di atas, maka posyandu adalah
suatu wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan
masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat,
dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis
untu pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka
pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk
menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai
usia balita (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).
2. Tujuan Posyandu
a) Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu
hamil, melahirkan dan nifas).
b) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagis Sejahtera).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
c) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya
yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
d) Sebagai wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan
Ketahan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (R. Fallen
dan R. Budi Dwi K, 2010).
3. Sasaran Posyandu
Yang menjadi sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu adalah untuk
:
a) Bayi yang berusia kurang dari satu tahun
b) Anak balita usia 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun
c) Ibu hamil/ibu menyusui
d) Ibu menyusui
e) Ibu nifas
f) WUS dan PUS (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).
4. Kegiatan Posyandu
Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) :
a) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b) Keluarga Berencana (KB)
c) Imunisasi
d) Peningkatan Gizi
e) Penatalaksanaan Diare
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
Tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) :
a) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b) Keluarga Berencana (KB)
c) Imunisasi
d) Peningkatan Gizi
e) Penatalaksanaan Diare
f) Sanitasi Dasar
g) Penyediaan Obat Esensial (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).
5. Pembentukan Posyandu
Posyandu dibentuk dari pos–pos yang telah ada seperti :
a) Pos penimbangan balita
b) Pos immunisasi
c) Pos keluarga berencana desa
d) Pos kesehatan
e) Pos lainnya yang di bentuk baru (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).
6. Syarat Posyandu
a) Penduduk Lingkungan tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita
b) Terdiri dari 120 kepala keluarga
c) Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)
d) Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau
kelompok tidak terlalu jauh (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
7. Alasan Pendirian Posyandu
a) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam
upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
b) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,
sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam
bidang kesehatan dan keluarga berencana (R. Fallen dan R. Budi Dwi
K, 2010).
8. Penyelenggaraan Posyandu
a) Pelaksana kegiatan
Adalah anggota masyarakat yang telah di latih menjadi kader
kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas.
b) Pengelola posyandu
Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari
kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader
kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Depkes RI, 2009).
9. Lokasi Posyandu
a) Berada di tempat yang mudah didatangi
b) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
c) Dapat merupakan lokal itu sendiri
d) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk, balai
desa, pos RT/RW atau pos yang lainnya (R. Fallen dan R. Budi Dwi K,
2010).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
10. Pelayanan Kesehatan Yang di Jalankan Posyandu
a) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
1) Penimbangan bulanan
2) Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang
3) Imunisasi bayi 3 – 14 bulan.
4) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.
5) pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
b) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur.
1) Pemeriksaan kesehatan umum
2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah arah.
4) Imunisasi TT untuk ibu hamil
5) Penyuluhan kesehatan dan KB
6) Pemberian alat kontrasepsi KB
7) Pemberian oralit pada ibu yang menderita diare
8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
9) Pertolongan pertama pada kecelakaan (R. Fallen dan R. Budi Dwi
K, 2010).
11. Sistem Lima Meja
a) Meja I
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
1) Pendaftaran
2) Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur.
b) Meja II
1) Penimbangan balita
2) Ibu hamil
c) Meja III
1) Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
d) Meja IV
1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
2) Penyuluhan kesehatan
3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,
kondom
e) Meja V
1) Pemberian imunisasi
2) Pemeriksaan kehamilan
3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
4) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
5) Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan
untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya :
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
dokter, bidan, perawat, juru immunisasi dan sebagainya (R. Fallen
dan R. Budi Dwi K, 2010).
12. Langkah –langkah Pembentukan Posyandu
a) Persiapan Sosial
1) Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksanaan posyandu
2) Persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa posyandu
b) Perumusan Masalah
1) Survei Mawas Diri
2) Penyajian hasil survey (loka karya mini)
c) Perencanaan Pemecahan Masalah
1) Kaderisasi sebagai pelaksana posyandu
2) Pembentukan pengurus sebagai pengelola posyandu
3) Menyusun rencana kegiatan posyandu
d) Pelaksanaan Kegiatan
1) Kegiatan di posyandu 1 kali sebulan atau lebih
2) Pengumpulan dana sehat.
3) Pencatatan dan laporan kegiatan posyandu (R. Fallen dan R. Budi
Dwi K, 2010).
D. Pengertian Bayi
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi
sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.
Nursalam, dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan
pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan
masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan
bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi
terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya
organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami
pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).
E. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-
unsur pendidikan yakni ; input adalah sasaran pendidikan (individu,
kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output
(melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2008).
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor
internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri
manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain ; sosial, budaya
masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2008).
Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan
pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan
kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu,
kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2008).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan
kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan Universitas Sumatera
Utara kesehatan umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah
sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang
diinginkan.
2. Metode Pendidikan Kesehatan
a) Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
2) Wawancara (Interview)
b) Metode Kelompok
Kelompok Metode pendidikan kelompok harus
memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung
pada besarnya sasaran pendidikan.
1) Kelompok besar
a) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
b) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah
suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa
ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.
2) Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok ; dibuat sedemikian rupa sehingga
saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk
diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap
kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat,
pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan,
dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak
ada dominasi dari salah satu peserta.
b) Curah pendapat (Brain Storming) ; merupakan
modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
44
memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban
tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan
tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak
boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah
semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c) Bola salju (Snow Balling) ; tiap orang dibagi menjadi
pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih
kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu.
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan
mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan
pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya
terjadi diskusi seluruh kelas.
d) Kelompok kecil-kecil (Buzz group) ; kelompok langsung
dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan
kelompok lain, dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya
kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari
kesimpulannya.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
45
e) Memainkan peranan (Role Play) ; beberapa anggota
kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu
untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai
dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll,
sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota
masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan
tugas.
f) Permainan simulasi (Simulation Game) ; merupakan
gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan
monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain
monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk
arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain,
dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
3. Media pendidikan kesehatan Media pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA).
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan
(media), media ini dibagi menjadi 3 : cetak, elektronik, media papan
(bill board).
a) Media cetak
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
46
1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar.
2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa
gambar/tulisan atau keduanya.
3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan.
4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam
bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap
lembar (halaman) berisi gambar Universitas Sumatera Utara
peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai
pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai
bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan.
6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi
kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di
tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b) Media elektronik
1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum
diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau
cerdas cermat, dll.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
47
2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara
radio, ceramah, radio spot, dll.
3) Video Compact Disc (VCD)
4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan/informasi kesehatan.
5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan.
c) Media papan (bill board) Papan/bill board yang dipasang di
tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau
informasi – informasi kesehatan. Media papan di sini juga
mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang
ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo, 2007).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
48
F. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori Notoatmojo (2007), Kurt Koffika (2001)
Pendidikan kesehatan Imunisasi
Dasar Lengkap
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu bayi
1. Pengalaman
2. Umur
3. Tingkat pendidikan
4. Sumber informasi
5. Penghasilan
6. Sosial budaya
Kualitas Pengetahuan Ibu Bayi
Pengetahuan Faktor-faktor yang
mendorong terjadinya perubahan
pengetahuan 1. Kebutuhan dasar
manusia
2. Kebutuhan dasar
interpersonal
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
49
G. Kerangka Konsep
Responden
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
H. Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diuji yaitu:
Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap kualitas
pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi
Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga.
Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap kualitas
pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi
Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga.
Posyandu
Pendidikan kesehatan
Imunisasi Dasar Lengkap
Kualitas
Pengetahuan Ibu Bayi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017