bab ii tinjauan teori a. imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/arfian prasetyo wardhani...

36
14 BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1. Pengertian imunisasi Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010). Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN Ranuh, 2008). Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: lykhanh

Post on 22-May-2018

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Imunisasi

1. Pengertian imunisasi

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja

memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga

tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh

mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk

kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin

tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu

pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen

yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin

yang pernah dihadapi sebelumnya (Atikah,2010).

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan

yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan

kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT, campak dan

melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN Ranuh, 2008).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan

kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

15

dari penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran

bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam

pemeliharaan kesehatan anak (Supartini, 2008).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada

sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit

tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang

terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat

ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria (Matondang, C.S, &

Siregar, S.P, 2008).

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seeorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat atau populasi atau bahkan menghilngkan penyakit tertentu dari

dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir lebih

mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui

manusia, seperti misalnya penyakit difteria. Program imunisasi bertujuan

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakitpenyakit tersebut adalah

difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan

tuberculosis. (Notoatmodjo, 2007).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

16

3. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :

a) Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b) Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak

sakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua

yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan

berkualitas.

c) Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Proverati 2010).

4. Jenis-Jenis Imunisasi

Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan

efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:

1. Imunisasi aktif

Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan

(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

17

memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar

lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.

2. Imunisasi pasif

Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara

pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu

proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang

didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk

mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,

2010).

5. Dasar-Dasar Imunisasi

1. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)

a) Pengertian

Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari

Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga

didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai

imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap

tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberculosis tetapi mengurangi

risiko terjadi tuberculosis berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis

milier (Ranuh,2008).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

18

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.

Melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct

Scheering(ADS) 5 ml.

2. Dosisi pemberian: 0,05 ml.

3. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas

(insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto

Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.

4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3

jam.

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

d) Kontra indikasi:

1. Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti:

eksim,furunkulosis dan sebagainya.

2. Mereka yang sedang menderita TBC.

e) Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum

seperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan

ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah

menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan

dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

19

kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit dan

tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan

pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya (Departemen

Kesehatan RI, 2006).

2. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

a) Pengertian

Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang

terdiri dari toxoid difteridan tetanusyang dimurnikan serta bakteri

pertusis yang telah diinaktivasi (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular

dan menyerang terutama saluran nafas bagian atas. Penularannya bisa

karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk

atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang

terkontaminasi bakteri difteri.

Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih

kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat

pseudomembranputih keabu-abuan di faring, laring, atau tonsil.

Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman

Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang

menyebabkan ambang rangsang batuk yang hebat dan lama.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

20

Serangan batuk lebih sering pada malam hari, batuk terjadi

beruntun dan akhir batuk menarik nafas panjang, biasanya disertai

muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itupertusis

disebut juga dengan “batuk seratus hari”. Tetanus merupakan penyakit

yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium tetani. Kuman ini

bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada lingkungan yang tidak

terdapat zat asam (oksigen).

Tetanus dapat menyerang bayi, anak-anak bahkan orang

dewasa. Pada bayipenularan disebabkan karena pemotongan tali pusat

tanpa alatyang steril atau dengan cara tradisional dimana alat

pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora

kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa terinfeksi

karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora tetanus. Kuman

ini paling banyak terdapat di usus kuda berbentuk spora yang tersebar

luas di tanah (Atikah, 2010).

Upaya Departemen Kesehatan melaksanakan Program

Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT

atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan

sebagai berikut:

1. Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan

3 dosis toksoid tetanuspada bayi dihitung setara dengan 2 dosis

pada anak yang lebih besar atau dewasa.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

21

2. Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan

memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7

tahun.

3. Dengan 4 dosis toksoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara

dengan 3 dosis pada dewasa (Sudarti, 2010).

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen.

2. Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml

sebanyak 3 dosis.

3. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya

diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)

(Departemen Kesehatan RI, 2006).

4. Cara memberikan vaksin ini, sebagai barikut:

a) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu

dengan seluruh kaki terlentang

b) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi

c) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk

d) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat

e) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit

sehingga masuk kedalam otot (Atikah, 2010).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

22

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri,

pertusis, dan tetanus.

d) Kontra indikasi

Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir

atau gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi

pertusis. Anak-anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis

pertama, komponen pertusisharus dihindarkan pada dosis kedua, dan

untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

e) Efek samping

Gejal-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam

tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah

imunisasi (Departemen Kesehatan RI, 2006).

3. Vaksin Hepatitis B

a) Pengertian

Vaksin hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan yang telah

diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang

dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorph) menggunakan

teknologi DNA rekombinan.

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar

suspensi menjadi homogen.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

23

2. Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan secara

intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha.

3. Pemberian sebanyak 3 dosis.

4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya

dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang

disebabkan virus hepatitis B.

d) Kontra indikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti

vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita

infeksi berat disertai kejang.

e) Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan

disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan

biasanya hilang setelah 2 hari. (Departemen Kesehatan RI, 2006).

4. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)

a) Pengertian

Vaksin Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari suspense virus

poliomyelitistipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat

dibiakkan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

24

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2 (dua) tetes

sebanyak 4 kali (disis) pemberian dengan interval setiap dosis

minimal 4 minggu.

2. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)

yang baru.

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

d) Kontra indikasi

Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada

efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak

yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang

menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

e) Efek samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa

paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.

(Departemen Kesehatan RI, 2006).

5. Vaksin Campak

a) Pengertian

Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang

dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000

inektive unit virus strain dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

25

dan 30 mcg residu erithromycin.

b) Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus

dilarutlan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml

cairan pelarut.

2. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan

kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangn (booster) pada usia 6-7

tahun (kelas 1 SD) setelah catchup campaign campak pada anak

Sekolah Dasar kelas 1-6.

c) Indikasi

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

d) Kontra indikasi

Individu yang mengidap penyakitimmune deficiency atau

individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena

leukemia, limfoma.

e) Efek samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan

kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi

(Departemen Kesehatan RI, 2006).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

26

6. Jadwal imunisasi

Tabel 2.1 Jadwal imunisasi

Umur Jenis Imunisasi

0-7 hari HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

9 bulan Campak

B. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan ebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Dalam hal ini

pengetahuan orang tua (ibu) tentang penatalaksanaan diare yang diperoleh

melalui penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

2. Kualitas Pengetahuan

Menurut (Arikunto, 2006) mengemukan bahwa untuk mengetahui

secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat

menjadi 3 tingkatan yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

27

b. Tingkat pengetahuan cukup bika skor atau nilai 60-75%

c. Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 60 %

3. Perubahan Pengetahuan

Perubahan dapat dijabarkan dengan beberapa cara, termasuk

perubahan yang direncanakan atau yang tidak direncanakan. Perubahan

yang tidak direcanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa suatu

persiapan, sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah peribahan yang

direncanakan dan dipiikirkan sebelumnya, terjadinya dalam waktu yang

lama, dan termasuk adanya suatu tujuanyang jelas.perubahan terencana

lebih mudah dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan

manusia atau tanpa persiapan anat karena suatu ancaman. Untuk alasan

tersebut, peerawat harus dapat mengelola perubahan.

1. Teori-teori Perubahan menurut kurt koffika (2001)

Kurt mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3

tahapan :

a. Pencairan (unfreezing)

Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula dan

berubahnya keseimbangan yang ada. Merasa perlu untuk berubah

dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah

dan melakukan perubahan.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

28

b. Bergerak (moving)

Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak / tahap

perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap

dan kemampuan untuk berubah, memahami masalah yang dipahami

dan mengetahui langkah-langkah penyalasaian yang harus dilakukan,

melakukan langkah nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat

atau tahap baru.

c. Pembekuan (refresing)

Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai

keseimbangan baru. Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk

tidak mengalami kemunduran atau atau bergerak kembali pada

tingkat atau tahap perkembangan semula. Oleh karena itu perlu

selalu ada upaya untuk mendapatkan umpan balik, kritik yang

konstroktif dalam upaya pembinaan yang terus menerus dan

berkelanjutan.

2. Faktor pendorong terjadinya perubahan

a. Kebutuhan dasar manusia

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang tersusun

berdasarkan hirarki kepentingan. Kebutuhan yang belum

terpenuhiakan memotivasi perilaku sebagaimana teori kebutuhan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

29

dari maslow (1945). Didalam keperawatan kebutuhan ini bias

dilihat darimana keperawatan dapat mempertahankan diri sebagai

profesi dalam upaya memenuhi keutuhan masyarakan akan

pelayanan/ asuha keperawatan yang professional.

b. Kebutuhan dasar interpersonal

Masyarakat memiliki tiga kebutuhan dasar interpersonal

yang melandasi sebagian besar perilaku seseorang: (1) kebutuhan

untuk berkumpul bersama-sama; (2) kebutuhan untuk

mengendalikan / melakukan kontrol; dan (3) kebutuhan untuk

dikasihi, kedekatan dan perasaan emosional. Kebutuhan terebut

didalam keperawatan diartikan sebagai upaya keperawatan untuk

ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan kesehatan dan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Tingkat Pengetahuan

Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan

Kratwohl (2010), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada dimensi

Kognitif. Anderson (dalam Widodo, 2006) menguraikan dimensi proses

kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup:

a) Mengingat (Remembering)

Dapat mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

jangka waktu yang lama. Misalnya seorang ibu dapat mengingat

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

30

kembali pengetahuannya tentang bagaimana perawatan diare pada

balita.

b) Memahami (Understanding)

Membangun makna dari pesan-pesan instruksional, termasuk

lisan, tulisan, dan grafik komunikasi, termasuk di dalamnya:

meringkas, menyimpulkan mengklasifikasi, membandingkan,

menjelaskan, mencontohkan. Misalnya seorang ibu yang mempunyai

balita belum diimunisasi dapat menyimpulkan dampak apa yang timbul

jika tidak diimunisasi.

c) Menerapkan (Apply)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

ataumengaplikasikan materi yang dipelajari pada situasi dan kondisi

yang sebenarnya. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang

imunisasi pada balita maka dia akan mengimunisasi anaknya secara

tepat.

d) Menganalisis (Analysze)

Kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian yang satu

dengan yang lainnya. Contoh : seorang ibu dapat membedakan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

31

antara pemberian imunisasi dan fungsi masing-masing imunisasi.

e) Mengevaluasi (Evaluating)

Kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap

situasi, nilai atau ide atau mampu melakukan penilaian berdasarkan

kriteria dan standar. Misalnya : seorang ibu dapat menilai seorang anak

yang mengalami demam setelah imunisasi.

f) Menciptakan (Creating)

Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu

keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam

pola atau struktur baru, termasuk didalamnya hipotesa (Generating),

perencanaan (Planning), penghasil (Producing).

5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau

orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas

pengetahuan seseorang. Pengalaman ibu sebelumnya pada anak yang

sudah mendapat imunisasi lengkap dapat memperluas pengetahuannya

tentang fungsi imunisasi.

b) Umur

Makin tua umur seseorang maka proses perkembangan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

32

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti

ketika berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang

dipengaruhi oleh umur.

Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa

bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur

tertentu mengingat atau menje lang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

Seorang ibu yang berumur 40 tahun pengetahuannya akan berbeda

dengan saat dia sudah berumur 60 tahun.

c) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan

seseorang. Secara umum seseorang yang berpendidikan lebih tinggi

akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Seorang ibu

yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih

tentang penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu

yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

d) Sumber Informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi

jika ia mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

33

akan meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang misalnya radio, televisi, majalah, koran dan

buku. Walaupun seorang ibu berpendidikan rendah tetapi jika dia

memperoleh informasi tentang imunisasi dasar lengkap dan fungsinya

untuk menambah pengetahuan bagi ibu balita.

e) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan

seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia

akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas

sumber informasi. Ibu yang keluarganya berpenghasilan rendah akan

sulit mendapatkan fasilitas sumber informasi. Tetapi apabila

berpenghasilan cukup maka dia mampu menyediakan fasilitas

sumber informasi sehingga pengetahuannya akan bertambah.

f) Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap

sesuatu. Misalnya di daerah lain seorang ibu mempunyai persepsi lain

tentang anaknya harus diimunisasi.

C. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

1. Pengertian Posyandu

Pos Pelayanan terpadu atau Posyandu adalah unit kegiatan yang

dilakukan oleh masyarakat dengan pembimbing dari tenaga kesehatan dari

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

34

Puskesmas yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

(Depkes RI, 2009).

Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan

dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian Norma

Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Posyandu atau pos pelayanan

terpadu, merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan

tehnis dari petugas kesehatan (Nurul .C, 2009).

Dengan melihat beberapa pengertian di atas, maka posyandu adalah

suatu wadah komunikasi alih tekhnologi dalam pelayanan kesehatan

masyarakat dan keluarga berencana yang dilaksanakan oleh masyarakat,

dari masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta

pembinaan teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis

untu pengembangan sumber daya manusia sejak dini dalam rangka

pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk

menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai

usia balita (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

2. Tujuan Posyandu

a) Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (Ibu

hamil, melahirkan dan nifas).

b) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagis Sejahtera).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

35

c) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya

yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

d) Sebagai wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan

Ketahan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (R. Fallen

dan R. Budi Dwi K, 2010).

3. Sasaran Posyandu

Yang menjadi sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu adalah untuk

:

a) Bayi yang berusia kurang dari satu tahun

b) Anak balita usia 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun

c) Ibu hamil/ibu menyusui

d) Ibu menyusui

e) Ibu nifas

f) WUS dan PUS (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

4. Kegiatan Posyandu

Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu) :

a) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

b) Keluarga Berencana (KB)

c) Imunisasi

d) Peningkatan Gizi

e) Penatalaksanaan Diare

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

36

Tujuh kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu) :

a) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

b) Keluarga Berencana (KB)

c) Imunisasi

d) Peningkatan Gizi

e) Penatalaksanaan Diare

f) Sanitasi Dasar

g) Penyediaan Obat Esensial (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

5. Pembentukan Posyandu

Posyandu dibentuk dari pos–pos yang telah ada seperti :

a) Pos penimbangan balita

b) Pos immunisasi

c) Pos keluarga berencana desa

d) Pos kesehatan

e) Pos lainnya yang di bentuk baru (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

6. Syarat Posyandu

a) Penduduk Lingkungan tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita

b) Terdiri dari 120 kepala keluarga

c) Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)

d) Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau

kelompok tidak terlalu jauh (R. Fallen dan R. Budi Dwi K, 2010).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

37

7. Alasan Pendirian Posyandu

a) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam

upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.

b) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,

sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam

bidang kesehatan dan keluarga berencana (R. Fallen dan R. Budi Dwi

K, 2010).

8. Penyelenggaraan Posyandu

a) Pelaksana kegiatan

Adalah anggota masyarakat yang telah di latih menjadi kader

kesehatan setempat dibawah bimbingan puskesmas.

b) Pengelola posyandu

Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari

kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader

kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Depkes RI, 2009).

9. Lokasi Posyandu

a) Berada di tempat yang mudah didatangi

b) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri

c) Dapat merupakan lokal itu sendiri

d) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan dirumah penduduk, balai

desa, pos RT/RW atau pos yang lainnya (R. Fallen dan R. Budi Dwi K,

2010).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

38

10. Pelayanan Kesehatan Yang di Jalankan Posyandu

a) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

1) Penimbangan bulanan

2) Pemberian makanan tambahan bagi yang berat badannya kurang

3) Imunisasi bayi 3 – 14 bulan.

4) Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.

5) pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

b) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia

subur.

1) Pemeriksaan kesehatan umum

2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas

3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil

penambah arah.

4) Imunisasi TT untuk ibu hamil

5) Penyuluhan kesehatan dan KB

6) Pemberian alat kontrasepsi KB

7) Pemberian oralit pada ibu yang menderita diare

8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.

9) Pertolongan pertama pada kecelakaan (R. Fallen dan R. Budi Dwi

K, 2010).

11. Sistem Lima Meja

a) Meja I

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

39

1) Pendaftaran

2) Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia

subur.

b) Meja II

1) Penimbangan balita

2) Ibu hamil

c) Meja III

1) Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)

d) Meja IV

1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan

resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB

2) Penyuluhan kesehatan

3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,

kondom

e) Meja V

1) Pemberian imunisasi

2) Pemeriksaan kehamilan

3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

4) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

5) Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan

untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

40

dokter, bidan, perawat, juru immunisasi dan sebagainya (R. Fallen

dan R. Budi Dwi K, 2010).

12. Langkah –langkah Pembentukan Posyandu

a) Persiapan Sosial

1) Persiapan masyarakat sebagai pengelola dan pelaksanaan posyandu

2) Persiapan masyarakat umum sebagai pemakai jasa posyandu

b) Perumusan Masalah

1) Survei Mawas Diri

2) Penyajian hasil survey (loka karya mini)

c) Perencanaan Pemecahan Masalah

1) Kaderisasi sebagai pelaksana posyandu

2) Pembentukan pengurus sebagai pengelola posyandu

3) Menyusun rencana kegiatan posyandu

d) Pelaksanaan Kegiatan

1) Kegiatan di posyandu 1 kali sebulan atau lebih

2) Pengumpulan dana sehat.

3) Pencatatan dan laporan kegiatan posyandu (R. Fallen dan R. Budi

Dwi K, 2010).

D. Pengertian Bayi

Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

41

dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi

sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.

Nursalam, dkk (2005) mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan

pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan

masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan

bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi

terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya

organ-organ tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami

pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).

E. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,

kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-

unsur pendidikan yakni ; input adalah sasaran pendidikan (individu,

kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses

(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), output

(melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2008).

Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor

internal (dari dalam diri manusia) maupun faktor eksternal (di luar diri

manusia). Faktor internal ini terdiri dari faktor fisik dan psikis. Faktor

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

42

eksternal terdiri dari berbagai faktor antara lain ; sosial, budaya

masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2008).

Sedangkan pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan

pendidikan di dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan

kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu,

kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2008).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan

kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan Universitas Sumatera

Utara kesehatan umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah

sikap serta perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang

diinginkan.

2. Metode Pendidikan Kesehatan

a) Metode pendidikan Individual (perorangan)

Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

2) Wawancara (Interview)

b) Metode Kelompok

Kelompok Metode pendidikan kelompok harus

memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil, karena

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

43

metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung

pada besarnya sasaran pendidikan.

1) Kelompok besar

a) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah.

b) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah

suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa

ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan

biasanya dianggap hangat di masyarakat.

2) Kelompok kecil

a) Diskusi kelompok ; dibuat sedemikian rupa sehingga

saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk

diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap

kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat,

pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan,

dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak

ada dominasi dari salah satu peserta.

b) Curah pendapat (Brain Storming) ; merupakan

modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan

memberikan satu masalah, kemudian peserta

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

44

memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban

tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan

tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak

boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah

semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota

mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.

c) Bola salju (Snow Balling) ; tiap orang dibagi menjadi

pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian

dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih

kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu.

Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan

mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang

sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan

pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya

terjadi diskusi seluruh kelas.

d) Kelompok kecil-kecil (Buzz group) ; kelompok langsung

dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian

dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan

kelompok lain, dan masing-masing kelompok

mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya

kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari

kesimpulannya.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

45

e) Memainkan peranan (Role Play) ; beberapa anggota

kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu

untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai

dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll,

sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota

masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana

interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan

tugas.

f) Permainan simulasi (Simulation Game) ; merupakan

gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan

disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan

monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain

monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk

arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain,

dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.

3. Media pendidikan kesehatan Media pendidikan kesehatan pada

hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual aids/AVA).

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan

(media), media ini dibagi menjadi 3 : cetak, elektronik, media papan

(bill board).

a) Media cetak

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

46

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik

tulisan maupun gambar.

2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa

gambar/tulisan atau keduanya.

3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk

lipatan.

4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam

bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap

lembar (halaman) berisi gambar Universitas Sumatera Utara

peragaan dan di baliknya berisi kalimat sebagai

pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di

tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.

7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b) Media elektronik

1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum

diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau

cerdas cermat, dll.

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

47

2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara

radio, ceramah, radio spot, dll.

3) Video Compact Disc (VCD)

4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

kesehatan.

c) Media papan (bill board) Papan/bill board yang dipasang di

tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau

informasi – informasi kesehatan. Media papan di sini juga

mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang

ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo, 2007).

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 35: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

48

F. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori Notoatmojo (2007), Kurt Koffika (2001)

Pendidikan kesehatan Imunisasi

Dasar Lengkap

Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan ibu bayi

1. Pengalaman

2. Umur

3. Tingkat pendidikan

4. Sumber informasi

5. Penghasilan

6. Sosial budaya

Kualitas Pengetahuan Ibu Bayi

Pengetahuan Faktor-faktor yang

mendorong terjadinya perubahan

pengetahuan 1. Kebutuhan dasar

manusia

2. Kebutuhan dasar

interpersonal

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 36: BAB II TINJAUAN TEORI A. Imunisasi 1.repository.ump.ac.id/4052/3/ARFIAN PRASETYO WARDHANI BAB...Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum

49

G. Kerangka Konsep

Responden

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

H. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang diuji yaitu:

Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap kualitas

pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi

Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga.

Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap kualitas

pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi

Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga.

Posyandu

Pendidikan kesehatan

Imunisasi Dasar Lengkap

Kualitas

Pengetahuan Ibu Bayi

Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Arfian Prasetyo Wardhani, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017