bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah
1. Definisi
Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran
dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock,
1995). Proses bicara melibatkan dua stadium aktivitas mental yaitu
membentuk pikiran termasuk di dalamnya memilih kata-kata yang akan
digunakan dan kemudian mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang
nyata dari vokalisasi itu sendiri. Sistem koordinasi tubuh manusia pusat
pengendali bahasa terletak di area broca dan korteks motoric di anterior
dan area Wernicke di posterior hemisfer kiri dari otak.
Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan
sekunder, diteruskan ke bagian korteks temporoparietal posterior (area
wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan.
Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus
arcuata ke bagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi.
Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya impuls ini, maka
akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan
mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan di bagian
anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.
Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara
seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi
perkembangan pemecahan masalah visio-motor merupakan indikator
yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual.
Gabungan kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi
perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif
dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal
dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan
sekitarnya, mengerti maksud mimik, dan nada suara dan akhirnya
mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak
mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum
anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh,
dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal
(Soetjiningsih, 2003).
Perkembangan kemampuan bahasa berikutnya secara bertahap,
anak akan mengikuti kemampuan perkembangan yang dialami. Akan
tetapi perkembangan tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut William Stern dan Clara Stern (1999) ada 3 fungsi bahasa,
yaitu:
a. Aspek Ekspresi yaitu menyatakan kehendak dan pengalaman jiwa
b. Aspek Sosial yaitu untuk mengadakan komunikasi dengan orang
lain.
c. Aspek Intensional yaitu berfungsi untuk menunjukkan atau
membanggakan sesuatu.
Menurut Karl Buhler dalam Hurlock (1995), di dalam penggunaan
bahasa terdapat 3 dorongan utama, yaitu :
a. Kundgabe (pemberitahuan, pengumuman)
Ada dorongan yang merangsang anak untuk memberitahukan isi
kehidupan batiniah yaitu pikiran, perasaan, kemauan, harapan,
fantasi sendiri dan lain sebagainya kepada orang lain.
b. Auslosung (pelepasan)
Ada dorongan yang kuat pada anak untuk melepaskan kata-kata dan
kalimat-kalimat.
c. Darstellung (penyampaian, pemaparan)
Anak ingin mengungkapkan segala sesuatu yang menarik hati dan
memikat perhatiannya (Zulkifli, 2000).
Ada tiga teori utama yang mencoba menjelaskan perkembangan
bahasa pada anak-anak, yaitu :
a. Model Behaviorist
Inti pandangan model ini adalah language is function of
reinforcement. Orang tua mengajar anaknya berbicara dengan
memberikan reinforcement atau penguatan (prinsip behaviorism)
terhadap tingkah laku verbal. Dengan demikian reinforcement ini
anak belajar memberi nama pada benda-benda secara tepat, sehingga
anak mengetahui arti kata-kata. Hal ini dapat terjadi karena setiap
kali anak berbuat suatu kesalahan. Akan segera dikoreksi oleh orang
tuanya atau masyarakat melalui reinforcement yang selektif. Kata-
kata yang ia dengar disimpan dalam ingatan melalui asosiasi. Dalam
observasinya sehari-hari terhadap lingkungannya, ia melihat adanya
suatu hubungan antara entity (kombinasi antara obyek dengan orang)
dengan suatu aksi tertentu. Anak-anak juga dapat belajar meniru
kata-kata dan frasa-frasa yang didengarnya tanpa memahami artinya.
Anak-anak juga sering mengucapkan kata-kata yang tidak diajarkan
oleh orang-orang di sekitarnya, namun mengikuti aturan-aturan
tertentu dan menolak memperbaikinya bila diminta.
b. Model Linguistik
Chomsky adalah tokoh yang mengembangkan model ini.
Menurut pendapatnya, anak-anak dilahirkan sudah dilengkapi
dengan kemampuan untuk berbahasa. Melalui kontak dengan
lingkungan sosial, kemampuan bahasa tersebut akan tampak dalam
perilaku berbahasa. Berdasarkan sudut pandang ini, bahasa adalah
suatu kemampuan yang khas yang dimiliki manusia. Selain itu
Chomsky dan kawan-kawan menganggap perolehan bahasa tidak
diperoleh dengan cara induksi seperti diterangkan oleh mahzab
empiris, melainkan manusia secara biologis memang sudah
diprogramkan (preprogramed) untuk memperoleh bahasa.
c. Model Linguistik
Kelompok ini diwakili oleh Piaget, Brunner, dan Viggosky.
Model ketiga ini adalah pandangan terbaru mengenai perolehan
bahasa pada anak-anak ialah pandangan yang disebut Model Proses
(Process Models). Inti dari pendekatan ini adalah suatu model
kognitif untuk bahasa, yang dijelaskan bagaimana bahasa itu
diproses secara kognitif dan bagaimana manifestasinya dalam
tingkah laku (Munandar, 2001).
2. Tugas-tugas perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau
menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan
(Yusuf, 2004). Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :
a. Pemahaman
Kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b. Pengembangan kata
Anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun,
kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan
terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat
Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pertama
pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat
pertama kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture
(bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.
Menurut Garrison dan Mc Cathy (1973) dalam Hurlock
(1995) menyatakan bahwa anak yang cerdas, anak wanita dan anak
yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang
diucapkannya lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan
anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari
keluarga miskin.
d. Ucapan
Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil
belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang
didengar anak dari orang lain (terutama orang tua). Kejelasan
ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil studi
tentang suara dan kombinasi suara menunjukan bahwa anak
mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.
Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, e, i, o, u
dan huruf mati (konsonan) b, m, n, p, dan t sedangkan yang sulit
ucapkan adalah huruf mati tunggal :r, z, w, s, g, dan huruf rangkap
(diftong) : st, str, sk, dan dr.
3. Tipe perkembangan bahasa
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai berikut :
a. Egosentric speech
Berbicara pada dirinya sendiri (monolog)
b. Socialized speech
Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya
atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi
menjadi lima bentuk yaitu :
1) Adapted information
Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang
di cari.
2) Criticism
Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah
laku orang lain.
3) Command (perintah), requeat (permintaan), threat
(ancaman).
4) Question (pertanyaan).
5) Answer (jawaban).
Menurut Clara dan William Stern (1999), perkembangan bahasa
dibagi atas empat masa, dan setiap masa setengah tahun lamanya.
Menetapkan perkembangan bahasa berdasarkan batas-batas umur,
bukanlah masalah yang mudah, sebab perkembangan bahasa itu sendiri
tidak selalu sama karena seiring ada penyimpangan di sana-sini. Periode
perkembangan tersebut meliputi :
a. Prastadium
Pada tahun pertama yaitu menirukan bunyi-bunyi.Mula-
mula menguasai huruf hidup, kemudian huruf mati, terutama
huruf-huruf bibir. Kemudian berlangsung proses reduplikasi atau
pengulangan suku kata seperti : me-me, pa-pa, bi-bi, dan
sebagainya.
b. Masa pertama/kalimat satu kata
Masa pertama/kalimat satu kata yaitu antara 12 sampai
dengan 18 bulan, kata pertama yang diucapkan anak mulai dari
suara raban seperti yang kita dengar dari mulut seorang bayi.
Meraban merupakan permainan dengan tenggorokan, mulut dan
bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut.Dalam hal ini,
anak cenderung mengucapkan pengulangan suara.Contohnya ma-
ma, mi-mi dan sebagainya. Kemudian anak terus belajar bebicara
karena dirangsang oleh “dorongan sewajarnya”, yaitu dorongan
meniru suara-suara yang didengarnya dari orang lain. Sebagian
besar dari kata-kata yang diucapkan anak itu belum dapat kita
sebutkan kata dalam arti yang sebenarnya. Anak menggunakan
kata-kata itu untuk menyatakan keinginan dan perasaannya dengan
satu kata. Perkataan satu kata telah mempunyai arti sebagai
kalimat. Umumnya dalam masa ini, kata-kata yang diucapkan
terdiri dari sepatah kata saja.
Kemampuan menyatakan pendapat itu baru dapat diperoleh
setelah ia menyadari, bahwa segala sesuatu itu mempunyai nama.
Salah satu perkataan-perkataan yang diucapkan itu diikuti dengan
gerakan-gerakan badannya.
c. Masa kedua/masa memberi nama
Masa kedua/masa memberi nama yaitu antara 18 sampai 24
bulan selama beberapa bulan, perkembangan bahasa ini seakan-
akan terhenti karena anak memusatkan perhatiannya untuk belajar
berjalan. Setelah pertengahan tahun kedua, timbullah dorongan
untuk mengetahui sebuah benda. Pada masa ini, anak menyadari
bahwa setiap benda memiliki nama. Biasanya pertanyaan anak
banyak sekali, sambil jalan dengan tak henti-hentinya ia bertanya :
ini apa, itu apa, mengapa ia. Itulah alasannya mengapa ada yang
menyebut masa ini dengan “masa memberi nama” atau “masa apa
itu”.
Anak mengalami peristiwa “lapar-kata”, yaitu ingin
menghafal secara terus-menerus kata-kata baru, dan ingin
memahami artinya. Perbendaharaan kata si anak menjadi semakin
bertambah dengan cepatnya. Anak selalu merasa “haus-tanya”
yaitu dengan jalan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya.
Pada saat ini anak mulai meninggalkan kalimat satu kata, lalu
menggunakan dua kata atau tiga kata sekaligus. Mula-mula ia
mengucapkan dengan tergagap-gagap, lambat laun kalimatnya
terungkapkan lebih lancar. Mulailah muncul kata benda dan kata
kerja yang disusul kata sifat. Setelah anak berusia 3 tahun, anak
mulai menguasai kata-kata penghubung.
d. Masa ketiga/masa kalimat tunggal
Masa ketiga/ masa kalimat tunggal yaitu umur 24 sampai
30 bulan, bahasa bentuk kalimat makin baik dan sempurna. Anak
telah menggunakan kalimat tunggal. Pada saat ini anak mulai
menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dan
warna bahasanya. Sehubungan dengan bentuk dan warna bahasa
itu, anak memerlukan waktu untuk mempelajarinya. Selanjutnya
anak mulai mampu menyuarakan pendapatnya tentang
perbandingan. Dalam masa ini terdapat usaha untuk mendekati
bentuk bahasa yang lebih baik dan sempurna.
e. Masa keempat/ masa kalimat majemuk
Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan makin
bagus. Anak telah menyatakan pendapatnya dengan kalimat
majemuk. Sekali-kali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya
timbullah anak kalimat. Biasanya anak sering berbuat kesalahan,
namun tampaknya ia tidak berputus asa. Kadang-kadang orang
dewasa sulit memahami bahasa pada anak-anak. Kita harus
mengenalnya lebih dahulu agar lebih mudah memahami
bahasanya.
Pertanyaan semakin menanyakan siapa, di mana, dari mana,
bagaimana, apa sebabnya dan sebagainya. Lingkungan hidup turut
mempengaruhi perkembangan bahasa. Sehubungan dengan hal itu,
jangan menirukan bahasa anak-anak yang salah diucapkannya.
Dalam masa kini kalimat anak menjadi sempurna dan panjang serta
menjadi kalimat majemuk.
Anak mulai berbicara sekitar umur 6 atau 7 bulan.Perkembangan
bahasa berbeda pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat kemajuannya
dan ada pula yang lambat kemajuannya. Bahkan ada masa tertentu yang
seakan-akan perkembangan bahasa itu terhenti sama sekali, yaitu ketika
anak-anak sedang giat-giatnya belajar berjalan. Selanjutnya setelah anak
agak pandai berjalan, kembali perkembangan bahasa anak-anak sama
dengan sukarnya orang dewasa belajar bahasa asing, namun kemajuan
perkembangan bahasa anak-anak sangat mengagumkan walaupun pada
mulanya perkembangan itu tidak secepat pertumbuhan pikiran sehingga ia
terpaksa menggunakan tanda-tanda seperti gerakan tangan, kebanyakan
anak belajar dengan baik. Jumlah kata-kata yang mereka miliki meningkat
dengan cepat. Penggunaan suara meningkat, mereka datang untuk bertanya
banyak pertanyaan selama kesehariannya. Mereka menikmati saat
mendengarkan musik dan kadang mereka meningkat kata-kata dengan
baik.
Pada saat anak berumur 4 tahun, perkembangan bahasanya antara
lain :
a. Menggunakan kalimat yang terdiri dari 4 sampai 6 kata.
b. Memberi perintah seperti “perbaiki ini untuk aku”.
c. Bertanya banyak bertanya seperti apa, di mana, mengapa.
d. Berkata tentang sesuatu yang sedang dikerjakan.
e. Berbicara sendiri dan dengan mainannya.
f. Menceritakan tentang keadaan dirinya, seperti “saya lelah”.
g. Bercerita atau menyanyi sebuah lagu.
Ketika anak memerlukan bantuan :
a. Anak mengulang kata-kata tetapi nampak tidak mengerti.
b. Anak berbicara gagap.
c. Orang lain membutuhkan waktu untuk mengerti ketika anak
berkata.
d. Anak menggunakan kata-kata yang tidak biasanya diucapkan.
Cara untuk membantu anak pada umur ini :
a. Mendengarkan anak ketika bicara dan tersenyum untuk
menunjukkan bahwa kita mengerti.
b. Menyuruh anak untuk bermain dengan anak lain.
c. Berbicara tentang bagaimana sesuatu itu sama dan bagaimana
berbeda.
d. Membantu anak mengekspresikan perasaan atau ide.
e. Membaca cerita lebih lama.
Pada anak umur 5 tahun, perkembangan bahasanya antara lain :
a. Menjelaskan arti kata-kata umum.
b. Mengenali tanda-tanda umum seperti tanda berhenti.
c. Tepat dalam melafalkan bunyi.
d. Mulai mengenal kertas dan suara.
e. Menggunakan kalimat untuk menjelaskan obyek dan kejadian.
f. Menjelaskan bagaimana untuk memecahkan masalah yang
sederhana.
Ketika anak membutuhkan bantuan :
a. Kalimat yang digunakan tidak lengkap/ jelas.
b. Anak tidak suka berbicara dengan anak yang lain.
c. Anak memiliki masalah dalam mengikuti perintah
(Milestone, 2001).
Perkembangan bahasa pada anak prasekolah akan berkembang,
karena selain terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara dan fungsi
berpikir juga karena lingkungan ikut membantu mengembangkannya.
Ada 4 tugas yang perlu diperhatikan pengembangannya yaitu :
a. Mengerti pembicaraan oleh orang lain.
b. Menyusun dan menambah perbendaharaan kata.
c. Menggabungkan kata menjadi kalimat.
d. Pengucapan yang baik dan benar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa pada anak dapat berjalan menjadi optimal
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Soetjiningsih, 2003):
a. Rangsangan/ stimulasi ibu
Anak usia prasekolah sangat peka terhadap semua
input/masukkan yang berasal dari lingkungan luar.
b. Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak
memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang
tuanya agar menjadi anak yang tidak sombong dan dapat memberi
kasih sayangnya pula kepada sesamanya.
c. Ganjaran atau hukuman
Anak yang berbuat benar maka semestinya kita memberi
ganjaran, misalnya ciuman, pujian, belaian, tepuk tangan dan
sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang
kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya.
d. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya proses bawaan. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambat.
e. Motivasi belajar anak
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya
adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang
tenang serta sarana lainnya.
f. Stabilitas rumah tangga
Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi
kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada
keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan keluarga yang
kurang harmonis.
g. Pendapatan ibu
Pendapatan keluarga yang memadahi akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.
h. Tingkat gizi
Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang
anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang
dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk
pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan
keluarga.
i. Tingkat pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam
memberikan stimulasi kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia
anak-anak sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk
membantu perkembangan yang optimal.
Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang menyebabkan
perbedaan perkembangan bahasa anak terkait dalam proses belajar
berbicara seorang anak diantaranya :
a. Kesehatan
Anak yang sehat, lebih cepat berbicara dibanding anak yang
tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat untuk
menjadi angota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan
anggota kelompok tersebut.
b. Kecerdasan
Anak dengan kecerdasan yang tinggi, dalam belajar
berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang
lebih baik dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang rendah.
c. Keadaan sosial ekonomi
Anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar
berbicara, pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih
banyak bicara dibanding anak dari keluarga yang kurang mampu,
hal ini dikarenakan anak dari keluarga berada lebih banyak
mendapat dorongan dan bimbingan untuk berbicara dari anggota
keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah
cenderung lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-
hari sehingga perkembangan bahasa anak kurang diperhatikan.
d. Jenis kelamin
Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibanding
anak laki-laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki
lebih pendek, dan kurang benar dalam tata bahasa, kosa katanya
pun lebih sedikit dan pengucapan kata kurang tepat dari pada anak
perempuan.
e. Keinginan berkomunikasi
Semakin kuat dalam komunikasi dengan orang lain
semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin
bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang dipergunakan untuk
belajar.
f. Dorongan
Semakin banyak didorong untuk berbicara dengan
mengajaknya berbicara dan didorong menanggapinya, akan
semakin awal mereka berbicara dan semakin baik kualitas
bicaranya. Disini orang tua khususnya ibu sebagai guru yang
pertama bagi anak untuk membantu kemampuan bicara anak.
Pendapat ini didukung oleh Soetjiningsih (2003) yang menyatakan
bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan
lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
atau yang tidak mendapat stimulasi.
g. Ukuran keluarga
Anak tunggal atau dari keluarga kecil biasanya berbicara
lebih awal dan lebih baik ketimbang keluarga besar, karena orang
tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar
anaknya berbicara.
h. Urutan kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih cepat
berbicara dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena
orang tua dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk
mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar
dibanding untuk anak yang lahir kemudian.
i. Metode pelatihan anak
Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan
bahwa “anak harus dilihat dan bukan didengar” terjadi hambatan
belajar, sedangkan keluarga dengan kebebasan dan demokratis
akan mendorong anak untuk belajar bicara.
j. Kelahiran kembar
Anak yang lahir kembar pada umumnya mengalami
keterlambatan dalam bicara karena mereka lebih banyak bergaul
dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus
yang mereka miliki. Hal ini melemahkan motivasi mereka untuk
belajar berbicara agar dapat dipahami oleh orang lain.
k. Hubungan dengan teman sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya
menyebabkan semaikn besar keinginan mereka untuk diterima
sebagai anggota kelompok sebaya, hal ini akan memperbesar
motivasi anak untuk belajar bicara.
l. Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
mempunyai kemampuan bahasa yang lebih baik, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Sehingga kemampuan bahasa
juga dapat dijadikan sebagai petunjuk anak yang sehat mental.
5. Cara Mengukur Perkembangan Bahasa pada Anak Prasekolah
Cara mengukur perkembangan bahasa pada anak prasekolah dalam
penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah
lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat
keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan
belajar mengajar dikelas. Isi dari lembar observasi mengacu dari Denver
II yang mencakup anak usia prasekolah 4-5 tahun. Dalam melaksanakan
pengukuran perkembangan bahasa anak prasekolah dengan
menggunakan lembar observasi, kita perlu melakukan langkah-langkah
persiapan, diantaranya persiapan responden, guru, lembar observasi, dan
pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak prasekolah.
Pemberian skor untuk setiap item peneliti memiliki ketentuan
sebagai berikut :
a. L = Lulus/ Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan
baik atau orang tua/ pengasuh melakukan item dengan baik atau
orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak
dapat menyelesaikan item tersebut.
b. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan
baik atau orang tua/ pengasuh melaporkan secara terpercaya
bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut.
c. M = Menolak (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes
untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan
mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.
Hasil interpretasi untuk keseluruan tes dikategorikan menjadi 3
yaitu, “normal”, “suspect”, dan “unstetable”. Penjelasan mengenai ketiga
kategori tersebut adalah sebagai berikut.
a. Normal
Interpretasi “normal” diberikan jika jumlah skor Pass > 90%
b. Suspect
Interpretasi “suspect” diberikan jika jumlah skor Fail > 90% dan/
atau kemungkinan terdapat delay.
c. Unstetable
Interpretasi “unstetable” diberikan jika terdapat skor Refusal.
B. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain sangat penting bagi terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari dengan
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, memberi contoh dan sebagainya.
Misalnya ibu dapat menyebutkan tujuan pemberian stimulasi
bahasa bagi anak.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap
obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa
pemberian stimulasi itu penting diberikan.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagia aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain. Misalnya ibu selalu mengajak anaknya berbicara dengan
benar.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar (membuat
bagan), mengelompokkan, membedakan, memisahkan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis ini merupakan
suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
obyek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria
yang telah ada. Dapat membandingkan antara anak yang
mengalami keterlambatan dengan yang tidak mengalami
keterlambatan dalam hal perkembangan bahasa.
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru , didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.
b. Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik terhadap
stimulus tersebut. Di sini sikap subyek sudah mulai muncul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya.
d. Trial (mencoba), dimana subyek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption (adopsi), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan , kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) yang
mencoba mengalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan,
menyebutkan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar
perilaku (non behavior causes). Perilaku manusia terbentuk atas tiga
faktor, yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
b. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : puskesmas, obat-obatan,
alat-alat, kontrasepsi dan jamban.
c. Faktor pendorong (renforcing factor) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas kesehatan yang lain,
yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dapat dipengaruhi oleh
pengalaman, keyakinan, sosial budaya, serta umur yang mempengaruhi
perkembangan intelektual serta aspek fisiologis yang mana menentukan
dalam mendapatkan pengetahuan.
C. Stimulasi Bahasa
1. Definisi
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar individu.
Anak-anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat
berkembang dari pada anak yang tidak mendapatkan stimulasi.
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya. Pada awal perkembangan, anak berada pada tahap
sensorik motoriknya. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan
memperlihatkan aktivitas motoriknya, yang merupakan hasil dari
stimulasi sensorik. Stimulasi bermain mendorong perkembangan potensi
yang diwarisi. Ini terutama penting selama bulan-bulan awal kehidupan
sebelum anak dapat berjalan dan dapat melakukan sesuatu sendiri
(Hurlock, 1995).
Menurut Suherman (2002) pemberian stimulasi dimulai dari tahap
yang sudah dicapai oleh anak, dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan
atau hukuman atau marah bila anak tidak dapat melakukannya, memberi
pujian bila anak berhasil melakukannya. Tujuan tindakan memberikan
stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai tingkat
perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan.
Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip-prinsip stimulasi.
Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi
merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak,
berbahagia bersama, stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan,
serta mencakup empat bidang kemampuan berkembang, yaitu :
a. Kemampuan bergaul dan mandiri (BM).
b. Kemampuan berbicara, bahasa dan kecerdasan (BBK).
c. Kemampuan gerak kasar (GK).
d. Kemampuan gerak halus (GH).
Macam-macam stimulasi antara lain stimulasi auditif yang
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membedakan
berbagai jenis suara dan akan berdampak pada kemampuan membaca.
Stimulasi visual yang akan meningkatkan perhatian anak terhadap
sekeliling. Stimulasi kinetik berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh. Sedangkan stimulasi verbal berguna untuk perkembangan bahasa
anak (Suherman, 2002).
Pada tahun-tahun pertama tumbuh kembang anak, anak belajar
mendengarkan yang disebut juga “periode kesiapan mendengarkan”.
Stimulasi verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan
bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Karena kualitas dan
kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi
verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarkannya.
Stimulasi taktil juga dibutuhkan oleh anak, kurangnya stimulasi taktil
dapat menyebabkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan
motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang
diperlukan anak. Stimulasi macam ini akan menimbulkan rasa aman dan
percaya diri pada anak sehingga anak menjadi lebih responsif terhadap
lingkungannya dan lebih berkembang (Soetjiningsih, 2003).
Untuk menstimulasi perkembangan bahasa anak, ada beberapa hal
yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu mengajak bicara anak,
melontarkan pertanyaan terbuka, membacakan buku/ mendongeng,
membetulkan ucapan anak (Suryanah, 1996). Pemberian stimulasi dapat
dilakukan oleh keluarga, program Bina Keluarga Balita (BKB),
kelompok bermain, sekolah, perawat anak, dokter anak, fisioterapis.
Pada bayi yang berumur 0 sampai 3 bulan, stimulasi yang
diperlukan untuk merangsang perkembangan bahasa di antaranya suara
burung, suara radio dan lain sebagainya. Pada bayi yang berumur 3
sampai 6 bulan, stimulasi yang diperlukan untuk merangsang
perkembangan bahsanya adalah melatih bayi menirukan suara, bunyi
atau kata. Pada bayi yang berusia 6 sampai 9 bulan, stimulasi yang
diberikan adalah melatih anak meniru kata-kata. Pada bayi yang berumur
9 sampai 12 bulan, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak meniru
kata-kata dan mengenalkan kata-kata baru sambil menunjukkan
gambarnya. Pada bayi yang berumur 12 sampai 18 bulan, stimulasi yang
diberikan adalah melatih anak menunjukkan dan menyebutkan nama-
nama bagian tubuh. Pada bayi yang berumur 18 sampai 24 bulan,
stimulasi yang diberikan adalah melatih anak mengikuti perintah
sederhana. Anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, stimulasi yang
diberikan adalah melatih anak mengenal bentuk dan warna. Pada anak
berumur 4 sampai 5 tahun stimulasi yang diberikan adalah membantu
anak mengerti satu separuh dengan cara membagi kue atau kertas. Anak
yang berumur 5 sampai 6 tahun, stimulasi yang diberikan adalah melatih
anak mengenal waktu hari, minggu dan bulan (Suherman, 2002).
Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat
diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia 5
tahun. Seorang anak yang baru lahir secara mutlak bergantung pada
lingkungannya, supaya ia dapat melangsungkan kehidupan dan
mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya. Peran aktif orang
tua yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak dan peran
dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang
pertama dialami anak (Suherman, 2002).
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Soetjiningsih (1995) dan Suryanah (1996)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa anak:
Rangsangan/ stimulasi orang tua
Cinta dan kasih sayang
Ganjaran atau hukuman
Lingkungan
Motivasi belajar anak
Stabilitas rumah tangga
Pendapatan orang tua
Tingkat gizi
Pengetahuan orang tua tentang
stimulasi verbal
Stimulasi perkembangan bahasa
anak prasekolah :
Mengajak bicara anak
Melontarkan pertanyaan terbuka
Mendongeng
Membetulkan ucapan anak
Stimulasi bahasa oleh
orang tua
Perkembangan bahasa
anak prasekolah
E. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan
ibu tentang stimulasi verbal sedangkan variabel terikatnya adalah
perkembangan bahasa pada anak prasekolah.
1. Definisi Konseptual Variabel
a. Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan melalui panca indera manusia
(Notoatmodjo, 2003).
b. Perkembangan bahasa adalah perkembangan secara berangsur-
angsur di dalam mengerti maksud dan simbol pesan suara yang
dirasakan yang kemudian diwujudkan oleh individu sampai tingkat
kematangan dan proses belajar yang meliputi pemahaman,
pengembangan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat (Yusuf,
2004).
2. Definisi Operasional Variabel
a. Pengetahuan ibu tentang stimulasi verbal adalah nilai yang
diketahui ibu tentang perangsangan dan latihan yang diberikan
yaitu dengan memberikan alat permainan yang dapat mendukung
atau menunjang anak dalam perkembangan bahasa. Skala
pengukuran pada variabel bebas ini adalah skala ordinal dengan
menggunakan kuisioner, dan kategori hasilnya pengetahuan ibu
baik, sedang, atau kurang tentang stimulasi.
b. Tingkat perkembangan bahasa pada anak prasekolah (4-5 tahun)
adalah tingkat kemampuan anak prasekolah untuk dapat
berkomunikasi, baik dengan keluarga maupun dengan orang lain
yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Skala pengukuran
Tingkat pengetahuan orang tua tentang
stimulasi verbal
Perkembangan bahasa
anak prasekolah
pada variable ini adalah skala ordinal dengan menggunakan
kuisioner, dan kategori hasilnya perkembangan bahasa anak baik,
cukup, atau kurang.
G. Hipotesa
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Ada
hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi verbal dengan
perkembangan bahasa pada anak prasekolah di TK PGRI 116 Bangetayu
Wetan.