bab ii tinjauan pustaka -...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah 1. Definisi Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock, 1995). Proses bicara melibatkan dua stadium aktivitas mental yaitu membentuk pikiran termasuk di dalamnya memilih kata-kata yang akan digunakan dan kemudian mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri. Sistem koordinasi tubuh manusia pusat pengendali bahasa terletak di area broca dan korteks motoric di anterior dan area Wernicke di posterior hemisfer kiri dari otak. Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan sekunder, diteruskan ke bagian korteks temporoparietal posterior (area wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus arcuata ke bagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan di bagian anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif. Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi perkembangan pemecahan masalah visio-motor merupakan indikator yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual. Gabungan kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan

Upload: haduong

Post on 13-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah

1. Definisi

Bahasa adalah sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran

dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock,

1995). Proses bicara melibatkan dua stadium aktivitas mental yaitu

membentuk pikiran termasuk di dalamnya memilih kata-kata yang akan

digunakan dan kemudian mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang

nyata dari vokalisasi itu sendiri. Sistem koordinasi tubuh manusia pusat

pengendali bahasa terletak di area broca dan korteks motoric di anterior

dan area Wernicke di posterior hemisfer kiri dari otak.

Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan

sekunder, diteruskan ke bagian korteks temporoparietal posterior (area

wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah disimpan.

Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus

arcuata ke bagian anterior otak dimana jawaban motorik dikoordinasi.

Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya impuls ini, maka

akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada bagian posterior akan

mengakibatkan kelainan bahasa reseptif, sedangkan kerusakan di bagian

anterior akan menyebabkan kelainan bahasa ekspresif.

Fungsi berbahasa merupakan proses paling kompleks di antara

seluruh fase perkembangan. Fungsi berbahasa bersama fungsi

perkembangan pemecahan masalah visio-motor merupakan indikator

yang paling baik dari ada tidaknya gangguan perkembangan intelektual.

Gabungan kedua fungsi perkembangan ini akan menjadi fungsi

perkembangan sosial. Perkembangan bahasa memerlukan fungsi reseptif

dan ekspresif. Fungsi reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal

dan bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian lingkungan

sekitarnya, mengerti maksud mimik, dan nada suara dan akhirnya

mengerti kata-kata. Fungsi ekspresif adalah kemampuan anak

mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum

anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekspresi wajah, gerakan tubuh,

dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau komunikasi verbal

(Soetjiningsih, 2003).

Perkembangan kemampuan bahasa berikutnya secara bertahap,

anak akan mengikuti kemampuan perkembangan yang dialami. Akan

tetapi perkembangan tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut William Stern dan Clara Stern (1999) ada 3 fungsi bahasa,

yaitu:

a. Aspek Ekspresi yaitu menyatakan kehendak dan pengalaman jiwa

b. Aspek Sosial yaitu untuk mengadakan komunikasi dengan orang

lain.

c. Aspek Intensional yaitu berfungsi untuk menunjukkan atau

membanggakan sesuatu.

Menurut Karl Buhler dalam Hurlock (1995), di dalam penggunaan

bahasa terdapat 3 dorongan utama, yaitu :

a. Kundgabe (pemberitahuan, pengumuman)

Ada dorongan yang merangsang anak untuk memberitahukan isi

kehidupan batiniah yaitu pikiran, perasaan, kemauan, harapan,

fantasi sendiri dan lain sebagainya kepada orang lain.

b. Auslosung (pelepasan)

Ada dorongan yang kuat pada anak untuk melepaskan kata-kata dan

kalimat-kalimat.

c. Darstellung (penyampaian, pemaparan)

Anak ingin mengungkapkan segala sesuatu yang menarik hati dan

memikat perhatiannya (Zulkifli, 2000).

Ada tiga teori utama yang mencoba menjelaskan perkembangan

bahasa pada anak-anak, yaitu :

a. Model Behaviorist

Inti pandangan model ini adalah language is function of

reinforcement. Orang tua mengajar anaknya berbicara dengan

memberikan reinforcement atau penguatan (prinsip behaviorism)

terhadap tingkah laku verbal. Dengan demikian reinforcement ini

anak belajar memberi nama pada benda-benda secara tepat, sehingga

anak mengetahui arti kata-kata. Hal ini dapat terjadi karena setiap

kali anak berbuat suatu kesalahan. Akan segera dikoreksi oleh orang

tuanya atau masyarakat melalui reinforcement yang selektif. Kata-

kata yang ia dengar disimpan dalam ingatan melalui asosiasi. Dalam

observasinya sehari-hari terhadap lingkungannya, ia melihat adanya

suatu hubungan antara entity (kombinasi antara obyek dengan orang)

dengan suatu aksi tertentu. Anak-anak juga dapat belajar meniru

kata-kata dan frasa-frasa yang didengarnya tanpa memahami artinya.

Anak-anak juga sering mengucapkan kata-kata yang tidak diajarkan

oleh orang-orang di sekitarnya, namun mengikuti aturan-aturan

tertentu dan menolak memperbaikinya bila diminta.

b. Model Linguistik

Chomsky adalah tokoh yang mengembangkan model ini.

Menurut pendapatnya, anak-anak dilahirkan sudah dilengkapi

dengan kemampuan untuk berbahasa. Melalui kontak dengan

lingkungan sosial, kemampuan bahasa tersebut akan tampak dalam

perilaku berbahasa. Berdasarkan sudut pandang ini, bahasa adalah

suatu kemampuan yang khas yang dimiliki manusia. Selain itu

Chomsky dan kawan-kawan menganggap perolehan bahasa tidak

diperoleh dengan cara induksi seperti diterangkan oleh mahzab

empiris, melainkan manusia secara biologis memang sudah

diprogramkan (preprogramed) untuk memperoleh bahasa.

c. Model Linguistik

Kelompok ini diwakili oleh Piaget, Brunner, dan Viggosky.

Model ketiga ini adalah pandangan terbaru mengenai perolehan

bahasa pada anak-anak ialah pandangan yang disebut Model Proses

(Process Models). Inti dari pendekatan ini adalah suatu model

kognitif untuk bahasa, yang dijelaskan bagaimana bahasa itu

diproses secara kognitif dan bagaimana manifestasinya dalam

tingkah laku (Munandar, 2001).

2. Tugas-tugas perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau

menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan

(Yusuf, 2004). Keempat tugas pokok perkembangan bahasa adalah :

a. Pemahaman

Kemampuan memahami makna ucapan orang lain.

b. Pengembangan kata

Anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun,

kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan

terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

c. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat

Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pertama

pada umumnya berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat

pertama kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gesture

(bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya.

Menurut Garrison dan Mc Cathy (1973) dalam Hurlock

(1995) menyatakan bahwa anak yang cerdas, anak wanita dan anak

yang berasal dari keluarga berada, bentuk kalimat yang

diucapkannya lebih panjang dan kompleks dibandingkan dengan

anak yang kurang cerdas, anak pria dan anak yang berasal dari

keluarga miskin.

d. Ucapan

Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil

belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang

didengar anak dari orang lain (terutama orang tua). Kejelasan

ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil studi

tentang suara dan kombinasi suara menunjukan bahwa anak

mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.

Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, e, i, o, u

dan huruf mati (konsonan) b, m, n, p, dan t sedangkan yang sulit

ucapkan adalah huruf mati tunggal :r, z, w, s, g, dan huruf rangkap

(diftong) : st, str, sk, dan dr.

3. Tipe perkembangan bahasa

Ada dua tipe perkembangan bahasa anak yaitu sebagai berikut :

a. Egosentric speech

Berbicara pada dirinya sendiri (monolog)

b. Socialized speech

Terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya

atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dapat dibagi

menjadi lima bentuk yaitu :

1) Adapted information

Terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang

di cari.

2) Criticism

Menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah

laku orang lain.

3) Command (perintah), requeat (permintaan), threat

(ancaman).

4) Question (pertanyaan).

5) Answer (jawaban).

Menurut Clara dan William Stern (1999), perkembangan bahasa

dibagi atas empat masa, dan setiap masa setengah tahun lamanya.

Menetapkan perkembangan bahasa berdasarkan batas-batas umur,

bukanlah masalah yang mudah, sebab perkembangan bahasa itu sendiri

tidak selalu sama karena seiring ada penyimpangan di sana-sini. Periode

perkembangan tersebut meliputi :

a. Prastadium

Pada tahun pertama yaitu menirukan bunyi-bunyi.Mula-

mula menguasai huruf hidup, kemudian huruf mati, terutama

huruf-huruf bibir. Kemudian berlangsung proses reduplikasi atau

pengulangan suku kata seperti : me-me, pa-pa, bi-bi, dan

sebagainya.

b. Masa pertama/kalimat satu kata

Masa pertama/kalimat satu kata yaitu antara 12 sampai

dengan 18 bulan, kata pertama yang diucapkan anak mulai dari

suara raban seperti yang kita dengar dari mulut seorang bayi.

Meraban merupakan permainan dengan tenggorokan, mulut dan

bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut.Dalam hal ini,

anak cenderung mengucapkan pengulangan suara.Contohnya ma-

ma, mi-mi dan sebagainya. Kemudian anak terus belajar bebicara

karena dirangsang oleh “dorongan sewajarnya”, yaitu dorongan

meniru suara-suara yang didengarnya dari orang lain. Sebagian

besar dari kata-kata yang diucapkan anak itu belum dapat kita

sebutkan kata dalam arti yang sebenarnya. Anak menggunakan

kata-kata itu untuk menyatakan keinginan dan perasaannya dengan

satu kata. Perkataan satu kata telah mempunyai arti sebagai

kalimat. Umumnya dalam masa ini, kata-kata yang diucapkan

terdiri dari sepatah kata saja.

Kemampuan menyatakan pendapat itu baru dapat diperoleh

setelah ia menyadari, bahwa segala sesuatu itu mempunyai nama.

Salah satu perkataan-perkataan yang diucapkan itu diikuti dengan

gerakan-gerakan badannya.

c. Masa kedua/masa memberi nama

Masa kedua/masa memberi nama yaitu antara 18 sampai 24

bulan selama beberapa bulan, perkembangan bahasa ini seakan-

akan terhenti karena anak memusatkan perhatiannya untuk belajar

berjalan. Setelah pertengahan tahun kedua, timbullah dorongan

untuk mengetahui sebuah benda. Pada masa ini, anak menyadari

bahwa setiap benda memiliki nama. Biasanya pertanyaan anak

banyak sekali, sambil jalan dengan tak henti-hentinya ia bertanya :

ini apa, itu apa, mengapa ia. Itulah alasannya mengapa ada yang

menyebut masa ini dengan “masa memberi nama” atau “masa apa

itu”.

Anak mengalami peristiwa “lapar-kata”, yaitu ingin

menghafal secara terus-menerus kata-kata baru, dan ingin

memahami artinya. Perbendaharaan kata si anak menjadi semakin

bertambah dengan cepatnya. Anak selalu merasa “haus-tanya”

yaitu dengan jalan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya.

Pada saat ini anak mulai meninggalkan kalimat satu kata, lalu

menggunakan dua kata atau tiga kata sekaligus. Mula-mula ia

mengucapkan dengan tergagap-gagap, lambat laun kalimatnya

terungkapkan lebih lancar. Mulailah muncul kata benda dan kata

kerja yang disusul kata sifat. Setelah anak berusia 3 tahun, anak

mulai menguasai kata-kata penghubung.

d. Masa ketiga/masa kalimat tunggal

Masa ketiga/ masa kalimat tunggal yaitu umur 24 sampai

30 bulan, bahasa bentuk kalimat makin baik dan sempurna. Anak

telah menggunakan kalimat tunggal. Pada saat ini anak mulai

menggunakan awalan dan akhiran yang membedakan bentuk dan

warna bahasanya. Sehubungan dengan bentuk dan warna bahasa

itu, anak memerlukan waktu untuk mempelajarinya. Selanjutnya

anak mulai mampu menyuarakan pendapatnya tentang

perbandingan. Dalam masa ini terdapat usaha untuk mendekati

bentuk bahasa yang lebih baik dan sempurna.

e. Masa keempat/ masa kalimat majemuk

Anak mengucapkan kalimat yang makin panjang dan makin

bagus. Anak telah menyatakan pendapatnya dengan kalimat

majemuk. Sekali-kali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya

timbullah anak kalimat. Biasanya anak sering berbuat kesalahan,

namun tampaknya ia tidak berputus asa. Kadang-kadang orang

dewasa sulit memahami bahasa pada anak-anak. Kita harus

mengenalnya lebih dahulu agar lebih mudah memahami

bahasanya.

Pertanyaan semakin menanyakan siapa, di mana, dari mana,

bagaimana, apa sebabnya dan sebagainya. Lingkungan hidup turut

mempengaruhi perkembangan bahasa. Sehubungan dengan hal itu,

jangan menirukan bahasa anak-anak yang salah diucapkannya.

Dalam masa kini kalimat anak menjadi sempurna dan panjang serta

menjadi kalimat majemuk.

Anak mulai berbicara sekitar umur 6 atau 7 bulan.Perkembangan

bahasa berbeda pada setiap anak. Ada anak yang lebih cepat kemajuannya

dan ada pula yang lambat kemajuannya. Bahkan ada masa tertentu yang

seakan-akan perkembangan bahasa itu terhenti sama sekali, yaitu ketika

anak-anak sedang giat-giatnya belajar berjalan. Selanjutnya setelah anak

agak pandai berjalan, kembali perkembangan bahasa anak-anak sama

dengan sukarnya orang dewasa belajar bahasa asing, namun kemajuan

perkembangan bahasa anak-anak sangat mengagumkan walaupun pada

mulanya perkembangan itu tidak secepat pertumbuhan pikiran sehingga ia

terpaksa menggunakan tanda-tanda seperti gerakan tangan, kebanyakan

anak belajar dengan baik. Jumlah kata-kata yang mereka miliki meningkat

dengan cepat. Penggunaan suara meningkat, mereka datang untuk bertanya

banyak pertanyaan selama kesehariannya. Mereka menikmati saat

mendengarkan musik dan kadang mereka meningkat kata-kata dengan

baik.

Pada saat anak berumur 4 tahun, perkembangan bahasanya antara

lain :

a. Menggunakan kalimat yang terdiri dari 4 sampai 6 kata.

b. Memberi perintah seperti “perbaiki ini untuk aku”.

c. Bertanya banyak bertanya seperti apa, di mana, mengapa.

d. Berkata tentang sesuatu yang sedang dikerjakan.

e. Berbicara sendiri dan dengan mainannya.

f. Menceritakan tentang keadaan dirinya, seperti “saya lelah”.

g. Bercerita atau menyanyi sebuah lagu.

Ketika anak memerlukan bantuan :

a. Anak mengulang kata-kata tetapi nampak tidak mengerti.

b. Anak berbicara gagap.

c. Orang lain membutuhkan waktu untuk mengerti ketika anak

berkata.

d. Anak menggunakan kata-kata yang tidak biasanya diucapkan.

Cara untuk membantu anak pada umur ini :

a. Mendengarkan anak ketika bicara dan tersenyum untuk

menunjukkan bahwa kita mengerti.

b. Menyuruh anak untuk bermain dengan anak lain.

c. Berbicara tentang bagaimana sesuatu itu sama dan bagaimana

berbeda.

d. Membantu anak mengekspresikan perasaan atau ide.

e. Membaca cerita lebih lama.

Pada anak umur 5 tahun, perkembangan bahasanya antara lain :

a. Menjelaskan arti kata-kata umum.

b. Mengenali tanda-tanda umum seperti tanda berhenti.

c. Tepat dalam melafalkan bunyi.

d. Mulai mengenal kertas dan suara.

e. Menggunakan kalimat untuk menjelaskan obyek dan kejadian.

f. Menjelaskan bagaimana untuk memecahkan masalah yang

sederhana.

Ketika anak membutuhkan bantuan :

a. Kalimat yang digunakan tidak lengkap/ jelas.

b. Anak tidak suka berbicara dengan anak yang lain.

c. Anak memiliki masalah dalam mengikuti perintah

(Milestone, 2001).

Perkembangan bahasa pada anak prasekolah akan berkembang,

karena selain terjadi oleh pematangan dari organ-organ bicara dan fungsi

berpikir juga karena lingkungan ikut membantu mengembangkannya.

Ada 4 tugas yang perlu diperhatikan pengembangannya yaitu :

a. Mengerti pembicaraan oleh orang lain.

b. Menyusun dan menambah perbendaharaan kata.

c. Menggabungkan kata menjadi kalimat.

d. Pengucapan yang baik dan benar.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa

Perkembangan bahasa pada anak dapat berjalan menjadi optimal

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (Soetjiningsih, 2003):

a. Rangsangan/ stimulasi ibu

Anak usia prasekolah sangat peka terhadap semua

input/masukkan yang berasal dari lingkungan luar.

b. Cinta dan kasih sayang

Salah satu hak anak untuk dicintai dan dilindungi. Anak

memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang

tuanya agar menjadi anak yang tidak sombong dan dapat memberi

kasih sayangnya pula kepada sesamanya.

c. Ganjaran atau hukuman

Anak yang berbuat benar maka semestinya kita memberi

ganjaran, misalnya ciuman, pujian, belaian, tepuk tangan dan

sebagainya. Ganjaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang

kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya.

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya proses bawaan. Lingkungan yang cukup baik

akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang

kurang baik akan menghambat.

e. Motivasi belajar anak

Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan

memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya

adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang

tenang serta sarana lainnya.

f. Stabilitas rumah tangga

Stabilitas dan keharmonisan rumah tangga mempengaruhi

kembang anak. Tumbuh kembang anak akan berbeda pada

keluarga yang harmonis, dibandingkan dengan keluarga yang

kurang harmonis.

g. Pendapatan ibu

Pendapatan keluarga yang memadahi akan menunjang

tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua

kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.

h. Tingkat gizi

Makanan memegang peran penting dalam tumbuh kembang

anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang

dewasa, karena makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk

pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan

keluarga.

i. Tingkat pengetahuan ibu

Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam

memberikan stimulasi kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia

anak-anak sangat membutuhkan perhatian yang cukup untuk

membantu perkembangan yang optimal.

Menurut Hurlock (1995) ada beberapa faktor yang menyebabkan

perbedaan perkembangan bahasa anak terkait dalam proses belajar

berbicara seorang anak diantaranya :

a. Kesehatan

Anak yang sehat, lebih cepat berbicara dibanding anak yang

tidak sehat, hal ini dikarenakan motivasi yang lebih kuat untuk

menjadi angota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan

anggota kelompok tersebut.

b. Kecerdasan

Anak dengan kecerdasan yang tinggi, dalam belajar

berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang

lebih baik dibanding anak yang tingkat kecerdasan yang rendah.

c. Keadaan sosial ekonomi

Anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar

berbicara, pengungkapan perasaan dirinya lebih baik, dan lebih

banyak bicara dibanding anak dari keluarga yang kurang mampu,

hal ini dikarenakan anak dari keluarga berada lebih banyak

mendapat dorongan dan bimbingan untuk berbicara dari anggota

keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah

cenderung lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-

hari sehingga perkembangan bahasa anak kurang diperhatikan.

d. Jenis kelamin

Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara dibanding

anak laki-laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki

lebih pendek, dan kurang benar dalam tata bahasa, kosa katanya

pun lebih sedikit dan pengucapan kata kurang tepat dari pada anak

perempuan.

e. Keinginan berkomunikasi

Semakin kuat dalam komunikasi dengan orang lain

semakin kuat motivasi anak untuk belajar berbicara dan semakin

bersedia menyisihkan waktu dan usaha yang dipergunakan untuk

belajar.

f. Dorongan

Semakin banyak didorong untuk berbicara dengan

mengajaknya berbicara dan didorong menanggapinya, akan

semakin awal mereka berbicara dan semakin baik kualitas

bicaranya. Disini orang tua khususnya ibu sebagai guru yang

pertama bagi anak untuk membantu kemampuan bicara anak.

Pendapat ini didukung oleh Soetjiningsih (2003) yang menyatakan

bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan

lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang

atau yang tidak mendapat stimulasi.

g. Ukuran keluarga

Anak tunggal atau dari keluarga kecil biasanya berbicara

lebih awal dan lebih baik ketimbang keluarga besar, karena orang

tua dapat menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengajar

anaknya berbicara.

h. Urutan kelahiran

Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih cepat

berbicara dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena

orang tua dapat menyisihkan waktunya lebih banyak untuk

mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar

dibanding untuk anak yang lahir kemudian.

i. Metode pelatihan anak

Anak-anak dalam keluarga otoriter yang menekankan

bahwa “anak harus dilihat dan bukan didengar” terjadi hambatan

belajar, sedangkan keluarga dengan kebebasan dan demokratis

akan mendorong anak untuk belajar bicara.

j. Kelahiran kembar

Anak yang lahir kembar pada umumnya mengalami

keterlambatan dalam bicara karena mereka lebih banyak bergaul

dengan saudara kembarnya dan hanya memahami logat khusus

yang mereka miliki. Hal ini melemahkan motivasi mereka untuk

belajar berbicara agar dapat dipahami oleh orang lain.

k. Hubungan dengan teman sebaya

Semakin banyak hubungan anak dengan teman sebayanya

menyebabkan semaikn besar keinginan mereka untuk diterima

sebagai anggota kelompok sebaya, hal ini akan memperbesar

motivasi anak untuk belajar bicara.

l. Kepribadian

Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung

mempunyai kemampuan bahasa yang lebih baik, baik secara

kuantitatif maupun secara kualitatif. Sehingga kemampuan bahasa

juga dapat dijadikan sebagai petunjuk anak yang sehat mental.

5. Cara Mengukur Perkembangan Bahasa pada Anak Prasekolah

Cara mengukur perkembangan bahasa pada anak prasekolah dalam

penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah

lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat

keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan

belajar mengajar dikelas. Isi dari lembar observasi mengacu dari Denver

II yang mencakup anak usia prasekolah 4-5 tahun. Dalam melaksanakan

pengukuran perkembangan bahasa anak prasekolah dengan

menggunakan lembar observasi, kita perlu melakukan langkah-langkah

persiapan, diantaranya persiapan responden, guru, lembar observasi, dan

pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak prasekolah.

Pemberian skor untuk setiap item peneliti memiliki ketentuan

sebagai berikut :

a. L = Lulus/ Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan

baik atau orang tua/ pengasuh melakukan item dengan baik atau

orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak

dapat menyelesaikan item tersebut.

b. G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan

baik atau orang tua/ pengasuh melaporkan secara terpercaya

bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut.

c. M = Menolak (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes

untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan

mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.

Hasil interpretasi untuk keseluruan tes dikategorikan menjadi 3

yaitu, “normal”, “suspect”, dan “unstetable”. Penjelasan mengenai ketiga

kategori tersebut adalah sebagai berikut.

a. Normal

Interpretasi “normal” diberikan jika jumlah skor Pass > 90%

b. Suspect

Interpretasi “suspect” diberikan jika jumlah skor Fail > 90% dan/

atau kemungkinan terdapat delay.

c. Unstetable

Interpretasi “unstetable” diberikan jika terdapat skor Refusal.

B. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain sangat penting bagi terbentuknya

tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari dengan

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, memberi contoh dan sebagainya.

Misalnya ibu dapat menyebutkan tujuan pemberian stimulasi

bahasa bagi anak.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap

obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa

pemberian stimulasi itu penting diberikan.

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan sebagia aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain. Misalnya ibu selalu mengajak anaknya berbicara dengan

benar.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya

satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambar (membuat

bagan), mengelompokkan, membedakan, memisahkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Kata lain sintesis ini merupakan

suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria

yang telah ada. Dapat membandingkan antara anak yang

mengalami keterlambatan dengan yang tidak mengalami

keterlambatan dalam hal perkembangan bahasa.

Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru , didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.

b. Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik terhadap

stimulus tersebut. Di sini sikap subyek sudah mulai muncul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

d. Trial (mencoba), dimana subyek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption (adopsi), dimana subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan , kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) yang

mencoba mengalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan,

menyebutkan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar

perilaku (non behavior causes). Perilaku manusia terbentuk atas tiga

faktor, yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

b. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : puskesmas, obat-obatan,

alat-alat, kontrasepsi dan jamban.

c. Faktor pendorong (renforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas kesehatan yang lain,

yang merupakan kelompok refrensi dari perilaku masyarakat.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dapat dipengaruhi oleh

pengalaman, keyakinan, sosial budaya, serta umur yang mempengaruhi

perkembangan intelektual serta aspek fisiologis yang mana menentukan

dalam mendapatkan pengetahuan.

C. Stimulasi Bahasa

1. Definisi

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar individu.

Anak-anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat

berkembang dari pada anak yang tidak mendapatkan stimulasi.

Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap

perkembangannya. Pada awal perkembangan, anak berada pada tahap

sensorik motoriknya. Pada tahap ini keadaan kognitif anak akan

memperlihatkan aktivitas motoriknya, yang merupakan hasil dari

stimulasi sensorik. Stimulasi bermain mendorong perkembangan potensi

yang diwarisi. Ini terutama penting selama bulan-bulan awal kehidupan

sebelum anak dapat berjalan dan dapat melakukan sesuatu sendiri

(Hurlock, 1995).

Menurut Suherman (2002) pemberian stimulasi dimulai dari tahap

yang sudah dicapai oleh anak, dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan

atau hukuman atau marah bila anak tidak dapat melakukannya, memberi

pujian bila anak berhasil melakukannya. Tujuan tindakan memberikan

stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai tingkat

perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang diharapkan.

Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip-prinsip stimulasi.

Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi

merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak,

berbahagia bersama, stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan,

serta mencakup empat bidang kemampuan berkembang, yaitu :

a. Kemampuan bergaul dan mandiri (BM).

b. Kemampuan berbicara, bahasa dan kecerdasan (BBK).

c. Kemampuan gerak kasar (GK).

d. Kemampuan gerak halus (GH).

Macam-macam stimulasi antara lain stimulasi auditif yang

berfungsi untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membedakan

berbagai jenis suara dan akan berdampak pada kemampuan membaca.

Stimulasi visual yang akan meningkatkan perhatian anak terhadap

sekeliling. Stimulasi kinetik berhubungan dengan pergerakan dan sikap

tubuh. Sedangkan stimulasi verbal berguna untuk perkembangan bahasa

anak (Suherman, 2002).

Pada tahun-tahun pertama tumbuh kembang anak, anak belajar

mendengarkan yang disebut juga “periode kesiapan mendengarkan”.

Stimulasi verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan

bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Karena kualitas dan

kuantitas vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi

verbal dan anak akan belajar menirukan kata-kata yang didengarkannya.

Stimulasi taktil juga dibutuhkan oleh anak, kurangnya stimulasi taktil

dapat menyebabkan penyimpangan perilaku sosial, emosional dan

motorik. Perhatian dan kasih sayang juga merupakan stimulasi yang

diperlukan anak. Stimulasi macam ini akan menimbulkan rasa aman dan

percaya diri pada anak sehingga anak menjadi lebih responsif terhadap

lingkungannya dan lebih berkembang (Soetjiningsih, 2003).

Untuk menstimulasi perkembangan bahasa anak, ada beberapa hal

yang dapat dilakukan oleh orang tua, yaitu mengajak bicara anak,

melontarkan pertanyaan terbuka, membacakan buku/ mendongeng,

membetulkan ucapan anak (Suryanah, 1996). Pemberian stimulasi dapat

dilakukan oleh keluarga, program Bina Keluarga Balita (BKB),

kelompok bermain, sekolah, perawat anak, dokter anak, fisioterapis.

Pada bayi yang berumur 0 sampai 3 bulan, stimulasi yang

diperlukan untuk merangsang perkembangan bahasa di antaranya suara

burung, suara radio dan lain sebagainya. Pada bayi yang berumur 3

sampai 6 bulan, stimulasi yang diperlukan untuk merangsang

perkembangan bahsanya adalah melatih bayi menirukan suara, bunyi

atau kata. Pada bayi yang berusia 6 sampai 9 bulan, stimulasi yang

diberikan adalah melatih anak meniru kata-kata. Pada bayi yang berumur

9 sampai 12 bulan, stimulasi yang diberikan adalah melatih anak meniru

kata-kata dan mengenalkan kata-kata baru sambil menunjukkan

gambarnya. Pada bayi yang berumur 12 sampai 18 bulan, stimulasi yang

diberikan adalah melatih anak menunjukkan dan menyebutkan nama-

nama bagian tubuh. Pada bayi yang berumur 18 sampai 24 bulan,

stimulasi yang diberikan adalah melatih anak mengikuti perintah

sederhana. Anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, stimulasi yang

diberikan adalah melatih anak mengenal bentuk dan warna. Pada anak

berumur 4 sampai 5 tahun stimulasi yang diberikan adalah membantu

anak mengerti satu separuh dengan cara membagi kue atau kertas. Anak

yang berumur 5 sampai 6 tahun, stimulasi yang diberikan adalah melatih

anak mengenal waktu hari, minggu dan bulan (Suherman, 2002).

Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat

diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia 5

tahun. Seorang anak yang baru lahir secara mutlak bergantung pada

lingkungannya, supaya ia dapat melangsungkan kehidupan dan

mengembangkan kemampuan dasar yang dimilikinya. Peran aktif orang

tua yang dimaksud adalah usaha langsung terhadap anak dan peran

dalam menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang

pertama dialami anak (Suherman, 2002).

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Soetjiningsih (1995) dan Suryanah (1996)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan bahasa anak:

Rangsangan/ stimulasi orang tua

Cinta dan kasih sayang

Ganjaran atau hukuman

Lingkungan

Motivasi belajar anak

Stabilitas rumah tangga

Pendapatan orang tua

Tingkat gizi

Pengetahuan orang tua tentang

stimulasi verbal

Stimulasi perkembangan bahasa

anak prasekolah :

Mengajak bicara anak

Melontarkan pertanyaan terbuka

Mendongeng

Membetulkan ucapan anak

Stimulasi bahasa oleh

orang tua

Perkembangan bahasa

anak prasekolah

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan

ibu tentang stimulasi verbal sedangkan variabel terikatnya adalah

perkembangan bahasa pada anak prasekolah.

1. Definisi Konseptual Variabel

a. Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan melalui panca indera manusia

(Notoatmodjo, 2003).

b. Perkembangan bahasa adalah perkembangan secara berangsur-

angsur di dalam mengerti maksud dan simbol pesan suara yang

dirasakan yang kemudian diwujudkan oleh individu sampai tingkat

kematangan dan proses belajar yang meliputi pemahaman,

pengembangan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat (Yusuf,

2004).

2. Definisi Operasional Variabel

a. Pengetahuan ibu tentang stimulasi verbal adalah nilai yang

diketahui ibu tentang perangsangan dan latihan yang diberikan

yaitu dengan memberikan alat permainan yang dapat mendukung

atau menunjang anak dalam perkembangan bahasa. Skala

pengukuran pada variabel bebas ini adalah skala ordinal dengan

menggunakan kuisioner, dan kategori hasilnya pengetahuan ibu

baik, sedang, atau kurang tentang stimulasi.

b. Tingkat perkembangan bahasa pada anak prasekolah (4-5 tahun)

adalah tingkat kemampuan anak prasekolah untuk dapat

berkomunikasi, baik dengan keluarga maupun dengan orang lain

yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Skala pengukuran

Tingkat pengetahuan orang tua tentang

stimulasi verbal

Perkembangan bahasa

anak prasekolah

pada variable ini adalah skala ordinal dengan menggunakan

kuisioner, dan kategori hasilnya perkembangan bahasa anak baik,

cukup, atau kurang.

G. Hipotesa

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Ada

hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi verbal dengan

perkembangan bahasa pada anak prasekolah di TK PGRI 116 Bangetayu

Wetan.