bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Inisiasi menyusu dini
1. Pengertian
Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut early inisiation
adalah memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada
ibudalam satu jam pertama kelahirannya. Ketika bayi baru lahir diletakkan diatas
perut ibu atau dada ibu dan terjadi kontak kulit (skin to skin contach) merupakan
pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh karena rangsangan sentuhan
ibu, dia akan bergerak diatas perut ibu dan menjangkau payudara (Roesli, 2008).
Inisiasi menyusu dini adalah pemberian asi dimulai sedini mungkin segera
setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakan bayi tengkurap didada ibu
dengan kulit bayi melekat padakulit ibu, biarkan kontak kulit bayi kekulit ibu menetap
selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (JNPK-KR,
2007)
Inisiasi menyusu dini disebut sebagai tahap ke empat persalinan yaitu tepat
setelah persalinan sampai satu jam setelah persalinan, meletakan bayi baru lahir
dengan posisi tengkurap setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan,
tidak dibungkus didada ibunya segera setelah persalinan dan memastikam bayi
mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan
kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar. Inisiasi menyusu dini adalah proses
menyusu bukan menyusui yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini
bukan program ibu menyusui bayi tetap bayi yang harus aktip sendiri menemukan8
outing susu ibu. Setelah lahir bayi belum menunjukan kesiapan untuk menyusu.
Replek menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir (Roesli, 2008).
Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi menyusu dini adalah suatu
rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali
pusatnya secara naluriah melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan
menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.
2. Prinsip inisiasi menyusu dini
Prinsip dasar inisiasi menyusu dini adalah tanpa dibersihkan duhulu, bayi diletakan di
dada ibunya dan secara naluriah bayi akan mencari payudara ibu, kemudian mulai
menyusu.
3. Tujuan
a. Menurunkan angka kematian bayi
Menurut Roesli, 2008 Inisiasi Menyusu Dini bertujuan untuk menekan
angka kematian Bayi (AKB), apabila bayi dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu
dalam 1 jam pertama, maka 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat
diselamatkan, selain itu juga IMD dapat mensukseskan pemberian ASI eksklusif
dan meningkatkan Sumber daya Manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
MenurutHadriyanto R, Sp.A dari Rs. Adi Twsad dalam seminar
“Surabaya health” menyatakan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat membantu
meningkatkan daya tahan tubuh si bayi terhadap penyakitpenyakit yang beresiko
kematian tinggi, misalnya kanker saraf, leukimia, dan beberapa penyakit lainnya.
c. Mencegah kematian bayi baru lahir
Berdasarkan penelitian Edmond K, di Gana,dan diterbitkan dalam jurnal
ilmiah ”pediatrics”, menyusu dini dapat mencegah kematian bayi baru lahir
sebanyak 22% atau menyelamatkan sekitar 30.000 bayi Indonesia dalam bulan
pertama kelahiran.
d. Menurunkan kejadian hipotermi, hipoglikemi dan asfiksia
Menurut penelitian dr. Niels Bergman, kulit ibu berfungsi sebagai
inkubator karena ibu merupakan thermoregulator bagi bayi. Suhu kulit ibu 1oC
lebih tinggi dari ibu yang tidak bersalin. Apabila pada saat lahir bayi mengalami
hipotermi, dengan terjadinya skin to skin contact otomatis suhu kulit ibu akan
meningkat 2oC. sebaliknya apabila bayi mengalami hipertermi, suhu kulit ibu
akan turun 1oC (Roesli, 2008). Ibu berarti, dengan IMD resiko hipotermi pada
bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian dapat dikurangi.
e. Memfasilitasi bonding attachment
Bonding atau ikatan batin menunjukkan perjalinan hubungan orang tua
dan bayi pada saat awal kelahiran. Sebagai individu, orang tua akan
mengembangkan hubungan kasih sayang dengan bayi menurut gaya dan cara
mereka. Jam pertama merupakan saat peka dimana kontak pertama akan
mempurmudah jalinan batin.
4. Manfaat inisiasi menyusu dini
Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara fisiologis maupun
psikologis sebagai berikut
a. Ibu
1) Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya oksitosin. Oksitosin
menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga membantu keluarnya plasenta
dan mencegah perdaraan. Oksitosin juga menstimulasi hormon-hormon lain
yang menyebabkan ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar
dengan lancar.
2) Prolaktin
a) Meningkatkan produksi ASI
b) Membantu ibu mengatasi stress terhadap berbagai rasa kurang nyaman
c) Member refleks relaksasi pada ibu setelah bayi selesai menyusu
d) Menunda ovulasi
3) Ibu menjadi lebih tenang, tidak stress, pernapasan dan detak jantung lebih
stabil, dikarenakan oleh kontak kulit bayi dan ibu.
4) Mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Atthecment) karena 1-2
jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu bayi tidur dalam waktu
yang lama.
5) Mencegah perdaraan pada ibu.
6) Mengurangi resiko terkena kanker payudara dan ovarium (Dewi Candika Dan
Indarwati, 2010).
b. Bayi
1) Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan, ketenangan sehingga nafas
dan denyut jantung bayi menjadi teratur. Bayi memperoleh kolostrum yang
mengandung antibodi dan merupakan imunisasi petama. Di samping itu,
kolostrum juga mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi
berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi lain
lebih sulit masuk kedalam tubuh bayi.
2) Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat
selama bayi merangkak mencari payudara.
3) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif
dan akan lebih lama disusui.
4) Bayi mndapatkan ASI kolostrum, ASI yang pertama kali keluar. Cairan mas
ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan
inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak
diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan
tubuh, pentig utuk ketahanan terhadap infeksi, penting untk pertumbuhan
usus, bahkan kelangsungan hidup bayi, kolostrum akan membuat lapisan yang
melindungi diding usus bayi yang masih belum matang sekaligus
mematangkan dindig usus ini.
5) Meningkatkan angka keselamatan hidup bayi di usia 28 hari pertama
kehidupanya (Ghana, 2004).
6) Perkembanagan psikomotorik lebih cepat.
7) Meningkatkan kecerdasan.
8) Membantu mengkordinasi kemampuan sikap, telan dan nafas.
5. Langkah-langkah pelaksanaan inisiasi menyusu dini
Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang harus dilakukan
untuk terlaksananya IMD yaitu:
a. Ibu perlu ditemani seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman saat
melahirkan, baik itu suami, teman atau saudara yang lain.
b. Membantu proses kelahiran dengan upaya-upaya di luar obat seperti pijatan,
aromaterapi dan lain-lain kecuali jika dokter sudah memutuskan untuk
menggunakan obat atau alat pemicu.
c. Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu saat proses persalinan atau
memberikan posisi melahirkan sesuai keinginan ibu, karena tidak semua ibu
merasa nyaman dengan posisi terlentang.
d. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah lahir tanpa
dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang menyelimuti kulit bayi.
e. Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap.
f. Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi menemukan
puting susu ibu kemudian menyusunya.
g. Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu jangan arahkan
menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi dalam posisi nyaman untuk mencari
puting susu ibu.
h. Ibu yang melahirkan dengan secio caesar juga harus segera bersentuhan dengan
bayinya setelah melahirkan yang tentu prosesnya membutuhkan perjuangan yang
lebih.
i. Kegiatan-kegiatan yang dapat menggangu kenyamanan bayi seperti menimbang
dan mengukur harus dilakukan setelah bayi bisa melakukan inisiasi menyusu dini.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD
1. Faktor ibu
a. Pengetahuan
Pada saat setelah melahirkan kebanyakan ibu mengetahui klolostrum
belum keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan
cairan lain, tetapi meskipun tidak terasa, kolostrum (ASI yang pertama) akan
keluar langsung setelah kelahiran. Setelah itu banyak anggapan bahwa
kolostrum tidak baik bahkan berbahaya untuk bayi. Hal ini berkebalikan
dengan fakta yang ada yaitu kolostrum justru melindungi dan mematangkan
dinding usus yang masih muda.
b. Kondisi ibu
Salah satu faktor yang lain adalah kondisi ibu yang tidak
memungkinkan yaitu ibu belum bisa duduk atau miring, tetapi untuk
memberikan ASI Inisiasi menyusu Dini tidak mengharuskan ibu untuk duduk.
Akan tetapi bayi melakukan IMD dengan ditengkurapkan di dada ibu.Jadi
posisi ibu masih tetap berbaring.
c. Ibu kelelahan
Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu merasa senang dan
keluar oksitosin saat kontak kulit ke kulit sertasaat bayi menyusu dini
membantu menenangkan ibu.
d. Ibu harus di jahit
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara dan
lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.
2. Faktor bidan
a. Pengetahuan
Tenaga kesehatan belum mengerti dan belum sependapat tentang
pentingnya memberikan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi yang lahir melalui
Operasi Caesar mungkin itu bisa terjadi, tapi tugas orang tua dan bidan adalah
membela hak bayi. Tenaga kesehatan dapat diberi penjelasan oleh keluarga
dan membujuknya agar bayi tetap dibiarkan melaksanakan Inisiasi Menyusu
Dini.
b. Kamar bersalin sibuk
Para tenaga medis sering mengatakan bahwa Inisiasi Menyusu Dini
tidak dilakuakn karena kamar bersalin atau kamar operasi sibuk. Padahal hal
ini sama sekali tidak masalah. Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan
ke ruang pulih atau kamar perawatan.Memberi kesempatan pada bayi untuk
meneruskan usahanya mencapai payudara ibu.
c. Perilaku bidan
Tenaga kesehatan atau bidan biasa melakukan perawatan langsung
pada bayi baru lahir dan menyuntikkan vitamin K dan tetes mata pada bayi
baru lahir. Perawatan bayi baru lahir seperti membersihkan, memandikan,
menimbang dan pemberian vitamin K dan tetes mata menurut American
College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Brestfeeding Medicine
(2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam
sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
3. Faktor bayi
Faktor bayi disini yaitu kondisi bayi yang menghambat tidak dilakukannya IMD
seperti bayi kurang siaga dan keadaan bayi yang mengalami komplikasi seperti
asfiksia, BBLR dan lain sebagainya. Tetapi pada ibu atau bayi yang mengalami
proses kelahiran melalui caesar juga dapat dilakukannya IMD.
a. Bayi akan kedinginan
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit
dengan sang ibu, suhu payudara ibu akan meningkat 0,5 derajat dalam dua
menit jika bayi diletakan di dada ibu.bahwa suhu dada ibu yang melahirkan
menjadi 1o C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi
yang diletakan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu turun 1o C. jika bayi
kedinginan, suhu dada ibuakan meningkat 2o C untuk menghangatkan bayi.
Jadi dada ibu merupakan tempat yang baik bagi bayi yang baru lahir
dibandingkan tempat tidur yang cangih dan mahal (Dr.Niels Bergman, 2005).
b. Suntik vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus
segera diberikan setelah lahir.
Menurut American College Of Obstetics And Gynecology Dan Academy
Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda
setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa
membahayakan bayi.
c. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas
badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakan, dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.
Peninbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama inisiasi menyusu dini
a. Pendidikan
Pengertian pendidikan menurut UU No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, kepribadian, kecerdasan serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dikatakan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Menurut Notoatmodjo (2003) konsep dasar pendidikan adalah suatu
proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertambahan,
perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih
matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Depdiknas RI tahun 2003 membagi jenjang pendidikan formal menjadi 3
kelompok :
1. Pendidikan dasar
Merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan Menengah
Merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah
berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan Tinggi
Merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula menerima informasi, sehingga
banyak pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang
diperkenalkan.
b. Usia
Usia mempengarui terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pila daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktip dalam masyarakat dan kehidupan
sosial serta lebih baik melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyusaikan
diri menuju usia tua. Selain itu orang usia madya akan lebih banyak
menggunakan waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecaham
masalah dalam kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada
usia ini. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.
Tidak dapat mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dan dapat diperkirakan bahwa
IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain misalnya kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori
berpendapat teryata IQ akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya
usia (Wawan, 2010).
c. Perdarahan Postpartum
1. Pengertian Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau
lebih setelah kala III persalinan (setelah plasenta lahir). Perdarahan postpartum
ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga
dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan
perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus-menerus dan ini juga
berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang
mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Mochtar,
2005).
2. Penyebab perdarahan postpartum
Penyebab perdarahan postpartum antara lain :
a) Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi
setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar,
lembek, dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah.
Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya perdarahan. Perdarahan pada
atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada bekas
menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan (Wiliam,
2010).
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan
bagian yang terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan
pasca persalinan. Miometrium lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan
ditembus oleh pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah
lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira berbentuk angka
delapan. Setelah partus, dengan adanya susunan otot seperti diatas, jika otot
berkontraksi akan menjepit pembuluh darah. Ketidak mampuan miometrium
untuk berkontraksi ini akan menyebabkan terjadinya pendarahan persalinan
(Wiliam, 2010).
Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :
1) Partus lama
2) Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada
hamil kembar, hidramnion atau janin besar
3) Multiparitas
4) Anestesi yang dalam
5) Anestesi lumbal
b) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah
jam setelah janin lahir. Hal tersebut disebabkan :
1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2) Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan,
tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini
merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta belum lepas
dari dinding uterus disebabkan :
1) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebeb vili korialis
menembus desidua sampai miometrium (plasenta akreta)
3) Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta)
Plasenta sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebebkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran kontraksi pada bagian bawah
uterus yang menghalanngi keluarnya plasenta (inkarserssio plasenta) (
Saifuddin, 2002)
c) Sisa plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
Perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang disebebkan oleh retensi
potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan
bayi harus menjadi tindakan rutin, apabila ada bagian plasenta yang hilang,
uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan (Wiliam, 2010)
d) Laserasi jalan lahir
Laserasi jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
Perdarahan pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya
disebabkan oleh robekan serviks atau vagina. Setelah persalinan harus selalu
dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks
dengan spekulum juga perlu dilakukan setelah persalinan.
e) Inversio uteri
Inversion uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam
kavum uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan (Manuaba, 2008).
Inversio uteribagian atas uterus telah memasuki kavum uteri, sehingga
fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri. Terjadi tiba-tiba
dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Penyebab inversion
tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus
uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dari
insersinya. Menurut (Wiknjosastro, 2005) perkembangannya inversio uteri
dibagi dalam beberapa tingkatan.
1) Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari
ruang tersebut
2) Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina
3) Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak di
luar vagina
Gejala inversion uteri pada permulaan tidak selalu jelas. Akan tetapi, apabila
kelainan itu sejak awal tumbuh dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang
keras dan biasa menyebabkan syok (Mochtar, 2001).Adapun penyebab predisposisi
penyebab perdarahan postpartum yaitu dari karakteristik ibu yang meliputi :
1. Umur
Umur merupakan salah satu variabel dari model demografi yang sebagai
hasil ukuran atau indikator fisiologis yang berbeda (Notoatmodjo, 2003).
Wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35
tahun merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan pasca persalinan yang
dapat mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia di
bawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
sempurna, sedangkan pada usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal
sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama
perdarahan akan lebih besar (Manuaba, 2008).
Reproduksi sehat dalam kurun waktu dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita
hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih
tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Kematian maternal menigkat kembali sesudah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro,
2005).
Menurut BKKBN (2007) bahwa jika ingin memiliki kesehatan
reproduksi yang prima seyogyanya harus menghindari “ 4 terlalu ” dimana dua
diantaranya adalah menyangkut dengan usia ibu. T yang pertama yaitu terlalu
muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Adapun resiko yang
mungkin terjadi jika hamil dibawah 20 tahun antara lain keguguran,
preeclampsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), eklampsia
(keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan persalinan karena system
reproduksi belum sempurna, bayi lahir belum waktunya, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), fistula vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina),
fistula retrovaginal (keluarnya gas dan tinja dari vagina) dan kanker leher
rahim. T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil diatas usia 35 tahun.
Resiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain
adalah terjadinya keguguran, preeklampsia, eklampsia, timbulnya kesulitan
pada persalinan, perdarahan, BBLR dan cacat bawaan (Manuaba, 2008).
2. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang
wanita (Magdalena, 2010). Paritas adalah jumlah kehamilan yang
menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim (28 minggu) (JHPIEGO,
2008). Sedangkan menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang
pernah melahirkan bayi aterm. Menurut Prawiroharjo (2009), paritas dapat
dibedakan menjadi primipara dan grandemultipara.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pascapersalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu
dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko angka kejadian
perdarahan pascapersalinan lebih tinggi. Lebih tinggi paritas maka akan lebih
tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan
obstetrik yang lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi
atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak direncanakn (Wiknjosastro, 2005).
Paritas menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan
sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani komplikasi yang terjadi
selama kehamilan, persalinan dan nifas, fungsi reproduksi mengalami
penurunan, otot uterus terlalu regang dan kurang dapat berkontraksi dengan
baik sehingga kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan menjadi lebih
besar (Manuaba, 2008).
Klasifikasi Paritas:
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup
besar untuk hidup di luar (Varney, 2006).
b. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu
kali (Prawiroharjo, 2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan
bayi viable (hidup) beberapa kali (Manuaba, 2008). Multigravida adalah
wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006).
c. Grandemultipara
Grandemultigravida adalah wanita yang telah melahirkan lima orang anak
atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan
persalinan (Manuaba, 2008). Grandemultipara adalah wanita yang pernah
melahirkan bayi 6 kali atau lebih dalam keadaan hidup atau mati (Rustam,
2005). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak
atau lebih (Varney, 2006).
3. Berat badan
Apakah normal sesuai dengan berat badan yang ideal untuk ibu hamil.
Sebelum mencoba untuk hamil, seorang ibu sebaiknya memperhatikan berat
badan, jangan terlalu gemuk namun jangan pula terlalu kurus, maka dapat
membuat kehamilan lebih menyulitkan bagi ibu dan juga beresiko bagi janin
dalam kandungan. Berdiet untuk menurunkan berat badan selagi mencoba
untuk hamil atau selama kehamilan bukanlah ide yang bagus. Kehamilan
merupakan suatu waktu dimana seorang ibu untuk menambah berat badan dan
bukan mengurangi berat badan.
Sebagian besar wanita menaruh lebih banyak perhatian pada berat
badannya selama kehamilan, banyak wanita memantau kenaikan berat
badannya dengan sangat ketat. Meskipun terkesan aneh, kenaikan berat badan
adalah cara yang penting untuk memantau kesehatan bayi dalam kandungan
yang sedang berkembang.
Adanya kehamilan akan terjadi penambahan berat badan yaitu sekitar
12,5 kg. Peningkatan berat badan sebanyak 15% dari sebelumnya. Proporsi
pertambahan berat badan tersebut dapat dilihat di bawah ini :
a. Janin 25-27%
b. Plasenta 5%
c. Cairan amnion 6%
d. Ekspansi volume darah 10%
e. Peningkatan lemak tubuh 25-27%
f. Peningkatan cairan ekstra seluler 13%
g. Pertumbuhan uterus dan payudara 11%
Pada kehamilan trimester I biasanya terjadi peningkatan berat badan yang
tidak berarti yaitu sekitar 1-2 kg. kebutuhan energi pada trimester I meningkat
secara minimal. WHO menganjurkan penambahan 10 kkal untuk trimester I.
Penamhan berat badan yang ideal selama kehamilan trimester II & III (Atikah,
2009).
Kondisi fisik dan kenaikan berat badan normal bagi wanita hamil pada
setiap trimester, sebagai berikut :
a. Trimester I (0-12 minggu)
Umumnya nafsu makan berkurang, sering timbul rasa mual dan ingin
muntah. Pada kondisi ini ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin
dapat tumbuh dengan baik. Kenaikan normal antara 0,7-1,4 kg.
b. Trimester II (13-28 minggu)
Nafsu makan sudah pulih kembali, kebutuhan makan harus diperbanyak.
Kenaikan berat badan normalnya antara 6,7-7,4 kg.
c. Trimester III (sampai usia 40 minggu)
Nafsu makan sangat baik, tetapi jangan berlebihan. Kenaikan berat badan
normal antara 12,7-13,4 kg
d. Bila berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badannya selama
hamil adalah kurang dari normal, maka si bayi akan berisiko lahir dengan
berat badan yang kurang atau berat bayi lahir rendah (BBLR). Bayi dengan
BBLR akan terganggu perkembangan fisik maupun kecerdasannya.
Tabel 2.1 Peningkatan berat badan selama kehamilan
NO IMT (kg/m2) Total kenaikan
berat badan
yang dianjurkan
Selama trimester
II&III
1 Kurus (IMT < 18,5) 12,7-18,1 kg 0,5 kg/minggu
2 Normal (IMT 18,5-
22,9)
11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
3 Overweigh (IMT 23-
29,9)
6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
4 Obesitas (IMT > 30) 0,2 kg/minggu
5 Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu
Sumber : Asfuah, 2010.
Berat badan ibu harus memadai, bertambah sesuai dengan umur kehamilan.
Berat badan yang bertambah dengan normal. Dengan demikian juga
sebaliknya, kenaikan berat badan bukan satu-satunya ukuran, karena kenaikan
berat badan ibu hamil berisikan beberapa unsur. Sebagian memuat unsur anak,
sebagian lagi memuat unsur ibu.
Tabel 2.2 Unsur yang berkembang saat usia kehamilan cukup bulan:
Unsur Berat (Kg)
a. Bayib. Ari-aric. Air ketuband. Pemeriksaan rahime. Pembesaran payudaraf. Penambahan darah ibug. Cadangan makanan ibu
3-3,5 kg
0,5 kg
1 kg
1,25 kg
1,5 kg
2 kg
2-4 kg
Mungkin saja kenaikan berat badan ibu adalah cukup, tetapi kenaikan itu
lebaih banyak menambah berat badan ibu dibanding untuk menambah berat
anak, dengan demikian, kenaikan berat badan ibu yang besar belum tentu
menghasilkan anak yang besar, begitu juga sebaliknya. Penambahan berat
badan ibu memang harus di nilai. Penambahan berat badan ibu hamil sudah
lebih dari 12,5 kg, tetapi anak yang dikandungnya kecil maka berat badan
masih perlu ditambah (Atikah, 2009).
4. Status gizi
Gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan. Zat gizi adalah
unsur yang terdapat dalam makanan dan dapat mempengaruhi kesehatan. Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melaui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi (Waryana, 2010).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
Gibson (2000). Menyatakan status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan
hasil akhir dari keseimbangan antar zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
utilisasinya (Waryana, 2010).
a. Gizi kurang pada ibu hamil
Status gizi sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal
pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada
keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil (Waryana, 2010).
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur
berat badan bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi
yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang
baik. Namun sampai saat ini masih banyak ibu hamil yang mengalami
masalah gizi khususnya gizi kurang seperti kurang energi kronis (KEK)
dan anemia gizi (Waryana, 2010).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan
berikut ini :
1) Terhadap ibu, gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko
dan komplikasi pada ibu antara lain adalah : anemia, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi
2) Terhadap persalinan, pengaruh kurang gizi terhadap proses persalinan
dapat menyebabkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (prematur), perdarahan setelah melahirkan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat (Wayana, 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan
telah digunakan secara internasional yang meliputi beberapa tahapan
penyebab timbulnya kurang gizi nasional (Depkes, 2008), penyebab
kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit
infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab kurang gizi tidak
hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.
Anak yang mendapatkan makanan yang baik tetapi karena sering
sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada
anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan
melemah dan akan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik
makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan
penyebab kurang gizi.
2) Kedua, yaitu penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan keluarga dan kesehatan
lingkungan. Ketahanan pangan adalah pangan seluruh anggota
keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh
keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah tersedianya air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh
keluarga.
Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan terdapat kemungkinan makin baik
pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan
pelayanan yang ada. Ketahanan pangan, harga pangan, dan daya beli
keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan keluarga.
c. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi secara langsung menurut Atikah (2009) dapat
dilakukan dengan :
1) Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri
gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan
asupan protein dan energi.
2) Klinis
Pemeriksaan klinnis adalah metode untuk menilai status gizi
berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urin, tinja,
dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
4) Biofisik
Penilaian status secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan dari
jaringan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status
gizi ibu hamil antara lain :
1) memantau pertambahan berat badan selama hamil
Dimana pada trimester 1 pertambahan berat badan kurang dari I
kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6kg.
pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau
pertumbuhan janin.
2) mengukur kadar Hb
bertujuan untuk mengetahui kondisi ibu apakah menderita
anemia gizi.
3) mengukur lingkar lengan atas (LILA)
dimaksudkan untuk mendeteksi masalah gizi akut, dan untuk
mengetahui apakah ibu hamil menderita Kurang Energi Kronik
(KEK) yang nantinya dapat pula mengakibatkan perdarahan
setelah ibu melahirkan. Ukuran normal LILA pada ibu hamil
adalah ≥23,5 cm, apabila kurang dari 23,5 cm berarti ibu hamil
tersebut mengalami kekurangan energy (Waryana, 2010).
3. Klasifikasi perdarahan postpartum
Klasifikasi perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008) :
a) Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan postpartum sekunder yaitu perdarahan pasca persalinan yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa
plasenta yang tertinggal.
4. Gejala klinik perdarahan postpartum
Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10%
dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru
nampak pada kehilangan darah sebanyak 20%. Gejala klinik berupa
perdarahan pervaginam yang terus menerus setelah bayi lahir. Kehilangan
banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, dan
lain-lain (Wiknjosastro, 2005).
5. Diagnosis perdarahan postpartum
Tabel 2.3 Diagnosis perdarahan postpartum
Gejala dan tanda yang
selalu ada
Gejala dan tanda-
tanda yang
kadang ada
Diagnosis
kemungkinan
1 - Uterus tidakberkontraksi dan lembek
- Perdarahan segerasetelah anak lahir
- Syok - atonia uteri
2 - Perdarahan segera- Darah segar yang
mengalir segera setelahbayi lahir
- Uterus kontraksi baik- Plasenta lengkap
- Pucat- Lemah- menggigil
- robekan jalanlahir
3 - plasenta belum lahirsetelah 30 menit
- perdarahan segera- uterus kontraksi baik
- tali pusat putusakibat traksiberlebihan
- inversio uteriakibat tarikan
- perdarahanlanjutan
- retensioplasenta
4 - Plasenta atau sebagianselaput (mengandungpembuluh darah) tidaklengkap
- Perdarahan segera
- Uterusberkontraksitetapi tinggifundus tidakberkurang
- Tertinggalnyasebagianplasenta
Gejala dan tanda yang
selalu ada
Gejala dan tanda-
tanda yang
kadang ada
Diagnosis
kemungkinan
5 - Uterus tidak teraba- Lumen vagina terisi massa- Tampak tali pusat (jika
plasenta belum lahir)- Perdarahan segera- Nyeri sedikit atau berat
- Syok neurogenik- Pucat dan
limbung
- Inversionuteri
6 - Sub-involusi uterus- Nyeri tekan perut bawah- Perdarahan lebih dari 24
jam setelah persalinan- Perdarahan bervariasi
(ringan atau berat, terusmenerus atau tidak teratur)dan berbau (jika disertaiinfeksi)
- Anemia- Demam
- perdarahanterlambat
- endometritisatau sisaplasenta(infeksi atautidak)
- Perdarahan segera(perdarahanintraabdominal dan atauvaginum)
- Nyeri perut berat
- Syok- Nyeri tekan perut- Denyut nadi ibu
cepat
- Robekandinding uterus(rupture uteri)
Sumber : Saifuddin, 2002
6. Pencegahan Dan Manajemen
a. Pencegahan Perdarahan Postpartum
(1) Perawatan masa kehamilan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasusyang
disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan
tidak saja dilakukan sewaktu bersalin tetapi sudah dimulai sejak ibu
hamil dengan melakukan antenatal care yang baik. Menangani anemia
dalam kehamilan adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi
atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk bersalin di
rumah sakit.
(2) Persiapan persalinan
Dilakukan pemeriksaan keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb,
golongan darah, dan bila memungkinkan sediakan donor darah dan
dititipkan di bank darah. Pemasangan kateter intravena dengan lobang
yang besar untuk persiapan apabila diperlukan transfusi. Pasien dengan
anemia berat sebaiknya langsung dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan
pada pasien dengan risiko perdarahan postpartum untuk menabung
darahnya sendiri dan digunakan saat persalinan.
(3) Persalinan
Setelah bayi lahir, lakukan massae uterus dengan arah gerakan circular
atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan
baik. Massae yang berlebihan atau terlalu keras terhadap uterus sebelum,
selama ataupun sesudah lahirnya plasenta bisa mengganggu kontraksi
normal myometrium dan bahkan mempercepat kontraksi akan
menyebabkan kehilangan darah yang berlebihan dan memicu terjadinya
perdarahan postpartum.
d. Berat badan janin
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. (kosin,
2008).
1) Pengertian
Berat lahir bayi adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama
setelah lahir.
2) Macam-macam
Berat badan bayi lahir dapat di bagi menjadi tiga kategori yaitu:
a. Berat Badan Lahir Rendah jika berat kurang dari 2500 gram tanpa
memandand masa getasi.
b. Berat Badan Lahir Normal bila berat antara 2500-4000 gram.
c. Bayi besar bila berat badan lahir lebih 4000 gram.
3) Faktor-faktor yang mempengarui berat bayi lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor melalui suatu
proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang
dapat mempemgarui berat bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Umur ibu hamil
Umur ibu erat kaitanya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur
20 tahun merupakan kehamilan beresiko tinggi, dan dua sampai empat kali
lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilam pada wanita yang cukup
umur(Sitorus, 1999 Setianingrun, 2005).
Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan
fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaanya belum
cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat
menangapi kehamilanya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.
Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang di lahirkan akan
semakin ringan (Setianingrum, 2005).
Meski kehamilan dibawah umur sangt beresiko tetapi kehamilan diatas usia
35 tahunjuga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.mengingat mulai usia ini
sering muncul penyakit hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit
degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Kesulitan
kehamilan di atas usia 35 tahun ini yakni bila ibu teryata mengindap
penyakit seperti diatas ditakutkan bayi lahir dengan membawa kelainan
(sitorus, 1999 dan setianingrum, 2005). Semakin muda dan semakin tua
umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan
giziyang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena
selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangnya dirinya sendiri
dan juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan
untuk umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang
melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung (Proverawati, 2009).
Mengimgat bahwa faktor umur memegang peranan pentig terhadap derajat
kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil serta bayi, maka sebaiknya
merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun (setianingrum,
2005).
b. Umur kehamilan
Umur kehamilan dapat menentukan berat badan janin, semakin tua umur
kehamilan maka berat badan janin akan semakin bertambah. Pada umur
kehamilan 28 minggu berat janin kurang lebih 1000 gram sedangkan
kehamilan 37-42 minggu berat janin diperkirakan mencapai 2500-3500
gram (Winkjosastro, 2005).
Kehamilam preterm maupun posterm mempengarui berat bayi, semakin
laama kehamilan berlangsung sehingga melampui usia ater, semakin besar
kemungkinanya bayi yang dilahirkan mengalami kekurangan nutrisi dan
gangguan kronis (Cunningham, 2002).
c. Status gizi hamil
Status gizi ibu pada waktu pembuhan dan selama hamil dapat mempengarui
pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Setianingrum, 2005).
Status gizi pada trimester pertama akan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuham embrio pada masa perkembangan dan pembentukan organ-
organ tubuh (organogenesis). Pada trimester ke II dan III kebutuhan janin
terhadap zat-zat gizi semakin meningkat jika tidak terpenuhi, plasenta akan
kekurangan zat makanan sehingga akan mengurangi kemampuanya dalam
mensistesis zat-zat yang dibutuhkan oleh janin. Untuk mengetahui status
gizi ibu hamil tersebut, dapat menggunakan berbagai cara antara lain:
dengan memantau berat badan selama hamil mengukur lingkar lenggan atas
(LILA). Dan mengukur kadar HB. Selain itu gizi ibu hamil menentukan
berat bayi yang dilahirkan, maka pemantaun gizi ibu hamil sangatlah
penting dilakukan, pengukuran antropometri merupakan salah satu cara
untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang
paling sering digunakan adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran
lingkar lenggan atas (LILA). Selama kehamilan (setianingrum, 2005).
Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat
badab yang rendah attau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling
tinggi untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus
menggalami kenaikan berat badan berkisar 11-12,5 kg atau 20% dari berat
badan sebelum hamil (Setianingrum, 2005). Kadar hemoglobine (Hb) ibu
hamil juga sangat mempengarui berat bayi yang dilahirkan. Menurut sitorus
(1999) dan setioningrum (2005) seorang ibu hamil ddikatakan menderita
anemia bila kada hemoglobine dibawah 11 gr/dl. Data deokes RI diketahui
bahwa lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu hamil
akan menambah resiko menambah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR),
Resiko perdaraan sebelum pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil menderita anemia berat (Depkes
RI, 2008). Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan
oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta terhadap
janin (Setianingrum, 2005).
d. Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan bertujuan unyuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan
bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui
apabila terjadi ganguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang dikandung.
Sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan (Depkes RI, 2000 dalam
Setianingrum, 2005).
e. Kehamilan ganda
Pada kehamilan kembar dengan distensi uterus yang berlebihan dapat
menyebabkan persalinan prematur dengan BBLR. Kebutuhan ibu untuk
pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi
seperti anemia hamil yang dapat menggangu pertumbuhan janin dalam
rahim (Datta, 2004).
C. Kerangka teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Putingtenggelam
Lama IMD
Bayi kurangsehat
BBLR
Puting terlalubesar
Prematur
Kolostumbelum
keluar/sudahkeluar
KetrampilanBreast care
ketrampilan
primipara
Bimbinganpetugas
pengetahuan
D. Kerangka Konsep
konsep Kerangka penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konesp-konsep yang ingin diamati di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan
dilakukan (Notoadmojo, 2005).
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah Pendidikan, Usia, Perdarahan Postpartum,
Berat badan janin
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah lama inisiasi menyusu dini.
Lama Inisiasi
Menyusu DiniPerdarahan
Postpartum
Berat Badan
Janin
Usia
Pendidikan
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian, patokan duga atau dahlil
sementara yang sebenarnya akan di buktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo,
2010).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan pendidikan dengan lama inisiasi memyusu dini
2. Ada hubungan usia dengan lama inisiasi menyusu
3. Ada hubungan perdarahan postpartum dengan lama inisiasi menyusu dini
4. Ada hubungan berat badan janin dengan lama inisiasi menyusu dini