bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. ASI eksklusif
a. Pengertian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk
jangka waktu setidaknya selama 6 bulan (Roesli, 2007, p.3).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,
tanpa tambahan cairan lain. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan
makanan pendamping ASI. ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2
tahun atau lebih (Kristiyansari, 2009, p.23).
ASI diberikan minimal 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI.
ASI tediri dari air, alfa laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino,
antibodi terhadap kuman, virus dan jamur. Antibodi yang terkandung
dalam air susu adalah Imunoglobulin A (Ig A), bersama dengan berbagai
sistem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, interleukin sitokin dan sebagainya
(Proverawati, 2010, p.3).
9
10
b. Proses pembentukan ASI
Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh
isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan tersebut
merangsang kelenjar yang ada di otak ibu untuk memproduksi sejumlah
prolaktin, yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran ASI.
Proses pengeluaran ASI juga bergantung pada let down reflex, yaitu
isapan pada puting yang dapat merangsang kelenjar sehingga
menghasilkan hormon oksitosin yang dapat merangsang dinding saluran
susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin
membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu
(ducts/milk canals) menuju reservoir susu (sacs) yang berlokasi di
belakang areola, lalu mengalir ke mulut bayi. Proses produksi, sekresi
dan pengeluaran ASI tersebut dinamakan laktasi (Khamzah, 2012, p.43-
44).
c. Komposisi dan nilai gizi ASI
1) Komposisi ASI
Komposisi ASI ternyata tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke
waktu. Komposisi ASI berlainan dengan kmposisi susu sapi karena
susu sapi disesuikan dengan laju pertumbuhan anak sapi dan susu ibu
disesuaikan dengan laju pertumbuhan anak manusia (Roesli, 2007,
p.24).
11
Menurut Kristiyansari (2009, p.9-10), komposisi ASI dibedakan
menjadi 3 macam yaitu :
a) Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna
kekuning-kuningan, dihasilkan pada hari pertama sampai hari
ketiga setelah bayi lahir, lebih kuning dibanding dengan ASI
mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak
dan sel-sel epitel. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir
sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan,
mengandung kadar protein yang tinggi, mengandung zat antibodi
sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit
infeksi.
b) ASI transisi / peralihan
ASI transisi merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari
keempat sampai hari kesepuluh. Banyak mengandung laktosa,
lemak, protein dan mineral.
c) ASI mature / matang
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.
ASI mature mengandung banyak energi, laktosa, lemak, protein
tinggi, mineral dan imunoglobin yang dibutuhkan oleh bayi sampai
6 bulan.
Menurut Ariani (2009, p.42), perbedaan komposisi ASI awal
(foremilk) dan ASI akhir (hindmilk) yaitu :
12
a) Foremilk
ASI yang berwarna bening ini diproduksi pada awal penyusuan
dalam satu periode menyusui. Susu awal dihasilkan dalam jumlah
banyak. Jenis ASI ini memberi banyak protein, laktosa, zat-zat gizi
dan semua kebutuhan air bayi untuk memuaskan dahaga sang bayi.
Sehingga, bayi tidak perlu lagi diberi air tambahan sebelum berusia
6 bulan, bahkan sekalipun tinggal di daerah beriklim panas.
b) Hindmilk
Susu akhir diproduksi pada akhir penyusuan. Lemak tambahan
yang terkandung didalamnya menyebabkan cairan ini terlihat lebih
putih dibanding susu awal. Bayi mendapatkan sebagian energi dari
lemak. Sehingga, penting sekali untuk memastikan bayi
mendapatkan ASI akhir dengan tidak menghentikan bayi menyusu
terlalu cepat. Sebaiknya, bayi dibiarkan menyusu sampai dia
mendapatkan semua susu akhir yang dibutuhkan.
2) Nilai gizi ASI
Menurut Khamzah (2012, p.57-62), komponen gizi dalam ASI
adalah sebagai berikut :
a) Karbohidrat
Karbohidrat terbanyak yang ada dalam ASI adalah laktosa.
Laktosa diperlukan dalam pertumbuhan otak. Laktosa juga
berfungsi mempertinggi penyerapan kalsium. Selain berfungsi
sebagai sumber enegi, laktosa juga terdapat didalam usus yang
13
diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat bermanfaat
mencegah bakteri yang tidak diinginkan.
b) Protein
Kandungan protein ASI dalam ASI cukup tinggi. Protein yang
terdapat pada ASI dan susu sapi terdiri atas protein whey dan
casein. Didalam ASI lebih banyak terdapat protein whey yang lebih
mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan casein cenderung lebih
susah dicerna oleh usus bayi, yang banyak terkandung dalam susu
sapi.
c) Lemak
Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu
sapi atau susu formula. Lemak omega 3 dan omega 6 banyak
ditemukan dalam ASI yang berperan dalam perkembangan otak.
Demikian juga dengan Docosahexaenoic Acid (DHA) dan
Arachidonic Acid (ARA) hanya terdapat dalam ASI, yang berperan
dalam perkembangan jaringan saraf dan retina mata. ASI juga
mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh yang seimbang, yang
sangat baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
d) Karnitin
Karnitin dalam ASI sangat tinggi. Karnitin berfungsi
membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh.
14
e) Vitamin
ASI mengandung vitamin K, vitamin D, vitamin E dan vitamin
A. Vitamin K berfungsi sebagai faktor pembekuan darah. Vitamin
D yang terkandung didalam ASI hanya sedikit, sehingga selain
diberi ASI eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar
sinar matahari pagi. Vitamin E yang cukup tinggi, terutama pada
kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi vitamin E untuk ketahanan
dinding sel darah merah. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan
mata, mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan
pertumbuhan.
f) Vitamin yang larut dalam air
Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat dalam
ASI. Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan asam folat.
Kadar vitamin B1 dan vitamin B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi
vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah, terutama pada ibu
yang kurang gizi.
g) Mineral
Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan
mudah diserap dibandingkan dengan mineral yang terdapat dalam
susu sapi. Bayi yang mendapat ASI eksklusif sangat kecil
resikonya kekurangan zat bezi, meskipun kadar zat besi dalam ASI
rendah. Hal ini dikarenakan zat besi yang terdapat dalam ASI lebih
mudah diserap daripada yang terdapat dalam susu sapi.
15
d. Manfaat ASI eksklusif
Menurut Kristiyansari (2009, p.15-22), memberikan ASI pada bayi
sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu minimal sampai bayi
berusia 2 tahun. Adapun manfaat pemberian ASI adalah :
1) Bagi bayi
a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang
mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik
setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas.
b) Mengandung antibodi yang dibutuhkan oleh bayi. Mekanisme
pembentukan antibodi pada bayi adalah sebagai berikut : apabila
ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibodi
dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limfosit. Antibodi di
payudara disebut Mammae Associated Immunocompetent
Lymphoid Tissue (MALT).
c) ASI mengandung komposisi yang tepat yaitu dari berbagai bahan
makanan yang baik untuk bayi yaitu terdiri dari proporsi yang
seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan
untuk kehidupan 6 bulan pertama.
d) Mengurangi kejadian karies dentis pada bayi. Insiden karies dentis
pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding
yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan
dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama
16
kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang
terbentuk akan merusak gigi.
e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi. Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk
perkembangan bayi, kontak kulit ibu kekulit bayi yang
mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun social yang
lebih baik.
f) Terhindar dari alergi, pada bayi baru lahir sistem Imunoglobulin E
(Ig E) belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang
aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek alergi. Pemberian protein asing yang ditunda
sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.
g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi. Lemak pada ASI adalah
lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-
sel otak, sehingga jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif
akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga
menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel
saraf otak.
h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara. Telah
dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah
kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan
botol dan dot.
17
2) Bagi ibu
a) Menyusui dapat membantu wanita mengurangi berat badan
tambahan yang diperoleh sewaktu hamil.
b) Membantu rahim kembali ke ukuran normal dengan lebih cepat.
c) Melindungi wanita dari kanker payudara kelak.
d) Menyusui juga dapat mengurangi risiko patah tulang pinggul dan
kanker ovarium kelak.
e) Melindungi kesehatan ibu (mengurangi pendarahan pasca
persalinan, mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur,
mengurangi anemia).
f) Memperpanjang kehamilan berikutnya.
g) Menghemat waktu (Arini, 2012, p.26-27).
3) Bagi keluarga
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan
untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
Kecuali itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang
mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya
berobat.
b) Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,
sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
18
c) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan
kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol
dan dot yang harus dibersihkan serta minta pertolongan orang lain
(Kristiyansari, 2009, p.20).
4) Bagi negara
a) Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan
menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
b) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah mencret dan
sakit saluran napas.
c) Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.
d) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas untuk membangun negara.
e) Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari
kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi
Indonesia (Roesli, 2007, p.15).
e. Tujuh langkah keberhasilan ASI eksklusif
Menurut Roesli (2007, p.37), langkah-langkah yang terpenting dalam
persiapan keberhasilan menyusui secara eksklusif adalah sebagai berikut:
1) Mempersiapkan payudara, bila diperlukan.
2) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.
3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya.
19
4) Memilih tempat melahirkan yang “Sayang bayi” seperti “Rumah sakit
sayang bayi” atau “Rumah bersalin sayang bayi”.
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara
eksklusif.
6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan atau
konsultasi laktasi (lactasion consultan), untuk persiapan apabila kita
menemui kesukaran.
7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.
f. ASI eksklusif dan ibu bekerja
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara
eksklusif selama paling sdikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan,
meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar
tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan dukungan lingkungan
kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara
eksklusif.
Memberi ASI eksklusif, tidak saja merupakan hal yang terbaik bagi
bayi tetapi juga hal yang menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini
didukung oleh bukti secara ilmiah bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif
akan lebih sehat. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan tiga kali lebih
sering dirawat daripada bayi ASI eksklusif. Ini berarti bayi ASI eksklusif
lebih jarang dibawa ke Dokter sehingga ibu lebih jarang meninggalkan
pekerjaan (Roesli, 2007, p.38).
20
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
Menurut Soetjiningsih (1997), dikutip Arini (2012, p.75), adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah :
1) Faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan
keluarga dan status kerja ibu)
2) Faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan
batin)
3) Faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misalnya mastitis dan sebagainya)
4) Faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang
mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif.
Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif
sangat bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai
berikut (Roesli, 2007, p.46-47) :
1) ASI tidak cukup
2) Ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan
3) Takut ditinggal suami
4) Tidak diberi ASI tetap berhasil “ Jadi orang”
5) Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja
6) Susu formula lebih praktis
7) Takut badan tetap gemuk
21
h. Cara menyusui yang benar
Menurut Kristiyansari (2009, p.39-44), usahakan memberikan ASI
dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi. Buatlah kondisi ibu
senyaman mungkin. Selama beberapa minggu pertama, bayi perlu diberi
ASI setiap 2,5-3 jam sekali. Bayi menghisap secara naluriah, akan tetapi
pada awalnya mungkin dia mengalami kesulitan menemukan puting
ibunya. Cara menolong yang paling mudah adalah dengan menempelkan
pipinya ke payudara. Lalu, masukkan puting kemulut bayi. Pastikan bayi
menghisap seluruh area gelap dari payudara (areola) dan bukan hanya
putingnya saja. Selesai menghisap payudara tersebut, pindahkan dia ke
payudara yang satu lagi sampai selesai menyusu. Adapun langkah-
langkah menyusui yang benar sebagai berikut :
1) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudia dioleskan pada
puting dan sekitar kelang payudara. Cara ini bermanfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara
a) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
b) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
22
c) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu
didepan
d) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
e) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
f) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang
3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menipang
dibawah, jangan menekan puting susu
4) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan
cara :
a) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
b) Menyetuh sisi mulut bayi
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi
a) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut
bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan yang
terletak dibawah kalang payudara. Posisi salah yaitu apabila bayi
hanya menghisap pada puting saja, akan mengakibatkan masukan
ASI yang tidak adekuat dan puting lecet.
b) Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu dipegang atau
disangga.
23
i. Cara memerah dan menyimpan ASI perah
Cara memerah dan menyimpan ASI menurut Novianti (2009, p.111-
117) sebagai berikut :
1) Cara memerah ASI
Memerah ASI biasanya dilakukan ketika ibu tidak dapat menyusui
secara langsung, misalnya kerena sedang sakit, perlu istirahat atau
karena bayi sudah bisa diberi makanan tambahan pendamping ASI.
Bisa juga karena ibu tidak dapat bersama bayi akibat harus bekerja di
kantor atau pergi ke luar kota.
Ibu yang bekerja biasanya memilih untuk memberikan susu
formula kepada bayi. Padahal masalah ini bisa diatasi dengan cara
memerah ASI menggunakan berbagai jenis alat bantu. Adapun
langkah-langkah memerah ASI sebagai berikut :
a) Mencuci tangan dengan sabun hingga bersih tiap kali hendak
memerah ASI
b) Ibu hanya perlu mencuci payudara satu kali dalam sehari
c) Usahakan agar ibu merasa nyaman
d) Peganglah wadah dibawah puting dan areola
e) Letakkan ibu jari diatas payudara, setidaknya 4 cm dari putting dan
telunjuk dibagian bawah payudara bersebrangan dengan ibu jari
f) Tekan dan lepas jaringan payudara antara jari tangan serta ibu jari
beberapa kali
24
g) Bila ASI belum keluar ibu perlu mengubah posisi ibu jari dan jari
lainnya lebih dekat ke arah puting dan kembali menekan dan
melepas seperti sebelumnya
h) Lakukan tekan dan lepas disekeliling payudara
i) Perah satu payudara hingga aliran ASI melambat dan hanya keluar
tetesan
j) Memerah payudara secara bergantian 5 atau 6 kali, selama
setidaknya 20-30 menit.
k) Hentikan memerah bila sejak awal ASI hanya menetes dan
bukanya mengalir
2) Cara menyimpan ASI perah
Simpanlah ASI di lemari es bawah atau dibagian freezer. Sekali
dihangatkan, semua ASI yang tersisa harus dibuang. Jangan lupa
untuk menuliskan tanggal pada ASI yang ibu simpan. ASI dapat
disimpan selama 72 jam didalam kulkas atau tiga bulan didalam
freezer (penyimpanan ini dapat mengurangi jumlah antibodi dalam
ASI).
j. Cara memberikan ASI
Rendamlah ASI di air panas sampai mencair seluruhnya. Periksalah
suhu ASI sebelum diminumkan kepada bayi dengan cara meneteskannya
ke punggung tangan. Setelah itu berikan ASI sesegera mugkin. Perlu
diingat, jangan melelehkan atau menghangatkan ASI di microwave
25
karena banyak zat penting dalam ASI yang akan hancur. Selain itu panas
yang ditimbulkan dari microwave pun tidak rata sehingga dikhawatirkan
akan berbahaya bagi bayi karena terlalu panas (Novianti, 2009, p.117-
118).
2. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi. Teori perilaku adalah teori yang
menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang (Wawan dan Dewi,
2011, p.48).
Menurut Notoatmodjo (2007, p.133), perilaku adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
adalah merupakan reaksi seseorang terhadap suatu rangsangan yang
diberikan baik dari dalam diri seseorang, maupun dari luar atau
lingkungannya.
26
b. Bentuk perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon
organisme atau sesorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek
tersebut. Respon ini berbentuk 2 macam yakni (Wawan dan Dewi, 2011,
p,54) :
1) Bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi didalam diri
manusia dan tidak secara langsung terlihat oleh orang lain.
2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung.
Menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2007, p.140) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007, p.16-
17), perilaku dipengaruhi 3 faktor yaitu:
1) Faktor predisposisi (Predisposing factors)
27
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,
tingkat pendidikan,tingkat sosial, ekonomi dan sebagainya.
2) Faktor pemungkin (Enambling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swata dan
sebagainya.
3) Faktor penguat (Reinforcing faktors)
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat
(toma), tokoh agama (toga), para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan,
baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan.
c. Proses perubahan perilaku
Gejala-gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk
perilaku manusia tersebut antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo,
2007, p.152) :
28
1) Pengamatan adalah pengelanan objek dengan cara melihat,
mendengar, meraba, membau dan mengecap
2) Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu
objek.
3) Tanggapan adalah setelah melakukan pengamatan maka akan terjadi
gambaran yang tinggal dalam ingatan
4) Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan
yang telah ada.
5) Ingatan adalah kemempuan untuk menerima, menyimpan dan
memproduksikan kesan.
6) Berpikir adalah aktifitas yang sifatnya idealistis yang
mempergunakan abstraksi-abstraksi.
7) Motif/motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang
yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan tertentu guna
mencapai suatu tujuan.
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan hanya dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu.
perlu dibedakan disini antara pengetahuan dan keyakinan, walaupun
keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Baik pengetahuan
maupun keyakinan, keduanya merupakan respons mental seseorang
29
dalam hubungannya objek tertentu yang disadari sebagai ada atau terjadi
(Notoatmodjo, 2010, p.1).
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung 2 aspek
yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek
yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap
objek tertentu (Wawan dan Dewi, 2011, p.12)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga)
dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2005, p.50).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancaindranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan
kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition) dan penerangan-
penerangan keliru (misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia
(Mubarak, 2011, p.81).
30
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah suatu informasi yang didapat oleh manusia melalui
proses belajar dan pengindraan seseorang terhadap suatu hal.
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif mempunyai
enam tingkatan sebagai berikut (Mubarak, 2011, p.83-83) :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali (recall)
materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan
atau rangsangan yang telah diterima.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikannya secara luas.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan
masih didalam suatu struktur organisasi tersebut.
31
5) Sintesis (synthesis)
Sintesia diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
c. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
diatas (Notoatmodjo, 2007, p.142).
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan dan Dewi (2010, p.18),
pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan
skala yang bersifat kualitatif:
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor 76%-100% dari jawaban benar
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75% dari jawaban benar
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56% dari jawaban benar
32
d. Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005, p.10-18), dari berbagai macam cara
yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1) Cara tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum dikemukakannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain menjadi:
a) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum ada peradaban. Cara coba salah ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah
dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba (Wawan
dan Dewi, 2011, p.14).
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang,
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun
dari generasi ke generasi berikutnya (Notoatmodjo, 2005).
33
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang
cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik.
Sebaliknya, jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara
psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan
membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman yang
baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam
kehidupannya (Mubarak, 2011, p.83).
2) Cara modern atau cara ilmiah
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau
disebut metodologi penelitian (Wawan dan Dewi, 2011, p.15).
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki
seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Wawan dan
Dewi, 2010, p.16-18) :
1) Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
34
diperlukan untuk mendapat informasi hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan kelurganya
menurut Nursalam (2001) yang dikutip oleh Arini (2012, p.49)
Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan
dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan
dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini
disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah memiliki akses
yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk
mendapatkan informasi tentang pemberian ASI eksklusif (Arini,
2012, p.49).
c) Umur
umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan
dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. menurut Nursalam (2001) yang dikutip Arini (2012, p.43).
Pada primipara dengan usia 35 tahun ke atas dimana produksi
hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun,
35
sedangkan pada usia remaja (12-19 tahun) harus dikaji pula secara
teliti karena perkembangan fisik, psikologis, maupun sosialnya
belum siap sehingga dapat mengganggu keseimbangan psikologis
dan dapat mempengaruhi dalam produksi ASI (Arini, 2012, p.44).
2) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap
pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita
hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap kita (Mubarak, 2011, p.84).
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan dan
Dewi, 2011, p.18)
4. Pendidikan
a. Pengertian pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
36
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik)
untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2005, p.26).
Pendidikan adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau
mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan,
ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007, p.16).
b. Menurut tingkatan pendidikan
Menurut UU No. 20 tahun 2003, ditinjau dari tingkatnya jenjang
pendidikan terdiri dari :
1) Pendidikan dasar
a) Sekolah Dasar (SD)
b) Madrasah Ibtidaiyah (MI)
c) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
d) Madrasah tsanawiyah (MTs)
2) Pendidikan menengah
a) Sekolah Menengah Atas (SMA)
b) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
c) Madrasah Aliyah (MA)
37
d) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
3) Pendidikan tinggi
a) Akademi
b) Politeknik
c) Sekolah tinggi
d) Institut
e) Universitas
5. Motivasi
a. Pengertian motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.
Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau needs atau
want. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu
ditanggapi atau direspon (Notoatmodjo, 2007, p.218).
Menurut Terry G (1986) dalam Notoatmodjo (2007, p.218), motivasi
adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku).
Sedangkan menurut Stooner (1992) dalam Notoatmodjo (2007, p.219),
mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan
dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. Oleh sebab itu
motivasi adalah suatu alasan seseorang untuk bertindak dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2007, p.219).
38
Tingkah laku seseorang dipengaruhi serta dirangsang oleh keinginan,
kebutuhan, tujuan dan kepuasannya. Rangsangan timbul dari diri sendiri
(internal) dan dari luar (eksternal). Rangsangan material dan nonmaterial
ini akan menciptakan motif dan motivasi yang mendorong orang bekerja
(beraktivitas) untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari hasil
kerjanya. Motif dapat diartikan driving force yang menggerakkan
manusia untuk bertingkah laku dan berbuat dengan tujuan tertentu
(Hasibuan, 2005, p.218).
b. Teori motivasi
Teori motivasi menurut Maslow dalam Notoatmodjo (2007, p.224-
228), mendasarkan pada kebutuhan manusia yang dibedakan antara
kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis atau disebut kebutuhan
materil (biologis) dan kebutuhan non materi (psikologis). Maslow
mengembangkan teorinya setelah ia mempelajari kebutuhan-kebutuhan
manusia itu bertingkat-tingkat atau sesuai dengan hierarki. Teori
tingkatan kebutuhan menurut Maslow tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan rasa aman
3) Kebutuhan sosialisasi atau afiliasi dengan orang lain
4) Kebutuhan akan penghargaan
5) Kebutuhan aktualisasi diri
39
Teori motivasi menurut Herzberg dalam Notoatmodjo (2007, p.223-
224), menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam tugas atau pekerjaannya, yaitu:
1) Faktor-faktor penyebab kepuasan atau faktor motivasional. Faktor
penyebab kepuasan ini menyangkut kebutuhan psikologis seseorang
yang meliputi serangkaian kondisi intrinsik. Faktor motivasional ini
mencakup prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kesempatan untuk
maju dan pekerjaan itu sendiri.
2) Faktor-faktor penyebab ketidakpuasan atau faktor higiene. Faktor-
faktor ini menyangkut kebutuhan akan pemeliharaan yang merupakan
hakikat manusia yang ingin memperoleh kesehatan badaniah. Faktor
higiene yang menimbulkan ketidakpuasan kerja yaitu kondisi kerja
fisik, hubungan interpersonal, kebijakan dan administrasi perusahaan,
pengawasan,gaji dan keamanan kerja.
Teori motivasi menurut Mc Clelland dalam Notoatmodjo (2007,
p.219), mengatakan bahwa dalam diri manusia ada dua motivasi yakni
motif primer atau motif yang tidak dipelajari dan motif sekunder atau
motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan orang
lain. Oleh karena motif sekunder timbul karena interaksi dengan orang
lain maka motif ini sering disebut motif sosial. Sedangkan motif primer
secara alamiah timbul pada setiap manusia secara biologis.
40
c. Jenis-jenis motivasi
Adapun jenis-jenis motivasi yang dapat mempengaruhi seseorang
menurut Hasibuan (2005, p.222) yaitu :
1) Motivasi positif (insensif positif) memotivasi dengan memberikan
hadiah, dengan motivasi positif ini semangat atau dorongan akan
meningkat.
2) Motivasi negatif (insensif negatif) memotivasi dengan memberikan
hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat atau dorongan dalam
jangka waktu pendek akan meningkat tetapi untuk jangka panjang
dapat berakibat kurang baik.
d. Metode-metode motivasi
Metode-metode yang digunakan untuk memberikan dorongan pada
seseoang menurut Hasibuan (2005, p.222) yaitu :
1) Metode langsung (direct motivasion), adalah motivasi yang diberikan
secara langsung kepada setiap individu untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian,
penghargaan, bonus dan lain sebagainya.
2) Metode tidak langsung (indirect motivasion), adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta
menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas atau pekerjaannya.
41
B. Kerangka teori
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai
berikut:
Sumber: Modifikasi teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo
(2007) dengan Notoatmodjo (2007).
Bagan 2.1 : Skema Kerangka Teori
Proses perubahan
perilaku :
1. Pengamatan
2. Perhatian
3. Tanggapan
4. Fantasi
5. Ingatan
6. Berpikir
7. Motif /
motivasi
Faktor predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Tradisi
5. Pendidikan
6. Ekonomi
7. Sosial
Faktor pemungkin :
Ketersediaan sarana
dan prasarana atau
fasilitas kesehatan
Memberikan
ASI
eksklusif
Faktor penguat:
Sikap dan perilaku
tokoh masyarakat,
tokoh agama dan para
petugas kesehatan
Proses perubahan perilaku :
1. Pengamatan
2. Perhatian 3. Tanggapan 4. Fantasi 5. Ingatan 6. Berpikir 7. Motif /
motivasi
42
C. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-
penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005, p.69).
Kerangka konsep dalam penelitian ini yaitu:
Variabel bebas Variabel terikat
Bagan 2.2 : Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan pendidikan dengan motivasi ibu untuk memberikan ASI
eksklusif.
2. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif dengan
motivasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
Motivasi ibu untuk memberikan ASI
eksklusif
Pengetahuan
Pendidikan