bab ii tinjauan pustaka ii.1 konsep asuhan keperawatan

18
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial II.1.1 Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan orang lain (Kliat,1999).Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.(Darmawan dan Rusdi, 2013 hlm 34). 1. Faktor Predisposisi Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial : a. Faktor perkembangan Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampain dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadi nya menarik diri. Organisasi - - www.lib.umtas.ac.id Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya - -

Upload: others

Post on 27-Nov-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

II.1.1 Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Klien mungkin merasa di tolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain.Isolasi sosial merupakan upaya klien

untuk menghindari interaksi dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan

orang lain (Kliat,1999).Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi

dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai

kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.(Darmawan dan Rusdi, 2013

hlm 34).

1. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi

sosial :

a. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi

sampain dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga

mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang

terganggu juga dapat mempengaruhi terjadi nya menarik diri. Organisasi

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

6

anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk

mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara

kelainan jiwa dan stres keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat

mengurangi masalah respon menarik diri. (Dermawan dan Rusdi,

2013:38)

b. Faktor biologis

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial mal adaktif.

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan

struktur otak, seperti atropi pembesaran pentrikel penurunan berat dan

volume otak serta perubahan limbik di duga dapat menyebabkan

gangguan jiwa. ( Dermawan dan Rusdi, 2013 :38)

c. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini

merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan

terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang

tidak produktif seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.

Perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya

mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan

faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Darmawan dan Rusdi,

2013 :38).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

7

2. FaktorPresipitasi

Faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan

alamperasaan adalah:

a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk

kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri,

karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka

konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu

episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang

di hadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Peran dan ketegangan peran telah di laporkan mempengaruhi deperesi

terutama pada wanita.

d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai macam fisik

seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat

mencetus gangguan alam perasaan. ( Darmawan dan Rusdi, 2013 :37).

3. Penilaian Stresor

a. Kognitf

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain.

2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain respon verbal kurang

dan sangat singkat.

3) Hubungan yang tidak berarti dengan orang lain tidak mampu

berkonsentrasi dan membuat keputusan verbal kurang dan sangat

singkat.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

8

b. Afektif

1) Kurang energi

2) Aktifitas menurun

3) Banyak berdiam diri di kamar

4) Kurang spontan

5) Tidak mau bicara

4. Fisiologis

a. Ekspresi wajah kurang berseri

b. Kontak mata kurang

c. Ekspresi datar dan dangkal

5. Perilaku

a. Postur tubuh berubah, misalnya janin (khususnya pada posisi tidur)

b. Apatis ( acuh terhadap lingkungan)

c. Mengisolasi diri

d. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

e. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan

6. Sosial

a. Rendah diri

b. Merasa di tolak

c. Merasa tidak berguna

d. Tidak yakin dapat melangsungkan hidup (Dermawan dan Rusdi, 2013

:36-37).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

9

7. Sumber Koping

Sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam

hubungan yang luas dalam hubungan keluarga dan teman, hubungan dengan

hewan peliharaan, menggunakan kratifitas untuk mengekspresikan stres

interpersonal seperti : kesenian musik atau tulisan. Menurut staurt and

sundeen, 1999 dalam Dermawan Rusdi, 2013).

8. Mekanisme koping

Mekanisme koping di gunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan

yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Kecemasan koping yang sering di gunakan adalah regrasi, represi, dan

isolasi (Dermawan dan Rusdi, 2013:40).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

10

9. Rentang Respon

Rentang Respon Neurobiologist

Respon adaptif Respon

Maladaptif

Menyendiri(solitude) Merasa sendiri Manioulatif

Otonomi Menarik diri Infulsif

Bekerjasama Tergantung (dependen) Narcissism

Saling Tergantung

( Dermawan dan Rusdi, 2013 :35)

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelasikan

masalah yang masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang

umum berlaku.Respon ini meliputi:

1) Menyendiri /solitude : respon seseorang untuk merenungkan apa

yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi

diri untuk merenungkan apa yang telah di lakukan di lingkungan

sosial nya dan cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-

langkah selanjutnya.

2) Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3) Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal dimana individu

mampu untuk saling memberi dan menerima

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

11

4) Saling tergantung : suatu hubungan saling tergantung antara

individu dengan orang lain dalam membina hubungan

interpersonal.

b. Respon mal adaktif adalah respon individu dalam menyelesaikan

masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya

lingkungannya. Respon yang sering di temukan :

1) Manipulasi : orang lain di berlakukan sebagai obyek, hubungsn

terpusat pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri

sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.

2) Impulsif : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu

belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan.

3) Narkisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan

dan pujian, sifat egosentris, pencemburu, marah bila orang lain

tidak mendukung. (Dermawan dan Rusdi, 2013 :35)

II.1.2 Pengakajian Isolasi Sosial

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan

yang sistematis dalam pengumpilan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi

dan mengindentifikasimstatus kesehatan klien. (Abdul Muhith, 2015:4) . Adapun

pengkajian meliputi :

1. Identitas klien meliputi biodata pasien.

2. Keluhan utama

Setelah dilakukan wawancara dan observasi, muncul data subyektif dan

obyektif dari hasil wawancara dan observasi (Ah Yusuf,dkk, 2015 :106)

(Dermawan dan Rusdi, 2013:42).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

12

a. Data subyektif (DS)

1) Merasa ingin sendiri

2) Merasa tidak aman di tempat umum dan lingkungan

3) Merasa berbeda dengan orang lain

4) Merasa asik dengan pikiran sendiri

5) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas

b. Data Obyektif (DO)

1) Menarik diri

2) Menolak berinteraksi dengan orang lain

3) Afek datar

4) Afek sesih

5) Tidak ada kontak mata dan sering nunduk. (DPP.PPNI.SDKI,2017)

c. Faktor biologis

d. Faktor genetik

Beperan dalam respon sosial maladaktif, keteterlibatan kelainan struktur otak,

sepeti atropi, pembesaran pentrikel, penurunan berat dan volume otak serta

perubahan limbik, perubahan organ tubuh yang mempengaruhi, seperti BB

menurun, TD rendah, nadi lemah, keadaan fisik melemah,biasanya karna klien

isolasi sosial tidak memperhatikan sekitar tidak mau makan, tidak peduli dengan

penampilannya hanya mengurung diri,kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ

serta jelaskan dengan kondisi yang sesuai dengan keluhan yang ada. Pada

pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu,

respirasi, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien. (Dermawan dan

Rusdi, 2015 :38)(Rizki, 2019)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

13

e. Aspek Psikososial

Terjadinya gangguan hubungan sosial akibat dari norma yang tidak mendukung

pendekatan dengan orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang

tidak produktif, prilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya

mayoritas, harapan yang tidak realistis terhadap hubungan, yang perlu dikaji

dalam faktor psikososial yaitu :

1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi

Untuk mengkaji adanya anggota keluarga yang lain yang mengalami

gangguan jiwa ataubila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka

akan terjadipenyakit yang sama pada anggota keluarganya,ada atau

tidaknyapola komunikasi yang terganggu, pola asuh, klien tinggal dalam

satu rumah dengan siapa, genogram dilihat dari 3 generasi sebelumnya.

2) Konsep diri

Mengkaji citra tubuh berisi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh

yang disukai tidak disukai, biasanya klien mudah kecewa, putus asa dan

menutup diri. Identitas diri berisikan status pasien laki-laki atau

perempuan,puas terhadap posisinya.Peran diri berisikan bercirita tentang

tugas yang di jalaninya di dalam keluarga maupun masyarakat. Ideal diri

berisikan tentang harapan pasien terhadap penyakitnya, harapan pasien

terhadap tubuhnya, posisi, status dan tugas peran, biasanya gambaran diri

negatif. Harga diri berisi tentang cara pasien memamdang dirinya, orang

lain sesuai dengan kondisi penghargaanorang lain terhadap diri dan

kehidupannya, biasanya pasien mengalami harga diri rendah. Hubungan

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

14

sosial biasanya pasien dengan isolasi sosial apatis dan tidak mempunyai

orang terdekat.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dengan kehidupan

kelompok yang diikuti di masyarakat.

Biasanya pasien isolasi apatis terhadap lingkungannya dan tidak

mempunyai orang terdekat.

4) Spiritual tentang nilai, keyakinan, dan kegiatan keagamaan.

Biasanya nilai-nilai keyakinan terhadap agama kurang sekali. Kegiatan

ibadah klien sebelumnya ibadah di rumah namun saat sakit ibadah

tergangguDermawan dan Rusdi, 2015 : 38,43)

II.1.3 Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial behubungan dengan ketidak mampuan menjalin hubungan

yang memuaskan di tandai dengan tidak berminat/ menolak berinteraksi dengan

orangan lain. Klien merasa ingin sendiri( PPNI,SDKI.2017).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

12

II.1.4 Tabel Perencanaan

Perencanaan Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Isolasi sosial

berhubunhan dengan

ketidak mampuan

menjalin hubungan yang

memuaskan di tandai

dengan tidak berminat/

menolak berinterasksi

dengan orang lain klien

merasa ingin sendiri.

DO :

1. Menarik diri

2. Menolak berinteraksi

dengan orang lain

3. Afek datar

4. Tidak ada kontak

mata

DS :

1. Merasa ingin sendiri

2. Merasa tidak aman di

tempat umum atau

lungkungan

3. Merasa berbeda

dengan orang lain

4. Merasa tidak

mempunyai tujuan

yang jelas

1. Kualitas hubungan sosial

yang cukup meningkat. Setelah3x interaksi klien

menunjukan interaksi

sosial dengan kriteria hasil:

1. Perasaan nyaman

dengan situasi sosial

meningkat

2. Perasaan mudah

menerima

mengkomunikasikan

perasaan meningkat

3. Responsif pada orang

lain meningkat

4. Minat melakukan

kontak emosi

meningkat

5. Minat melakukan

kontak fisik

meningkat

6. Vervalisasi kasih

sayang meningkat

7. Kontak mata

meningkat

8. Ekspresi wajah

responsif meningkat

1. Dukungan emosional

2. Edukasi manajemen stress

3. Dukungan keluarga

4. Dukungan penampilan peran

5. Promosi dukungan social

6. Promosi komunikasi efektif

7. Modifikasi prilaku keterampilan

social

1. Agar klien mampu berinteraksi

2. Supaya klien mengetahui dan

mampu mengontrol stress

3. Agar klien tidak merasa sendiri

perlu ada dukungan keluarga

4. Agar klien tidak merasa gagal

dalam penampilan peran

5. Agar klien selalu ada teman

6. Agar klien mampu

berkomunikasi dengan

lingkungan sekitar

7. Agar klien mampu

mengembangkan

keterampilannya

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

13

2. Kemampuan

mempertahankan

keutuhan persepsi

terhadap diri membaik

Setelah 3x interaksi klien

kemampuan

mempertahankan keutuhan

terhadap diri membaik

dengan kriteria hasil :

1. Frilaku konsisten

memingkat

2. Hubungan yang efektif

meningkat

3. Strategi koping efektif

meningkat

4. Penampilan peran

efektif meningkat

5. Perasaan fluktuaktif

terhadap diri menurun

6. Perasaan terhadap diri

membaik

1. Promosi dukungan keluarga

2. Promosi harapan

3. Promosi hubungan positif

4. Modifikasi keterampilan social

5. Promosi kesadaran diri

1. Agar klien mau menyebutkan

penyebab terjadinya menarik

diri

2. Agar klien tidak merasa sendiri

3. Agar klien kembali memili

semua harapan

4. Agar klien bisa membina

hubungan saling percaya

5. Agar klien mampu

mengembangkan

keterampilannya

6. Agar klien mampu mengenal

dirinnya sendiri

3. Perasaan positif terhadap

diri sendiri atau

kemampuan terhadap

respon saat ini meningkat

Setelah 1x interaksi klien

prasaan positif terhadap

diri sendiri atau

kemampuan terhadap

respon saat ini meningkat :

1. Penilaian diri positif

meningkat

2. Minat mencoba hal

baru meningkat

3. Perasaan memiliki

kelebihan atau

kemampuan meningkat

4. Konsentrasi meningkat

5. Gairah aktifitas

meningkat

1 Beri dukungan keyakinan

1. Promosi kepercayaan diri

2. Promosi kesadaran diri

3. Manajemen prilaku

4. Manajemen stres

5. Penerapan terapi seni

1. Agar klien mampu percaya

pada dirinya sendiri

2. Agar klien lebih percaya diri

3. Agar klien mampu

membangun kepercayaan

dirinya

4. Kembali pada prilaku semula

5. Bisa mengontrol stress

6. Untuk membangun

kepercayaan diri klien dengan

pemberian terapi seni

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

14

4. Klien dapat menerapkan

terapi musik

Setelah 3x interaksi klien

dapat mengikuti perintah :

1. Klien dapat mengikuti

perintah

2. Klien mampu

mengungkapkan

persaan setelah

mendengar terapi

musik

3. Klien membuat

kegiatan untuk

berinteraksi dengan

orang lain

1. Instrusikan pasien untuk mengikuti

perintah

2. Tanyakan bagaimana perasaan

setelah melakukan terapi musik

3. Tuntun pasien dalam berinteraksi

dengan orang lain

4. Buat jadwal untuk terapi muasik

dan latihan cara berinteraksi

1.Untuk meningkatkan kemampuan

klien

2. Untuk mengalihkan pikiranya ke

hal yang positif

3.Untukmempercepat penyembuhan

isolasi sosial

4. Untuk melatih pasien secara rutin

(PPNI.SDKI.SLKI.SIKI,2018)

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

15

II.1.5 Implementasi

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada keluarga klien yang

mengalami gangguan jiwa isolasi sosial:

1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya isolasi sosial

2. Memberikan terapi musik

3. Membina hubungan saling percaya antara perwat dan pasien

4. Melatih cara berinteraksi berkomukasi dengan lingkungan sekitar.

II.1.6 Evaluasi

1. Evaluasi kemampuan pasien

a. Pasien menunjukan kemampuan dalam berinteraksi

b. Pasien menunjukan rasa percaya diri

c. Pasien mampu mengungkapkan perasaan setelah pemberian terapi.

II.2. Terapi Musik

II.2.1 Pengertian

Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang

terorganisasi,terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timbre), bentuk dan gaya.

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidak mampuan yang

dialami seseorang.Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi,musik dapat

meningkatkan pemulihan, kesehatan fisik, mental ,emosional, sosial dan spiritual

dari setiap individu.Hal ini di karna kan musik memiliki beberapa kelebihan,seperti

bersifat universal, nyamam, menyenangkan dan tersetruktur. (Setyoadi, 201:43)

Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak yang

dalam keadaan stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan efektif. Musik tidak

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

16

membutuhkan otakmuntuk berpikir maupun menginterpretasi,tidak pula di batasi

oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental.musik tidak memiliki batasan-

batasan sehingga begitu mudah di terima oleh organ pendengaran,musik di terima

melalui saraf pendengaran kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Musik

dapat pula beresonansi dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung masuk otak

tanpa melalui jalur kognitif,lebih jauh lagi terapi musik,tidak membutuhkan

panduan fungsi intelektual tinnggi untuk berjalan epektif. (Setyoadi, 2011:43)

Terapi musik adalah suatu proses terencana, yang bersifat prefentif dalam

usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengali kelainan atau hambatan

dalam pertumbuhannya, baik fisik, motorik, sosial ekonomi maupun mental

intelegency. (Gst.Y.alfiansyah, 2016:2)

II.2.2 Jenis Terapi Musik

Jenis musik yang di guanakan dalam terapi musik dapat di disesuaikan

sesuai keinginan ,misal musik klasik, instrumentalia, musik berirama santai,

orkestra, dangdut dan musik modern lainnya, srmua jenis musik dapat di gunakan

sebagai terapi seperti, lagu-lagu relaksasi, lagu populer, maupun klasik. Namun

dianjurkan agar memilih lagu dengan sekitar 60 ketukan per menit yang bersifat

rileks. Jika temponya terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus akan membuat

kita mengikuti irama tersebut,sehingga tidak mencapai keadaan istirahat yang

optimal. Beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu

seperti pop, disko, rock and roll, dan musik berirama keras (anapestic beat) lainnya,

karena jenis musik dengan anapestic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang dan

kemudian pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung

(Setyoadi, 2011:43).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

17

Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang seperti jenis musik

dangdut yang ringan dan santai enak di dengar.Musik dangdut yang bernada lembut

dapat memberikan kaliamat-kalimat atau motivasi dapat juga mempengaruhi

suasana hati subyek pendengar dapat lebih positif dan dapat menurunkan tingkat

stres yang dialaminya. (Gst.Y.Alfiansyah, 2016 :3).

II.2.3 Teknik Prosedur Terapi Musik

1. Persiapan menurut (Setyoadi, 2011 :45)

a. Persiapan alat dan lingkungan :

1) Kursi dan meja.

2) Kaset CD, tape recorder, atau mp3 jenis musik yang di

gunakan, headset.

3) Lingkungan yang teanag, nyaman, dan bersih.

b. Persiapan klien :

1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan , serta meminta

persetujuan klien untuk mengikuti terapi musik.

2) Posisikan tubuh klien secara nyaman dan rileks.

3) Kaji interaksi klien sebelum di lakukan pemberian terapi musik

2. Prosedur

a. Memberi kesempatan klien memilih jenis musik.

b. Mengaktifkan tape recorder/ mp3 dan mengatur volume suara

sesuai dengan selera klien.

c. Pasang headset pada klien dan mempersilahkan klien

mendengarkan musik minimal 15 menit.

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

18

d. Saat klien mendengarkan musik arahkan untuk fokus dan rileks

terhadap lagu yang didengar dan melepaskan semua beban yang

ada.

e. Setelah musik berhenti klien di persilahkan mengungkapkan

perasaan yang muncul saat musik tersebut di putar, serta perubahan

yang terjadi dalam dirinya.

3. Kriteria Evaluasi

a. Mengkaji proses dan hasil terapi musik menggunakan catatan

aktivitas terapi yang di gunakan.

b. Menganalisis sesi yang telah di lakukan untuk melihat keefektifan

terapi.

c. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat dapat

mengetahui progres teknik yang dilakukan klien dalam

mengembangkan sesi.

d. Klien tidak mengalami kejenuhan, raut wajah tampak segar dan

bugar.

e. Kaji kemampuan berinteraksi klien sesudah pemberian terapi

musik (Setyoadi, 2011 :45).

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--

19

--

www.lib.umtas.ac.id

Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya--