bab ii tinjauan pustaka - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/muzayyanatul bab...

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka 1. Antibiotik a. Definisi Antibiotik Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia ralatif kecil (Tjai dan Raharja, 2007). Obat antimikroba yang ideal memperlihatkan toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa obat ini merugikan parasit tanpa merugikan inang. Dalam banyak hal, toksisitas selektif bersifat relatif daripada absolut, berarti bahwa suatu obat dapat merusak parasit dalam konsentrasi yang dapat ditoleransi oleh inang (katzung, 1994) b. Penggolongan Antibiotik Berdasrkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu: 1) Antibiotik berspektrum sempit (narrow spektrum), yaitu antibiotik yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif saja atau gram positif saja. Yang termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, streptomisin, neomisin, basitrasin. 2) Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotik yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif. Yang termasuk golongan ini yaitu tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin, carbapenem dan lain-lain. (Pratiwi, 2008) Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Upload: vukhanh

Post on 02-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan pustaka

1. Antibiotik

a. Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan

bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat

pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia ralatif

kecil (Tjai dan Raharja, 2007).

Obat antimikroba yang ideal memperlihatkan toksisitas

selektif. Istilah ini berarti bahwa obat ini merugikan parasit tanpa

merugikan inang. Dalam banyak hal, toksisitas selektif bersifat relatif

daripada absolut, berarti bahwa suatu obat dapat merusak parasit dalam

konsentrasi yang dapat ditoleransi oleh inang (katzung, 1994)

b. Penggolongan Antibiotik

Berdasrkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat

dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:

1) Antibiotik berspektrum sempit (narrow spektrum), yaitu antibiotik

yang hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja,

contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri

gram negatif saja atau gram positif saja. Yang termasuk dalam

golongan ini adalah penisilin, streptomisin, neomisin, basitrasin.

2) Antibiotik berspektrum luas (broad spektrum), yaitu antibiotik

yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan

gram positif maupun gram negatif. Yang termasuk golongan ini

yaitu tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin,

sefalosporin, carbapenem dan lain-lain.

(Pratiwi, 2008)

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

5

Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi

5 yaitu:

1) Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel

Antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri gram positif maupun Gram negatif.

Contohnya adalah penisilin, monobaktam, sefalosporin,

karbapenem, basitrasin, vankomisin dan isoniazid (INH).

2) Antibiotik yang merusak membran plasma

Antibiotik yang bersifat merusak membran plasma umum

terdapat pada antibiotik golongan polopeptida yang bekerja dengan

mengubah permeabilitas membran plasma sel bakteri. Contohnya

adalah polimiksin B, amfoterisin B, mikonazol, dan ketokonazol.

3) Antibiotik yang menghambat sintesis protein

Golongan antibiotik ini bekerja dengan menghambat

sintesis protein melalui kerja pada ribosom bakteri. Contohnya

adalah Aminoglikosida, Tetrasiklin, Kloramfenikol dan Makrolida.

4) Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)

Penghambatan pada sintesis asam nukleat berupa

penghambatan terhadap transkripsi dan replikasi mokroorganisme.

Contohnya adalah antibiotik golongan kuinolon dan rifampin.

5) Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial

Penghambatan terhadap sintesis metabolit esensial antara

lain dengan adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu subtansi

yang secara kompetitif menghambat metabolit mikroorganisme,

karena memiliki stuktur yang mirip dengan substrat normal bagi

enzim metabolisme. Contohnya adalah antimetabolit sulfanolamid

(sulfa drug) dan PABA (para amino benzoic acid)

(Pratiwi, 2008)

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

6

Berdasarkan struktur kimianya antibiotika dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu:

1) Antibiotika β-laktam dan penghambat sintesis dinding sel lainnya

contohnya adalah penicillin, cephalosporin, obat-obat β-laktam

(monobactam, inhibitor beta-laktamase dan carbapenem) dan

penghambat sintesis dinding sel yang lain (vacomycin, teicoplanin,

fosfomycin, bacitracin, dan cycloserine).

2) Chloramphenicol, Tetracycline, Macrolides, Clindamycin dan

Streptogramin

Golongan antibiotik ini bekerja sebagai penghambat

sintesis protein pada tingkat ribosom. Chloramphenicol,

macrolides, clindamycin dan streptogramin mengikat diri pada

situs-situs terdekat pada subunit 50S dari ribosom RNA 70S.

3) Aminoglycoside dan Spectinomycin

Aminoglycoside adalah golongan antibiotik bakteriosid

yang memiliki sifat-sifat kimiawi, antimikroba, farmakologis dan

toksik yang karakteristik. Golongan ini meliputi Streptomycin,

Neomycin, Kanamycin, Amikacin, Gentamicin, Tobramycin,

Sisomicin, Netilmicin dan sebagainya.

4) Sulfonamide, Trimethoprim, dan Quinolone

Sulfonamide merupakan analog struktural PABA yang

dapat menghambat dihydropteroate synthase secara kompetitif,

dengan cara menyekat sintesis asam folat secara reversibel.

Contohnya Sulfasitin, sulfamethoksazole, sulfisoksazole,

sulfamethizole, sulfadiazine, sulfapiridin, sulfadoxine dan

golongan pirimidin.

(Katzung, 2004)

c. Resistensi antibiotik

Manfaat penggunaan antibiotik tidak perlu diragukan lagi, akan

tetapi penggunaan antibiotik yang berlebihan akan segera diikuti

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

7

dengan munculnya kuman kebal antibiotik, sehingga manfaatnya akan

berkurang. Infeksi oleh kuman kebal terhadap berbagai antibiotik akan

menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan angka kematian,

sehingga diperlukan antibiotik pilihan ke dua atau bahkan pilihan ke

tiga, dimana efektifitasnya lebih kecil dan kemungkinan mempunyai

efek samping lebih banyak serta biaya yang lebih mahal dibanding

dengan pengobatan standar (hadi, 2008).

Bakteri dikatakan resisten bila pertumbuhannya tidak dapat

dihambat oleh antibiotika pada kadar maksimum yang dapat ditolerir

oleh pejamu. Munculnya resistensi disebabkan karena penggunaan

antibiotik yang tidak rasional dan tidak hati-hati pada keadaan yang

mungkin dapat sembuh tanpa pengobatan atau pada keadaan yang

tidak membutuhkan antibiotik.

1) Perubahan genetik yang menyebabkan resistensi obat

Resistensi berkembang akibat kemampuan DNA yang

mengalami mutasi spontan dan resistensi obat karena transfer

DNA.

2) Perubahan ekspresi protein pada organisme yag resisten obat

Resistensi obat mungkin terjadi karena beberapa

mekanisme seperti kurangnya atau perubahan pada tempat target,

rendahnya penetrasi obat karena menurunnya permeabilitas, atau

meningkatnya efluks atau adanya enzim-enzim yang

menginaktifkan antibiotika.

(Mycek, 2001)

d. Prinsip penggunaan antibiotik bijak

Resistensi tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diperlambat

melalui penggunaan antibiotik yang bijak sehingga dapat mencegah

munculnya resistensi antimikroba dan menghemat penggunaan

antibiotik yang pada akhirnya akan mengurangi beban biaya

perawatan pasien, mempersingkat lama perawatan, penghematan bagi

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

8

rumah sakit serta meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit

(Anonima, 2011).

Prinsip dalam penggunaan antibiotik yang bijak antara lain

sebagai berikut:

1) Penngunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan

spektrum sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang

adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.

2) Kebijakan pnggunaan antibiotik ditandai dengan pembatasan

penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik

lini pertama.

3) Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan

menerapkan pedoman penggunaan antibiotik, penerapan

penggunaan antibiotik secara terbatas (restricted), dan penerapan

kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu (reserve

antibiotic).

4) Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegaskan

diagnosis penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil

pemeriksaan labolatorium seperti mikrobiologi, serologi, dan

penunjang lainnya. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit yang

dapat sembuh sendiri (self-limited).

5) Pemilihan jenis antibiotik harus berdasar pada:

a) Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola

kepekaan kuman terhadap antibiotik.

b) Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab

infeksi.

c) Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.

d) Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil

mikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.

e) Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective

dan aman.

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

9

6) Penerapan penggunaan antibiotik secara bijak dilakukan dengan

langkah sebagai berikut:

a) Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap

penggunaan antibiotik secara bijak.

b) Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang,

dengan penguatan pada labolatorium hematologi, imunologi,

dan mikrobioligi atau labolatorium lain yang berkaitan dengan

penyakit infeksi.

c) Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di

bidang infeksi.

d) Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara

tim (team work).

e) Membentuk tim pengendali dan pemantau penggunaan

antibiotik secara bijak yang bersifat multi disiplin.

f) Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan

berkesinambungan.

g) Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik

secara lebih rinci di tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat.

(Anonimb, 2011)

e. Evaluasi penggunaan antibiotik

Evaluasi penggunaan antibiotik dapat dalakukan secara

kantitatif maupun kualitatif. Evaluasi secara kuantitatif dapat

dilakukan dengan penghitungan DDD per 100 hari rawat (DDD per

100 bed days), untuk mengevaluasi jenis dan jumlah antibiotik yang

digunakan. Evaluasi secara kualitatif dapat dilakukan atara lain dengan

metode Gyssen, untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan antibiotik

(Anonima, 2011).

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

10

1) Penilaian kuantitas penggunaan antibiotik

Kuantitas penggunaan antibiotik adalah jumah pengunaan

antibiotik di rumah sakit yang diukur secara retrospektif dan

prospektif melalui studi validasi. Evaluasi penggunan antibiotik

secara retrospektif dapat dilakukan dengan memperhatikan

ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily

Dose). DDD adalah asumsi dosis rata-rata per hari penggunaan

antibiotik untuk indikasi tertentu pada orang dewasa. Penilaian

penggunaan antibiotik di rumah sakit dengan satuan DDD/100 hari

rawat; dan di komunitas dengan satuan DDD/1000 penduduk.

Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam

DDD 100 patient-days, dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

a) Kumpulkan data semua pasien yang menerima terapi antibiotik

b) Kumpulkan lamanya waktu perawatan pasien rawat inap (total

Length Of Stay, LOS semua pasien)

c) Hitung jumlah dosis antibiotik (gram) selama dirawat

d) Hitung DDD 100 patient-days dengan formula sebagai berikut:

DDD 100 patient days =

x

(Anonima, 2011)

2) Penilaian kualitas penggunaan antibiotik

Penilaian kualitas penggunaan antibiotik bertujuan untuk

perbaikan kebijakan atau penerapan program edukasi yang lebih

tepat terkait kualitas penggunaan antibiotik. Penilaian kualitas

penggunaan antibiotik sebaiknya dilakukan oleh minimal tiga

reviewer yaitu dokter ahli infeksi, apoteker, dan dokter yang

merawat (Anonima, 2011).

Berikut ini adalah langkah-langkah yang sebaiknya

dilakukan dalam melakukan penilaian kualitas penggunaan

antibiotik di Rumah Sakit:

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

11

a) Kualitas penggunaan antibiotik dapat dinilai dengan melihat

rekam pemberian antibiotik dan rekam medik pasien.

b) Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian

diagnosis (gejala klinis dan hasil labolatorium), indikasi,

regimen dosis, keamanan dan harga.

c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi gyssens.

d) Kategori hasil penilaian kualitatif penggunaan antibiotik

sebagai berikut:

Kategori 0 Penggunaan antibiotik tepat/bijak

Kategori I Penggunaan antibiotik tidak tepat waktu

Kategori IIA Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis

Kategori IIB Penggunaan antibiotik tidak tepat interval

pemberian Kategori IIC penggunaan antibiotik tidak tepat cara/rute

pemberian

Kategori IIIA penggunaan antibiotik terlalu lama

Kategori IIIB penggunaan antibiotik terlalu singkat

Kategori IVA ada antibiotik lain yang lebih efektif

Kategori IVB ada antibiotik lain yang kurang toksik/lebih

aman

Kategori IVC ada antibiotik lain yang lebih murah

Kategori IVD ada antibiotik lain yang spektrum

antibakterinya lebih sempit

Kategori V tidak ada indikasi penggunaan antibiotik

Kategori VI data rekam medik tidak lengkap dan tidak

dapat dievaluasi

(Anonimb, 2011)

Setiap antibiotik yang diresepkan oleh dokter dapat

digolongkan dalam tiga tipe, yaitu terapi, profilaksis, dan

unknown. Pemberian antibiotik tanpa adanya gejala klinis

infeki yang diberikan setengah sampai satu jam sebelum

tindakan bedah disebut profilaksis. Peresepan untuk profilaksis

diberi label ADP (Antimicrobial Drug Prophylaxis). Pemberian

antibiotik tipe terapi dapat dibedakan menjadi ADE

(Antimicrobial Drug Empiric Therapy), ADET (Antimicrobial

Drug Extended Therapy) dan ADD (Antimicrobial Drug

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

12

Documented Therapy). ADE merupakan tipe empirik yang

digunakan pada 72 jam pertama perawatan dan belum terdapat

hasil kultur. ADET adalah terapi empirik luas tanpa diagnosis

definitif yang merupakan kelanjutan dari ADE. ADD

merupakan terapi yang diberikan setelah diagnosis

definitif/tegak setelah hasil pemeriksaan mikrobiologi keluar.

Sedangkan untuk tipe terapi unknown diberi label ADU

(Antimicrobial Drug Unknown Therapy), yaitu apabila

antibiotik diberikan tanpa ada indikasi penggunaan antibiotik

(Anonimb, 2011).

2. Sectio Caesaria

a. Definisi Sectio Caesaria

Sectio Caesaria (SC) atau operasi sesar adalah suatu tindakan

untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 g, melalui sayatan

pada dinding uterus yang masih utuh (Saifuddin, 2002). Dewasa ini

cara ini jauh lebih aman daripada dahulu berhubung dengan adanya

antibiotika, tranfusi darah, teknik operasi yang lebih sempurna, dan

anestesia yang lebih baik. Karena itu kini ada kecenderungan untuk

melakukan Sectio Caesaria tanda dasar yang cukup kuat

(Wiknjosastro, 2005).

Menurut statistik tentang 3509 kasus seksio sasarea yang

disusun oleh Peel dan chamberlain (1968) indikasi untuk Sectio

Caesaria adalah:

Disproporsi janin-panggul 21%

Gawat janin 14%

Plasenta previa 11%

Pernah seksio sesarea 11%

Kelainan letak 10%

Incoordinate uterine action 9%

Pre-eklampsia dan hipertensi 7%

(Wiknjosastro, 2005)

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

13

b. Jenis Sectio Caesaria

Dikenal beberapa jenis seksio sesarea yaitu:

1) Sectio Caesaria transperitonealis profunda

Sectio Caesaria transperitonealis profunda merupakan

pembedahan yang yang paling banyak dilakukan dengan insisi di

segmen bawah uterus. Keunggulan pembedahan ini adalah:

a) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak

b) Bahaya peritonitis tidak besar

c) Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruputura

uteri di kemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas

segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami

kontraksi seperti korpus uteri, sehingga luka dapat sembuh

lebih sempurna.

2) Sectio Caesaria klasik atau seksio sesarea korporal

Pada Sectio Caesaria klasik insisi dibuat pada korpus uteri.

Pembedahan ini dilakukan apabila ada halangan untuk melakukan

seksio sesarea transperitonealis porfunda (misalnya melekat-

eratnya uterus pada dinding perut karena Sectio Caesaria yang

sebelumnya dan lain-lain), atau apabila akan dilakukan

histeroktomi setelah janin dilahirkan.

3) Sectio Caesaria ekstraperitoneal

Sectio Caesaria ekstraperitoneal dahulu dilakukan untuk

mengurangi bahaya infeksi puerperal, akan tetapi dengan kemajuan

pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini sekarang tidak

banyak lagi dilakukan. Pembedahan tersebut sulit dalam tekniknya

dan sering terjadi sobekan peritoneum.

(Wiknjosastro, 1999)

c. Komplikasi pascaoperasi

Komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul dalam masa

pascaoperasi adalah sebagai berikut:

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

14

1) Syok

Peristiwa ini terjadi karena insufiensi akut dari sistem

sirkulasi dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat

makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian.

2) Gangguan jalan kencing

Gangguan pada jalan kencing ada 3 macam, yaitu retensio

urine, infeksi jalan kencing dan distensi perut.

3) Infeksi

Selain infeksi jalan kencing, ada kemungkinan pula adanya

infeksi paru-paru pasca pembedahan, walaupun frekuensi

komplikasi ini pada pembedahan ginekologi tidak begitu tinggi

dibandingkan dengan pembedahan di perut bagian atas.

4) Terbukanya luka operasi dan eviserasi

Sebab-sebab terbukanya luka operasi pascapembedahan

adalah luka tidak dijahit dengan sempurna, distensi perut, batuk

atau muntah keras, infeksi, dan debilitassi penderita.

5) Tromboflebitis

Penyakit ini terdapat pada vena yang bersangkutan sebagai

radang, dan sebagai trombosis tanpa tanda radang.

(Wiknjosastro, 1999)

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/2354/3/MUZAYYANATUL BAB II.pdf · regimen dosis, keamanan dan harga. c) Alur penelitian menggunakan kategori/klasifikasi

15

B. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka konsep

Penggunaan Antibiotik

Kualitas Penggunaan

Antibiotik (Kriteria

Gyssens)

Kuantitas

Penggunaan

Antibiotik (DDD)

Jenis dan Jumlah

Antibiotik

Ketepatan

penggunaan

antibiotik

Evaluasi Penggunaan Antibiotuk..., Muzayyanatul Umami, Fak. Farmasi UMP 2014