bab ii tinjauan pustaka a. usaha mikro, kecil, menengah ... · 1. usaha mikro, kecil, menengah...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)
a. Definisi dan Karakteristik UMKM
Membicarakan masalah kelompok usaha yang termasuk dalam
usaha mikro, kecil dan menengah disingkat UMKM tidak mudah.
Banyak istilah yang muncul dalam hubungannnya dengan UMKM.
Menurut Kambewa dan Tekere (2007: 18) menyatakan: The definition of
the SMEs is based on three parameters namely capital investment,
number employees and turnover. (Definisi dari UMKM adalah
berdasarkan tiga parameter/tolok ukur yaitu besarnya modal, jumlah
karyawan dan omset).
Aremu dan Adeyemi (2011: 201), Mengemukakan bahwa:
countries do not use same definition for classifiying their SMEs sector.
The parameters generally applied by most countries, singly or in
combination are: capital investment on plant and machinery; number of
workers employed;and volume of production or turnover of business.
(Negara tidak menyatakan definisi yang sama untuk mengklasifikasikan
sektor UMKM. Ada tiga parameter umum yang digunakan oleh sebagian
besar negara, salah satu kombinasi dari besarnya asset/modal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
penggunaan mesin/teknologi; jumlah pekerja yang bekerja; dan volume
produksi atau omset bisnis/usaha).
Pengertian UMKM ada yang menyebut golongan ekonomi lemah
(GEL) atau pengusaha ekonomi lemah (pegel), usaha mikro ada juga
yang menggunakan istilah industri kecil dan sedang, serta ada juga
menyebut dengan industri rumah tangga. Dalam study ini digunakan
istilah UMKM.(Astawa, 2007). Berbeda dengan yang diungkapkan oleh
Garg dan Van Weele (2012: 97) bahwa: The number of employees (the
most common mode of definition) per enterprise size category combined
with the annual turnover categories, the gross assets (excluding fixed
property) and differentiates these according to sub-sectors. (Kategori
UMKM digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan asset yang
dimiliki oleh pemilik usaha UMKM serta omset tahunan).
Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM):
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yangberdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan ataubadan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan ataucabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini.
4) Kriteria UMKM berdasarkan jumlah asset dan omzet.
Kriteria UMKM berdasarkan jumlah asset dan omset dapat dilihat
pada tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel 2.1 Kriteria UMKM berdasarkan jumlah asset dan omzet.
Jenis usaha Asset Omzet Usaha mikro Max 50jt Maks 300juta
Usaha kecil Besar dari 50jt-500jt Besar dari 300juta-3M
Usaha menengah Besar dari 500jt-10M Besar dari 2,5M-50M
Sumber : Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2008 di atas jelas menunjukkan
perbedaan yang cukup besar baik dari segi asset ataupun omzet antara
usaha mikro dengan kecil dan usaha kecil dengan menengah. Namun
yang jelas secara keseluruhan UMKM berperan dalam pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
perekonomian nasional, hal ini sesuai juga dengan UU No.20 Tahun
2008 Bab II pasal yang berbunyi:
Usaha Mikro Kecil dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Krishnamurti dalam Amran Husen (2011: 43) mengutip definisi
beberapa lembaga atau instansi termasuk Undang-Undang mengenai
Usaha Mikro Kecil Menengah. Menurut Kementerian Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa
Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UM), adalah entitas usaha
yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan
tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000.
Namun demikian, beberapa lembaga lain mendefinisikan UMKM
menjadi dua pengertian dengan membedakan Usaha Kecil dan Usaha
Mikro. Menurut UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM, dinyatakan
bahwa:
Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). menurut Bank Indonesia:
Usaha Mikro adalah usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin, bersifat usaha keluarga, menggunakan sumber daya lokal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menerapkan teknologi sederhana, dan mudah keluar masuk industri. Yang disebut dengan usaha kecil memiliki aset paling banyak Rp 200.000.000 dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Usaha Mikro Kecil dan Menengah mempunyai sebuah tujuan,
Agyapong (2010: 197) mengemukakan: The goal of MSMes development
programs is to harness the potential human capital and entrepreneurship
that already exist in most economies because the account for a large
share of firms and employment. Further argue that MSMEs are the
emerging private sector in poor countries, and thus form the base for
private sector-led growth required as an istrument of powerty
alleviation.(Tujuan program pengembangan UMKM adalah untuk
mendayagunakan sumber daya manusia dalam kewirausahaan yang
sudah ada di sebagian besar perekonomian semua sektor. UMKM lebih
banyak muncul / tumbuh di negara-negara miskin. Maka dari itu dasar
tumbuhnya UMKM sebagai langkah untuk mengentaskan kemiskinan).
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu:
Usaha mikro merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga kerja keluarga, usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s/d 9 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s/d 99 orang. Sementara Bank Dunia memberikan definisi UMKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja dan entitas ekonomi:
Usaha Mikro memiliki tenaga kerja kurang dari 10 orang, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp $ 100.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
penjualan tahunan paling banyak $ 100.000. Usaha Kecil memiliki tenaga kerja 10 s.d 50 orang, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp $ 3.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak $ 3.000.000.
UMKM terdiri dari Usaha Kecil dan Usaha Mikro. Keduanya
memiliki perbedaan baik dari segi jumlah kekayaan maupun tenaga kerja,
yaitu kekayaan kurang dari Rp 50.000.000 dan tenaga kerja kurang dari
10 orang untuk kriteria usaha mikro serta kekayaan antara Rp 50.000.000
sampai dengan Rp 200.000.000 dan tenaga kerja antara 10 sampai
dengan 50 orang. Jadi UMKM memiliki jumlah kekayaan dan tenaga
kerja lebih sedikit daripada usaha kecil.
b. Permasalahan UMKM
Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia memang sangat
penting, namun UMKM masih memiliki banyak permasalahan yang
perlu mendapatkan penanganan dari pemerintah.
Berdasarkan ungkapan Mason dalam Newberry dan Bosworth
(2010: 183): These micro-firms are vulnerable to the regulatiory burden
associated with VAT registration and employment and this may tie in
with a fear of being identified, taxed and regulation that is linked with
HBB sector. (Bentuk usaha mikro/kecil ini banyak mengalami kendala
dalam peraturan perizinan pendirian usaha dan besarnya biaya
termasuk pajak yang harus dibayar oleh pemilik usaha).
Menurut Njanja dan Pelissier (2010: 67) Innovation and
enhanching the enterprise culture which in necessery for private sector
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
development and industrialaization.It is expected by the year 2030,
Kenya will be transformed in to a newly industrialized nation. If the
country has to make this leap, then the small enterprises are expected to
play a key role in this transformation. (Inovasi dan perngembangan usaha
kecil yang mana perlu membutuhkan perhatian khusus pada sektor
pengembangan industri. Dengan harapan pada masa 2030, Kenya akan
menjadi pembaharu industri di dunia. Jika Pemerintah membuat
lompatan atau kebijakan yang mendorong UMKM untuk memenuhi
prosedur sebagai transformasinya).
Masih banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh UMKM
membuat kemampuan UMKM berkiprah dalam perekonomian nasional
tidak dapat maksimal. Secara umum, UMKM menghadapi dua
permasalahan utama, yaitu masalah finansial dan nonfinansial (organisasi
manajemen).
Menurut Urata, dalam Sri Adiningsih, (2009: 3) masalah
finansial disebutkan bahwa:
1) Kurangnya kesesuaian (terjadinya mismatch) antara dana yang
tersedia yang dapat diakses oleh UMKM
2) Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM
3) Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit
yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah
kredit yang dikucurkan kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4) Kurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh
ketiadaan bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang
memadai
5) Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi
6) Banyak UMKM yang belum bankable, baik disebabkan belum
adanya manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya
kemampuan manajerial dan finansial
Masalah organisasi manajemen (non-finansial) disebutkan bahwa:
1) Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control
yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti
perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan
2) Kurangnya pengetahuan pemasaran, yang disebabkan oleh
terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai
pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk
menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar
3) Keterbatasan sumber daya manusia (SDM) karena kurangnya
sumber daya untuk mengembangkan SDM
4) Kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.
Di samping dua permasalahan utama di atas, UMKM menghadapi
permasalahan lain seperti yang dinyatakan Hafsah sebagaimana dikutip
oleh Amran Husen (2010: 41) bahwa permasalahan yang dihadapi
UKMM di antaranya sebagai berikut:
1) Rendahnya profesionalisme tenaga pengelola usaha.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Keterbatasan permodalan dan kurangnya akses terhadap perbankan.
3) Kemampuan penguasaan teknologi masih kurang.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor penyebab
kegagalan sektor usaha kecil untuk berkembang di antaranya:
1) Lemahnya kemampuan di dalam pengambilan keputusan (poor
decision making ability).
2) Ketidakmampuan di dalam manajemen (management incompetence).
3) Kurang berpengalaman (lack of experience).
4) Lemahnya pengawasan keuangan (poor financial control).
Brom dan Longenecker dalam Amran Husen (2010: 42)
menyatakan kegagalan yang dialami usaha kecil disebabkan oleh:
1) Kemerosotan posisi modal kerja (deterioration of working capital)
2) Penurunan volume penjualan (declining sales)
3) Penurunan laba atau keuntungan (declining profits)
4) Meningkatnya utang (increasing debt)
Usaha Mikro Kecil Menengah memiliki banyak permasalahan
yang perlu diperhatikan oleh pemerintah untuk mengatasi keterbatasan
akses ke kredit bank/sumber permodalan lain dan akses pasar. Selain itu
kelemahan dalam organisasi, manajemen, maupun penguasaan teknologi
juga perlu dibenahi. Beberapa permasalahan yang masing-masing telah
diungkapkan diatas oleh para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa
masalah permodalan merupakan faktor yang mendasar. Kemerosotan
modal kerja menyebabkan volume penjualan menurun sehingga laba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang diperoleh juga menurun sehingga berimbas pada utang yang
meningkat untuk menutupi segala kekurangan. Hal ini tentunya
membutuhkan penanganan yang serius serta terkait erat dengan kebijakan
pemerintah yang dibuat untuk mengembangkan UMKM.
Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan
UMKM, pemerintah melakukan upaya seperti yang tercantum dalam
pasal 21 Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM
sebagaimana ayat (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil, dan ayat (2) Badan Usaha
Milik Negara dapat menyediakan pembiayaandari penyisihan bagian laba
tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk
pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya.
Selanjutnya pada pasal 22 juga disebutkan bahwa dalam rangka
meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil,
Pemerintah melakukan upaya:
1) Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan
lembaga keuangan bukan bank.
2) Peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui
koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional
dan syariah.
c. Peran UMKM Dalam Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
Pedesaan.
Menurut Rudjito (2010: 40) setidaknya ada empat aspek utama
yang menjadi alasan mengapa UMKM memiliki peran strategis, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
a) Aspek Manajerial, yaitu meliputi: peningkatan produktivitas/
omzet/tingkat utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan
pemasaran dan pengembangan sumber daya manusia.
b) Aspek permodalan, yaitu meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5%
keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi
usaha kecil minimum 20%) dari portofolio kredit bank dan
kemudahan kredit.
c) Pengembangan program kemitraan dengan usaha besar baik lewat
sistem. Bapak-anak angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward
linkage), keterkaitan hilir-hulu (backward linkage), modal ventura,
atau subkontrak.
d) Pengembangan sistem sentra industri kecil dalam suatu kawasan
apakah berbentuk PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK
(Lingkungan Industri Kecil) yang didukung UPT (Unit Pelayanan
Teknis) dan TPI (Tenaga Penyuluh Industri).
e) Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB
(kelompok Usaha Bersama), Kopinkra (Koperasi Industri Kecil dan
Kerajiinan).
Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil
dan Menengah dalam pasal disebutkan bahwa:
usaha mikro dan kecil bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonommian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
UMKM selain memiliki peran penting dalam penyerapan tenaga
kerja, juga sebagai mediasi proses industrialisasi suatu negara. Secara
umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran: (1)
sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi, (2) penyedia lapangan
kerja terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan perekonomian
lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber
inovasi, serta (5) kontribusinya terhadap neraca pembayaran
(Departemen Koperasi dan UMKM, 2008). Oleh karena itu
pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan,
dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing, serta
menumbuhkan wirausahawan baru yang tangguh.
Menurut Zuhall (2010), bahwa Salah satu keunggulan UMKM
adalah, UMKM lebih berpeluang untuk berinovasi untuk menentapkan
teknologi baru ketimbang perusahaan-perusahaan besar yang telah
mapan. Tidak mengherankan jika dalam era persaingan global saat ini
banyak perusahaan besar yang bergantung pada pemasok-pemasok kecil-
menengah. Sesungguhnya ini peluang bagi kita untuk turut berkecimpung
di era global sekaligus menggerakkan sektor ekonomi riil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Pemberdayaan
a. Pengertian Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan dapat dikatakan merupakan jawaban atas
realitas ketidakberdayaan. Mereka yang tidak berdaya adalah pihak yang
tidak memiliki daya atau kehilangan kekuatan. Pemberdayaan merupakan
istilah lain dari empowerment atau penguatan. Artinya pemberian
kekuatan, sehingga bisa lebih mempunyai kekuatan atau daya untuk
melaksanakan segala aktivitas dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Pemberdayaan merupakan makna membuat orang menjadi
berdaya, bahwa kekuatan tersebut berasal dari diri sendiri yang
digunakan untuk mendorong terjadinya perubahan. Oleh karena itu
pemberdayaan sangat jauh dari konotasi ketergantungan. Pemberdayaan
pada intinya adalah pemanusiaan, dalam artian mendorong dengan
menampilkan dan merasakan hak-haknya.
Menurut Robbins dalam Abadi dan Chegini (2013),
mengemukakan bahwa: Empowerment is belief that thinks it as a unite
structure and simple while it is a continous process that occur in
dynamic envirounments an contains many elements that can be analyzed
in different levels. (Pemberdayaan adalah memberi kepercayaan akan
pemikiran suatu struktur untuk proses yang mebutuhkan cukup waktu
dengan cara yang tepat dari berbagai lapisan sehingga dapat dianalisis
seberapa besar kemampuannya).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Menurut Chambers dalam Rifa`i (2013), Pemberdayaan
masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkul nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru
pembangunan yakni yang bersifat people centered (sekelompok orang),
participatory (partisipatif), empowering (memberdayakan), dan
sustainable (berkelanjutan).
Menurut Eylon dalam Erturk dan Cakar (2012), mengemukakan:
We define empowerment as an energizing process that expands the
feelings of trust and control in one as well as in one`s organization,
which leads to outcomes such as enhannced self-efficacy and
performance. (Kami mendefinisikan pemberdayaan sebagai energi proses
yang memperluas perasaan kepercayaan dan kontrol dalam satu
organisasi, yang mengarah ke hasil seperti peningkatan self-efficacy dan
kinerja).
Menurut Shardlow dalam Rifa`i (2013), menjelaskan bahwa,
pengertian mengenai pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana
individu, kelompok maupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan
mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai
dengan keinginan mereka.
Menurut Bowen and Lawler dalam Erturk dan Cakar (2012)
mengemukakan bahwa: Empowerment focused on those management
decision-making and the provision of increased access to information
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
and resources for individuals at lower levels of the organization.
(Pemberdayaan lebih fokus pada praktek-praktek rencana pengelolaan
untuk "memberdayakan" para karyawan, seperti pengambilan keputusan
dan penyediaan peningkatan akses ke informasi dan sumber daya untuk
individu di organisasi pada lini bawah).
Menurut Kutut Suwondo (2002: 74), dalam pemberdayaan atau
empowerment terdapat tujuan, yaitu: pertama, meningkatkan sumberdaya
masyarakat dalam penguatan kelembagaan, organisasi sosial ekonomi
melalui sosialisasi, pembinaan pelatihan ketrampilan. Kedua,
mewujudkan masyarakat dengan peran keswadyaan dari masyarakat
sebagai pelaku pembangunan. Ketiga, meningkatkan kesejahteraan
mengurangi masyarakat miskin dengan mengembangkan sistem
perlindungan sosial dan dukungan bantuan sebagai upaya stimultan atau
menurut Bill Ginnodo (1997), bahwa: a simple, straight-forward
definition
opportunity to make decisions and take actions which directly affect the
coetumer (sederhana, pengertian pemberdayaan secara langsung
adalah, "penyediaan sarana dan kesempatan untuk membuat
keputusan dan mengambil tindakan yang secara langsung dalam
mempengaruhi pelanggan).
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007: 115) dalam pengertian
konvensional, konsep pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment
mengandung dua pengertian yaitu:
1) To give power autority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2) To give ability to atau to enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau pemberdayaan.
Konsep pemberdayaan tersebut yang sesuai dengan penelitian ini
adalah to give ability to atau to enable, usaha untuk memberi
kemampuan atau keberdayaan. Karena dalam hal ini strategi ini
dimaksudkan agar UMKM tersebut menjadi mampu bersaing dan lebih
berdaya guna.
Menurut Dewangga (2013), mengemukakan bahwa
pemberdayaan adalah suatu kondisi yang memungkinkan orang merasa
mampu, memiliki daya berinisiatif dan mampu melaksanakan tugas
serta memberikan kekuatan bagi motivasi pribadi. Pemberdayaan dapat
berasal dari diri sendiri dan teman sejawat atau teman sekerja dan dari
atasan atau pimpinan. Jadi pemberdayaan harus dapat menumbuhkan
kemampuan untuk berubah arah ke arah yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
b. Strategi Pemberdayaan
Menurut Suharto (2005), strategi pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras matra pemberdayaan, yaitu :
1) Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui
bimbingan, konseling, stress management, Crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering
disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas.
2) Aras Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok
sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika
kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi. Dalam
meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-
sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalah
yang dihadapinya.
3) Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena
sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih
luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi
sosial, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi
untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Berbagai masalah yang dialami baik secara aindividual, kelompok,
dalam keluarga, lembaga tetrtentu atau bahkan bagian masyarakat secara
lebih luas, untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pemberdayaan atau bantuan yang diberikan kepada individu dalam
kelompok.
Aras makro merupakan strategi pemberdayaan yang ditunjukan
pada masyarakat secara individual (perorangan), seperti bimbingan dan
konseling pada individu (klien) untuk menumbuhkan kepercayaan bahwa
ia memiliki kemapuan untuk mengambil keputusan, menumbuhkan
kepercayaan untuk menerima pengalaman orang lain yang bermanfaat,
menyadarkan bahwa dirinya bagian dari lingkungan sosial budaya,
membantu mengembangkan kapasitas diri menggunakan sumber daya
yang ada.
Aras mezzo dimaksudkan strategi pemberdayaan melalui
kelompok, untuk membantu sekelompok masyarakat memecahkan
masalah-masalah yang dirasakan secara individu tetapi dirasakan juga oleh
individu individu yang lain dalam kelompok. Menumbuhkan kesempatan
partisipasi individu dalam perencanaan pemecahan masalah, belajar dan
diskusi kelompok. Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam
bimbingan pemberdayaan, karena memberikan kesempatan individu untuk
berpartisipasi sebaik-baiknya.
Aras makro merupakan tujuan pemberdayaan pada sistem yang
lebih luas, yaitu individu individu, kelompok kelompok dalam suatu
sistem kemasyarakatan. Aras makro merupakan perpaduan antara aras
mikro dan aras mezzo dalam suatu sistem yang lebih besar atau luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Indikator pemberdayaan
Menurut Kartasasmita dalam Mardikanto (2013), mengemukanan
bahwa upaya memberdayakan rakyat harus dilakukan tiga cara, yaitu:
1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
berkembang. Kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa setiap
individu dan kelompok memiliki potensi yang dapat
dikembangkan.
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
dengan menerapkan langkah-langkah nyata, menampung
berbagai masukan, menyediakan prasarana dan sarana baik fisik
maupun sosial.
3) Melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
Dalam pemberdayaan harus dicegah yang lemah atau semakin
terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat.
Simatauw (2001), mengungkapkan bahwa tidak ada jalan lain bagi
pemberdayaan tanpa membangun satu kekuatan tersendiri terlebih
dahulu. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pemberdayaan atau
pembentukan kelompok-kelompok masyarakat. Ukuran pemberdayaan
bisa juga dilihat dengan cara lain yaitu :
1) Proses pembuatan keputusan dalam masyarakat. Apakah proses
pembuatan sudah mengakomodasi peran masyarakat? Apakah
kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan masuk dalam hasil
keputusan yang telah dibuat?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2) Dalam kegiatan, apakah sudah mengakomodasi untuk
menentukan lokasi, manfaat, peluang, pengelolaan dan
penguasaaan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
serta evaluasi suatu kegiatan.
3) Perubahan pembagian peran produktif dan reproduktif dalam
rumah tangga. Laki-laki dan perempuan sama-sama mengerti
dan mengerjakan pekerjaan tanpa membedakan pekerjaan
perempuan dan pekerjaan laki-laki.
4) Kebijakan harus dapat dipastikan bahwa kebijakan baru
mengandung keadilan gender. Miasalnya kepala keluarga tidak
harus suami, pengelolaan lingkungan harus memperhatikan
dampak terhadap perempuan dan anak-anak, dan bagaimana
menempatkan perempuan sebagai actor yang penting dalam
pengelolaan sumber daya alam.
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007: 9), Sebagai konsep
manajemen, pada akhirnya pemberdayaan harus mempunyai indikator
keberhasilan:
1) Akses, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya
mempunyai akses dan risorsis yang diperlukannya untuk
pengembangan diri.
2) Partisipasi, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya
dapat berpartisipasi mendayagunakan risorsis yang diaksesnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3) Kontrol, dalam arti target yang diberdayakan pada akhirnya
mempunyai kemampuan mengontrol proses pendayagunaan
risorsis tersebut.
4) Kesetaraan, dalam arti pada tingkat tertentu saat terjadi konflik,
target mempunyai kedudukan sama dengan yang lain dalam hal
pemecahan masalah.
Kegiatan pemberdayaan harus mampu mengembangkan teknik-
teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran
masyarakat. Menurut Silkhondze dalam Karsidi (2007), Orientasi
pemberdayaan masyarakat haruslah membantu masyarakat agar
mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada,
ditetapkan secara partisipatoris yang pendekatan berorientasi pada
kebutuhan masyarakat sasaran dan hal-hal yang bersifat praktis, baik
dalam bentuk layanan individu maupun kelompok.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah
proses menyeluruh: suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan
kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan
pengetahuan ketrampilan, pemberian berbagai kemudahan serta
peluang untuk mencapai akses sistem sumberdaya dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pemberdayaan
hendaknya meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Enabilling (menciptakan suasana kondusif)
2) Empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat)
3) Protecting (perlindungan dari ketidakadilan)
4) Supporting (bimbingan dan dukungan)
5) Foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang)
3. Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan/Daerah
Menurut Arsyad (2010: 374) bahwa pertumbuhan ekonomi
daerah/pedesaan adalah suatu proses pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor
swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai sebuah proses artinya yaitu proses yang
mencakup pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri
alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu
pengetahuan, dan pengembangan usaha-usaha baru.
Menurut Myrdal dalam Ermawati (2010: 12), pertumbuhan
ekonomi dalam suatu wilayah tertentu bergantung pada lokasi dari
sumberdaya alam dan keuntungan-keuntungan lokasi lainnya.
Pertumbuhan ini akan terjadi pada daerah belakangnya melalui efek
komulatif yaitu efek sebar (spread effect) dan efek serap (backwash
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
effect). Prinsip pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh
adanya industri propulsive tertentu, cenderung hanya akan menarik
modal dari daerah sekitarnya, karena keuntungan lokasi pada wilayah
tersebut.
Menurut Herath dan Gebremedhin (2012) mengemukakan bahwa:
Introduction of appropriate technologies enhances the efficiency of
existing agricultural productivity, agricultural research, economic
development education, and extension are important for rural economic
development. (awal yang tepat dengan mempergunakan teknologi sebagai
pendukung puduktivitas komoditas desa, serta penelitian merupakan
upaya pengembangan/pertumbuhan ekonomi pedesaan)
Melihat definisi pertumbuhan ekonomi diatas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi pedesaan adalah suatu
proses yang dilakukan masyarakat dalam mengelola sumberdaya yang
ada di desa dengan membentuk suatu pola kemitraan dengan pemerintah
maupun swasta yang ditandai adanya industri propulsive tertentu dengan
tujuan menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan ekonomi pedesaan.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan/Daerah
Pada hakekatnya, pengembangan metode yang menganalisis
perekonomian suatu daerah penting sekali kegunaannya untuk
mengumpulkan data tentang prekonomian daerah yang bersangkutan
serta proses pertumbuhannya yang kemudian dapat dipakai sebagai
pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada menurut Arsyad (2010:
375) inti dari pembahasan tentang teori tersebut berkisar pada dua hal,
yaitu berkisar tentang metode dalam menganalisis perekonomian suatu
daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu.
1) Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi pedesaan adalah berhubungan langsung
dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan
menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job
creation).
2) Teori Lokasi
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
pedesaan yaitu: lokasi, lokasi dan lokasi. Pernyataan tersebut sangat
masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri.
Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biaya dengan cara
memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati
pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi
yang terbaik adalah yang terdekat antara bahan baku dengan pasar.
3) Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) mengangggap
bahwa ada hirarki tempat ( hierarchy of places). Setiap tempat
sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menyediakan sumberdaya pemukiman yang menyediakan jasa-jasa
bagi penduduk daerah yang mendukungnya.
4) Teori Kausasi Kumulatif
Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperparah
kesenjangan antara daerah-daerah tersebut (maju versus
terbelakang). Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan
kompetitif dibanding daerah-daerah lainnya.
5) Model daya tarik
Teori daya tarik industri adalah model
pembangunan/pertumbuhan ekonomi daerah yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya
adalah bahwa suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya
terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan insentif.
c. Indikator Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan
Dalam pembangunan pedesaan, perencanaan ekonomi dan sosial
adalah merupakan prasyarat. Suatu desa dianalisis sebagai suatu sistem
ekonomi dan sosial terbuka yang berhubungan dengan desa-desa lain
melalui arus perpindahan faktor produksi, pertukaran komoditas dan
informasi serta mobilitas penduduk.
Menurut Arsyad (2010: 115) bahwa, suatu desa/daerah
mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi meliputi beberapa
indikator:
1) Peningkatan Kualitas SDM( Sumber Daya Manusia)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Membangun Kelembagaan Masyarakat
3) Menyediakan Fasilitas Produksi
4) Akses Modal
5) Kemudahan Dalam Akses Pasar
Merupakan persoalan yang penting pula yaitu bagaimana
mengukur peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan sosial, peningkatan
produksi, sumberdaya pembangunan, perbaikan sistem tranportasi.
Beberapa indikator dalam pembangunan ekonomi pedesaan yang
dikemukakan oleh Adisasmita, (2006) adalah sebagai berikut:
1) Perubahan Struktur Perekonomian
Umumnya, struktur perekonomian daerah pedesaan masih
berat sebelah pada sektor pertanian (kontribusi sektor pertanian
masih sangat besar). Meskipun kontribusi sektor pertanian masih
sangat besar, namun pembangunan daerah pedesaan
memperlihatkan perkembangan yang nyata, seperti diterapkannya
mekanisme sistem pertanian, penggunaan bibit/benih unggul, dan
sarana produksi lainnya yang lebih baik, telah menunjukan
perkembangan yang menjanjikan. Orientasi pembangunan daerah
pedesaan diarahkan pada sasaran:
a) Penguatan ketahanan pangan
b) Menunjang pengembangan kegiatan sektor industri dan
mendorong ekspor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c) Memperluas lapangan kerja di daerah pedesaan yang diharapkan
dapat mengurangi arus penduduk pedesaan berurbanisasi ke
kota-kota besar.
d) Mengembangkan kerjasama antar daerah pedesaan untuk
memperkokoh struktur perekonomian pedesaan
2) Pertumbuhan Kesempatan Kerja
Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan
suatu masalah mendesak dalam pembangunan pedesaan karena
mencakup secara langsung upaya pencapaian Trilogi Pembangunan,
yaitu:
a) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
b) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
c) Terciptanya stabilitas yang dinamis
B. Penelitian Yang Relevan
1. Resume Review Penelitian Yang Relevan
Banyak ahli yang telah meneliti tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah ( UMKM ). Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Penelitian W L Njanja and Rene` Pelissier (2010) dengan judul An
Investigation into the Effect of Management Factors on Performance of (
Micro, Small and Medium Enterprises ) in Kenya. Pada penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tentang study kasus faktor yang mempengaruhi pengolahan kinerja
UMKM di Kenya. Penelitian ini bertujuan menyelidiki secara kritis faktor
yang mempengaruhi kinerja UMKM di Kenya. Penelitian ini
menggunakan metode pengumpulan data dan desain. Jenis penelitian ini
adalah sebuah study kasus Cross-sectional, data yang relevan
dikumpulkan pada titik waktu tertentu. Desain yang digunakan adalah
random sampling, desain ini untuk membantu meminimalkan data yang
bias dari populasi. Sampel yang digunakan di ambil 8 kota di provinsi
Kenya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor pengelolaan UMKM
sangat penting dan berbeda dengan pengelolaan perusahaan skala besar,
dan UMKM menjadi faktor yang besar dalam pemulihan ekonomi di
Kenya.
b. Penelitian Daniel Agyeapong (2010) dengan judul Micro, Small and
Medium Enterprises` Activities, Income Level and Poverty Reduction in
Ghana A Synthesis Of Related Literature.
Pada penelitian ini mengenai pentingnya UMKM terhadap pembangunan
ekononmi dan pengentasan kemiskinan di Ghana. Dalam penelitian ini
ditemukan dua pandangan yang berbeda dari UMKM yakni antara yang
pro UMKM dan yang kontra UMKM. UMKM dipercaya dapat berperan
penting terhadap kemamuran ekonomi dalam sebuah negara, sedangkan
yang anti UMKM menganggap hanya perusahaan perusahaan besar yang
lebih berperan dibandingkan UMKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Disimpulkan pada penelitian ini bahwa UMKM menjadi kunci dalam
pelajaran (terutama perempuan). Berkontribusi terhadap pendapatan pajak,
ekspor dan impor, menfasilitasi distribusi barang dan mampu
berkontribusi terhadap pembangunan dan melahirkan inovasi
kewirausahaan di Ghana.
c. Penelitian T.Eshetu, M. Ketema, B.Kassa (2013), dengan judul Economic
Impact of Support Service Program on Micro and Small Entreprises: The
Case of Dire Dawa Administration, Ethiopia.
Pemberian pelayanan dan perhatian khusus diberikan sebagai upaya
mengatasi kendala UMKM di Ethiopia selama ini merupakan peranan
penting untuk mengatasi tantangan pengangguran, pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan pembangunan di negara Ethiopia. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dampak terhadap ekonomi ditunjang dari program
pelayanan UMKM pada penjualan perusahaan, tenaga kerja dan
pembentukan aset modal di Dire Dawa Administrasi, Ethiopia. Dengan
metode Propencity Score Matching dan matching samped enterprises
peneliti dapat memperkirakan besarnya dampak pelayanan/dukungan
UMKM terhadap perekonomian.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa program dukungan /
pelayanan UMKM rata rata meningkatkan penjualan bulanan sebesar 28
%, jumlah tenaga kerja sebesar 42 %, dan Pembentukan modal aset
sebesar 60 %. Maka dari itu diperlukan perhatian khusus yang lebih kuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
terhadap masalah-masalah utama yang menjadi kendala perkembangan
UMKM.
d. Penelitian Garg dan Erich Van Weele (2012) dengan judul Successsion
Planning and Its Impact on the Performance of Small Micro Medium
Enterprises within the manufacturing Sector in Johannesburg.
Rencana sukses dan kinerja UMKM pengaruhnya terhadap sektor
pembangunan di Johannesburg. Pada penelitian ini menunjukkan sebagian
besar di kelola secara mandiri dan dalam skala kecil. Diperlukan
perencanaan yang baik dan tepat. Perencanaan yang baik dalam UMKM
merupakan salah satu masalah yang paling menentukan dalam
keberhasilan mengelola UMKM. Masalah ini diselidiki dengan cara
survey yang tujuannya memastikan kondisi sektor pembangunan
(manufaktur) di wilayah Johannesburg. Metode yang digunakan adalah
kombinasi metodologi kualitatif dan kuantitatif, sehingga dapat ditemukan
kesenjangan antara perencanaan pengelolaan yang baik dengan kondisi
UMKM yang sebenarnya. Disimpulkan juga bahwa perencanaan
pengelolaan yang baik dapat mempengaruhi keberhasilan UMKM dan
meningkatkan pertumbuhan pada sektor pembangunan suatu wilayah.
e. Penelitian Wioleta Samitowska (2011) dengan judul Barrier of The
Development of Entrepreneurship Demonstrated By Micro, Small And
Medium enterprises in Poland.
Kendala dalam mengembangkan kewirausahaan di tinjau dari UMKM di
Polandia. Dalam penelitian ini bertujuan menyampaikan fungsi daripada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pengembangan UMKM dan pengaruhnya di Polandia. Penelitian ini
mengungkap apa saja yang jadi kendala dalam pengembangan
kewirausahaan ditinjau dari UMKM di polandia. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini bahwa UMKM memungkinkan menjadi dasar tumbuhnya
perekonomian. Hal ini ditunjukkan dengan timbulnya lapangan pekerjaan
yang baru. Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan kewirausahaan
di Polandia adalah kurangnya dukungan yang memadai dari pemerintah
dan pengelolaan UMKM yang tidak efektif.
f. Penelitian Ade Raselawati (2011). dengan judul Pengaruh Perkembangan
Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor
UKM Di Indonesia. Dalam penelitiannya menggunakan metode penentuan
sampel dan pengumpulan data dengan analisis data panel dan estimasi
model data panel. Bahwa disimpulkan bahwa dari hasil estimasi data panel
Fixed Effect Model (FEM) ditemukan bahwa ekspor UKM, Jumlah unit
UKM, dan investasi UKM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009.
Sedangkan tenaga kerja UKM tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi pada sektor UKM di Indonesia pada tahun 2000 sampai 2009.
Dalam penelitian ini, variabel yang paling dominan yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada sektor UKM di indonesia
adalah ekspor UKM, hal ini sejalan dengan teori beberapa ahli ekonomi
David Ricardo, Adam Smith dan Mill yang telah menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
perdagangan luar negeri dapat memberikan beberapa sumbangan yang
pada akhirnya akan mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara.
g. Penelitian Dr. Aremu, Mukaila Ayanda dan Dr. (Mrs) Adeyemi, Sidikat
Laraba (2011). Dengan judul Small and Medium Scale Enterprises as A
Survival Strategy for Employment Generation in Nigeria.
Usaha mikro kecil dan menengah strategi untuk meningkatkan generasi
kerja di Nigeria. Pada penelitian ini menyimpulkan bahwa selain
pertumbuhan sektor ekonomi dan manufaktur UKM menjadi faktor
pendorong utama di Nigeri. UKM berdampak menciptakan lapangan
pekerjaan, mengurangi pengangguran, penciptaan kekayaan, pengurangan
kesenjangan pendapatan negara. Sektor UKM juga berpandangan ke pasar
modern dan menunjukkan kemampuan mandiri untuk mendoro laju
perekonomian di Nigeria. Kebijakan pemerintah yang lemah menjadi
kendala perkembangan UMKM di Nigeria.
h. Penelitian Newbery dan Bosworth (2010) dengan judul Home-based
business sectors in the rural economy.
Dalam penelitian ini memperkenalkan konsep HBBs, dengan
konsep tersebut berusaha memaksimalkan kontribusi usaha kecil / industri
rumahan dalam rangka meningkatkan sosial dan ekonomi pedesaan yang
dinamis dan berkelanjutan. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa
perlunya memperhatikan dan memahami akan potensi dan keterbatasan
bisnis rumahan/SMEs.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
i. Penelitian Almasdi Syahza (2008) dengan judul The Acceleration of Rural
Economic Through Agribusiness Based cooperation Development In Rural
Area.
Dalam penelitian di atas disimpulkan bahwa untuk memajukan
ekonomi di daerah sebagai percepatan pembangunan ekonomi yang
berbasis kerakyatan, maka perlu dikembangkan koperasi sebagai soko
guru perekonomian masyarakat. Koperasi memegang peranan penting
pada kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat terutama di pedesaan.
Supaya koperasi bisa berfungsi dengan baik, maka perlu
dikembangkan faktor pendukung pembangunan ekonomi daerah melalui
pengembangan koperasi, antara lain: 1) potensi masyarakat; 2) pengusaha;
3) lembaga pengkreditan; 4) instansi terkait; dan 5) Koperasi sebagai
badan usaha.
j. Penelitian Nigar Demircan cakar dan Alper Erturk (2010) dengan judul
Comparing Innovation Capability of Small and Medium-Sized
Enterprises: Examining the Effects of Organizational Culture And
Empowerment.
Pada penelitian ini menganalisis dampak dari budaya organisasi
UMKM dan pemberdayaan pada kemampuan berinovasi. Data yang
dijadikan sampel adalah 743 karyawan dari 93 perusahaan kecil dan
menengah yang berlokasi di Turki. Hasil dari penelitian ini bahwa proses
pemberdayaan berhubungan positiv dengan inovasi pada UMKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Sedangkan dua jalur baru antara kolektivisme dan kemampuan
inovasi menjadi sebuah fokus yang perlu ditegaskan dalam proses
pemberdayaan UMKM.
2. Road Map Penelitian Yang Relevan
Secara keseluruhan hasil penelitian yang relevan dapat ditunjukkan
pada gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Road Map Penelitian Yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan penjelasan logis dan teoritis keterkaitan
antar variabel penelitian. Berdasarkan judul penelitian ini yaitu Pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil, Menengah sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.
Njanja and Pelissier (2010)
Study kasus tentang faktor yang
mempengaruhi pengelolaan kinerja
UMKM
Wioleta Samitowska (2011)
Kendala dalam mengembangkan kewirausahaan di
tinjau dari UMKM
Daniel Agyeapong (2010)
Pentingnya UMKM terhadap
pembangunan ekononmi dan pengentasan kemiskinan
Supriyono
(2014)
Pemberdayaan UMKM sebagai
upaya peningkatan ekonomi pedesaan
di Kecamatan masyarakat Manyaran
Nigar Demircan cakar dan Alper Erturk (2010)
Analisis dampak dari budaya
organisasi UMKM dan pemberdayaan pada kemampuan
berinovasi
Robert Newbery dan Gary Bosworth
(2010)
Memaksimalkan kontribusi UMKM
dalam meningkatkan
sosial dan ekonomi pedesaan
Ade Raselawati (2011)
Pengaruh Perkembangan UKMTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia
Aremu dan Adeyemi, 2011
Usaha mikro kecil dan menengah strategi untuk meningkatkan generasi kerja
Almasdi Syahza (2008)
Peningkatan ekonomi pedesaan
melalui pengembangan
koperasi berbasis agribisnis di daerah
pedesaan
Garg dan Erich Van Weele (2012)
Rencana sukses dan kinerja UMKM
pengaruhnya terhadap sektor
pembangunan di Johannesburg
T.Eshetu, M. Ketema, B.Kassa
(2013)
Pemberian pelayanan dan
perhatian khusus sebagai upaya
mengatasi kendala UMKM di Ethiopia
Pertumbuhan
Ekonomi Pedesaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Secara teknis instansi pemerintah Dinas Koperasi dan UMKM bersinergi
dengan masyarakat Kecamatan Manyaran berusaha menggali potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia untuk dikembangkan menjadi produk yang
bernilai jual melalui industri produktif UMKM. Pemberdayaan UMKM dan
Koperasi, dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi pedesaan di
Kecamatan Manyaran. Bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi pedesaan
merupakan dampak dari adanya pemberdayaan UMKM dan Koperasi. Indikator
pertumbuhan ekonomi pedesaan merupakan pedoman apakah pemberdayaan
UMKM dan Koperasi di Kecamatan Manyaran memberikan dampak yang
signifikan.
Maka kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir.
Pemberdayaan UMKM Di Kecamatan Manyaran
Kabupaten Wonogiri
Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
D. Hipotesis
Hipotesis mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan penelitian.
Hipotesis diartikan sebagai dugaan pemecahan masalah yang bersifat sementara.
Untuk pembuktiannya maka harus dilakukan pengujian terhadap data dengan
metode yang sesuai. Berdasarkan tinjauan pustaka yang mencakup kajian teori,
hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir di atas, maka pengajuan
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemberdayaan UMKM yang memberdayakan potensi sumber daya
manusia dan sumber daya alam, sehingga berdampak meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pedesaan pada Kecamatan Manyaran.
2. Terdapat kendala dalam pemberdayaan UMKM serta usaha
penanggulanganya, yang dilakukan lembaga pemerintah dengan instansi
terkait pada kecamatan Manyaran.