perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

160
TESIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DALAM PENERIMAAN BANTUAN PERMODALAN DARI PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN SURAT PERNYATAAN JAMINAN KEPASTIAN PENCAIRAN (SPJKP) BILYET GIRO I GUSTI AYU MADE ARYASTINI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: vuquynh

Post on 09-Dec-2016

258 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

1

TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL

DAN MENENGAH (UMKM) DALAM PENERIMAAN

BANTUAN PERMODALAN DARI PERUSAHAAN MODAL

VENTURA DENGAN SURAT PERNYATAAN JAMINAN

KEPASTIAN PENCAIRAN (SPJKP)

BILYET GIRO

I GUSTI AYU MADE ARYASTINI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

2

TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL

DAN MENENGAH (UMKM) DALAM PENERIMAAN

BANTUAN PERMODALAN DARI PERUSAHAAN MODAL

VENTURA DENGAN SURAT PERNYATAAN JAMINAN

KEPASTIAN PENCAIRAN (SPJKP)

BILYET GIRO

I GUSTI AYU MADE ARYASTINI

NIM 1392461023

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

3

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL

DAN MENENGAH (UMKM) DALAM PENERIMAAN

BANTUAN PERMODALAN DARI PERUSAHAAN MODAL

VENTURA DENGAN SURAT PERNYATAAN JAMINAN

KEPASTIAN PENCAIRAN (SPJKP)

BILYET GIRO

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Kenotariatan,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I GUSTI AYU MADE ARYASTINI

NIM 1392461023

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KENOTARIATAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

ii

Page 4: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

4

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 23 FEBRUARI 2015

Pembimbing I, Pembimbing II

Prof. Dr. I Gst, Ngr. Wairocana, SH., MH Dr. I Made Sarjana, SH., MH.

NIP. 19530401 198003 1 004 NIP. 19611231 198601 1 001

Mengetahui :

Ketua Program Magister Kenotariatan

Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH., M.Hum.

NIP. 19640402 198911 2 001

Direktur Program Pascasarjana

Universitas Udayana

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S(K)

NIP. 19590215 198510 2 001

iii

Page 5: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

5

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 13 April 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana No. : 1119/UN14.4/HK/2015, Tanggal : 10 April 2015

Ketua : Prof. Dr. I Gst, Ngr. Wairocana, SH., MH

Anggota :

1. Dr. I Made Sarjana, SH., MH.

2. Prof. Dr. Imbrahim. R.SH.,MH

3. Dr. I Wayan Wiryawan, SH.MH

4. Dr. I Ketut Westra, SH.MH

iv

Page 6: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

6

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan yang sebenarnya bahwa :

Nama : I Gusti Ayu Made Aryastini

NIM : 1392461023

Program Studi : Kenotariatan

Judul Tesis : Perlindungan Hukum Bagi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) dalam Penerimaan Bantuan

Permodalan dari Perusahaan Modal Ventura dengan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) Bilyet

Giro.

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas dari plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 dan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 2 Maret 2015

Yang membuat pernyataan,

I Gusti Ayu Made Aryastini

v

Page 7: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

7

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, dengan selesainya tesis ini. Adapun judul tesis ini adalah

”Perlindungan Hukum Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

dalam Penerimaan Bantuan Permodalan dari Perusahaan Modal Ventura

dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) Bilyet

Giro.” Tesis ini disusun untuk memenuhi kriteria sebagai salah satu syarat meraih

gelar Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan

tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka tesis ini selesai pada

waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima

kasih kepada Prof. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH., selaku pembimbing

pertama dan Dr. I Made Sarjana, SH., MH., selaku pembimbing kedua, yang telah

memberikan bimbingan dan ide kepada penulis dalam proses penyelesaian tesis

ini.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD, atas

kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Magister Universitas Udayana, kepada

Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka

Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi

mahasiswi Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana,

kepada Prof. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH., atas izin yang diberikan

vi

Page 8: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

8

kepada penulis untuk mengikuti Program Magister. Penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas

Udayana, Dr. Desak Putu Dewi Kasih, SH., M.Hum., atas kesempatan dan

dukungan yang telah diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

pada Program Magister Kenotariatan Universitas Udayana, kepada panitia penguji

tesis, Prof. Dr. Ibrahim R., SH., MH, Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH, serta

Dr. I Ketut Westra, SH., MH, yang telah memberikan masukan dan saran kepada

penulis dalam proses penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu

dosen pengajar pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Udayana

atas ilmu yang telah diberikan, serta rekan-rekan mahasiswa Angkatan VI, Bapak

dan Ibu staf berserta karyawan Magister Kenotariatan Universitas Udayana yang

telah banyak membantu kelancaran proses administrasi.

Terima kasih juga penulis tujukan kepada orang tua dan mertua tercinta

yaitu I Gusti Ketut Dardali dan I Gusti Ayu Supitha (Alm.) serta I Nyoman Alit

(Alm.) dan Ni Wayan Indrawati yang senantiasa mendoakan, mendukung dan

memberikan semangat selama penulis menjalani masa perkuliahan dan selama

proses tesis ini. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada suami tercinta I Ketut

Ngurah Ananda dan putra tersayang Indra Bagus Ngurah David Ananda

yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan dukungan semangat juga

kesempatan kepada penulis untuk berkonsentrasi dalam penyelesaian tesis ini.

vii

Page 9: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

9

Sebagai akhir kata penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa, Ida

Sang Hyang Widhi Wasa selalu memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan

kepada kita semua dan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan menambah kepustakaan di bidang kenotariatan serta berguna

bagi masyarakat.

Denpasar, 2 Maret 2015

Penulis

viii

Page 10: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

10

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

(UMKM) DALAM PENERIMAAN BANTUAN PERMODALAN DARI

PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN SURAT PERNYATAAN

JAMINAN KEPASTIAN PENCAIRAN (SPJKP)

BILYET GIRO

Sanksi terhadap perusahaan modal Ventura bila Perusahaan Modal Ventura

mengulur-ulur waktu pencairan bantuan modal setelah pemohon modal sudah

menyetorkan kepesertaan modalnya, belum diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan (Permenkeu) Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal

Ventura. Berdasarkan kekosongan norma tersebut permasalahan pertama dalam

penelitian ini adalah tentang kedudukan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian

Pencairan (SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak merealisasikan

bantuan modal kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Permasalahan kedua adalah tentang tanggungjawab perusahaan Modal Ventura

yang gagal merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan

Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP).

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif

karena beranjak dari kekosongan norma dalam Permenkeu Nomor

18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura yang belum mengatur sanksi

terhadap perusahaan modal Ventura bila perusahaan modal Ventura mengulur-ulur

waktu pencairan bantuan modal. Pendekatan penelitian terdiri dari pendekatan

perundang-undangan, pendekatan konsep dan pendekatan kasus. Sumber bahan

hukum dalam penelitian ini terdiri dari: primer, sekunder dan tersier. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis yuridis, yaitu analisis

yang mendasarkan pada teori-teori, konsep dan peraturan perundang-undangan.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kepastian Hukum

dan Teori Hukum Perjanjian. Adapun konsep yang digunakan adalah Konsep

Perlindungan Hukum, Konsep Modal Ventura, Konsep Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) dan Konsep Pembiayaan pada Perusahaan Modal Ventura.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kedudukan Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak

merealisasikan bantuan modal tidak mempunyai kekuatan mengikat sehingga

UMKM tidak dapat melakukan tuntutan atau ganti rugi atas gagalnya realisasi

bantuan modal; dan (2) Tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura yang gagal

merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) merupakan tanggungjawab karena adanya

wanprestasi dari perusahaan modal Ventura sehingga seharusnya perusahaan modal

Ventura membayar ganti rugi atas dasar gugatan dari UMKM yang berdasarkan Pasal

1365 BW/KUHPerdata oleh karena pihak perusahaan modal Ventura tidak mampu

mencairkan bantuan modal terhadap UMKM.

Kata Kunci: Modal Ventura, Bantuan Modal, Surat Pernyataan Jaminan

Kepastian Pencairan (SPJKP).

ix

Page 11: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

11

ABSTRACT

LEGAL PROTECTION FOR MICRO, SMALL AND MEDIUM ENTERPRISES

(SMEs) IN RECEIPT OF CAPITAL ASSISTANCE FROM VENTURE

CAPITAL COMPANY WITH STATEMENT OF ASSURANCE STATEMENT

OF DISBURSEMENTS (SPJKP) GIRO BILYET

Sanctions against Venture Capital Company when a Venture Capital

Company stalling of disbursement of capital assistance whereas the applicant has

deposited capital participation, has not been regulated in the Regulation of the

Minister of Finance (Finance Ministry Decree) No. 18 / PMK.010 / 2012 on the

Venture Capital Company.This means that there are still empty norm in Finance

Ministry Decree No. 18 / PMK.010 / 2012. Regarding these empty norm the first

issue in this research is on the position of Security Assurance Statement of

Disbursements (SPJKP) in the case of Venture Capital Company did not realize

capital assistance to Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs). A second

issue is the responsibility of Venture Capital Company which failed to realize the

capital assistance to SMEs after issuing Security Assurance Statement of

Disbursements (SPJKP).

This type of research is a normative legal research since there are still

empty norm in Finance Ministry Decree No. 18/PMK.010/2012 on Venture

Capital Company which has not been regulate the sanctions against Venture

Capital Company when a Venture Capital Company stalling of disbursement of

capital assistance.The research approach consists of statute approach, conceptual

approach and case approach. Sources of legal materials in this study consisted of:

primary, secondary and tertiary. The analysis technique used in this research is

the juridical analysis, which is the analysis based on theories, concepts and

legislation.

The theory used in this research are the Theory of Legal Certainty and

Theory of Legal Agreement. The concept used are the Concept of Legal

Protection, Concept of Venture Capital, Concept of Micro, Small and Medium

Enterprises (SMEs) and the concept of Corporate Venture Capital Financing.

The research result indicated that (1) position Statement of Assurance

Guarantee Disbursement (SPMKP) in the case of Venture Capital Company did

not realize capital has no binding force so that SMEs can not make claims or

damages for failure of the realization of capital; and (2) Responsibility Venture

Capital Company failed to realize capital assistance to SMEs after issuing a

Statement Assurance Guarantee Disbursement (SPJKP) is the responsibility

because of the default of Venture capital firm Venture capital firm that was

supposed to pay compensation on the basis of a lawsuit of SMEs based on Article

1365 BW / Civil Code because the Venture capital firms are not able to disburse

financial aid to SMEs.

Keywords: Venture Capital, Capital Assistance, Statement of Assurance

Guarantee Disbursement (SPJKP).

x

Page 12: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

12

RINGKASAN

Tesis ini menganalisis perlindungan hukum bagi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) dalam penerimaan bantuan permodalan dari perusahaan

Modal Ventura dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP)

Bilyet Giro.

Bab I, menguraikan latar belakang masalah mengenai kekosongan norma

dalam Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 18/PMK.010/2012

tentang Perusahaan Modal Ventura, mengingat dalam Permenkeu Nomor

18/PMK.010/2012 tersebut belum diatur sanksi terhadap perusahaan modal

Ventura bila perusahaan modal Ventura mengulur-ulur waktu pencairan bantuan

modal setelah pemohon modal sudah menyetorkan kepesertaan modalnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pada sub ini juga diuraikan mengenai

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoritis dan

metode penelitian.

Bab II, menguraikan tentang Tinjauan Umum Pembiayaan Perusahaan

Modal Ventura Kepada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah. Bab ini terdiri dari 4

Sub Bab yaitu Sub Bab pertama tentang Tinjauan Umum Modal Ventura, yang

dijabarkan mengenai Pengertian Modal Ventura; Dasar Hukum Modal Ventura;

Tujuan Pendirian Modal Ventura; Karakteristik Modal Ventura sebagai Lembaga

Pembiayaan dan Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pembiayaan Modal Ventura.

Sub Bab kedua Tinjauan Umum Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil di

Perusahaan Modal Ventura, yang meliputi Pengertian dan Pengaturan Perjanjian

Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil di Perusahaan Modal Ventura; Pihak-Pihak

dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil; Hak dan Kewajiban Para

Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil dan Isi Perjanjian

Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil. Sub Bab ketiga tentang Tinjauan Umum

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sub Bab keempat

mengenai Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura Kepada Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM), yang terdiri dari Sejarah Pembiayaan UMKM melalui

Perusahaan Modal Ventura; Perkembangan Perusahaan Modal Ventura dan

Implikasi Adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18 Tahun 2012 di

Indonesia dan Implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.010/2012 terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Bab III merupakan hasil penelitian dan pembahasan rumusan masalah

yang pertama, mengenai kedudukan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian

Pencairan (SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak merealisasikan

bantuan modal kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Bab ini

dibagi menjadi 3 Sub Bab yaitu Sub Bab pertama mengenai Proses Pengajuan

Bantuan Modal dari UMKM Kepada Perusahaan Modal Ventura. Sub Bab kedua

tentang Pencairan Bantuan Modal dari Perusahaan Modal Ventura Kepada

UMKM. Sub Bab ketiga membahas Kedudukan Surat Pernyataan Jaminan

Kepastian Pencairan (SPJKP) dalam Hal Perusahaan Modal Ventura Tidak

Merealisasikan Bantuan Modal Kepada UMKM.

xi

Page 13: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

13

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan rumusan masalah

kedua terkait dengan tanggungjawab perusahaan Modal Ventura yang gagal

merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP). Bab ini dibagi menjadi 3 Sub

Bab yang terdiri dari Sub Bab pertama tentang Penyertaan Modal dari Para Pihak,

UMKM dan Perusahaan Modal Ventura dalam Perjanjian Modal Ventura. Sub

Bab kedua mengenai Potensi Kerugian UMKM yang Telah Menyerahkan

Penyertaan Modal Namun Gagal Mendapat Bantuan dari PT. Futurindo Ventura

Sejahtera. Sub Bab ketiga membahas Tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura

yang Gagal Merealisasikan Bantuan Kepada UMKM Setelah Menerbitkan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP).

Bab V merupakan bab penutup yaitu menguraikan tentang simpulan dan

saran dari penulis. Penulis menyimpulkan bahwa (1) kedudukan Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak

merealisasikan bantuan modal tidak mempunyai kekuatan mengikat sehingga

UMKM tidak dapat melakukan tuntutan atau ganti rugi atas gagalnya realisasi

bantuan modal; dan (2) Tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura yang gagal

merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) merupakan tanggungjawab

karena adanya wanprestasi dari perusahaan modal Ventura sehingga seharusnya

perusahaan modal Ventura membayar ganti rugi atas dasar gugatan dari UMKM

yang berdasarkan Pasal 1365 BW/KUHPerdata oleh karena pihak perusahaan

modal Ventura tidak mampu mencairkan bantuan modal terhadap UMKM.

Sementara itu saran yang dapat disampaikan agar pihak Perusahaan Modal

Ventura seharusnya membayar ganti rugi kepada UMKM pemohon modal karena

potensi keuntungan yang hilang akibat mundurnya pencairan bantuan modal

merupakan jumlah yang sangat berarti bagi UMKM. Pihak Perusahaan Modal

Ventura agar memberikan tanggungjawabnya yang berupa ganti rugi sesuai

dengan ganti rugi yang dialami oleh UMKM sedapat mungkin menghindari

gugatan dari pihak UMKM untuk menuntut ganti kerugian berdasarkan Pasal

1365 BW/KUHPerdata.

xii

Page 14: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

14

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM .................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................................ iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ....................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. ix

ABSTRACT ................................................................................................ x

RINGKASAN ............................................................................................ xi

DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 8

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................. 9

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................ 9

1.5 Landasan Teoritis ....................................................................... 9

1.5.1 Teori Kepastian Hukum .................................................... 10

1.5.2 Teori Hukum Perjanjian .................................................... 11

1.5.3 Konsep Perlindungan Hukum ........................................... 15

1.5.4 Konsep Modal Ventura ..................................................... 18

1.5.4.1 Pengertian Modal Ventura ..................................... 18

1.5.4.2 Pengaturan Modal Ventura .................................... 20

1.5.5 Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ....... 26

1.5.6 Konsep Perjanjian Pembiayaan pada Perusahaan Modal

Ventura ............................................................................. 29

xiii

Page 15: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

15

1.6 Metode Penelitian ...................................................................... 32

1.6.1 Jenis Penelitian ................................................................ 32

1.6.2 Jenis Pendekatan .............................................................. 33

1.6.3 Sumber Bahan Hukum ...................................................... 34

1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ................................. 36

1.6.5 Teknik Analisis Bahan Hukum ......................................... 36

BAB II TINJAUAN UMUM PEMBIAYAAN PERUSAHAAN MODAL

VENTURA KEPADA USAHA MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH ................................................................................. 38

2.1 Tinjauan Umum Modal Ventura ................................................... 38

2.1.1 Pengertian Modal Ventura ................................................... 38

2.1.2 Dasar Hukum Modal Ventura .............................................. 41

2.1.3 Tujuan Pendirian Modal Ventura ......................................... 42

2.1.4 Karakteristik Modal Ventura sebagai Lembaga Pembiayaan 43

2.1.5 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pembiayaan Modal Ventura 47

2.2 Tinjauan Umum Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil di

Perusahaan Modal Ventura ........................................................... 53

2.2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Pembiayaan dengan

Pola Bagi Hasil di Perusahaan Modal Ventura .................... 53

2.2.2 Pihak-Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi

Hasil ................................................................................... 54

2.2.3 Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan

dengan Pola Bagi Hasil ....................................................... 55

2.2.4 Isi Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil .............. 57

2.3 Tinjauan Umum tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) ...................................................................................... 58

2.4 Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura Kepada Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) ..................................................... 61

2.4.1 Sejarah Pembiayaan UMKM melalui Perusahaan Modal

Ventura ............................................................................... 61

2.4.2 Perkembangan Perusahaan Modal Ventura dan Implikasi

Adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18 Tahun 2012

di Indonesia ........................................................................ 64

xiv

Page 16: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

16

2.4.3 Implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.010/2012 terhadap Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah ........................................................................... 68

BAB III KEDUDUKAN SURAT PERNYATAAN JAMINAN

KEPASTIAN PENCAIRAN (SPJKP) DALAM HAL

PERUSAHAAN MODAL VENTURA TIDAK

MEREALISASIKAN BANTUAN MODAL KEPADA UMKM ... 74

3.1 Proses Pengajuan Bantuan Modal dari UMKM Kepada Perusahaan

Modal Ventura .................................................................................... 74

3.2 Pencairan Bantuan Modal dari Perusahaan Modal Ventura Kepada

UMKM ................................................................................................ 86

3.3 Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dari

Perusahaan Modal Ventura terhadap UMKM ............................... 96

BAB IV TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN MODAL VENTURA

YANG GAGAL MEREALISASIKAN BANTUAN KEPADA

UMKM SETELAH MENERBITKAN SURAT PERNYATAAN

JAMINAN KEPASTIAN PENCAIRAN (SPJKP) ..................... 105

4.1 Penyertaan Modal dari Para Pihak, UMKM dan Perusahaan Modal

Ventura dalam Perjanjian Modal Ventura ......................................... 105

4.2 Potensi Kerugian UMKM yang Telah Menyerahkan Penyertaan

Modal Namun Gagal Mendapat Bantuan dari PT. Futurindo

Ventura Sejahtera ................................................................................ 130

4.3 Tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura yang Gagal

Merealisasikan Bantuan Kepada UMKM ..................................... 134

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 137

5.1 Simpulan ...................................................................................... 137

5.2 Saran ............................................................................................ 137

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 139

TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pengaturan Mengenai Perusahaan Modal Ventura ... 65

LAMPIRAN

Lampiran Surat Pernyataan Jaminan Kepastian ........................................ 144

xv

Page 17: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah dalam memajukan kesejahteraan bangsa yang merupakan salah

satu cita-cita bangsa yang termasuk di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 ialah melalui peningkatan perekonomian dan penegakan hukum. Dalam hal

Indonesia sebagai negara dengan sistem Civil Law menjadikan undang-undang

sebagai sumber hukum utama.1 Undang-undang maupun peraturan perundang-

undangan lainnya menjadi pengaruh besar dalam menentukan perkembangan

perekonomian Indonesia.

Indonesia yang masih pada tingkatan negara berkembang, sedang giatnya

membangun perekonomian melalui usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Berbagai macam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk terus mendorong

pertumbuhan dan perkembangan UMKM salah satunya dalam bidang permodalan

yakni lembaga keuangan, dalam hal ini khususnya lembaga pembiayaan (modal

ventura).

Modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal yang

mengandung resiko pada suatu usaha perusahaan.2 Di dalam Peraturan Presiden

Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan dan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura pada

1Peter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media

Group, Jakarta, hal. 286. 2Hasanuddin Rahman, 2003, Segi-segi Hukum dan Manajemen Modal

Ventura serta pemikiran alternatif ke arah modal-modal ventura yang sesuai

dengan kultur bisnis di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 15

1

Page 18: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

2

intinya perusahaan modal ventura adalah usaha pembiayaan dalam bentuk

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan

untuk jangka waktu tertentu.

Keberadaan modal ventura sebagai salah satu alternatif pembiayaan, selain

karena terbatasnya dana dari lembaga perbankan, juga karena tuntutan idealisme

untuk mengembangakan usaha kecil dan menengah termasuk ekonomi kerakyatan

yang jarang disentuh oleh kalangan perbankan dan lembaga pembiayaan lainnya.

Hal ini dilakukan dengan melihat kenyataan bahwa ternyata terdapat keberpihakan

bank kepada usaha skala menengah ke atas.3

Munculnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012

Tentang Perusahan Modal Ventura mengatur pembaharuan-pembaharuan

mengenai hal-hal yang terkait dengan modal ventura termasuk pencabutan

Keputusan Menteri Keuangan No. 469/KMK.017/1995 dan Keputusan Menteri

Keuangan No. 1251/KMK.013/1998, implementasi kebijakan ini akan membawa

perubahan dalam meningkatkan sektor UMKM. Perubahan pengaturan mengenai

perusahaan modal ventura memberi dampak yang sangat signifikan dalam

implementasinya. Hasanuddin Rahman4 menyebutkan salah satu dari jenis

pembiayaan oleh perusahaan modal ventura adalah penyertaan dana. Namun pada

kenyataannya, seringkali mengalami hambatan dalam pencairannya, seperti yang

dialami oleh UMKM yang mengajukan permohonan dana kepada perusahaan

modal ventura PT. Futurindo Ventura Sejahtera di Kota Denpasar-Bali.

3 Ibid, hal. 10. 4 Ibid, hal. 23.

Page 19: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

3

Pada awalnya sistem pencairan bantuan modal di PT. Futurindo Ventura

Sejahtera dilakukan melalui bilyet giro yang berlaku mundur. Apabila syarat dan

ketentuan pemohon yang dalam hal ini disebut dengan istilah Perusahaan

Pasangan Usaha yang di sebut PPU untuk mengambil program bantuan modal

dari PT. Futurindo Ventura Sejahtera telah dipenuhi oleh PPU dan disetujui oleh

PT. Futurindo Ventura Sejahtera, maka PPU diharuskan menyetorkan Jaminan

Penilaian Manajemen (JPM). Bantuan modal akan diterima oleh pemohon

maksimal 7 hari kerja setelah menyetorkan Jaminan Penilaian Manajemen (JPM)

dalam bentuk bilyet giro mundur.

Sistem pencairan bantuan modal dengan bilyet giro mundur ini ternyata

bermasalah, yaitu ketika bilyet giro hendak dicairkan ternyata bilyet giro tersebut

adalah giro kosong. Alasan manajemen PT. Futurindo Ventura Sejahtera karena

uang belum terkumpul, mengingat perputaran uang di perusahaan tersebut berasal

dari pembayaran cicilan dan penanaman modal dari nasabah investor baru. Oleh

sebab itu sistem pencairan melalui bilyet giro dihentikan setelah PT. Futurindo

Ventura Sejahtera menerbitkan 400 buah bilyet giro.

Sistem pembayaran bantuan modal kemudian diganti dengan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dimana setelah 7 hari

menandatangani perjanjian bantuan modal, PPU akan menerima Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP). Dasar hukum penerbitan SPJKP ini

mengacu pada Pasal 41 Permenkeu Nomor 18/PMK.010/2012 yang menyatakan

perusahaan modal ventura dapat menerbitkan surat sanggup bayar. Dengan

demikian, SPJKP dari PT. Futurindo Ventura Sejahtera ini merupakan jaminan

Page 20: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

4

pernyataan sanggup bayar dari PT. Futurindo Ventura Sejahtera kepada UMKM

pemohon modal yang telah menyerahkan persyaratan termasuk penyertaan modal.

Esensi sosiologis dari SPJKP ini adalah memberi kepastian bagi UMKM

pemohon modal untuk mendapatkan bantuan modal sebagai pengembangan usaha

dalam rangka meningkatkan keuntungannya. Namun pada kenyataannya

permasalahan juga timbul di saat PPU hendak mengurus pencairan bantuan modal

tetap mengalami hambatan yakni pemberitahuan dari pihak PT. Futurindo Ventura

Sejahtera yang menyatakan pencairan bantuan modal yang telah disetujui, diundur

pencairannya.

Dalam kasus Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dari

PT. Futurindo Ventura Sejahtera tersebut, kegagalan merealisasikan akibat

mundurnya pencairan bantuan modal, terhapus dengan sendirinya bila realisasi

pencairan bantuan modal tersebut sudah dilaksanakan. Dalam kasus demikian PT.

Futurindo Ventura Sejahtera tidak pernah memberi ganti rugi atas mundurnya

pencairan bantuan modal tersebut. Padahal dengan terlambatnya pencairan

bantuan modal ini, pengembangan usaha PPU yang dalam hal ini pengusaha kecil

atau UMKM akan mengalami keterlambatan sehingga menjadi kehilangan

keuntungan potensial yang mereka terima seandainya bantuan modal tersebut

mereka terima tepat pada saat dijanjikan. Disebutkan oleh Soedikno

Mertokoesumo bahwa dalam transaksi bisnis faktor waktu memegang peranan

penting5. Misalnya saja pengusaha roti telah memesan mesin pembuat roti, namun

mesin tersebut mengalami keterlambatan 7 hari dari waktu yang dijanjikan, maka

5 Soedikno Mertokoesumo, 2004, Hukum Perdata, Fakultas Hukum

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 18.

Page 21: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

5

pengusaha roti tersebut akan kehilangan 7 hari produksi yang berarti kehilangan

juga keuntungan potensialnya.

Perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata, hukum kontrak tidak

begitu membedakan apakah suatu perbuatan tidak dilaksanakan karena adanya

unsur kesalahan dari para pihak atau tidak.6 Akibat umumnya tetap sama, yakni

pemberian ganti rugi dengan perhitungan-perhitungan tertentu. Kecuali kegagalan

merealisasikan kontrak tersebut karena alasan-alasan force majeure, yang

umumnya memang membebaskan pihak yang tidak memenuhi prestasi (untuk

sementara atau selama-lamanya).

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa sanksi terhadap

perusahaan modal Ventura bila perusahaan modal Ventura mengulur-ulur waktu

pencairan bantuan modal padahal pemohon modal sudah menyetorkan

kepesertaan modalnya, belum diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

(Permenkeu) Nomor 18/PMK.010/2012 Tentang Perusahaan Modal Ventura. Hal

ini berarti masih terdapat norma kosong dalam Permenkeu Nomor

18/PMK.010/2012 tersebut.

Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyangkut

masalah “Perlindungan Hukum dalam Penerimaan Bantuan Permodalan bagi

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) oleh Perusahaan Modal Ventura

Dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) Bilyet Giro”,

tidak ditemukan Tesis maupun karya tulis lainnya dengan judul yang sama.

Namun dapat dibandingkan dengan dua (2) penelitian yang menyangkut

6Rosa Agustina dkk. 2012, Hukum perikatan (Law of Obligations),

Pustaka Larasan, Denpasar, hal. 5.

Page 22: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

6

permasalahan tentang perjanjian antara perusahaan modal Ventura dengan

perusahaan pasangan usaha, yaitu :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Made Ayu Fransisca Yusi Megasari, SH.

pada tahun 2008 dari Program Pascasarjana Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang, melakukan penelitian

dengan judul “Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan dengan Bagi Hasil di

PT. Sarana Jateng Ventura-Semarang” dengan menggunakan metode

yuridis empiris, dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan pola bagi

hasil di PT. Sarana Jateng Ventura-Semarang?

2. Bagaimanakah penyelesaian yang dilakukan PT. Sarana Jateng

Ventura-Semarang terhadap Perusahaan Pasangan Usaha yang

wanprestasi?

b. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia Silvanny, SH. pada tahun 2011 dari

Program Pascasarjana Program Studi Magister Kenotariatan Universitas

Sumatera Utara Medan, melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan

Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil Perusahaan Modal Ventura dan

Perusahaan Pasangan Usaha” dengan menggunakan metode penelitian

yuridis normatif, dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perjanjian antara Perusahaan Modal Ventura dan

Perusahaan Pasangan Usaha?

2. Bagaimana kedudukan para pihak dalam perjanjian bagi hasil antara

Perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Pasangan Usaha?

Page 23: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

7

3. Bagaimana cara penyelesaian wanprestasi bagi para pihak dalam

perjanjian bagi hasil antara Perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan

Pasangan Usaha?

Dari hasil penelusuran orisinalitas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

maka tidak ditemukan adanya kesamaan baik dari segi isi ataupun subtansi karya

tulis yang telah dimuat sebelumnya sehingga tingkat orisinalitas penelitian ini

dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk tesis dengan judul

“Perlindungan Hukum bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

dalam Penerimaan Bantuan Permodalan dari Perusahaan Modal Ventura

dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) Bilyet

Giro”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam research

questions sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan

(SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak merealisasikan

bantuan modal kepada UMKM?

2. Bagaimana tanggungjawab perusahaan Modal Ventura yang gagal

merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP)?

Page 24: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

8

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan untuk mencari, menggali,

menghubungkan dan memprediksi suatu kejadian. Setiap penelitian hukum yang

dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Adapun tujuan dari penelitian

hukum ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) dalam penerimaan bantuan permodalan dari perusahaan

modal Ventura dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP)

Bilyet Giro.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kedudukan Surat Pernyataan Jaminan

Kepastian Pencairan (SPJKP) dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak

merealisasikan bantuan modal kepada UMKM.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggungjawab perusahaan Modal

Ventura yang gagal merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah

menerbitkan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP).

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang

bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut :

Page 25: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

9

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum perjanjian pada

khususnya mengenai wanprestasi dari Surat Pernyataan Jaminan Kepastian

Pencairan (SPJKP) yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan bukan bank yang

mundur pencairannya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi

pihak lembaga keuangan bukan bank untuk memperbaiki sistem pencairan

bantuan modalnya sehingga tidak merugikan pihak penerima modal. Selain itu

dapat menjadi pertimbangan notaris untuk melegalisasi Surat Pernyataan Jaminan

Kepastian Pencairan bantuan modal tersebut.

1.5 Landasan Teoritis

Teori memiliki peranan yang sangat penting untuk memandu penelitian

sehingga penelitian yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Adapun teori-teori yang digunakan untuk melihat dan menganalisis perlindungan

hukum bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam penerimaan

bantuan permodalan dari perusahaan modal Ventura dengan Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) bilyet giro adalah dengan Teori Hukum

Perjanjian dan Teori Kepastian Hukum. Sedangkan konsep yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah Konsep Wanprestasi, Konsep Modal Ventura, Konsep

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Konsep Perjanjian Pembiayaan pada

Perusahaan Modal Ventura dan Konsep Perlindungan Hukum.

Page 26: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

10

1.5.1 Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum merupakan ciri yang tak dapat dipisahkan dari hukum,

terutama untuk norma hukum tertulis. Kepastian hukum disebut sebagai salah satu

tujuan dari hukum. Keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian dalam

hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri.

Ajaran kepastian hukum berasal dari ajaran yuridis dogmatik yang

didasarkan pada pemikiran positivis di dunia hukum, melihat hukum sebagai

sesuatu yang otonom, mandiri karena hukum bagi aliran ini hanya sekumpulan

aturan. Tujuan hukum yang utama adalah kepastian hukum. Kepastian hukum

diwujudkan dengan membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum yang

membuktikan bahwa tujuan hukum itu semata-mata untuk kepastian hukum.7

Gustav Radbruch menyebut keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum

sebagai tiga ide dasar hukum atau tiga nilai dasar hukum, yang berarti dapat

dipersamakan dengan asas hukum.8 Terkait dengan kepastian hukum, Gustav

Radburch mengemukakan empat hal yang mendasar berhubungan dengan

kepastian hukum, yaitu:

Pertama, bahwa hukum itu positif, artinya bahwa ia adalah perundang-

undangan (gesetzliches Recht). Kedua, bahwa hukum ini didasarkan pada

fakta (Tatsachen), bukan suatu rumusan tentang penilaian yang nanti akan

dilakukan oleh hakim, seperti ”kemauan baik”, “kesopanan”. Ketiga, bahwa

fakta itu harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari

kekeliruan dalam pemaknaan, disamping juga mudah dijalankan. Keempat,

hukum positif itu tidak boleh sering diubah-ubah…..9

7Achmad Ali, 2008, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan

Sosiologis), Ghalia Indonesia, Bogor, hal.67. 8Gustav Radbruch, 1990, Legal Philosophy, in The Legal Philosophy of

Lask, Radbruch, Massachusetts, Harvard University Press, hal. 107. 9Achmad Ali, Op.Cit., hal.293.

Page 27: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

11

Pendapat Gustav Radburch tersebut didasarkan pada pandangannya bahwa

kepastian hukum adalah kepastian tentang hukum itu sendiri. Kepastian hukum

merupakan produk dari hukum atau lebih khusus perundang-undangan.

Berdasarkan teori kepastian hukum yang telah diuraikan di atas, maka

penulis berpendapat bahwa dalam kepastian hukum terkandung beberapa arti,

yakni adanya kejelasan, dan tidak menimbulkan salah tafsir atau multi tafsir.

Selain itu kepastian hukum juga mengandung arti tidak menimbulkan kontradiktif

dan dapat dilaksanakan.

1.5.2 Teori Hukum Perjanjian

Menurut Abdulkadir Muhammad, perjanjian adalah hubungan hukum,

hubungan hukum itu timbul karena adanya peristiwa hukum yang dapat berupa

perbuatan, kejadian, keadaan dalam lingkup harta kekayaan.10

Mengenai

pengertian perjanjian ini, J. Satrio mengemukakan pendapatnya bahwa, perjanjian

adalah peristiwa yang menimbulkan dan berisi ketentuan-ketentuan hak dan

kewajiban antara dua pihak atau dengan perkataan lain bahwa perjanjian berisi

perikatan.11

Scanlon menyatakan bahwa perjanjian merupakan janji antara para

pihak yang membuatnya yang mempunyai aspek moral dan aspek kekuatan

memaksa sebagai kekuatan mengikatnya.12

10

Abdulkadir Muhammad, 2003, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal. 199. 11

J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian,

PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 5. 12T.M., Scanlon, 2001, Promise and Contracts, dalam Peter Benson (ed),

The Theory of Contract Law, New York, Cambridge University Press, hal. 99.

Page 28: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

12

Menurut Pasal 1313 BW (Indonesie) Staatsblad 1847 Nomor 23

(diterjemahkan R. Subekti selanjutnya disebut BW/KUHPerdata), suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang atau lebih. Dari peristiwa ini, muncul suatu hubungan antara dua

orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan

antara dua orang yang membuatanya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu

rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan

atau ditulis. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian, adalah

bahwa perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan. Perjanjian, adalah sumber

perikatan.13

Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa perjanjian adalah

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih. Berdasarkan kata sepakat atau

saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Dalam hukum perjanjian berlaku beberapa asas. Asas-asas hukum

perjanjian terdapat dalam Buku Ketiga KUHPerdata, yaitu :14

1. Asas kebebasan berkontrak

Adalah setiap orang bebas mengadakan perjanjian. Hal ini dikarenakan

hukum perjanjian menganut sistem terbuka, yaitu memberikan kebebasan

seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi

apa saja asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Setiap

orang bebas untuk mengadakan suatu perjanjian yang berupa apa saja, baik itu

13

Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, hal. 1. 14

Salim H. S., 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan

Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 9-13.

Page 29: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

13

bentuknya, isinya serta pada siapa perjanjian itu hendak ditujukan. Asas ini

merupakan kesimpulan dari isi Pasal 1338 BW/KUHPerdata, yang berbunyi :

Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu

tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah

pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undangundang.

Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Berdasarkan ini Pasal 1338 BW/KUHPerdata tersebut dia atas, maka

dapat dinyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah menurut

undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.

Asas kebebasan berkontrak merupakan asas yang paling penting dalam

hukum perjanjian, karena dari asas inilah tampak adanya pernyataan dan

ungkapan hak asasi manusia dalam mengadakan perjanjian sekaligus

memberikan peluang bagi perkembangan hukum perjanjian. Selain itu asas ini

juga merupakan dasar dari hukum perjanjian. Asas kebebasan berkontrak tidak

tertulis dengan kata-kata yang banyak dalam Undang-undang, tetapi seluruh

hukum perdata kita didasarkan padanya.15

2. Asas konsensualisme

Perjanjian sudah dapat dikatakan ada atau lahir dengan adanya kata

sepakat dari pihak yang membuat perjanjian. Asas ini terdapat dalam Pasal

1320 BW/KUHPerdata yang menyebutkan adanya empat syarat sahnya

perjanjian, salah satunya adalah kesepakatan bagi mereka yang mengikatkan

diri.

15

Purwahid Patrik, 2006, Asas Itikad Baik dan Kepatutan dalam

Perjanjian, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, hal. 4.

Page 30: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

14

3. Asas kekuatan mengikat atau asas Pacta Sunt Servanda

Merupakan asas dalam perjanjian yang berhubungan dengan

mengikatnya suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para

pihak mengikat mereka yang membuatnya dan perjanjian tersebut berlaku

seperti Undang-undang. Asas ini berarti bahwa perjanjian hanya berlaku bagi

para pihak yang membuatnya. Hal ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1)

BW/KUHPerdata yang menyatakan: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuat”.

4. Asas itikad baik

Bahwa orang yang akan membuat perjanjian harus dilakukan dengan

itikad baik. Itikad baik dalam pengertian yang subyektif dapat diartikan

sebagai kejujuran seseorang yaitu apa yang terletak pada seorang pada waktu

perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik dalam pengertian obyektif, adalah

bahwa pelaksanaan suatu perjanjian hukum harus didasarkan pada norma

kepatuhan atau apa-apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalam

masyarakat. Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) BW/KUHPerdata.

5. Asas kepribadian atau personalitas

Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan

melakukan dan atau membuat perjanjian hanya untuk kepentingan

perseorangan saja. Hal ini dapat diketahui dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340

BW/KUHPerdata yang menyebutkan pada umumnya seseorang tidak dapat

mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.

Page 31: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

15

1.5.3 Konsep Perlindungan Hukum

Konsep perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala

peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan

kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara

anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang

dianggap mewakili kepentingan masyarakat. Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra

berpendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan

yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan

antisipatif.16

Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan

untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik

untuk memperoleh keadilan sosial.17

Upaya untuk mendapatkan perlindungan hukum tentunya yang diinginkan

oleh manusia adalah ketertiban dan keteraturan antara nilai dasar dari hukum yakni

adanya kepastian hukum, kegunaan hukum serta keadilan hukum. Meskipun pada

umumnya dalam praktek ketiga nilai dasar tersebut bersitegang, namun haruslah

diusahakan untuk ketiga nilai dasar tersebut bersamaan.18

Fungsi primer hukum, yakni melindungi rakyat dari bahaya dan tindakan

yang dapat merugikan dan menderitakan hidupnya dari orang lain, masyarakat

maupun penguasa. Di samping itu berfungsi pula untuk memberikan keadilan serta

menjadi sarana untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Perlindungan,

16

Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem,

Remaja Rusdakarya, Bandung, hal. 118. 17Hartono, Sunaryati, 2001, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum

Nasional, Penerbit Alumni, Bandung, hal. 29.

18Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

hal. 53.

Page 32: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

16

keadilan, dan kesejahteraan tersebut ditujukan pada subyek hukum yaitu pendukung

hak dan kewajiban.19 Menurut pendapat Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta tentang

fungsi hukum untuk memberi perlindungan adalah bahwa hukum itu ditumbuhkan

dan dibutuhkan manusia justru berdasarkan produk penilaian manusia untuk

menciptakan kondisi yang melindungi dan memajukan martabat manusia serta untuk

memungkinkan manusia menjalani kehidupan yang wajar sesuai dengan

martabatnya.20

Perlindungan terhadap masyarakat mempunyai banyak dimensi yang salah

satunya adalah perlindungan hukum. Perlindungan hukum bagi setiap Warga

Negara Indonesia tanpa terkecuali, dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), untuk itu setiap produk

yang dihasilkan oleh legislatif harus senantiasa mampu memberikan jaminan

perlindungan hukum bagi semua orang, bahkan harus mampu menangkap

aspirasi-aspirasi hukum dan keadilan yang berkembang di masyarakat. Hal

tersebut, dapat dilihat dari ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan

kedudukan hukum bagi setiap Warga Negara Indonesia tanpa terkecuali. Dalam

konteks Ilmu Hukum, konsep perlindungan hukum sering dimaknai sebagai suatu

bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum untuk

memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi dari

ancaman, gangguan, terror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan

pada proses litigasi dan/atau non litigasi.

19

Supanto, 2014, Perlindungan Hukum Wanita,

http://supanto.staff.hukum.uns.ac.id/, diakses tanggal 17 September 2014. 20

Lili Rasjidi dan B Arief Sidharta, 2004, Filsafat Hukum Madzab dan

Refleksi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, hal. 64.

Page 33: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

17

Dengan demikian Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang

melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan

hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:21

1. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk

mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam

peraturan perundang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu

pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam

melakukan suatu kewajiban.

2. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi

seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila

sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa salah satu

sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan

perlindungan kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap

masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.

Selanjutnya hukum dapat melindungi hak dan kewajiban setiap individu dalam

masyarakat.

21Musrihah, 2000, Dasar dan Toeri Ilmu Hukum, PT. Grafika Persada,

Bandung, hal. 30.

Page 34: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

18

1.5.4 Konsep Modal Ventura

1.5.4.1 Pengertian Modal Ventura

Dalam melakukan suatu kegiatan investasi tidak semua investasi dapat

dilakukan dengan mudah, karena hampir semua investasi mengandung suatu risiko

kerugian. Bagi investasi yang mempunyai risiko rendah, hampir semua investor ingin

melakukannya. Akan tetapi, jika investasi tersebut memiliki risiko tinggi, maka tidak

mudah untuk mencari investor yang mau melakukannya, yang berani melakukan

investasi dimana investasi tersebut mengandung suatu risiko tinggi adalah perusahaan

modal ventura.

Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa Inggris

yaitu Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung risiko, sehingga

modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal yang

mengandung risiko pada suatu usaha atau perusahaan,22 atau dapat pula diartikan

sebagai usaha. Secara sempit, modal ventura dapat diartikan sebagai modal yang

ditanamkan pada usaha yang mengandung risiko dengan tujuan memperoleh

pendapatan berupa bunga atau deviden.23

Modal Ventura, adalah suatu pembiayaan oleh perusahaan modal ventura

(investor) dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang

menerima bantuan pembiayaan (perusahaan pasangan usaha) untuk jangka waktu

tertentu, di mana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak investor akan melakukan

divestasi atas saham-sahamnya itu.24

22

Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 21. 23

Martono, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonasia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, hal. 127. 24

Munir Fuady, 2005, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di

Era Global, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 125.

Page 35: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

19

Menurut Dictionary of Business, dalam bukunya Munir Fuady, modal

ventura adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu

perusahaan yang melibatkan risiko investasi, tetapi juga menyimpan potensi

keuntungan di atas keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena

itu, modal ventura disebut juga sebagai modal yang berisiko tinggi.25

Menurut Neil Cross, dalam bukunya O. P. Simorangkir, yang dimaksud

dengan modal ventura adalah suatu pembiayaan yang mengandung risiko,

biasanya dilakukan dalam bentuk partisipasi modal terhadap perusahaan-

perusahaan yang mempunyai potensi berkembang yang tinggi. Dan perusahaan

modal ventura menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk masukan

manajemen dan memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi

perusahaan yang bersangkutan. Risiko yang relatif tinggi ini akan

dikompensasikan dengan kemungkinan hasil yang tinggi pula, yang biasanya

didapatkan melalui keuntungan yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman

modal yang bersifat jangka menengah.26

Pendapat lain tentang pengertian modal ventura dikemukakan oleh

Handowo Dipo, dalam bukunya Hasanuddin Rahman, yang menyatakan bahwa

modal ventura adalah suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang

bisa dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah perusahaan modal

ventura yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut.27

25

Munir Fuady, 2002, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan

Praktek). PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 109. 26

O. P. Simorangkir, 2004, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non

Bank, Ghalia Indonesia, Bogor, hal. 170. 27

Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 16.

Page 36: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

20

Di dalam Pasal 1 angka 11 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988

Tentang Lembaga Pembiayaan menyatakan, bahwa perusahaan modal ventura

adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan

modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk

jangka waktu tertentu. Definisi yang sama diulang kembali dalam Pasal 1 huruf

(h) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan.

Pada setiap kegiatan bisnis pembiayaan, termasuk modal ventura inisiatif

untuk mengadakan hubungan kontraktuil berasal dari para pihak terutama

perusahaan pasangan usaha. Kehendak para pihak tersebut dituangkan dalam

bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menetapkan kewajiban dan hak

masing-masing pihak dalam hubungan bisnis pembiayaan modal ventura.

Notaris merupakan salah satu pihak utama yang terlibat dalam

membuatkan akta-akta atau perjanjian-perjanjian antara perusahaan modal ventura

dengan perusahaan pasangan usaha sebagai alat bukti apa saja yang diperjanjikan

antara perusahaan modal ventura dengan perusahaaan pasangan usaha. Notaris

juga dapat berperan untuk memberikan saran apabila terjadi masalah-masalah

hukum yang perlu dijembatani.

1.5.4.2 Pengaturan Modal Ventura

Modal ventura salah satu lembaga pembiayaan yang keberadaannya masih

relative baru. Secara institusional dan formal usaha modal ventura ini baru ada

setelahkeluarnya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, dan

Page 37: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

21

Keputusan Manteri Keuangan No. 1251/KMK. 013/1988 tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua peraturan ini merupakan

tonggak sejarah perkembangan hukum modal ventura.

Di samping kedua peraturan di atas, modal ventura sebagai lembaga bisnis

di bidang pembiayaan juga bersumber dari berbagai peraturan perundangan baik

yang bersifat perdata maupun yang bersifat publik. Abdulkadir Muhammad dan

Rirda Murniati mengelompokkan sumber hukum modal Ventura ke dalam dua

klasifikasi, yaitu dari hukum perdata, dan dari segi hukum publik. Dari segi

perdata, perjanjian adalah hukum sumber utama hukum modal ventura, adapun

dari segi public adalah peraturan perundangan sebagai sumber utama dalam

hukum modal ventura.28

1. Segi Hukum Perdata

Hukum perdata adalah hukum yang mengatur kepentingan-

kepentingan perdata para pihak yang terikat dalam suatu hubungan hukum.

Dari kegiatan bisnis modal ventura ini yang dimaksud para pihak adalah

perusahaan modal ventura (venture capital company) dan perusahaan

pasangan usaha (investe company). Dari segi hukum perdata, ada 2 (dua)

sumber hukum yang mendasari usaha modal ventura, yaitu kebebasan

berkontrak, dan perudang-undangan bidang hukum perdata.

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam modal ventura selalu

dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi

28 Abdulkadir Muhammad dan Rirda Murniati, 2000, Segi Hukum

Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 194.

Page 38: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

22

dasar kepastian hukum (Legal Certanty). Kontrak modal ventura ini

dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak yang memuat rumusan

kehendak berupa hak dan kewajiban dari pihak perusahaan modal ventura

dari modal perusahaan dan pihak perusahaan pasangan usaha.

Kontrak modal ventura merupakan dokumen hukum utama

(Main Legal Document) yang dibuat secara sah dengan memenuhi

syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1320 KUH Perdata.

Akibat hukum kontrak yang dibuat secara sah, maka akan berlaku

sebagai undang-undang bagi perusahaan modal ventura dan pihak

perusahaan pasangan usaha (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata).

Konsekuensi Yuridis selanjutnya, kontrak tersebut harus dilaksanakan

dengan iktikad baik (In Good Faith) dan tidak dibatalkan secara

sepihak (Unilateral Unvoiduble). Kontrak modal ventura berfungsi

sebagai dokumen bukti yang sah bagi perusahaan modal ventura dan

perusahaan pasangan usaha.

b. Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata

Sumber hukum modal ventura yang berupa undang-undang di

bidang hukum perdata adalah KUH Perdata, Undang-Undang No. 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang No. 25

Tahun 1992 tetang Perkoperasian, dan UNdang-UNdang No. 8 Tahun

1995 tentang Pasal Modal.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) hingga

sekarang masih berlaku sebagai sumber hukum utama, khususnya

Page 39: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

23

ketetuan-ketentuan tentang perikatan/pernjanjian dalam Buku III KUH

Perdata yang relevan dengan kontrak modal ventura. Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 dan peraturan pelaksanaannya menjadi sumber

hukum dalam modal ventura karena bentuk badan usaha perusahaan

modal ventura dapat berupa Perseroan Terbatas (PT). dengan

demikian, cara pendirian Perusahaan Modal Ventura, dan kegiatan

pembiayaan yang dilakukan, yaitu berupa penyertaan modal dalam

bentuk pembelian saham Perusahaan Pasangan Usaha harus

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 dan peraturan pelaksanaan.29

Adapun Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 berlaku bagi

usaha modal ventura apabila bentuk badan usaha perusahaan modal

ventura tersebut adalah koperasi, sehingga di dalam pendirian dan

kegiatan juga harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

undang-undang tersebut. Selanjutnya apabila perusahaan modal

ventura melakukan jual beli saham di pasar modal, maka Undang-

Undang No. 8 Tahun 1995 mnejadi sumber hukum modal Ventura.30

2. Segi Hukum Publik

Sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan, modal

ventura banyak menyangkut kepentingan public terutama yang bersifat

administratif. Oleh karena itu, perundang-undangan yang bersfiat public

29 Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta,

hal. 36. 30 Ibid,

Page 40: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

24

yang relevan berlaku pula pada usaha modal ventura. Perundang-undangan

tersebut terdiri atas undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan

Presiden, dan keputusan menteri.31

a. Undang-Undang di Bidang Hukum Publik

Berbagai undang-undang di bidang administrasi negara yang

menjadi sumber hukum utama modal ventura adalah sebagai berikut :

1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok

Agraria dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-undang

ini apabila perusahaan modal ventura mengadakan perjanjian

mengenai dan atau berusaha dengan hak-hal atas tanah.

2) Undang-Undang No. 3 Tahun 1983 tentang Wajib Daftar

Perusahan dan peraturan pelaksanaannya. Berlakunya undang-

undang ini apabila perusahaan modal ventura berurusan dengan

pendaftaran perusahaan pada waktu pendirian, pendaftaran ulang,

dan pendaftaran likuidasi perusahaan.

3) Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 Undang-Undang No. 7 Tahun

1991, Undang-Undang No. 8 Tahun 1991 dan peraturan

pelaksanaannya, semuanya tentang Perpajakan. Berlakunya

undang-undang ini karena perusahaan modal ventura wajib

membayar pajak bumi dan bangunan, penghasilan, dan

pertambahan nilai serta pajak jenis lainnya.

31 Abdulkadir Muhammad dan Rirda Murniati, Op.Cit.

Page 41: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

25

b. Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan

Peraturan tentang lembaga pembiayaan yang mengatur usaha

modal vetura antara lain adalah :

1) Peraturan Pemerintah NO. 18 Tahun 1973 yang mengatur tentang

pendirian PT (persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia. ini

adalah perusahaan modal ventura yang pertama di Indonesia yang

sahamnya dipegang oleh Departemen Keuangan dan Bank

Indonesia.

2) Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga

Pembiayaan. Di dalamnya memuat tentang pengakuan bahwa

modal ventura sebagai salah satu bentuk model penyaluran

pembiayaan. Bentuk hukum perusahaan modal vetura adalah

Perseroan terbatas atau Koperasi, dan dalam kegiatannya dilarang

menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro,

deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar (promissory note).

3) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK. 013/1988 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang

kemudian diubah dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri

Keuangan No. 468 Tahun 1995 dalam Keputusan Menteri

Keuangan ini mengatur tentang sasaran kegiatan perusahaan modal

ventura, jangka waktu penyertaan modal pada perusahaan

pasangan usaha, izin usaha, besaran modal, pembinaan dan

pengawasan, serta sanksi apabila perusahaan modal ventura

Page 42: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

26

melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan dari Keputusan Menteri Keuangan tersebut.32

1.5.5 Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Pengertian dan kriteria Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(selanjutnya disebut Undang-Undang UMKM). Usaha Mikro adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang.

Sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau

usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha.

Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam undang-undang.

Tentang kriteria usaha mikro, kecil dan menengah dijelaskan dalam Pasal

6, yaitu :

32 Abdulkadir Muhammad dan Rirda Murniati, Op.Cit.

Page 43: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

27

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh

milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

4. Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2)

huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat

diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan

Peraturan Presiden.

Page 44: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

28

Sebelum undang-undang tersebut diberlakukan, kriteria UMKM dijelaskan

dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor : 37/M-

IND/PER/6/2006 tentang Pengembangan Jasa Konsultansi Industri Kecil dan

Menengah (IKM) Menteri Perindustrian Republik Indonesia, menyatakan bahwa

Perusahaan Industri Menengah yang selanjutnya disebut Industri Menengah (IM)

adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai

investasi lebih besar dari Rp. 200.000.000,-(dua ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp.10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha.

Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.

254/MPP/Kep/7/1977 Tentang Kriteria Industri dan Perdagangan Kecil di

Lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan kriteria

Industri Kecil dan Perdagangan Kecil di lingkungan Departemen Perindustrian

dan Perdagangan, yaitu : nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.

200.000.000 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; dan pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia.

Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tersebut, maka

kriteria industri dan perdagangan kecil sebagaimana diatur dalam Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor Keputusan Menteri Perindustrian

dan Perdagangan No. 254/MPP/Kep/7/1977 dan No. 37/M-IND/PER/6/2006

dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam perkembangannya UMKM berpengaruh

dalam pertumbuhan ekonomi sangat penting, seperti dinyatakan dalam laporan

penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2005 distribusi UKM terhadap Produk

Page 45: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

29

Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp. 1.480 trilyun (54 persen), sementara dari

usaha besar sebesar Rp. 1.249 Trilyun (46 persen). Data juga menunjukkan bahwa

tenaga kerja yang dapat diserap dari sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah) cukup besar bila dibandingkan dengan usaha skala besar.33

1.5.6 Konsep Perjanjian Pembiayaan pada Perusahaan Modal Ventura

Sebagaimana halnya dengan pembiayaan lainnya, maka dalam realisasi

pembiayaan modal ventura pun harus selalu didahului dengan suatu perjanjian

antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha. Menurut

Andi Maradang Mackulau, perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil

merupakan suatu perjanjian dalam hal mana pihak yang satu (pihak pertama)

berkewajiban menyerahkan sejumlah uang dan atau barang tertentu kepada dan

untuk dipergunakan oleh pihak yang lain (pihak kedua) sebagai modal atau

tambahan modal usaha, dengan kewajiban bagi pihak lainnya itu untuk pada

waktunya membayar kembali dan memberi imbalan pada pihak pertama menurut

bentuk, cara, jumlah, jangka waktu serta syarat yang telah disepakati.34

Pembiayaan dengan pola bagi hasil adalah merupakan suatu perjanjian,

oleh karena itu ketentuan umum mengenai hukum perjanjian sebagaimana diatur

dalam Buku Ketiga KUHPerdata, antara lain yang menyangkut syarat sahnya

perjanjian serta asas-asas hukum perjanjian. Perusahaan Modal Ventura sebagai

pihak yang memberikan fasilitas pembiayaan dan perusahaan pasangan usaha

33Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia, 2006,

Rencana Strategis (RENSTRA) Satuan Tugas (SATGAS) Konsultasi

Keuangan/Pendampingan UMKM Mitra Bank (KKMB), hal. i. 34

Andi Maradang Mackulau, 2003, “Tinjauan Hukum Pembiayaan Bagi

Hasil Modal Ventura” Rapat Executive Committee, hal. 2.

Page 46: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

30

sebagai pihak yang menerima pembiayaan perlu memperhatikan syarat-syarat

perjanjian yang ditentukan dalam Pasal 1320 BW/KUHPerdata, yaitu :

1. Adanya kesepakatan dari para pihak;

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian;

3. Obyek yang diperjanjikan; dan

4. Sebab yang halal.

Sedangkan asas-asas hukum perjanjian yang perlu diperhatikan, yakni :

1. Asas konsensualitas (Pasal 1320 BW/KUHPerdata)

2. Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata)

3. Asas Itikad baik (Pasal 1338, Pasal 1320, Pasal 1321 BW/KUHPerdata).

Di dalam perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil terdapat pihak-

pihak yang terlibat dalam proses pembiayaan modal ventura, yaitu :

1. Perusahaan modal ventura

Perusahaan modal ventura merupakan salah satu pihak dalam suatu

perjanjian, yakni pihak yang memberikan dana kepada pihak lainnya, yaitu

pihak perusahaan pasangan usaha yang dapat menjalankan perusahaan

modal ventura adalah hanya perusahaan pembiayaan.

2. Perusahaan pasangan usaha

Perusahaan pasangan usaha haruslah berbentuk perusahaan. Dengan

demikian, pihak perorangan tidak mungkin mendapatkan bantuan modal

melalui bisnis modal ventura

Page 47: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

31

Hak dan kewajiaban pihak yang memberikan modal ventura atau

perusahaan modal ventura dan pihak yang menerima modal ventura atau

perusahaan pasangan usaha, yaitu :35

1. Kewajiban

a. Kewajiban Perusahaan Modal Ventura

Pada dasarnya kewajiban perusahaan modal ventura hanyalah

berupa penyediaan uang atau modal kepada perusahaan pasangan

usahanya, sebesar berapa yang telah disepakati dalam perjanjian. Namun

demikian, perusahaan modal ventura dituntut untuk memenuhi

kewajibannya yang lain, antara lain :

1) Melakukan pembinaan terhadap perusahaan pasangan usahanya, baik

atas usaha oprasional, manajemen, dan keuangan yang dibiayai dengan

modal tersebut.

2) Melakukan pelaporan-pelaporan yang diwajibkan oleh pemerintah,

khususnya yang berkenaan dengan bantuan dan pembinaan pengusaha

kecil yang ada di daerahnya.

b. Kewajiban Perusahaan Pasangan Usaha

Kewajiban dari perusahaan pasangan usaha, antara lain adalah

sebagai berikut:

1) Mengembalikan modal yang telah diterimanya tersebut kepada

perusahaan modal ventura setelah jangka waktu tertentu yang telah

disepakati dalam perjanjian.

35

Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 118.

Page 48: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

32

2) Membayar bunga atau bagi hasil atas pemberian modal tersebut

sebesar berapa yang telah disepakati dalam perjanjian.

2. Hak

a. Hak Perusahaan Modal Ventura

Hak Perusahaan Modal Ventura, antara lain adalah sebagai berikut:

1) Berhak untuk mendapatkan pembayaran angsuran dan bagi hasil dari

pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan modal ventura, sekaligus

pinjaman pokoknya.

2) Berhak melakukan Divestasi, yaitu pelepasan investasi yang dilakukan

perusahaan modal Ventura, apabila usaha dari perusahaan pasangan

usahanya telah mencapai keberhasilan yang ditargetkan.

3) Berhak menegur perusahaan pasangan usaha yang gagal

merealisasikan bantuan modalnya.

b. Hak Perusahaan Pasangan Usaha

Hak perusahaan pasangan usaha, antara lain :

1) Berhak mendapatkan pelayanan dari perusahaan modal ventura.

2) Berhak memperoleh modal (pembiayaan) dari perusahaan modal

ventura untuk menjalankan usahanya.

3) Berhak mendapatkan pembinaan dari perusahaan modal ventura.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Berangkat belum adanya pengaturan mengenai sanksi dalam Peraturan

Menteri Keuangan (Permenkeu) Nomor 18/PMK.010/2012 Tentang Perusahaan

Page 49: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

33

Modal Ventura bila perusahaan modal Ventura mengulur-ulur waktu pencairan

bantuan modal setelah pemohon modal menyetorkan kepesertaan modalnya, yang

dalam hal ini berarti masih terdapat norma kosong dalam Permenkeu Nomor

18/PMK.010/2012 tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti mempergunakan

jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian

yang dilakukan dengan cara mengkaji peraturan perundang-undangan yang

berlaku atau diterapkan terhadap suatu permasalahan hukum tertentu yang dalam

hal ini adalah permasalahan tentang perlindungan hukum bagi Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) dalam penerimaan bantuan permodalan dari perusahaan

Modal Ventura dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP)

Bilyet Giro.

Penelitian normatif seringkali disebut dengan penelitian doktrinal, yaitu

penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma

dalam hukum positif.36

Dalam penelitian normatif hukum dipandang identik

dengan norma-norma tertulis, yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau

pejabat yang berwenang dan meninjau hukum sebagai suatu sistem normatif yang

otonom, mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat nyata.37

1.6.2 Jenis Pendekatan

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan

pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek

36

Johny Ibrahim, 2012, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,

Banyumedia, Malang, hal. 295. 37

Soemitro, Ronny Hanitijo, 2008, Metode Penelitian Hukum dan

Jurimetri, Alumni, Jakarta, hal 13-14.

Page 50: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

34

mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabnya yaitu perlindungan

hukum bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam penerimaan

bantuan permodalan dari perusahaan Modal Ventura dengan Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) Bilyet Giro. Menurut Peter Mahmud

Marzuki38

pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum

adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case

approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif

(comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach).

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan undang-undang (statute approach),

pendekatan konsep (conceptual approach), dan pendekatan kasus (case approach)

sekaligus.

1.6.3 Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian hukum normatif

merupakan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diambil secara tidak

langsung atau yang telah terlebih dahulu dikumpulkan orang lain di luar dari

penelitian sendiri. Adapun data sekunder terdiri dari :39

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang berupa

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang

akan dikaji, terdiri dari :

a. UUD Negara Republik Indonesia 1945

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

38Peter Mahmud Marzuki, 2011, Penelitian Hukum, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, hal. 93. 39Bambang Waluyo, 2001, Penelitian Hukum Dalam Praktik, Penerbit

Sinar Grafika, Jakarta, hal. 18.

Page 51: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

35

c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

d. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (selanjutnya disebut Undang-Undang UMKM).

e. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga

Pembiayaan.

f. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 Tentang

Perusahaan Modal Ventura.

g. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP/2007 Tentang Daftar

Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku

teks, jurnal-jurnal asing, pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, serta

simposium yang dilakukan para pakar terkait dengan objek kajian

penelitian hukum ini.40

3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi

petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti kamus hukum,41

Surat kabar, majalah mingguan, bulletin

dan internet juga dapat menjadi bahan bagi penelitian ini sepanjang

memuat informasi yang relevan dengan objek kajian penelitian hukum

ini.42

40Johny Ibrahim, op.cit, hal. 392. 41Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif,

Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 14-15. 42Jay A. Sieglar dan Benyamin R. Beede, 2007, The Legal Souyrces of

Public Policy, Lexington Books, Massachussets, Toronto, hal. 23.

Page 52: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

36

1.6.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Dalam pengumpulan bahan hukum ini harus ditegaskan permasalahan

mengenai jenis, sifat dan kategori bahan hukum serta perlakuan terhadap bahan

hukum yang dikumpulkan. Tujuannya agar pengumpulan bahan hukum dan

penganalisaan terhadap bahan hukum dapat sesuai dengan tujuan dari penelitian.

Teknik pengumpulan bahan hukum yang akan digunakan adalah studi

pustaka atau studi dokumen yaitu mengumpulkan data sekunder mengenai obyek

penelitian yang berupa bahan-bahan hukum bersifat normative-perspektif,

dilakukan dengan cara penelusuran, pengumpulan data sekunder mengenai objek

penelitian, baik secara konvensional maupun dengan menggunakan teknologi

informasi seperti internet, dan lain-lain.

1.6.5 Teknik Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum yang diperoleh, dikelompokkan dan disusun secara

sistematis dan untuk selanjutnya bahan hukum tersebut dianalisis, secara analisis

kualitatif. Analisis kualitatif yang dimaksud, yaitu analisis yang berupa kalimat

dan uraian.43

Metode yang digunakan adalah analisis yuridis, yaitu analisis yang

mendasarkan pada teori-teori, konsep dan peraturan perundang-undangan. Setelah

itu bahan hukum yang diperoleh disusun secara sistematis dan untuk selanjutnya

analisis kualitatif dipakai untuk mencapai penjelasan yang dibahas.

Penggunaan teori-teori dan konsep-konsep penelitian dalam menafsirkan

hasil analisis bahan-bahan hukum bersifat normatif-prespektif, bertujuan

43Achmad Ali, 2008, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Yasrif

Watampone, Jakarta, hal. 188.

Page 53: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

37

menghasilkan, menstrukturkan dan mensistematisasi teori-teori yang menjadi

dasar untuk pengambilan kesimpulan,44

sehingga tujuan akhir penelitian hukum

ini dapat tercapai, yaitu ditemukannya jawaban permasalahan mengenai

perlindungan hukum dalam penerimaan bantuan permodalan bagi Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM) oleh perusahaan Modal Ventura dengan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) Bilyet Giro.

44M. Van Hoecke, dalam Bernard Arief Sidharta, 2001, Refleksi tentang

Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal. 154-155.

Page 54: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

38

BAB II

TINJAUAN UMUM PEMBIAYAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

KEPADA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

2.1 Tinjauan Umum Modal Ventura

2.1.1 Pengertian Modal Ventura

Dalam melakukan suatu kegiatan investasi tidak semua investasi dapat

dilakukan dengan mudah, karena hampir semua investasi mengandung suatu

risiko kerugian. Bagi investasi yang mempunyai risiko rendah, hampir semua

investor ingin melakukannya. Akan tetapi, jika investasi tersebut memiliki risiko

tinggi, maka tidak mudah untuk mencari investor yang mau melakukannya. Yang

berani melakukan investasi dimana investasi tersebut mengandung suatu risiko

tinggi adalah perusahaan modal ventura.

Istilah modal ventura merupakan terjemahan dari terminologi bahasa

Inggris yaitu Venture Capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung risiko,

sehingga modal ventura banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal

yang mengandung risiko pada suatu usaha atau perusahaan,45

atau dapat pula

diartikan sebagai usaha. Secara sempit, modal ventura dapat diartikan sebagai

modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung risiko dengan tujuan

memperoleh pendapatan berupa bunga atau deviden.46

Modal Ventura, adalah suatu pembiayaan oleh perusahaan modal ventura

(investor) dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima

45Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 15. 46

Martono, 2004, Op.Cit, hal. 127.

38

Page 55: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

39

bantuan pembiayaan (perusahaan pasangan usaha) untuk jangka waktu tertentu, di

mana setelah jangka waktu tersebut lewat, pihak investor akan melakukan divestasi

atas saham-sahamnya itu.47

Menurut Dictionary of Business, dalam bukunya Munir Fuady, modal ventura

adalah suatu sumber pembiayaan yang penting untuk memulai suatu perusahaan yang

melibatkan risiko investasi, tetapi juga menyimpan potensi keuntungan di atas

keuntungan rata-rata dari investasi dalam bentuk lain. Karena itu, modal ventura

disebut juga sebagai modal yang berisiko tinggi.48

Menurut Neil Cross, dalam bukunya O. P. Simorangkir, yang dimaksud

dengan modal ventura adalah suatu pembiayaan yang mengandung risiko, biasanya

dilakukan dalam bentuk partisipasi modal terhadap perusahaan-perusahaan yang

mempunyai potensi berkembang yang tinggi. Dan perusahaan modal ventura

menyediakan beberapa nilai tambah dalam bentuk masukan manajemen dan

memberikan kontribusinya terhadap keseluruhan strategi perusahaan yang

bersangkutan. Risiko yang relatif tinggi ini akan dikompensasikan dengan

kemungkinan hasil yang tinggi pula, yang biasanya didapatkan melalui keuntungan

yang didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka

menengah.49

Pendapat lain tentang pengertian modal ventura dikemukakan oleh

Handowo Dipo, dalam bukunya Hasanuddin Rahman, yang menyatakan bahwa

modal ventura adalah suatu dana usaha dalam bentuk saham atau pinjaman yang

47

Munir Fuady, Op.Cit, hal. 125. 48Munir Fuady, Op.Cit, hal. 109. 49

O. P. Simorangkir, Op.Cit, hal. 170.

Page 56: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

40

bisa dialihkan menjadi saham. Sumber dana tersebut adalah perusahaan modal

ventura yang mengharapkan keuntungan dari investasinya tersebut.50

Di dalam Pasal 1 ayat (11) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988

tentang Lembaga Pembiayaan menyatakan, bahwa perusahaan modal ventura

adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan

modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk

jangka waktu tertentu. Definisi yang sama diulang kembali dalam Pasal 1 huruf

(h) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan.

Dari berbagai pengertian atau definisi tentang modal ventura tersebut di

atas, lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa :51

1. Pembiayaan modal ventura terutama diberikan kepada perusahaan yang

baru mulai tumbuh dan biasanya belum mendapat kepercayaan oleh

lembaga perbankan untuk memperoleh kredit bank.

2. Pembiayaan modal Ventura merupakan pembiayaan yang berisiko tinggi,

tetapi juga merupakan pembiayaan yang memiliki potensi keuntungan

yang tinggi pula yang biasanya didapatkan melalui keuntungan yang

didapat dari hasil penjualan dan penanaman modal yang bersifat jangka

menengah atau jangka panjang.

3. Pembiayaan modal ventura merupakan investasi atau penanaman dana

jangka panjang.

50Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 16. 51Munir Fuady, Op.Cit, hal. 17.

Page 57: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

41

4. Pembiayaan modal Ventura biasanya dilakukan dalam bentuk penyertaan

modal dan atau pinjaman yang bisa dialihkan menjadi saham kepada

perusahaan-perusahaan yang berpotensi untuk berkembang.

5. Pembiayaan modal Ventura biasanya dilakukan dalam bentuk paket

pembiayaan, yaitu suntikan dana atau modal yang disertai dengan

penempatan atau pembinaan manajemen pada perusahaan pasangan usaha.

Pembiayaan modal ventura juga untuk mendukung bakat-bakat wirausaha

dengan kemampuan finansial untuk memanfaatkan pasar dengan jalan alih

manfaat yang diberikan dalam dampingan manajemen oleh perusahaan pemodal

ventura.

2.1.2 Dasar Hukum Modal Ventura

Sebagai suatu perbuatan hukum, modal ventura tentu harus

dilatarbelakangi oleh sektor yuridis, agar dapat berlaku dalam lalu lintas pergaulan

bisnis. Di Indonesia, yang menjadi dasar hukum bagi suatu transaksi modal

ventura adalah sebagai berikut :

1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

4. Ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan, seperti Undang-undang Nomor

12 Tahun 1995, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991 serta Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1991.

Page 58: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

42

5. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973 Tentang Pendirian PT.

(Persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 1992 Tentang Sektor-Sektor

Usaha Perusahaan Pasangan Usaha Perusahaan Modal Ventura.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1995 Tentang Pajak Penghasilan

bagi Perusahaan Modal Ventura.

8. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga

Pembiayaan.

9. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan

Lembaga Pembiayaan.

10. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

448/KMK.017/2000 Tentang Perusahaan Pembiayaan.

2.1.3 Tujuan Pendirian Modal Ventura

Maksud dan tujuan pendirian modal ventura antara lain :52

1. Untuk pengembangan suatu proyek tertentu, misalnya proyek penelitian,

dimana proyek ini biasanya tanpa memikirkan keuntungan semata, akan

tetapi bersifat pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Pengembangan suatu teknologi baru atau pengembangan produk baru.

Pembiayaan untuk usaha ini baru memperoleh keuntungan dalam jangka

panjang.

52Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hal. 300.

Page 59: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

43

3. Pengambilan kepemilikian suatu perusahaan. Tujuan pembiayaan dengan

mengambilalih kepemilikan usaha perusahaan lain lebih banyak diarahkan

untuk mencari keuntungan.

4. Kemitraan dalam rangka pengentasan kemiskinan, dengan tujuan untuk

membantu para pengusaha lemah yang kekurangan modal, akan tetapi

tidak punya jaminan materiil, sehingga sulit memperoleh pinjaman dari

bank. Dengan adanya penyertaan modal dari modal Ventura dapat

membantu menghadapi kesulitan keuanganannya.

5. Alih teknologi yang dilakukan ke perusahaan yang masih menggunakan

teknologi lama, sehingga tidak dapat meningkatkan kapasitas produksi dan

mutu produknya.

6. Membantu perusahaan yang sedang kekurangan likuiditas.

7. Membantu mendirikan perusahaan baru, dimana tingkat risiko

kerugiannya sangat besar.

2.1.4 Karakteristik Modal Ventura sebagai Lembaga Pembiayaan

Menurut Pasal 1 huruf (11) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988

Tentang Lembaga Pembiayaan dan Pasal 1 huruf (h) Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan modal ventura

adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha untuk jangka waktu

Page 60: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

44

tertentu. Pembiayaan yang dapat diberikan perusahaan modal ventura dapat

dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :53

1. Penyertaan Modal Langsung

Penyertaan modal langsung, adalah penyertaan modal perusahaan

modal ventura pada perusahaan pasangan usaha dengan cara mengambil

bagian sejumlah tertentu saham perusahaan pasangan usaha yang

bersangkutan. Pola ini dikenal dengan pembiayaan langsung. Penyertaan

modal dalam bentuk saham dapat dilakukan dengan cara :

a. Bersama-sama mendirikan suatu perusahaan.

b. Penyertaan modal perusahaan modal ventura dalam bentuk

pengambilan sejumlah porto folio saham perusahaan pasangan usaha.

2. Semi Penyertaan Modal Langsung

Pembiayaan ini dilakukan dengan membeli obligasi konversi yang

diterbitkan oleh perusahaan pasangan usaha. Cara pembiayaan seperti ini

banyak disukai baik oleh perusahaan modal ventura maupun perusahaan

pasangan usaha karena sifatnya lebih fleksibel.

3. Pembiayaan Bagi Hasil

Pembiayaan ini dilakukan dalam hal usaha yang akan dibiayai

tidak berbentuk badan hukum atau syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk

penyertaan modal langsung belum atau tidak dipenuhi oleh perusahaan

pasangan usaha. Bentuk pembiayaan ini menekankan pada aspek bagi

hasil dari keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dibiayai, oleh karena

53

Frianto Pandia, 2005, Elly Santi Ompusunggu dan Achmad Abror,

Lembaga Keuangan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 92.

Page 61: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

45

itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan ini adalah

kewenangan bertindak pihak yang mewakili perusahaan pasangan usaha,

obyek dana serta jaminan atas pemberian dana. Pembiayaan dengan

memilih pola bagi hasil dapat saja dilakukan antara perusahaan modal

ventura dengan perusahaan pasangan usaha yang telah berbadan hukum,

terutama usaha kecil.

Perusahaan modal ventura melakukan kegiatan pembiayaan sebagaimana

disebutkan oleh Abdulkadir Muhammad dan Rida Murniati, dalam bukunya

Hasanuddin Rahman, bahwa usaha modal ventura menyediakan pembiayaan

dengan cara :

1. Pembelian saham perusahaan pasangan usaha yang dibiayai (Penyertaan

Saham)

Penyertaan saham adalah penyertaan perusahaan modal ventura,

pada perusahaan pasangan usaha dalam bentuk pengambilan sejumlah

saham tertentu dari portepel saham perusahaan pasangan usaha. Saham

yang diambil oleh perusahaan modal ventura tersebut berasal dari saham-

saham dalam portepel, artinya saham-saham tersebut masih belum diambil

bagian dan disetor oleh pemegang saham lainnya (pemegang saham lama),

namun telah dikeluarkan oleh perusahaan pasangan usaha.54

2. Penyertaan modal langsung ke dalam perusahaan pasangan usaha yang

dibiayai (Pola Bagi Hasil)

54

PT. Bahana Artha Ventura, 1996, Ketentuan Pokok Pembiayaan

Perusahaan Modal Ventura, Jakarta, hal. 8.

Page 62: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

46

Pembiayaan ini biasa dikenal dengan profit sharing yang

merupakan pola pembiayaan kerjasama dimana keuntungan bagi

perusahaan modal ventura ditetapkan dengan menentukan pembagian

persentase tertentu dari keuntungan setiap periode tertentu yang akan

diberikan oleh perusahaan pasangan usaha kepada perusahaan modal

ventura.

3. Obligasi konversi yang memiliki hak opsi untuk ditukarkan dengan saham

biasa perusahaan pasangan usaha yang dibiayai

Pada dasarnya obligasi konversi merupakan bentuk campuran

antara hutang dan modal, dimana pemegang surat hutang tersebut

mempunyai opsi untuk mengkonversi hutang tersebut menjadi sejumlah

saham-saham baru pada perusahaan penerbit obligasi dalam jangka waktu

tertentu.55

Obligasi konversi adalah salah satu bentuk penyertaan modal tidak

langsung yang pada awalnya dilakukan dalam bentuk hutang piutang.

Obligasi ini nantinya dapat dikonversikan menjadi saham perusahaan

modal ventura pada perusahaan pasangan usaha.

Dalam perkembangannya, jenis pembiayaan oleh perusahaan modal

ventura terbagi menjadi dua, yaitu :56

1. Penyertaan modal (dibukukan dalam pos modal oleh perusahaan penerima

dana), dan

55 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 130. 56 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 23.

Page 63: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

47

2. Pemberian pinjaman dengan pola bagi hasil (dibukukan dalam pos

pinjaman oleh perusahaan penerima dana) seperti halnya pinjaman atau

kredit dari bank.

2.1.5 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pembiayaan Modal Ventura

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembiayaan modal ventura ada 2

(dua) macam, yaitu :

1. Pihak-Pihak Utama

Pihak-pihak utama yang terlibat dalam proses pembiayaan modal

ventura, yaitu :

a. Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan modal ventura merupakan salah satu pihak dalam

suatu perjanjian, yakni pihak yang memberikan dana kepada pihak

lainnya, yaitu pihak perusahaan pasangan usaha. Dalam praktek

operasionalnya, perusahaan modal ventura menjalankan 2 (Dua)

fungsi, yakni :57

1) Investee management, adalah di mana perusahaan modal ventura

memberikan bantuan berupa dana modal atau pinjaman kepada

perusahaan pasangan usaha, di mana dana bersumber dari modal

atau dana sendiri atau pinjaman dari pihak ketiga untuk

kepentingan operasional perusahaan modal ventura; dan

2) Fund management, adalah di mana perusahaan modal ventura

memberikan bantuan berupa dana modal atau pinjaman kepada

57 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 25.

Page 64: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

48

perusahaan pasangan usaha, pada saat perusahaan modal ventura

tersebut hanya berfungsi sebagai penyandang dana pihak ketiga

dan berada pada posisi channeling (lanjutan) atas dana bantuan

yang diberikan tersebut kepada perusahaan pasangan usaha.

Secara umum, menurut Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, suatu lembaga pembiayaan

di Indonesia hanya dapat dijalankan oleh : (1) Bank; (2) Lembaga

Keuangan Bukan Bank; dan (3) Perusahaan Pembiayaan.

Yang dapat menjalankan perusahaan modal ventura adalah hanya

perusahaan pembiayaan. Hal ini disebabkan karena :

1) Pada prinsipnya, kegiatan modal ventura dikeluarkan dari kegiatan

suatu bank. Kecuali dalam hal khusus, yaitu dalam hal untuk

menyelamatkan kredit macet (Pasal 7 huruf (b) Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan dalam Pasal 7 huruf (c)). Diperkenankannya bank untuk

menyertakan modal dalam suatu perusahaan pembiayaan ini bukan

dalam arti sebagai modal ventura. Sebab pasal tersebut tidak

memaksudkan bahwa penempatan dana tersebut hanya untuk

sementara saja seperti layaknya modal ventura.

2) Sementara itu, Lembaga Keuangan Bukan Bank dewasa ini tidak

eksis lagi, berhubung sudah harus diubah menjadi suatu bank (jika

memenuhi syarat untuk itu).

Page 65: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

49

Menurut Pasal 9 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 1251/KMK.013/1988 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang

dapat menjadi perusahaan pembiayaan yang bergerak di bidang

kegiatan modal ventura adalah suatu Perseroan Terbatas dan

Koperasi.

b. Perusahaan Pasangan Usaha

Perusahaan pasangan usaha haruslah berbentuk perusahaan.

Dengan demikian, pihak perorangan tidak mungkin mendapatkan

bantuan modal melalui bisnis modal ventura. Perusahaan pasangan

usaha dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, Perseroan

Komanditer (CV), Firma, bahkan perusahaan perorangan seperti Usaha

Dagang (UD).

c. Notaris

Pada setiap kegiatan bisnis pembiayaan, termasuk modal

ventura inisiatif untuk mengadakan hubungan kontraktuil berasal dari

para pihak terutama perusahaan pasangan usaha. Kehendak para pihak

tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian

yang menetapkan kewajiban dan hak masing-masing pihak dalam

hubungan bisnis pembiayaan modal ventura.

Notaris merupakan salah satu pihak utama yang terlibat dalam

membuatkan akta-akta atau perjanjian-perjanjian antara perusahaan

modal Ventura dengan perusahaan pasangan usaha sebagai alat bukti

Page 66: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

50

apa saja yang diperjanjikan antara perusahaan modal ventura dengan

perusahaaan pasangan usaha. Notaris juga dapat berperan untuk

memberikan saran apabila terjadi masalah-masalah hukum yang perlu

dijembatani.

2. Pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembiayaan modal ventura.

a. Penyandang Dana

Ada 2 (dua) sumber dana perusahaan modal ventura yang diberikan

kepada pihak perusahaaan pasangan usaha, yakni :

1) Model pendanaan yang berasal dari perusahaan modal ventura

sendiri, yaitu biasanya diambil dari modal saham dan laba yang

ditahan; dan

2) Modal pendanaan yang berasal dari penyandang dana pihak ketiga,

yang dananya tidak disetor menjadi modal saham.

Dalam hal pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan modal

ventura yang dananya berasal dari pihak ketiga, baik dana tersebut

menjadi atau tidak menjadi modal saham dalam perusahaan modal

ventura, dapat dirinci sebagai berikut :58

1) Bank Captive Funds, adalah sebagian dari dana bank disalurkan

untuk kegiatan modal ventura dengan terlebih dahulu membentuk

perusahaan finansial. Dengan demikian, perusahaan finansial yang

bergerak di bidang modal ventura ini merupakan anak perusahaan

dari bank tersebut sebagai pemiliknya.

58 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 29.

Page 67: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

51

2) Investment Institution Captive Funds, dalam hal ini dana-dana

yang dipakai oleh suatu perusahaan modal ventura berasal dari

institusi investasi, seperti dana asuransi, dana pensiun, dan

sebagainya.

3) Independent Funds, dalam hal ini dana-dananya berasal dari pihak

swasta yang tidak berhubungan dengan bank. Bahkan bisa

bersumber dari perusahaan-perusahaan besar atau pihak individu

yang memiliki dana. Di samping itu, ada pula perusahaan-

perusahaan besar yang membentuk suatu Venture Capital

Department atau anak perusahaaan berupa perusahaan modal

ventura atau divisi khusus modal ventura.

4) Public Sector Funds, dalam hal ini dana bersumber dari

pemerintah. Dengan kata lain pemerintah membentuk perusahaan

modal ventura yang bertujuan sarat dengan motif-motif sosial dan

kemanusiaan, nyatanya untuk membantu pengusaha lemah. Untuk

Indonesia dengan didirikannya PT. Bahana Pembinaan Usaha pada

tahun 1973.

5) International Funds, yaitu dana berasal dari institusi internasional,

misalnya Perserikatan Bangsa-Bangsa.

6) Dana dari sumber lainnya, perusahaan modal ventura dapat juga

memperoleh dana dari sumber-sumber lain, seperti perusahaan

finansial lainnya, misalnya lewat penjualan saham di pasar modal,

pasar uang, obligasi, dan sebagainya.

Page 68: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

52

b. Akuntan Publik

Pada dasarnya, akuntan publik tidak dimasukkan sebagai

pihak-pihak yang terlibat dalam suatu pembiayaan modal ventura.

Namun, dalam praktek pembiayaan modal ventura sering kali

melibatkan jasa akuntan publik untuk melihat kondisi keuangan calon

perusahaan pasangan usaha. Ini terjadi apabila pihak perusahaan modal

ventura meminta bantuan jasa akuntan publik tersebut.

Akuntan publik dalam proses persetujuan pembiayaan biasanya

melakukan due diligence mengenai berbagai aspek keuangan dan

pembukuan dari calon perusahaan pasangan usaha yang akan

mengajukan permohonan pembiayaan kepada perusahaan modal

ventura.

c. Perusahaan Jasa Penilai atau Appresial

Perusahaan jasa penilai ini bertugas untuk menilai jaminan dari

perusahaan pasangan usaha yang meminta pembiayaan dari perusahaan

modal ventura. Perusahaan jasa penilai dilakukan oleh karyawan

perusahaan modal ventura sendiri dengan kualifikasi telah lulus dari

ujian tekhnis appresial, akan tetapi apabila perusahaan pasangan usaha

tersebut merasa penilaian terhadap jaminannya kurang tepat, maka

perusahaan pasangan usaha dapat menggunakan perusahaan jasa

penilai luar yang independen dengan biaya sendiri.

Page 69: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

53

2.2 Tinjauan Umum Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil di

Perusahaan Modal Ventura

2.2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi

Hasil di Perusahaan Modal Ventura

Sebagaimana halnya dengan pembiayaan lainnya, maka dalam realisasi

pembiayaan modal ventura pun harus selalu didahului dengan suatu perjanjian

antara perusahaan modal ventura dengan perusahaan pasangan usaha.

Menurut Andi Maradang Mackulau, perjanjian pembiayaan dengan pola

bagi hasil merupakan suatu perjanjian dalam hal mana pihak yang satu (pihak

pertama) berkewajiban menyerahkan sejumlah uang dan atau barang tertentu

kepada dan untuk dipergunakan oleh pihak yang lain (pihak kedua) sebagai modal

atau tambahan modal usaha, dengan kewajiban bagi pihak lainnya itu untuk pada

waktunya membayar kembali dan memberi imbalan pada pihak pertama menurut

bentuk, cara, jumlah, jangka waktu serta syarat yang telah disepakati.59

Pembiayaan dengan pola bagi hasil adalah merupakan suatu perjanjian,

oleh karena itu ketentuan umum mengenai hukum perjanjian sebagaimana diatur

dalam Buku Ketiga KUHPerdata, antara lain yang menyangkut syarat sahnya

perjanjian serta asas-asas hukum perjanjian.

Perusahaan Modal Ventura sebagai pihak yang memberikan fasilitas

pembiayaan dan perusahaan pasangan usaha sebagai pihak yang menerima

pembiayaan perlu memperhatikan syarat-syarat perjanjian yang ditentukan dalam

Pasal 1320 BW/KUHPerdata, yaitu :

59

Andi Maradang Mackulau, Op.Cit, hal. 2.

Page 70: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

54

1. Adanya kesepakatan dari para pihak;

2. Kecakapan untuk membuat perjanjian;

3. Obyek yang diperjanjikan; dan

4. Sebab yang halal.

Sedangkan asas-asas hukum perjanjian yang perlu diperhatikan, yakni :

1. Asas konsensualitas (Pasal 1320 BW/KUHPerdata).

2. Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata).

3. Asas Itikad baik (Pasal 1338 ayat (3) BW/KUHPerdata).

2.2.2 Pihak-Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil

Dalam perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil terdapat pihak-pihak

yang terlibat dalam proses pembiayaan modal ventura, yaitu :

1. Perusahaan modal ventura

Perusahaan modal ventura merupakan salah satu pihak dalam suatu

perjanjian, yakni pihak yang memberikan dana kepada pihak lainnya, yaitu

pihak perusahaan pasangan usaha. Yang dapat menjalankan perusahaan

modal ventura adalah hanya perusahaan pembiayaan.

2. Perusahaan pasangan usaha

Perusahaan pasangan usaha haruslah berbentuk perusahaan. Dengan

demikian, pihak perorangan tidak mungkin mendapatkan bantuan modal

melalui bisnis modal ventura.

Page 71: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

55

2.2.3 Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan

dengan Pola Bagi Hasil

Hak dan kewajiaban pihak yang memberikan modal ventura atau

perusahaan modal ventura dan pihak yang menerima modal ventura atau

perusahaan pasangan usaha, yaitu :60

1. Kewajiban

a. Kewajiban Perusahaan Modal Ventura

Pada dasarnya kewajiban perusahaan modal ventura hanyalah

berupa penyediaan uang atau modal kepada perusahaan pasangan

usahanya, sebesar berapa yang telah disepakati dalam perjanjian.

Namun demikian, perusahaan modal ventura dituntut untuk memenuhi

kewajibannya yang lain, antara lain :

1) Melakukan pembinaan terhadap perusahaan pasangan usahanya,

baik atas usaha oprasional, manajemen, dan keuangan yang

dibiayai dengan modal tersebut.

2) Melakukan pelaporan-pelaporan yang diwajibkan oleh pemerintah,

khususnya yang berkenaan dengan bantuan dan pembinaan

pengusaha kecil yang ada di daerahnya.

b. Kewajiban Perusahaan Pasangan Usaha

Kewajiban dari perusahaan pasangan usaha, antara lain :

60 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal. 118.

Page 72: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

56

1) Mengembalikan modal yang telah diterimanya tersebut kepada

perusahaan modal ventura setelah jangka waktu tertentu yang telah

disepakati dalam perjanjian.

2) Membayar bunga atau bagi hasil atas pemberian modal tersebut

sebesar berapa yang telah disepakati dalam perjanjian.

2. Hak

a. Hak Perusahaan Modal ventura

Hak Perusahaan Modal Ventura, antara lain :

1) Berhak untuk mendapatkan pembayaran angsuran dan bagi hasil

dari pembiayaan yang diberikan oleh perusahaan modal ventura,

sekaligus pinjaman pokoknya.

2) Berhak melakukan Divestasi, yaitu pelepasan investasi yang

dilakukan perusahaan modal ventura, apabila usaha dari

perusahaan pasanagan usahanya telah mencapai keberhasilan yang

ditargetkan.

3) Berhak menegur perusahaan pasangan usaha yang tidak melakukan

kewajibannya.

b. Hak Perusahaan Pasangan Usaha

Hak perusahaan pasangan usaha, antara lain :

1) Berhak mendapatkan pelayanan dari perusahaan modal ventura.

2) Berhak memperoleh modal (pembiayaan) dari perusahaan modal

ventura untuk menjalankan usahanya.

3) Berhak mendapatkan pembinaan dari perusahaan modal ventura.

Page 73: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

57

2.2.4 Isi Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil

Pelaksanaan perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil modal ventura

didasarkan dari isi perjanjian tersebut. Isi perjanjian tersebut meliputi :61

1. Jumlah pembiayaan

Jumlah pembiayaan harus disebutkan dengan jelas dengan satuan mata

uang yang disepakati bersama.

2. Cara penarikan atau pencarian

Cara penarikan dana bantuan dapat ditarik tunai, menggunakan cek, bilyet

giro, pemindahbukuan ke rekening tertentu, dan lain-lain sesuai

kesepakatan bersama.

3. Jadwal penggunaan bantuan

Jadwal penarikan atau penggunaan dana harus sesuai dengan kebutuhan

dana tersebut dalam kegiatan usaha perusahaan pasangan usaha.

4. Jangka waktu bantuan dana

Jangka waktu bantuan dana harus disebutkan dengan tegas, sehingga

perusahaan pasangan usaha dapat membuat rencana kerja dari pembiayaan

yang sesuai.

5. Bentuk balas jasa financial

Bentuk balas jasa yang diberikan oleh perusahaan pasangan usaha dapat

berupa bunga, bagi hasil dari keuntungan, biaya-biaya, dan lain-lain.

61

Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru, 2006, Bank dan Lembaga

Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, hal. 250.

Page 74: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

58

6. Cara, jumlah, waktu pembayaran balas jasa financial

Cara, jumlah, waktu pembayaran balas jasa finansial harus disebutkan dengan

jelas. Balas jasa dalam bentuk bagi hasil harus disertai juga proposi bagi hasil

atas dasar periode waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

7. Cara penarikan kembali investasi (divestasi)

Divestasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang rencana

pelaksanaannya harus disepakati dulu pada awal proses modal ventura.

8. Syarat divestasi yang dipercepat

Dalam keadaan tertentu, divestasi dapat saja dilakukan lebih awal daripada

waktu yang telah direncanakan. Keadaan tertentu sebagai prasyarat

pelaksanaan divestasi yang dipercepat tersebut bervariasi, antara lain :

prospek perusahaan pasangan usaha yang sangat diragukan, kerugian

perusahaan pasangan usaha yang sangat besar, krisis perekonomian,

keuntungan atau perkembangan perusahaan pasangan usaha yang sangat

besar, sehingga tidak lagi memerlukan bantuan modal ventura, dan lain-lain

sesuai kesepakatan.

9. Perubahan atau perpindahan kepemilikan

Kesepakatan tentang adanya kemungkinan perubahan atau perpindahan

kepemilikan atas perusahaan pasangan usaha.

2.3 Tinjauan Umum tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Pengertian dan karakteristik usaha mikro, kecil, dan menengah menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah adalah:

Page 75: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

59

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000 (tiga

ratus juta rupiah).

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau

usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

yang memenuhi kriteria usaha menengah, yakni:

Page 76: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

60

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Sebelum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tersebut diberlakukan,

kriteria UMKM dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik

Indonesia Nomor : 37/M-IND/PER/6/2006 Tentang Pengembangan Jasa

Konsultansi Industri Kecil dan Menengah (IKM) Menteri Perindustrian Republik

Indonesia, menyatakan bahwa Perusahaan Industri Menengah yang selanjutnya

disebut Industri Menengah (IM) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan

usaha di bidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp. 200.000.000,-

(dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,-

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Pasal 1

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254/MPP/Kep/7/1977

Tentang Kriteria Industri dan Perdagangan Kecil di Lingkungan Departemen

Perindustrian dan Perdagangan menetapkan kriteria Industri Kecil dan

Perdagangan Kecil di lingkungan Departemen Perindustrian dan Perdagangan,

yaitu : nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000 (dua

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia.

Page 77: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

61

Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tersebut, maka

kriteria industri dan perdagangan kecil sebagaimana diatur dalam Keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor Keputusan Menteri Perindustrian

dan Perdagangan No. 254/MPP/Kep/7/1977 dan No. 37/M-IND/PER/6/2006

dinyatakan tidak berlaku lagi.

2.4 Pembiayaan Perusahaan Modal Ventura Kepada Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM)

2.4.1 Sejarah Pembiayaan UMKM melalui Perusahaan Modal Ventura

Pemerintah dalam memajukan kesejahteraan bangsa yang merupakan salah

satu cita-cita bangsa yang termaktub di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 ialah melalui peningkatan perekonomian dan penegakan hukum. Dalam hal

Indonesia sebagai negara dengan sistem Civil Law menjadikan undang-undang

sebagai sumber hukum utama.62

Undang-undang maupun peraturan perundang-

undangan lainnya menjadi pengaruh besar dalam menentukan perkembangan

perekonomian Indonesia.

Indonesia yang masih pada tingkatan negara berkembang, sedang giatnya

membangun perekonomian melalui usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Berbagai macam kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk terus mendorong

pertumbuhan dan perkembangan UMKM salah-satunya dalam bidang permodalan

yakni; lembaga keuangan, dalam hal ini khususnya lembaga pembiayaan (modal

ventura).

62Peter Mahmud, Op.Cit, hal.286.

Page 78: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

62

Modal ventura pada dasarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu venture

capital. Venture sendiri berarti usaha mengandung resiko sehingga modal ventura

banyak yang mengartikan sebagai penanaman modal yang mengandung resiko

pada suatu usaha/perusahaan.63

Di dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009

Tentang Lembaga Pembiayaan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.010/2012 Tentang Perusahaan Modal Ventura pada intinya perusahaan

modal Ventura ádalah usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke

dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu

tertentu.

Keberadaan modal Ventura sebagai salah-satu alternatif pembiayaan,

selain karena terbatasnya dana dari lembaga perbankan, juga karena tuntutan

idealisme untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah termasuk ekonomi

kerakyatan yang jarang disentuh oleh kalangan perbankan dan lembaga

pembiayaan lainnya. Hal ini dilakukan dengan melihat kenyataan bahwa ternyata

terdapat keberpihakan bank pada usaha skala menengah ke atas.64

Modal Ventura semakin hari semakin banyak dipilih, apalagi sejak tahun

1995 dengan perlahan, tetapi pasti modal ventura yang beroperasi di daerah-

daerah sudah semakin banyak hadir untuk mengakomodir kebutuhan-kebutuhan

permodalan usahawan, terutama UMKM.

63Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal.15. 64Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal.10.

Page 79: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

63

Liya dan Neni65

menyatakan bahwa permasalahan-permasalahan yang

dihadapi perusahaan menengah dan kecil tidak hanya terbatas pada sulitnya

memperoleh modal, tetapi juga pada umumnya perusahaan menengah dan kecil

itu mempunyai kesulitan dalam hal lemahnya kemampuan manajemen.

Kelemahan di bidang manajemen dapat dikatakan ciri umum perusahaan

menengah dan kecil, karena pada umumnya mereka tidak mampu untuk

mengerjakan tenaga-tenaga yang terampil di bidang manajemen.

Selain permasalahan di bidang manajemen, banyak terdapat permasalahan

lainnya yang menyangkut modal Ventura di dalam usaha yang dikembangkan

oleh perusahaan-perusahaan mikro, kecil dan menengah contoh lainnya seperti

yang dikutip oleh Hasanuddin Rahman,66

Handowo Dipo mengatakan bahwa

tingginya resiko penyaluran dana menjadi salah-satu alasan dari keengganan

menyalurkan dan pada UMKM. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada

permodalan Ventura dalam UMKM harusnya mampu di back-up oleh kebijakan-

kebijakan pemerintah.

Munculnya peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012

Tentang Perusahaan Modal Ventura mengatur pembaharuan-pembaharuan

mengenai hal-hal yang terkait dengan modal Ventura termasuk pencabutan

Keputusan Menteri Keuangan No.469/KMK.017/1995 dan Keputusan Menteri

Keuangan No.1251/KMK.013/1998, implementasi kebijakan ini akan membawa

perubahan dalam meningkatkan sektor UMKM.

65Liya dan Neni, 2008, Perusahaan Modal Ventura dalam Perspektif

Hukum Bisnis dan Hukum Islam, Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung,

hal.7. 66Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal.12.

Page 80: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

64

2.4.2 Perkembangan Perusahaan Modal Ventura dan Implikasi Adanya

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18 Tahun 2012 di Indonesia

Perkembangan mengenai adanya lembaga pembiayaan yang mengatur

modal ventura sebagai salah satu model penyaluran pembiayaan dimulai dengan

adanya Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1973, yang mengatur mengenai

pendirian PT (persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia sebagai perusahaan

modal ventura yang pertama di Indonesia.67

Kemudian dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988

tentang Lembaga Pembiayaan, yang menyebutkan bahwa bentuk perusahaan

modal ventura adalah Perseroan Terbatas atau Koperasi. Pada tahun yang sama,

dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988

Tentang Ketentuan dan tata Cara Pelaksanaan lembaga Pembiayaan yang diubah

dengan Keputusan Menteri keuangan Nomor 1256/KMK.00/1989 dan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 468/KMK.017/1995. Keputusan tersebut dicabut

berdasarkan sahnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012.

Peraturan Menteri tersebut berlandaskan Peraturan Presiden Nomor 9

Tahun 2009 Tentang Lambaga Pembiayaan yang sekaligus mencabut Keputusan

Presiden Nomor 61 Tahun 1988 namun peraturan pelaksana di bawahnya selama

tidak bertentangan dengan Peraturan Presiden tetaplah berlaku. Mengenai

Pembinaan dan Pendirian Usaha Modal Ventura yang diatur di dalam Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995 turut dicabut dan tidak berlaku

semenjak adanya PMK Nomor l8 tersebut, Peraturan Menteri Keuangan tersebut

67Abdulkadir dan Rilda, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.198.

Page 81: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

65

memberikan dampak yang sangat signifikan di mana dalam peraturan tersebut

tidak hanya rnengatur mengenai ruang lingkup dan tata cara pendirian Perusahaan

Modal Ventura saja, namun di dalamnya juga diatur mengenai hal-hal lainnya

yang hampir serupa dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 mangenai

Perseroan Terbatas namun berbeda jauh dalam pengaturan sebelumnya, berikut

garis besar perbedaan pengaturannya:

Tabel. 2.1

Perbedaan Pengaturan Mengenai Perusahaan Modal Ventura No Hal Pembeda Pengaturan sebelum PMK 18.2012 PMK 18/2012

1 Pengertian Badan usaha yang melakukan

kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyertaan modal ke dalam suatu

Perusahaan Pasangan Usaha (Investee Company) untuk jangka waktu

tertentu;

Badan usaha yang melakukan usaha

pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu

perusahaan yang menerima bantuan

pembiayaan (Investee Company) untuk jangka

waktu tertentu dalam bentuk penyertaan

melalui pembelian obligasi konversi dan/atau

pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil

usaha

2 Perusahaan Pasangan

Usaha

Perusahaan Perusahaan dan UMKM

3 Jenis PMV Perusahaan Swasta Nasional dan

Perusahaan Patungan

Perusahaan Nasional dan Perusahaan

Patungan (Joint Venture)

4 Kepemilikan Saham WNI/Badan Hukum Indonesia, Badan

Usaha Patungan (Asing + Wni/badan

Hukum Indonesia

WNI. Badan usaha/lembaga Indonesia, badan

usaha/lembaga Asing, NKRI, Pemerintah

Daerah

5 Kegiatan Penyertaan modal Penyertaan saham, penyertaan melalui

pembelian obligasi konversi, pembiayaan

berdasarkan pembagian atas hasil usaha

6 Permodalan Perusahaan Swasta Nasional: Rp.

3.000.000.000

Perusahaan Patungan : Rp.

10.000.000.000

Koperasi : Rp. 3.000.000.000

Perusahaan Nasional;

Koperasi : Rp. 5.000.000.000

PT : Rp. 10.000.000.000

Perusahaan : Rp. 30.000.000.000

PMV yang telah mendapatkan izin sebelum

adanya PMK ini wajib menyesuaikan

permodalan.

7 Sanksi Peringatan 3 kali dalam 1 bulan-

pembekuan 6 Bulan (tanpa perbaikan)

- Izin usaha dicabut

Peringatan 3 kali berturut-turut masing-

masing 60 hari - pembekuan 30 hari (tidak

memenuhi ketentuan) - dicabut

Sumber: Anisa, Private Law.68

68 Anisa, dkk, 2013, Implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor

18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura terhadap Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (UMKM), Private Law, Edisi 01 Maret –Juni, hal. 26.

Page 82: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

66

Hal yang lainnya yang tidak terdapat dalam pengaturan dan diatur dalam

PMK 18/PMK.010/2012, antara lain:

1. Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura dan tujuannya yang erat

dengan UMKM

2. Penyertaan saham, Obligasi (pengkonversiannya), dan Divestasi-

3. Pendirian, Perizinan dan Permodalan.

4. Pengaturan mengenai Direksi dan Dewan Komisaris,

5. Penggabungan, Peleburan Pengambil-alihan, dan pemisahan perusahaan

modal ventura.

6. Pembukaan Kantor Cabang dan penutupan kantor cabang Perusahaan

modal ventura

7. Pinjaman, Pembiayaan dan Penyertaan dilakukan oleh Perusahaan Modal

Ventura.

8. Pelaporan mengenai Laporan Keuangan dan Kegiatan Usaha, Laporan

Perubahan Anggaran Dasar dan Alamat.

9. Pemeriksaan, tata cara dan hasil pemeriksaannya.

10. Pembubaran, Perubahan Kegiatan Usaha dan Pengembalian izin usaha

perusahaan modal ventura.

11. Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988

dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 469/KMK.017/1995, namun

tetap memberlakukan sanksi yang dijatuhkan oleh kedua Keputusan

tersebut.

Page 83: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

67

12. Peraturan ini dilampiri dengan contoh format permohonan izin usaha,

hingga format laporannya.

Perubahan pengaturan mengenai perusahaan modal ventura memberi

dampak yang sangat signifikan dalam implementasinya. Hasanuddin Rahman69

menyebutkan salah satu dari jenis pembiayaan oleh perusahaan modal ventura

adalah penyertaan dana.

Implikasi dari implementasi Peraturan Menteri Keuangan yang

dikeluarkan pada tanggal 1 Februari 2012 tersebut terhadap penyertaan modal di

Indonesia secara global bersumber dari Bapepam-LK70

menunjukkan kenaikan

yang signifikan, yang dalam bulan Desember 2011 (dalam triliun) hingga Februari

2012 kenaikan cenderung datar hanya sekitar 0,002-0,003 namun setelah bulan

Februari 2012, kenaikan penggunaan modal ventura naik 0,004 hingga mencapai

0,022 pada bulan Mei 2012.

Kemudian di dalam laporan Bapepam-LK Mei 2012-Agustus 2012,

perubahan yang signifikan, yakni pada bulan Mei penyertaan modal yang

mencapai angka 0,364 pada bulan Juni mencapai angka 0,376 dengan kenaikan

0,022, bulan Juli penyertaan modal mencapai angka 0,399, artinya terjadi

peningkatan sebesar 0,023. Dibulan Agustus 2012 penyertaan modal ada pada

angka 0,405 yang hanya meningkat sebesar 0,006.

Berdasarkan Laporan Bapepam-LK tersebut terlihat bahwa semenjak

dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan ini kegiatan penyertaan modal

69 Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal.23. 70Bapepam-LK, 2012, Perkembangan Industri Perusahaan Pembiayaan

Periode Mei 2012 s.d Agustus 2012, diakses dalam bentuk, pdf melalui

www.bapepam.go.id pada tanggal 2 Desember 2014.

Page 84: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

68

(modal ventura) berkembang dengan pesat. Hal ini akan berdampak baik pada

perekonomian Indonesia.

2.4.3 Implementasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012

terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Kegiatan ekonomi rakyat kecil dalam bentuk usaha kecil mikro merupakan

bagian terbesar dalam kegiatan ekonomi masyarakat di Indonesia. Dalam

perkembangan ekonomi dewasa ini hampir semua pelaku usaha cenderung

menggantungkan diri pada bantuan modal dan lembaga keuangan termasuk

didalamnya pelaku usaha kecil dan mikro.

Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia telah memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Nasional. Sebagai gambarannya

pada tahun 2000 tenaga kerja yang diserap industri rumah tangga dan industri kecil

mencapai 65,38 % dari tenaga yang diserap sektor perindustrian nasional. Pada

tahun yang sama sumbangan usaha kecil terhadap PDB mencapai 39,93%.71

Pertumbuhan UMKM di Indonesia, sering terhambat dengan kurangnya

modal. Sedangkan Modal Ventura merupakan alternative pembiayaan yang paling

murah, dimana tidak ada beban bunga yang harus dipikul perusahaan.72 Sebagian

besar dari perusahaan dimana usaha modal ventura melakukan investasi adalah

perusahaan-perusahaan berskala menengah kebawah.73

71Syahri Ramayuni, 2009, Analisis Pembiayaari pada Usaha Kecil dan

Usaha Mikro (Studi Kasus: BMT Taqwa Muhammadyah), Padang. 72Hoedhiono Kadarisman, 1995, Modal Ventura alternative Pembiayaan

Usaha Masa Depan, IBEC, Jakarta, hal. 183. 73Hasanuddin Rahman, Op.Cit, hal.22.

Page 85: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

69

Jones, Charles P.74 menyatakan investasi adalah suatu proses atas

komitmen mengunakan dana untuk memperoleh satu atau Iebih asset, dimana

keputusan investasi tersebut merupakan pilihan keputusaan antara berbagai

kombinasi return dan risiko yang diharapkan. Potensi Perusahaan Modal Ventura

sebagai alternatif investasi dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya tingkat

permodalan, tingkat keuntungan, tingkat risiko investasi, potensi market dalam

negeri dan lainnya. Unsur-unsur potensi tersebut ada yang bersumber dari dalam

perusahaan maupun dari luar perusahaan dalam hal ini berbentuk UMKM.

Menurut PMK Nomor18/PMK.010/2012 yang dimaksud dengan UMKM

adalah usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana yang dimaksud dalam

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah mengelompokkannya sebagai berikut.

1. Usaha Mikro: kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan paling

banyak Rp.50.000.000,00 atau memiliki hasil penjualan tahunan Rp.

300.000.000,00.

2. Usaha Kecil: kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan Iebih

dari Rp. 50.000.000,00 maksimal mencapai Rp. 500.000.000,00 atau

memiliki hasil penjualan tahunan Iebih dari Rp. 300.000.000,00 maksimal

Rp. 2.500.000.000,00.

3. Usaha Menengah: kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan

Iebih dari Rp. 500.000.000,00 maksimal Rp. 10.000.000.000,00 atau

74Bapepam-LK, 2010, Laporan Studi Potensi Perusahaan Modal Ventura

sebagai Alternatif lnvestasi, Diunduh melalui Bapepam-LK (www.bapegam.go.id)

dalam bentuk pdf. hal: 21. Pada tanggal 2 Desember 2014.

Page 86: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

70

memiliki hasil penjualan tahunan Rp. 2.500.000.000,00 maksimal Rp.

50.000.000.000.00

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah UKM di Indonesia saat ini

55,3 juta, dimana 54 juta diantaranya merupakan pelaku usaha mikro yang

tersebar di seluruh Indonesia.75

Dari segi yuridis, Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang

mengatur mengenai modal ventura sangat sedikit, minimnya aturan ini disebabkan

oleh salah satunya sifat multi dimensi yang dimiliki modal ventura. Sifat

multidimensi tersebut76 adalah berupa penempatan posisi dari bisnis modal

ventura sebagai berikut:

1. Sebagai Lembaga Finansial

2. Sebagai Corporate Institution, karena adanya penyertaan equity

3. Sebagian modal ventura berfungsi juga sebagai lembaga penolong

pengusaha lemah (misi humanistis).

Pembiayaan dengan modal ventura adalah pembiayaan yang ditujukan kepada

perusahaan kecil atau perusahaan baru, tetapi menyimpan potensi besar untuk

berkembang77, seperti yang tercantum didalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 18/PMK.010/2012 disebutkan tujuan dari kegiatan usaha Perusahaan Modal

Ventura, yaitu :

1. Pengembangan suatu penemuan baru;

2. Pengembangan perusahaan atau UMKM yang pada tahap awal usahanya

mengalami kesulitan dana;

75(httg://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2012/07/08/ukm-quos-online). 76Munir Fuady, Op.Cit, hal. 107. 77 Munir Fuady, Op.Cit, hal. 111.

Page 87: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

71

3. Membantu perusahaan atau UMKM yang berada pada tahap

pengembangan;

4. Membantu perusahaan atau UMKM yang berada dalam tahap kemunduran

usaha;

5. Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa;

6. Pengembangan berbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi

baik dari dalam maupun luar negeri; dan/atau

7. Membantu pengalihan kepemilikan perusahaan.

Pasal diatas menekankan bahwa peraturan ini turut serta membantu dalam

pengembangan ekonomi dari sektor UMKM dan menjadi Iandasan hukum

pengembangan UMKM dengan modal ventura.

Dalam KMK nomor 469/KMK.017/1995 menyebutkan mengenai jumlah

modal yang disetor dan perusahaan yang terkait dengan modal ventura hanyalah

Perusahaan Swasta Nasional. Perusahaan Patungan dan Koperasi. Sedangkan

dalam PMK No 18/PNK.010/2012 menyebutkan bahwa pengembangan

perusahaan UMKM merupakan objek utama dari perusahaan modal ventura itu.

Hal ini jelas membantu UMKM untuk berkembang dan memperoleh bantuan

modal dari perusahaan modal ventura itu sendiri. Selain itu, dalam peraturan

menteri ini mendukung UMKM untuk mengembangkan suatu penemuan baru.

Hal ini turut mendorong UMKM untuk berinovasi dalam membangun suatu

perusahaan baru dengan memberikan penyertaan modal terhadap usaha baru

tersebut.

Page 88: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

72

Mengingat perusahaan modal ventura merupakan salah satu sumber

pembiayaan bagi pengusaha kecil dalam bentuk modal penyertaan yang berisiko

tinggi, karena perusahaan modal ventura tidak diperkenankan menarik kembali

(divestasi) sebelum jangka waktu pasangan usaha yang dibantunya mengalami

kerugian atau bahkan usahanya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Apabila

terjadi hal-hal seperti yang tersebut di atas, perusahaan modal ventura tidak dapat

menuntut kerugian apapun kepada perusahaan pasangan usahanya.

Perusahaan modal ventura dalam rangka mengantisipasi risiko yang cukup

tinggi tersebut, antara perusahaan modal ventura dan perusahaan pasangan

usahanya dibuat suatu ikatan perjanjian, yang merupakan perlindungan hukum

atas risiko penyertaan dan perusahaan modal ventura ke dalam perusahaan

pasangan usahanya.

Dalam pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012

menyebutkan bahwa kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 2 dapat disertai dengan pemberian pelatihan dan

pendampingan kepada perusahaan pasangan usaha di bidang administrasi,

akuntansi, manajemen, dan pemasaran, serta bidang lainnya yang mendukung

kegiatan usaha perusahaan modal ventura.

Dalam pasal tersebut menegaskan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan modal Ventura kepada perusahaan pasangan usahanya adalah untuk

meningkatkan kualitas dan profesionalitas dari perusahaan tersebut, serta untuk

menghindari risiko kerugian yang akan dialaminya jika perusahaan pasangan

usaha mengalami kerugian.

Page 89: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

73

Dikutip dari Abdulkadir Muhammad,78 masuknya perusahaan modal

Ventura sebagai sebuah lembaga pembiayaan akan memberikan manfaat kepada

perusahaan kecil dan menengah antara lain:

1. Memungkinkan Berhasilnya Usaha Lebih Besar.

2. Meningkatkan Kemampuan Memperoleh Keuntungan.

3. Meningkatkan Bankabilitas.

4. Meningkatkan likuiditas keuangan.

5. Meningkatkan efisiensi pendistribusian produk.

78 Liya dan Neni, Op.Cit, hal. 29-32.

Page 90: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

74

BAB III

KEDUDUKAN SURAT PERNYATAAN JAMINAN KEPASTIAN

PENCAIRAN (SPJKP) DALAM HAL PERUSAHAAN MODAL VENTURA

TIDAK MEREALISASIKAN BANTUAN MODAL KEPADA UMKM

3.1 Proses Pengajuan Bantuan Modal dari UMKM Kepada Perusahaan

Modal Ventura

Pada umumnya proses pengajuan bantuan modal Ventura diawali dengan

permohonan bantuan modal dari UMKM yang ditunjukkan kepada perusahaan

modal Ventura yang disertai dengan prospektus atau studi kelayakan ringkas dari

pengembangan usaha UMKM yang bersangkutan. Setelah prospektus dari

UMKM disetujui oleh perusahaan modal Ventura, maka UMKM diwajibkan

menyerahkan penyertaan modal kepada perusahaan modal Ventura. Penyertaan

modal ini bisa berupa aset yang dimiliki UMKM baik yang berupa sertifikat tanah

ataupun bentuk aset lainnya. Hal ini diwajibkan mengingat pembiayaan pada

perusahaan modal Ventura merupakan penyertaan modal.

Pemberi bantuan finansial dalam bentuk modal ventura ini tidak hanya

menginvestasikan modalnya saja. Tetapi juga ikut terlibat dalam manajemen

perusahaan yang dibentuknya. Investasi yang dilakukan tidaklah bersifat

permanen, tetapi hanyalah bersifat sementara, untuk kemudian sampai masanya

dilakukanlah investasi. Motif dari modal ventura adalah motif bisnis yaitu

mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya, walaupun dengan resiko yang relatif

tinggi pula. Investasi dengan bentuk modal ventura yang dilakukan ke perusahaan

74

Page 91: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

75

pasangan usahanya bukan investasi jangka pendek, tetapi merupakan investasi

jangka menengah atau jangka panjang. Investasi tersebut bukan bersifat

pembiayaan dalam bentuk pinjaman, tetapi dalam bentuk partisipasi equity, atau

setidak-tidaknya loan yang dapat dilakukan ke equity. Sehingga return yang

diharapkan oleh perusahaan modal Ventura bukanlah bunga atas modal yang

ditanam, melainkan deviden dan capital again. Prototype dari pembiayaan dengan

modal Ventura adalah pembiayaan yang ditujukan kepada perusahaan kecil atau

perusahaan baru, tetapi memiliki potensi untuk berkembang. Investasi modal

ventura biasanya dilakukan terhadap perusahaan yang tidak punya akses untuk

mendapatkan kredit perbankan.

Dalam melakukan kegiatan usahanya ada berbagai pihak yang terlibat

dalam modal ventura. Pihak-pihak tersebut adalah :

1. Pihak Perusahaan Modal Ventura (Venture Capital Company)

Pihak perusahaan modal ventura merupakan pihak yang

memberikan bantuan dana kepada perusahaan yang membutuhkan dana

Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan pada pasal 1

ayat (11), menyatakan definisi perusahaan ventura yaitu sebagai “badan

usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal

ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (investee

company) untuk jangka waktu tertentu”. Definisi yang sama diulang

kembali oleh Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/ KMK.013/1988

tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan yaitu

pasal 1 huruf (h).

Page 92: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

76

Berdasarkan pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan No.

1251/KMK.0131988, maka perusahaan modal ventura haruslah berbentuk

Perseroan Terbatas atau Koperasi. Perusahaan modal ventura tidak hanya

bertindak sebagai investor pasif saja, tetapi dalam praktek bisnis modal

ventura, pihak inilah yang mengatur jalannya perusahaan yang dibiayainya,

memegang saham, menduduki posisi manajemen, membantu produksi,

marketing dan sebagainya.

2. Pihak Perusahaan Pasangan Usaha (Inverstee Company)

Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) disebut juga sebagai investee

merupakan perusahaan yang membutuhkan bantuan dana untuk

mengembangkan produknya. Menurut pasal 1 huruf I Keputusan Meteri

Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 Perusahaan pasangan usaha adalah

perusahaan yang memperoleh pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal

dari perusahaan Modal Ventura. Berdasarkan pasal tersebut, tidak

diisyaratkan bahwa perusahaan pasangan usaha harus berbentuk perseroan

terbatas atau badan hukum.

3. Pihak Penyandang Dana

Bila terdapat pihak penyandang dana dalam suatu bisnis modal

ventura maka perusahaan modal ventura berkedudukan hanya sebagai fund

manajement, di samping berkedudukan pula sebagai investee management.

Pasal 4 (1) Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988

menyatakan bahwa kegiatan modal ventura dilakukan dalam bentuk

Page 93: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

77

penyertaan modal dalam suatu perusahaan pasangan usaha untuk hal-hal

seperti:

a. Pengembangan suatu penemuan baru.

b. Pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya mengalami

suatu kesulitan dana.

c. Membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan.

d. Membantu perusahaan yang berada pada tahap kemunduran.

e. Pengembangan proyek penelitian dan rekayasa

f. Pengembangan berbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi

baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Tidak setiap perusahaan dapat memperoleh penyertaan modal dari

suatu perusahaan modal ventura, melainkan perusahaan pasangan usaha

yang memenuhi criteria (Munir Fuady, 1999:154).79

a. Perusahaan pasangan usaha yang memiliki pangsa pasar dari prospek

yang baik.

b. Pemilik perusahaan menguasai bidang usahanya.

c. Memiliki return on investment yang baik.

d. Bidang usahanya memiliki kekhususan sehingga tidak mudah dimasuki

oleh pendatang baru.

Ditentukan dalam pasal 4 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan

No.1251/KMK.013/1988 bahwa penyertaan modal dalam setiap

perusahaan pasangan usaha bersifat sementara dan tidak boleh melebihi

79Munir Fuady, Op.Cit, hal.154.

Page 94: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

78

jangka waktu sepuluh tahun. Penelitian ini hendak mengkaji mengapa

modal ventura tidak bergerak dan berkembang sebagaimana

karakteristiknya.

Berdasarkan kasus yang diteliti pada PT. Futurindo Ventura Sejahtera di

Denpasar, Bali, proses pengajuan bantuan modal yang diajukan oleh UMKM,

diatur berdasarkan kriteria dan prosedur sebagai berikut :

1. Batas maksimal bantuan modal:

a. Tanpa jaminan

1) Untuk pemohon yang sama sekali belum memiliki usaha: maksimal

Rp. 1 Milyar

2) Untuk pemohon yang sudah memiliki usaha maksimal Rp. 10

Milyar

b. Dengan jaminan property:

Maksimal Rp 200 Milyar, dengan patokan nilai property bukan dari

kemampuan membayar pemohon (penghasilan bulanan pemohon)

2. Kewajiban pemohon

a. Tanpa Jaminan

Kewajiban berupa sistem bagi hasil sebesar 10% dari laba bersih,

minimal 1% per bulan menurun dari total bantuan modal yang diterima,

bisa hanya membayar kewajibannya saja, pokok dibayar sesuai dengan

kemampuan.

Contoh: Bantun modal Rp 100 juta, kewajiban pemohon minimal 1 juta

per bulan.

Page 95: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

79

b. Dengan jaminan property

Kewajiban berupa sistem bagi hasil sebesar 5% dari laba bersih,

minimal 0.5% per bulan menurun dari total bantuan modal yang

diterima, bisa hanya membayar kewajibannya saja, pokok dibayar

sesuai kemampuan.

Contoh : Bantun modal Rp. 10 Milyar, kewajiban pemohon minimal

Rp. 50 juta per bulan.

3. Jangka waktu pengembalian:

a. Tanpa jaminan: per 2 tahun bisa diperpanjang terus hingga umur

pemohon saat berakhir jangka waktu masih di bawah atau sama dengan

66 tahun, dengan syarat;

1) Umur pemohon saat berakhir perpanjangan masih di bawah atau

sama dengan 66 tahun

2) Membayar biaya perpanjangan 15% dari bantuan modal yang

belum dikembalikan

3) Pembayaran kewajiban setiap bulannya tepat waktu (jika ada

keterlambatan, PT. Futurindo Ventura Sejahtera tidak

memperkenankan pemohon untuk perpanjangan)

b. Dengan jaminan: per 10 tahun bisa diperpanjang terus hingga umur

pemohon saat berakhir jangka waktu masih di bawah atau sama dengan

66 tahun, dengan syarat:

1) Umur pemohon saat berakhir perpanjangan masih di bawah atau

sama dengan 66 tahun.

Page 96: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

80

2) Membayar biaya perpanjangan 20% dari bantuan modal yang

belum dikembalikan.

3) Pembayaran kewajiban setiap bulannya tepat waktu (jika ada

keterlambatan, PT. Futurindo Ventura Sejahtera tidak

memperkenankan pemohon untuk perpanjangan).

4. Prosedur survei yang sangat mudah:

a. Tanpa jaminan

Hanya memastikan kebenaran tempat tinggal dan tempat kerja

pemohon, tidak melihat status tempat tinggal pemohon (kontrak

ataupun milik sendiri) dan lama tinggal pemohon, yang penting sesuai

form

b. Dengan jaminan

Fokus pada survey property yang akan dijaminkan, pemohon tidak

disurvei

5. Persyaratan:

a. Persyaratan prasurvei (saat pengajuan permohonan bantuan modal):

1) Batas umur pemohon: 17 tahun s.d. 64 tahub

2) Sudah bekerja (baik sebagai pengusaha atau karyawan)

3) Tinggal dan bekerja di Bali (untuk tanpa jaminan), tidak harus

tinggal dan bekerja di Bali yang penting jaminan property di Bali

(untuk dengan jaminan)

4) Benar-benar mengerti semua prosedur program bantuan modal.

Page 97: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

81

5) Mengisi formulir permohonan bantuan modal dan gambaran

lengkap rencana penggunaan modal (untuk memulai atau

mengembangkan usaha)

6) Mengembalikan prosedur program bantuan modal ini yang sudah

ditandatangani (bermaterai)

7) Membayar biaya survei Rp 100.000,- (untuk tanpa jaminan), Rp

500.000,- (untuk dengan jaminan)

8) Melampirkan:

a) Fotokopi KTP

b) Fotokopi Kartu Keluarga (KK)

c) Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 lembar

d) Fotokopi halaman pertama buku tabungan bank BNI

e) Data property yang akan dijaminkan jika dengan jaminan

(fotokopi Sertifikat, IMB, PBB terakhir)

b. Persyaratan pasca survei (setelah pemohon lolos survei)

1) Membayar biaya pendaftaran (hanya untuk pemohon baru) sebesar

Rp. 50.000,-

2) Membayar biaya pengajuan sebesar 2% dari Jaminan Penilaian

Manajemen

3) Memiliki modal awal pribadi sebesar minimal 20% dari total

kebutuhan modal, yang disetorkan ke perusahaan PT. Futurindo

Ventura Sejahtera sebagai Jaminan Penilaian Manajemen (JPM).

Page 98: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

82

c. Persyaratan lanjutan (saat menandatangani perjanjian bantuan modal,

khusus untuk kebutuhan modal > = Rp 1 milyar):

1) Fotokopi NPWP pribadi

2) Fotokopi Ijin usaha lengkap (NPWP usaha, akta pendirian usaha,

SIUP, SITU, TDP).

Jika pemohon tidak memiliki persyaratan lanjutan, PT. Futurindo

Ventura Sejahtera akan membantu mengurus persyaratan tersebut

dengan biaya ditanggung klien yang dipotong langsung dari pencairan

bantuan modal.

6. Jaminan Penilaian Manajemen (JPM)

Dalam menekan resiko, PT. Futurindo Ventura Sejahtera hanya

menyalurkan bantuan modal untuk pemohonan yang memiliki modal awal

minimal 20% dari total kebutuhan modal. Untuk membuktikannya modal

tersebut harus disetorkan ke perusahaan PT. Futurindo Ventura Sejahtera

sebagai JPM. JPM PT. Futurindo Ventura Sejahtera dijadikan patokan

keseriusan pemohon dalam memulai dan mengembangkan usaha. Bagi PT.

Futurindo Ventura Sejahtera setiap orang yang serius ingin memulai atau

mengembangkan usaha pasti memiliki modal awal minimal 20% dari total

kebutuhan modal.

Standar penilaian PT. Futurindo Ventura Sejahtera terhadap

pemohon sangat berbeda dengan perbankkan dan lembaga keuangan

lainnya, dari JPM PT. Futurindo Ventura Sejahtera mengukur kemampuan

membayar pemohon setelah mendapatkan bantuan modal, sedangkan

Page 99: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

83

perbankan hanya melihat dan mutasi rekening 3 bulan terakhir dan bagi PT.

Futurindo Ventura Sejahtera itu sangat mudah dimanipulasi.

JPM tetap menjadi hak klien dan akan dikembalikan 100% tanpa

syarat:

a. Jika dibatalkan secara sepihak oleh pemohon ; 50 hari kerja sejak

ditandatanganinya surat pembatalan

b. Jika permohonan disetujui : setelah pemohon menganbalikan seluruh

bantuan modal yang diterima dari perusahaan PT. Futurindo Ventura

Sejahtera.

JPM tidak dikembalikan dan akan menjadi hak penuh perusahaan PT.

Futurindo Ventura Sejahtera apabila Pemohon terlambat membayar

kewajibannya lebih dari 2 hari.

7. Logika JPM

JPM sama seperti DP pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit

Kendaraan Bermotor (KKB).

Di Perbankan dan Finance, kredit tidak akan direalisasikan jika pemohon

tidak membayar DP karena perbankan dan Finance hanya akan

memberikan kredit maksimal 80% dari nilai property ataupun kendaraan.

Hal ini adalah cara untuk menekan resiko kredit dengan berbagai resiko

dengan pemohon (pemohon menanggung resiko 20%, PT. Futurindo

Ventura Sejahtera menanggung resiko 80%.

Page 100: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

84

Sama halnya dengan PT. Futurindo Ventura Sejahtera, bantuan modal akan

turun dari investor sesuai jadwal yang ditentukan jika pemohon telah

menyetorkan JPM ke perusahaan PT. Futurindo Ventura Sejahtera.

8. Jaminan Keamanan JPM

JPM anda PT. Futurindo Ventura Sejahtera jamin aman karena pergerakan

perusahaan PT. Futurindo Ventura Sejahtera selalu diawasi oleh OJK.

Maksimal 7 hari kerja setelah penyetoran JPM, pemohon akan

menandatangi perjanjian bantuan modal dan akan menerima Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) (format terlampir) dan

bisa dilegalisasikan atau dinotarilkan.

9. Pencairan Bantuan Modal

Terbagi menjadi 2 tahap pencairan dikarenakan dana yang turun dari

investor PT. Futurindo Ventura Sejahtera terhadap:

a. Pencairan pertama : 40% dari total kebutuhan modal (2 x lipat dari

JPM) dalam 48 hari kerja sejak menyetor JPM.

b. Pencairan kedua : 60% dari total kebutuhan modal (3 x lipat dari JPM

dalam 96 hari kerja sejak menyetor JPM.

Jangka waktu pencairan untuk setiap tahap pencairan : 48 hari kerja –

sekitar 2.5 bulan (sabtu, minggu, hari libur nasional dan hari libur khusus

tidak terhitung hari kerja).

Setiap pencairan, baik tanpa jaminan maupun dengan jaminan akan

dipotong biaya pemasaran 10%.

Page 101: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

85

a. Pencairan pertama : Rp. 400 juta, bersih diterima Rp. 348 juta (Rp. 400

juta - 10% - 3 kali kewajiban pencairan pertama Rp. 12 juta), dan

b. Pencairan kedua : Rp. 600 juta, bersih diterima Rp. 540 juta (Rp 600

juta -10%) dan mulai membayar kewajiban 1 bulan setelah menerima

pencairan kedua. Pelunasan sebelum jangka waktu berakhir tidak

dikenal pinalti.

10. Syarat yang harus dipenuhi saat menandatangi perjanjian bantuan modal :

Syarat yang harus dipenuhi saat menandatangi perjanjian bantuan modal,

pemohon harus menunjukan ke staff bagian pencairan PT. Futurindo

Ventura Sejahtera :

a. KTP, KK dan buku tabungan asli pemohon

b. Bukti setoran JPM asli pemohon

c. Jika kebutuhan modal pemohon > = Rp. 1 Milyar atau JPM pemohon >

= Rp. 200 juta, jika ada menunjukan :

1) NPWP pribadi asli pemohon

2) Ijin usaha lengkap asli (NPWP usaha, akta pendiri usaha, SIUP,

SITU, TDP).

Berdasarkan uraian prosedur PT. Futurindo Ventura Sejahtera tersebut di

atas, maka dapat dikatakan perusahaan Modal Ventura merupakan lembaga bisnis

yang bertolak pada resiko tinggi (high risk) dan pengembalian investasi yang

tinggi (high return investmen) serta bukan suatu usaha yang spekulatif.80

80Sunaryo, Op.Cit, hal.25.

Page 102: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

86

3.2 Pencairan Bantuan Modal dari Perusahaan Modal Ventura Kepada

UMKM

Berdasarkan proses dan prosedur pengajuan bantuan modal dari UMKM

kepada perusahaan modal Ventura, maka pencairan bantuan modal dari

perusahaan modal Ventura kepada UMKM dilakukan setelah pengajuan bantuan

modal disetujui oleh perusahaan modal Ventura dan pihak UMKM telah

menyerahkan penyertaan modal. Setelah ini terlaksana, maka dibuat perjanjian

kerjasama antara perusahaan modal Ventura dengan UMKM. Setelah itu, barulah

pencairan bantuan modal dari perusahaan modal Ventura dapat dilaksanakan.

Pencairan bantuan modal dari perusahaan modal Ventura yang satu

berbeda dengan yang lainnya. Ada perusahaan modal Ventura yang melakukan

pencairan bantuan modal dengan cara menyerahkan secara tunai lepada UMKM,

ada juga yang melalui transfer perbankan. Namun ada juga perusahaan modal

Ventura yang melaksanakan pencairan bantuan modalnya dengan check atau giro.

Dalam hal PT. Futurindo Ventura Sejahtera yang telah beroperasi di Bali

sejak tahun 2011 telah mempunyai kurang lebih 2.000 (dua ribu) nasabah

peminjam. Pada awalnya sistem pencairan bantuan modal dilakukan melalui bilyet

giro yang berlaku mundur. Apabila syarat dan ketentuan pemohon yang dalam hal

ini adalah PPU untuk mengambil program bantuan modal dari PT. Futurindo

Ventura Sejahtera telah dipenuhi oleh PPU dan disetujui oleh PT. Futurindo

Ventura Sejahtera, maka PPU diharuskan menyetorkan Jaminan Penilaian

Manajemen (JPM). Bantuan modal akan diterima oleh pemohon maksimal 7 hari

Page 103: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

87

kerja setelah menyetorkan Jaminan Penilaian Manajemen (JPM) dalam bentuk

bilyet giro mundur.

Bilyet giro adalah surat perintah nasabah yang telah

distandardisasi/dibakukan bentuknya kepada bank penyimpan dana untuk

memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak

penerima yang disebut namanya pada bank yang sama atau berlainan. Pembayaran

dengan Bilyet Giro merupakan pembayaran secara pemindahbukuan dari bank

penyimpan dana milik penerbit kepada bank penerima dana milik pihak lain yang

namanya disebut dalam Bilyet Giro ini. Bilyet Giro tidak dapat dibayar secara

tunai dan hanya dapat dibayarkan kepada orang yang namanya sudah tercantum

dalam Bilyet Giro tersebut, sekalipun bank penerima dana dapat bank yang sama

maupun bank yang berbeda. Pembayaran dengan Bilyet Giro, antara pihak

pembayar sebagai penerbit dan pihak penerima masing-masing harus sebagai

nasabah suatu bank, baik bank sejenis maupun berbeda, Bilyet Giro juga dapat

dialihkan kepada orang lain.

Para pihak yang terlibat dalam peredaran bilyet giro adalah:

1. Penerbit, yaitu pihak yang telah menerbitkan bilyet giro. Penerbit harus

mempunyai rekening giro pada suatu bank (disebut bank tertarik).

2. Bank tertarik, yaitu bank yang mempunyai dana di bawah pengawasannya

guna kepentingan penarik.

3. Pemegang, yaitu pihak yang memegang bilyet giro pada saat menawarkan

di bank tertarik

Dasar hukum pengaturan Bilyet Giro adalah sebagai berikut:

Page 104: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

88

1. Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 :

“Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat

dengan mengunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya

atau dengan pemindahbukuan.”

2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 4/670/UPPB/Pb tanggal 24 Januari 1972

yang disempurnakan dengan:

a. Surat Keputusan Direksi No. 28/32/KEP/DIR tanggal 4 Juli 1995

b. Surat Edaran No. 28/32/UPG tanggal 4 Juli 1995

c. Surat Edaran No. 2/10/DASP tanggal 8 Juni 2000

d. Surat Edaran Bank Indonesia No. SE 12/8/UPPB Tentang cek/bilyet

giro kosong tanggal 9 Agustus 1979.

Namun digunakannya bilyet giro sebagai alat pembayaran dalam praktek

perdagangan adalah :81

1. Lebih aman penggunaannya

Bilyet giro yang telah diisi lengkap nama dan bank penerima dana tidak

dapat digunakan oleh orang lain, seandainya hilang, dicuri, atau lepas dari

kekuasaan pemiliknya. Selain itu, bilyet giro tidak dapat dibayar dengan

uang tunai, tidak dapat dipindahtangankan secara endosemen.

2. Pelaksanaan amanat sampai pada tujuan

Bilyet giro yang telah diisi lengkap tidak dapat diedarkan dan amanat

pemindahbukuan itu hanya untuk orang yang dimaksud sehingga rekening

81Iwan Bayu Aji, 2004, “Penggunaan Bilyet Giro dalam Lalu-lintas

Pembayaran,” Makalah disajikan dalam Seminar Kajian Konstruksi Hukum

Instrumen Pembayaran Giral di Indonesia, Oleh Tim PSS/PSPN, Jakarta.

Page 105: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

89

yang dipindahkan hanya untuk orang tersebut sebagaimana yang

dimaksudkan.

3. Amanat dapat dibatalkan

Penerbitan bilyet giro dapat dibatalkan setiap waktu apabila amanat belum

dilaksanakan oleh bank. Hal ini dipergunakan sebagai upaya apabila pihak

lawan tidak jujur.

4. Peran Pemerintah (Bank Indonesia)

Dorongan dan anjuran yang terus menerus untuk menggunakan bilyet giro

melalui peningkatan jasa-jasa perbankan/peningkatan pelayanan mengingat

penggunaan bilyet giro sangat mempengaruhi peredaran uang kartal serta

dapat digunakan sebagai sarana pemupukan dana untuk biaya

pembangunan.

Sama halnya dengan surat-surat berharga lainnya, maka bilyet giro juga

harus ada syarat formalnya. Adapun syarat-syarat formal dalam bilyet giro antara

lain :82

1. Nama dan Nomor Bilyet Giro

Nama dan nomor seri bilyet giro harus tercantum dalam bilyet giro.

Nomor seri bilyet giro berguna untuk memudahkan kontrol bagi bank

apakah bilyet giro yang diserahkan kepada pemilik dana sudah diterbitkan

sebagai mestinya dan sudah diterima.

82Moch. Chidir Ali, Mashudi, 2007, Surat Berharga-Cek, Wesel dan

GiroBilyet, CV Mandar Maju, Bandung, hal. 49.

Page 106: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

90

2. Nama Bank Tertarik

Nama bank tertarik harus tercantum dalam bilyet giro. Hal ini

menunjukkan bahwa penerbit adalah tersebut di mana dana sudah tersedia

paling lambat pada saat amanat itu berlaku.

3. Perintah Tanpa Syarat Pemindahbukuan

Perintah yang jelas dan tanpa syarat untuk memindahbukukan dana

atas beban rekening penerbit. Dana tersebut harus tersedia cukup pada saat

berlakunya amanat yang terkandung dalam bilyet giro itu. Perintah

pemindahbukan itu harus tanpa syarat, artinya perintah pemindahbukuan

itu tidak boleh diikuti dengan syarat.

4. Nama dan Nomor Rekening Pemegang

Pemegang adalah pihak yang memperoleh pemindahbukuan dana

sebagaimana diperintahkan oleh penerbit kepada bank tertarik. Agar dana

dapat dipindahbukukan maka nomor dan nama rekening pemegang harus

tertulis .

5. Nama Bank Penerima

Bank penerima adalah bank yang mengelola rekening pemegang.

Bank penerima ini ada dua kemungkinannya, yaitu bank tertarik sendiri

atau bank lain. Jika bank bank tertarik berarti pemindahbukuan itu hanya

terjadi antar rekening nasabah pada bank yang sama. Tetapi apabila bank

penerima itu bank lain, maka pemindahbukuan itu terjadi antar rekening

dan antar bank, dan pemindahbukuannya melalui lembaga kliring.

Page 107: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

91

6. Jumlah Dana yang Dipindahkan

Jumlah dana yang dipindahkan ditulis dalam bentuk angka maupun

huruf selengkap-lengkapnya. Dalam hukum wesel dan cek ada ketentuan,

jika terdapat selisih antara yang ditulis dalam angka dan yang ditulis dalam

huruf, yang dipakai adalah yang ditulis dalam huruf. Demikian juga dalam

bilyet giro ketentuan Pasal 8 Ayat (1) Surat Keputusan Direksi bank

Indonesia No. 28/32/Kep/Dir tahun1995 tentang Bilyet Giro. Alasannya

adalah kemungkinan perubahan tulisan dalam huruf lebih sulit

dibandingkan dengan perubahan angka.

7. Tempat dan Tanggal Penarikan

Tempat ini penting untuk mengetahui dimana perbuatan itu

dilakukan. Tempat penarikan biasanya juga tempat dilakukan pembayaran,

yaitu penyerahan bilyet giro kepada pemegang. Penyebutan tanggal

penarikan juga penting sehubungan dengan tanggal efektif. Jika tanggal

efektif tidak disebutkan, maka tanggal efektif adalah tanggal penarikan.

8. Tanda Tangan Penerbit

Tanda tangan penerbit diikuti dengan nama jelas dan/atau dilengkapi

dengan persyaratan pembukaan rekening. Tanda tangan penerbit adalah

mutlak adanya guna menentukan bahwa penerbit terikat dengan perbuatan

hukum pemindahbukuan dana sebagai pemenuhan perjanjian (perikatan

dasar) antara penerbit dan pemegang bilyet giro.

Page 108: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

92

9. Tanggal Efektif

Pencantuman tanggal efektif merupakan syarat alternatif, artinya

boleh dicantumkan dan boleh tidak dicantumkan. Namun jika dicantumkan

maka tanggal efektif harus dalam tenggang waktu penawaran. Jika tidak

dicantumkan maka tanggal efektif sama dengan tanggal penarikan. Dalam

angka IV Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/10/DASP tanggal 8 Juni

2000 menentukan bahwa bank tertarik wajib menolak apabila suatu bilyet

giro tidak memenuhi persyaratan formal tersebut.

Ketentuan No. 1 SEBI No. 4/670/UPPB/PbB tahun 1972 mengenai

pengertian bilyet giro telah memberikan gambaran bahwa bilyet giro tidak dapat

dialihkan atau dipindahtangankan dari tangan ke tangan maupun melalui

endosemen.83

Ketentuan ini juga ditegaskan dengan pernyataan yang terdapat pada

bagian belakang lembaran bilyet giro yang memuat kata-kata

“endosemen/penyerahan tidak diakui”, dengan demikian jelas bahwa bilyet giro

tidak dapat dialihkan. Tentunya kita sudah mengetahui bahwa endosemen adalah

suatu pernyataan memperalihkan suatu hak menagih atas surat piutang dari orang

yang disebut dalam surat sebagai berhak menagih kepada penggantinya.84

Apabila surat perniagaan tersebut mudah pengalihannya, yang mana cukup

dilakukan dengan penyerahan fisik dari surat perniagaan atau dengan endorsement

maka surat tersebut tergolong ke dalam surat berharga, sedangkan apabila sulit

83 Ketentuan No. 1 SEBI No. 4/670/UPPB/PbB tentang Endosemen. 84M. Bahsan, 2005, Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, PT.Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hal. 39.

Page 109: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

93

pengalihannya harus secara cessie, maka surat tersebut tergolong ke dalam surat

yang berharga. Di samping itu, dari syarat formil bilyet giro tercermin bahwa

pemindahbukuan pada bilyet giro dilakukan atas nama, hal ini tercantum dalam

syarat formil yang mengharuskan agar dicantumkannya nama pihak yang harus

menerima pemindahbukuan dana dan jika perlu beserta alamatnya.85

Jadi jelas dari sini terlihat bahwa pembayaran bilyet giro dilakukan atas

nama, bukan atas unjuk, artinya hanya yang namanya tercantum di dalam bilyet

giro itu sebagai penerima yang berhak menerima pembayaran melalui

pemindahbukuan.

Selain itu, pada syarat formil bilyet giro menyebutkan bahwa harus

tercantum nama bank dimana penerima bilyet giro mempunyai rekening giro,

sepanjang nama bank/penerima diketahui oleh penerbit. Jadi syarat ini boleh tidak

dicantumkan dengan anggapan bahwa penerbit menyetujui dananya dipindahkan

ke bank mana saja atas nama penerima.86

Pada prakteknya, kedua ketentuan di atas telah memberikan celah bagi para

pengguna bilyet giro untuk mengalihkan bilyet giro ini. Pengalihan bilyet giro ini

hanya dimungkinkan apabila nama penerima dan nama bank dimana pihak

penerima mempunyai rekening belum dicantumkan dalam bilyet giro tersebut.87

Dalam praktek biasanya bilyet giro sengaja diterbitkan oleh penerbit

dengan tidak mencantumkan nama penerima dan nama bank penerima rekening

gironya. Apabila kondisi ini terjadi, maka ini memungkinkan pihak yang pertama

85 Ibid, hal.41. 86 Ibid, hal.41. 87http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga.

diakses tanggal 2 Desember 2014.

Page 110: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

94

menerima bilyet giro dari penerbit untuk mengalihkan bilyet giro ini kepada pihak

lain dan biasanya pihak yang mengalihkan bilyet giro ini membubuhkan

tandatangan dan cap/stempel pada bagian belakang bilyet giro tersebut yang

membenarkan bahwa bilyet giro itu berasal dari dia dan dia akan

bertanggungjawab terhadap pihak yang menerima pengalihan apabila terjadi

sesuatu hal yang menghambat pembayaran terhadap bilyet giro tersebut misalnya

terjadi bilyet giro kosong.88

Setelah terjadi pengalihan ini, pengalihan berikut masih dimungkinkan

sepanjang nama penerima dan nama bank penerima pada bilyet giro tersebut belum

terisi, namun biasanya pengalihan hanya terjadi sekali saja karena pada dasarnya

pengalihan dalam bilyet giro adalah tidak diperkenankan dan biasanya pengalihan

hanya terjadi di antara orang-orang yang sudah kenal dekat atau saling percaya.89

Apabila penerima terakhir bilyet giro ini hendak menuntut pembayaran

terhadap bilyet giro yang diterimanya, maka penerima ini baru mencantumkan

namanya dan nama bank yang akan menerima dana pemindahbukuan dalam bilyet

giro ini. Dalam hal ini, bank tertarik tidak perlu melakukan pengecekan apakah

pengisian bilyet giro dilakukan oleh penerbit sendiri atau orang lain, karena telah ada

ketentuan yang membenarkan pengisian bilyet giro oleh orang lain selain dari pada

penerbit sendiri.90

Bilyet giro itu tetap sah adanya walaupun pengisiannya dilakukan oleh

orang lain selain penerbit asalkan terdapat tandatangan yang sah dari penerbit

88 Zulkifli, 2009, “Surat Berhaga debagai Alat Transaksi dalam

Penerbangan Internasional,” Makalah (Lecture Papers), Jurnal Ilmiah USU

tentang Miscelineaous Letter. 89 Ibid. 90 Ibid.

Page 111: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

95

dalam bilyet giro tersebut dan apabila terdapat pengisian yang sifatnya merupakan

suatu perubahan amanat, maka perubahan itu haruslah disahkan oleh penerbit

yang bersangkutan yang ditandai dengan adanya tandatangan sah dari penerbit di

dekat penulisan perubahan tersebut.91

Namun perlu diperhatikan bahwa terdapat kelemahan untuk mendeteksi

kebenaran pihak yang melakukan pengalihan karena dalam pengalihan tidak ada

keharusan untuk mencantumkan identitas dari pihak pengalih seperti Kartu Tanda

Penduduk, sehingga tidak ada dasar specimen untuk pencocokan tanda tangan.

Dan hal ini akan menyulitkan apabila timbul permasalahan di kemudian hari. Hal

inilah yang menyebabkan pengalihan hanya sering terjadi diantara orang-orang

yang telah saling percaya.

Sistem pencairan bantuan modal dengan bilyet giro mundur ini ternyata

bermasalah, yaitu ketika bilyet giro hendak dicairkan ternyata bilyet giro tersebut

adalah giro kosong. Alasan manajemen PT. Futurindo Ventura Sejahtera karena

uang belum terkumpul, mengingat perputaran uang di perusahaan tersebut berasal

dari pembayaran cicilan dan penanaman modal dari nasabah investor baru. Oleh

sebab itu sistem pencairan melalui bilyet giro dihentikan setelah PT. Futurindo

Ventura Sejahtera menerbitkan 400 buah bilyet giro. Sistem pembayaran bantuan

modal kemudian diganti dengan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan

(SPJKP) dimana setelah 7 hari menandatangai perjanjian bantuan modal, PPU

akan menerima Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP). Dengan

sistem Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP permasalahan juga

91Abdul Marhainis Hay, 1995, Hukum Perbankan di Indonesia, Pradnya

Pramita, Jakarta, hal. 18.

Page 112: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

96

timbul di saat PPU hendak mengurus pencairan bantuan modal tetap mengalami

hambatan yakni pemberitahuan dari pihak PT. Futurindo Ventura Sejahtera yang

menyatakan pencairan bantuan modal yang telah disetujui, diundur pencairannya.

3.3 Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) dari

Perusahaan Modal Ventura terhadap UMKM

Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) merupakan

jaminan terhadap UMKM yang telah menyerahkan kepesertaan modalnya untuk

mendapatkan bantuan modal dari perusahaan modal Ventura yang dalam hal ini

adalah PT. Futurindo Ventura Sejahtera. Ditinjau dari Pasal 1314

BW/KUHPerdata, Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP)

merupakan pernyataan untuk melakukan sesuatu, yaitu PT. Futurindo Ventura

Sejahtera berjanji untuk melakukan pencairan bantuan modal kepada UMKM.

Dilihat dari eksistensi kemandiriannya, Surat Pernyataan Jaminan

Kepastian Pencairan (SPJKP) termasuk perbuatan hukum bersegi satu. Suatu

perbuatan hukum yang bersegi satu adalah setiap perbuatan yang akibat

hukumnya (rechtsgevolg) ditimbulkan oleh kehendak dari satu objek hukum (satu

pihak) saja (yang melakukan perbuatan itu).92

Eksistensi SPJKP tergantung pada perjanjian bantuan modal, yang

fungsinya menyiapkan para pihak untuk mengikatkan diri pada perjanjian bantuan

modal tersebut. Fungsi SPJKP untuk menegaskan, menguatkan, mengatur,

mengubah atau menyelesaikan satu perbuatan hukum juga merupakan fungsi dari

perjanjian bantuan modal ini.

92 E. Utrecht, 1966, Pengantar dalam Hukum Indonesia (Cetakan

Kesembilan), Intermasa, Jakarta, hal. 246.

Page 113: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

97

Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) termasuk

pernyataan yang eksistensinya tidak mandiri, mengingat SPJKP ini merupakan

pernyataan bantuan/tambahan yang fungsinya memperkuat perjanjian bantuan

modal yaitu perjanjian bantuan atau penyertaan modal dari PT. Futurindo Ventura

Sejahtera kepada UMKM. Eksistensi SPJKP ini sangat tergantung pada perjanjian

bantuan atau penyertaan modal yang merupakan perjanjian pokok. Jika perjanjian

bantuan atau penyertaan modal tidak ada, maka SPJKP juga tidak ada.

Keberadaan perjanjian bantuan atau penyertaan modal sebagai perjanjian pokok

tidak tergantung pada eksistensi SPJKP.

Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) merupakan

perbuatan hukum bersegi satu. Namun SPJKP memiliki pertanggungjawaban

yaitu memenuhi apa yang dinyatakan. Bila SPJKP tidak memenuhi kewajibannya

kepada siapa yang dituju, artinya pelaksanaan SPJKP telah melanggar hukum,

yaitu menimbulkan kerugian kepada yang dituju. Hal ini diatur dalam Pasal 1365

BW/KUHPerdata yang berbunyi “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan

membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan

kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut”.

R. Setiawan menafsirkan Pasal 1365 BW/KUHPerdata suatu perbuatan

dikatakan merupakan suatu perbuatan melawan hukum apabila memenuhi unsur-

unsur :93

1. Adanya suatu perbuatan.

2. Perbuatan tersebut melawan hukum.

93 R. Setiawan, 1979, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung,

hal.79.

Page 114: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

98

3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku.

4. Adanya kerugian bagi korban.

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

Dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Perbuatan

Secara klasik yang dimaksud dengan ”perbuatan” dalam istilah

Perbuatan Melawan Hukum adalah:

a) Nonfeasance. Yakni merupakan tidak berbuat sesuatu yang diwajibkan

oleh hukum.

b) Misfeasance. Yakni merupakan perbuatan yang dilakukan secara salah,

perbuatan mana merupakan kewajibannya atau merupakan perbuatan

yang dia mempunyai hak untuk melakukannya.

c) Malfeasance. Yakni merupakan perbuatan yang dilakukan padahal

pelakunya tidak berhak untuk melakukannya.

Para pakar hukum perdata (dan juga hukum pidana) sependapat

bahwa yang dimaksud dengan daad adalah tidak saja perbuatan positif,

dalam arti kata melakukan sesuatu, tetapi juga karena tidak melakukan

sesuatu.

2) Melawan hukum

Perbuatan pada unsur pertama dikatakan memenuhi unsur kedua

yaitu melawan hukum apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut :94

a) Bertentangan dengan hak subjektif orang lain

94 Ibid, hal.80.

Page 115: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

99

Melanggar hak subjektif orang lain berarti melanggar wewenang

khusus yang diberikan oleh hukum kepada seseorang. Sifat hakikat dari

hak subjektif wewenang khusus yang diberikan oleh hukum kepada

seseorang yang memperolehnya demi kepentingannya.

Karakteristik untuk hak subjektif seseorang adalah:95

(1) Kepentingan yang mempunyai nilai tinggi terhadap yang

bersangkutan.

(2) Pengakuan langsung terhadap kewenangan yang bersangkutan oleh

suatu peraturan perundang-undangan.

(3) Suatu posisi pembuktian yang kuat dalam suatu perkara yang

mungkin timbul.

Hak Subjektif dalam masyarakat dikenal sebagai:

(1) Hak kebendaan yang absolut, misalnya hak milik;

(2) Hak-hak pribadi, seperti hak untuk mempunyai integritas terhadap

jiwa dan kehidupan, kebebasan pribadi, kehormatan dan nama baik.

(3) Hak-hak istimewa, misalnya hak untuk menempati rumah oleh

penyewa rumah.

b) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

Menurut pandangan yang berlaku saat ini, hukum diartikan

sebagai suatu keseluruhan yang terdiri dari norma-norma yang tertulis

maupun yang tidak tertulis. Yang dimaksud dengan suatu tindakan atau

kelalaian yang bertentangan dengan kewajiban hukum sipelaku adalah

95 Ibid, hal.80.

Page 116: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

100

suatu tingkah laku yang bertentangan dengan suatu ketentuan undang-

undang. Yang dimaksud dengan undang-undang di sini adalah semua

peraturan yang sah yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan

mempunyai daya ikat keluar.96

c) Bertentangan dengan kesusilaan

Kaidah kesusilaan diartikan sebagai norma-norma sosial dalam

masyarakat, sepanjang norma tersebut diterima oleh anggota

masyarakat sebagai/dalam bentuk peraturan-peraturan hukum yang

tidak tertulis. Sebagai pertimbangan ialah kasus antara Lindenbaum vs.

Cohen dimana perbuatan Cohen dinilai bertentangan dengan tata susila,

ketika ia membujuk karyawan Lindenbaum untuk membocorkan rahasia

perusahaannya.

d) Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (patiha)

Dalam pengertian ini manusia harus mempunyai tenggang rasa

dengan lingkungannya dan sesama manusia, sehingga tidak hanya

mementingkan kepentingan pribadi tetapi juga kepentingan orang lain

sehingga dalam bertindak haruslah sesuai dengan kepatutan, ketelitian

dan kehati-hatian yang berlaku dalam masyarakat.

Perbuatan yang termasuk dalam kategori bertentangan dengan

kepatutan, yaitu.97

(1) Perbuatan yang merugikan orang lain tanpa kepentingan yang

layak;

96 Ibid, hal.81. 97 Ibid, hal.82-83.

Page 117: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

101

(2) Perbuatan yang tidak berguna yang menimbulkan bahaya bagi

orang lain berdasarkan pemikiran yang normal perlu diperhatikan.

Walaupun ketentuan mengenai patiha ini didasarkan pada kaidah

tidak tertulis, namun dalam pengujiannya tetaplah merupakan pengujian

norma-norma yuridis di mana peraturan-peraturan tidak tertulis tersebut

(norma) dihubungkan dengan karakter dari norma-norma hukum.

3) Kesalahan

Unsur kesalahan pada suatu perbuatan sebenarnya tidak berbeda

jauh dengan unsur melawan hukum, unsur ini menekankan pada kombinasi

antara kedua unsur di atas di mana perbuatan (yang meliputi kesengajaan

atau kelalaian) yang memenuhi unsur-unsur melawan hukum. Unsur

kesalahan dipakai untuk menyatakan bahwa seseorang dinyatakan

bertanggung jawab untuk akibat yang merugikan yang terjadi karena

perbuatannya yang salah.98

4) Kerugian

Pasal 1365 KUH Perdata menentukan kewajiban pelaku perbuatan

melawan hukum untuk membayar ganti rugi. Namun tidak ada pengaturan

lebih lanjut mengenai ganti kerugian tersebut. Pasal 1371 ayat (2)

BW/KUHPerdata memberikan sedikit pedoman untuk itu dengan

menyebutkan: “Juga penggantian kerugian ini di nilai menurut kedudukan

dan kemampuan kedua belah pihak dan menurut keadaan”. Pedoman

selanjutnya dapat ditemukan pada Pasal 1372 ayat (2) BW/KUHPerdata

98 Ibid, hal. 84.

Page 118: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

102

yang menyatakan: “Dalam menilai satu dan lain, Hakim harus

memperhatikan berat ringannya penghinaan, begitu pula pangkat,

kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak, dan pada keadaan”.99

5) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian

Unsur terakhir yang tidak kalah penting adalah adanya hubungan

kausal antara perbuatan dengan kerugian yang diderita. Pada unsur ini

kerugian yang diderita oleh korban haruslah benar-benar sebagai akibat

dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku bukan oleh akibat perbuatan

lain.100

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dinyatakan ketentuan Pasal

1365 BW/KUHPerdata pada intinya suatu perbuatan dikatakan melanggar hukum

apabila :

1. Melanggar hukum (dalam hal SPJKP, PT. Futurindo Ventura Sejahtera

telah melanggar kewajiban sendiri yaitu melanggar isi SPJKP.

2. Merugikan orang lain (dengan tidak dipenuhinya isi SPJKP, berarti PT.

Futurindo Ventura Sejahtera telah merugikan pihak pemohon modal).

3. Melakukan kesalahan.

4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.

Perbuatan hukum bersegi satu sebagaimana halnya Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) yang dikeluarkan oleh PT. Futurindo

Ventura Sejahtera kepada UMKM yang menyanggupi pencairan bantuan modal,

jika UMKM telah menyerahkan kepesertaan modal (Pasal 1314

99 Ibid, hal. 84. 100 Ibid, hal. 84-85.

Page 119: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

103

BW/KUHPerdata). PT. Futurindo Ventura Sejahtera ternyata tidak juga

mencairkan bantuan modalnya seperti yang dinyatakan dalam Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) tersebut.

Dalam Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) PT.

Futurindo Ventura Sejahtera juga telah menyanggupi ganti rugi terhadap

mundurnya pencairan modal yang besarnya 0,2 % per hari kerja. Namun

kesanggupan ini tidak pernah dilaksanakan oleh PT. Futurindo Ventura Sejahtera.

PT. Futurindo Ventura Sejahtera tidak pernah memberi ganti rugi atas mundurnya

pencairan bantuan modal tersebut. Dengan terlambatnya pencairan giro ini,

pengembangan usaha PPU yang dalam hal ini pengusaha kecil atau Usaha Kecil

Menengah (UKM) ataupun Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akan

mengalami keterlambatan sehingga menjadi kehilangan keuntungan potensial

yang mereka terima seandainya bantuan modal tersebut mereka terima tepat pada

saatnya.

Dalam hal tidak dicairkan SPJKP, tuntutan ganti rugi dapat dilakukan bila

ada hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian. Hubungan kausal itu

harus jelas, dapat dibuktikan untuk dikabulkan. Ajaran kausalitas tidak hanya

penting dalam hukum pidana saja, melainkan juga dalam bidang hukum perdata.

Pentingnya ajaran kausalitas dalam bidang hukum perdata adalah untuk meneliti

adakah hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang

ditimbulkan, sehingga si pelaku dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hukum perdata

persoalan kausalitas tersebut terutama mengenai persoalan apakah terdapat hubungan

kausal antara perbuatan yang dilakukan dengan kerugian. Hubungan kausal antara

Page 120: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

104

perbuatan yang dilakukan dengan kerugian yang terjadi juga merupakan syarat dari

suatu Perbuatan Melawan Hukum.

Pada kasus tidak dicairkan SPJKP kerugian yang timbul adalah hilangnya

keuntungan potensial yang mereka terima seandainya bantuan modal tersebut

mereka terima tepat pada saat dijanjikan. Disebutkan oleh Soedikno

Mertokoesumo bahwa dalam transaksi bisnis faktor waktu memegang peranan

penting101

. Misalnya saja pengusaha roti telah memesan mesin pembuat roti,

namun mesin tersebut mengalami keterlambatan 7 hari dari waktu yang

dijanjikan, maka pengusaha roti tersebut akan kehilangan 7 hari produksi yang

berarti kehilangan juga keuntungan potensialnya.

101 Soedikno Mertokoesumo, Op.Cit, hal. 18.

Page 121: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

105

BAB IV

TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN MODAL VENTURA YANG

GAGAL MEREALISASIKAN BANTUAN KEPADA UMKM SETELAH

MENERBITKAN SURAT PERNYATAAN JAMINAN KEPASTIAN

PENCAIRAN (SPJKP)

4.1 Penyertaan Modal dari Para Pihak, UMKM dan Perusahaan Modal

Ventura dalam Perjanjian Modal Ventura

Perusahaan Modal Ventura mempunyai beberapa instrumen pembiayaan, akan

tetapi yang paling tepat untuk UMKM adalah pembiayaan dengan pola hasil. Polanya

adalah perusahaan modal Ventura menyertakan modalnya kepada Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UMKM) untuk menjalankan suatu usaha/proyek, dengan

berlandaskan prinsip-prinsip bagi hasil yang disepakati bersama atas usaha/proyek

yang dijalankan. Penyertaan modal ini tidak hanya berasal dari perusahaan modal

Ventura saja, namun UMKM sebagai perusahaan patungan usaha juga diwajibkan

untuk menyertakan modalnya dalam perjanjian bagi hasil dengan perusahaan modal

Ventura.

Perjanjian modal ventura merupakan suatu perjanjian antara perusahaan

modal Ventura dan UMKM yang menjadi dasar pengikatan dalam pelaksanaan

investasi dari perusahaan modal Ventura ke dalam UMKM. Di Indonesia, kegiatan

modal ventura secara yuridis telah di back up oleh 3 (tiga) kelompok besar yaitu :102

1. Prinsip kebebasan berkontrak

2. Dasar hukum perseroan

102

Munir Fuady, Op.Cit, hal. 133.

105

Page 122: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

106

3. Hukum administratif

a. Prinsip Kebebasan Berkontrak

Seperti lembaga finansial lainnya, maka modal ventura juga

mempunyai dasar berupa prinsip kebebasan berkontrak (Pasal 1338

BW/KUHPerdata) vide Pasal 1320 BW/KUHPerdata, sebab dalam

pengucuran dana lewat modal ventura ini juga dimulai dari tahap

penandatanganan kontrak terlebih dahulu yang merupakan hasil

kesepakatan dari para pihak.

b. Dasar Hukum Perseroan

Modal ventura mempunyai dasar hukum perseroan mengingat lembaga

modal ventura selaku penyerta modal sangat terkait dengan hukum

perseroan sebagai dasar dari bentuk usahanya. Hukum perseroan

bersumber dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, dan berbagai peraturan lainnya, praktik perseroan

maupun yurisprudensi yang relevan.

c. Dasar hukum administratif

Seperti terhadap lembaga finansial lainnya, lembaga modal ventura juga

diatur oleh berbagai peraturan yang administratif, antara lain :

1) PP No. 18 tahun 1973 Tentang Penyertaan Modal Negara Republik

Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan dalam Bidang

Pengembangan Usaha Swasta Nasional, yang menjadi dasar

berdirinya perusahaan modal Ventura pertama di Indonesia yaitu

PT. (Persero) Bahana Pembinaan Usaha Indonesia yang sahamnya

Page 123: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

107

dipegang oleh Departemen Keuangan (sekarang Kementerian

Keuangan) dan Bank Indonesia.

2) Perpres No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan yang

menggantikan Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga

Pembiayaan yang menjadi dasar diakuinya modal ventura sebagai

salah satu lembaga pembiayaan.

3) Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang diubah dengan

Kepmenkeu No. 468/KMK.017/1995 Tentang Perubahan

Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan Sebagaimana Telah Diubah dengan Kepmenkeu No.

1256/KMK.00/1989 Tanggal 18 November 1989.

4) Kepmenkeu No. 469/KMK.017/1995 Tentang Pendirian dan

Pembinaan Usaha Modal Ventura.

5) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah.

Isi dari perjanjian modal ventura tergantung dari jenis penyertaan yang

disepakati oleh para pihak. Di dalam praktik pelaksanaan pemberian modal

Ventura dikenal 2 (dua) bentuk penyertaan modal, yaitu penyertaan langsung dan

penyertaan tidak langsung. Di bawah ini akan dibahas mengenai kedua bentuk

penyertaan tersebut.

Page 124: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

108

1. Penyertaan Secara Langsung

Penyertaan langsung (direct invesment) adalah penyertaan perusahaan

modal ventura ke dalam UMKM secara langsung dalam bentuk penyertaan

modal saham (equity investment).103

Penyertaan langsung ini dilakukan dengan

cara mengambil jumlah saham tertentu dari UMKM. Saham yang diambil

perusahaan modal Ventura pada umumnya berasal dari saham-saham dalam

portepel (porto folio), artinya saham-saham tersebut masih belum diambil

bagian dan disetor oleh pemegang saham lainnya. Pembiayaan dengan cara

penyertaan secara langsung ini dilakukan dalam hal badan usaha UMKM telah

atau akan berbentuk perseroan terbatas. Dengan demikian, dalam penyertaan

secara langsung dalam bentuk saham ini dapat dilakukan dengan cara

mendirikan suatu usaha bersama dalam bentuk perseoran terbatas, dan

penyertaan/pengambilan sejumlah saham dalam simpanan (porto folio) pada

UMKM.

Penyertaan secara langsung ini dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara

yaitu dengan mendirikan suatu usaha bersama dalam bentuk perseroan terbatas

dan Penyertaan/Pengambilan Sejumlah Saham dalam Simpanan (Porto Folio)

pada UMKM.104

a. Mendirikan Suatu Usaha Bersama dalam Bentuk Perseroan Terbatas

Penyertaan modal yang dilakukan dengan cara mendirikan usaha

bersama dalam bentuk perseroan terbatas ini biasanya dilakukan apabila

calon UMKM yang akan dibiayai bentuk usahanya berbentuk persekutuan

103

Sunaryo, Op.Cit, hal. 32. 104

Sunaryo, Op.Cit, hal. 32-33.

Page 125: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

109

komanditer (CV), firma, atau perusahaan perseorangan. Meskipun cara ini

memerlukan waktu yang lebih lama,namun karena pada umumnya

perusahaan modal Ventura lebih senang jika UMKM berbentuk perseroan

terbatas, maka alternatif pembentukan perseroan terbatas baru merupakan

cara yang paling tepat bagi perusahaan modal Ventura dalam upaya

memperkecil resiko atas investasinya.105

Pendirian usaha bersama ini harus berpedoman pada ketentuan

hukum perjanjian, khususnya ketentuan tentang kebebasan berkontrak

(Pasal 1338 BW/KUHPerdata) dan ketentuan syarat sahnya perjanjian

(Pasal 1320 BW/KUHPerdata). Di samping itu, harus memenuhi ketentuan

yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 dan peraturan pelaksananya.

Peraturan lain yang juga harus diperhatikan dalam rangka pendirian usaha

bersama ini adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang usaha

modal ventura, yaitu Perpres No. 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga

Pembiayaan, Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan yang kemudian diubah

dengan Kepmenkeu No. 468/KMK.017/1995 Perubahan Kepmenkeu No.

1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988 Tentang Ketentuan dan

Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan Sebagaimana Telah Diubah

dengan Kepmenkeu No. 1256/KMK.00/1989 Tanggal 18 November 1989,

dan Kepmenkeu No. 469/KMK.017/1995 Tentang Pendirian dan

Pembinaan Usaha Modal Ventura.

105

Sunaryo, Op.Cit, hal. 32.

Page 126: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

110

b. Penyertaan/Pengambilan Sejumlah Saham dalam Simpanan (Porto

Folio) pada UMKM

Pembiayaan dengan cara ini dapat dilakukan apabila UMKM telah

berbentuk badan hukum perseroan terbatas, dalam arti anggaran dasarnya telah

memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia. Untuk melakukan penyertaan dalam bentuk ini yang perlu

diperhatikan adalah ketentuan yang ada dalam anggaran dasar dalam UMKM,

keputusan rapat umum pemegang saham, rapat direksi dan dewan komisaris,

serta ketentuan dalam UU No. 40 Tahun 2007.

Proses penyertaan dengan cara ini dinilai lebih praktis karena cukup

dilakukan dengan mengubah akta pendirian UMKM. Penyertaan modal oleh

perusahaan modal Ventura dilakukan dengan cara pembelian sebagian saham

UMKM, dan diikuti dengan peralihan hak atas saham tersebut. Pembelian

saham oleh perusahaan modal Ventura akan berdampak pada komposisi

kepemilikan saham, yang akan berpengaruh pada susunan kepengurusan pada

UMKM karena perusahaan modal Ventura dimungkinkan untuk menempatkan

pegawainya di dalam susunan pengurus UMKM yang bersangkutan.106

2. Penyertaan secara Tidak Langsung

Bentuk-bentuk penyertaan secara langsung di atas merupakan cara

yang ideal sekaligus diminati oleh perusahaan modal Ventura dalam melakukan

pembiayaan pada UMKM. Meskipun demikian, mengingat tingkat perkembangan

dan kemampuan calon UMKM sangat beragam, maka dalam rangka melakukan

pembiayaan pada UMKM di samping dapat dilakukan dengan cara penyertaan

106

Sunaryo, Op.Cit, hal. 33.

Page 127: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

111

secara langsung, juga dapat dilakukan dengan cara penyertaan secara tidak

langsung.

Penyertaan secara tidak langsung (indirect investment) adalah penyertaan

modal oleh perusahaan modal Ventura pada UMKM tidak dalam bentuk modal

saham (equity), tapi dalam bentuk obligasi konversi (convertible bond) atau

partisipasi terbatas/bagi hasil (profit sharing). Kedua bentuk penyertaan secara

tidak langsung ini sudah tentu dalam operasionalnya akan mempunyai

konsekuensi yang berbeda satu sama lainnya, begitu pula dengan bentuk dari

penyertaan secara langsung.

a. Obligasi Konversi (Convertible Bond)

Obligasi merupakan salah satu jenis surat berharga alternatif yang

dapat dipilih para investor untuk melakukan investasi. Para investor ini

tertarik untuk membeli obligasi karena nilai bunga yang diberikan pada

umumnya lebih tinggi dari bunga deposito, atau jika bunganya rendah,

mungkin tertarik karena kelebihan lainnya, seperti dapat ditukarkan dengan

saham (convertible) sehingga ada jenis obligasi yang disebut obligasi

konversi (convertible bond).107

Menurut Munir Fuady obligasi konversi merupakan “Obligasi

dimana pihak pemegang obligasi tersebut mempunyai hak atau kewajiban

untuk menukarkan obligasi tersebut dengan saham dari perusahaan

penerbit pada waktu yang ditentukan. Dalam kaitannya dengan modal

ventura, penyertaan dalam bentuk obligasi konversi merupakan suatu pola

pembiayaan perusahaan modal Ventura pada UMKM yang awalnya

107

Sunaryo, Op.Cit, hal. 34.

Page 128: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

112

dilakukan dalam bentuk utang piutang yang nantinya akan dikonversi

menjadi saham. Untuk itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk

ini antara lain anggaran dasar UMKM, ketentuan tentang pengeluaran

saham, kewenangan direksi dan dewan komisaris serta keputusan rapat

umum pemegang saham.108

Obligasi konversi dapat dilakukan baik terhadap UMKM yang

telah berbadan hukum maupun pada perusahaan dalam proses pendirian

perseroan terbatas. Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam bentuk ini

adalah harus tersedia saham porto folio dalam jumlah yang cukup apabila

obligasi konversi tersebut akan dikonversi menjadi saham. Dalam bentuk

ini apabila ada jaminan, maka sejak konversi dilakukan semua jaminan

atau beban yang melekat pada barang jaminan, seketika itu juga berakhir.

Setelah konversi dilakukan, kedudukan perusahaan modal Ventura dan

para pesero UMKM adalah sama dalam arti selaku pemegang saham yang

terikat pada ketentuan yang berlaku pada anggaran dasar dan ketentuan

lain mengenai perseroan terbatas.

b. Partisipasi Terbatas/Bagi Hasil

Penyertaan modal dalam bentuk partisipasi terbatas atau bagi hasil

digunakan apabila dalam hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh

perusahaan modal Ventura terhadap UMKM, baik dari segi finansial,

manajemen, maupun dari segi hukum dianggap tidak tepat jika dilakukan

dengan cara penyertaan langsung atau obligasi konversi.109

108

Munir Fuady, Op.Cit, hal. 80. 109

Sunaryo, Op.Cit, hal. 34.

Page 129: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

113

Penyertaan modal dengan pola bagi hasil (profit sharing) merupakan

bentuk penyertaan oleh perusahaan modal Ventura yang didasarkan pada

prinsip-prinsip bagi hasil dalam suatu usaha bersama antara perusahaan modal

Ventura dan UMKM.110 Prinsip bagi hasil di dalam perjanjian modal ventura

merupakan prinsip pembagian dengan berdasarkan atas perhitungan dari

keuntungan (laba) yang diperoleh UMKM sebelum atau sesudah pemberian

dana yang dilihat dari laporan keuangan UMKM tersebut.

Bentuk penyertaan modal dengan partisipasi terbatas/bagi hasil

tersebut adalah bentuk penyertaan yang paling sering dipakai dalam

pelaksanaan modal ventura. Dipilihnya bentuk pembiayaan dengan pola bagi

hasil ini disebabkan oleh latar belakang kondisi UMKM yang umumnya

merupakan usaha kecil dan bentuk usahanya sebagian besar usaha

perseorangan dan yang tidak berbadan hukum, dan faktor keterbatasan dari

perusahaan modal Ventura, baik dari segi kemampuan dana maupun dari segi

sumber daya manusianya, yang akan ditempatkan pada manajemen UMKM.

Selain itu, bentuk penyertaan tersebut dinilai lebih memberikan banyak

keuntungan kepada perusahaan modal Ventura.

Bentuk penyertaan dengan pola bagi hasil tersebut merupakan bentuk

penyertaan modal yang dibahas di dalam penelitian ini, sehingga perjanjian

yang dibahas kemudian di dalam penelitian ini adalah Perjanjian Pembiayaan

dengan Pola Bagi Hasil sebagai akibat dari dipilihnya bentuk penyertaan

dengan pola bagi hasil sebagai bentuk pelaksanaan investasi modal yang

disepakati dari perusahaan modal Ventura kepada UMKM.

110

Sunaryo, Op.Cit, hal. 35.

Page 130: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

114

Pasal 13 ayat 1 Kepmenkeu No. 1251/KMK.013/1988 menentukan

bahwa untuk memperoleh izin usaha, diajukan permohonan kepada menteri

dengan melampirkan contoh perjanjian pembiayaan yang diperlukan. Hal

inilah yang mendasari Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil harus

dibuat dalam bentuk tertulis, dan agar dapat menjadi bukti yang sah dan

mempunyai kekuatan hukum dibuat dengan akta notaril.

Perjanjian dilakukan dengan melaksanakan isi dari perjanjian yang

telah disepakati oleh para pihak. Isi perjanjian merupakan ketentuan-

ketentuan dan syarat-syarat yang berisi hak dan kewajiban yang harus

dipenuhi. Dalam hal ini dicerminkan asas kebebasan berkontrak, yakni

seberapa jauh pihak-pihak dapat mengadakan perjanjian, hubungan apa yang

terjadi di antara mereka dan sampai sejauh mana hukum yang mengatur

hubungan antara mereka.111

Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil dibuat di hadapan

notaris (notaril) maka bagian-bagian dalam perjanjian tersebut mengikuti

bagian di dalam UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014

khususnya dalam Pasal 38 ayat 1 yang terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu

awal akta, badan akta, dan akhir atau penutup akta.

Dalam Pasal 38 ayat 2 UU No. 30 Tahun 2004 disebutkan bahwa awal

akta memuat:

1) Judul akta

111

Anggo Doyoharjo, Perusahaan Modal Ventura sebagai Mitra untuk

Pengembangan Usaha Kecil, http://unisri.ac.id/anggo/?p=5.html, diakses tanggal

2 Desember 2014.

Page 131: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

115

2) Nomor akta

3) Jam, hari, tanggal, bulan dan tahun

4) Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris

Awal akta di dalam Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil

juga memuat bagian-bagian yang disebut di dalam pasal tersebut di atas (lihat

Lampiran). Setelah bagian awal akta kemudian Perjanjian Pembiayaan

dengan Pola Bagi Hasil masuk ke dalam badan akta yang seperti disebut

dalam Pasal 38 ayat 3 UU No. 30 Tahun 2004 memuat:

1) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,

jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang

mereka wakili.

2) Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap.

3) Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang

berkepentingan.

4) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir serta pekerjaan, jabatan,

kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

Di bagian badan akta Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil

antara PT. Futurindo Ventura Sejahtera dengan UMKM pertama-tama

termuat tentang identitas lengkap penghadap seperti yang tercantum di dalam

pasal tersebut di atas. Namun perlu diperhatikan bahwa penghadap harus

memenuhi syarat yaitu paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau

telah menikah, dan cakap melakukan perbuatan hukum (Pasal 39 ayat 1 UU

No. 30 Tahun 2004).

Page 132: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

116

Mengenai keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap,

M.U. Sembiring di dalam bukunya menyebutkan bahwa seseorang yang

menghadap Notaris guna pembuatan akta dapat bertindak dalam beberapa

kualitas yakni menghadap atau bertindak untuk dirinya sendiri, untuk dan atas

nama orang lain melalui lembaga kuasa, dalam kedudukan, atau dalam

jabatan selaku organ (alat perlengkapan) suatu badan hukum.112

Isi akta Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil antara PT.

Futurindo Ventura Sejahtera dengan UMKM terdiri dari:

1) Bentuk pembiayaan

Bentuk pembiayaan yang dimaksud di dalam perjanjian ini adalah

bentuk pembiayaan yang dipilih oleh para pihak untuk melaksanakan

pemberian investasi. Pemilihan bentuk pembiayaan didasari oleh

bentuk pembiayaan yang dibutuhkan oleh UMKM, bentuk usaha

UMKM dan aspek usaha UMKM. Mengingat judul perjanjian yang

dibahas adalah Perjanjian Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil maka

bentuk pembiayaan yang dipilih oleh para pihak adalah pembiayaan

dengan pola bagi hasil.

2) Jumlah dan tujuan penggunaan fasilitas dana

Jumlah dan tujuan dari penggunaan fasilitas dana yang

diberikan oleh perusahaan modal Ventura kepada UMKM tergantung dari

a) Aspek hukum, meliputi bentuk usaha, perizinan usaha dan lain-lain.

b) Aspek keuangan

112

M.U. Sembiring, 1997, Teknik Pembuatan Akta, Program Pascasarjana

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, hal.

30-34.

Page 133: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

117

c) Aspek usaha dan

d) Kelayakan semua aspek yang berkaitan dengan UMKM.

Jumlah dana yang diberikan oleh perusahaan modal Ventura

kepada UMKM diuraikan di dalam daftar yang dibuat di bawah tangan

yang bermaterai cukup yang ditandatangani oleh perusahaan modal

Ventura dan UMKM, yang dilekatkan pada minuta akta Perjanjian

Pembiayaan dengan Pola Bagi Hasil dan menjadi satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan dari akta perjanjian tersebut.

Perlu diingat bahwa penggunaan fasilitas dana ini harus sesuai

dengan yang disetujui antara perusahaan modal Ventura dan UMKM

di dalam perjanjian. Apabila UMKM menggunakan dana yang

diberikan oleh perusahaan modal Ventura tidak sesuai dengan yang

diperjanjikan, maka UMKM dinilai telah melakukan kelalaian dan

dapat dikategorikan telah melakukan wanprestasi.

3) Jangka waktu pembiayaan

Jangka waktu pembiayaan dalam perjanjian ini juga tergantung

dari kesepakatan para pihak, namun di dalam Pasal 4 ayat 2 Keppres

No. 1251/KMK.013/1988 disebutkan bahwa penyertaan modal dalam

setiap UMKM bersifat sementara dan tidak boleh melebihi jangka

waktu 10 (sepuluh) tahun, sehingga di dalam praktik pembiayaan ini

umumnya hanya berlangsung kurang dari 10 (sepuluh) tahun.

Page 134: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

118

4) Imbalan jasa bagi hasil, biaya administrasi

Imbalan jasa bagi hasil di dalam perjanjian pembiayaan ini

ditetapkan oleh perusahaan modal Ventura berdasarkan laba yang

diperoleh oleh UMKM dari aktivitas usahanya sebelum atau sesudah

pembiayaan. Laba tersebut dihitung dari laporan keuangan UMKM

sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia secara umum dan

sesuai dengan standar yang dianut oleh perusahaan modal Ventura.

Imbalan jasa bagi hasil ini pada umumnya dibayar setiap bulan

pada setiap tanggal pencairan fasilitas pembiayaan. Dengan demikian

laporan keuangan UMKM sangat penting untuk diserahkan kepada

perusahaan modal Ventura agar dapat dilakukan penetapan

perhitungan imbalan jasa bagi hasil yang harus dibayar oleh UMKM.

Akan tetapi apabila laporan keuangan tidak dapat diserahkan maupun

terlambat diserahkan oleh UMKM umumnya perusahaan modal

Ventura dan UMKM menetapkan untuk memakai persentase yang

tercantum di dalam perjanjian (misalnya 19 % (sembilan belas persen)).

Di samping pembayaran imbalan jasa, UMKM juga dibebankan

dengan biaya administrasi setiap pancairan dana dilakukan. Jumlah

biaya administrasi tersebut dihitung dari jumlah fasilitas pembiayaan

yang dibayar pada saat pencairan dana dilakukan (misalnya 1,5 % (satu

koma lima persen). Pembayaran imbalan jasa bagi hasil dan biaya

administrasi dilakukan oleh UMKM melalui rekening yang telah

disetujui antara perusahaan modal Ventura.

Page 135: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

119

5) Fasilitas dana

UMKM wajib mengembalikan seluruh jumlah fasilitas dana

dengan sempurna dengan cara mengembalikan dana setiap bulan yang

dilakukan untuk pertama kalinya pada bulan pertama sejak pencairan

fasilitas pembiayaan pertama kali sampai jumlah fasilitas dana yang

diberikan oleh perusahaan modal Ventura lunas. Pengembalian dana

tersebut dilakukan selambat-lambatnya setiap akhir bulan dari tanggal

pencairan pembayaran pertama kali dilakukan. Apabila UMKM lalai

melaksanakan pembayaran pengembalian dana tersebut, maka untuk

setiap hari keterlambatan UMKM dikenakan denda keterlambatan sebesar

1 0/00 (satu permil) per hari.

UMKM dapat membayar lebih dahulu seluruh atau sebagian

dari jumlah fasilitas dana walaupun jangka waktu yang telah

diperjanjikan belum berakhir. Hal ini diawali dengan mengajukan

surat permohonan tertulis mengenai pembayaran kembali lebih dahulu

sedikitnya 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum pembayaran.

Pembayaran tersebut hanya dapat dilakukan setelah 1 (satu) tahun

berlangsungnya perjanjian. Apabila pembayaran tersebut dilakukan

sebelum 1 (satu) tahun maka UMKM akan dikenakan denda administrasi

sebesar 2 % (dua persen) dari sisa jumlah pembiayaan.

6) Syarat-Syarat Penarikan Dana

Apabila UMKM ingin menerima fasilitas dana dari perusahaan

modal Ventura, UMKM harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

yaitu :

Page 136: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

120

a) UMKM menyampaikan surat permohonan secara resmi pada

alamat perusahaan modal Ventura yang telah ditentukan.

b) perusahaan modal Ventura telah menerima surat-surat, izin-izin,

persetujuan-persetujuan dari yang berwenang serta dokumen-

dokumen yang diperlukan termasuk dokumen-dokumen jaminan

yang telah ditandatangani secara sah.

c) perusahaan modal Ventura telah menerima hasil yang memuaskan

menurut pertimbangan perusahaan modal Ventura atas

pemeriksaan UMKM yang dilakukan berdasarkan prosedur

sebagaimana yang berlaku pada perusahaan modal Ventura.

d) UMKM telah memenuhi semua jaminan, janji, pernyataan-

pernyataan serta kesanggupan-kesanggupan yang ditetapkan dalam

perjanjian.

e) Perusahaan modal Ventura telah memperoleh jaminan yang cukup

menurut pertimbangan perusahaan modal Ventura.

f) Tidak terdapat hal-hal atau kejadian-kejadian yang menurut

pertimbangan perusahaan modal Ventura dapat mempunyai

pengaruh buruk atau merugikan terhadap fasilitas dana yang akan

diberikan oleh perusahaan modal Ventura kepada UMKM.

7) Sistem Pembukuan

UMKM harus mengadakan sistem pembukuan sehingga

memungkinkan adanya pengendalian yang memudahkan pelaksanaan

audit dan merupakan alat yang baik bagi manajemen untuk

Page 137: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

121

pengawasan maupun untuk perencanaannya. Pada setiap akhir tahun

buku juga harus dibuat neraca dan perhitungan laba/rugi berikut

laporan keuangan lainnya sesuai syarat-syarat yang dapat diterima oleh

perusahaan modal Ventura, yang harus diserahkan kepada perusahaan

modal Ventura selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah

berakhirnya tahun buku berjalan.

8) Pendampingan dan Pengawasan

Selama perjanjian ini berlangsung, perusahaan modal Ventura

ataupun penerima kuasanya secara sah yang telah diberi kuasa oleh

UMKM dapat mengadakan pengawasan, pembinaan dan

pendampingan. Hal ini dilakukan apabila dianggap perlu oleh

perusahaan modal Ventura dan telah disepakati oleh perusahaan modal

Ventura dan UMKM. Pengawasan, pembinaan dan pendampingan

yang dimaksud di atas meliputi segi keuangan, manajemen, perizinan,

pengelolaan sumber daya manusia, proyeksi serta resiko lain yang

disepakati kedua belah pihak. Namun hal ini tidak terbatas pada

bidang-bidang yang telah disebut di atas, sepanjang disepakati dan

diperjanjikan oleh kedua belah pihak pengawasan, pembinaan dan

pendampingan di luar hal-hal tersebut diperbolehkan.

Pengawasan, pembinaan dan pendampingan dilaksanakan oleh

perusahaan modal Ventura dengan cara menetapkan 1 (satu) orang

atau lebih karyawan dalam UMKM di bagian keuangan atau bidang-

bidang lain yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini

Page 138: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

122

UMKM harus memberi fasilitas sepenuhnya kepada perusahaan modal

Ventura atau penerima kuasanya termasuk pemberian informasi-

informasi yang benar, baik mengenai UMKM sendiri maupun para

krediturnya (apabila ada).

9) Pelaporan

UMKM wajib menyerahkan laporan keuangan, aliran kas (cash

flow) dan laporan produksi/penjualan kepada perusahaan modal

Ventura. Laporan-laporan tersebut merupakan dasar perhitungan

imbalan jasa bagi hasil untuk perusahaan modal Ventura. Pelaporan

tersebut wajib diserahkan kepada perusahaan modal Ventura secara

berkala sedikitnya setiap 1 (satu) bulan sekali selambat-lambatnya 5

(lima) hari kerja sejak berakhirnya bulan berjalan kecuali dipandang

perlu dapat dilaporkan kurang dari waktu tersebut.

10) Jaminan

Guna menjamin pembayaran kembali seluruh jumlah fasilitas

dana yang telah diberikan oleh perusahaan modal Ventura, UMKM

memberikan jaminan kepada perusahaan modal Ventura. Jaminan

yang diberikan kepada perusahaan modal Ventura ini disesuaikan

dengan bentuk usaha UMKM dan juga merupakan bentuk jaminan

yang diperbolehkan menurut ketentuan perundang-undangan dan

menurut perusahaan modal Ventura, misalnya hak tanggungan,

fidusia, jaminan perorangan dan lain-lain.

Page 139: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

123

11) Kesanggupan

Bagian ini berisi mengenai kesanggupan-kesanggupan yang

dapat diberikan oleh UMKM kepada perusahaan modal Ventura

selama pelaksanaan perjanjian, antara lain

a) UMKM berjanji dan mengikatkan diri untuk melaksanakan

penatausahaan semua administrasi dan penyediaan tenaga staf yang

diperlukan sehubungan dengan pengembangan UMKM, termasuk

tenaga pembukuan yang cakap.

b) UMKM sanggup menanggung semua biaya termasuk pajak-pajak

yang terhitung dan yang timbul serta wajib dibayar oleh UMKM

selama berlangsungnya perjanjian, termasuk juga semua biaya-

biaya serta pajak-pajak yang terutang sehubungan dengan

penatausahaan administrasi dan penyediaan staf dalam rangka

pengembangan usaha UMKM.

c) UMKM sanggup dan bertanggungjawab sepenuhnya untuk

mengembalikan dan membayar semua kewajibannya yang timbul

berdasarkan perjanjian.

d) UMKM sanggup dan karenanya mengikat diri untuk mengurus

perolehan semua izin-izin yang diperlukan dari instansi yang

terkait guna terselenggaranya usaha dengan baik.

e) UMKM sanggup dan karenanya mengikat diri untuk tunduk dan

melaksanakan semua ketentuan, syarat-syarat dan kebiasaan-

kebiasaan yang berlaku pada perusahaan modal Ventura mengenai

Page 140: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

124

pemberian fasilitas dana baik yang saat ini telah ada maupun yang

kemudian hari dinyatakan berlaku, sejauh ketentuan-ketentuan,

syarat-syarat dan kebiasaan-kebiasaan tersebut tidak bertentangan

dengan suatu ketentuan perundang-undangan yang bersifat

mengikat ataupun sesuatu prinsip hukum yang berlaku di

Indonesia.

12) Pernyataan-pernyataan

Bagian di dalam perjanjian ini mencantumkan pernyataan-

pernyataan dari UMKM mengenai benar dan sahnya setiap hal yang

berkaitan dengan proses dan pelaksanaan pembiayaan ini. Selain itu,

UMKM juga memberikan pernyataan bahwa apabila terdapat hal,

jaminan, ataupun keterangan serta dokumen yang tidak benar

diberikan oleh UMKM dalam perjanjian dan juga apabila terdapat

gugatan atau tuntutan dari pihak manapun sehubungan dengan dibuat,

ditanda tangani serta dilaksanakannya perjanjian, maka UMKM

berjanji untuk:

a) Melepaskan atau membebaskan perusahaan modal Ventura dari

gugatan atau tuntutan tersebut.

b) Akan menanggung sendiri gugatan atau tuntutan tersebut.

c) Atas permintaan tertulis dari UMKM membayar kepada

perusahaan modal Ventura segala kerugian yang diderita oleh

perusahaan modal Ventura sebagai akibat gugatan atau tuntutan

tersebut.

Page 141: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

125

13) Pembatasan-pembatasan

Bagian pembatasan merupakan bagian di dalam perjanjian

mengenai hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan oleh UMKM tanpa

sepengetahuan dan seizing perusahaan modal Ventura yaitu misalnya

a) Melakukan likuidasi atau pembubaran atau tindakan-tindakan yang

menjurus kepada kepailitan.

b) Mendapatkan fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari suatu

lembaga atau institusi apapun yang menimbulkan kewajiban dan

atau menjadikan dijaminkannya sebagian atau seluruh harta

kekayaan UMKM.

c) Melakukan pembayaran atau pemenuhan kepada pihak ketiga yang

menimbulkan gangguan terhadap jadwal pengembalian kewajiban

kepada perusahaan modal Ventura.

d) Menjaminkan, menggadaikan, menjual, menyewakan atau dengan

cara lain mempertanggungkan harta kekayaannya pada pihak

ketiga.

e) Membagikan keuntungan usaha baik sementara ataupun final.

14) Kelalaian

Kelalaian yang dimaksud di dalam perjanjian adalah

penyimpangan dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan di dalam

perjanjian tersebut antara lain meliputi:

a) Pihak kedua lalai untuk membayar sesuatu jumlah uang yang wajib

dibayarnya menurut ketentuan dalam perjanjian ini.

Page 142: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

126

b) Pihak pertama menerima pernyataan, surat keterangan atau

dokumen-dokumen lainnya yang diberikan oleh pihak kedua,

pemberi jaminan atau penjamin kepada pihak pertama sehubungan

dengan perjanjian ini ternyata tidak mempunyai kebenaran dalam

arti materil.

c) Pihak kedua pemberi jaminan atau penjamin mengajukan ketetapan

atau memperoleh ketetapan sebagai yang dinyatakan dalam

keadaan pailit, atau ditaruh di bawah pengampuan (onder curatele

gesteld) atau memperoleh penundaan pembayaran dari pengadilan,

baik bersifat sementara maupun pasti atau tetap (surseance van

betaling), atau karena alasan apapun juga tidak lagi berhak

mengurus dan menguasai harta kekayaaannya.

d) Surat izin lisensi atau persetujuan yang dikeluarkan/diberikan oleh

instansi/pihak yang berwenang kepada pihak kedua, pemberi

jaminan atau penjamin untuk menjalankan usahanya dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku sehingga pihak kedua, pemberi jaminan

atau penjamin sudah tidak dapat lagi menjalankan sahnya secara

sah.

e) Harta benda pihak kedua, pemberi jaminan atau penjamin disita

baik sebahagian maupun seluruhnya oleh pengadilan atau pihak

manapun juga.

f) Pihak kedua tidak memenuhi salah satu saja dari ketentuan atau

syarat-syarat dari perjanjian ini.

Page 143: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

127

Apabila UMKM dinilai telah melakukan bentuk-bentuk

kelalaian di atas, maka UMKM melepaskan keuntungan yang didapat

dari persyaratan mengenai surat teguran juru sita atau surat-surat

lainnya yang sama dengan itu dan ketentuan-ketentuan dalam Pasal

1266 dan 1267 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa pembatalan

persetujuan harus dimintakan kepada pengadilan dan perusahaan

modal Ventura dapat memaksa UMKM untuk memenuhi persetujuan

atau menuntut pembatalan persetujuan disertai penggantian biaya,

kerugian dan bunga, sehingga keputusan, ketetapan, izin atau kuasa

dari pengadilan tidaklah diperlukan lagi di dalam terjadinya perbuatan-

perbuatan yang disebut di atas. Pada intinya penyelesaian untuk

kelalaian tersebut dikembalikan kewenangannya kepada perusahaan

modal Ventura.

15) Hak untuk meninjau kembali

Hak untuk meninjau kembali adalah hak yang dimiliki oleh

perusahaan modal Ventura untuk meninjau kembali secara berkala

atau menarik kembali atau untuk membatalkan fasilitas dana yang

akan atau telah diserahkan berdasarkan perjanjian, misalnya perubahan

jumlah dana yang disediakan perusahaan modal Ventura untuk fasilitas

pendanaan bagi usaha UMKM ataupun apabila di kemudian hari

terdapat hal-hal yang menurut pertimbangan perusahaan modal

Ventura dapat membahayakan pokok jumlah fasilitas dana tersebut.

Page 144: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

128

16) Ketentuan lain

Di dalam bagian ini diatur mengenai :

a) Hal-hal yang belum diatur atau tidak cukup diatur dalam perjanjian

akan diatur lebih lanjut oleh kedua belah pihak secara musyawarah

untuk mencapai mufakat dalam tenggang waktu 30 (tiga puluh)

hari dan hasilnya akan dituangkan secara tertulis yang merupakan

adendum dari perjanjian.

b) Apabila satu atau lebih ketentuan yang dimuat dalam perjanjian

tidak berlaku, tidak sah atau tidak dapat dilaksanakan dalam hal

apapun berdasarkan hukum yang berlaku maka ketentuan-

ketentuan lain dalam perjanjian tetap berlaku sah dan dapat

dilaksanakan.

c) Setiap surat dan/atau pemberitahuan yang berhubungan dengan

perjanjian wajib dilakukan secara tertulis dan dikirimkan pada

pihak lain melalui faksimili, kurir atau dengan surat tercatat atau

disampaikan secara langsung kepada pihak yang bersangkutan

dengan mendapatkan tanda penerimaan yang selayaknya kepada

alamat yang telah disepakati sebelumnya.

17) Domisili hukum

Domisili hukum merupakan tempat yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak yang menjadi tempat kedudukan para pihak dan

sekaligus tempat untuk tempat penyelesaian masalah hukum antara

para pihak. Akhir atau penutup akta memuat (Pasal 38 ayat 4 UU No.

Page 145: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

129

30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014).

a) Uraian tentang pembacaan akta.

b) Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau

penerjemahan akta apabila ada.

c) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,

kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.

d) Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam

pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat

berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian.

Setelah minuta akta selesai dibuat, notaris wajib membacakan isi dari

minuta akta tersebut. Hal ini bertujuan agar para pihak (para penghadap dan saksi-

saksi) mengerti akan isi akta. Selain itu pembacaan ini juga bertujuan agar minuta

akta tersebut mempunyai kekuatan sebagai akta otentik (Pasal 41 UU No. 30

Tahun 2004). Kemudian minuta akta tersebut ditandatangani oleh para penghadap,

saksi-saksi dan notaris. Dengan ditandatanganinya akta tersebut, para pihak (para

penghadap dan saksi-saksi) dianggap telah menyetujui akta tersebut. Apabila ada

kesalahan di dalam pembuatan akta, notaris akan mencantumkan berapa

perubahan (penambahan, pencoretan, atau penggantian) yang terdapat di dalam

akta tersebut.

Page 146: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

130

4.2 Potensi Kerugian UMKM yang Telah Menyerahkan Penyertaan Modal

Namun Gagal Mendapat Bantuan dari PT. Futurindo Ventura Sejahtera

Pada umumnya UMKM mengajukan bantuan modal kepada perusahaan

modal Ventura dengan maksud untuk modal kerja dan pengembangan usaha.

Dalam kasus PT. Futurindo Ventura Sejahtera tujuan pengajuan bantuan modal

tersebut sebagian besar digunakan untuk penambahan modal kerja. Bantuan

modal kerja yang diberikan oleh perusahaan modal Ventura merupakan salah satu

jenis bantuan yang diberikan perusahaan modal Ventura kepada UMKM untuk

membiayai operasional usahanya yang berhubungan dengan pengadaan barang

maupun proses produksi sampai barang tersebut terjual. Prinsip dari modal kerja

ini adalah penggunaan modal yang akan habis dalam satu siklus usaha yaitu

dimulai dari perolehan bantuan modal dari perusahaan modal Ventura kemudian

digunakan untuk membeli barang dagangan atau bahan-bahan baku kemudian

diproses menjadi barang jadi lalu dijual untuk memperoleh uang tunai kembali.

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, UMKM membutuhkan dana yang

cukup untuk menjamin kelangsungan usahanya.

Dalam konsep modal Ventura, bantuan yang diberikan kepada UMKM

diikuti dengan kepesertaan modal dari UMKM itu sendiri. Jadi disini, baik pihak

perusahaan modal Ventura maupun UMKM secara bersama-sama menyediakan

dana. Dana yang berasal dari perusahaan modal Ventura disebut bantuan modal,

sedangkan dana yang disediakan UMKM disebut penyertaan modal.

Adapun bentuk-bentuk penyertaan modal UMKM yang dapat diterima oleh

perusahaan modal Ventura, antara lain :

Page 147: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

131

1. Penyertaan Modal dengan Barang-Barang

Penyertaan modal berupa barang baik barang bergerak maupun

barang tidak bergerak. Barang bergerak misalnya kendaraan, barang

dagangan dan lain-lain, sedangkan barang tidak bergerak misalnya tanah,

bangunan, dan sebagainya.

2. Penyertaan Modal berupa Surat-Surat Berharga

Penyertaan modal berupa surat-surat berharga seperti surat deposito,

wesel, sertifikat bank dan obligasi-obligasi pemerintah.

Adapun dalam penilaian penyertaan modal hal-hal yang harus diperhatikan

adalah :

1. Jumlah dan nilainya

Jumlah dan nilai penyertaan modal harus dapat menjamin

kepentingan perusahaan modal Ventura bila terjadi suatu kemacetan usaha

UMKM sehingga penyertaan modal tersebut terpaksa dicairkan untuk

diubah menjadi uang. Setiap perusahaan modal Ventura menentukan

sendiri nilai dari penyertaan modal tersebut. Biasanya penyertaan modal

yang ada dinilai sedemikian rupa dan harus berada di atas jumlah bantuan

modal yang diberikan ditambah dengan suatu jumlah atau persentase

tertentu. Untuk itu, sebaiknya nilai penyertaan modal adalah minimal

sebesar 125% dari jumlah bantuan modal, dan dapat pula penyertaan modal

tersebut melebihi persentase di atas, misalnya 150% ke atas.

2. Status kepemilikan

Kepemilikan merupakan hal yang penting untuk dijadikan perhatian.

Harus dengan jelas diketahui bahwa status kepemilikan tersebut benar-

Page 148: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

132

benar milik si pemohon bantuan modal. Bila status kepemilikan bukan

milik si pemohon modal, maka harus ada surat kuasa di surat pernyataan

dari si pemilik yang bersedia harta miliknya dijaminkan oleh si pemohon

bantuan modal kepada perusahaan modal Ventura.

3. Daya tahan dan marketability

Penyertaan modal berupa barang sesuai dengan umur dan teknisnya

berbeda-beda dalam daya tahan dan marketability. Marketability adalah

kekuatan barang sebagai penyertaan modal itu untuk dijual. Bila

marketability lemah dan daya tahannya sedikit maka nilainya akan turun

terus-menerus.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dikatakan UMKM

menyerahkan kepesertaan modalnya kepada perusahaan modal Ventura dengan

harapan UMKM akan mendapatkan dana baru yang bisa digunakan sebagai

tambahan modal kerja ataupun pengembangan usahanya. Pada kasus PT.

Futurindo Ventura Sejahtera harapan UMKM yang telah menyerahkan

kepesertaan modalnya tersebut tidak pernah terwujud atau mengalami kelambatan

pencairan bantuan modalnya.

Meskipun PT. Futurindo Ventura Sejahtera telah mengeluarkan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) namun PT. Futurindo Ventura

Sejahtera tidak pernah menepati janjinya untuk mencairkan bantuan modal secara

tepat waktu. Dengan terlambatnya pencairan giro ini, pengembangan usaha PPU

yang dalam hal ini pengusaha kecil atau Usaha Kecil Menengah (UKM) ataupun

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akan mengalami keterlambatan

Page 149: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

133

sehingga menjadi kehilangan keuntungan potensial yang mereka terima

seandainya bantuan modal tersebut mereka terima tepat pada saat dijanjikan.

Disebutkan oleh Soedikno Mertokoesumo bahwa dalam transaksi bisnis faktor

waktu memegang peranan penting113

. Misalnya saja pengusaha roti telah

memesan mesin pembuat roti, namun mesin tersebut mengalami keterlambatan 7

hari dari waktu yang dijanjikan, maka pengusaha roti tersebut akan kehilangan 7

hari produksi yang berarti kehilangan juga keuntungan potensialnya.

Contoh lain, UMKM yang bergerak dalam penjualan sepeda motor.

Sebelum mengajukan permohonan bantuan modal kepada PT. Futurindo Ventura

Sejahtera, UMKM yang bersangkutan mampu melakukan penjualan sepeda motor

sebanyak 25 unit per bulan. Dengan mengajukan bantuan modal kepada PT.

Futurindo Ventura Sejahtera, UMKM tersebut bisa menaikkan penjualan sepeda

motornya menjadi 50 unit per bulan. Sesuai persyaratan, UMKM itu telah

menyerahkan sejumlah uang sebagai kepesertaan modal, sebagai gantinya UMKM

yang bersangkutan menerima Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan

(SPJKP) dari PT. Futurindo Ventura Sejahtera. Namun ternyata, UMKM tersebut

baru menerima pencairan bantuan modal 6 bulan setelah penyerahan uang

kepesertaan modal.

Potensi kerugian yang diderita oleh UMKM penjualan sepeda motor

tersebut akibat mundurnya bantuan modal dari PT. Futurindo Ventura Sejahtera

adalah hilangnya potensi keuntungan penjualan sepeda motor sebanyak 25 unit

selama 6 bulan. Selain itu, UMKM tersebut juga kehilangan potensi keuntungan

113

Soedikno Mertokoesumo, Op.Cit, hal. 18.

Page 150: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

134

dari bunga bank seandainya uang yang telah disetorkan kepada PT. Futurindo

Ventura Sejahtera sebagai kepesertaan modal disimpan pada bank.

4.3 Tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura yang Gagal Merealisasikan

Bantuan Kepada UMKM

Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) yang dikeluarkan

PT. Futurindo Ventura Sejahtera ternyata tidak benar-benar menjamin pencairan

bantuan modal yang dibutuhkan oleh UMKM. Surat Pernyataan Jaminan

Kepastian Pencairan (SPJKP) menimbulkan masalah pada saat UMKM hendak

mengurus pencairan bantuan modal, yaitu tetap mengalami hambatan berupa

pemberitahuan dari pihak PT. Futurindo Ventura Sejahtera yang menyatakan

pencairan bantuan modal yang telah disetujui, diundur pencairannya.

Berdasarkan optik hukum perdata, pengunduran pencairan bantuan modal

tersebut merupakan kasus gagalnya PT. Futurindo Ventura Sejahtera mencairkan

bantuan modal. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) ini merupakan janji dari PT. Futurindo

Ventura Sejahtera kepada pemohon bantuan modal.

Kegagalan PT. Futurindo Ventura Sejahtera mencairkan bantuan modalnya

padahal UMKM sudah menyetorkan kepesertaan modalnya mengakibatkan

kerugian bagi pihak UMKM. Faktor waktu dalam suatu perjanjian bantuan modal

adalah sangat penting, karena dapat dikatakan bahwa pada umumnya dalam suatu

perjanjian kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan perjanjian itu dapat

terlaksana secepat mungkin, karena penentuan waktu pelaksanaan perjanjian itu

Page 151: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

135

sangat penting untuk mengetahui tibanya waktu yang berkewajiban untuk

menepati janjinya atau melaksanakan suatu perjanjian yang telah disepakati.

Menurut ketentuan Pasal 1234 KUHPerdata, tiap-tiap perikatan adalah

untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat

sesuatu. Dalam hal perjanjian bantuan modal PT. Futurindo Ventura Sejahtera

telah gagal merealisasikan bantuan modalnya.

Dalam kasus PT. Futurindo Ventura Sejahtera ini sebenarnya realisasi

bantuan modal tidak gagal sama sekali, namun terlambat pencairannya, sehingga

menimbulkan kerugian bagi UMKM pemohon bantuan modal. Kerugian itu dapat

dipersalahkan kepada PT. Futurindo Ventura Sejahtera jika ada unsur kesengajaan

yang merugikan itu. Dapat dikatakan PT. Futurindo Ventura Sejahtera sengaja

kalau kerugian itu memang diniati dan dikehendaki oleh PT. Futurindo Ventura

Sejahtera, sedangkan kelalaian adalah peristiwa dimana PT. Futurindo Ventura

Sejahtera belum tahu pasti apakah perbuatan atau sikap yang diambil olehnya

akan timbul kerugian atau tidak, tetapi sebagai PT. Futurindo Ventura Sejahtera

seharusnya tahu atau bisa menduga akan kemungkinan munculnya kerugian

tersebut. Dengan demikian kesalahan disini berkaitan dengan masalah “dapat

menghindari” (dapat berbuat atau bersikap lain) dan “dapat menduga” (akan

timbulnya kerugian).

Dengan demikian tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura yang gagal

merealisasikan bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat

Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) merupakan tanggungjawab PT.

Futurindo Ventura Sejahtera. Dalam hal ini PT. Futurindo Ventura Sejahtera yang

Page 152: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

136

menerbitkan SPJKP seharusnya membayar ganti rugi dari potensi keuntungan

yang seharusnya didapat UMKM apabila bantuan modal tidak terlambat diterima

berikut bunga dari penyertaan modal pihak UMKM yang telah disetor kepada PT.

Futurindo Ventura Sejahtera Namun faktanya akibat mundurnya pencairan

bantuan modal, terhapus dengan sendirinya bila realisasi pencairan bantuan modal

tersebut sudah dilaksanakan. Dalam kasus demikian PT. Futurindo Ventura

Sejahtera tidak pernah memberi ganti rugi atas mundurnya pencairan bantuan

modal tersebut. Tidak dibayarnya ganti rugi keterlambatan oleh PT. Futurindo

Ventura Sejahtera tersebut menunjukkan bahwa selama ini UMKM pemohon

modal belum mendapatkan perlindungan hukum sepenuhnya. Atau dengan

perkataan lain Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) belum

memberikan perlindungan hukum kepada UMKM pemohon modal.

Page 153: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

137

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah diuraikan maka

dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kedudukan Surat Pernyataan Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP)

dalam hal Perusahaan Modal Ventura tidak merealisasikan bantuan modal

tidak mempunyai kekuatan mengikat sehingga UMKM tidak dapat

melakukan tuntutan atau ganti rugi atas gagalnya realisasi bantuan modal.

2. Tanggungjawab Perusahaan Modal Ventura yang gagal merealisasikan

bantuan modal kepada UMKM setelah menerbitkan Surat Pernyataan

Jaminan Kepastian Pencairan (SPJKP) merupakan tanggungjawab karena

adanya wanprestasi dari perusahaan modal Ventura sehingga seharusnya

perusahaan modal Ventura membayar ganti rugi atas dasar gugatan dari

UMKM yang berdasarkan Pasal 1365 BW/KUHPerdata oleh karena pihak

perusahaan modal Ventura tidak mampu mencairkan bantuan modal

terhadap UMKM.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Pihak Perusahaan Modal Ventura seharusnya membayar ganti rugi kepada

UMKM pemohon modal karena potensi keuntungan yang hilang akibat

137

Page 154: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

138

mundurnya pencairan bantuan modal merupakan jumlah yang sangat

berarti bagi UMKM.

2. Pihak Perusahaan Modal Ventura agar memberikan tanggungjawabnya

yang berupa ganti rugi sesuai dengan ganti rugi yang dialami oleh UMKM

sedapat mungkin menghindari gugatan dari pihak UMKM untuk menuntut

ganti kerugian berdasarkan Pasal 1365 BW/KUHPerdata.

Page 155: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

139

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Abdulkadir dan Rilda, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan,

PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

Ali, Achmad, 2008, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan

Sosiologis), Ghalia Indonesia, Bogor.

______, 2008, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum, Yasrif Watampone,

Jakarta.

Bahsan, M., 2005, Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, PT.Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Budisantoso, Totok dan Triandaru, Sigit, 2006, Bank dan Lembaga Keuangan

Lain, Salemba Empat, Jakarta.

Chidir Ali Moch., Mashudi, 2007, Surat Berharga-Cek, Wesel dan GiroBilyet, CV

Mandar Maju, Bandung.

Hartono, Sunaryati, 2001, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,

Penerbit Alumni, Bandung.

Hasanuddin, Rahman, 2003, Segi-segi Hukum dan Manajemen Modal Ventura

serta pemikiran alternatif ke arah modal-modal ventura yang sesuai dengan

kultur bisnis di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Hoedhiono Kadarisman, 1995, Modal Ventura alternative Pembiayaan Usaha

Masa Depan, IBEC, Jakarta.

Hoecke, M. Van, dan Bernard Arief Sidharta, 2001, Refleksi tentang Struktur

Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung.

Ibrahim, Johny, 2012, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,

Banyumedia, Malang.

Kasmir, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT.Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Mahmud Marzuki, Peter, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Prenada Media Group,

Jakarta.

______, 2011, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

139

Page 156: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

140

Marhainis Hay, Abdul, 1995, Hukum Perbankan di Indonesia, Pradnya Pramita,

Jakarta.

Martono, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonasia Kampus Fakultas

Ekonomi UII, Yogyakarta.

Mertokoesumo, Soedikno, 2004, Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Miru, Ahmadi dan Pati, Sakka, 2008, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal

1233 sampai 1456 BW, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2003, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Muhammad, Abdulkadir dan Murniati, Rirda, 2000, Segi Hukum Lembaga

Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Munir Fuady, 2002, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek). PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung.

______, 2005, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung.

Musrihah, 2000, Dasar dan Toeri Ilmu Hukum, PT. Grafika Persada, Bandung.

Pandia, Frianto, 2005, Elly Santi Ompusunggu dan Achmad Abror, Lembaga

Keuangan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Purwahid, Patrik, 2006, Asas Itikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Badan

Penerbit UNDIP, Semarang.

Rasjidi, Lili dan Arief Sidharta, B, 2004, Filsafat Hukum Madzab dan Refleksi,

PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.

Rasjidi, Lili dan Wysa Putra, I.B, 2003, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja

Rusdakarya, Bandung.

Rosa, Agustina, dkk., 2012, Hukum perikatan (Law of Obligations), Pustaka

Larasan, Denpasar.

Salim, H. S., 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar

Grafika, Jakarta.

Satjipto, Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Satrio, J., 1995, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Page 157: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

141

Setiawan, R., 1979, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung.

Simorangkir, O. P., 2004, Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank,

Ghalia Indonesia, Bogor.

Soekanto Soerjono, dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu

Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 2008, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Alumni, Jakarta.

Subekti, 1996, Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung.

Sunaryo, 2013, Hukum Lembaga Pembiayaan, Cetakan 2, Sinar Grafika, Jakarta.

Utrecht, E., 1966, Pengantar dalam Hukum Indonesia (Cetakan

Kesembilan), Intermasa, Jakarta.

Waluyo, Bambang, 2001, Penelitian Hukum dalam Praktik, Penerbit Sinar

Grafika, Jakarta.

2. Makalah/Jurnal

Anisa P.H., Dewi S., Fonica R., 2013, Implementasi Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 18/PMK.010/2012 tentang Perusahaan Modal Ventura terhadap

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Private Law, Edisi 01

Maret –Juni, hal. 26.

Gustav, Radbruch, 1990, Legal Philosophy, in The Legal Philosophy of Lask,

Radbruch, Massachusetts, Harvard University Press.

Iwan Bayu Aji, 2004, “Penggunaan Bilyet Giro dalam Lalu-lintas Pembayaran,”

Makalah disajikan dalam Seminar Kajian Konstruksi Hukum Instrumen

Pembayaran Giral di Indonesia, Oleh Tim PSS/PSPN, Jakarta.

Liya dan Neni, 2008, Perusahaan Modal Ventura dalam Perspektif Hukum Bisnis

dan Hukum Islam, Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung, hal.7.

Mackulau, Andi Maradang, 2003, “Tinjauan Hukum Pembiayaan Bagi Hasil

Modal Ventura,” Rapat Executive Committee.

Megasari, Made Ayu Fransisca Yusi, 2008. “Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan

dengan Bagi Hasil di PT. Sarana Jateng Ventura-Semarang,” Tesis

Program studi magister kenotariatan Universitas diponegoro Semarang.

Scanlon, T.M., 2001, Promise and Contracts, dalam Peter Benson (ed), The

Theory of Contract Law, New York, Cambridge University Press.

Page 158: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

142

Sembiring, M.U., 1997, Teknik Pembuatan Akta, Program Pascasarjana Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, hal.

30-34.

Sieglar, Jay A., dan Benyamin R., Beede, 2007, The Legal Souyrces of Public

Policy, Lexington Books, Massachussets, Toronto.

Silvanny, Amelia, 2011. “Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Perjanjian Bagi Hasil

Perusahaan Modal Ventura dan Perusahaan Pasangan Usaha,” Tesis

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

Syahri Ramayuni, 2009, Analisis Pembiayaari pada Usaha Kecil dan Usaha Mikro

(Studi Kasus: BMT Taqwa Muhammadyah), Padang.

Zulkifli, 2009, “Surat Berhaga debagai Alat Transaksi dalam Penerbangan

Internasional,” Makalah (Lecture Papers), Jurnal Ilmiah USU tentang

Miscelineaous Letter.

3. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23,

(diterjemahkan R. Subekti menjadi KUHPerdata).

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang

Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3843).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (selanjutnya disebut Undang-Undang UMKM). (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4866).

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan.

Peraturan Mentri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2012 Tentang Perusahaan

Modal Ventura.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP/2007 Tentang Daftar Hitam

Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.

Page 159: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

143

4. Artikel

Bapepam-LK, 2010, Laporan Studi Potensi Perusahaan Modal Ventura sebagai

Alternatif lnvestasi, Diunduh melalui Bapepam-LK (www.bapegam.go.id)

dalam bentuk pdf. hal: 21. Pada tanggal 2 Desember 2014.

Bapepam-LK, 2012, Perkembangan Industri Perusahaan Pembiayaan Periode Mei

2012 s.d Agustus 2012, diakses dalam bentuk, pdf melalui

www.bapepam.go.id pada tanggal 2 Desember 2014.

Doyoharjo, Anggo, Perusahaan Modal Ventura sebagai Mitra untuk

Pengembangan Usaha Kecil, http://unisri.ac.id/anggo/?p=5.html, diakses

tanggal 2 Desember 2014.

http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/hukum-surat-berharga. diakses

tanggal 2 Desember 2014.

httg://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2012/07/08/ukm-quos-online.

Ketentuan No. 1 SEBI No. 4/670/UPPB/PbB tentang Endosemen.

PT. Bahana Artha Ventura, 1996, Ketentuan Pokok Pembiayaan Perusahaan Modal

Ventura, Jakarta, hal. 8.

Supanto, 2014, Perlindungan Hukum Wanita, http://supanto.staff.hukum.uns.ac.id/,

diakses tanggal 17 September 2014.

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia, 2006, Rencana

Strategis (RENSTRA) Satuan Tugas (SATGAS) Konsultasi

Keuangan/Pendampingan UMKM Mitra Bank (KKMB), hal. i.

Page 160: perlindungan hukum bagi usaha mikro, kecil dan menengah (umkm)

144

LAMPIRAN