bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan umum corporate social …repository.ump.ac.id/2287/3/aris...

39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Corporate Social Responsibility 1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) Pengertian (CSR) diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. (CSR) is about how companiesmanage the business processes to produce an overall positive impactto society. Definisi ini pada dasarnya berangkat dari filosofi bagaimana mengelola perusahaan baik sebagian maupun keseluruhan memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungannya. Perusahaan harus mampu mengelola operasi bisnisnya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan (Nor Hadi, 2011: 46). Yusuf Wibisono (2007: 7) dalam The word business council for suistainable development (WBCSD) memberi definisi continuing commitment by businessto behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as ofthe local community and society at large. Definisi tersebut dapat diartikan sebagai PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

Upload: vudien

Post on 05-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Corporate Social Responsibility

1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengertian (CSR) diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun

masyarakat pada umumnya.

(CSR) is about how companiesmanage the business processes to produce

an overall positive impactto society. Definisi ini pada dasarnya berangkat dari

filosofi bagaimana mengelola perusahaan baik sebagian maupun keseluruhan

memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungannya. Perusahaan harus

mampu mengelola operasi bisnisnya dengan menghasilkan produk yang

berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan (Nor Hadi,

2011: 46).

Yusuf Wibisono (2007: 7) dalam The word business council for

suistainable development (WBCSD) memberi definisi continuing commitment

by businessto behave ethically and contribute to economic development while

improving the quality of life of the workforce and their families as well as ofthe

local community and society at large. Definisi tersebut dapat diartikan sebagai

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroprasi

secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan

peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya sekaligus juga

peningkatan kualitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Edi Suharto (2009: 105) mengemukakan pendapatnya mengenai definisi

(CSR). (CSR) merupakan kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian

keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan

lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure)

yang tepat dan profesional.

Pendapat lain menurut Ardianto dan Machfudz (2011: 34) yang

mengemukanan pendapatnya mengenai pengertian (CSR). (CSR) merupakan

komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam

pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memerhatikan tanggung

jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara

perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.

Wahyudi dan Azheri (2008: 36) berpendapat bahwa (CSR) merupakan

sebuah komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya didasarkan

atas keputusan untuk mengambil kebijakan dan tindakan dengan

memperhatikan para stakeholder dan lingkungan dimana perusahaan melakukan

aktivitasnya yang berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku. Dari

definisi (CSR) di atas, tanggung jawab sosial perusahaan atau (CSR)

merupakan komitmen perusahaan untuk menciptakan kesejahteraan di wilayah

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

kerja perusahaan tersebut dengan tetap mengedepankan kepentingan ekonomi,

sosial dan lingkungan.

2. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

Suatu perusahaan dalam menjalankan (CSR), harus memberikan

perhatian kepada tiga 3 (tiga) hal yaitu laba, lingkungan dan masyarakat. Laba

perusahaan, dapat memberikan deviden bagi pemegang saham dengan

mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan

dan pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak kepada

pemerintah. (CSR) dapat dipandang sebagai aset strategis dan kompetitif bagi

perusahaan di tengah iklim bisnis yang semakin sarat kompetisi. Perusahaan

yang menerapkan (CSR), diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka

pendek namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan

kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

Terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dalam menjalankan (CSR)

khususnya dilihat dari sisi perusahaan yaitu:

a. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan yang tidak pantas yang

diterima perusahaan

b. Sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk

yang diakibatkan suatu krisis

c. Keterlibatan dan kebanggaan karyawan, karena karyawan akan merasa

bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang

secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya,

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

d. (CSR) yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan

mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder-nya.

Meningkatkan penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search

World wide, yaitu bahwa konsumen akan lebih menyukai produk-produk

yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung

jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik

(A.B. Susanto, 2009: 14-15).

Sementara itu, menurut Mursitama (2011, 27) manfaat eksternal dan

internal yang dapat diperoleh perusahaan dari penerapan (CSR) sebagai berikut

adalah:

1. Manfaat eksternal

a. Penerapan (CSR) akan meningkatkan reputasi perusahaan sebagai badan

hukum yang mengemban dengan baik pertanggungjawaban secara sosial.

Hal ini menyangkut pemberian pelayanan yang baik kepada pihak

eksternal atau pemangku kepentingan eksternal.

b. (CSR) merupakan satu bentuk differensiasi produk yang baik, artinya,

sebuah produk yang memenuhi persyaratan-persyaratan ramah

lingkungan dan merupakan hasil dari perusahaan yang bertanggungjawab

secara sosial. Sangat diperlukan kesesuaian antara berbagai aktifitas

sosial dengan karakteristik perusahaan yang juga khas. Karakteristik ini

mempunyai ekspektasi dari para pemangku kepentingan tentang

bagaimana seharusnya perusahaan bertindak.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

c. Melaksanakan (CSR) dan membuka kegiatan (CSR) secara publik

merupakan instrument untuk komunikasi yang baik dengan khalayak.

Pada gilirannya semua akan membantu menciptakan reputasi image

perusahaan yang lebih baik. Hal tersebut, akan membantu perusahaan dan

para karyawannya dalam membangun keterikatan dengan komunitas

secara lebih kohensif dan terintegrasi.

d. Kontribusi (CSR) terhadap kinerja perusahaan akan dapat terwujud paling

tidak dalam dua bentuk. Pertama, dampak positif yang timbul sebagai

insentif (rewards) atas tingkah laku positif dari perusahaan. Kontribusi ini

sering disebut sebagai kesempatan (opportunities). Kedua, kemampuan

perusahaan untuk mencegah munculnya konsekuensi dari tindakan yang

buruk atau dikenal sebagai “jaring pengaman” atau safety nets bagi

perusahaan (Mursitama, 2011:30).

2. Manfaat eksternal

a. Pengembangan aktifitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia.

Aktifitas tersebut butuh praktik-praktik ketenagakerjaan yang

bertanggung jawab sosial.

b. Adanya pencegahan polusi dan reorganisasi pengelolaan proses produksi

dan aliran bahan baku, serta hubungan dengan pemasok berjalan dengan

baik. Muaranya adalah peningkatan performa lingkungan perusahaan.

c. Menciptakan budaya perusahaan, kapabilitas sumber daya manusia, dan

organisasi yang baik.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

d. Kinerja keuangan perusahaan, terutama harga saham bagi perusahaan

yang telah go public, menjadi lebih baik.

3. Alasan Perusahaan Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR)

Alasan suatu perusahaan dalam menerapkan (CSR) di lingkungannya

meliputi 4 (empat) hal. Penerapan (CSR) dengan cara memenuhi tanggung

jawab ekonomis, tanggung jawab legal (hukum), tanggung jawab etis dan

tanggung jawab filantropis.

a. Tanggung jawab ekonomis

Motif utama perusahaan dalam melaksanakan (CSR) tetap berujung pada

keuntungan. Perusahaan melakukan program (CSR) untuk menarik simpati

masyarakat dengan membangun image positif bagiperusahaan yang tujuan

akhirnya pada peningkatan profit agar perusahaan dapat terus hidup (survive)

dan berkembang.

b. Tanggung jawab legal (hukum)

Perusahaan harus taat hukum dalam proses mencari laba, perusahaan tidak

boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.

Apabila perusahaan tidak melaksanakan (CSR) akan dikenai sanksi sesuai

dengan peraturan yang berlaku dalam Pasal 34 Undang-undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dapat dikenai sanksi berupa :

1. Peringatan tertulis

2. Pembatasan kegiatan usaha

3. Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanam modal; atau

4. Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanam modal

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

c. Tanggung jawab etis

Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik,

benar, adil dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi

perilaku organisasi perusahaan.

d. Tanggung jawab filantropis

Selain perusahaan harus taat hukum, memperoleh laba, dan berperilaku etis,

perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan

langsung oleh masyarakat. Sebagai pihak luar yang beroprasi pada wilayah

orang lain ikut serta menjaga kesejahteraan ekonomi masyarakat dan juga

menjaga lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan.

Keempat jenjang (CSR) tersebut, perlu dipahami sebagai satu kesatuan.

Walaupun demikian, kesalahan interpretasi umumnya kerap terjadi dimana

muncul argumen bahwa laba yang harus diutamakan. Tetapi kegiatan mencari

keuntungan atau laba hendaknya dikaitkan atau tidak terlepas dari kegiatan

lainnya, seperti megembangkan masyarakat. Pada saat ini, (CSR) bukan lagi

hanya sekedar kegiatan philanthropy konvensional, memberikan dana untuk

sejumlah tujuan-tujuan yang baik diakhir tahun saat pembukuan selesai. Secara

luas, (CSR) merupakan konstribusi perusahaan terhadap lingkungan di sekitar

mereka, untuk kegiatan bekerja yang lebih baik, untuk komitmen perusahaan

terhadap komunitas lokal dan pengakuan atas brand names perusahaan yang

tidak hanya bergantung pada kualitas, harga dan keunikan yang mereka miliki,

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

namun juga pada interaksi perusahaan dengan tenaga kerja yang dimilikinya,

komunitas dan lingkungan secara kumulatif (Chuck Williams, 2001: 123).

Terdapat 3 (tiga) alasan penting mengapa suatu perusahaan harus

melaksanakan (CSR). Hal ini, khususnya terkait dengan perusahaan ekstraktif

antara lain:

a. Pertama, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya

wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan

harus menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan lingkungan

masyarakat. Kegiatan sosial berfungsi sebagai kompensasi atau upaya timbal

balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh

perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping

sebagai kompensasi sosial karena timbul keresahan pada masyarakat.

b. Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang

bersifat simbiosis mutualisme. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

dukungan dari masyarakat, setidaknya izin untuk melakukan operasi yang

sifatnya kultural. Wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan

kontribusi positif kepada masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi

hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.

c. Ketiga, kegiatan (CSR) merupakan salah satu cara untuk meredam atau

bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat

dari dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan

ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan

(Yusuf Wibisino, 2007: 78).

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

4. Sustainability dalam Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR)

Satu terobosan besar perkembangan (CSR) seperti yang dikemukakan

oleh John Eklington (1997) yang terkenal dengan “The Triple Botton Line”

yang dimuat dalam buku “Canibalts with Forks the Triple Botton Line of

Twentieth Century Business”. Konsep tersebut mengakui jika perusahaan ingin

sustainable maka perlu memperhatikan (3P) yaitu bukan hanya profit yang

diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat

(people) dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep

Triple Botton Line tersebut merupakan kelanjutan dari konsep sustainable

development yang secara eksplisit telah mengaitkan antara dimensi tujian dan

tanggung jawab baik kepada shareholder maupun stakeholder (Nor Hadi, 2011:

56).

Penerapan (CSR) merupakan strategi bisnis yang bertujuan untuk

menjaga kelangsungan dan keberlanjutan perusahaan. Untuk menjamin

kelangsungan dan keberlanjutan sebuah perusahaan, maka perusahaan tersebut

harus memperhatikan semua aspek yang meliputi sustainability ekonomi,

sosial, dan lingkungan atau disebut juga triple bottom line. Pentingnya menjaga

sustainability ekonomi, sosial, dan lingkungan yaitu sebagai berikut:

a. Sustainability Ekonomi

Tujuan dasar sebuah perusahaan didirikan adalah untuk mencari

keuntungan. (CSR) tidak berarti menjalankan kegiatan sosial dan menjaga

kelestarian lingkungan hingga mempengaruhi keuntungan perusahaan.

Dalam melaksanakan program (CSR), perusahaan wajib memenuhi tujuan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

dasarnya, yaitu mencari keuntungan sebesar-basarnya. Sustainability

ekonomi perusahaan merupakan dasar bagi perusahaan untuk menjaga

sustainability sosial dan lingkungan. Sustainability ekonomi dicapai dengan

cara memperoleh keuntungan, meminimalkan biaya dan memaksimalkan

penjualan, membuat kebijakan-kebijakan bisnis yang strategis serta

menjanjikan pengembalian yang menarik bagi para investor.

b. Sustainability Sosial

Berdirinya sebuah perusahaan di tengah-tengah masyarakat

menimbulkan dampak terhadap masyarakat tersebut. Kehadiran perusahaan

diharapkan sedikit banyak akan mengangkat drajat kesejahteraan masyarakat

sekitarnya baik melalui perekrutan tenaga kerja maupun sumbangsih

perusahaan secara langsung terhadap masyarakat tersebut. Dengan adanya

(CSR) terhadap masyarakat, perusahaan akan mendapat rasa aman dan

nyaman dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sustainability sosial terkait

upaya perusahaan untuk mengutamakan nilai-nilai yang tumbuh dalam

masyarakat. Sustainability diupayakan dengan cara mendukung upaya-upaya

kesehatan masyarakat, penegakan hak asasi manusia, pembangunan kawasan

suatu negara, dan melakukan persaingan usaha yang sehat.

c. Sustainability Lingkungan

Lingkungan yang baik, sehat, bersih, dan terpelihara merupakan

harapan semua pihak. Isu mengenai kelestarian lingkungan merupakan isu

besar dan menjadi isu global yang masih terus diserukan untuk diupayakan

untuk dapat diwujudkan. Setiap permasalahan lingkungan yang terjadi, salah

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

satu pihak yang disalahkan adalah perusahaan. Aktivitas perusahaan dituding

sebagai penyebab utama terjadinya berbagai permasalahan lingkungan.

Selain dari aktifitas industri perusahaan, penyebab masalah lingkungan juga

timbul dari produk yang dihasilkan oleh kegiatan usaha suatu perusahaan.

Banyaknya tuntutan dari masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM),

pemerhati lingkungan dan organisasi internasional lainnya agar perusahaan

memperhatikan masalah lingkungan menguatkan argumen bahwa

kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat tergantung pada sustainability

lingkungan. Masalah pelestarian lingkungan ini penting khususnya

perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam. Sustainability

lingkungan oleh perusahaan dijaga dengan beberapa cara antara lain dengan

menggunakan teknologi yang ramah lingkungan demi mengurangi emisi gas

buang, pengimplementasian sistem manajemen untuk mengurangi risiko

lingkungan yang efektif, menerapkan prinsip-prinsip eco-labeling dan lain-

lain (Widjaja dan Yeremia, 2008: 46-47).

5. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)

Nor Hadi (2011: 59), mengurai prinsip-prinsip (CSR) menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan

aktifitas (action) tetap memperhitungakan keberlanjutan sumberdaya di masa

depan.

b. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung

jawab atas aktifitas yang telah diilakukan.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

c. Transparency, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi

merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak eksternal, berperan untuk

mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman khususnya informasi dan

pertanggungjawaban berbagai dampak dari lingkungan.

6. Pendekatan Corporate Social Responsibility (CSR)

Mengingat adanya perbedaan pendapat, tidaklah mengherankan jika

korporasi menerapkan sejumlah pendekatan tanggung jawab sosial. Seperti

yang oleh Widjaja Tunggal (2008: 66) ada 4 (empat) sikap yang dapat diambil

oleh suatu organisasi berkaitan dengan kewajibannya kepada masyarakat antara

lain:

a. Sikap obsruktif

Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan tindakan

seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau

menutupi pelanggaran yang dilakukan. Sedikit organisasi yang mengambil

apa yang disebut sebagai sikap obstruktif (obstructionist stance) terhadap

tanggung jawab sosial yang biasanya melakukan usaha seminimal mungkin

untuk memecahkan masalah-masalah sosial atau lingkungan. Apabila

mereka menghadapi batasan etis atau legal yang memisahkan praktik yang

dapat diterima dari praktik-praktik yang tidak dapat diterima, tanggapan

mereka biasanya menolak atau menyembunyikan tindakan mereka.

Perusahaan yang menganut pendapat ini tidak terlalu peduli dengan perilaku

etis dan umunya sedapat mungkin akan menyembunyikan tindakannya yang

salah.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

b. Sikap defensif

Pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan perusahaan

hanya memnuhi persyaratan hukum secara minimum atas komitmennya

terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Sikap difensif

(defensive stance) organisasi akan melakukan apa saja yang dipersyaratkan

oleh peraturan hukum tetapi tidak lebih dari itu. Para manager yang

mengambil sikap defensif itu merasa pekerjaan mereka adalah untuk

menghasilkan laba. Perusahaan seperti itu, akan memasang peralatan

pengendali polusi sesuai dengan yang disyaratkan oleh undang-undang,

tetapi tidak akan memasang peralatan yang berkualitas tinggi walaupun alat

tersebut dapat lebih membatasi polusi.

c. Sikap akomodatif

Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterpkan suatu perusahaan

dengan melakukannya apabila diminta, melebihi persyaratan hukum

minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan invidu dalam

lingkungan sosialnya. Sikap akomodatif (accomodative stance) memenuhi

persyaratan hukum dan etisnya tetapi mau bertindak lebih jauh pada saat-

saat tertentu. Perusahaan seperti itu sukarela setuju untuk berpartisipasi

dalam program-program sosial, tetapi pencari sumbangan harus terlebih

dahulu meyakinkan mereka bahwa program tersebut bermanfaat bagi

mereka.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

d. Sikap proaktif

Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan,

yaitu secara aktif mencari peluang untuk menyumbang demi kesejahteraan

kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya. Tingkatan tertinggi

tanggung jawab sosial yang dapat diperlihatkan suatu perusahaan adalah

sikap proaktif (proactive stance). Perusahaan yang menerapkan pendekatan

itu sungguh-sungguh melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Mereka

melihat dirinya sebagai warga masyarakat dan secara proaktif mencari

kesempatan untuk menyumbang. Cara yang paling umum dan langsung

untuk melaksanakan sikap tersebut adalah dengan cara mendirikan yayasan

yang dapat menyalurkan dukungan finansial langsung bagi program sosial.

7. Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Saidi dan Abidin (2004: 64-65) ada 4 (empat) model pola penerapan

(CSR) yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia :

a. Keterlibatan langsung

Perusahaan menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (TJSP)

secara langsung dengan menyelengarakan sendiri kegaiatn social atau

menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.

b. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya.

Model ini merupaka adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-

perusahaan di negara maju.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

c. Bermitra dengan pihak lain

Perusahaan menyelenggarakan TJSP melalui kerjasama dengan lembaga

sosial atau organisasi pemerintah, Instansi Pemerintah, Universitas atau

media masa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan

kegiatan sosialnya.

d. Mendukung atau bergabung dalam suatu Konsorsium

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu

lembaga social yang didirikan untuk tujuan social tertentu.

8. Komponen Corporate Social Responsibility (CSR)

Meskipun belum ada standar baku (CSR), unsur-unsur (CSR) perusahaan

terus mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan masyarakat,

globalisasi, dan pasar bebas. The World Bank Institute menjabarkan komponen

(CSR) sebagai berikut:

a. Proteksi Lingkungan

Tanggung jawab lingkungan ditekankan pada menemukan cara penggunaan

sumber daya alam secara berkelanjutan untuk mengurangi dampak

operasionalisasi perusahaan terhadap lingkungan.

b. Jaminan Kerja

Terkait dengan kebebasan berserikat bagi pekerja dan pengenalan secara

efektif terhadap hak dan kewajiban pekerja, khususnya hak untuk berunding

secara kolektif.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

c. Hak Asasi Manusia

Pengembangan tempat kerja yang bebas dari diskriminasi dengan

mengedepankan etika professional yang memperhatikan kreativitas dan

pembelajaran, dan keseimbangan antara pekerjaan aspek lain di luar

pekerjaan.

d. Keterlibatan dalam komunitas

Merupakan tindakan perusahaan untuk mengoptimalkan dampak dari donasi

uang, waktu, produk, jasa,pengaruh, pengetahuan manajemen dan sumber

daya lainnya pada masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi.

e. Standar bisnis

Standar ini meliputi aktifitas perusahaan secara luas seperti etika, imbalan

keuangan, perlindungan lingkungan, standar kerja, dan HAM.

f. Pasar

Mencakup aktivitas bisnis secara luas yang menggambarkan hubungan

antara perusahaan dengan konsumen, yang antara lain meliputi etika

pemasaran, penetapan harga, pengenalan produk, kualitas dan keamanan

produk.

g. Pengembangan ekonomi dan badan usaha

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan harus memperhatikan daya saing,

pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) lokal, kewiraswastaan,

pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan keuangan mikro.

h. Proteksi Kesehatan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

Di banyak negara industri, tempat kerja dikenal sebagai tempat penting

untuk melakukan promosi kesehatan, sehingga perusahaan dapat berperan

sebagai mitra pemerintah dalam pengembangan kesehatan.

i. Pengembangan kepemimpinan dan pendidikan

Perusahaan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar dengan

memberikan akses pendidikan, sehingga perusahaan dapat memberikan

dampak positif pada proses pemberdayaan melalui standar pengembangan

kepemimpinan dan pendidikan dalam perusahaan dan menularkan praktek-

praktek terbaik kepada mitra perusahaan yang masih berada dalam tingkat

perekonomian berkembang atau transional.

j. Bantuan bencana kemanusiaan

Perusahaan bekerjasama dengan pemerintah, masyarakat dan LSM

memegang peran penting dalam mendukung operasi bencana kemanusiaan.

Perusahaan diharapkan dapat menerapkan konsep "respon proaktif" dan

memusatkan pada tindakan pencegahan melalui upaya pemberdayaan

(Jimmy Tanaya, 2004: 46).

Menurut Yusuf Wibisono (2007: 47), ISO 26000 Guidance standard on

social responsibility secara konsisten mengembangkan (CSR). Ruang lingkup

social responsibility mencakup 7 (tujuh) isu pokok yaitu:

1. Pengembangan masyarakat;

2. Konsumen;

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

3. Praktek kegiatan institusi yang sehat;

4. Lingkungan

5. Ketenagakerjaan

6. Hak asasi manusia

7. Organizational governance.

Selain itu, bentuk program (CSR) yang umumnya diterapkan oleh perusahaan

memiliki 2 (dua) orientasi yaitu:

1. Internal, yaitu (CSR) yang berbentuk tindakan atas program yang diberikan

terhadap komunitas.

2. Eksternal, yaitu (CSR) yang mengarah pada tipe ideal yang berupa nilai

dalam perusahaan yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan

tindakan-tindakan yang sesuai keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya

(Arif Budimantana, 2008: 57).

9. Tahap-tahap Mengelola Corporate Social Rensponsibility (CSR)

Implementasi (CSR) yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan

sangat bergantung kepada misi, budaya, lingkugan dan profil resiko serta

kondisi operasional masing-masing perusahaan. Banyak perusahaan yang telah

melibatkan diri dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan pelanggan,

karyawan, komunitas dan lingkungan sekitar, merupakan titik awal yang baik

menuju (CSR) yang lebih luas. Pelaksanaan (CSR) dapat dilaksanakan menurut

prioritas yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh

perusahaan. Umumnya perusahaan yang menerapkan CSR menggunakan 4

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

(empat) tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi dan

tahap pelaporan.

a. Tahap perencanaan

Gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan untuk gagal. Istilah

ini rasanya tepat untuk menggambarkan pentingnya sebuah perencanaan.

Perencanaan terdiri atas tiga langkah yaitu:

1. Awareness bulding

Merupakan langka awal untuk membangun kesadaran arti pentingnya

(CSR) dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan atara lain

melalui seminar, lokakarya, Diskusi kelompok dan lain-lain.

2. (CSR) assessement

Merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan

mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas,

perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur

perusahaan yang kondusif bagi penerapan (CSR) secara efektif.

3. (CSR) manual building

Merupakan pedoman implementasi dari hasil assesment yang telah

dilakukan. Upaya yang harus dilakukan antara lain melalui benchmarking

(mempelajari program (CSR) dari perusahaan lain yang dinilai lebih

sukses dalam implementasi program ini), menggali dari referensi atau

bagi perusahaan yang menginnginkan langkah instan, penyusunan manual

ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari

luar perusahaan. Penyusunan manual (CSR) dibuat sebagai acuan,

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

pedoman dan panduan dalam mengelola kegiatan perusahan. Pedoman ini

diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir

dan pola tindakan seluruh elemen perusahaan guna terciptanya

pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.

b. Tahap implementasi

Tahapan implementasi terdiri dari 3 (tiga) langkah utama yaitu:

1. Sosialisasi

Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen

perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi

(CSR) khususnya mengenai pedoman penerapan (CSR) dengan tujuan

untuk mendapatkan dukungan penuh seluruh komponen perusahaan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan

pedoman (CSR) yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.

3. Internalisasi

Internalisasi adalah tahap jangka panjang mencakup upayaupaya untuk

memperkenalkan (CSR) di dalam seluruh proses bisnis perusahaan seperti

melalui sistem manajemen kinerja.

c. Tahap evaluasi

Setelah program (CSR) diimplementasikan, langkah berikutnya adalah

evaluasi program. Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara

konsisten dari waktu kewaktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas

penerapan (CSR). Evaluasi bukan tindakan untuk mencari-cari kesalahan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

atau mencari kambing hitam. Evaluasi justru dilakukan untuk pengambilan

keputusan. Misalnya, keputusan untuk menghentikan, melanjutkan atau

memperbaiki dan mengembangkan aspek-aspek tertentu dari program yang

telah diimplementasikan. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta

pihak independen untuk melakukan audit implementasi atau praktik (CSR)

yang telah dilakukan. Langkah ini tak terbatas pada kepatuhan terhadap

peraturan dan prosedur oprerasi standar tetapi juga mencakup pengendalian

resiko perusahaan. Evaluasi dalam bentuk assessment audit atau scoring juga

dapat dilakukan secara mandatori misalnya seperti yang diterapkan di

lingkungan BUMN, untuk beberapa aspek penerapan (CSR). Evaluasi

tersebut juga dapat membantu perusahaan tersebut utuk memetakan kembali

kondisi dan situasi serta pencapaian perusahaan dalam implementasi (CSR)

sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan

rekomendasi yang diberikan.

d. Pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk

proses pengembalian keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi

material dan relefan mengenai perusahaan. Selain berfungsi untuk keperluan

shareholder juga untuk stakeholder lainnya yang memerlukan informasi

tersebut. Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting yang

dibuatnya karena memang standar baku yang ditentukan (Yusuf Wibisono,

2007: 121-125).

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

Menurut Princes of wales foundation ada 5 (lima) hal penting yang dapat

mempengaruhi implementasi (CSR) yaitu:

1. Human Capital

Salah satu tujuan (CSR) adalah untuk pemberdayaaan masyarakat, bukan

memperdayai masyarakat. Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan

masyarakat yang lebih mandiri.

2. Environments

Perusahaan harus bisa berupaya supaya limbah dari pabrik tidak dibuang di

lingkungan sekitar yang dapat mencemari lingkungan perusahaan yang

berada di tengah masyarakat.

3. Good Coperate Governance

Mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan menurut

aturan hak dan kewajiban.

4. Social Cohesion

Dalam hal melaksanakan (CSR) jangan sampai menimbulkan kecemburuan

sosial.

5. Economic Stength

Memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi

(Untung, 2007: 9).

10. Peraturan Hukum Corporate Social Responsibility (CSR)

Sebelum disahkannya ketentuan (CSR) dalam peraturan perundang-

undangan, terdapat 6 (enam) hal yang menjadi dasar pelaksanaan tanggung

jawab sosial di Indonesia. Keenam hal tersebut yakni voluntary (sukarela),

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

gotong royong, kepedulian yang berpijak pada cinta kasih terhadap sesama,

keikhlasan untuk membantu, honesty (kejujuran), dan keadilan sosial yang

berpijak pada kejujuran. Pelaksanaan (CSR) yang pada mulanya bersifat

sukarela ini menimbulkan penafsiran yang bebas di benak pengusaha.

Kegiatan (CSR) dilaksanakan dengan didasarkan pada kepentingan masing-

masing perusahaan semata. Berangkat dari hal tersebut, pengaturan (CSR)

menjadi dianggap penting di Indonesia. (CSR) yang pada awalnya merupakan

tanggung jawab non-hukum, sekarang berubah menjadi tanggung jawab

hukum (liability) (Sitepu Yovita Sabarina, 2008: 37).

Kewajiban peusahaan untuk melaksanaan (CSR) di Indonesia telah diatur

dalam undang-undang. Ketentuan undang-undang yang mengatur tentang

(CSR) antara lain:

a. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Pada awalnya dasar hukum perseroan terbatas pada awalnya diatur dalam

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, tetapi

belum mengatur mengenai (CSR), dengan diundangkannya Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menggantikan Undang-undang Nomor

1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas telah diatur mengenai ketentuan

CSR yang termuat dalam Pasal (74) Undang-undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi sebagai berikut:

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau

yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung

jawab sosial dan lingkungan.

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang

dimaksud dalam ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan

diatur dengan peraturan pemerintah.

Penjelasan dalam Pasal 74 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas yang dimaksud dengan “Perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau yang berkaitan dengan

sumber daya alam” adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak

memanfaatkan sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak

pada fungsi kemampuan sumber daya alam. Penjelasan Pasal 74 ayat (2)

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang

dimaksud dengan “dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan” adalah dikenai segala bentuk sanksi yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan yang terkait. Seperti yang telah

diuraikan di atas, meskipun perusahaan tidak secara langsung

melaksanakan ekspoitasi sumber daya alam tetapi selama usahanya

berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya alam maka perusahaan

tersebut wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Menurut Gunawan Widjaja dan Yameria Ardi Pratama (2008: 95),

dalam Penjelasan Pasal 74 Ayat (1) Undang-undang Nomor 40 tentang

Perseroan Terbatas jelas disebutkan bahwa kewajiban pelaksanaan (CSR)

bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam ini tidak hanya melihat pada bisnis inti

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

(core business) dari perusahaan tersebut. Walaupun perusahaan tersebut

tidak secara langsung melaksanakan eksploitasi sumber daya alam, tetapi

selama kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumber

daya alam, maka perusahaan tersebut wajib melaksanakan tanggung jawab

sosialnya. Hal ini berarti bahwa, baik itu perusahaan pertambangan,

industri perkayuan, industri makanan, yang dalam kegiatan usahanya

berhubungan langsung dengan sumber-sumber daya alam, maupun rumah

sakit, perusahaan telekomunikasi, perbankan, percetakan dan perusahaan-

perusahan lain yang secara tidak langsung menggunakan dan berdampak

pada sumber daya alam dalam kegiatan usahanya, wajib melaksanakan

(CSR).

Berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (2) Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan kewajiban perseroan

yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang

dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Setidaknya ada

2 (dua) hal yang perlu dikaji dari susunan kalimat di atas, yaitu sebagai

berikut:

Pertama

kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai

biaya perseroan. Ada kata “dianggarkan” dan “diperhitungkan” sebagai

biaya perseroan. “Dianggarkan” memiliki makna bahwa biaya untuk

(CSR) sudah “direncanakan” sejak awal tahun oleh suatu perseroan,

sedangkan “diperhitungkan” adalah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

oleh suatu perseroan untuk (CSR) baik direncanakan atau tidak. Biaya

yang dikeluarkan secara nyata untuk (CSR) dapat saja lebih besar atau

lebih kecil dari biaya yang dianggarkan.

Kedua

“yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan

kewajaran”. Kata “memperhatikan kepatutan dan kewajaran”, tidak

memberikan kejelasan parameter mengenai jumlah tertentu. Sehingga

tidak ada nominal ataupun persentase yang jelas berapa besar biaya

yang harus dipersiapkan oleh korporasi untuk melaksanakan (CSR)

(Mukti Fajar, 2010: 302-303).

Selain itu, cara yang dapat digunakan dalam menetukan anggaran

untuk pelaksanaan (CSR) dilakukan dengan kepatutan dan kewajaran, yaitu

dengan pengertian bahwa biaya-biaya tersebut harus diatur besarnya sesuai

dengan manfaat yang akan dituju dari pelaksanaan (CSR) itu sendiri

berdasarkan kemampuan keuangan perusahaan (Hendrik Budi Untung,

2007: 93-100).

b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Pasal 15 (b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal yang mengatur terkait (CSR), yang berbunyi setiap penanam modal

berkewajiban:

Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

Penjelasan Pasal 15 ayat (b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007

tentang Penanaman Modal yang dimaksud “tanggung jawab sosial

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan

penananam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,

seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya

masyarakat setempat. Penjelasan dalam Pasal 1 angka (4) Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang dimaksud dengan

“penanam modal” adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan

penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negri dan

penananm modal asing.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab

Sosial dan Linkungan Perseroan Terbatas

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung

Jawab Sosial dan Linkungan Perseroan Terbatas merupakan peraturan

pelaksana dari Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Pasal (2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Linkungan Perseroan Terbatas

disebutkan bahwa “setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai

tanggung jawab sosial dan lingkungan”

Perseroan Terbatas memiliki kedudukan yang mandiri yang oleh

Undang-undang diberi “standi persona”. Perseroan Terbatas dijadikan

sebagai subyek hukum mandiri disamping manusia selaku orang

perorangan, yang kemudian dinamakan sebagai “badan hukum”( Rudhi

Prasetya, 1996: 28).

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

Subyek hukum ialah siapa yang dapat mempunyai hak dan cakap

untuk bertindak dalam hukum atau dengan kata lain siapa yang cakap

menurut hukum untuk bertindak. Kondisi yang berkembang di masyarakat

dewasa ini, subyek hukum tidak hanya terbatas pada orang saja, tetapi ada

hal lain yang disebut sebagai badan hukum (rechts persoon). Badan hukum

(recht person) diartikan sebagai orang (person) yang diciptakan oleh

hukum yang di pandang sebagai subyek hukum yang memiliki hak-hak dan

kewajiban-kewajiban dalam melakukan perbuatan hukum layaknya

manusia (C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2002: 1).

Pasal (3) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung

Jawab Sosial dan Linkungan Perseroan Terbatas menyatakan bahwa:

Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal (2) menjadi kewajiban bagi perseroan yang menjalankan kegiatan

usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

berdasarkan Undang-undang.

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Linkungan Perseroan Terbatas menyebutkan

bahwa “kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan baik

di dalam maupun di luar lingkungan perseroan”

d. Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 tentang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Pasal 20 Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun

2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan menyebutkan bahwa

Setiap perusahaan yang berada di daerah dan memperkerjakan

karyawan paling sedikit 100 (seratus) wajib menetapkan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

komitmennya dalam penyelenggaraan TSP sebagai bagian dari

kebijakan manajemen maupun program pengembangan perusahaan

dengan mempedomani ketentuan dan/ atau Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku bagi perusahaan.

B. Tinjauan Umum Perseroan Terbatas

1. Pengertian Perseroan Terbatas

Pengaturan tentang Perseroan Terbatas semula diatur dalam Kitab

Undang-undang Hukum Dagang. Akan tetapi, ketentuan tentang perseroan

terbatas dalam kitab ini kemudian tidak berlaku lagi setelah adanya Undang-

undang Perseroan Terbatas yang merupakan Undang-undang khusus mengatur

tentang Perseroan Terbatas (Munir Fuady, 2005: 36).

Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze

Vennootschap) merupakan bentuk yang begitu populer dari semua bentuk usaha

bisnis. Perseroan Terbatas masuk ke dalam ranah Hukum Perusahaan yang

mana penjelasan resmi tentang definisi perusahaan tidak diatur dalam Kitab

Undang-undang Hukum Dagang

(C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, 2001: 67).

H. M. N. Purwosutjipto (1999: 90), mempunyai pendapat bahwa

Perseroan terbatas yang disingkat PT terdiri dari dua kata, yaitu perseroan dan

terbatas. Perseroan adalah persekutuan yang modalnya terdiri dari sero-sero

atau saham-saham, sedangkan kata terbatas itu tertuju pada tanggung jawab

pemegang saham atau pesero yang bersifat terbatas pada jumlah nominal

daripada saham-saham yang dimilikinya.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

Rachmadi Usman (2004: 47) mengemukakan pendapatnya mengenai

Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas adalah persekutuan yang modalnya

terdiri atas saham-saham, dan tanggung jawab persero bersifat terbatas pada

jumlah nominal dari pada saham-saham yang dimilikinya.

Perseroan Terbatas adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha

yang memiliki modal terdiri atas saham-saham yang pemeliknya memiliki

bagian saham yang dimilikinya. Oleh karna modalnya terdiri atas saham-saham

yang dapat diperjualbeikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan

tanpa perlu membubarkan perusahaan (Adrian Sutedi, 2015: 6).

Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan

perjanjian untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhya

terbagi dalam saham, serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Kegiatan usaha dari perseroan

harus sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya perseroan, serta tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum dan

kesusilaan (Frans Satrio Wicaksono, 2009: 2).

Pengertian Perseroan Terbatas juga termuat dalam Pasal 1 butir (1)

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perseroan

Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta

peraturan pelaksanaannya.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

2. Unsur-unsur Perseroan Terbatas

Berdasarkan pengertian Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 butir (1) Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa:

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan

perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Berdasarkan dari penjelasan diatas menurut Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja

(2006: 7-8), Perseroan memuat lima hal pokok yang menjadi karakteristiknya,

yaitu:

a. Berbentuk badan hukum, yang merupakan persekutuan modal

Secara teoritis pada subjek hukum pribadi (manusia), status subjek hukum

dianggap telah ada bahkan pada saat pribadi manusia tersebut berada dalam

kandungan. Sedangkan pada badan hukum, status badan hukumnya baru

diperoleh setelah ia memperoleh pengesahan dari pejabat yang berwenang,

yang memberikan hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan sendiri bagi badan

hukum tersebut, terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para

pendiri, pemegang saham, maupun para pengurusnya.

b. Didirikan atas dasar perjanjian

Ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menyatakan bahwa Perseroan didirikan oleh 2 (dua)

orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

Rumusan tersebut mempertegas kembali makna perjanjian sebagaimana

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

diatur dalam ketentuan umum mengenai perjanjian yang ada dalam Kitab

Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata Pasal 1320).

c. Melakukan kegiatan usaha

Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Kegiatan usaha

yang dilakukan Perseroan adalah dalam bidang ekonomi baik industri,

perdagangan barang maupun jasa yang bertujuan memperoleh

keuntungan/laba.

d. Modalnya terbagi atas saham-saham

Adanya modal yang terbagi ke dalam saham-saham ini merupakan

perwujudan dari karakteristik suatu Perseroan yang independen, dengan hak-

hak dan kewajiban-kewajiban para pemegang sahamnya maupun para

pengurusnya. Oleh karena itu, pada saat pendirian Perseroan, bahkan

sebelum permohonan pengesahan akta pendirian Perseroan ke Menteri

e. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan

Setiap Perseroan harus memenuhi persyaratan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan pelaksanaannya mulai

dari pendiriannya, beroperasinya, dan berakhirnya (Ahmad Yani dan

Gunawan Widjaja,

3. Ciri-ciri Perseroan Terbatas

a. Memiliki status hukum tersendiri sebagai suatu badan hukum, yaitu subjek

hukum artificial yang sengaja diciptakan oleh hukum untuk membentuk

kegiatan perekonomian yang dipersamakan individu manusia, orang

perorangan.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

b. Memiliki harta kekayaan sendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri, dan

pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk

perjanjian yang dibuat.hal itu berarti bahwa, perseroan dapat mengikatkan

dirinya dalam satu atau lebih perikatan yang menjadikan perseroan sebagai

subjek hukum mandiri (persona standi in judicto) yang memiliki kapasitas

dan kewenangan untuk dapat menggugat dan digugat di hadapan pengadilan.

c. Tidak lagi membebankan tanggung jawabnya kepada pendiri atau pemegang

sahamnya, melainkan hanya untuk dan atas nama dirinya sendiri untuk

kerugian dan kepentingan dirinya sendiri.

d. Kepemilikannya tidak digantungkan pada orang perorangan tertentu, yang

merupakan pendiri atau pemegang sahamnya. Setiap saat saham perseroan

dapat dialihkan kepada siapapun juga menurut ketentuan yang diatur dalam

Anggaran Dasar dan Undang-undang yang berlaku pada suatu waktu

tertentu.

e. Keberadaanya tidak dibatasi jangka waktunya dan tidak lagi dihubungkan

dengan eksistensi dari pemegang sahamnya.

f. Pertanggungjawaban yang mutlak terbatas, selama dan sepanjang para

pengurus (Direksi), dewan komisaris dan pemegang saham tidak melakukan

pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak boleh dilakukan (Gunawan Widjaja,

2008: 11-12).

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

4. Jenis-jenis Perseroan Terbatas

Perseroan merupakan salah satu jenis badan usaha yang ada di wilayah

Indonesia selain CV, Firma dan Koperasi. Jenis-jenis perseroan terbatas antara

lain:

a. Perseroan Terbatas/ PT Tertutup

PT Tertutup adalah PT yang saham perusahaannya hanya bisa dimiliki oleh

orang-orang tertentu yang sudah ditentukan dan tidak menerima investor dari

luar secara sembarangan. Umumnya jenis PT ini adalah PT keluarga atau

kerabat atau saham yang dikertasnya sudah tertulis nama pemilik saham dan

yang tidak mudah untuk dialihkan kepada pihak lain.

b. Perseroan Terbatas Terbuka

PT Terbuka ini merupakan salah satu jenis PT yang saham-saham

perusahaannya boleh dibeli dan dimiliki oleh semua orang tanpa terkecuali

sehingga sangat mudah untuk diperjual-belikan kepada khalayak ramai.

Biasanya kepemilikan saham PT Terbuka ini atas tunjuk, bukan atas nama

sehingga tidak sulit untuk menjual maupun membelinya.

c. Perseroan Terbatas Domestik

PT Domestik adalah Perseroan Terbatas yang hanya berdiri dan melakukan

kegiatan operasionalnya di dalam negri sesuai aturan yang berlaku di

Republik Indonesia.

d. Perseroan Terbatas Asing

PT Asing adalah PT yang didirikan di negara lain dengan aturan dan hukum

yang berlaku dinegara tempat PT itu didirikan, namun apabila memiliki

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

cabang di Indonesia tentu saja mereka harus memenuhi persyaratan-

persyaratan serta peraturan yang berlaku di Indonesia. Mereka harus tunduk

pada aturan-aturan yang berlaku di Republik Indonesia.

e. Perseroan Terbatas Perseorangan

PT Perseorangan ini merupakan perusahaan yang saham-sahamnya telah

dikeluarkan dan hanya dimiliki oleh satu orang saja. Orang yang menguasai

saham tersebut juga bertindak atau menjabat sebagai direktur di perusahaan

tersebut. Dengan demikian orang tersebut akan memiliki kekuasaan tunggal,

yaitu menguasai wewenang direktur dan juga Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

f. Perseroan Terbatas Publik

Perusahaan semacam ini, kepemilikan sahamnya bebas oleh siapa saja dan

telah terdaftar di Bursa Efek (A. Yudi Setiawan, 2015: 65-66).

5. Organ-organ Perseroan Terbatas

Berdasarkan Pasal 1 butir (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas, Organ Perseroan terdiri dari Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. Ketiganya

memiliki kewenangan yang berbeda guna menjalankan hak dan kewajiban

Perseroan. Selama organ-organ tersebut dapat menjalankan perannya dengan

baik, maka Perseroan akan berjalan dengan baik, dan para pemegang saham

Perseroan akan terjamin kepentingannya dalam Perseroan. Berikut akan

diuraikan secara umum mengenai organ-organ Perseroan tersebut.

a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

Berdasarkan Pasal 1 angka (4) Undang-undang Nomor 40 tahun 2007

tentang Pereroan Terbatas menjelaskan mengenai Rapat Umum Pemegang

Saham. (RUPS) adalah organ Perseroan yang memgang kekuasaan tertinggi

dalam perseroan dan memgang segala wewenang yang bersifat redusial yaitu

wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris

dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan atau anggaran

dasar. Sesuai dengan namanya (RUPS) merupakan forum dimana para

pemegang saham membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan

Perseroan Terbatas.

Pada dasarnya ketiga organ perseroan itu sejajar dan berdapingan

sesuai dengan pemisahan kewenangan (separation of power) yang diatur

dalam Undang-undang dan anggaran dasar. Dengan demikian tidak dapat

dikatakan bahwa (RUPS) leih tinggi dari direksi dan dewan komisaris.

Masing-masing mempunyai posisi dan kewenangan sesuai dengan fungsi

dan tanggung jawab yang mereka miliki (Yahya Harahab, 2009: 306).

Cornelius Simanjuntak dan Natali Mulia memiliki pandangan yang

berbeda terhadap posisi (RUPS). Menurut mereka terdapat 2 (dua) hal yang

menjadi landasan (RUPS) dapat dikatakan sebagai posisi yang utama.

Pertama, Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa perseroan merupakan persekutuan

modal yang merupakan hasil kontribusi dari para pendiri, yang pada

praktiknya pendiri tersebut seringkali langsung bertindak dalam

kedudukannya sebagai (RUPS). (RUPS) merupakan pendiri dan pemegang

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

saham perseroan, maka sudah seyogyanya setiap keputusan yang

menyangkut tujuan awal para pendiri dalam mendirikan perseroan berada

ditangan mereka melalui (RUPS). Landasan yang kedua adalah landansan

pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris

dimana anggota Direksi dan Dewan Komisaris bukan diangkat melalui rapat

Direksi atau Dewan Komisaris, namun diangkat dan diberhentikan oleh

(RUPS). Hal ini memperlihatkan bahwa (RUPS) memiliki kekuasaan yang

besar yang tidak dimiliki oleh organ perseroan lainnya (Cornelius

Simanjuntak dan Natali Mulia, 2009: 2).

b. Direksi

Berdasarkan Pasal 1 angka (5) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas dijelaskan mengenai pengertian Direksi. Direksi

adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud

dan tujuan, serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar

pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Kewenangan Direksi pada dasarnya meliputi pengelolaan dan

pengurusan sehari-hari yakni membimbing dan membina kegiatan atau

aktifitas perseroan ke arah pencapaian maksud dan tujuan yang ditetapkan

anggaran dasar. Direksi dalam menjalankan kewenangannya tidak boleh

melampaui batas-batas yang telah ditentukan dalam Undang-undang maupun

anggaran dasar perseroan. Direksi wajib menjalankan kewenangannya sesuai

dengan kepentingan perseroan dengan tidak mengandung benturan

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

kepentingan dan tidak mempergunakan posisinya sebagai direksi untuk

memperoleh keuntungan pribadi. Perbuatan yang melanggar kepentingan

dapat dikategorikan sebagai tindakan penyalahgunaan kewenangan (abuse of

authority). Berdasarkan Pasal 98 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas juga menentukan bahwa kewenangan perseroan

oleh direksi adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, sepanjang tidak

ditentukan lain dalam Undang-undang ini, anggaran dasar maupun

keputusan (RUPS). Kapasitas direksi untuk mewakili perseroan adalah kuasa

atau perwakilan karena Undang-undang, direksi tidak membutuhkan kuasa

dari perseroan sebab kuasa yang dimilikinya atas nama perseroan yang

melekat secara inherent pada diri jabatan direksi berdasarakan Undang-

undang

(Yahya Harahab, 2009: 345-349).

c. Dewan Komisaris

Berdasarkan bunyi Pasal 1 angka (6) Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dijelaskan mengenai pegertian

Dewan Komisaris. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan

anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi yang dapat diangkat

menjadi Dewan Komisaris adalah orang perseorangan yang cakap

melakukan perbuatan hukum.

Menurut Bintoro Nadapdap (2012: 108-181) dalam melaksanakan

tugasnya, Komisaris dalam Perseroan Terbatas mempunyai beberapa prinsip

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.

yuridis menurut ketentuan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komisaris merupakan badan pengawas

selain mengawasi tindakan Direksi, Komisaris juga mengawasi perseroan

secara umum.

2. Komisaris merupakan badan independen

Seperti halnya dengan Direksi dan (RUPS), pada prinsipnya komisaris

merupakan badan yang independen, Komisaris tidak tunduk pada

kekuasaaan siapapun dan Komisaris melakukan tugasnya semata-mata

untuk kepentingan Perseroan.

3. Komisaris tidak mempunyai otoritas manajemen (non executive)

Meskipun Koisaris merupakan pengambil keputusan (decicion maker),

tetapi pada prinsipnya Komisaris tidak memiliki otoritas manajemen.

Pihak yang memiliki tugas manajemen eksekutif adalah Direksi.

4. Komisaris tidak bisa memberikan instruksi yang mengikat kepada

Direksi.

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.