bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1....

Download BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-nurulhiday... · Persalinan normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia

If you can't read please download the document

Upload: tranquynh

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Teori

    1. Kehamilan

    a. Definisi

    Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut

    perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup

    seorang wanita. Kehamilan dengan kasus khusus misalnya hamil

    bermasalah kecemasan yang menghantui ibu hamil juga

    mempengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang

    menjalani kehamilan dengan kasus khusus, misalnya hamil

    bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga mengalami

    kecemasan (Maulana, 2007, p.23).

    Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah

    pada seorang wanita dimana dalam masa kehamilan terjadi perubahan

    fisiologis yang meliputi perubahan fisik, psikologis dan sosial

    (Saifuddin, 2007, p.57).

    Kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin mulai

    sejak 280-300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I

    (0-12 minggu usia kehamilan),Triwulan II (13-28 minggu usia

    kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia kehamilan).

  • 9

    Kehamilan adalah peristiwa penting bagi seorang wanita

    manapun, diinginkan atau tidak wanita atau calon ibu hamil akan

    gelisah dengan kesehatannya. Lazimnya berbagai upaya dilakukan

    untuk menjaga kesehatannya (Solihah, 2010, p.206).

    Kalau ada ibu hamil memeriksakan kandungannya, yang

    diperiksa semata-mata factor fisiknya saja, namun makin lama makin

    disadari bahwa aspek psikis (kejiwaan) tidak dapat diabaikan dan

    dipisahkan dari masalah kesehatan tubuh, termasuk kesehatan ibu

    hamil. Pada ibu hamil konflik batin yang dirasakan bias beragam,

    apalagi sejak zaman dulu rasa nyeri pada persalinan sering menjadi

    pokok pembicaraan di antara wanita sehingga banyak calon ibu muda,

    terutama menghadapi kehamilan dan proses persalinannya dengan

    perasaan cemas dan takut (Solihah, 2010, p.207).

    b. Proses kejiwaan pada masa kehamilan

    Menurut Mochtar (2002, p.32), proses kejiwaan selama kehamilan

    meliputi :

    1) Trimester I

    Pada sebagian wanita, reaksi psikologis dan emosional

    pertama adalah kecemasn, ketakutan, kepanikan dan kegusaran

    terhadap kehamilan. Mual, muntah, dan pusing yang merupakan

    gejala hamil muda.

  • 10

    2) Trimester II

    Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu

    identifikasi abstrak, mulai menyadari kenyatan bahwa kehamilan

    merupakan identifikasi nyata. Ibu mulai menyesuaikan diri

    dengan kenyataan perut bertambah besar, terasa gerakan janin,

    dan dokter telah mendengar suara denyut jantung janin. Ibu mulai

    mempersiapkan kebutuhannya.

    3) Trimester III

    Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan

    tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan

    dilahirkan. Ada 3 golongan ibu yang mungkin merasa takut:

    a) Ibu yang mempunyai riwayat pengalaman buruk pada

    persalinan yang lalu.

    b) Multipara yang usianya diatas 30 tahun, akan merasa takut

    terhadap janin dan anaknya apabila terjadi sesuatu atas dirinya.

    c) Primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan

    menakutkan dari orang lain.

    2. Persalinan

    a. Pengertian

    Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari

    kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi

    (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus kedunia

  • 11

    luar melelui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau

    dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009, p.1).

    Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi

    yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

    (Wiknjosastro, 2005, p.180).

    Peralinan adalah proses membuka dan menipisnya

    serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses

    dimanajanin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir

    (Saifuddin, 2006, p.100).

    Persalinan normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan

    cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit

    (APN, 2008, P.37).

    Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

    pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42

    minggu), lahir sepontan dengan presentasi belakang kepala yang

    berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

    maupun pada janin. Persalinan spontan adalah persalinan yang

    terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu

    (Sumarah, 2009, p.2).

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

    Menurut Sumarah (2009, p.23-45), factor- factor yang

    mempengaruhi persalinan yaitu power, passage, passenger, posisi ibu

    dan psikologi.

  • 12

    Menurut Bandiyah (2009, pp.81-83), factor-faktor yang

    mempengaruhi persalinan adalah power, passage, passanger, psycian,

    psikologis.

    (1) Power (Kekutan)

    Kekutan terdiri dari kemampuan ibu melakukan

    kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk

    mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi

    involunter disebut juga kekutan primer, menandai dimulainya

    pesalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunteer dimulai

    untuk mendorong, yang disebut kekutan sekunder, dimana

    kekutan ini memperbesar kekutan involunter. Kekutan perimer

    berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan

    lapisan otot di segman uterus bagian atas, Dari titik pemicu,

    kontraksi di hantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk

    gelombang, diselingi peride istirahat singkat. Kekutan skunder

    terjadi segera setelah bagian peresentasi mencapai dasar panggul,

    sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar.

    Sehingga wanita merasa ingin mengedan, usaha mendorong

    kebawah ini yang disebut kekutan sekunder. Kekutan sekunder

    tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi servik

    lengkap kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari

    uterus dan vagina. Jika dalam persalinan wanita melakukan usaha

    volunteer (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan

  • 13

    terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan

    trauma pada serviks (Sumarah, 2009, pp.42-43).

    (2) Passage (Jalan Lahir)

    Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian

    tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar

    vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot

    dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu

    jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus behasil

    menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh

    karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

    persalinan dimulai.

    (3) Passenger (Janin dan Plasenta)

    Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena

    ukuran dan presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala

    merupakan bagian yang paling kecil mendapat tekanan. Namun,

    karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain,

    janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar

    dan kontraksi uterus cukup kuat (Llewelly, 2002, p.57).

    Passenger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir

    merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuran kepala

    janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta

    juga harus melewati jalan lahhir, maka ia juga dianggap sebagai

    bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta

  • 14

    jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal

    (Sumarah, 2009, p.35).

    (4) Psycology (Psikologi Ibu)

    Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan

    meningkat jika ibu tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya

    atau yang disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya

    akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai , perilaku dan

    penampilan wanita serta pasangannya merupakan petujuk

    berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya.

    Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam

    melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir

    mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan

    dalam mengurangi kecenasan pasien. Dukungan psikologi dari

    orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses

    persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan

    rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam

    kamar bersalin, memberi sentuhan, member penenangan nyari

    non farmakologi, member analgesia jika diperlukan dan yang

    paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk

    dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif

    proses persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009,

    p.45).

  • 15

    (5) Psycian (Penolong)

    Menurut Christina (2001, p.133), menyatakan bahwa

    peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

    menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin.

    Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan, ini

    harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan

    bukan saja membawav keuntungan potensial, tetapi juaga risiko

    potensial. Pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik

    dapat berupa observasi yang cermat.

    3. Kecemasan

    a. Pengertian.

    Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan

    dengan kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin

    emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stres, yang biasa

    menjadi masalah apabila berlebihan.

    Menurut David (1961), Crandon (1979) dalam (Salmah

    dkk, 2003, pp.82-84), tingginya kecemasan pada ibu hamil

    dihubungkan dengan kejadian abnormal sebelumnya, misalnya

    abortus, kasus-kasus yang terjadi pada akhir kehamilan. Cemas yang

    teratasi sering berhubungan dengan penyesuaian postnatal yang lebih

    baik dan cemas pada kehamilan secara konsisten tidak berhubungan

  • 16

    dengan komplikasi pada persalinan (Back, 1976; Astbury 1980)

    dalam (Salmah dkk, 2003, p.82-84).

    b. Penyebab Kecemasan

    Faktor-faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu:

    1) Faktor Psikologis

    Pengalaman masa kecil yang bernilai emosi tinggi

    namun pada masa berikutnya ditekan sehingga dapat

    menimbulkan kecemasan. Faktor psikologis dapat ditimbulkan

    oleh hilangnya kekuasaan pada diri seseorang. Rasa cemas pada

    orang dewasa adalah akibat dari rekaman getaran kehidupan sejak

    dalam kandungan. Padahal, janin didalam kandungan memerlukan

    ketenangan dan kedamaian dari ibunya. Getaran seperti itulah

    yang akan terekam sampai usia dewasa (Taufik, 2010, p.126).

    2) Faktor Genetika

    Menurur Nurhaeni (2008, p.55) wanita lebih mudah

    merasakan suatu masalah dan dibawanya ke dalam hati/perasaan.

    Namun, sulit mengeluarkan perasan tersebut, sementara wanita

    memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah dari pada pria sehingga

    wanita lebih banyak mengalami kecemasan dari pada pria.

    3) Faktor Sosial Budaya

    Menurut Nurhaeni (2008, p.56) sosial budaya dan

    norma yang berbeda antara yang bersangkutan dengan yang ada

    dalam masyarakat, dimana yang bersangkutan tidak dapat

  • 17

    menyesuaikan diri dengan budaya yang ada sehingga timbul

    kecemasan.

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil

    1) Status Kesehatan Ibu dan Bayi

    Kehamilan merupakan tahap proses berkembangnya

    janin dalam rahim ibu. Kondisi atau perkambangan janin sangat

    dipengaruhi oleh kesehatan ibunya. Sementara itu, perubahan

    hormonal diawal kehamilan menyebabkan ibu hamil mual,

    muntah, kelelahan dan merasa kurang sehat (Pusdiknakes,

    2003, p.36). Kondisi tersebut membuat ibu merasa cemas akan

    kondisi bayi dalam kandungannya. Mual dan kelelahan yang

    disertai peningkatan kecemasan akan semakin memperburuk

    kondisi ibu dan janin yang dikandungnya.

    2) Dukungan suami

    Perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekat

    terutama suami sangat membantu dalam mengatasi kecemasan

    yang dialami ibu hamil karena perubahan-perubahan baik fisik

    maupun psikologis yang terjadi selama kehamilan (Taufik,

    2010, p.36).

    Menurut Carpenito (2000, p.36) dukungan suami

    akan meningkatkan kesejahtraan psikologis (psychologocal

    well being) dan kemampuan penyesuian diri melalui perasaan

    memiliki, peningkatan harga diri, pencegahan psikologis,

  • 18

    pengurangan stres serta penyediaan sumber atau bantuan yang

    dibutuhkan selama kehamilan.

    3) Faktor Pendidikan

    Keadaan ini berlaku pula pada ibu hamil dimana

    terjadi perubahan-perubahan psikologis yang cenderung

    mengaruh pada adanya kecemasan. Tingkat kecemasan dan

    stress seseorang (ibu hamil) dipengaruhi oleh keterampilan

    coping yang dimilikinya. Metode coping tersebut dapat

    digunakan oleh calon orang tua dan anggota keluarga untuk

    menyesuaikan terhadap realitas kehamilan dan mencapai

    keseimbangan pada kehidupan ibu hamil yang terganggu

    (Detiana, 2010, p.29). Hal ini sesuai dengan pernyataan

    Brouwer (1986, p.37) dalam (Notoatmodjo, 2005, p.30) bahwa

    faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan,

    klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengtasi,

    menggunakan coping yang efektif dan konstuktif dari pada

    seseorang dengan pendidikan rendah.

    4) Faktor Umur

    Menurut Detiana (2010, p.38) umur dapat

    mempengaruhi keadaan psikologis ibu hamil. Umur yang ideal

    bagi wanita untuk hamil adalah 20-35 tahun. Karena, proses

    kehamilan yang terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (> 35

  • 19

    tahun) akan menimbulkan masalah pada ibu dan janin yang

    dikandung baik secara fisik maupun psikologis.

    d. Tingkat kecemasan

    Menurut Stuart (2007, pp.144-145), ada empat

    tingkatan kecemasan yaitu:

    1) Ringan

    Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

    sehari-hari, kecemasan ini membuat individu menjadi waspada

    dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat

    memotipasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta

    kreativitas.

    2) Sedang

    Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi

    individu, dengan demikian individu mengalami tidak perhatian

    yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika

    diarahkan untuk melakukannya.Tingkat ini ditandai dengan

    persepsi yang agak menyempit, secara selektif tidak perhatian

    tetap dapat mengarahkan perhatian, cukup kesulitan

    berkonsentrasi, membutuhkan usaha yang lebih dalam belajar.

    Pandangan pengalaman pada saat ini dikaitkan dengan masa lalu.

    Mungkin mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu. Kesulitan

    dalam beradaptasi dan menganalisa perubahan suara,

    peningkatan frekuensi pernafasan, jantung tremor dan gemetar.

  • 20

    3) Berat

    Kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi

    individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci

    dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lainPada tingkat ini

    persepsi sangat menurun, berfokus pada halhal detail yang

    terpisah, tidak lebih memperhatikan meskipun diberi instruksi.

    Belajar sangat terganggu, sangat kebingungan, tidak mampu

    berkonsentrasi. Pandangan saat ini dikaitkan dengan masa lalu.

    Komunikasi sulit dipahami, takikardia, sakit kepala, mual dan

    pusing.

    4) Panik

    Ditandai dengan penyimpangan persepsi, tidak

    mampu mengintegrasikan pengalaman, tidak dapat berfokus pada

    saat ini, tidak mampu melihat dan mengerti situasi, kehilangan

    untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan, tidak dapat berfungsi

    biasanya peningkatan aktivitas motorik dan atau respon yang

    tidak dapat diperkirakan terhadap stimulus minor. Sekalipun

    komunikasi tidak dapat dipahami, perasaan ancaman pingsan,

    palpitasi, pusing atau pening, gemetar, terdesak, kemarahan

    panas atau dingin, parestesia dan berkeringat.

    e. Manifestasi klinis kecemasan

    Tanda dan gejala kecemasan yang timbul secara umum menurut

    Carpenito (2000, p.14) adalah :

  • 21

    1) Tanda fisik

    a) Cemas ringan

    (1) Gemetar, renjatan, rasa goyang

    (2) Ketegangan otot

    (3) Nafas pendek, hiperventilasi

    (4) Mudah lelah

    b) Cemas sedang

    (1) Sering Kaget

    (2) Hiperaktifitas autonomik

    (3) Wajah merah dan pucat

    c) Cemas berat

    (1) Tachycardia

    (2) Nafas pendek, hiperventilasi

    (3) Berpeluh

    (4) Tangan rasa dingin

    d) Panik

    (1) Diare

    (2) Mulut kering

    (3) Sering kencing

    (4) Kesemutan pada kaki dan tangan (Parestesia)

    (5) Sulit menelan

    2) Gejala psikologis

    a) Rasa takut

  • 22

    b) Sulit konsentrasi

    c) Hipervigilance (siaga berlebihan)

    d) Insomnia

    e) Libido menurun

    f) Rasa mengganjal di tenggorokan

    g) Rasa mual di perut

    f. Tanda dan Gejala Kecemasan

    Menurut Stopparat (2007, p.60) tanda dan gejala

    kecemasan yaitu gemetar, ketegangan otot, nafas pendek, mudah

    lelah, sering kaget, hiperaktivitas, wajah merah dan pucat,

    takikardi, berpeluh, tangan terasa dingin, diare, mulut kering,

    sering kencing, sulit menelan, rasa takut, sulit konsentrasi,

    hipervigilance (siaga berlebihan), insomnia, libido turun, rasa

    mengganjal ditenggorokan dan rasa mual di perut.

    g. Jenis gangguan kecemasan

    Menurut Stopparat (2007, p.16) yang termasuk dalam

    kelompok gangguan kecemasan antara lain:

    1) Fobia

    Fobia adalah penolakan atau penghindaran berdasar

    ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang

    sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa

    ketakutan itu tidak ada dasarnya.

    2) Gangguan panik

  • 23

    Diagnosis gangguan panik biasanya ditandai dengan

    terjadinya satu atau lebih serangan-serangan rasa panik yang

    tiba-tiba dan tidak diharapkan atau tidak dikehendaki. Tanda-

    tanda orang yang mengalami gangguan panik adalah sesak

    nafas, detak jantung keras, sakit dari dada, merasa tercekik,

    pusing-pusing, bergetar, ketakutan yang sangat.

    3) Gangguan kecemasan menyeluruh atau umum

    Diartikan sebagai kekhawatiran yang berlebihan,

    yang berlangsung paling sedikit 6 bulan mengenai beberapa

    kondisi kehidupan, kekhawatirannya biasanya mengenai

    keluarga, keuangan, pekerjaan, kesehatan.

    Ada keluhan somatik yaitu merasa panas, jantung

    berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil,

    dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa

    tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem syarat otonomik,

    merasa ada gangguan otot yaitu ketegangan atau rasa sakit pada

    otot terutama pada leher, pelupuk mata berkedip terus, bergetar,

    mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut,

    gelisah, sering berkeluh, cemas akan terjadinya bahaya, cemas

    kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan serangan jantung,

    cemas akan mati, sering penderita tidak sabar, mudah marah,

    tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.

    4) Gangguan obsesif- kompulsif

  • 24

    Obsesif adalah keasyikan yang terus menerus

    terhadap suatu kepuasan mental tertentu, bisa terbentuk suatu

    ide atau perasaan, sedangkan kompulsif adalah gerak hati untuk

    terlibat dalam tingkah laku yang dialami sesuatu yang sangat

    menarik dalam gangguan obsesif - kompulsif, orang biasanya

    memiliki kecemasan yang nyata berupa kecemasan tingkat

    tinggi, karena menyadari bahwa tindakanya tidak rasional tapi

    nampak tidak bisa mengendalikan diri. Penderita obsesif-

    kompulsif sering menderita depresi.

    5) Gangguan stress pasca trauma

    Akibat gangguan traumatik atau bencana yang

    tingkatnya sangat buruk akan berakibat tidak dapat konsentrasi,

    mengingat, tidak dapat santai, mudah terkejut, gangguan tidur,

    emosi, mati rasa, hal-hal yang menyenangkan tidak menarik

    lagi.

    h. Gejala Kecemasan

    Menurut Carpenito (2000, p.89), manifestasi dari gejala

    kecemasan terdiri dari 3 kategori:

    1) Gejala fisiologis

    Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan

    darah, peningkatan frekuensi nafas, penguapan (diafroresis),

    suara bergetar atau perubahan tinggi nada, gemetar, berdebar -

    debar (palpitasi), mual dan muntah, sering berkemih, diare,

  • 25

    sulit tidur (insomnia), kemarahan atau pucat pada wajah, mulut

    kering, sakit badan dan nyeri (khususnya dada, punggung,

    leher), gelisah, pingsan atau pusing, parestesia, rasa panas dan

    dingin.

    2) Gejala emosional

    Individu menyatakan bahwa ibu hamil merasakan

    ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya diri,

    kehilangan kontrol, tegang atau merasa terkunci, tidak dapat

    rileks, antisipasi kemalangan. Individu juga memperlihatkan

    peka rangsang atau tidak sabar, marah meledak, menangis,

    cenderung menyalahkan orang lain, menarik diri, kurang

    inisiatif, mengutuk diri sendiri.

    3) Gejala kognitif

    Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi

    lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lalu dari

    pada saat ini dan akan datang, memblok pikiran

    (ketidakmampuan untuk mengingat), perhatian yang

    berlebihan.

    i. Alat Ukur Kecemasan

    Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasaan

    seseorang apakah ringan, sedang, berat, berat sekali (panik) orang

    menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama

  • 26

    Hamilton Rating Scalefor Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri

    dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci

    lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing

    kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 1-4, yang

    artinya adalah:

    1 : Gejala ringan

    2 : Gejala sedang

    3 : Gejala berat

    4 : Gejala berat sekali atau panik

    Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh

    dokter (psikiater) atau orang yang lebih dilatih untuk

    menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-

    masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut

    dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui

    derajat kecemasan seseorang, yaitu:

    Total nilai (score) :

    14-20 : Kecemasan ringan

    21-27 : Kecemasan sedang

    28-41 : Kecemasan berat

    42-56 : Kecemasan berat sekali atau panik

    Perlu diketahui alat ukut HRS-A ini bukan

    dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas.

    Diagnosa gangguan cemas ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh

  • 27

    dokter (psikiater), sedangkan untuk mengukur derajat berat

    ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HRS-A

    (Hawari, 2001, pp.78-83).

    4. Dukungan Suami

    a. Pengertian Dukungan Suami

    Dukungan adalah sesuatu yang membantu, mendukung. Suami

    adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri).

    Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung

    jawab suami dalam kehamilan istri. Tanggung jawab tersebut berupa

    mengawasi, memelihara dan melindungi istrinya serta menjaga bayi

    yang dikandungnya.

    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami

    terhadap kehamilan istrinya, yaitu :

    1) Pengetahuan tentang kehamilan

    Dengan banyak membaca buku dan tulisan mengenai

    kehamilan, hal-hal yang tidak jelas dan membingungkan dapat

    teratasi dan makin mudah bagi suami untuk turut merasakan yang

    diderita istri. Pengetahuan ini juga akan membuat proses kehamilan

    menjadi lebih menarik bagi suami.

  • 28

    Rendahnya partisipasi suami dalam kehamilan ibu

    dikarenakan kurang mendapat informasi yang berkaitan dengan

    masalah kehamilan.

    2) Pengalaman

    Pengalaman seorang suami dari orang lain dalam

    menghadapi kehamilan dan persalinan akan berpengaruh positif

    terhadap dukungan yang diberikan kepada istrinya. Seorang suami

    dari ibu primigravida belum dapat secara langsung berperan

    sebagai ayah yang ideal, karena kehamilan ini merupakan sesuatu

    yang baru yang belum pernah dihadapi.

    3) Status perkawinan

    Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan

    berkurang dukungan terhadap pasangannya, dibanding dengan

    pasangan yang status perkawinan yang sah.

    4) Status sosial ekonomi

    Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik

    akan lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada

    istrinya.

    c. Aspek Dukungan Suami

    Dukungan suami sebagai transaksi interpersonal yang

    melibatkan satu atau lebih aspek-aspek, berikut ini:

    1) Dukungan Informasi

  • 29

    Bantuan informasi dengan membantu individu untuk

    menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalah.

    Informasi dibutuhkan oleh ibu hamil primigravida mengingat apa

    yang sedang mereka jalani adalah hal yang baru dalam hidupnya.

    Dukungan informasi dapat berupa saran, nasehat dan

    petunjuk dari orang lain, sehingga individu dapat mengatasi dan

    memecahkan masalahnya. Disamping itu, dukungan informasi yang

    di berikan suami dapat berupa informasi tentang kehamilan. Suami

    dapat memberikan bahan bacaan seperti buku, majalah/tabloid

    tentang kehamilan (Musbikin, 2008, p. 44).

    2) Dukungan Emosional

    Dukungan emosional yaitu sejauh mana individu merasa

    orang disekitarnya memberi perhatian, mendorong, serta membantu

    memecahkan masalah yang dihadapi individu (Bobak, 2004, p.

    134). Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan,

    kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain dapat

    meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya diperhatikan orang lain.

    Perhatian emosional dapat membuat ibu hamil merasa yakin bahwa

    dirinya tidak seorang diri melewati masa kehamilan

    3) Dukungan Penilaian

    Dukungan penilaian berupa penilaian yang positif dari

    suami bahwa perubahan pada ibu hamil, baik secara fisik maupun

    psikis adalah hal wajar dan membutuhkan perhatian (Dagun, 2005,

  • 30

    p. 25). Penilaian berisikan penghargaan positif, dorongan maju atau

    persetujuan terhadap gagasan/perasaan ibu hamil.

    Dukungan penilaian berupa pemberian umpan balik dan

    penguat yang dapat digunakan oleh individu yang bersangkutan

    sebagai sarana evaluasi diri dan dorongan untuk maju. Menghargai

    usaha yang telah dilakukan individu dalam menjaga kehamilannya

    dan memberikan kritik yang bersifat membangun.

    4) Dukungan Instrumental

    Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang

    berupa dukungan materi seperti pelayanan, barang-barang dan

    finansial. Menurut Musbikin (2008, p. 44) dukungan suami dapat

    berupa dukungan finansial dan menemani saat pergi memeriksakan

    kehamilannya serta membantu pekerjaan rumah tangga.

    Bentuk dukungan ini berupa pemeriksaan kesehatan secara

    rutin bagi ibu dan janin serta mengurangi atau menghindari

    perasaan cemas dan stres.

    d. Manfaat Dukungan Suami

    Manfaat dukungan suami yaitu:

    1) Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri serta

    mengurangi stres dan kecemasan selama kehamilan.

    2) Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik selama kehamilan.

    e. Fungsi Dukungan Suami

    Fungsi dukungan suami, yaitu:

  • 31

    1) Dukungan informasi, jika ibu hamil tidak dapat menyelesaikan

    masalah yang dihadapi maka dukungan informasi dilakukan dengan

    memberi nasehat, saran dan petunjuk-petunjuk tentang pemecahan

    masalah yang tiba-tiba muncul (Bobak, 2004, p. 134)

    2) Dukungan emosional diberikan dengan memberikan dorongan atau

    motivasi yang berupa perhatian dan sikap yang berarti bagi ibu hamil

    sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

    3) Dukungan penilaian, berupa dukungan harga diri yang memiliki

    manfaat memberikan keyakinan kepada ibu hamil.

    4) Dukungan instrumental, berupa dukungan nyata yang bersifat

    material yang bertujuan untuk meringankan beban ibu hamil.

    B. Kerangka Teori

  • 32

    Gambar : 1. Kerangka teori

    Sumber :Carpenito (2000), Bobak (2004).

    C. Kerangka Konsep

    Dukungan Suami

    1.Dukungan informasi

    2.Dukungan emosional

    3.Dukungan penilaian

    4.Dukungan instumental

    Tingkat Kecemasan Ibu

    Hamil

    1. Kesehatan ibu dan bayi

    2. Dukungan suami

    3. Pendidikan

    4. Umur

    Faktor-faktor predisposisi

    yang mempengaruhi tingkat

    kecemasan

    1.Faktor psikologi

    2.Faktor genetika

    3.Faktor sosial budaya

  • 33

    Variabel bebas Variabel terikat

    Gambar. : 2. kerangka konsep

    D. Hipotesis penelitian

    Ha : Ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu

    hamil primigravida dalam menghadapi persalinan.

    Tingkat kecemasan

    ibu hamil

    Dukungan Suami