bab ii tinjauan pustaka a. teori medis 1. persalinan a ... · oliguria (urine
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis1. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir (Sofian,
2012). Persalinan dikatakan normal apabila bayi lahir spontan pada usia
kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu) dengan presentasi belakang
kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam dan tidak ada komplikasi
pada ibu maupun janin (Kemenkes, 2013).
b. Tanda dan Gejala Menjelang PersalinanTanda dan gejala menjelang persalinan menurut Varney (2007)
antara lain :
1) Lightening yaitu terjadi penurunan bagian terbawah janin ke dalam
panggul.
2) Perubahan serviks yaitu konsistensi menjadi seperti pudding, dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
pembukaan.
3) Persalinan Palsu timbul akibat kontraksi braxton hicks yang tidak
nyeri, dapat terjadi beberapa hari bahkan 3-4 minggu sebelum terjadi
persalinan sebenarnya.
4) Ketuban Pecah Dini yaitu ketuban pecah sebelum proses persalinan
dimulai.
6
5) Pengeluaran lendir bercampur darah yang disekresi oleh kelenjar
lendir servik.
6) Lonjakan energi sebelum persalinan pada ibu.
c. Mekanisme PersalinanMenurut Norwitz (2007), kemampuan penyesuaian janin dengan
rongga panggul bergantung pada tiga variabel, yaitu:1) Power (kontraksi, mengejan): kekuatan ibu mengejan dan kontraksi
uterus yang baik apabila kontraksi 3-5 kali dalam 10 menit.2) Passenger (janin): dua variabel yang mempengaruhi yaitu sikap
(derajat fleksi atau ekstensi kepala) serta ukuran janin. Letak,
presentasi, posisi dan stase janin dapat ditentukan pada pemeriksaan
klinis. Berat janin dapat diperkirakan secara klinis atau dengan Ultra
Sono Grafi (USG). 3) Passage (jalan lahir): bentuk panggul yang telah diklasifikasikan
normal yaitu bentuk panggul ginekoid.d. Tahap-tahap Persalinan
Menurut Winknjosastro (2010), persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:1) Kala I
Kala satu persalinan dinamakan kala pembukaan, serviks
membuka sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm, dimulai bila
timbul his dan keluar lendir bersemu darah. Kala I selesai apabila
pembukaan servik uteri telah lengkap. Pada primigravida berlangsung
kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.2) Kala II
Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran janin, dengan
kekuatan his ditambah kekuatan ibu mengedan sehingga janin
didorong keluar sampai lahir. Pada primigravida kala II berlangsung
rat-rata 1,5jam dan pada multigravida 0,5 jam.3) Kala III
7
Kala tiga persalinan adalah kala dimana plasenta terlepas dari
uterus dan dilahirkan. Biasanya plasenta lepas 6-15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.4) Kala IV
Kala empat persalinan adalah kala pengawasan selama 1 jam
setelah lahirnya plasenta untuk mengamati keadaan ibu, terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum.Pada kala ini perlu dilakukan pemantauan perdarahan dan observasi
secara cermat pada tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi otot rahim, kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada 1 jam
kedua (Cunningham, 2012).
e. Jenis PersalinanJenis-jenis persalinan menurut Sofian (2012) dinilai dari cara
persalinan, yaitu:
1) Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi dengan
presentasi belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan
alat-alat, tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam.
2) Persalinan luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam
dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi
sectio sesarea.
2. Preeklamsia a. Pengertian
8
1) Preeklamsia adalah kondisi yang etiologinya tidak diketahui, yang
terjadi terutama pada primigravida dan muncul pada paruh kedua
kehamilan. Pasien dapat dianggap menderita preeklamsia jika :
a) Memiliki tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih besar pada
paruh kedua kehamilan padahal tekanan darah sebelumnya
normal.b) Menunjukkan kenaikan tekanan darah diastolik sebesar 25 mmHg
di atas tekanan darah diastolik saat tidak hamil atau pada paruh
pertama kehamilan (Hanretty, 2014).2) Preeklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari trias preeklamsi (hipertensi, protein
urin edema) (Sofian, 2011).b. Klasifikasi
Tabel 2.1. Deferensial Diagnosis Preeklamsia Ringan dan Berat
No Temuan Preeklamsia Ringan Preeklamsia Berat
1 . tekanan darahdiastolik
<100 mmHg 110 mmHg ataulebuh
2. Proteinuria Samar (trace) sampai+ (gr/liter)
++ persisten ataulebih ( gr/liter )
3. Nyeri kepala tidak ada Ada
4. Gangguan visus tidak ada Ada
5. Nyeri abdomenatas
tidak ada Ada
6. Oliguria(urine<500 cc/24jam)
tidak ada Ada
7. Kejang tidak ada ada (eklamsia)
8. Kreatinin serum Normal menigkat
9. Trombositopenia tidak ada Ada
10. Peningkatanenzim hati
Minimal Nyata
9
11. Hambatanpertumbuhanjanin
tidak ada Jelas
12. Edema paru Tidak ada Ada
Sumber: Leveno (2009)
3. Preeklamsia Berat
a. Pengertian
Preeklamsia berat merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel,
yang ditandai dengan tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, terdapat
protein urin lebih dari 3 gr/liter dan terdapat edema (EMS, 2012).
b. EtiologiMenurut Cunningham (2013) sejumlah besar mekanisme telah
diajukan untuk menjelaskan penyebab preeklamsia, kemungkinan
meliputi sejumlah faktor pada ibu, plasenta dan janin. Faktor-faktor
yang dianggap penting mencakup:1) Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada
pembuluh darah uterus.2) Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif di antara jaringan
maternal, plasental dan fetal.3) Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskuler atau
inflamatorik yang terjadi pada kehamilan normal.4) Faktor-faktor genetik,termasuk gen predisposisi yang diwariskan
serta pengaruh epigenetik.c. Patofosiologi
10
Manuaba (2012) menjelaskan bahwa terjadinya preeklamsia
atau eklamsia dapat terjadi akibat kegagalan migrasi endotelial trofoblas
interstitial sel dan endothelial trofoblas ke dalam arterioli miometrium.
Hal ini bila ditambah dengan adanya penyakit maternal berupa
hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan penyakit ginjal, keadaan
imunologis akibat kebutuhan darah nutrisi dan O2 tidak terpenuhi
setelah usia kehamilan 20 mg, dan faktor trofoblas berlebihan seperti
hamil ganda dan mola hidatidosa yang dapat meningkatkan terjadinya
iskemia region uteroplasenter. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
aktifitas endometrium meningkat dan bersamaan juga dengan
meningkatnya aktivitas endotelium.
Kondisi ini dapat menyebabkan hipertensi dan permaebilitas
kapiler meningkat yang mengakibatkan terjadinya iskemia organ vital,
edema dan nekrosis serta pendarahan. Selain itu juga dapat timbul
gangguan fungsi khusus pada darah yaitu hemokonsentrasi dan
hipovolumia yang berujung pada preeklamsia/ eklamsia.
Kegagalan migrasi trofoblas intersititia sel dan
endothelial trofoblas ke dalam arterioli miometrium
Faktor imunologisPenyakit maternal Faktor trofoblas
Iskemia region uteroplasenter
Hipertensi Aktivitas endothelium
meningkat
Permeabilitas kapiler
meningkat
Iskemia organ vital edema,
nekrosis, perdarahan
Preeklamsi/ eklamsi
11
Gambar 2.1 Pathway Patofisiologi Preeklamsia
d. Faktor Predisposisi
Menurut (Edwin, 2013), faktor predisposisi preeklamsia yaitu:
12
1) Primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
memiliki insidensi hipertensi dua kali lipat.2) Satus sosial ekonomi : preeklamsia dan eklamsia lebih umum di temui
di kelompok sosial ekonomi rendah.3) Predisposisi genetik : bukti adanya pewarisan secara genetik paling
mungkin di sebabkan oleh faktor resesif.4) Komplikasi obstetrik: penyakit trofoblastik (kasus molahidatidosa),
kehamilan kembar dan hidrop fetalis.5) Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya: diabetes melitus,
hipertensi kronis, penyakit ginjal, sistemik lupus erythematosus,
sindrom antifosfolipid antibodi.e. Faktor risiko
Faktor risiko preeklamsia yaitu umur ibu lebih dari 40 tahun,
primigravida atau >10 tahun sejak kelahiran terakhir, kehamilan
pertama dengan pasangan baru, hamil kembar, fertilisasi in vitro,
diabetes melitus, hipertensi kronis, penyakit ginjal kronis, riwayat
preeklamsia dalam keluarga dan adanya protein urin saat mendaftar
untuk pemeriksaan (>1+ pada lebih dari satu pemeriksaan atau 0,3> g/
24 jam) (Bothamley, 2011).
f. Tanda dan GejalaMenurut Benson (2008) beberapa tanda dan gejala preeklamsia
berat, yaitu:1) Gejala yang dirasakan pasien adalah sakit kepala menyeluruh, berat
dan menetap, gangguan visual (pandangan kabur), malaise, nyeri
epigastrik, nyeri tekan hati, mual dan iritabilitas saraf .2) Tanda yang muncul seperti:
13
a)Terjadi hipertensi : peningkatan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg
atau diastolik ≥110mmHg pada saat tirah baring dan pengukuran
selang 6 jam.b) Edema generalis
Edema adalah tanda yang paling tidak tepat karena edema
dependen normal terjadi pada kehamilan, namun kriteria berikut
dapat mempermudah diagnosis:(1) Penumpukan cairan dalam jaringan secara generalisita yaitu
pitting edema >1 setelah tirah baring 1 jam.(2) Penambahan berat badan ≥ 2 pon/ minggu karena pengaruh
kehamilan.(3) Edema non dependen pada tangan dan muka yang timbul pada
saat bangun pagi.c) Proteinuria ≥5 gram/24 jam atau dipstick ≥+4 tanpa penyakit
vascular atau renal dengan urinanalisa pada aliran tengah atau
kateter secara acak.
3) Temuan laboratorium (Nugroho, 2012), berupa :
a) Proteinuria ≥5 gram/24 jam atau dipstick ≥+4b) Oliguria: produksi urin <400-500ml/24 jam) c) Gangguan fungsi hepar: peningkatan SGOT dan SGPT
d) Trombositopenia (<100.000 trombosit/ )
g. PrognosisBila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan,
maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya
diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir, perubahan patofisiologik
akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam
kemudian. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik karena
14
hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah
kembali normal dalam beberapa jam kemudian (Prawirihardjo, 2009).h. Komplikasi
Terdapat beragam komplikasi dalam pertolongan persalinan
pada preeklamsia yaitu preeklamsia bertambah berat menuju eklamsi,
dekompensasi kordis, perdarahan pascapartum dan acute vascular
accident (Manuaba, 2007).
i. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan preeklamsia berat yaitu:
1) Penatalaksanaan umum ( Prawirohardjo, 2009) :
a)Pasien tirah baring miring ke kiri
b)Monitoring masukan (melalui infus) dan keluaran (melalui urin).
Cairan yang diberikan dapat berupa 5% Ringer-Dekstrose cairan
garam faali jumlah tetesan <125 cc/jam atau infuse dektrose 5%
yang tiap satu liternya diselingi infuse RL 60-120 cc/jam. Pasang
folley kateter untuk mengukur pengeluaran urin. Oligouria terjadi
jika urin<30 cc/jam dalam 2-3 jam atau <500 cc per 24 jam.
c) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
d)Pantau kemungkinan oedema paru.
e) Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin.
2) Pengelolaan Medisional
15
a) Pemberian obat anti kejang (Cunningham,
2013).
(1) Infus intravena kontinu
Magnesium Sulfat (MgSO4) merupakan obat untuk
menghilangkan dan mencegah agar tidak terjadi kejang berulang .
Pemberian dosis awal: MgSO4 4-6 gr intra vena diencerkan dalam
100 ml cairan IV dan diberikan selama 10-15 menit. Mulai infus
rumatan 2gr/jam dalam 100 ml cairan IV. Pantau toksisitas
magnesium (periksa tendon, mengukur kadar magnesium serum
pada jam keempat hingga keenam menyesuaikan kecepatan infus
untuk mempertahankan kadar magnesium 4 dan 7 meq/L.
(2) Injeksi Intramuscular intermitten
Berikan 4 mg MgSO4 sebagai larutan 20%secara IV dengan
kecepatan tidak melebihi 1 menit, lanjutkan dengan 10 gr
Magnesium 50 % , separuhnya disuntikkan dibokong kanan dan
sisanya dibokong kiri secara IM menggunakan jarum ukuran 20
sepanjang 3 inci( penambahan 1 ml Lidokain 2 % meminimalkan
rasa nyeri). Setelah itu tiap 4 jam, berikan 5 g magnesium sulfat
50 % yang disuntikkan dibokong kanan dan kiri secara
bergantian, dilakukan setelah memastikan reflek patella positif,
respirasi tidak tertekan dan keluaran urin dalam 4 jam melebihi
100 ml. Magnesium sulfat dihentikan 24 jam pascapersalinan.
b) Pemberian antihipertensi
16
Obat anti hipertensi dapat dipilih antara lain (Tanto, 2014) :
(1) Metildopa 500-2000 mg dibagi dalam 2-4 dosis sehari
(2) Labetalol dosis awal 2x100 mg
(3) Nifedipine dengan dosis 30 mg sehari. Nifedipin harus hati-
hati digunakan pada pasien yang mendapat MgSO4, karena
berpotensi memperkuat blockade kanal kalsium pada otot .
Nifedipin tidak boleh diberikan secara sublingual.
f) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali terjadi edema
paru payah jantung kongestif atau anasarka (Prawirohardjo, 2009).
g)Antasida untuk menetralisir asam lambung sehingga bila
mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam
lambung (Prawirohardjo, 2009).
h)Pemberian valium dengan dosis inisial sebanyak 30-40 mg IV.
Interval 3-4 jam kembali diberikan sekitar 20-30 gr IV. Total
dosisnya 120 mg dalam 24 jam (Manuaba, 2007).
3) Penatalaksanaan untuk pertimbangan persalinan
Jika pasien sedang dalam proses persalinan dan terdapat
kemajuan yang memadai ditinjau dari partograf dan tidak terdapat
komplikasi janin atau ibu, lanjutkan percobaan persalinan pervaginam
dengan pemantauan janin/ ibu yang ketat (Edwin, 2013).
Pengobatan aktif dilakukan dengan pertimbangan klinis yaitu
pemecahan ketuban apabila pasien dalam proses persalinan, induksi
apabila servik telah matang atau skor bishop di atas 6 dan dilakukan
17
seksio sesaria apabila terdapat indikasi obstetric sejak awal (Edwin,
2013).
Pengobatan konservatif dilakukan dengan pemasangan kateter,
pemberian obat-obatan, observasi, pemantauan reaksi pengobatan dan
konsultasi hasil laboratorium dengan dokter ahli (Manuaba, 2007).
Preeklamsia Berat
Konservatif:
1. Isolasi:a.Pasang kateter
2. Obat-obatannya:a.Infus 5-10% glukosab. Valium 120 mg/24
jamc.Antikonvulsan MgSO4
IV-IMd. Antihipertensi
3. Observasi:a.TTV (TD, N, R,S)b. DJJc.Konvulsi-komad. Reflek patellae.Kriteria edenf. Sindrom HELLP
4.Reaksi pengobatan
a. Reaksi membaikb. Diuresis meningkat dalam 24 jam
5.Konsultasi laboratorium
a.Penyakit dalamb. Penyakit matac.Kardiovaskulard. Penyakit anake.Anatesia
Pengobatan Aktif:
Pertimbangan klinis:
Terminasi Kehamilan
Pecahkan ketuban
Induksi
Seksio sesarea
Umur kehamilan aterm
18
Gambar 2.2 Penatalaksanaan Preeklamsia Berat (Manuaba, 2007),(Edwin,2013)
B. Teori Manajemen Kebidanan
Proses manajemen yang dipakai oleh bidan mengacu pada 7 langkah
Varney yang terdiri dari:
1. Langkah I: Tahap Pengumpulan/ Penyajian Data Dasar Secara
Lengkap
a. Data Subjektif
Data subjektif dapat diketahui dari anamnesa mengenai:
1) Biodata
Ibu hamil yang berusia dalam kategori resiko tinggi (<20 atau
>35 tahun) mempunyai kecenderungan untuk menderita preeklamsia
(Denantika, 2015). Selain itu preeklamsia lebih umum ditemui pada
kelompok sosial ekonomi rendah (Edwin, 2013).
2) Keluhan Utama
19
Keluhan pada preeklamsia berat seperti sakit kepala
menyeluruh, berat dan menetap, pandangan kabur, malaise, nyeri
epigastrik, mual dan iritabilitas saraf (Benson, 2008).3) Riwayat Menstruasi
Usia kehamilan pada kasus preeklamsia berat diperlukan untuk
menentukan indikasi terminasi kehamilan, sehingga pada riwayat
menstruasi ini akan dikaji mengenai Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT) untuk menentukan Hari Perkiraan Lahir (HPL) untuk
mengetahui usia kehamilan ibu saat terjadi preeklamsia berat
(Manuaba, 2007).
4) Riwayat kesehatan
Riwayat hipertensi, penyakit ginjal, diabetes mellitus,
kehamilan ganda, dan kehamilan mola adalah kelompok yang
beresiko mengalami preeklamsia berat (Hanretty, 2010).
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Jumlah, cara dan hasil akhir persalinan sebelumnya untuk
mengetahui peningkatan tekanan darah, pengobatan antihipertensi dan
komplikasi yang terkait dengan preeklamsia pada kehamilan
sebelumnya (Edwin, 2013).
6) Riwayat kehamilan sekarang
Pada kasus preeklamsia berat perlu ditanyakan mengenai
pemeriksaan kehamilan ibu saat ini karena kejadian preeklamsia
banyak terjadi pada pasien yang melakukan pemeriksaan kehamilan
kurang dari 4 kali (Djannah, 2010). Selain itu pengawasan yang
20
kurang pada masa antenatal menyebabkan pasien terlambat mendapat
penanganan (Sofian, 2013).
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan UmumPemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan
umum dan kesadaran. Juga dilakukan pemeriksaan fisik yang
meliputi: tanda-tanda vital berupa tekanan darah, suhu, respirasi dan
nadi (Robson, 2011).
a) Pemeriksaan Sistematis
1)Pemeriksaan fisik terdapat oedema pada kedua kaki ataupun
wajah (Tanto, 2014).
2)Pemeriksaan reflek patella dengan mengetuk hammer patella pada
kaki. Reflek patella positif sebagai syarat pemberian MgSO4
(Cunnigham, 2012). Pemberian MgSO4 pada pasien dengan reflek
patella negatif dapat menyebabkan terjadi depresi system saraf
pusat ibu maupun janin (Edwin, 2013).
2. Pemeriksaan Khusus Obstetri a)Palpasi abdomen
Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:1) Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin
yang terletak di fundus uteri.2) Leopold II untuk menentukan bagian janin pada sisi kiri dan
kanan ibu. 3) Leopold III untuk menentukan bagian janin yang terletak di
bagian bawah uterus.
21
4) Leopold IV untuk menentukan berapa jauh masuknya janin ke
pintu atas panggul (Kemenkes, 2013). Dalam kasus preeklamsia berat, palpasi abdomen digunakan
untuk mengetahui letak janin sehingga dapat di gunakan untuk
monitoring denyut jantung janin menggunakan doppler
(Prawirohardjo, 2009).b)Pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT)
Kemajuan persalinan dapat di pantau dengan pemeriksaan
dalam untuk menentukan pembukaan. Pada kala I fase laten
pembukaan serviks terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran
diameter 3 cm selama 8 jam dan pada fase aktif terdapat 2 fase
yaitu fase akselerasi (dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm) dan fase dilatasi maksimal (dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm) (Varney, 2007).B. Data Penunjang
Dalam kasus preeklamsia di lakukan kolaborasi dengan
petugas laboratorium untuk mengetahui adanya proteinurin kadar
asam urat plasma pemeriksaan jumlah trombosit dan kadar enzim
hati. Penilaiaan pertumbuhan, kesejahteraan dan perkiraan berat
janin menggunakan pemeriksaan USG (Hanretty, 2014).
2. Langkah II: Interpretasi Data Dasara. Diagnosis Kebidanan
Ny. E, umur 29 tahun, G2P1A0, umur kehamilan 38+4 minggu, janin
tunggal hidup intrauterine, letak memanjang, presentasi kepala,
punggung kiri, penurunan kepala 4/5 bagian, inpartu kala I fase laten
dengan preeklamsia berat.
22
Dasar dari diagnosis:
1) Dasar subjektifPenyataan tentang keadaan pasien yaitu pada kasus bersalin
dengan preeklampsia, ibu mengeluh tanda dan gejala menjelang
persalinan seperti: ketuban pecah, keluarnya lendir bercampur darah
dari jalan lahir (Varney, 2007). Disertai keluhan yang mengarah pada
preeklamsia berat seperti sakit kepala menyeluruh, berat dan menetap,
pandangan kabur, malaise, nyeri epigastrik, mual dan iritabilitas saraf
(Benson, 2008).2) Data Obyektif
Dari hasil pemeriksaan teraba kontraksi uterus dan terjadi
penipisan serta pembukaan pada servik (Varney, 2007). Tekanan
darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolic > 110 mmHg,
oliguria < 400 ml/24 jam dan terdapat proteinuria > 3gr/liter (Rukiyah,
2010). b. Masalah
Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin dengan
preeklamsia berat adalah kekhawatiran ibu mengenai kondisinya
(Norma, 2013)
c. KebutuhanDukungan moril kepada pasien agar rasa khawatirnya berkurang
dan memberikan penjelasan dan informasi mengenai kondisi ibu
(Bothamley, 2012).
23
3. Langkah III: Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial/ Diagnosa
Potensial dan Antisipasi Penanganan.Diagnosis potensial yang mungkin terjadi pada kasus preeklamsia berat
adalah a. Eklamsi (kejang)b. Diagnosa potensial pada janin yaitu terjadi gawat janin (Norma, 2013)
Antisipasi yang dilakukan bidan yaitu observasi tekanan darah,
kesejahteraan janin berupa denyut jantung janin dan gerakan janin serta
pemantauan keseimbangan cairan (Fraser, 2009).
4. Langkah IV: Kebutuhan terhadap Tindakan Segera.
Tindakan segera yang dibutuhkan adalah membutuhkan konsultasi
dan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antikonvulsan untuk
mencegah terjadinya kejang, antihipertensi untuk menurunkan tekanan
darah, dan penatalaksanaan persalinan. Serta kolaborasi dengan pihak
laboratorium untuk pemeriksaan protein urin dan darah (Varney, 2007).
5. Langkah V: Perencanaan Asuhan Secara Menyeluruh
Perencanaan asuhan kebidanan yang perlu dilakukan pada pasien
dengan preeklamsia berat adalah:
a. Penjelasan perkembangan persalinan dan hasil pemeriksaan kepada
pasien dan keluarga (Marmi, 2012).
b. Melakukan pemantauan keadaan umum, nadi, kontraksi, dan DJJ tiap 30
menit. Tekanan darah, suhu, dan kemajuan persalinan tiap 4 jam selama
persalinan berlangsung (Saifuddin, 2006)
c. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his (Marmi, 2012).
d. Tirah baring miring kiri (Prawirohardjo, 2009).
24
e. Memotivasi ibu untuk tidak meneran sebelum
pembukaan lengkap karena meneran sebelum pembukaan lengkap dapat
mengakibatkan edema hingga robekan serviks (Saifuddin, 2006).
f. Pemantauan kesejahteraan janin beupa djj dan gerakan janin (Frasher,
2009). Pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada kala I dan 5 menit
pada kala II (Varney, 2007).
g. Penilaian keseimbangan cairan berupa input dan output cairan
menggunakan folley kateter (Frasher, 2009).
h. Persingkat kala II dengan ekstraksi vakum agar tidak terjadi hipoksia
(Kusumawati, 2006).
6. Langkah VI: Pelaksanaan Asuhan dengan Efisien dan AmanPada kasus ini bidan melakukan asuhan secara menyeluruh yang
telah direncanakan pada langkah kelima dengan berkolaborasi dengan
dokter dan tim medis lainnya.
7. Langkah VII: Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan asuhan kebidanan ibu
bersalin dengan preeklamsia berat adalah tidak terjadi kejang dan
melahirkan bayi sehat (Prawirohardjo, 2009). Tekanan darah menurun dan
produksi urin makin meningkat (Manuaba, 2007).C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Klien
Tujuh langkah Varney dapat disarikan menjadi 4 langkah yaitu
Subjektif, Objektif, Assesment dan Plan (SOAP). Disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk mendokumentasikan
asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai catatan kemajuan atau
25
perkembangan keadaan pasien. KepMenKes RI No: 938/MenKes/SK/VII/2007
menjelaskan sebagai berikut:
S = Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney. Anamnesa yang perlu dikaji ulang
dalam perkembangan pasien adalah mengenai reaksi pengobatan apakah pasien
masih mengalami keluhan seperti sebelumnya atau tidak (Manuaba, 2007).
Dan menanyakan apakah pasien mempunyai keinginan meneran atau belum
(Saifudin, 2009).
O = Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney berupa tekanan darah,
keseimbangan cairan, pemeriksaan laboratorium dan hasil pemantauan
respirasi, nadi serta reflek patella yang berkaitan dengan pemberian MgSO4
(Robson, 2011). Selain itu dikaji apakah pasien sudah memasuki tahap
persalinan selanjutnya dengan memastikan tanda persalinan kala II berupa
tekanan anus, perineum menonjol dan vulva vagina membuka (Saifudin, 2009).
A = Assesment
Menggambambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi dan masalah kebidanan serta
kebutuhan sebagai langkah II Varney.
P = Plan
26
Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan
seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dari rujukan
sebagai langkah III, IV, V, VI, dan VII Varney.
Jika terjadi gawat janin dan persalinan tidak terjadi dalam 24 jam maka
dilakukan seksio Caesar dengan memastikan tidak terjadi koagulopati dan
tersedia anastesi yang aman. Jika tidak tersedia maka diberikan induksi
oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dektrose 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin (Saifudin, 2006).
Pada saat kala III, pemberian methergin postpartum tidak dianjurkan,
kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri (Rukiyah,
2010).