bab ii tinjauan pustaka a. pengetahuan 1
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi melalui penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan dapat terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga,
(Notoatmodjo, 2012:138).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2012:138-139), pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah,
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi
tersebut secara benar.
7
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lainnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3. Faktor-faktor Yang Mempengarui Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (dalam Wawan dan Dewi, 2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju impian atau cita-cita tertentu yang menentukan
8
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan agar tercapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi berupa halhal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut
YB Mantra yang dikutip oleh Notoatmodjo, pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berpesan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi.
b. Pekerjaan
Menurut Thomas yang kutip oleh Nursalam, pekerjaan adalah suatu
keburukan yang harus dilakukan demi menunjang kehidupannya dan kehidupan
keluarganya. Pekerjaan tidak diartikan sebagai sumber kesenangan, akan tetapi
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan memiliki
banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kagiatan yang menyita waktu.
c. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun . sedangkan
menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matangdalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya.
9
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan ialah seluruh kondisi yang ada sekitar manusia dan pengaruhnya
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok.
e. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya pada masyarakat dapat memberikan pengaruh dari
sikap dalam menerima informasi
B. Perilaku Hidup Sehat dan Bersih di Sekolah
1. Pengertian
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang di praktikkan oleh
peserta didik,guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
yang sehat, (Maryunani, 2018:150).
2. Manfaat PHBS di Sekolah
a. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari gangguan dan ancaman
penyakit.
b. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar siswa.
c. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkatkan
sehingga mampu menarik minat orang tua.
10
d. Meningkatkan citra pendidikan Pemerintah Daerah di bidang
Pendidikan.
e. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.
3. Sasaran Pembinaan PHBS di sekolah
Sasaran pembinaan PHBS di sekolah, ditujukan untuk:
a. Siswa / peserta didik
b. Warga sekolah, antara lain: Kepala sekolah, guru, karyawan sekolah,
komite sekolah dan orangtua siswa/ peserta didik.
c. Masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)
C. Cuci Tangan
1. Pengertian cuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan
dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini
dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan
menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan
kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-
permukaan lain seperti handuk, gelas, dan lain-lain) (Kementrian Kesehatan RI
2014).
11
Mencuci tangan adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang paling penting.
Selain itu mencuci tangan juga dapat diartikan menggosok dengan menggunakan
sabun secara bersamaan seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas
kemudian dibilas dibawah air yang mengalir ( Potter 2005 ).
Tangan tenaga pemberi layanan kesehatan seperti perawat merupakan
sarana yang paling lazim dalam penularan infeksi nosokomial, untuk itu salah satu
tujuan primer cuci tangan adalah mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Pruss,
2005) serta mengurangi transmisi mikroorganisme (Suratun, 2008). Tangan yang
bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh
lain seperti ingus, dan makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci
dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang
tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan (Kementrian Kesehatan RI 2014).
2. Tujuan Cuci Tangan
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukan cuci tangan yaitu untuk:
a) menghilangkan mikroorganisme yang ada di tangan,
b) mencegah infeksi silang (cross infection),
c) menjaga kondisi steril,
d) melindungi diri dan pasien dari infeksi,
e) memberikan perasaan segar dan bersih.
12
3. Indikasi Cuci Tangan
Indikasi cuci tangan atau lebih dikenal dengan five moments (lima waktu)
cuci tangan menurut SPO gizi adalah: a) Sebelum masuk ke dalam area produksi
dan distribusi, b) Setelah memegang bahan mentah/ kotor, c) Setelah memegang
anggota tubuh, d) Sebelum dan setelah memporsikan makanan di plato/ alat saji
pasien, e) Setelah keluar dari kamar mandi/ toilet.
D. Bakteri yang Ada di Tangan
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang
hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan (Sri Maryati, 2007). Namun ada
beberapa bakteri yang terdapat ditangan manusia, diantaranya yaitu :
1. Bakteri Stapylococcus aureus
Bakteri Staphyloccus aureus adalah bakteri patogen utama pada manusia.
Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi Staphylococcus aureus
selama hidupnya, dari keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil,
sampai infeksi yang tidak bisa disembuhkan (Agus Herdiana, 2015).
Staphylococcus aureus termasuk dalam family Staphylococcaceae,
berukuran diameter 0,5-1,5 μm dan membentuk pigmen kuning keemasan. Bentuk
sel kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam
biakan cair. Bakteri fakultatif anaerob dan tidak membentuk spora (Agus
Herdiana, 2015).
13
Gambar 2.1 Bakteri Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus tidak membentuk spora sehingga pertumbuhan oleh
Staphylococcus aureus di dalam makanan dapat segera dihambat dengan
perlakuan panas. Namun, kontaminasi Staphylococcus aureus tetap menjadi salah
satu penyebab utama keracunan makanan atau foodborne disease (FBD) karena
Staphylococcus aureus dapat mengkontaminasi produk makanan selama persiapan
dan pengolahan, bakteri ini sendiri ditemukan di dalam saluran pernapasan,
permukaan kulit, tenggorokan, saluran pencernaan manusia serta rambut hewan
berdarah panas termasuk manusia (Agus Herdiana, 2015).
Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari
Staphylococus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan
akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan.
Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan.
Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah dan diare yang hebat
tanpa disertai demam (Agus Herdiana, 2015).
14
2. Bakteri Streptococcus
Streptococcus adalah salah satu genus dari bakteri nonmotil yang
mengandung sel gram positif , berbentuk buat, oval dan membentuk rantai
pendek, panjang atau berpasangan, bakteri ini tidak membentuk spora, bakteri ini
dapat ditemukan di bagian mulut, usus manusia dan hewan (Andre Tjie Wijaya,
2014).
Gambar 2.2 Bakteri Streptococcus Sp
Perkembangbiakan bakteri streptococcus Sp dapat hidup pada kadar Ph
7,47,6, suhu pertumbuhan berada di 37oC, dan media isolasi primer adalah agar
darah dengan oksigen yang rendah karena oksidasi intraseluler dapat
menghasilkan hidrogen peroksida yang bersifat toksik bagi bakteri (Ika Putri
Sinaga, 2015).
Infeksi Streptococcus dapat menyerang siapa saja, dari anak-anak hingga
dewasa dan lanjut usia. Bakteri streptococcus menyebabkan infeksi yang
bervariasi dari ringan hingga berat, dari infeksi tenggorokan ringan hingga radang
paru-paru dan selaput otak (Andre Tjie Wijaya, 2014).
15
Hingga sekarang ada sekitar 20 jenis bakteri Streptococcus yang dibagi
dalam 2 kelompok besar, yaitu:
• Grup A, banyak ditemukan pada permukaan tubuh, seperti kulit, dan
tenggorokan
• Grup B, ditemukan pada saluran pencernaan dan vagina, umumnya
tidak berbahaya dan lebih sering menyerang pada bayi.
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
streptococcus antara lain:
• Usia dibawah 6 bulan, atau usia diatas 75 tahun
• Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti HIV,
kanker, dan kencing manis
• Wanita hamil
• Pengguna obat-obat terlarang atau narkoba dan alkohol
• Pasien yang mendapat pengobatan yang melemahkan sistem
kekebalan tubuh, misal kemoterapi, obat kortikosteroid
Infeksi bakteri streptococcus ditangani dengan penggunaan antibiotik untuk
melawan bakteri. Penggunaan antibiotik dapat melalui oral/mulut, atau suntikan.
Antibiotik diberikan harus dengan teratur dan tepat dosisnya. Bila gejala yang
timbul cukup berat maka diperlukan perawatan di rumah sakit. Obat-obatan lain
yang umum digunakan yaitu obat pendamping, seperti anti demam, anti nyeri, dan
lainnya (Andre Tjie Wijaya, 2014).
16
3. Bakteri Pseudomonas
Pseudomonas merupakan bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili
Pseudomonadaceae. Lebih dari separuh bakteri ini menghasilkan pigmen
biruhijau, pyocyanin. Pseudomonas memiliki karakteristik bau yang manis (Gus
Adi Suryana, 2012).
Pseudomonas adalah bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul,
mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran sekitar
0,5-1,0 µm. Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat
menfermentasikan karbohidrat (Gus Adi Suryana, 2012).
Gambar 2.3 Bakteri Pseudomonas
Pseudomonas tidak tumbuh pada kulit yang kering, tetapi pada kulit yang
lembab, green nail syndrome merupakan infeksi pada kuku yang dapat terjadi
pada pasien dengan tangan yang sering terendam air, infeksi sekunder oleh bakteri
ini juga dapat terjadi pada pasien dengan dermatitis, tinea pedis, infeksi ini
memiliki karakteristik eksudat berwarna biru-hijau dengan bau seperti aseton
(Gus Adi Suryana, 2012).
17
Infeksi Pseudomonas dapat mengenai tiap bagian dari tubuh. Pada sistem
pernapasan, pneumonia dapat ditemui pada pasien dengan sistem pertahanan
tubuh yang terganggu dan pasien dengan penyakit paru lama. Gejala yang
ditimbulkan seperti demam, menggigil, sesak napas berat, batuk berdahak, dll.
Pada jantung, infeksi Pseudomonas dapat menyebabkan radang pada dinding
jantung bagian dalam yang dapat menyebabkan gagal jantung kongestif dan
emboli septik (Gus Adi Suryana, 2012).
Pada sistem saraf pusat, dapat terjadi radang selaput otak dan abses otak.
Pada telinga dapat menyebabkan infeksi telinga luar yang bergejala nyeri, gatal,
dan keluarnya cairan dari telinga yang jika dibiarkan dapat menjalar ke otak.
Infeksi Pseudomonas pada mata dapat menyebabkan kerusakan yang luas dan
progresif. Pseudomonas juga sering menginfeksi tulang dan sendi terutama pada
kolumna vertebra (tulang belakang), pelvis, dan sendi antara tulang sternum dan
klavikula (Gus Adi Suryana, 2012).
Pseudomonas aeruginosa telah menjadi penyebab penting dari infeksi,
terutama pada pasien dengan sistem pertahanan tubuh yang terganggu. Bakteri ini
terdapat luas di alam, menghuni tanah, air, tumbuhan, dan hewan, termasuk
manusia. Bakteri ini menjadi bakteri yang paling sering ditemui (diisolasi) pada
pasien yang telah dirawat di rumah sakit lebih dari 1 minggu (Gus Adi Suryana,
2012).
18
Selain itu, bakteri ini juga menjadi penyebab infeksi nosokomonial (suatu
infeksi yang diperoleh atau dialami oleh pasien selama dia dirawat di rumah sakit
dan menunjukkan gejala infeksi baru setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit
serta infeksi itu tidak ditemukan atau diderita pada saat pasien masuk ke rumah
sakit) seperti : pneumonia, infeksi saluran kemih, dan bakteriemia. Infeksi
Pseudomonas dapat berkomplikasi dan mengancam nyawa (Gus Adi Suryana,
2012).
4. Bakteri Shigella
Bakteri Shigella merupakan bakteri gram negatif yang merupakan kuman
berbentuk batang pendek berdiameter 0,4 sampai 0,6 mikron dan panjangnya 1-3
mikron yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora dan tidak berselubung,
umumnya hidup di saluran pencernaan manusia dan hewan primata, membentuk
cocoid atau cocobasil terutama pada biakan muda (Mursalim Achmad, 2014).
Gambar 2.4 Bakteri Shigella
Cara penularan utama adalah secara langsung atau tidak langsung melalui
rute oro fekal dari penderita dengan gejala atau dari asymptomatic carrier jangka
pendek, penularan terjadi setelah menelan organisme dalam jumlah yang sangat
19
kecil (10-100), mereka bertanggung jawab terjadinya penyebaran penyakit adalah
mereka yang tidak memotong kuku dan tidak mencuci tangan setelah buang air
besar, mereka dapat menularkan penyakit kepada orang lain secara langsung
dengan kontak fisik atau tidak langsung melalui kontaminasi makanan dengan
tinja, air dan susu dapat menjadi sumber penularan karena terkontaminasi
langsung dengan tinja serangga dapat menularkan organisme dari tinja ke
makanan yang tidak tertutup (Mursalim Achmad, 2014).
Tanda dan Gejala Bakteri Shigella menghasilkan racun yang dapat
menyerang permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada
dinding usus, dan diare berdarah (Gus Adi Suryana, 2012).
Keparahan diare pada Shigellosis berbeda dari diare biasa. Pada anak-anak
dengan Shigellosis, pertama kali buang air besar sering dan berair. Kemudian
buang air besar mungkin lebih sedikit, tetapi terdapat darah dan lendir di
dalamnya (Gus Adi Suryana, 2012).
Dalam kasus Shigellosis yang sangat parah, seseorang mungkin mengalami
kejang, kaku kuduk, sakit kepala, kelelahan, dan kebingungan. Shigellosis juga
dapat menyebabkan dehidrasi dan komplikasi lain yang jarang terjadi, seperti
radang sendi, ruam kulit, dan gagal ginjal. Beberapa anak dengan kasus
Shigellosis yang berat mungkin perlu dirawat di rumah sakit (Gus Adi Suryana,
2012).
Shigellosis sangat menular. Seseorang dapat terinfeksi melalui kontak
dengan sesuatu yang terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi. Ini
termasuk mainan, permukaan di toilet, dan bahkan makanan yang disiapkan oleh
20
seseorang yang terinfeksi. Misalnya, anak-anak yang menyentuh permukaan yang
terkontaminasi oleh shigella seperti toilet atau mainan dan kemudian memasukkan
jari-jari mereka di mulut maka mereka bisa menjadi terinfeksi. Shigella bahkan
dapat dibawa dan disebarkan oleh lalat yang kontak dengan tinja yang terinfeksi
(Gus Adi Suryana, 2012).
Karena tidak membutuhkan banyak bakteri Shigella untuk menyebabkan
infeksi maka penyakit dapat menyebar dengan mudah dalam keluarga dan
penampungan anak. Bakteri mungkin juga tersebar di sumber air di daerah dengan
sanitasi yang buruk. Shigella masih dapat disebarkan dalam 4 minggu setelah
gejala penyakit selesai (walaupun pengobatan antibiotik dapat mengurangi
pengeluaran bakteri Shigella di tinja. (Gus Adi Suryana, 2012). Cara terbaik
untuk mencegah penyebaran Shigella adalah dengan sering mencuci tangan yang
bersih dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet dan sebelum mereka
makan. Hal ini terutama penting dalam perawatan anak (Gus Adi Suryana, 2012).
E. Sabun Cuci Tangan
Sabun dan deterjen merupakan produk pembersih (berbentuk batangan,
cairan, selebaran atau bubuk) yang menurunkan tegangan permukaan sehingga
membantu membuang kotoran, debu dan mikroorganisme sementara dari kedua
belah tangan. Sabun biasa membutuhkan friksi (penggosokan) untuk membuang
mikroorganisme secara mekanik sedangkan sabun antiseptik juga membunuh atau
menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme. Cuci tangan dengan
sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun biasa
(Dahlan dan Umrah, 2013). Menurut WHO (2009) cuci tangan adalah suatu
21
prosedur/ tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun dan air
yang mengalir atau Hand rub dengan antiseptik (berbasis alkohol). Sedangkan
menurut James (2008), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Sabun terbuat dari senyawa alkali (natrium hidroksida atau kalium
hidroksida) yang dicampur dengan lemak nabati atau hewani serta pewangi.
Formulasi ini bersifat basa dan berfungsi membersihkan minyak dan kotoran
dipermukaan kulit yang cenderung bersifat sedikit asam. Sayangnya ketika kita
membersihkan kulit menggunakan sabun, sebagian minyak alami yang
diproduksi kulit juga ikut terangkat. Itulah mengapa timbul sensasi kering dan
kesat. Oleh karena itu, sebaiknya pilih sabun yang menggunakan detergen sintetis
dengan pH seimbang, serta mengandung moisturizer.
Sabun adalah pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa
Natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani
(SNI 1994). Ditambahkan pula oleh Kirk (2005), komponen utama pembuatan
sabun terdiri dari asam lemak rantai C12 – C18 dan garam sodium atau potasium.
Asam lemak yang berikatan dengan garam sodium (NaOH) dikenal dengan hard
soaps, sedangkan asam lemak yang berikatan dengan garam potasium (KOH)
dikenal dengan soft soaps (SNI 1994).
Sabun dapat dibuat dengan dua cara yaitu proses saponifikasi dan proses
netralisasi minyak. Pada proses saponifikasi minyak akan diperoleh produk
sampingan yaitu gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh dengan netralisasi tidak
menghasilkan gliserol proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara
trigliseraldehide dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi
22
antara asam lemak dengan alkali (Kirk 2005). Sabun didefinisikan sebagai produk
dari proses saponifikasi atau netralisasi lemak, minyak, lilin, rosin dengan basa
organic, tertentu atau yang anorganik. Kandungan yang terdapat dalam sabun
antara lain yaitu minyak pendukung , Sodium hidroksida, Alcohol, Stearic acid,
Parfum, Humectan, Ultra violet absorbent, Anti oksidan, Sequestering agent .
F. Handsanitizer
Handsanitizer merupakan cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol
yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dengan cara pemakaian tanpa
dibilas dengan air, cairan dengan berbagai kandungan yang sangat cepat
membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan (Benjamin, 2010)
Handsanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan, handsanitizer
mudah dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air,
handsanitizer sering digunakan ketika dalam keadaan darurat dimana kita tidak
bisa menemukan air, kelebihan ini diutarakan menurut USA (Food and Drug
Administration) dapat membunuh kuman dalam waktu kurang lebih 30 detik
(Benjamin, 2010)
Hand sanitizer memiliki berbagai macam zat yang terkandung.
Secara umum hand sanitizer mengandung ( Benjamin, 2010): alkohol 60-95%,
benzalkonium chloride, benzethonium chloride, chlorhexidine gluconate ,
chloroxylenol, clofucarban, hexachlorophene, hexylresocarcinol, iodine..
23
Menurut CDC (Center for Disease Control) hand sanitizer terbagii
menjadi dua yaitu mengandung alkohol dan tidak mengandung alkohol,
hand sanitizer dengan kandungan alkohol antara 60- 95 % memiliki
efek anti mikroba yang baik dibandingkan dengan tanpa kandungan alcohol
( CDC, 2009).
G. Air
Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen
(H2) yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk
senyawa H2O, air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh
senyawa lain, penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah
sebagai air minum, selain digunakan untuk minum, air juga dimanfaatkan oleh
makhluk hidup lainnya sebagai sumber kehidupan baik oleh hewan maupun
tumbuhan (Slamet, 2007).
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi manusia, jauh
lebih penting dari kebutuhan dasar lainnya, karena itu ketersediaan air bersih
disamakan dengan pemenuhan hak asasi manusia, yaitu hak untuk hidup sehat.
Ada dua macam sumber air bersih, yakni air tanah dan air yang didistribusikan
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam hal ini PDAM dapat
disamakan dengan Perusahaan Air Minum (PAM).
24
Mencuci tangan meggunakan air mengalir akan membantu menyapu
kotoran dan kuman yang menempel di tangan. Perlu diketahui, mencuci tangan
dengan air kobokan tidak memenuhi syarat serta dapat memungkinkan kuman dan
kotoran menempel kembali ditangan.
H. Pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun
Beberapa alasan mengenai pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS),
yakni sebagai berikut:
a. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat
menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunnya.
b. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup
c. CTPS adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling “cost-
effective” jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya.
I. Waktu Yang Tepat Harus Cuci Tangan Pakai Sabun
Lima waktu krisis untuk cuci tangan pakai sabun yang harus
diperhatikan, yaitu saat-saat sebagai berikut:
a. Sebelum makan
b. Sebelum menyiapkan makanan
c. Setelah buang air besar
d. Setelah menceboki bayi/anak
e. Setelah memegang unggas/ hewan
Beberapa waktu lain yang juga penting dan harus dilakukan cicu tangan
pakai sabun yaitu:
25
a. Sebelum menyusui bayi
b. Setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung
c. Setelah membersihkan sampah.
d. Setelah bermain di tanah atau lantai (terutama bagi anak-anak)
J. Langkah-Langkah Cuci Tangan
Langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar menurut WHO
adalah sebagai berikut :
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan
memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap
dan gosok kedua telapak tangan secara lembut.
2. Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan cara mengatupkan.
26
5. Gosok dan putar kedua ibu jari dengan bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan dengan cara
memutar, kemudian akhiri dengan membilas seluruh
bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu
keringkan memakai handuk atau tissu.
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair
sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya mencuci
tangan secara baik dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga
secara keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke
tubuh,(Priyoto,2015)
27
K. Manfaat Mencuci Tangan
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan
yang paling umum dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja, walaupun
perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan
untuk memutus mata rantai kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan
karena banyak hal di antaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan
menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada anak, pada
fasilitasfasilitas kesehatan seperti rumah sakit.
Mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan atau membunuh
patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah perpindahan mereka pada
pasien, penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk
membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak,
dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik. Karena itu
para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi diharuskan
mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam
sabunnya (sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjen. Untuk
profesi-profesi ini pembersihan mikroorganisme tidak hanya diharapkan
"hilang" namun mereka harus bisa memastikan bahwa mikro organisme yang
tidak bisa "bersih" dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung
dalam sabun, aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum melakukan
operasi dimana mungkin terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap
antibiotik (Kirk 2005).
28
Menurut Daeng, tangan adalah anggota tubuh yang mampu menjangkau
daerah manapun. Sehingga kebersihan tangan sangat menentukan kesehatan atau
infeksi terhadap tubuh. Itu sebabnya penting untuk memastikan tangan dalam
kondisi bersih ketika hendak menyentuh bagian tubuh yang bisa jadi pintu masuk
kuman maupun virus. Misalnya mata, hidung atau mulut.
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk
mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama
kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak di seluruh dunia
meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA.
Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing
yang tinggal dalam usus, SARS, dan flu burung (Kementrian Kesehatan RI 2014).
Pada sebuah penelitian yang dipublikasikan Jurnal Kedokteran Inggris
(British Medical Journal) pada November 2007 menyatakan bahwa mencuci
tangan dengan sabun secara teratur dan menggunakan masker, sarung tangan, dan
pelindung, bisa jadi lebih efektif untuk menahan penyebaran virus ISPA seperti
flu dan SARS (Kementrian Kesehatan RI 2014). Menurut Kementrian Kesehatan
RI (2014), penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan pakai
sabun antara lain:
a. Diare, menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-anak
balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar penelitian terkait menemukan
bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare
hingga separuh. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam
penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi
pencegahan adalah mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air
29
olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air
(25%), sumber air yang diolah (11%).
b. Infeksi saluran pernapasan adalah penyebab kematian utama untuk anak-anak
balita. Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran
pernapasan ini dengan dua langkah dengan melepaskan patogen-patogen
pernapasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan dan
dengan menghilangkan patogen lainnya terutama virus entrentik yang menjadi
penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit pernapasan lainnya.
Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan
kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dan buang air
besar/kecil, dapat mengurangi tingkat infeksi hingga 25%.
c. Infeksi cacing, infeksi mata dan penyakit kulit. Penelitian juga telah
membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan penggunaan
sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit; infeksi mata
seperti trakoma dan cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis.
d. Pneumonia adalag radang paru yang disebabkan oleh banteri dengan gejala
panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi napas >50
kali/menit), sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan
berkurang).
30
L. 10 Kesalahan Umum dalam Mencuci Tangan
( https://bit.ly/34AN7mM Di akses pada tanggal 14 Maret 2020 pukul
10.00)
a. Hanya mencuci tangan setelah keperluan di toilet
Pada umumnya, lakukan cuci tangan setelah membuang sampah, menyentuh
binatang peliharaan, setelah mengganti popok buah hati Anda, dan lain
sebagainya.
b. Pakai sabun dulu
Selalu basahi tangan Anda terlebih dahulu karena kelembaban menciptakan
busa yang lebih baik untuk melawan kontaminan.
c. Hanya mencuci bagian telapak tangan
Mikroba bisa terdapat di semua permukaan tangan, seringkali di bawah
kuku, sehingga seluruh tangan harus digosok. Pastikan Anda menyabuni
punggung tangan Anda, di antara jari-jari, dan di bawah kuku Anda.
31
d. Terlalu cepat
Gosok setidaknya selama 20 detik. Anda dapat menyenandungkan lagu
"Selamat Ulang Tahun" dua kali, sebagai timer Anda.
e. Tidak menggunakan sabun
Sabun mengangkat mikroba dari kulit. Jika terpaksa tidak menggunakan
sabun dan air mengalir, Anda bisa menggunakan air yang diklorinasi atau hand
sanitizer yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol. Menggunakan air sabun
atau abu juga dapat membantu menghilangkan bakteri, meski tidak cukup efektif.
Jika terpaksa menempuh cara itu, penting untuk mencuci tangan sesegera
mungkin ketika Anda memiliki akses ke fasilitas cuci tangan, dan selama itu
hindari kontak dengan orang-orang dan permukaan.
f. Tidak mengeringkan tangan
Kuman dapat berpindah dengan mudah ke dan dari tangan yang basah.
Jadi, selalu keringkan tangan Anda dengan handuk bersih atau pengering udara.
32
g. Tidak cukup sering membersihkan handuk tangan
Bakteri tumbuh subur di handuk lembab. Jadi, pastikan untuk
menggantung handuk tangan Anda agar selalu kering dan jangan segan untuk
sering-sering menggantinya dengan yang bersih.
h. Langsung menyentuh gagang pintu
Untuk menghindari kembali terkan kuman atau virus tepat setelah Anda
mencuci tangan, terutama di kamar mandi umum atau tempat umum lainnya,
gunakan tisu untuk mematikan keran wastafel atau membuka gagang pintu.
i. Menggunakan tisu basah untuk mencuci tangan
Tisu basah mungkin membuat tangan terlihat bersih, tetapi tidak dirancang
untuk menghilangkan kuman dari tangan Anda. Anda harus mencuci dengan
sabun dan air jika memungkinkan.
33
j. Menganggap hand sanitizer lebih efektif dari sabun dan air
Sabun dan air selalu menjadi pilihan terbaik. Sementara hand sanitizer
dapat menjadi pengganti saat bepergian. Perlu diketahui, hand sanitizer tidak
menghilangkan semua jenis kuman dan mungkin tidak menghilangkan bahan
kimia berbahaya dan pestisida. Jika Anda menggunakan hand sanitizer, pastikan
mengandung alkohol dan hindari menggunakan hand sanitizer jika tangan terlihat
kotor.
34
M. Kerangka Teori
Gambar 2.6 Kerangka Teori
Sumber : (Lawrence Green,1980 dalam Notoatmodjo, 2012)
Perilaku
Status Kesehatan Lingkungan
Keturunan
Pelayanan
Kesehatan
k
Enabling Factors
(ketersediaan
sumber-
sumber/fasilitas)
Reinforcing Factors
(sikap dan perilaku
petugas,peraturan UU dll)
Predisposing Factors
(pengetahuan,sikap,
kepercayaan,tradisi,
nilai dan dsb).
Pemberdayaan
Masyarakat
(pemberdayaan sosial)
Training
Advokasi,dll
Komunikasi
(penyuluhan,
edukasi)
Promosi Kesehatan
35
N. Kerangka Konsep
Gambar 2.7 Kerangka Konsep
Pengetahuan siswa CTPS
Fasilitas CTPS di Sekolah
Baik/Buruk
36
O. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur Skala Ukur
1. Tingkat pengetahuan
tentang CTPS
Kemampuan seseorang
mengingat kembali tentang
tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan
jari jemari dengan
menggunakan air mengalir
dan sabun
Wawancara 1. Buruk apabila skor ≤ rata –
rata
2. Baik apabila skor > rata - rata
Kuisioner Ordinal
37
2. Fasilitas CTPS Tersedianya fasilitas CTPS
yang digunakan oleh siswa
sebagai tempat untuk
mencuci tangan
Observasi 1. Ya
2. Tidak
ceklist Ordinal