bab ii tinjauan pustaka pengetahuan...

32
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo ( 2003 ), mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran serta sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan adalah hasil dari suatu produk sistem pendidikan dan akan mendapatkan pengalaman yang nantinya akan memberikan suatu tingkat pengetahuan atau ketrampilan dapat dilakukan melalui pelatihan. Pengetahuan diperoleh dari proses belajar, yang dapat membentuk keyakinan tertentu. Jann Hidayat Tjakraatmadja dan Donald Crestofel Lantu dalam bukunya Knowledge Management disebutkan bahwa pengetahuan diperoleh dari sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga memiliki makna. Informasi diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir, dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui bahasa, grafik atau tabel), sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan dimiliki seseorang dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi memori) di otaknya. Manusia ketika kemudian dihadapkan pada suatu masalah maka informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya dan yang terkait dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan tersusun secara sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau memiliki pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang dihadapinya.

Upload: dinhhanh

Post on 05-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Notoatmodjo ( 2003 ), mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni:

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan.

Pengetahuan manusia sebagian besar diperoleh melalui penglihatan dan

pendengaran serta sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan, dan

perabaan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan adalah hasil

dari suatu produk sistem pendidikan dan akan mendapatkan pengalaman yang

nantinya akan memberikan suatu tingkat pengetahuan atau ketrampilan dapat

dilakukan melalui pelatihan. Pengetahuan diperoleh dari proses belajar, yang

dapat membentuk keyakinan tertentu.

Jann Hidayat Tjakraatmadja dan Donald Crestofel Lantu dalam bukunya

Knowledge Management disebutkan bahwa pengetahuan diperoleh dari

sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga

memiliki makna. Informasi diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir,

dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui

bahasa, grafik atau tabel), sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan

dimiliki seseorang dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi

memori) di otaknya.

Manusia ketika kemudian dihadapkan pada suatu masalah maka

informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya dan yang terkait

dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan tersusun secara

sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau memiliki

pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang dihadapinya.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

9

Kemampuan memiliki pengetahuan atas obyek masalah yang dihadapi sangat

ditentukan oleh pengalaman, latihan atau proses belajar (proses berfikir).

2. Tingkatan pengetahuan

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif terdapat 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu

ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh : hanya

dapat menyebutkan pengertian patient safety.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

dapat menjelaskan mengapa program patient safety perlu untuk diterapkan

secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real ( sebenarnya ). Aplikasi

di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan

masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang

diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

10

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintetis (synthetis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat menafsirkan

sebab-sebab mengapa keselamatan pasien itu harus diterapkan dalam

pelayanan kepada pasien(Notoatmodjo,2003).

Table 1.2 Tingkatan pengetahuan

tingkatan

pengetahuan

tahu memahami aplikasi analisis sintesis evaluasi

kurang + +cukup + + + +baik + + + + + +

Tabel diatas dapat dilihat bahwa seseorang yang dikatakan memiliki

pengetahuan kurang apabila seseorang tersebut baru sekedar tahu dan

memahami saja, sedangkan seseorang yang memiliki pengetahuan cukup

cenderung memiliki bukan hanya sekedar tahu dan memahami tetapi juga

sudah bisa mengaplikasi dan menganalisis, dan seseorang dikatakan memiliki

pengetahuan yang baik apabila sudah mencapai tingkatan/tahapan sintetis dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

11

evaluasi. Pengetahuan / kognitif oleh karenanya merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior),

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari oleh pengetahuan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subyek penelitian

atau responden(Notoatmodjo,2003).

B. Sikap

1. Pengertian

Sikap adalah respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek, tidak dapat dilihat secara langsung

sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak. Sikap

merupakan produk dari proses sosialisasi , seseorang memberikan reaksi

sesuai dengan rangsangan yang ditemuinya. Sikap dapat diartikan suatu

kontrak untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktivitas.

Sikap seseorang adalah suatu predisposisi (keadaan mudah dipengaruhi)

untuk memberikan tanggapan terhadap rangsang lingkungan yang dapat

membimbing atau memulai tingkah laku orang tersebut. Secara difinitif sikap

berarti suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk

memberi tanggapan terhadap objek yang diorganisir melalui pengalaman serta

mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada perilaku

(Notoatmodjo, 2002).

Difinisi lain sikap menurut Sigit.S dalam Perilaku Organisasional.

sikap adalah tanggapan (respon) yang mengandung komponen-komponen

kognitif, afektif, dan konatif yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu

obyek atau stimulus dari lingkungan. Yang menjadi obyek atau stimulus itu

dapat berupa orang, barang, ide, aturan, kejadian atau lainya. Kognitif

(cognitive) yang dimaksud adalah sejauh mana tahu-nya orang mengenai

informasi tentang obyek yang ditanggapi itu. Unsur atau komponen yang ada

dalam pikiran orang mengetahui sejauh mana tahunya adalah tahu

sepenuhnya, agak tahu, atau samar-samar, atau bahkan sama sekali tidak tahu.

Afektif (affective) adalah sejauh mana afeksinya (penilaiannya) kepada obyek

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

12

yang disikapi mengenai baik-buruknya, menyenangkan-tidaknya, menarik-

tidaknya, atau favorable-unfavorable, terlepas dari keinginan untuk

memilikinya. Konaktif (conactive) adalah kecenderungan untuk berbuat

(berperilaku) terhadap obyek setelah mengerti (tahu) dan menilai terhadap

obyek yang disikapinya.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat

langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo,2003). Sikap

juga merupakan evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada objek

tertentu (Azwar,2003).

2. Komponen pokok sikap(Notoatmodjo,2003)

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

3. Tingkatan sikap

Berbagai tingkatan sikap antara lain:

1. Menerima(receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). misalnya : sikap perawat terhadap

program patient safety dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian perawat

terhadap sosialisasi tentang pentingnya program patient safety.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

13

2. Merespon(responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan meyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang

menerima ide tersebut.

3. Menghargai(valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. misalnya : seorang

perawat yang mengajak perawat yang lain untuk berperilaku menerapkan

patient safety adalah bukti bahwa perawat tersebut telah mempunyai sikap

positif terhadap program patient safety.

4. Bertanggungjawab(responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. misalnya, seorang

perawat mau menerapkan keselamatan pasien, meskipun mendapat

tantangan dari teman sejawatnya.

Table 1.3 Tingkatan sikap

Tingkatan

sikap

menerima merespon menghargai Bertanggungjawab

Tidakmendukung

+ +

Mendukung + + + +

Tabel diatas menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki sikap

tidak mendukung cenderung memiliki tingkatan hanya sebatas menerima dan

merespon saja, sedangkan seseorang dikatakan telah memiliki sikap yang

mendukung yaitu bukan hanya memiliki tingkatan menerima dan merespon

tetapi sudah mencapai tingkatan menghargai atau bertanggung jawab.

Sekord dan Backman dalam Azwar (2003), mendefinisikan sikap

sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi),

dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

14

dilingkungan sekitarnya. Sikap yang ditujukan seseorang merupakan bentuk

respon batin dari stimulus yang berupa materi atau obyek di luar subyek yang

menimbulkan pengetahuan berupa subyek yang selanjutnya menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap si subyek terhadap yang diketahuinya itu.

Pengetahuan dan faktor lain seperti berfikir, keyakinan dan emosi memegang

peranan penting dalam penentuan sikap yang utuh(Notoatmodjo, 2003).

4. Karasteristik sikap.

Karasteristik sikap menurut Sigit(2003), dalam Perilaku Organisasional

karakteristik sikap antara lain :

1. Ada obyek artinya ada sesuatu yang disikapi.

2. Mengarah artinya banyak obyek, tetapi belum tentu menjadi arahan

sikap atau disikapi. Jadi sikap mengarah pada obyek yang disikapi.

3. Berintensitas atau berderajat karena dalam sikap ditanyakan sejauh

mana atau seberapa tinggi-rendah sikapnya.

4. Berstruktur artinya dalam sikap itu ada komponen-komponen yang

secara intern terbentuk dengan sendirinya, yaitu komponen kognitif,

afektif, dan konatif yang saling menjalin.

5. Fungsi sikap

Fungsi sikap menurut Sigit (2003), dalam Perilaku Organisasional adalah :

1. Penyesuaian atau pemanfaatan artinya menghadapi perlakuan dari

pihak lain, Jika diperlakukan baik, maka sikapnya positif dan

sebaliknya.

2. Pertahanan ego artinya bersikap tertentu terhadap sesuatu obyek

apakah positif, netral atau negative dan sikap ini dipertahankan

dalam waktu relative lama.

3. Pernyataan nilai artinya ada komponen afektifnya berisi penilaian

negatif-positif atau baik-buruk.

4. Pengetahuan artinya orang yang bersikap terhadap suatu obyek tentu

sedikit atau banyak telah memiliki pengetahuan tentang obyek yang

disikapinya itu.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

15

C. Tindakan/praktik

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek tentang kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

proses selanjutnya diharapkan dirinya akan melaksanakan atau mempraktekkan

apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo,2003).

Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (ovet behaviour).

Mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah: fasilitas

(Notoatmojo,2003).

Tindakan/praktek mempunyai beberapa tingkatan :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

3. Mekanisme (mechanism)

Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung

yakni dengan wawancara terhadap kegiatan - kegiatan yang telah dilakukan

beberapa jam, beberapa hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga

dapat dilaksanakan secara langsung dengan cara mengobservasi tindakan atau

kegiatan responden.

D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

Teori - teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku

dari analisis fakto-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang

berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

16

Teori Lawrence Green (1991)

Lawrence Green berpendapat bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama

antara lain:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat seperti, puskesmas, rumah sakit,

poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek

swasta. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan.

3. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-

undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang

terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang

bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja,

melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat,

tokoh agama dan para petugas terlebih lagi petugas kesehatan. Di samping itu,

undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat

tersebut.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang (perawat) tentang program

patient safety ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan juga akan

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seorang perawat yang

tidak mau menerapkan keselamatan pasien disebabkan karena orang tersebut

tidak atau belum mengetahui manfaat dari program patient safety bagi dirinya

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

17

(predisposing factors). Tetapi barangkali juga karena fasilitas yang disediakan

tidak ada dan peralatan yang tidak lengkap (enabling factors). Sebab lain

mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain

disekitarnya tidak pernah memberikan contoh / penyuluhan tentang program

patient safety (reinforcing factors).

E. Konsep Patient Safety

1. Pengertian

Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya

terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit,cedera

fisik/sosial psikologis, cacat, kematian ) terkait dengan pelayanan kesehatan

(KKP-RS, 2008). Patient Safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu

sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk

: assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden

dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya

resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan

akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil (DepKes,2006).

2. Kebijakan DepKes tentang keselamatan pasien rumah sakit antara lain:

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.

b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.

c. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD).

d. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.

3. Kebijakan patient safety di rumah sakit antara lain:

a. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien.

b. Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien.

c. Rumah Sakit wajib menerapkan standart keselamatan pasien.

d. Evaliasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program

akreditasi rumah sakit.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

18

4. Sistim keselamatan pasien rumah sakit :

a. Pelaporan insiden, laporan bersifat anonim dan rahasia.

b. Analisa, belajar, riset masalah dan pengembangan taxonomy.

c. Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring/evaluasi.

d. Penetapan panduan, pedoman, SOP, standart indikator keselamatan pasien

berdasarkan pengetahuan dan riset.

e. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarganya.

5. Standar patient safety (DepKes.2006)

Standar I. Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya kejadian

tak diharapkan.

Kriteria:

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan

secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana

dan hasil pelayanan, pengobatan dan prosedur untuk pasien termasuk

kemungkinan KTD

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga.

Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban

dan tanggung pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan pasien dalam pemberian

pelayanan dapat di tingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan

patner dalam proses pelayanan. Karena itu di rumah sakit harus ada sistem dan

mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung

jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria:

a. Memberi informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

19

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.

Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi

antar tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria:

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien

masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan

pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan pasien

dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada

seluruh tahap pelayanan transaksi antar unit pelayanan dapat berjalan baik

dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi

untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan

sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut

lainnya.

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV :

Rumah sakit harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis

secara intensif , dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta

keselamatan pasien.

Kriteria:

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perencanaan yang baik, mengacu

pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien petugas pelayanan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

20

kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat dan faktor-faktor

lain yang berpotensi resiko bagi pasien sesuai dengan ” langkah menuju

keselamatan pasien rumah sakit”

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja antara lain

yang terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, menejemen resiko,

utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua

KTD/KNC, dan secara proaktif melakukan evaluasi suatu proses kasus

resiko tinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil

analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukan, agar kinerja

dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan

pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan ”7 langkah

menuju keselamatan pasien rumah sakit”.

2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi

risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi

KTD/KNC.

3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi

antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien.

4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,

mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah rakit serta meningkatkan

keselamatan pasien.

5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja Rumah Sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria:

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis kejadian yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

21

memerlukan perhatian, mulai dari KNC(Near miss) sampai dengan

KTD(Adverse event).

c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari

rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan

pasien.

d. Tersedia prosedur ”cepat tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan

kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain

dan penyampaian informasi yang benar dan jalas untuk keperluan

analisis.

e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden termasuk penyediaan informasi yang benar danjelas tentang

analisis akar masalah (RCA) kejadian pada saat program keselamatan

pasien mulai di laksanakan.

f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden atau

kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko, termasuk mekanisme untuk

mendukung staf dalam kaitan dengan kejadian.

g. Terdapat kolaburasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit

dan antar pengelola pelayanan di dalam Rumah Sakit dengan

pendekatan antar disiplin.

h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang di butuhkan dalam

kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan Keselamatan

Pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya

tersebut.

i. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan

criteria obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah

sakit dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan

implementasinya.

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.

1. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk

setiap jabatan mencakup keterkaiatan jabatan dengan keselamatan

pasien secara jelas.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

22

2. Rumah sakit menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan yang

berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria:

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan

orientasi bagi staf baru yang memuat topik tentang keselamatan paien

sesuai dangan tugasnya masing- masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien

dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang

jelas tentang pelaporan insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama

kelompok guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaburatif

dalam rangka melayani pasien.

Standar VII.

Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

1. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen

informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi

internal dan eksternal

2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria:

a. Perlu di sediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal- hal terkait

dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk

merevisi manajemen informasi yang ada.

6. Langkah penerapan program patient safety (DepKes.2006)

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.

2. Membangun komitmen dan fokus yang jelas tentang keselamatan pasien.

3. Membangun sistem dan proses managemen resiko serta melakukan

identifikasi dan assessmen terhadap potensial masalah.

4. Membangun sistim pelaporan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

23

5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan

melakukan analisis akar masalah.

7. Mencegah cedera melalui implementasi sistim keselamatan pasien

dengan menggunakan informasi yang ada.

7. Pendekatan komprehensif pengkajian keselamatan pasien(Anshar.2010)

Pengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar dibagi atas: struktur,

lingkungan, peralatan dan teknologi, proses, orang dan budaya.

a. Struktur

1. Kebijakan dan prosedur organisasi : terdapat kebijakan dan prosedur

tetap yang telah dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.

2. Fasilitas : fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan.

3. Persediaan : hal – hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti persediaan

di ruang emergency.

b. Lingkungan

1. Pencahayaan dan permukaan berkontribusi terhadap pasien jatuh atau

cedera.

2. Temperatur : pengkondisian temperatur dibutuhkan dibeberapa ruangan

seperti ruang operasi.

3. Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat

sedang memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari

perubahan kondisi pasien.

4. Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap

penampilan seperti teknik memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan

dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain itu penempatan

material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan fungsinya seperti

pengaturan tempat tidur , jenis , penempatan alat sudah mencerminkan

keselamatan pasien.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

24

c. Peralatan dan teknologi

1. Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain

dari alat. perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga

diperlukan pelatihan untuk mengoperasikan alat secara tepat dan benar.

2. Keamanan : alat – alat yang digunakan juga harus didesain

penggunaannya dapat meningkatkan keselamatan pasien.

d. Proses

1. Desain kerja : desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan

kurangnya penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten

perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak terhadap kesalahan.

Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan research based practice

yang diimplementasikan.

2. Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus

– menerus saat praktek akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan

daya ingat hal ini dapat menjadi risiko tinggi terjadinya kesalahan atau

lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu sIstem pengingat untuk

mengurangi kesalahan.

3. Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih

mudah tergambar ada pasien yang memerlukan resusitasi, yang

dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti pemberian obat dan cairan,

intubasi dan defibrilasi dan pada pasien – pasien emergency oleh karena

itu pada saat – saat tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien

selamat atau tidak.

4. Perubahan jadwal dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan

pasien karena perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara

baik dan menyeluruh.

5. Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan

tindakan diagnostik atau ketepatan pengaturan pemberian obat seperti

pada pemberian antibiotik atau tromblolitik, keterlambatan akan

mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

25

6. Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan

memperpanjang waktu perawatan tentunya akan meningkatkan

pembiayaan yang harus di tanggung oleh pasien.

e. Orang

1. Sikap dan motivasi : sikap dan motivasi sangat berdampak kepada

kinerja seseorang. Sikap dan motivasi yang negatif akan menimbulkan

kesalahan-kesalahan

2. Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak

kepada kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi

seseorang

3. Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian

akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan

terjadi kesalahan – kesalahan dalam bertindak

4. Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat

memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada

penggunaan alat – alat kesehatan dengan teknologi baru dan perawatan

penyakit – penyakit yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu

babi.

5. Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi : kognitif sangat

berpengaruh terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error).

Kognitif seseorang sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara

membuat keputusan , pemecahan masalah baru mengkomunikasikan hal

– hal yang baru.

f. Budaya

1. Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan

dan keselamatan pasien.

2. Filosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada

filosofi dan nilai yang dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan.

3. Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi

kesalahan dapat segera terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak

melapor dan siapa yang menerima laporan).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

26

4. Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan

mendapat hambatan karena terbentuknya budaya blaming . Budaya

menyalahkan (Blaming) merupakan phenomena yang universal. Budaya

tersebut harus dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi yang

jelas.

5. Staff – kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor

lainnya yang penting adalah system kepemimpinan dan budaya dalam

merencanakan staf, membuat kebijakan dan mengantur personal

termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit.

8. Solusi live-saving keselamatan pasien rumah sakit (KKPRS.2007).

WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007

resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan

Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Panduan ini mulai

disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara,

dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat,

mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses

pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat

bermanfaat membantu rumah sakit memperbaiki proses asuhan pasien yang

berguna untuk menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.

Solusi tersebut antara lain adalah :

a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike

medication names).

Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM), yang membingungkan

staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam

kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di

seluruh dunia. Puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat

signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek

dagang atau generik serta kemasan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

27

b. Pastikan identifikasi pasien.

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi

pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi

maupun pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliru, orang penyerahan

bayi kepada bukan keluarganya. Rekomendasi ditekankan pada metode

untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien

dalam proses ini, standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah

sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan, dan partisipasi pasien dalam

konfirmasi ini, serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi

pasien dengan nama yang sama.

c. Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan Pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien

antara unit-unit pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa

mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak

tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien

termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang

bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan

menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan

para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.

d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-

kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh

yang salah sebagian besar adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak

adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak

kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau

kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.

Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang

tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan; pemberian

tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan

prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur’Time out” sesaat

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

28

sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien,

prosedur dan sisi yang akan dibedah.

e. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated).

Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontras

memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi

khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat

standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah, dan pencegahan atas campur

aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.

f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi /

pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu

proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medication errors) pada

titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar

yang paling lengkap dan akurat dari seluruh medikasi yang sedang diterima

pasien juga disebut sebagai “home medication list", sebagai perbandingan

dengan daftar saat admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan

bilamana menuliskan perintah medikasi, dan dikomunikasikan daftar

tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer

atau dilepaskan.

g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube).

Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain

sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa

menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang

yang salah, serta memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru.

Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi

secara detail / rinci bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta

pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung

alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang

benar).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

29

h. Gunakan alat injeksi sekali pakai.

Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV,

HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang dari jarum

suntik.Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang jarum di

fasilitas layanan kesehatan, pelatihan periodik para petugas di lembaga-

lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian

infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga, mengenai penularan infeksi

melalui darah, dan praktek jarum sekali pakai yang aman.

i. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi

nosokomial.

Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh

dunia menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan

tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk

menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong

implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs" tersedia pada

titik-titik pelayan, tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf

mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar mengingatkan penggunaan

tangan bersih ditempat kerja, dan pengukuran kepatuhan penerapan

kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang

lain.

9. Indikator Patient Safety (IPS)

Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk

mengetahui tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit.. Indikator

patient safety bermanfaat untuk menggambarkan besarnya masalah yang dialami

pasien selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai

tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan

mendasarkan pada IPS ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-upaya

yangdapat mencegah timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada

pasien. (Dwiprahasto, 2008). Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS

tingkat rumah sakit dan IPS tingkat area pelayanan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

30

1. Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indicator) digunakan untuk

mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah saat pasien

mendapatkan berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya

mencakup kasus-kasus yang merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya

risiko pasca tindakan medik.

2. Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan

medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat

(kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun diagnosis

sekunder untuk komplikasi akibat tindakan medik.

Indikator patient safety antara lain : Komplikasi anesthesi, angka kematian

yang rendah, ulkus dekubitus, kematian oleh karena komplikasi pada pasien

rawat inap, benda asing tertinggal selama prosedur, pneumotoraks iatrogenic,

Infeksi akibat perawatan, patah tulang pascaoperasi, pendarahan atau hematoma

pascaoperasi, gangguan fisiologis dan metabolik pascaoperasi, kegagalan

pernapasan pascaoperasi, pulmonary embolism atau deep vein thrombosis, sepsis

pascaoperasi, luka pada pasien bedah abdominopelvik, luka tusukan dan laserasi,

reaksi transfusi, trauma lahir - cedera pada neonatus, trauma kebidanan oleh

karena persalinan dengan instrument, trauma kebidanan oleh karena persalinan

tanpa instrument, trauma kebidanan - kelahiran sesaria.

Elemen patient safety meliputi: Kesalahan pengobatan yang merugikan ,

menggunakan restraint, infeksi nosokomial, kecelakaan bedah , luka karena

tekanan(dicubitus), keamanan produk darah , resistensi antimikrobial, Imunisasi,

falls (jatuh), darah stream(aliran), perawatan kateter pembuluh darah serta tindak

lanjut dan pelaporan insiden keselamatan pasien.

Akar penyebab kesalahan keselamatan pasien paling umum disebabkan

antara lain: Masalah komunikasi, kurangnya informasi, masalah manusia, pasien

yang berhubungan dengan isu-isu, transfer pengetahuan dalam organisasi,

staffing pola / alur kerja, kegagalan teknis, kurangnya kebijakan dan prosedur.

Tujuan umum keamanan pasien antara lain : Mengidentifikasi pasien dengan

benar, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan keamanan obat,

hilangkan salah tempat, salah-pasien, prosedur tindakan yang salah, mengurangi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

31

resiko infeksi terkait perawatan kesehatan dan mengurangi risiko bahaya pasien

dari jatuh (AHRQ) .

10. Kebijakan patient safety RSUP dr Kariadi Semarang

Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi Semarang tentang kerangka acuhan

Program Keselamatan Pasien RSUP dr Kariadi Semarang.

1. Tujuan Umum:

Meningkatkan mutu pelayanan RS melalui suatu sistem di mana RS

membuat asuhan pasien lebih aman.

2. Tujuan Khusus

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS

b. Meningkatkan akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat.

c. Terlaporkannya KTD di RS.

d. Terlaksananya program pencegahan sehingga KTD tidak terulang.

3. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan:

Memenuhi standar keselamatan pasien yang tertuang dalam Instrumen

Akreditasi RS.

a. Membentuk Tim Keselamatan Pasien RS

b. Pelatihan Keselamatan Pasien RS

c. Rapat Tim Keselamatan Pasien RS dengan agenda rapat:

1) Menyusun kebijakan dan prosedur KPRS

2) Menyusun form untuk pencatatan dan pelaporan KTD

3) Melakukan analisis masalah bila ada KTD

4) Melakukan perencanaan kegiatan.

5) Membentuk Pokja Keselamatan Pasien di ruangan

4. Tugas Pokja ( Kelompok Kerja ) antara lain:

a. Mengupayakan untuk menghindari dan mencegah terjadinya kejadian

yang tidak diharapkan atas pelayanan kesehatan dilingkungan

pokjanya.

b. Melaporkan setiap kejadian yang tidak diharapkan kepada Tim

Keselamatan Pasien

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

32

c. Membuat rekapitulasi laporan mingguan kepada Tim Keselamatan

Pasien

5. Tugas tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit RSUP Dr Kariadi Semarang

adalah:

a. Mengupayakan untuk menghindari dan mencegah terjadinya kejadian

yang tidak diharapkan atau hasil yang tidak diharapkan yang

disebabkan oleh pelayanan kesehatan di rumah sakit

b. Mengumpulkan, menganalisis, mengevaluasi dan membuat

penyelesaian atas semua laporan kejadian tidak diinginkan dari

lingkungan pegawai rumah sakit’

6. Langkah-langkah Prosedur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien RSUP

dr Kariadi Semarang

a. Bagi petugas yang melihat kejadian, atau ikut dalam kejadian maka

segeraa membuat laporan kejadian pada lembar yang sudah disiapkan

di tiap ruangan.

b. Lembar laporan kejadian segera dikirim ke Tim Keselamatan Pasien

RS/ kepala ruang setempat

c. Kepala ruang bersama dengan anggota pokja setempat membuat

kronologis kejadian, melakukan analisis sederhana, dan mencatat

dalam laporan bulanan.

d. Berkas laporan yang masuk ke Tim KPRS diberikan kepada sub tim

yang bertugas untuk dilakukan analisis lebih mendalam.

e. Berkas yang sudah di analisis diserahkan kembali ke Tim KPRS

selanjutnya dilaporkan kepada Direktur Utama RSUP Dr Kariadi.

f. Selanjutnya dari Direktur Utama RSUP Dr Kariadi , berkas

dilaporkan kepada Tim “Patient safety” PERSI Pusat

11. Strategi keselamatan bekerja(Fathoni,A.2006)

Strategi keselamatan dalam bekerja sangat berhubungan erat dengan

pengenalan dan pengendalian bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kelelahan,

tekanan batin (stres), kebisingan, radiasi maupun zat-zat beracun lainnya,

terhadap kondisi fisik manusia, pikiran dan sikap tingkah laku para pegawai.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

33

Faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat dari dimensi pokok, yaitu:

a. Berkaitan dengan sistem kerja yang merupakan penyebeb utama dari

kecelakaan yang terjadi pada suatu organisasi.

b. Berkaitan dengan pekerjaannya selaku manusia biasa, yang dalam hal akibat

sistim kerja, tetapi bisa juga terjadi kelalaian dari manusianya selaku pekerja.

Sistem kerja yang merupakan faktor penyebab suatu kecelakaan karena

akibat: Tempat yang tidak baik, alat atau mesin-mesin yang tidak punya sistem

pengamanan yang sempurna, pembuatan alat atau mesin yang tidak aman,

kerusakan tempat kerja, bahan-bahan, kondisi kerja yang kurang tepat, kondisi

kebersihan yang kurang baik, kondisi penerangan yang kurang mendukung, gelap

atau silau., saluran udara atau pembuangan asap yang kurang baik, fasilitas

pengamanan pakaian atau peralatan lainnya yang kurang mendukung.

Faktor – faktor yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sistem

kerja yang bersumber pada kesalahan manusianya, sehingga factor manusia yang

mengakibatkan kecelakaan tersebut adalah karena : Menggunakan peralatan yang

tidak aman. menjalankan peralatan kerja yang tidak tahu caranya, .menempatkan

bahan-bahan yang tidak aman pada kondisi lingkungan, merusak alat-alat

keselamatan kerja sehingga berakibat tidak baik, salah menggunakan alat kerja.

karena gangguan orang lain. Kesalahan di atas ditimbulkan oleh manusianya

karena antara lain : Ceroboh,, kurang pertimbangan, malas, tidak tenang, kurang

hati–hati, kurang terlatih, kurang terampil, kurang pengawasan, merasa sudah

tahu padahal tidak tahu.

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari kecelakaan

kerja antara lain mencakup tindakan. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan.

Melakukan pengawasan yang teratur. Melakukan tindakan koreksi terhadap

kejadian. Melakukan program diklat keselamatan kerja dan menghadapi

kemungkinan timbulnya kecelakaan.

12. Peran perawat dalam menerapkan keselamatan pasien

Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi standart

pelayanan dan SOP yang ditetapkan. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam

pemberian pelayanan keperawatan. Memberikan pendidikan kepada pasien dan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

34

keluarga tentang asuhan yang diberikan. Menerapkan kerjasama tim kesehatan

yang handal dalam pemberian pelayanan kesehatan. Menerapkan komunikasi

yang baik terhadap pasien dan keluarganya. Peka, proaktif dan melakukan

penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan. Mendokumentasikan

dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan

keluarga.

Manfaat penerapan sistim keselamatan pasien antara lain : Budaya safety

meningkat dan berkembang Komunikasi dengan pasien berkembang Kejadian

tidak diharapkan menurun. peta KTD selalu ada dan terkini, Resiko klinis

menurun, Keluhan dan litigasi berkurang, Mutu pelayanan meningkat, Citra

rumah sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat.

Kewajiban perawat secara umum terhadap keselamatan pasien adalah

Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan mematuhi standart. Melakukan

pelayanan keperawatan berdasarkan kompetensi. Menjalin hubungan empati

dengan pasien. Mendokumentasikan secara lengkap asuhan. Teliti, obyektif

dalam kegiatan. Mengikuti peraturan dan kebijakan institusi. Peka terhadap

terjadinya cedera.

F. Perilaku patient safety

Perilaku mencakup 3 domain, yakni : pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude) dan tindakan atau praktik (practice) (Notoatmodjo, 2003). Mengukur

perilaku dan perubahannya khususnya perilaku patient safety juga mengacu

kepada 3 domain tersebut., secara rinci dikaitkan dengan program patient safety

dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang patient safety

Pengetahuan tentang patient safety adalah mencakup apa yang diketahui

oleh seseorang tentang patient safety . Pengetahuan tentang patient safety

meliputi :

a. Pengetahuan tentang risiko yang bisa saja terjadi bila tidak menerapkan

program patient safety.

b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi

keselamatan pasien.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

35

c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan yang tersedia.

d. Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan dan kesalahan.

Pengukuran pengetahuan patient safety seperti tersebut diatas adalah

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara)

atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. indikator

pengetahuan patient safety adalah tingginya pengetahuan responden tentang

patient safety, atau besarnya persentase kelompok responden tentang

variabel-variabel atau komponen-komponen patient safety.

2. Sikap terhadap patient safety

Sikap terhadap patient safety adalah pendapat atau penilaian orang

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan patient safety, yang mencakup

sekurang-kurangnya 4 variabel yaitu :

a. Sikap terhadap risiko yang bisa terjadi bila tidak. menerapkan program

patient safety

b. Sikap tentang faktor-faktor yang terkait dan/atau mempengaruhi

keselamatan pasien.

c. Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia.

d. Sikap untuk menghindari kecelakaan dan kesalahan.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

bersangkutan

3. Praktik patient safety

Praktik patient safety atau tindakan untuk patient safety adalah semua

kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka patient safety. Tindakan atau

praktik patient safety ini juga meliputi 4 faktor yaitu :

Aspek perilaku di dalam patient safety

a. Tindakan atau praktik sehubungan dengan risiko yang bisa saja terjadi bila

tidak menerapkan patient safety.

b. Tindakan atau praktik sehubungan faktor-faktor yang terkait dan/atau

mempengaruhi keselamatan pasien.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

36

c. Tindakan atau praktik sehubungan fasilitas pelayanan yang tersedia.

d. Tindakan atau praktik sehubungan untuk menghindari kecelakaan dan

kesalahan.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

37

G. Kerangka Teori

Modifikasi Lawrance Green

Reinforcing factor

Petugas kesehatan

Keluarga

Masyarakat

Tokoh agama

Predisposing factor

Pengetahuan

Sikap

Pendidikan

motivasi

Budaya

Norma

keyakinan

Enabling factor

Sarana dan prasarana

kesehatan

Praktik menerapkan

Patient safety

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

38

H. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal

khusus (Notoatmodjo,2002). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

\

A. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas ( independent variable )

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain.(Nursalam,2003) Variabel bebas.pada penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan dan sikap perawat tentang patient safety.

2. Variabel terikat ( dependen variable )

Variabel terikat adalah Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel

lain atau faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

hubungan atau pengaruh dari variabel bebas .(Nursalam,2003) Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah praktik perawat menerapkan patient

safety.

Pengetahuan

Praktik perawatmenerapkan program

Patient safety

Sikap

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Pengertiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-dwiarifrac... · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Notoatmodjo

39

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. .(Nursalam,2003) Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik perawat menerapkan

program patient safety di instalasi rawat darurat RSUP dr. Kariadi Semarang.

2. Ada hubungan antara sikap dengan praktik perawat menerapkan program

patient safety di instalasi rawat darurat RSUP dr. Kariadi Semarang