bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). 2.1.2 Tingkat Pengetahuan Notoatmodjo (2010:50-52) Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati seseuatu. 2) Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Upload: phamngoc

Post on 17-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya

(mata, hidung, telinga dan sebagainya).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2010:50-52) Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam

6 tingkat pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati seseuatu.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu obek tertentu.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan (Anonim, 2010)

1) usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja

(Nursalam & Siti Pariani 2000:134).

2) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

orang lain menuju ke arah suatu cita–cita tertentu (Suwono, 1992) jadi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin

mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima

pengetahuan yang dimilikinya (Nursalam & Pariani 2000:133).

3) Pekerjaaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan dan kehidupan keluargannya (Nursalam & Pariani

2000:133).

4) sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu

memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan

kebutuhan- kebutuhan lain yang lebih mendesak (Efendi Nasrul,

1998:248).

2.1.4 Sumber Pengetahuan Manusia

1) Tradisi

Dengan adat istiadat kita dan profesi keperawatan beberapa pendapat

diterima sebagai sesuatu yang benar. Banyak pertanyaan terjawab dan

banyak permasalahan dapat dipecahkan berdasarkan suatu tradisi. Tradisi

adalah suatu dasar pengetahuan di mana setiap orang tidak dianjurkan

untuk memulai mencoba memecahkan masalah. Akan tetapi tradisi

mungkin terdapat kendala untuk kebutuhan manusia karena beberapa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

tradisi begitu melekat sehingga validitas, manfaat, dan kebenarannya

tidak pernah dicoba/diteliti.

2) Autoritas

Dalam masyarakat yang semakin majemuk adanya suatu autoritas

seseorang dengan keahlian tertentu, pasien memerlukan perawat atau

dokter dalam lingkup medik. Akan tetapi seperti halnya tradisi jika

keahliannya tergantung dari pengalaman pribadi sering pengetahuannya

tidak teruji secara ilmiah.

3) Pengalaman Seseorang

Kita semua memecahkan suatu permasalahan berdasarkan obsesi dan

pengalaman sebelumnya, dan ini merupakan pendekatan yang penting

dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan

dan membuat prediksi berdasarkan observasi adalah penting bagi pola

penalaran manusia. Akan tetapi pengalaman individu tetap mempunyai

keterbatasan pemahaman : a) setiap pengalaman seseorang mungkin

terbatas untuk membuat kesimpulan yang valid tentang situasi, dan b)

pengalaman seseorang diwarnai dengan penilaian yang bersifat subyektif.

4) Trial dan Error

Kadang-kadang kita menyelesaikan suatu permasalahan keberhasilan kita

dalam menggunakan alternatif pemecahan melalui coba dan salah.

Meskipun pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih praktis sering

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

tidak efisien. Metode ini cenderung mengandung resiko yang tinggi,

penyelesaiannya untuk beberapa hal mungkin “idiosyentric”.

5) Alasan yang Logis

Kita sering memecahkan suatu masalah berdasarkan proses pemikiran

yang logis. Pemikiran ini merupakan komponen yang penting dalam

pendekatan ilmiah, akan tetapi alasan yang rasional sangat terbatas

karena validitas alasan deduktif tergantung dari informasi dimana

seseorang memulai, dan alasan tersebut mungkin tidak efisien untuk

mengevaluasi akurasi permasalahan.

6) Metode Ilmiah

Pendekatan ilmiah adalah pendekatan yang paling tepat untuk mencari

suatu kebenaran karena didasari pada pengetahuan yang terstruktur dan

sistematis serta dalam mengumpulkan dan menganalisa datanya

didasarkan pada prinsip validitas dan reliabilitas. (Anonim, 2010)

2.2 Posyandu

2.2.1 Pengertian

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi ahli teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dan keluarga yang dilaksanakan oleh masyarakat, dari

masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan

teknis dari petugas kesehatan, yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan

sumber daya manusia sejak dini dalam rangka pembinaan kelangsungan hidup anak

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

(Child Survival) yang ditunjukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin

dalam kandungan ibu sampai usia balita (Fallen, 2010:43).

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya

masyarakat (UKBM) yang di kelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam

memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian bayi (Kemenkes, 2011:7).

Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga

dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaanya dilakukan

secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program

untuk kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal

yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat

(Kemenkes, 2011:3).

2.2.2 Sasaran dan Fungsi

Dalam buku modul pelatihan kader posyandu, sasaran Posyandu adalah seluruh

masyarakat terutama:

a. Bayi ;

b. Anak balita ;

c. Ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui ;

d. Pasangan usia subur (PUS).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

Sedang dari segi Fungsi, posyandu berfungsi sebagai berikut :

a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan

keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat

dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB, AKABA.

b. Sebagai wadah untuk mendekati pelayanan kesehatan dasar, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

2.2.3 Manfaat Posyandu

a. Bagi masyarakat

1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

dan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB,

dan AKABA.

2) Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah

kesehatan terutama terkait kesehatan ibu, bayi dan anak balita.

3) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan

pelayanan sosial dasar sektor lain.

b. Bagi kader dan tokoh mayarakat

1) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang

terkait dengan penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI, AKB,

dan AKABA.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

c. Bagi puskesmas

1) Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pusat pemberdayaan masyarakat, pusat

pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan

masyarakat primer.

2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan sesuai kondisi tempat.

3) Mendekati akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.

d. Bagi sektor lain

1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah

kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya

penurunana AKI, AKB, dn AKABA.

2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi masing-masing sektor.

2.2.4 Pengorganisasian

a. Struktur organisasi

Struktur organisasi posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada

saat pembentukan posyandu. Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua,

sekertaris, dan bendahara serta kader poyandu yang merangkap sebagai

anggota. Struktur organisasi bersifat fleksibel, sehinggah dapat dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumberdaya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

b. Pengelola posyandu

Pengelola poyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,

organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra

pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki

waktu dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di posyandu.

Kriteria pengelola posyandu antara lain :

1) Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat

2) Memilki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu

memotivasi masyarakat

3) Bersedia bekerja sukarela bersama masyarakat.

c. Kader posyandu

Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan

memilki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela

(Kemenkes, 2011:12)

Menurut Kemenkes (2011:36-40) Tugas kader posyandu dalam rangka

menyelenggarakan posyandu, dibagi dalam 3 kelompok yaitu :

1) Sebelum hari buka posyandu

a) Melakukan persiapan penyelengggaraan kegiatan posyandu.

b) Menyebarluaskan informasi tentang hari buka posyandu melalui

pertemuan warga setempat atau surat edaran.

c) Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi kader yang

menangani pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

pemberian makanan tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan

oleh kader.

d) Kader melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan atau petugas

kesehatan lainnya.

e) Menyiapkan bahan pemberian makanan tambahan dan penyuluhan.

Bahan penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang ada yang

dihadapi oleh para orang tua di wilayah kerjanya serta disesuaikan

dengan metode penyuluhan.

f) Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan posyandu.

2) Saat hari buka posyandu

a) Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu

nifas, ibu menyususui dan sasaran lainnya.

b) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.

c) Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai

hasil pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.

d) Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita, agar anak

tumbuh sehat, cerdas, aktif, dan tanggap. Dalam kegiatan ini kader

bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok

dan demonstrasi dengan orang tua atau keluarga anak balita.

e) Memotivasi orang tua balita agar terus melakukan pola asuh yang

baik pada anaknya, dengan menerapkan prinsip asah, asih, asuh.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

f) Menyampaikan penghargaan kepada orang tua yang telah datang

keposyandu dan minta mereka untuk kembali pada hari posyandu

berikutnya.

g) Menyampaikan informasi pada orang tua agar menghubungi kader

apabila ada permasalahan yang terkait dengan anak balitanya, jangan

segan atau malu.

h) Melakukan pencatatan kegiatan yang telah di lakukan pada hari buka

poyandu.

3) Sesudah hari buka poyandu

a) Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari

buka posyandu, pada anak yang kurang gizi, atau pada anak yang

mengalami gizi buruk rawat jalan, dan lain-lain.

b) Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dalam

rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam obat keluarga,

membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman.

c) Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah

untuk menyampaikan atau menginformasi hasil kegiatan posyandu

serta mengusulkan dukungan agar posyandu dapat terus berjalan

dengan baik.

d) Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan, diskusi atau forum

komunikasi dengan masyarakat.

e) Mempelajari sistem informasi posyandu.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan kader dalam memberikan

pelayanan di posyandu, yaitu:

1) Melakukan pendataan atau pemetaan anak balita di wilayahnya.

2) Menggerakkan dan memotivasi keluarga yang punya anak balita untuk

datang dan mendapatkan pelayanan poyandu.

3) Memberitahu waktu buka posyandu, lokasi poyandu, jenis layanan yang

bisa diterima sasaran, petugas pemberi layanan, manfaat apabila

membawa anaknya ke posyandu, dan lain-lain.

4) Menyiapkan sarana dan prasarana, buku catatan, bahan bahan

penyuluhan, mungkin juga makanan yang akan di bagikan pada anak

balita dan lain-lain.

5) Memberikan pelayanan anak balita di posyandu secara rutin. Sasaranya

adalah orang tua dan keluarga anak balita, serta anak balita itu sendiri.

6) Melakukan pencatatan kegiatan pelayanan posyandu. Peran kader

lainnya adalah melakukan pencatatan dan pelaporan.

7) Membuat dokumentasi kegiatan posyandu.

8) Menyusun program kerja/rencana aksi untuk kegiatan berikutnya.

9) Penyusunan rencana aksi dibuat secara lebih rinci dan jelas, meliputi

jenis kegiatan , tujuan, sasaran, peran dan tanggung jawab berbagai

pihak yag terlibat, serta waktu pelaksanaan kegiatan.

Peran kader dalam memberikan layanan pada anak balita meliputi :

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

1) Mengajak atau membimbing orang tua mengenali kondisi anak balita,

dengan jalan:

a) Mendampingi orang tua untuk menimbang anaknya.

b) Mendampingi orang tua untuk mengukur tinggi badan anak balitanya

dan mencatat hasil pengukurannya. Dengan bertambahnya umur,

maka bertambanh tinggi pula badan anak tersebut. Hasil pengukuran

tinggi badan digunakan untuk menilai status anak.

c) Mendampingi orang tua untuk mengukur lingkar kepala anak

balitanya dan mencatat hasil pengukurannya. Hasil pengukuran

lingkar kepala, merupakan indikator perkembangan otak anak.

d) Melakukan pemantauan terhadap status imunisasi pada anak serta

pemberian suplemen makanan atau vitamin (vitamin A)

e) Mengajak atau membimbing orang tua mengenali kondisi keaktifan

anak balita, dengan jalan memberikan stimulasi dan melihat respon

anak tersebut.

f) Mengajak atau membimbing orang tua mengenali kondisi anak

balitanya dalam merespon keadaan lingkungan sekitar.

2) Melakukan penyuluhan atau menyampaikan informasi tentang pola asuh

anak balita.

3) Membimbing orang tua untuk melakukan stimulasi yang sesuai dengan

usia anak, agar anak menjadi sehat, cerdas dan aktif.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

4) Melakukan rujukan pada anak balita yang bermasalah dengan

menghubungi petugas yang ahli. Rujukan dilakukan agar anak mendapat

penanganan yang lebih baik dari petugas yang ahli di bidangnya. Rujukan

sebaiknya dilakukan oleh kader, sedini mungkin, artinya setelah

mengetahui ada masalah hendaknya segera di rujuk. Rujukan dilakukan

berdasarkan hasil pemantauan terhadap adanya permasalahan pada anak,

maupun karena pola asuh orang tua yang tidak sesuai.

5) Melakukan pemantauan pasca rujukan. Peran kader disini adalah

membimbing dan memantau pola asuh yang dilakukan ibu atau keluarga,

setelah rujukan.

2.3 Gizi Kurang

Kata gizi berasal dari Bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan. Menurut

dialek mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang menerjemahkan nutrition

dengan mengejanya sebagai “nutrisi”. Terjemahan ini terdapat dalam kamus umum

Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994 (Ari Yuniastuti, 2008:1).

Menurut Almatsier (2001: 4) mendefenisikan status gizi adalah keadaan tubuh

sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan

antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.

Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh

keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi

merupakan pengukuran yang berdasarkan pada data antropometri serta biokimia

(Beck dalam Catur Rahman, 2012).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

Menurut Mitayani dan Wiwi sartika ( 2010:136) faktor menurunnya status gizi

pada bayi dan balita adalah:

1) Pola makan yang salah

2) Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala

(sebulan sekali pada tahun pertama)

3) Faktor sosial

4) Faktor ekonomi

5) Faktor infeksi

Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk partumbuhan, aktivitas berfikir

dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kekurangan zat gizi adaptif

bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak usia

kurang dari 5 tahun (Khaidirmuhaj dalam Ferry, 2012).

Gizi kurang pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan

keterbatasan kenaikan berat badan yang cukup tinggi. Perubahan berat badan balita

dari waktu kewaktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Dalam

periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak naik dua kali beresiko mengalami

gizi kurang 12,6 kali dibandingkan pada balita yang berat badannya naik terus.

Adapun ciri klinis dari gizi kurang antara lain :

a. Kenaikan berat badan berkurang, terhenti atau bahkan menurun.

b. Ukuran lingkar lengan atas menurun.

c. Maturasi tulang terhambat.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

d. Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.

e. Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

Secara umum penyebab terjadinya gizi kurang pada balita di pengaruhi oleh

faktor tertentu. Adapun faktor penyebab gizi kurang adalah sebagai berikut :

a. Faktor sosial

Faktor sosial yang dimaksud disini adalah rendahnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga banyak

balita yang diberi makan “sekadarnya” atau asal kenyang padahal miskin

gizi.

b. Kemiskinan

Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di

negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat

menyebabkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali

tidak bisa terpenuhi.

c. Laju pertambahan penduduk

Pertambahan penduduk yang tidak imbangai dengan bertambahnya

ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan.

d. Infeksi

Infeksi adalah masuknya, bertumbuh dan berkembangnya agen penytakit

menular dalam tubuh manusia atau hewan. Infeksi tidaklah sama dengan

penyakit menular karena akibatnya mungkin tidak kelihatan atau nyata.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

Infeksi tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat dengan malnutrisi.

Infeksi sekecil apapun akan berpengaruh pada tubuh.

Gizi kurang pada anak balita disebabkan oleh beberapa faktor yang kemudian

diklasifikasikan sebagai penyebab langsung, penyebab tidak langsung, pokok

masalah dan akar masalah (Unicef dalam Anwar Sasake, 2009).

Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan

adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula

kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis

pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan

secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat,

dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2001).

Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga

karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering

diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak

yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah,

sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah

terkena gizi kurang (Soekirman dalam Anwar Sasake, 2009). Sehingga disini terlihat

interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang

saling mempengaruhi.

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan

anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya ketahanan

pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor

yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta

makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah

dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit

dan kekurangan gizi (Unicef dalam Anwar Sasake, 2009).

Pengelompokkan gizi kurang menurut Z-skore dalam 3 kategori (Departemen

Gizi dan Kesmas UI, 2011) :

a. Gizi kurang tingkat ringan ( nilai Z_BBU ≥ - 2.5 SD dan < - 2.0 SD ).

b. Gizi kurang tingkat sedang ( nilai Z_BBU ≥ 3.0 SD dan < 2.5 SD ).

c. Gizi kurang tingkat buruk ( nilai Z_BBU < - 3.0 SD ).

Penyakit gizi semakin lengkap diketahui dengan kemajuan-kemajuan dibidang

ilmu gizi dan teknik risetnya. Banyak penyakit yang tadinya tidak diketahui sebabnya

dan dimasukkan dalam golongan penyakit disposisi, kini ternyata merupakan

penyakit kelainan gizi. Berikut adalah diantara dari penyakit masalah gizi :

1. Kwashiorkhor (Kekurangan Protein)

Kwashiorkhor adalah nama penyakit yang diberikan terhadap suku Gad

an terhadap penduduk kota Akra ibukota Ghana. Kwashiorkhor merupakan

“penyakit yang diderita bayi yang berhenti menyusui dikarenakan ibunya

melahirkan lagi”. Gejala-gejala umum kwashiorkor adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan dan mental mundur, perkembangan mental apatis;

b. Edema;

c. Otot menyusut (kurus);

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

d. Depigmentasi rambut dan kulit;

e. Karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu disebut flaky paint

dermatosis;

f. Hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversible;

g. Atropi dari kelenjar Acini dan pankreas sehingga produksi enzim untuk

meransang aktifitas enzim untuk mengeluarkan juice duodenum

terhambat , diare;

h. Anemia moderat (selalu bentuk normokhromik, tetapi sering kali bentuk

makrositik;

i. Masalah diare dan infeksi menjadi komponen gejala klinis;

j. Menderita kekurangan vitamin A, dihasilkan karena ketidakcukupan

sitesis plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala

kebutaan yang tetap permanen.

2. Marasmus

Istilah marasmus sudah digunakan di dalam literature kedokteran sejak

kedokteran ada. Marasmus yang terjadi pada balita ekuivalen dengan busung

lapar pada orang dewasa, artinya pada balita marasmus ditandai dengan

gejala klinis tertentu, sedangkan pada dewasa ditandai dengan busung lapar.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kilokalori yang

kronis. Karakteristik dari marasmus adalah berat badan sangat rendah.

Adapun gejala umum daripada marasmus adalah :

a. Kurus kering;

b. Tampak hanya tulang dan kulit;

c. Otot dan lemak bawah kulit atropi (mengecil);

d. Wajah seperti orang tua;

e. Berkerut/keriput;

f. Layu dan kering;

g. Diare umum terjadi.

Masalah penyebab terjadinya marasmus karena faktor-faktor sebagai

berikut :

a. Masalah sosial yang kurang menguntungkan;

b. Kemiskinan;

c. Infeksi;

d. Mikroorganisme pathogen penyebab diare;

e. Kecepatan pertumbuhan melampat;

f. Tidak ada dermatitis depigmentasi;

g. Tidak ada edema;

h. Tumbuh kerdil, mental dan emosi terganggu;

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah

2.4 Kerangka Berpikir

2.4.1 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.4.2 Kerangka Konsep

: Variabel yang diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Gizi kurang :

1) Pengertian

2) Ciri klinis

3) Penyebab

4) Pengelompok-

kan gizi

kurang

menurut Z-

skore

Kader Posyandu Pengetahuan

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan :

1) Usia

2) Pendidikan

3) Pekerjaan

4) Sosial ekonomi

Pengetahuan

Kader

Posyandu

Gizi Kurang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5287/5/2013-1-14201-841409041-bab2-25072013042548.pdf · Menurut Notoatmodjo (2010:50) Pengetahuan adalah