bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teoritis 2.1.1...

25
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuan 1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior) (Notoatmodjo, 2003). 2. Tingkat Pengetahuan Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu mengenai konsep itu. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya. Konsep tersebut mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan

Upload: truongmien

Post on 06-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian teoritis

2.1.1 Pengetahuan

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior)

(Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat Pengetahuan

Memahami sebuah konsep berarti dapat mengingat informasi atau ilmu

mengenai konsep itu. Seseorang tidak akan mampu mengaplikasikan ilmu dan

konsep jika tanpa terlebih dahulu memahami isinya. Konsep tersebut

mengalami perbaikan seiring dengan perkembangan dan kemajuan jaman serta

teknologi. Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson

merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya

dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.

Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda

menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarkis,

dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

9

berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah

enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin

memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada. (Bloom,

2001).

Dahulu kita mengenal klasifikasi secara hirarkhis terhadap ranah kognitif

Bloom menjadi enam tingkatan, mulai dari C1 sampai C6. Klasifikasi

hirarkhis itu masih digunakan lagi dalam revisi taksonomi Bloom tersebut

sekalipun dengan nomen yang sedikit berbeda. Ada hal yang sama sekali baru

dalam taksonomi Bloom yang baru ini. Sistem hirarkhis yang dulu digunakan

dalam Bloom dari C1 sampai C6 merupakan salah satu dimensi dalam

klasifikasi tersebut,yaitu dimensi proses kognitif. Perubahan terjadi pada aras

(level) 1 yang semula sebagai “knowledge” (tahu, “ketahuan”–) berubah

menjadi “remembering” (mengingat). Perubahan terjadi juga pada level 2,

yaitu “comprehension” yang dipertegas menjadi “understanding” (paham,

memahami). Level 3 diubah sebutan dari “application” menjadi “applying”

(menerapkan). Level 4 juga diubah sebutan dari “analysis” menjadi

“analysing” (menganalisis). Hanya saja dalam dimensi proses kognitif, pada

taksonomi yang baru mengalami revisi seperti yang akan diuraikan berikut ini.

(Bloom, 2001).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

10

Tabel 2.1

Perbedaan C1 sampai dengan C6 secara singkat untuk dimensi lama dan

dimensi baru.

Tingkatan Ranah Lama Baru/dimensi proses kognitif

C1 Knowlwdge Remember

C2 Understand Understand

C3 Apply Apply

C4 Analyze Analyze

C5 Aynthesis Evaluate

C6 Evaluate Create

(Benjamin S. Bloom, 2001).

Hal yang sama sekali baru adalah munculnya dimensi yang lain dalam

taksonomi Bloom,yaitu dimensi pengetahuan kognitif. Dimensi pengetahuan

kognitif dibedakan pula secara hirarkhis menjadi empat kategori yaitu:

pengetahuan faktual,pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural,serta

pengetahuan metakognitif. Berdasarkan dua dimensi tersebut ranah kognitif

dapat dibuatkan tabel yang memadukan dua dimensi tersebut. Dan inilah

bagian yang paling sulit dalam mengklasifikasikan ranah kognitif menurut

Taksonomi Bloom yang telah direvisi ini. (Bloom, 2001).

Setiap kategori dalam Revisi Taksonomi Bloom terdiri dari subkategori

yang memiliki kata kunci berupa kata yang berasosiasi dengan kategori

tersebut. Kata-kata kunci itu seperti terurai di bawah ini (Bloom, 2001) :

1). Mengingat : mengurutkan, menjelaskan,mengidentifikasi, menamai,

menempatkan, mengulangi, menemukan kembali dsb.

2). Memahami : menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan,

membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

11

3). Menerapkan : melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan,

mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi

dsb

4). Menganalisis : menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun

ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline,

mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan,

mengintegrasikan dsb.

5). Mengevaluasi : menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai,

menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.

6). Berkreasi : merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,

menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat,

memperindah, menggubah dsb.

Dalam berbagai aspek dan setelah melalui revisi, taksonomi Bloom tetap

menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu

informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa prinsip didalamnya adalah (Bloom, 2001) :

1). Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya

terlebih dahulu

2). Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu

3). Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau

menilai

4). Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

12

Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. “Evaluation” versi lama

diubah posisisinya dari level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan

sebutan dari “evaluation” menjadi “evaluating” (menilai). Level 5 lama,

yaitu “synthesis” (pemaduan) hilang, tampaknya dinaikkan levelnya menjadi

level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu dengan nama “creating”

(mencipta). (Bloom, 2001).

Jadi taksonomi Bloom versi baru terdiri atas (dari level 1 sampai 6):

remembering (mengingat), understanding (memahami), applying

(menerapkan), analysing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan

creating (mencipta). Gambaran perubahannya tampak seperti dilukiskan “A

Big Dog …” berikut.

Penjabaran masing-masing level itu sebagai berikut (Bloom,2001) :

1). Remember (retrieving relevant knowledge from long-term memory)

mengingat (memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan

tersimpan dalam ingatan jangka-panjang)

2). Recognizing (mengenali lagi)

3). Recalling (menyebutkan kembali)

4). Understand (determining the meaning of instructional messages,

including oral, written, and graphic communication) paham, memahami

(menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan,

mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar)

5). Interpreting (menafsiri, mengartikan, menerjemahkan)

6). Exemplifying (memberi contoh)

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

13

7). Classifying (menggolong-golongkan, mengelompokkan)

8). Summarizing (merangkum, meringkas)

9). Inferring (melakukan inferensi)

10). Comparing (membandingkan)

11). Explaining (memberikan penjelasan)

12). Apply (carrying out or using a procedure in a given situation)

menerapkan (melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur

dalam situasi tertentu)

13). Executing (melaksanakan)

14). Implementing (menerapkan)

15). Analyze (breaking material into its constituent parts and detecting how

the parts relate to one another and to an overall structure or purpose)

analisis (menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang

membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-

unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-

unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu)

16). Differentiating (membeda-bedakan)

17). Organizing (menata atau menyusun)

18). Attributing (meneteapkan sifat atau ciri)

19). Evaluate (making judgments based on criteria and standards) evaluasi

atau menilai (menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau

patokan tertentu)

20). Checking (mengecek)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

14

21). Critiquing (mengkritisi)

22). Create (putting elements together to form a novel, coherent whole or

make an original product) mencipta (memadukan unsur-unsur menjadi

sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang

orisinil)

23). Generating (memunculkan)

24). Planning (merencanakan, membuat rencana)

25). Producing (menghasilkan karya).

3. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua

(Notoatmodjo S, 2005), yakni :

1). Cara tradisional atau non ilmiah

2). Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

Metode ini masih dipergunakan sampai sekarang terutama oleh mereka

yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan

masalah yang dihadapi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

15

3). Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan

oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau

membuktikan kebenarannya. Baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri.

4). Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa pengalaman itu

sumber pengetahuan dan pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan.

5). Melalui jalan pikiran

Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan

berdasarkan pengalaman-pengalaman yang ditangkap oleh indera.

Kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan

seseorang untuk memahami suatu gejala. Sedangkan berfikir deduksi

adalah proses berpikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum

mencapai pengetahuan yang khusus.

6). Cara modern

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah”, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research

methodology).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

16

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang baik

langsung maupun tidak langsung diantaranya adalah:

1). Umur

Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir, belajar, bekerja sehingga pengetahuanpun

akan bertambah. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih

dewasa akan lebih dipercaya. (Nursalam & Siti Pariani, 2001).

2). Pendidikan

Tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami pesan

atau informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula

pengetahuan yang dimiliki (Effendy N, 1998). Pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

kesehatan. (Nursalam & Siti Pariani, 2001). Menurut Kuncoroningrat

(1997) yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani (2001), makin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga

makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan

yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang terhadap nilai-

nilai yang baru diperkenalkan. Tingkat pendidikan formal terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pendidikan dasar merupakan tingkat pendidikan yang melandasi tingkat

pendidikan menengah, adapun bentuk pendidikan dasar adalah Sekolah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

17

Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau bentuk lain yang

sederajat. Pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas (SMA)

atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan tinggi merupakan lanjutan

pendidikan menengah adapun bentuk pendidikan tinggi mencakup

program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan dokter yang

diselenggarakan oleh pendidikan tinggi (Standar Pendidikan Nasional,

2005).

3). Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu

merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan oleh

karena pengalaman yang diperoleh dapat memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa lalu. (Notoatmodjo S, 2005).

2.1.2 Sanitasi Makanan

1. Pengertian

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan

cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya.

Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci

piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan

yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik

beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan

minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau merusak kesehatan,

mulai dari sebelum makanan dikonsumsi, selama dalam proses

pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

18

makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen.

Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian

makanan, mencegah konsumen dari penyakit.

Dalam pengelolaan makanan ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:

1). Keadaan bahan makanan

Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik

serta kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah

membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam

kaleng, buah, dsb. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah

kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang begirtu panjang dan

melalui jaringan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya

mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari penggunaan

bahan makanan yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang

dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

2). Cara penyimpanan bahan makanan

Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh

masyarakat. Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk

katering dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik,

mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk,

sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi

syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:

a) Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih

dan memenuhi syarat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

19

b) Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil,

tidak memberi kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang,

terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau

rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.

3). Proses pengolahan

Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu

mendapat perhatian Yaitu:

a) Tempat pengolahan makanan

Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan

diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai

peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan, karena itu

kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan

diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.

b) Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan

Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang

secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai

dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai

penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah

makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini

mempunyai peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi

yang ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain Staphylococcus

aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium

perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

20

Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan

terampil.

c) Cara pengolahan makanan

Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-

kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan

mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik

atau disebut GMP (good manufacturing practice).

4). Cara pengangkutan makanan yang telah masak

Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau

penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik

dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus

utuh, kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang

lama harus diatur shunya dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C.

5). Cara penyimpanan makanan masak

Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu

tempat penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan

pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan

pada suhu dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6

jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C.

6). Cara penyajian makanan masak

Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan

tersebut terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam

kondisi baik dan bersih.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

21

2.1.3 Balita

1. Pengertian

Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 tahun atau masih kecil yang

perlu tempat bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan

untuk mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh.

Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan

1). Masa neonatus : usia 0 – 28 hari

2). Masa neonatal dini : 0 – 7 hari

3). Masa neonatal lanjut : 8 – 20 hari

4). Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

5). Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

6). Masa bayi dini : 0 – 1 tahun

7). Masa bayi akhir : 1 – 2 tahun

8). Masa pra sekolah (usia 2 – 6 tahun)

9). Pra sekolah awal (masa balita) : mulai 2 – 3 tahun

10). Pra sekolah akhir : mulai 4 – 6 tahun

Masa neonatal

Pada masa ini terjadi adaptasi pada lingkungan perubahan sirkulasi

darah serta mulai berfungsi organ-organ tubuh. Saat lahir berat badan

normal dari bayi yang sehat berkisar antara 3000-3500 gr, tinggi badan

sekitar 350 gr, selama 10 hari pertama biasanya terdapat penurunan berat

badan sekitar 10 % dari berat badan lahir, kemudian berat badan bayi akan

berangsur-angsur mengalami kenaikan (Soetjeningsih, 2003).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

22

2.1.4 Diare

1. Pengertian

Diare merupakan penyakit lazim yang ditemui pada balita saat ini.

Menurut WHO, diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3

kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung dalam dua hari atau lebih. Diare

merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh kehilangan cairan dan

elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih

buang air besar dengan bentuk feses yang encer atau cair. Balita yang

mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan

dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan

dapat membahayakan jiwa (Robbins & Cotran, 2009). Diare adalah suatu

keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,

ditandai dengan peningkatan volume, ke enceran serta frekuensi lebih dari 3

kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir

darah (Aziz, 2006). Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi

perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga

kali atau lebih perhari (Ramaiah, 2002). Diare (Septi, 2011 : 199) adalah

sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar

terus menerus dan feses yang masih memiliki kandungan air yang berlebihan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

23

2. Faktor Penyebab Diare

1) Faktor infeksi

a. Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak meliputi infeksi enternal sebagai berikut :

Infeksi bakteri : vibrio, E. Coli, Salmonella, Stigella, Campilobacter,

Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi Virus : Entrovirus (Virus Echo, Coxsackie, Poliomielitis)

Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides)

b. Infeksi parental

Ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : Otitis Media

Akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringis, bronkopneumonia, ensefalitis

dan sebagainya.

2) Faktor Malabsorsi

1. Malabsorsi karbohidrat disakarida

1) Faktor makanan

2) Makanan basi

3) Makanan beracun

4) Alergi terhadap makanan

5) Faktor psikologis

6) Rasa takut dan cemas

7) Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar (Ngastiyah

2003).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

24

3. Faktor - Faktor yang Meningkatkan Risiko Diare

a) Faktor lingkungan

1) Pemasukan air tidak memadai

2) Air terkontaminasi tinja

3) Fasilitas kebersihan kurang

4) Kebersihan pribadi buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah

buang air besar

5) Kebersihan rumah buruk. Misalnya tidak membuang tinja anak di WC

6) Metode penyiapan dan penyimpanan makanan tidak higienes.

Misalnya makanan dimasak tanpa dicuci terlebih dahulu atau tidak

menutup makanan yang telah dimasak.

7) Praktik penyapihan yang buruk

8) Pemberian susu eksklusif dihentikan sebelum bayi berusia 4-6 bulan

dan melalui pemberian susu melalui botol

9) Berhenti menyusui sebelum anak berusia 1 tahun

b) Faktor individu

1) Kurang gizi

2) Buruk atau kurangnya mekanisme pertahanan alami tubuh. Misalnya,

diare lebih lazim terjadi pada anak-anak, baik yang mengidap campak

atau yang mengalami campak.

3) Produksi asam lambung berkurang

4) Gerakan pada usus berkurang yang mempengaruhi aliran makanan

yang normal.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

25

4. Tanda dan Gejala

1) Gelisah

2) Suhu tubuh biasanya meningkat

3) Nafsu makan berkurang atau tak ada

4) Kemudian timbul diare

5) Feces atau tinja cair, mungkin disertai lendir atau darah.

Warna tinja makin lama berubah berubah kehijauan karena bercampur

dengan empedu, Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering

defeksi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak

asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorsi oleh usus selama

diare (Ngastiyah, 2003).

5. Gejala-Gejala Dehidrasi

a) Dehidrasi ringan

1) Meningkatnya rasa haus

2) Kegelisahan atau rewel

3) Menurunnya elastisitas kulit

4) Mulut dan lidah yang kering

5) Mata yang kering karena tidak adanya air mata

6) Mata yang cekung

b) Dehidrasi sedang

1) Gelisah dan rewel

2) Mata cekung

3) Air mata tidak ada

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

26

4) Mulut dan lidah kering

5) Rasa haus dan ingin minum banyak

6) Turgor kulit kurang/buruk (kembali lambat)

c) Dehidrasi berat

1) Tangan dan kaki yang dingin dan lembab

2) Anak yang terlihat lemah, tidak sadar, atau lemas

3) Ketidakmampuan untuk minum

4) Hilagnnya elastisitas kulit secara sepenuhnya

5) Tidak ada air mata

6) Lapisan lendir yang sangat kering pada mulut

7) Pengurangan volume air seni yang parah atau tidak adanya air seni

Tabel 2.2

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah dua

Tahun

No. Derajat

Dehidrasi

PWL MWL CWL Jumlah

1. Ringan 50 100 25 175

2. Sedang 75 100 25 200

3. Berat 125 200 25 350

Tabel 2.3

Kehilangan cairan menurut derajat dehidrasi pada anak berumur 2-5 Tahun

No. Derajat

Dehidrasi

PWL MWL CWL Jumlah

1. Ringan 13 80 25 135

2. Sedang 50 80 25 155

3. Berat 80 80 25 185

Tabel 2.4

Kehilangan cairan pada dehidrasi berat menurut berat badan pasien dan

umur lebih dari 5 Tahun

No. Berat

Badan

Umur PWL MWL CWL Jumlah

1. 0-3 Kg 0-1 Bln 150 125 25 300

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

27

2. 3-10 Kg 1 Bln-2 Thn 125 100 25 250

3. 10-15 Kg 2-5 Thn 100 80 25 205

4. 15-25 Kg 5-10 Thn 80 25 25 130

(Ngastiyah2003)

Keterangan:

PWL :Cairan yang hilang karena muntah

NWL :Cairan hilang melalui urine, kulit, pernapasan

CWL :Cairan hilang karena muntah hebat

6. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1) Gangguan osmotik

Makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan

elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan

selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya dapat timbul diare pula.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

28

7. Komplikasi Diare

Komplikasi lain yang kadang kala timbul mencakup :

1) Gangguan pada keseimbangan elektrolit normal dalam tubuh

Elektrolit adalah zat-zat kimia yang ketika mencair atau larut dalam air

atau cairan lainnya memecah menjadi partikel-partikel (ion) dan mampu

membawa aliran listrik.

2) Kelumpuhan ileus (Paralytic ileus)

Ini adalah suatu kondisi dimana terjadi pengurangan atau tidak adanya

gerakan usus. Kondisi ini dapat terjadi akibat pembedahan, cedera pada

dinding perut, sakit ginjal yang parah, atau penyakit parah lainnya.

3) Septi semia

Ini adalah suatu kondisi dimana terdapat infeksi pada seluruh bagian

tubuh. Kondisi ini biasanya menyusul adanya infeksi disalah satu bagian

tubuh, yang dari sana bakteri pergi ke berbagai bagian tubuh lain melalui

darah.

4) Komplikasi darah seperti koagulasi intra vaskuler terdiseminasi

Jika ada penyakit atau cidera parah apapun, darah cenderung

membentuk suatu massa semi padat atau gumpalan darah didalam

pembuluh darah (Ramaiah 2002).

8. Pencegahan Diare

1) Beri ASI eksklusif sampai empat atau enam bulan dan teruskan menyusui

sampai setidaknya setahun.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

29

2) Hindari pemberian susu botol.Setelah usia 4-6 bulan, berikan makanan

yang bergizi, bersih dan aman untuk mulai menyapih.

3) Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makan

anak-anak.

4) Bersihkan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan

air minum setiap hari.

5) Jika anda tidak yakin tentang kualitas air minum, rebuslah selama 10

menit dan tutuplah serta simpanlah dalam wadah yang sama.

6) Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya

7) Cucilah tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir sebelum memberi

makan anak, memasak, setelah pergi ke WC atau membersihkan anak.

8) Buanglah tinja yang dikeluarkan anak dalam WC segera mungkin.

9) Segeralah cuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat.

10) Berikan imunisasi campak kepada akan pada usia sembilan bulan karena

resiko diare parah dan malnutrisi yang mengikutinya lebih tinggi. Setelah

infeksi campak.

11) Pastikan bahwa daerah dimana anak bermain atau merangkak tetap bersih.

Cucilah mainan yang anak mainkan secara teratur.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

30

Tabel 2.5

Cara Pemberian Cairan Dalam Terapi Dehidrasi

Tingkat

Dehidrasi

Umur/BB Waktu

Pemberian

Cairan

Banyak Cairan

Belum ada

dehidrasi

Tiap defekasi Peroral sebanyak

anak mau minum (1

gelas)

Dehidrasi

ringan

1 jam pertama

Selanjutnya

25-50 ml / kgBB

peroral

125 ml / Kg BB / hari.

Dehidrasi Berat 1 bln-2 thn 1 jam pertama

7 jam berikutnya

16 jam berikutnya

10 tts/Kg BB/Mnt atau 13

tts/Kg BB/Mnt

tetes / kg / BB / menit atau 4 tetes

/ kg / BB / menit

125 ml / kg BB oralit peroral

atau intragastrik.

(Ngastiyah 2003).

9. Pengobatan untuk diare

1) Obat anti sekresi

Asetosal dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimun 30 mg klorpromazin.

Dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari

2) Obat spasmolitik

Umumnya obat spasmolitik seperti papverim, ekstrak beladora, opium

loperamid tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi.

3) Antibiotik

Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.

Bila penyebab kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg / KG / BB / hari.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

31

Antibiotik juga diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti : OMA,

faringitis, bronkitis atau bronkopneumonia (Ngastiyah 2003).

2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini dijabarkan dengan menggunakan

skema Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Sanitasi Makanan Dengan

Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Tahun

2013.

1) Kerangka Teori

Kerangka Teori hubungan pengetahuan ibu tentang sanitasi makanan

dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo.

Penjelasan kerangka teori : pengetahuan ibu dapat dipengaruhi oleh factor-

faktor yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman dan prinsip yang harus

diperhataikan adalam sanitasi makanan adalah dari keadaan makanan sampai

Factor-faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan :

1). Umur

2). Pendidikan

3). Pengalaman

factor-faktor yang

mempengaruhi kejadian

diare meliputi :

1). Gizi

2). Kepadatan

Penduduk

3). Sosial Ekonomi

4). Prilaku

Masyarakat

5). Kesehatan

Lingkungan

6). Musim

Dalam sanitasi ada 6 prinsip yang harus diperhatikan yaitu:

1). Keadaan bahan makanan

2). Cara penyimpanan bahan

makanan

3). Proses pengolahan

4). Cara pengangkutan makanan yang

telah masak

5). Cara penyimpanan makanan

masak

6). Cara penyajian makanan masak

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teoritis 2.1.1 Pengetahuaneprints.ung.ac.id/5029/5/2013-1-14201-841409017-bab2... · Berfikir induksi adalah pembuatan kesimpulan-kesimpulan ... bahan

32

dengan penyajian makanan sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi

kejadian diare meliputi infeksi dari berbagai bakteri, infeksi berbagai macam

virus, alergi makanan dan parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui

makanan dan minuman yang kotor. Penelitian ini difokuskan pada hubungan

pengetahuan ibu tentang sanitasi makanan dengan kejadian Diare pada Balita.

2) Kerangka konsep

Keterangan :

= Variabel Dependen

= Variabel Independen

= Variabel yang diteliti

Kejadian

Diare Pada

Balita

Pengetahuan Ibu

Tentang Sanitasi

Makanan