bab ii tinjauan pustaka 2.1. konsep pengetahuan · 8 bab ii . tinjauan pustaka . 2.1. konsep...

21
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan tentang material yang telah dipelajari yang meliputi kemampuan mengingat luasnya materi, dari fakta yang spesifik sampai teori yang lengkap. Menurut Bloom (2007), pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan yaitu: a. Tahu, diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis besar apa yang telah dipelajari/diketahui. b. Pemahaman, diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara jelas tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus mengkonsumsi makananan yang bergizi.

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pengetahuan

The American Heritage (2005) menyatakan bahwa

pengetahuan adalah ingatan tentang material yang telah

dipelajari yang meliputi kemampuan mengingat luasnya

materi, dari fakta yang spesifik sampai teori yang

lengkap. Menurut Bloom (2007), pengetahuan terdiri dari 6

(enam) tingkatan yaitu:

a. Tahu, diartikan sebagai mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan

seseorang hanya mampu menjelaskan secara garis

besar apa yang telah dipelajari/diketahui.

b. Pemahaman, diartikan sebagai kemampuan untuk

menjelaskan secara jelas tentang obyek yang diketahui

dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus mengkonsumsi makananan yang

bergizi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

9

c. Penerapan, diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan apa yang telah dipelajari untuk suatu

situasi yang baru dan nyata. Aplikasi disini dapat

diartikan juga sebagai penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis, adalah tingkat di mana seseorang telah mampu

menganalisis hubungan yang satu bagian dengan

bagian yang lain dan mampu menguasai bentuk struktur

dari apa yang telah dipelajari.

e. Sintesis, menunjukan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam

suatu bentuk yang baru.

f. Evaluasi, merupakan tingkat pengetahuan tinggi setelah

ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh

dari semua bahan yang telah dipelajarinya, dan

kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau obyek.

2.2. Konsep Sikap

a. Pengertian Sikap

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

10

Menurut Sarnoff dalam Sarwono (2000) mengidentifikasikan

sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to

react) secara positif (favorably) atau secara negatif

(unfavorably) terhadap obyek-obyek tertentu.

b. Komponen Sikap

Menurut Sugiono (2000) struktur sikap terdiri atas 3

komponen yang saling menunjang :

1. Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang

dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif

berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu

mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)

terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem

yang kontroversial.

2. Komponen afektif, merupakan perasaan yang

menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah

yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah

mengubah sikap seseorang komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

11

oleh seseorang. Komponen tersebut berisi tendensi

atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap

sesuatu dengan cara-cara tertentu. Selain itu, konatif

berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis

untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah

dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

2.3. Konsep Keluarga

1) Pengertian

Menurut Depkes RI (2000) menyatakan keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.

2) Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga terbagi atas :

a) Fungsi Biologi

Fungsi ini meliputi meneruskan keturunan dan

membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi

keluarga, serta memelihara dan merawat anggota

keluarga.

b) Fungsi Psikologis

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

12

Fungsi psikologis ini mencakup memberikan kasih

sayang dan rasa aman, memberikan perhatian antara

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota

keluarga dan memberikan indentitas keluarga

c) Fungsi Sosialisasi

Fungsi ini diantaranya membina sosialisasi pada anak,

membentuk norma-norma tingkah laku, dan

meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d) Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi ini meliputi mencari sumber-sumber

penghasilan, penganggaran penggunaan penghasilan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan

menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di

masa yang akan datang.

e) Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan yang meliputi menyekolahkan anak

untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan

membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan

minat, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa

yang akan datang dalam memenuhi peranannya

sebagai orang dewasa serta mendidik anak sesuai

dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

2.4. Tuberkulosis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

13

1. Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru

Brunnerr dan Sudarth (2002), mengemukakan

bahwa TB paru adalah penyakit infeksi kronis yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular

secara langsung. Mycobacterium tuberculosis termasuk

bakteri gram positif dan berbentuk batang. Umumnya

Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian

kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus,

yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan. Hal ini dipakai

untuk identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga

disebut sebagai basil tahan asam (BTA) .

Kuman Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan

sampai beberapa tahun dalam jaringan tubuh. Dengan

periode masa inkubasi 4-12 minggu untuk pembentukan lesi

primer. Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis

BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet

(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat

bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.

Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke

dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis

masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman

tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

14

tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran

nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh

lainnya. (Brunnerr dan Sudarth,2002)

Menurut Aditama (2006), daya penularan dari

seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi hasil positif dari

pemeriksaan dahak, semakin beresiko menularkan ke orang

lain. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat

kuman), maka belum tentu penderita tersebut dianggap

tidak menular. Seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan

oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut.

Menurut Brunner dan Sudarth (2002), TB Paru

secara klinis, dapat terjadi melalui infeksi primer dan pasca

primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman

tuberkulosis untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi

melalui saluran pernafasan, di dalam alveoli terjadi

peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis

yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di

alveoli paru. Kelanjutan infeksi primer tergantung dari

banyaknya kuman yang masuk. Respon daya tahan tubuh

dapat menghentikan perkembangan kuman TB Paru dengan

cara menyelubungi kuman dengan jaringan pengikat. Ada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

15

beberapa kuman yang menetap sebagai “persisten” atau

“dormant”, sehingga daya tahan tubuh tidak dapat

menghentikan perkembangbiakan kuman. Akibatnya, yang

bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru dalam

beberapa bulan. Pada infeksi primer ini biasanya menjadi

abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya

batuk dan nafas berbunyi. Pada orang-orang dengan sistem

imun lemah dapat timbul radang paru hebat, yang ciri-cirinya

batuk kronik dan bersifat sangat menular. Infeksi pasca

primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah

infeksi primer. Ciri khas tuberkulosis pasca primer adalah

kerusakan paru yang luas dengan terjadinya efusi pleura.

Depkes RI (2002) menyatakan bahwa penderita TB

Paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh

(BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Pada

kasus seperti ini, pengobatan dengan obat antituberkulosis

(OAT) tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan

simtomatis (hanya menghilangkan rasa sakit tanpa

menghilangkan penyebab sakit). Resistensi terhadap OAT

terjadi umumnya karena penderita yang menggunakan obat

tidak sesuai atau patuh dengan jadwal atau dosisnya.

Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

16

sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh

kuman (Depkes RI, 2002 ).

Faktor-faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan

tahapan perjalanan alamiah, diantaranya :

a. Periode Prepatogenesis

1) Faktor Agen

Menurut Gibson (2002), karakteristik alami dari agen TB

Paru hampir bersifat resisten terhadap desifektan kimia

atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak

yang kering untuk jangka waktu yang lama. Sifat

resistensinya merupakan problem serius yang sering

muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen,

sehingga menyebabkan keharusan mengembangkan

obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari

manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk

transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak

langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.

2) Faktor Lingkungan

Menurut Keman (2002), distribusi geografis TB Paru

mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang

pravalensi menurut berkembangnya. Penularannya

berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak

geografis. Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

17

penting dalam kasus TB Paru. Pembelajaran

sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara

TB Paru dengan kelas sosial yang meliputi pendapatan,

perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan

dan tekanan ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis

berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas

perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga

fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman

sebelumnya tentang TB Paru dapat juga menjadi

pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.

Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak

langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak yang

terinfeksi adalah berbahaya.

3) Faktor Host

Smith (2002) menyatakan bahwa umur merupakan faktor

terpenting dari host pada TB Paru. Penduduk pribumi

memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang

mengenal TB Paru sejak lama, yang disebabkan

rendahnya kondisi sosio ekonomi. Kebiasaan sosial dan

pribadi turut memainkan peranan dalam infeksi TB, sejak

timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,

kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental

dan tingkah laku sebagai mekanisme pertahanan umum

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

18

juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan

pengobatan infeksi primer memberikan beberapa

resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.

b. Periode Patogenesis (Interaksi Host-Agent)

Ahmadi dan Bustan (2002), menyatakan bahwa interaksi

terutama terjadi akibat masuknya agent ke dalam saluran

respirasi dan pencernaan host. Contohnya

Mycobacterium yang melewati barrier plasenta, kemudian

fase dormant ini tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi

selanjutnya bergantung pada pengaruh interaksi dari

agent, host dan lingkungan.

2. Manifestasi Klinis Tuberkulosis Paru

Menurut Depkes (2008), gejala utama pasien TB

Paru adalah batuk berdahak selama 3 minggu atau lebih.

Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan, yaitu dahak

bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,

nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat

malam hari tanpa kegiatan fisik serta demam lebih dari satu

bulan. Mengingat prevalensi tuberkulosis di Indonesia saat

ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang dengan

gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang yang

diduga positif TB Paru (suspek).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

19

3. Komplikasi TB Paru

Kompilkasi TB Paru ini bias menyebabkan hepatotoksisitas

yang terjadi karena reaksi hipersensivitas atau karena

kelebihan dosis. Untuk membedakannya, semua OAT

dihentikan dulu kemudian diberi kembali. Bila dalam proses

yang dimulai dengan dosis rendah sudah timbul reaksi

berarti hepatotoksisitas, karena adanya reaksi

hipersensitivitas, sehingga penyakit TB Paru bila tidak

ditangani dengan benar akan terjadi :

1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema,

faringitis.

2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan nafas, seperti

SOPT

(Sindrom Obstruksi Pasca Tubercolosis), Kerusakan

parenkim berat, seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor

pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru.

4. Pencegahan Penularan TB Paru

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari

terjangkitnya TB Paru antara lain :

a. Pencegahan Primer

Gibson (2000) menyatakan bahwa pencegahan TB Paru

dapat dilakukan dengan promosi kesehatan sebagai

salah satu pencegahan TB Paru paling efektif, selain itu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

20

pencegahan primer juga bagian dalam proteksi spesifik

dengan tujuan pencegahan TB Paru yang meliputi;

imunisasi aktif, melalui vaksinasi dasar BCG pada

neonatus dan di daerah endemik/angka kejadian tinggi

dan orang tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai

proteksi yang tidak absolut dan tergantung host

tambahan dan lingkungan, serta memeriksakan semua

anggota keluarga di dalam keluarga pasien TB Paru.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui dengan

diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar

pengontrolan kasus TB Paru yang timbul ditentukan

dengan 3 komponen utama yaitu: agent, host dan

lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting

untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik,

walau terasa berat baik dari finansial, materi maupun

tenaga. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat

dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari

petunjuk yang paling efektif. Langkah kontrol kejadian

kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TB Paru,

dengan imunisasi TB Paru negatif dan

Chemoprophylaxis pada TB Paru positif. Kontrol

lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

21

desinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi

epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi

lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TB

Paru. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk

membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan

istirahat dan menghindari tekanan psikis (Depkes, 2008 )

c. Pencegahan Tersier

Menurut Depkes (2008), rehabilitasi merupakan tingkatan

terpenting pengontrolan TB Paru. Dimulai dengan

diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan

usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi

menghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal

pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung

situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan

kembali dan penggunaan media pendidikan untuk

mengurangi cacat sosial dari TB Paru, serta penegasan

perlunya rehabilitasi

5. Diagnosis TB Paru

Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan melalui

beberapa pemeriksaan antara lain :

a. Pemeriksaan Klinik

Pada pemeriksaan klinis gejala yang timbul antara lain

sering mengalami batuk berdahak, batuk darah, nyeri

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

22

dada dan badan lemah di samping itu diagnosa klinik ini

merupakan gejala yang sering timbul tersamarkan

dengan penyakit lainnya (Depkes, 2008).

b. Pemeriksaan Radiologik

Dilakukan untuk menunjang pemeriksaan klinik. Pada

pemeriksaan radiologik ini, hal yang sangat

berpengaruh yaitu kualitas gambar hasilnya. Kualitas

gambar yang sangat baik akan dapat mempermudah

menentukan hasil indentifikasi penderita TB Paru. Selain

itu kualitas diagnosa juga semakin baik.

c. Pemeriksaaan Laboratorium Thorax

Pemeriksaan laboratorium ini berupa uji bakteriologik

(Sputum) yang berfungsi menemukan kuman

Mycobacterium TB Paru dari dahak penderita dan

memastikan diagnosis tuberculosis paru. Pemeriksaan

biasanya lebih sensitif daripada sediaan apus

(mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat

penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.

Pada pemeriksaan pertama, sebaiknya 3 kali

pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan

apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan.

Kultur sputum Mycobacterium tuberkulosis positif pada

tahap akhir penyakit. Tes tuberkulin: Mantoux test reaksi

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

23

positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).

Pemeriksaan sputum BTA positif adalah diagnostik

yang terpenting (gold standart) dalam prograrn

pemberantasan TB Paru di Indonesia (Depkes, 2008).

d. Pemeriksaan Dahak secara Mikroskopis Langsung

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan

diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan

menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan

dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa

sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).

1) S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan pada saat suspek tuberkulosis

datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang,

suspek membawa sebuah pot dahak untuk

mengumpulkan dahak pada pagi hari kedua.

2) P (pagi):

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,

segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan

diserahkan sendiri kepada petugas.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

24

3) S (sewaktu):

Dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat

menyerahkan dahak pagi (Depkes, 2008)

6. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit

Menurut Depkes (2008), klasifikasi TB Paru berdasarkan

tingkat keparahan penyakit antara lain :

a. TB Paru BTA negatif foto toraks positif

Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu

bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto

toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang

luas.

b. Tuberkulosis ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat

keparahan penyakitnya, yaitu: tuberkulosis ekstra paru

ringan, misalnya: tuberkulosis kelenjar limfe, tulang

(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

Tuberkulosis ekstra-paru berat, misalnya: meningitis,

milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa

bilateral, tuberkulosis tulang belakang, tuberkulosis usus,

tuberkulosis saluran kemih dan alat kelamin.

7. Klasifikasi tipe pasien

Depkes RI (2006) menyatakan bahwa tipe pasien

ditentukan bedasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dan

klasifikasi ini meliputi :

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

25

(a) Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati

dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang

dari satu bulan

(4 minggu).

(b) Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang

sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis

dan telah dinyatakan sembuh tetapi kambuh lagi.

(c) Kasus setelah putus berobat (default ) adalah pasien

yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih

dengan BTA positif.

(d) Kasus setelah gagal (failure) adalah pasien yang hasil

pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama

pengobatan.

(e) Kasus lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi

ketentuan di atas, dalam kelompok ini termasuk kasus

kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih

BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

8. Pengobatan TB Paru

Menurut Istiantoro dan Setiabudy (2007),

pengobatan TB Paru bertujuan untuk menyembuhkan

pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan,

memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

26

resistensi kuman terhadap OAT. Mycobacterium merupakan

kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman

lain karena tumbuhnya sangat lambat dan cepat sekali

timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.

Kategori I (2HRZE/4H3R3) Kategori I adalah kasus baru

dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang

berat seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis,

pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis dengan gangguan

neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi

kelainan parunya luas, TB usus, TB saluran perkemihan,

dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH,

rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap

intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan

rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap lanjutan ).

Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 ) Kategori II adalah kasus

kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.diberikan

kepada :Penderita kambuh,Penderita gagal terapi,

Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat.

Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 ) Kategori III adalah kasus

sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus

TB di luar paru selain yang disebut dalam kategori I.

Kategori IV, kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

27

pengobatan rendah karena kemungkinan keberhasilan

rendah sekali.

9. Prinsip Pengobatan TB Paru

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi

beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat

yang sesuai dengan kategori pengobatan. Penggunaan

OAT tunggal (monoterapi) harus dihindari. Pemakaian obat

antituberkulosis kombinasi dosis tetap (OAT–KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan. Pengawasan

langsung atau directly observed treatment (DOT) oleh

seorang pengawas menelan obat (PMO) harus dilakukan

untuk menjamin kepatuhan pasien. Pengobatan TB Paru

diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Pada tahap intensif atau awal pasien mendapat obat setiap

hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB Paru BTA positif menjadi BTA

negatif dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan pasien

mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka

waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pengetahuan · 8 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Konsep Pengetahuan . The American Heritage (2005) menyatakan bahwa pengetahuan adalah ingatan

28

membunuh kuman sehingga mencegah terjadinya

kekambuhan (Depkes RI, 2008).