bab ii tinjauan pustaka a. penanaman nilai- nilai agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/ika wahyuni...

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral 1. Pengertian Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral Nilai dan moral merupakan dua kata yang seringkali digunakan secara bersamaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S Poerwadarminta (2007:801) dinyatakan bahwa nilai adalah harga. Hal- hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Menurut Darmadi (2005:5) moral adalah bertujuan membantu peserta didik untuk mengenali nilai- nilai dan menempatkannya dalam konteks keseluruhan hidupnya. Menurut I Wayan Koyan (2000:12), nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Menurutnya ada dua nilai yaitu nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai- nilai yang menjadi cita- cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam kehidupan sehari- hari. Sedangkan agama merupakan suatu yang dimiliki oleh setiap individu (anak) melalui perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir dengan pengaruh dari luar individu. Sedangkan menurut Permendiknas No 58 Tahun 2009 yang menyangkut tentang nilai- nilai agama dan moral adalah mengenai landasan filosofi dan religi Pendidikan dasar anak usia dini, pada dasarnya Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Upload: hoangkhanh

Post on 02-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral

1. Pengertian Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral

Nilai dan moral merupakan dua kata yang seringkali digunakan

secara bersamaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S

Poerwadarminta (2007:801) dinyatakan bahwa nilai adalah harga. Hal- hal

yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

Menurut Darmadi (2005:5) moral adalah bertujuan membantu

peserta didik untuk mengenali nilai- nilai dan menempatkannya dalam

konteks keseluruhan hidupnya.

Menurut I Wayan Koyan (2000:12), nilai adalah segala sesuatu

yang berharga. Menurutnya ada dua nilai yaitu nilai ideal dan nilai aktual.

Nilai ideal adalah nilai- nilai yang menjadi cita- cita setiap orang,

sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam kehidupan

sehari- hari.

Sedangkan agama merupakan suatu yang dimiliki oleh setiap

individu (anak) melalui perpaduan antara potensi bawaan sejak lahir

dengan pengaruh dari luar individu.

Sedangkan menurut Permendiknas No 58 Tahun 2009 yang

menyangkut tentang nilai- nilai agama dan moral adalah mengenai

landasan filosofi dan religi Pendidikan dasar anak usia dini, pada dasarnya

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

harus berdasarkan pada nilai- nilai filosofi dan religi yang dipegang oleh

lingkungan yang berada disekitar anak dan agama yang dianutnya.

Rasulullah saw mengatakan peran penting orangtua dalam sabdanya

“seorang anak terlahir dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang membuat

menjadi Yahudi, Nasrani, Yahudi, dan Majusi”. (HR. Bukhari, Ibnu

Habban dan Baihaqi) maka bagaimana kita bisa menjaga serta

meningkatkan potensi kebaikan tersebut, hal itu tentu harus dilakukan

sejak usia dini.

Menurut Darajat (2011: 192), pengajaran agama dipandang sebagai

satu kesatuan yang bulat, setiap apa yang dijarkan mempunyai nilai. Empat

nilai pokok dalam pengajaran agama yakni pertama nilai material adalah

jumlah nilai agama yang diajarkan, kedua nilai formal adalah nilai

pembentukan yang bersangkut dengan daya serap siswa atas segala bahan

yang telah diterimanya, ketiga nilai fungsional adalah relevansi bahan

dengan kehidupan sehari- hari, keempat nilai esensial adalah nilai hakiki

agama mengajarkan kehidupan yang hakiki jadi kehidupan itu tidak

berhenti didunia saja melainkan kehidupan itu berlangsung terus diakhirat.

Dengan demikian seluruh nilai- nilai pengajaran agama itu

bermuara pada nilai hakiki atau nilai esensial yang terbentuk:

a. Nilai pembersihan atau rohani jiwa, yang memungkinkan seseorang

siap untuk menerima, memahami dan menghayati ajaran agama Islam

sebagai pandangan hidup.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

b. Nilai kesempurnaan moral, yang memungkinkan seseorang memiliki

akhlakul karimah, yang tercermin pada sifat- sifat Nabi Muhammad

saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

sepanjang hayatnya.

c. Nilai peningkatan taqwa kepada Allah swt, sehingga diri seseorang

menjadi semakin akrab kepada-Nya dan dengan penuh gairah serta

ketulusan hati menyongsong kehidupan hakiki.

Pendidikan nilai dapat disampaikan dengan metode langsung atau

tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang

dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan

memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran tersebut melalui

mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya.

Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang

diinginkan tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan

perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di

sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik bagi

anak didik.

Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

merumuskan moral dengan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan

kelakuan (akhlak, kewajiban dsb). Sementara itu Bergen dan Cornalia

Evans menyebutkan bahwa moral merupakan sebuah kata sifat yang

artinya berkenaan dengan perbuatan baik atau perbedaan antara baik dan

buruk. Jadi moral yaitu sesuai dengan ide- ide yang diterima tentang

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

tindakan manusia yang bai dan wajar, sesuai dengan tindakan yang oleh

umum diterima meliputi kesatuan sosial atau lingkungan.

Kepekaan seseorang mengenai kesejahteraan dan hak orang lain

merupakan pokok persoalan ranah moral. Kepekaan tersebut mungkin

tercermin dalam kepedulian seseorang akan konsekuensi tindakannya bagi

orang lain, dan dalam orientasinya terhadap pemilikan bersama serta

pengalokasian sumber pada umumnya. Ketika anak-anak berhadapan pada

pertentangan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka diharapkan

teori developmental dapat mengatasinya. Dengan kata lain, teori ini

memusatkan perhatian secara khusus pada bagaimana cara anak-anak

menghadapi pertentangan tersebut. Selain itu, proses yang mereka lakukan

dalam menyelesaikan permasalahan moral dapat untuk memotivasi agar

memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan untuk merasa

tidak senang manakala mereka tidak memperhatikan kepentingan orang

lain.

Pendidikan agama menekankan pada pemahaman tentang agama

serta bagaimana agama diamalkan dalam kehidupan sehari- hari.

Penanaman nilai- nilai agama tersebut disesuaikan dengan tahapan

perkembangan anak sereta keunikan yang dimiliki oleh setiap anak. Islam

mengajarkan nilai- nilai keislaman dengan cara pembiasaan ibadah,

contohnya puasa, solat lima waktu, belajar, mengkaji Al- Quran dll.

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

penanaman nilai- nilai agama dan moral adalah suatu proses edukatif

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

berupa kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana dan

dapat dipertanggung jawabkan untuk memelihara, melatih, membimbing,

mengarahkan, dan meningkatkan pengetahuan kecakapan sosial, dan

praktek serta sikap keagamaan pada anak. (aqidah, tauhid, ibadah dan

akhlak) yang selanjutnya dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Perkembangan Nilai-nilai Agama dan Moral

Menurut Mansur (2009: 45-55), perkembangan nilai- nilai agama

dan moral dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Timbul jiwa keagamaan pada anak

Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik

maupun psikis. Pada dasarnya jiwa keagamaan anak adalah sesuai

dengan prinsip pertumbuhanya, maka anak menuju dewasa memerlukan

bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yakni:

1) Prinsip biologis, anak yang baru lahir belum dapat berdiri sendiri

dalam arti masih dalam kondisi lemah secara biologis.

2) Prinsip tanpa daya, anak yang baru lahir hingga menginjak usia

dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orangtuanya.

3) Prinsip eksplorasi, jasmani dan rohani manusia akan berfungsi

secara sempurna jika dipelihara dan dilatih, sehingga anak sejak

lahir baik jasmani maupun rohaninya memerlukan pengembangan

melalui pemeliharaan dan latihan yang berlangsung secara

bertahap. Demikian juga perkembangan pada diri anak.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

b. Perkembangan Agama pada Anak

Perkembangan agama pada anak dapat melalui beberapa fase

(tingkatan), yakni:

1) The fairy tale stage (tingkat dongeng)

Pada tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun.

Pada anak dalam tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak

dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Kehidupan pada masa ini masih

banyak dipengaruhi kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi

agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi

oleh dongeng yang kurang masuk akal.

2) The realistic satge (tingkat kenyataan)

Tingkat ini dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke

usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide keagamaan anak

didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat

melahirkan konsep Tuhan yang formalis.

3) The individual stage (tingkat individu)

Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling

tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa alasan

mengenalkan nilai- nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai

punya minat, semua prilaku anak membentuk suatu pola prilaku,

mengasah potensi positif diri, sebagai individu, makhluk sosial dan

hamba Allah. Agar minat anak tumbuh subur harus dilatih dengan cara

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

yang menyenangkan agar anak tidak merasa terpaksa dalam melakukan

kegiatan.

c. Sifat- Sifat Agama pada Anak

Konsep keagamaan pada diri anak dipengaruhi oleh beberapa

faktor dari luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-

apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka

tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama.

Berdasarkan hal itu, maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat

dibagi menjadi:

1) Unreflective (tidak mendalam)

Mereka mempunyai anggapan atau menerima terhadap ajaran

agama dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak

begitu mendalam sehingga mereka cukup sekedarnya saja dan

mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang

kurang masuk akal.

2) Egosentris

Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun

pertama usia perkembanganya dan akan berkembang sejalan dengan

pertambahan pengalamannya. Semakin bertumbuh semakin

meningkat pula egoisnya.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

3) Anthropomorphis

Konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspek-

aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam pikiran,

mereka menganggap bahwa keadaan Tuhan itu sama dengan

manusia. Pekerjaan tuhan mencari dan menghukum orang yang

berbuat jahat disaat orang itu berada dalam tempat yang gelap. Anak

menganggap bahwa tuhan dapat melihat segala perbuatannya

langsung kerumah- rumah mereka sebagaimana layaknya orang

mengintai.

4) Verbalis dan Ritualis

Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh mula-

mula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal

kalimat- kalimat keagamaan dan selain itu pula dari amaliah yang

mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang

diajarkan kepada mereka. Perkembangan agama pada anak sangat

besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak itu di usia

dewasanya.

5) Imitatif

Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak- anak pada

dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa dan solat misalnya, mereka

laksanakan karena hasil melihat realitas dilingkungan, baik berupa

pembiasaan maupun pengajaran yang intensif. Dalam segala hal

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

anak merupakan peniru yang ulung, dan sifat peniru ini merupakan

modal yang positif dalam pendidikan keagamaan pada anak.

6) Rasa Heran

Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang

terakhir pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat berbeda

pada rasa kagum orang dewas. Rasa kagum pada anak- anak ini

belum bersifat kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum

terhadap keindahan lahiriyah saja.

Menurut Piaget dalam Suyanto (2005: 53) Perkembangan agama

dengan pendekatan moral kognitif : Perkembangan kognitif merupakan

dasar bagi perkembangan moral, teori perkembangan kognitif secara

general melalui tiga tahap. Ketiga tahap perkembangan kognitif tersebut

adalah: Pertama, tahap pra-operasional (2-7 tahun). Pada tahap ini anak

belum mampu berfikir secara logis dan abstrak. Kedua, tahap operasional

(7-11 tahun). Pada tahap ini, anak- anak mulai menggunakan klasifikasi

dan logika yang operasional. Ketiga, tahap operasional formal (setelah usia

11 tahun). Pada tahap ketiga, anak mulai mengembangkan mental dan

berfikir secara abstrak dan konseptual. Pada tahap inilah anak- anak

mampu membedakan yang benar dan yang salah serta membuat keputusan

sendiri, sehingga perkembangan agamanya dapat diketahui dengan mudah.

Namun kepentingan kita disini melihat perkembangan agama pada anak

usia dini.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

Menurut Harms dalam Suyanto (2005: 58), ada tiga tahapan

tentang pemikiran atau perkembangan pada anak. Tiga tahap tersebut

adalah sebagai berikut.

a. Tahap firatel (usia 3-6 tahun). Pada tahap ini anak merepresentasikan

keadaan Tuhan yang menyerupai raksasa, hantu, malaikat bersayap, dan

lain sebagainya.

b. Tahap realistis (7- 12 tahun). Pada tahap ini, anak cenderung

mengonkritkan beragama. Tuhan dan malaikat dipersepsikan sebagai

penampakan yang nyata. Mereka bagikan “manusia” yang luar biasa

dan berpengaruh bagi kehidupan dibumi.

c. Tahap individualistik (13-18 tahun). Tahap ini ditandai dengan adanya

tiga kategori, yaitu ide beragama kolot, mistis, dan simbol. Pada tahap

ini, anak sudah mulai menentukan pilihan terhaadap model agama

tertentu.

Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk. (2007: 36-42) anak-

anak akan menjadi tumbuh yang berkarakter apabila mereka berada di

lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar

menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan

tanggung jawab keluarga, sekolah dan seluruh komponen masyarakat.

Usaha tersebut harus dilakukan secara terencana, terfokus dan

komperhensif. Pengembangan nilai-nilai agama dan moral anak usia dini

melalui pengembangan pembiasaan berprilaku dalam keluarga dan

sekolah.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

a. Pengembangan berprilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi

perkembangan anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan

pertama dan paling efektif untuk melatih berbagi kebiasaan yang baik

pada anak ada 10 hal penting yang harus diperhatikan yaitu:

1. Moralitas penghormatan

Hormat merupakan kunci utama untuk dapat hidup harmonis

dengan masyarakat. Moralitas penghormatan mencakup:

a) Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri

sendiri tidak terlibat dalam prilaku yang merugikan diri sendiri.

b) Penghormatan kepada sesama manusia meskipun berbeda suku,

agama, kemampuan ekonomi dan seterusnya.

c) Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan

Tuhan.

2. Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap

Anak-anak tidak bisa langsung berkembang menjadi manusia

bermoral, tetapi memerlukan waktu dan proses terus menerus dan

memerlukan kesabaran orangtua untuk melakukan pendidikan

tersebut.

3. Mengajarkan prinsip menghormati

Anak-anak akan belajar menghormati orang lain jika dirinya

merasa bahwa pihak lain menghormatinya. Oleh karena itu orang

tua hendaknya menghormati anaknya. Penghormatan orang tua

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

kepada anak dapat dilakukan misalnya menghargai pendapat anak,

menjelaskan kenapa suatu aturan dibuat untuk anak.

4. Mengajarkan dengan contoh

Pembentukan prilaku pada anak mudah dilakukan melalui

contoh. Oleh karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana

seharusnya anak berprilaku harus diberikan. Selain itu, orang tua

juga bisa membacakan buku- buku yang didalamnya terdapat pesan-

pesan moral. Orang tua hendaknya mengontrol acara-acara televisi

yang sering ditonton anaknya, jangan sampai acara yang disukai

anak adalah acara yang berpengaruh buruk pada perkembangan

moralnya.

5. Mengajarkan dengan kata-kata

Selain mengajar dengan contoh, orang tua hendaknya

menjelaskan dengan kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya

anak dijelaskan mengapa berdusta dikatakan sebagai tindakan yang

buruk, karena orang lain tidak akan percaya kepadanya.

6. Mendorong anak untuk merefleksikan tindakannya

Ketika anak telah melakukan tindakan yang salah, misalnya

merebut mainan adiknya sehingga adiknya menangis, anak disuruh

untuk berfikir jika ada anak lain merebut mainnanya, apa reaksinya.

7. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

Anak-anak di didik untuk menjadi pribadi yang altruistik,

yaitu peduli pada sesamanya. Untuk itu sejak dini anak harus dilatih

elalui pemberian tanggung jawab.

8. Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol

Keseimbangan antara kebebasan dan kontrol diperlukan

perkembangan moral anak. Anak diberi pilihan untuk menentukan

apa yang akan dilakukaknnya namun aturan-aturan yang berlaku

harus ditaati.

9. Cintailah anak, karena cinta merupakan dasar pembentukan moral

Perhatian dan cinta orang tua kepada anak merupakan

kontribusi penting dalam pembentukan karakter yang baik pada

anak. Jika anak-anak diperhatikan dan disayangi maka mereka juga

belajar memperhatikan dan menyayangi orang lain.

10. Menciptakan keluarga bahagia

Pendidikan moral pada anak tidak menjadi konteks keluarga.

Usaha menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan lebih

mudah jika anak mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga

yang bahagia. Untuk itu usaha mewujudkan keluarga yang bahagia

merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh orang tua sehubungan

dengan perkembangan moral anaknya.

b. Pengembangan kebiasaan berprilaku yang baik disekolah

Bahwa lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan

moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga pendidikan

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pada taman

kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanak-

kanak emberikan pengaruh positif pada perkembangan anak

selanjutnya.

Di lembaga pendidikan formal anak usia din, peran pendidikan

dalam pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil dan

penghormatan.

2. Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidikan

dengan mengenal secara baik anak didiknya.

3. Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan.

3. Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral

a. Pengertian Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral

Dalam kamus Bahasa Indonesia, metode adalah cara literatur

yang digunakan untuk melaksanakan seuatu pekerjaan agar tercapai

suatu yang dikehendaki.

Menurut Syahidun (2009:75) metode merupakan salah satu

komponen pendidikan yang cukup penting untuk diperhatikan

penyampaian materi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan yang

sering gagal karena metode yang digunakan kurang tepat.

Menurut Darajat (2011: 1), metode berarti suatu cara kerja yang

sistematik dan umum seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Sedangkan

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

metode agama Islam yaitu suatu cara menyampaikan bahan pelajaran

agama Islam.

Menurut Abdul Mujib (2008: 165), metode adalah proses dan

hasil belajar mengajar ajaran Islam lebih berdaya guna dam berhasil

menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan

ajaran agama Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah

belajar peserta didik secara mantap.

Menurut Riyanto, (2002:32) metode pembelajaran adalah

seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal untuk

kualitas pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan

bahwa pengertian metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya

yang dilakukan pendidik agar proses belajar mengajar pada peserta

didik tercapai sesuai dengan tujuan atau mendapatkan hasil yang

optimal.

b. Macam- Macam Metode Penanaman Nilai- nilai Agama dan Moral

Menurut Moeslichatun, (2004:24) membagi metode penanaman

nilai- nilai agama dan moral menjadi 5 yaitu:

1. Bermain

Pendekatan penerapan metode bermain merupakan bermacam

bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang

bersifat nonserius, lentur dan bahan mainan terkandung dalam

kegiatan dan yang secara imajinatif ditranformasi sepadan dengan

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

dunia orang dewasa. Bermain mempunyai makna penting bagi

pertumbuhan anak, oleh karena begitu besar nilai bermain dalam

kehidupan anak, maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam

pelaksanaan program kegiatan anak TK merupakan syarat mutlak

yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi anak TK belajar adalah

bermain dan bermain sambil belajar.

2. Karyawisata

Karyawisata merupakan salah satu metode di TK untuk

memperoleh kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh

informasi, atau mengkaji segala sesuatu secara langsung.

Berkaryawisata mempunyai makna penting bagi perkembangan anak

karena dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu hal,

memperoleh perluasan informasi. Juga memperkaya lingkup

program kegiatan belajar anak TK yang tidak mungkin dihindarkan

dikelas; seperti melihat bermacam hewan, mengamati proses

pertumbuhan, tempat- tempat khusus dan pengelolaannya, bermacam

kegiatan transportasi, lembaga sosial dan budaya. Jadi dari

karyawisata anak dapat belajar dari pengalaman sendiri, dan

sekaligus anak dapat melakukan generalisasi berdasarkan sudut

pandang mereka.

3. Bercakap- cakap

Dalam metode ini bercakap- cakap mempunyai makna

penting bagi perkembangan anak taman kanak- kanak karena

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

bercakap- cakap dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi

dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam melakukan

kegiatan bersama. Juga meningkatkan keterampilan menyatakan

perasaan, serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal.

Oleh karena itu, penggunaan metode bercakap- cakap bagi anak TK

terutama akan membantu perkembangan dimensi sosial, emosional

dan kognitif, dan terutama bahasa.

4. Bercerita

Bercerita dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-

nilai agama dan nilai moral yang berlaku dimasyarakat. Seorang

pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang

menarik dan hidup, keterlibatan anak terhadap dongeng yang

diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik dan

menjadi pengalaman yang unik bagi pendengar. Ada bermacam

teknik mendongeng antara lain: membaca langsung dari buku cerita,

menggunakan ilustrasi suatu buku sambil meneruskan cerita,

menceritakan dongeng, bercerita dengan menggunakan boneka,

bercerita dengan menggunakan permainan peran, bercerita dari

majalah gambar, bercerita melalui rekaman audio.

5. Demonstrasi

Metode demonstrasi berarti menunjukan, mengerjakan, dan

menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukan dan

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

menjelaskan cara- cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi

diharapkan anak dapat mengenal langkah- langkah pelaksanaan.

Menurut Ulwan, (2007:142) metode alternative yang lebih

efektif dengan penerapan dasar-dasar pendidikan yang berpengaruh

dalam mempersiapkan anak secara mental, spirituak dan etos sosial

sehingga anak mencapai kematangan yang sempurna memeiliki

wawasan yang luas diantaranya:

1. Keteladanan

Salah satu metode pendidikan yang dianggap besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah

metode pendidikan dengan keteladanan. Yang dimaksud dalam

metode keteladanan disini adalah metode pendidikan dengan cara

memberi contoh perbuatan yang baik kepada peserta didik baik

ucapan maupun perbuatan.

2. Pembiasaan

Pembiasaan dalam pendidikan anak sangat penting,

terutama dalam pembentukan kepribadian akhlak dan agama pada

umumnya. Karena pembiasaan-pembiasaan agama itu akan

memasukan unsur- unsur positif dalam pribadi anak yang sedang

tumbuh. Semakin banyak pengalaman agama yang didapatnya dari

pembiasaan itu akan semakin mudahlah ia memahami ajaran agama

kedepannya.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

3. Nasehat

Nasehat merupakan sajian gambaran tentang kebenaran dan

kebijakan, dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk

menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya kejalan yang

bahagia.

4. Bercerita

Dalam pendidikan Islam, dampak edukatif kiasah sulit

digantikan oleh bentuk-bentuk lainnya. Pada dasarnya kisah-kisah

Al-Quran membiasakan dampak psikologis dan edukatif yang baik

dan cenderung mendalam sampai kapnpun. Pendidikan kisah-kisah

tersebut mengiringi anak kedalam kehangatan perasaan, kehidupan

dan kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah

prilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan,

pengarahan, penyimpulan dan pelajaran yang dapat diambil dari

kisah-kiasah tersebut.

5. Aspek- aspek penanaman nilai- nilai Agama dan Moral

Aspek nilai-nilai agama dan moral pada intinya dapat dibedakan

menjadi 3 jenis, yaitu nilai-nilai aqidah, nilai-nilai ibadah dan nilai-nilai

akhlak. (Toto Suryana, dkk; 1996: 148-150)

a. Nilai-nilai akidah mengajarkan manusia untuk percaya akan adanya

Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa sebagai sang pencipta alam

semesta, yang akan senantiasa mengawasi dan memperhitungkan segala

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

perbuatan manusia di dunia. Dengan merasa sepenh hati bahwa Allah

itu ada dan Maha Kuasa, maka manusia akan lebih taat untuk

menjalankan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan

takut untuk berbuat dzalim atau kerusakan di muka bumi ini.

b. Nilai-nilai ibadah mengajarkan pada manuasia agar dalam setiap

pertbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai

ridho Allah. Pengamalan konsep nilai-nilai ibadah akan melahirkan

manusia-manusia yang adil, jujur dan suka membantu sesamanya.

c. Nilai-nilai akhlak mengajarkan kepada manusia untuk bersikap dan

berprilaku yang baik sesuai norma atau adab yang benar dan baik,

sehingga akan membawa kepada kehidupan manusia yang tentram,

damai, harmonis dan seimbang. Dengan demikian jelas bahwa manusia

pada kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan manusia baik dalam

kehidupan didunia maupun kehidupan di akhirat.

Mulyasa, (2011:5) Aspek nilai-nilai agama dan moral dalam

permendiknas nomer 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia

dini, dikemukakan bahwa PAUD diselenggarakan sebelum jenjang

pendidikan dasar, melalui jalur pendidikan formal, non formal dan

informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak,

raudatul athfal dan bentuk lain yang sederahat; pada jalur nonformal

bentuk kelompok bermain, taman penitipan anak dan bentuk lain yang

sederajat; sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga

dan pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

Standar tingkat pencapaian perkembangan nilai-nilai agama dan

moral kelompok usia 2-6 tahun sebagai berikut:

Tingkat Pencapaian

Perkembangan

Lingkup Perkembangan Nilai Agama dan

Moral

>2-3 Tahun Pada umur ini anak mampu bersenandung

lagu keagamaan, mengikuti bacaan doa/

berdoa sebelum dan sesudah melakukan

kegiatan serta menirukan sikap berdoa,

meniru gerakan beribadah, mendengarkan

cerita sederhana tentang kebesaran tuhan,

mengenal nama-nama Tuhan, merawat

benda mainannya,mengucapkan salam,

terima kasih, maaf dan kata-kata santun

>3-4 tahun Pada umur ini anak sudah bisa mengikuti

nyanyian lagu keagamaan, mengikuti bacaan

doa dengan lengkap sebelum melakukan

kegiatan dan menirukan sikap berdoa,

menirukan gerakan beribadah dengan tertib,

menyayangi orang tua, guru, teman dan

menyebutkan contoh ciptaan Tuhan secara

sederhana.

>4-5 Tahun Pada usia ini anak mampu menyanyikan

lagu keagamaan, berdoa sebelum dan

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

sesudah melakukan kegiatan dengan sikap

berdoa, dapat melakukan gerakan beribadah,

membedakan ciptaan tuhan dengan buatan

manusia, mengenal / memahami sifat-sifat

tuhan dan selalu mengucapkan salam dan

terima kasih setelah menerima sesuatu.

>5-6 Tahun Anak pada usia ini mampu menyanyikan

lagu keagamaan, selalu berdoa sebelum dan

sesudah melakukan kegiatan yang dilakukan

dengan sikap yang benar, dapat melakukan

ibadah, membedakan ciptaan tuhan dengan

buatan manusia, menyayangi semua ciptaan

Tuhan dan menunjukkan perilaku

memelihara ciptaan tuhan, menunjukkan

perilaku atas dasar keyakinan adanya Tuhan.

Dan menolong teman, orang dewasa,

menghargai teman serta tidak memaksakan

kehendak.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

B. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini menurut pakar pendidikan yaitu kelompok manusia

yang berusia 0-6 tahun, sehingga anak usia dini adalah kelompok anak

yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat

unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan (kordinasi

motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan

emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sifat dan prilaku serta

agama, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan anak (Mansur, 2009: 87-88).

Anak TK adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra

operasional kongkrit, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsep-

konsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat dengan

serta merta menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang sifatnya

abstrak secara cepat. Untuk itulah guru atau pendidik di TK harus pandai

dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk

menanamkan nilai moral kepada anak agar pesan moral yang ingin

disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk

bekal kehidupannya di masa depan. Pemahaman yang dimiliki guru atau

pendidik akan mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai moral secara

optimal.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

Anak- anak adalah generasi penerus bangsa, merekalah yang

membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak

ketinggalan dengan bangsa- bangsa lain.

Jadi dapat disimpulkan Anak Usia dini merupakan masa keemasan

(golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan

manusia. Masa ini sekaligus merupakan masa yang kritis dalam

perkembangan anak. Jika pada masa ini anak kurang mendapat perhatian

dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta

kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

2. Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Suyadi (2010:65), mengemukakan beberapa aspek

perkembangan anak usia dini, antara lain:

a. Perkembangan fisik- motorik pada anak usia dini

Perkembangan fisik motorik adalah perkembangan jasmaniah

melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi.

Gerak tersebut berasal dari perkembangan refleks dan kegiatan yang

telah ada sejak lahir. Dengan demikian sebelum perkembangan gerak

motorik ini mulai berproses, maka anak tetap akan tak berdaya.

Perkembangan fisik- motorik terdiri atas dua jenis yaitu perkembangan

gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras

dan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak

tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

2) Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif pada anak- anak bermula dari perhatian

mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Pada usia empat bulan anak

mampu melakukan sesuatu agar apa yang diinginkannya terpenuhi,

dalam perkembangan selanjutnya anak- anak akan mencari apa yang

diinginkan secara mandiri. Kemudian pada usia 18 bulan, penalaran

anak- anak sudah berkembang lebih tinggi ia sudah mampu mencari

benda- benda yang sengaja disembunyikan diberbagai tempat yang

tersembunyi. Pada usia antara 3 sampai dengan 4 tahun, anak- anak

sudah mulai mampu melakukan manipulasi lingkungan dan senang

mencoba hal- hal baru. Pada tahap perkembangan kognitif yang lebih

tinggi, anak- anak mulai menaruh perhatian pada simbol- simbol

disekitarnya tahap ini biasanya dilalui anak ketika usianya telah

mencapai 5,5 hingga 6 tahun.

3) Perkembangan bahasa

Anak- anak memperoleh kemampuan bahasa dengan cara yang

sangat menakjubkan. Selama usia dini yaitu sejak lahir hingga usia 6

(enam) tahun, ia tidak pernah belajar bahasa, apalagi kosakata secara

khusus. Akan tetapi pada akhirnya usia dininya rata- rata anak telah

menyimpan lebih dari 14.000 kosa kata. Sungguh ini merupakan angka

yang fantastis untuk ukuran anak usia dini. Pada perkembangan

selanjutnya, anak mampu menambah kosakata secara mandiri dalam

bentuk komunikasi yang baik.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

4) Perkembangan sosial- emosional

Perkembangan sosial adalah tingkat jalinan interaksi anak

dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain hingga

masyarakat secara luas. Sementara perkembangan emosional adalah

luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan

demikian perkembangan sosial- emosional adalah kepekaan anak untuk

memahami perasaan orang lain ketika berinteraksi dalam kehidupan

sehari- hari.

5) Perkembangan nilai- nilai moral dan keagamaan

Perkembangan nilai- nilai moral keagamaan pada anak lebih

berupa doktrin teologis yang disampaikan orang tua kepada anaknya,

orang tuanya terus menanamkan doktrin- doktrin agama sehingga

muncul rasa beragama dalam dirinya, walaupun belum dipahami oleh

anak karena tahap perkembangan anak belum sampai menerima doktrin

agama.

Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek

perkembangan yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik

bahasa, sosial, emosional, serta kognitif. Menurut Piget dalam Slamet

Suyanto (2003: 53-65), semua anak memiliki pola perkembangan kognitif

yang sama yaitu melalui empat tahapan:

a. Tahapan Sensori Motorik (0-2 tahun)

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

Anak mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan

dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih

banyak menggunakan gerak reflek dan indranya untuk berinteraksi

dengan lingkungannya.

b. Pra Operational (2-7 tahun)

Pada perkembangan pra operational, proses berfikir anak mulai

lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu

semua berada diluar pandangan, pendengaran atau jangkauan

tangannya.

3) Konkret Operasional (7-11 tahun)

Anak sudah dapat memecahkan persoalan- persoalan sederhana

yang bersifat konkrit dan anak dapat memahami suatu pernyataan,

mengklasifikasikan (warna) dan mengurutkan (angka).

4) Formal Operasional (11 tahun ke atas)

Pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda- benda dan kejadian

arus atau terpengaruh orang lain, tetapi ia sendiri sudah

mengembangkan suatu nilai atau moral yang ia gunakan untuk

memecahkan berbagai persoalaan yang terkait dengan moral atau nilai.

Menurut Rose dalam bukunya Wiwien Dinar Prasasti (2008:5-6),

perkembangan manusia melalui 4 tahap :

a. Masa bayi, sejak lahir sampai usia dua tahun. Pada masa ini, seorang

bayi mengenali lingkungannya melalui indra. Bayi belum tahu tentang

ide atau penalaran yang dapat mereka rasakan hanya kesenangan dan

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

rasa sakit. Namun demikian, bayi bersifat aktif, memiliki rasa ingin

tahu yang besar, serta dapat belajar dengan cepat. Bayi akan berusaha

merahi dan menyentuh semua benda yang ada disekitarnya. Dengan

menyentuh benda- benda tersebut bayi itu belajar tentang rasa panas,

dingin, keras, lembut, ataupun ciri- ciri objek lainnya. Bayi juga mulai

belajar bahasa dan mengoreksi kesalahannya dalam berbahasa.

b. Masa anak- anak, usia 2- 12 tahun. Masa ini ditandai oleh kemampuan

untuk mandiri: mulai berjalan sendiri, makan sendiri, berbicara, serta

berlari. Pada masa ini, anak mulai mengembangkan penalaran yang

bersifat intuitif karena berhubungan langsung dengan gerakan tubuh

dan indra. Misalnya, seorang gadis kecil yang berhasil melemparkan

bola maka ia akan menunjukan pengetahuan intuitif tentang kecepatan

dan jarak.

c. Masa anak- anak usia 12- 15 tahun. Masa ini merupakan masa transisi

dari masa anak- anak menuju masa dewasa. Selama periode ini, anak

memperoleh kekuatan yang luar biasa. Mereka mampu mendorong

kereta kecil atau bekerja seperti orang dewasa. Masa ini juga ditandai

oleh perkembangan kognitif. contohnya mereka mulai mampu

memecahkan masalah- masalah geometris dan sains. Kemampuan

kognitif dapat dilatih melalui tugas- tugas yang konkrit dan

bermanfaat. Misalnya bercocok tanam, belajar menjadi tukang kayu,

atau membuat peta. Sampai dengan tahap ketiga ini secara alami anak

masih bersifat pra- social artinya mereka hanya peduli pada hal- hal

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan belum memikirkan

hubungan sosial. Mereka lebih tertarik untuk bekerja secara fisik dan

belajar dari benda- benda yang ada dialam. Dunia buku dan

lingkungan sosial merupakan hal- hal yang asing.

d. Tahap dewasa, 25 tahun keatas. Tahap ini ditandai oleh pubertas dan

kepedulian terhadap lingkungan sosial. Tanda- tanda lainya berupa

perubahan hati yang sering tiba- tiba, mudah marah tanpa alasan yang

jelas, mulai peduli terhadap lawan jenis dan orang lain, mulai

merasakan kebutuhan seksual, serta mulai mampu memahami konsep-

konsep abstrak dan mengembangkan minat pada sains dan moral.

3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Hurlock dalam Suyadi (2013:55) keunikan perbedaan

tumbuh kembang anak tersebut karena dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yakni:

a. Faktor lingkungan sosial yang menyenangkan anak

Hubungan anak dengan masyarakat yang menyenangkan

terutama dengan anggota keluarga akan mendorong anak

mengembangkan kecenderungan menjadi terbuka dan menjadi lebih

berorientasi kepada orang lain karakteristik yang mengarah ke

penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik.

b. Faktor Emosi

Tidak adanya hubungan atau ikatan emosional akibat penolakan

anggota keluarga atau perpisahan dengan orang tua, dapat menimbulkan

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

gangguan kepribadian pada anak. Sebaliknya pemuasan emosional

mendorong perkembangan kepribadian anak semakin setabil.

c. Faktor keluarga di masa kanak- kanak

Anak yang tumbuh dan berkembang di tengah- tengah keluarga

besar akan bersikap dan berprilaku otoriter. Demikian pula anak yang

tumbuh dan berkembang ditengah keluarga yang cerai kemungkinan

besar ia akan menjadi anak yang cemas, tidak mudah percaya, dan

sedikit kaku.

d. Faktor rangsangan lingkungan

Lingkungan merupakan suatu pendorong tumbuh kembang

anak, khususnya dalam hal kemampuan atau kecerdasan. Lingkungan

yang merangsang dapat mendorong perkembangan fisik dan mental

secara baik.

e. Faktor penghambat anak usia dini antara lain:

1) Gizi buruk yang mengakibatkan energi dan tingkat kekuatan menjadi

rendah.

2) Cacat tubuh yang mengganggu perkembangan anak.

3) Tidak adanya kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan

kelompok sosial dimana anak tersebut tinggal.

4) Tidak adanya bimbingan dalam belajar (PAUD)

5) Rendahnya motivasi dalam belajar

6) Rasa takut dan minder untuk berbeda dengan temannya dan tidak

berhasil.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

4. Pengasuhan Anak Usia Dini dalam Islam

Menurut Mohamad Sohib (2010: 16) keterkaitan pola asuh orang

tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua

dalam “mengatakan dasar- dasar disiplin diri kepada anak untuk

membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki displin

diri.pengasuhan dalam Islam secara umum dapat dipahami sebagai upaya

untuk mempersiapkan generasi Islam dari aspek jasmani, akal dan rohani.

Intensitas kebutuhan anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi

kepemilikan dan pengembangan dasar- dasar disiplin diri, menunjukan

adanya kebutuhan internal yaitu: (1) Tingkat rendah, manakala anak masih

membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk memiliki dan

mengembangkan dasar- dasar disiplin diri (berdasarkan naluri). (2)

Tingkat menengah, manakala anak kadang- kadang masih membutuhkan

bantuan dari orang tua untuk meiliki dan mengembangkan dasar- dasar

disiplin diri (berdasarkan nalar). (3) Tingkat tinggi, manakala anak sedikit

sekali atau tidak lagi memerlukan bantuan serta kontrol orang tua untuk

memiliki dan mengembangkan dasar- dasar disiplin diri (berdasarkan kata

hati).

Sebagai orang tua perlu memberikan bimbingan kepada anaknya

agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Ada beberapa hal

yang perlu dilakukan oleh orang tua yakni:

a. Membantu anak-anak memahami posisi dan peranannya masing-

masing sesuai dengan jenis kelaminnya, agar mampu saling

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

menghormati dan tolong menolong dalam melaksanakan perbuatan

yang baik dan di ridhai Allah.

b. Membantu anak- anak mengenal dan memahami nilai- nilai yang

mengatur kehidupan berkeluarga, bertetangga bermasyarakat dan

mampu melaksanakannya untuk memperoleh ridha Allah.

c. Mendorong anak- anak untuk mencari ilmu dunia dan ilmu agama, agar

mampu merealisasikan dirinya sebagai individu dan sebagai anggota

masyarakat yang beriman.

d. Membantu anak- anak untuk memasuki kehidupan bermasyarakat

setahap demi tahap melepaskan diri dari ketergantungan kepada orang

tua dan orang dewasa lainnya, serta mampu bertanggung jawab sendiri

atas sikap dan prilakunya.

e. Memnatu dan memberi kesempatan serta mendorong anak- anak

mengerjakan sendiri dan berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan

keagamaan, didalam keluarga dan masyarakat, untuk memperoleh

pengalaman sendiri secara langsung sebagai upaya peningkatan iman.

5. Manfaat Cara Mendidik Anak Usia Dini

Manfaat dari cara mendidik anak usia dini antara lain:

a. Membantu mengarahkan potensi yang dimiliki anak dalam masa

tumbuh kembangnya sehingga mereka lebih mampu untuk

bereksplorasi dengan sendirinya.

b. Membantu anak untuk mengasah kemampuan fisiknya agar mampu

menjaga keseimbangan pertumbuhannya.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

c. Membantu anak dalam mengasah pikiran dan nalarnya sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki. Anak yang cerdas tumbuh dari ketekunan

dan pengaruh lingkungan yang positif.

C. Penelitian Terdahulu

Peneliti menggunakan 2 skripsi sebagai pembanding:

Skripsi pertama oleh Rofingah dengan judul Bentuk- Bentuk

Penanaman Nilai- nilai Moral di SLTP Negeri 1 Kemranjen Banyumas

Tahun Pelajaran 2003/2004, Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganaegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

bentuk- bentuk penanaman nilai- nilai moral di SLTP Negeri 1 Kemranjen

Banyumas, mengetahui hasil dari penanaman nilai moral dan kendalanya.

Persamaan dengan peneliti sama- sama meneliti tentang nilai moral

dan menggunakan jenis penelitian yang sama deskriptif kualitatif, sedang

perbedaanya adalah peneliti terdahulu hanya meneliti tentang bentuk-

bentuk nilai moralnya sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang cara

penanaman nilai- nilai agama dan moral pada anak usia dini.

Skripsi kedua oleh Marlina Rahayu dengan judul peranan

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan

moral pada siswa anak berkebutuhan khusus (studi deskriptif analisis di

SMP Putra Harapan Purwokerto), Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penanaman Nilai- nilai Agama ...repository.ump.ac.id/1789/3/Ika Wahyuni Wulandari_BAB II.pdf · saw, dan mengamalkan ajaran agama Islam secara sempurna

untuk mengetahui peranan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

dalam menanamkan nilai dan moral siswa anak berkebutuhan khusus.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama- sama meneliti tentang

penanaman nilai dan moral dan menggunakan jenis penelitian yang sama

yaitu deskriptif kualitatif, sedang perbedaannya adalah jika peneliti

terdahulu variabelnya tentang peran pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan dalam menanamkan nilai dan moral pada siswa anak

berkebutuhan khusus sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang cara

penanaman nilai- nilai agama dan moral pada anak usia dini.

Penanaman Nilai- Nilai Agama..., Ika Wahyuni Wulandari, Fakultas Agama Islam UMP, 2015