bab ii landasan teori -...

23
17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pilihan Karier 2.1.1 Pengertian Pilihan Karier Kata pilihan berarti menentukan sesuatu. Karier adalah istilah yang didefinisikan oleh Kamus Oxford Inggris sebagai lintasan atau perjalanan dalam kehidupan (atau bagian yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut Holland (dalam Sukardi 1994) merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas (keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orangtua, dan orang dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Faktor keturunan dan sejarah hidup mendirikan proses perkembangan atau orientasi modal pribadi membuat individu bereaksi terhadap tuntutan lingkungan. Pada dasarnya, pemilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap stereotipe okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi tentang suatu okupasi dan penerimaan atau penolakannya merupakan faktor penentu utama dalam pemilihan karier. Harmoni antara pandangan seseorang terhadap dirinya dengan okupasi yang disukainya membentuk “modal personal style”. Orientasi kesenangan pribadi (modal personal orientation) merupakan proses perkembangan yang terbentuk melalui hereditas dan pengalaman hidup individu dalam bereaksi terhadap tuntutan lingkungannya.

Upload: truongtuyen

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pilihan Karier

2.1.1 Pengertian Pilihan Karier

Kata pilihan berarti menentukan sesuatu. Karier adalah istilah yang

didefinisikan oleh Kamus Oxford Inggris sebagai lintasan atau perjalanan dalam

kehidupan (atau bagian yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut Holland

(dalam Sukardi 1994) merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas

(keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orangtua, dan orang

dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Faktor keturunan dan sejarah

hidup mendirikan proses perkembangan atau orientasi modal pribadi membuat

individu bereaksi terhadap tuntutan lingkungan.

Pada dasarnya, pemilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan

kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap

stereotipe okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi tentang

suatu okupasi dan penerimaan atau penolakannya merupakan faktor penentu utama

dalam pemilihan karier. Harmoni antara pandangan seseorang terhadap dirinya

dengan okupasi yang disukainya membentuk “modal personal style”. Orientasi

kesenangan pribadi (modal personal orientation) merupakan proses perkembangan

yang terbentuk melalui hereditas dan pengalaman hidup individu dalam bereaksi

terhadap tuntutan lingkungannya.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

18

Individu memilih sebuah karir untuk memuaskan orientasi kesenangan

pribadinya. Jika individu telah mengembangkan suatu orientasi yang dominan, maka

akan lebih besar kemungkinan baginya mendapatkan kepuasan dalam lingkungan

okupasi yang sesuai. Akan tetapi, jika dia belum dapat menentukan pilihan, maka

kemungkinan mendapat kepuasan itu akan hilang. Pemilihan karier yang dibuat pada

awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan

selanjutnya. Perkembangan karier seorang dewasa masih harus membuat pilihan-

pilihan diantara kemungkinan untuk meningkatkan kariernya dan memperoleh

kepuasan pribadi yang mendalam.

Adanya pencarian karier menciptakan homogenitas okupasi.

Homogenitas okupasi merupakan jalan terbaik menuju pemenuhan diri dan pola

karier yang konsisten. Individu yang mempunyai peran dan tujuan okupasional yang

bertentangan dengan lingkungan akan mempunyai pola karier yang inkonsisten dan

divergen. Holland menekankan pentingnya self-knowledge dalam upayanya mencari

kepuasan dan stabilitas vokasional. Holland (1985) memandang pemilihan karier

sebagai ekspresi atau ekstensi kepribadian ke dalam dunia kerja, yang diikuti dengan

pengidentifikasian terhadap stereotype okupasional tertentu. Holland (1985)

memandang modal orientasi diri sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

19

Sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu tidak akan cukup

memadai apabila tidak dirumuskan bagaimana ciri-ciri lingkungan dan manusiannya.

Maka dari itu Holland (dalam Sukardi, 1994) mengajukan enam model orientasi

pribadi yang menandai lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Model orientasi

pribadi atau lingkungan itu selalu sesuai dengan tipe kepribadian yaitu tipe

kepribadian Realistik (R), Investigatif (I), Artistik (A), Sosial (S), Enterprising (E),

Konvensional (K), karenanya setiap tipe kepribadian congruen dengan enam

lingkungan yang berkaitan sejalan dengan pemilihan karier yakni :

a) Orientasi Realistis

Lingkungan realistis ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik,

eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuninya. Untuk dapat memecahkan

masalah yang lebih efektif seringkali memerluakan bentuk-bentuk kecakapan,

gerakan dan ketahanan tertentu. Di antara kecakapan mekanik, ketahanan dan

gerakan fisik untuk berpindah-pindah dan seringkali berada di luar gedung. Sifat-sifat

yang Nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan

atau keberhasilan.

b) Orientasi Intelektual

Lingkungan ini ditandai dengan berbagai tugas yang memerlukan berbagai

kemampuan yang abstrak, dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan

pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan

intelejensi dan imajinasi serta kepekaan terhadap bebagai masalah yang bersifat

intelektual dan fisik. Kemampuan tulis menulis mutlak dipelihara dalam orientasi ini.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

20

c) Orientasi Artistik

Orientasi ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang

memerlukan interprestasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui citarasa, perasaan

dan imajinasi. Dengan artian lain orientasi artistik lebih menitikberatkan menghadapi

keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan

yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut keterampilan

fisik.

d) Orientasi Sosial

Orientasi ini memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk

menginterprestasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi

dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri

dan status.

e) Orientasi Enterprising

Orientasi Enterprising ditandai dengan berbagai macam tugas yang

menitikberatkan kepad kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan

mempengaruhi orang lain.

f) Orientasi Konvensional

Orientasi konvensional ditandai dengan berbagai macam tugas dan

pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan matematis

kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

21

Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat

digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu

mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu : Lingkungan

Realistik (The Realistic Environment), Lingkungan Penelitian/Pengusutan (The

Investigative Environment), Lingkungan Kesenian (The Artistic Environment),

Lingkungan Pengusaha (The Enterprising Environment), Lingkungan Pelayanan

Sosial (The Social Environment), Lingkungan Bersuasana Kegiatan Rutin (The

Conventional Environment). Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di

antara enam model lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana

kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.

Individu-individu berusaha untuk memperoleh karier atau jabatan dengan

tujuan untuk melaksanakan potensi-potensi yang dimilikinya, menyatakan sikap dan

nilai-nilai yang dimilikinya, mengambil peranan di dalamnya, serta menghindari

berbagai peranan dan problema yang tidak dikehendaki dan disetujuinya.

Menentukan karier dari sekelompok besar karier atau pekerjaan menuntut seseorang

mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau pekerjaanya. Derajat pilihan

karier ini ditentukan sejauh mana ketepatan individu dalam memilih pekerjaan yang

ingin dimasukinya kelak.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

22

2.1.2 Proses Pemilihan Karier

Secara singkat proses pemilihan karier menurut Holland (1985) dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Orang secara langsung mengorientasikan dirinya kepada kelompok besar

klasifikasi karier, selama perkembangannya ia mengadakan seleksi atau

menjajaki karier-karier tersebut dengan berbagai kecenderungan terhadap

klasifikasi jabatan tertentu sebagai puncak dari pilihannya.

b. Pilihan dari sekelompok besar karier-karier di mana orang / seseorang akan

mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau jabatan dan

merupakan fungsi dari penilaian diri dan kemampuannya (intelijensinya), untuk

mengadakann pemilihan yang memadai terhadap lingkungan pekerjaannya.

c. Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam proses pilihan pekerjaan di atas disertai

oleh sederetan atau sejumlah faktor-faktor pribadi, meliputi pengetahuan

tentang diri (Self-knowledge), evaluasi diri (Self-evaluation), dan pengetahuan

tentang klasifikasi atau karier (arah atau luasnya informasi dan tingkat

perbedaan antara dua dan dalam lingkungan pekerjaan), tingkat hirarkis

perkembangan, dan sejumlah atau sederetan dari faktor-faktor lingkungan

meliputi luasnya potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari

keluarga dan teman-teman, penilaian atasan, dan potensi dari atasan, dan

pembatasan-pembatasan yang berasal dari sumber sosial ekonomi dan

lingkungan fisik.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

23

2.1.3 Syarat-syarat Pemilihan Karier

Untuk dapat menentukkan pilihan kariernya secara tepat ada beberapa syarat

yang harus di perhatikan dalam mengambil keputusan karier. Ada 3 (tiga) syarat

pengambilan keputusan yang baik menurut Holland (dalam Sukardi 1994) yaitu:

a). Pemeriksaan dan pengenalan nilai-nilai pribadi, pengambilan keputusan

berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan nilai-nilai memberikan

pengalaman kepada individu-individu yang memberikan kontribusi pada

kematangan emosional, konsep diri dan orientasi-orientasi nilai.

b). Pengetahuan dan penggunaan informasi yang kuat dan relevan (sebelum

memutuskan). Salah satu dari langkah-langkah pertama dalam pengambilan

keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan sumver-sumber informasi

kepada individu-individu bagaimana menggunakannya.

c). Pengetahuan dan penggunaan strategi untuk mengkonfirmasikan informasi ini ke

dalam tindakan. Individu-individu biasanya menggunkan berbagai strategi

pengambilan keputusan berilah kemudahan menemukan strategi-strateginya dan

bagaimana meningkatkannya.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

24

2.1.4 Aspek – Aspek Pilihan karier

Ada 13 aspek dalam pemilihan karier menurut Holland (dalam Sukardi 1994).

diantaranya yaitu :

1) Kemampuan inteligensi

Kemampuan inteligensi yang dimiliki individu memegang peranan yang

penting, sebab kemampuan inteligensi yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan

sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memasuki suatu pekerjaan, jabatan atau

karier dan juga sebagai pelengkap dalam mempertimbangkan memasuki atau jenjang

pendidikan tertentu.

2) Bakat

Perlu sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seorang anak-anak di sekolah

diketahui dalam rangka memberikan bimbingan belajar yang paling sesuai dengan

bakatnya dan memprediksi bidang kerja, jabatan, atau karier para murid setelah

menamatkan studinya.

3) Minat

Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai suatu pekerjaan jabatan,

atau karier. Jika seseorang tidak berminat pada suatu pekerjaan yang dijabatnya maka

orang tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sehingga orang

tersebut menjadi tidak nyaman atau mudah bosan terhadap pekerjaan yang dijabatnya.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

25

4) Sikap

Sikap merupakan suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki dalam

mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain atau situasi tertentu. Namun, pada masa

remaja terjadi perubahan dalam sikap maupun perilaku. Hal ini akibat pengaruh

teman sebayanya. Karena pada masa ini remaja mempunyai kesempatan untuk

melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial sehingga pergaulan remaja semakin

luas .

5) Konsep diri

Konsep diri sangat berpengaruh terhadap pilihan karier. Karena pilihan karier

merupakan cerminan dari konsep diri. Seseorang yang dapat memilih karier sesuai

dengan konsep dirinya maka orang tersebut mampu menilai dirinya sendiri terhadap

pilihan karier yang dipilihnya.

6) Nilai

Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang

dipilihnya serta berpengaruh terhadap prestasi dalam pekerjaan. Setiap individu

mempunyai nilai sendiri-sendiri dalam bekerja. Karena nilai yang dianut individu

berbeda dengan nilai yang dianut dalam bekerja. Misalnya individu yang mempunyai

nilai bahwa seseorang yang telah lama bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun

pantas mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangan hari tua. Namun nilai yang dianut

oleh perusahaan berbeda dengan orang tersebut yaitu karyawan atau pegawai tidak

perlu kenaikan gaji karena yang didapatnya menurut perusahaan sudah mencukupi

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

26

7) Prestasi

Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuni

oleh seseorang berpengaruh terhadap pilihan jabatan di kemudian hari.

8) Keterampilan

Keterampilan dalam bidang tertentu juga sangat berpengaruh terhadap pilihan

jabatan seseorang. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan khusus seperti

keterampilan berbahasa asing , dapat mengoperasikan komputer, dan lain sebagainya

maka orang tersebut akan kalah bersaing dengan orang yang memiliki keterampilan

khusus. Dengan mempunyai keterampilan khusus maka orang tersebut

memungkinkan diterima diperusahaan atau instansi yang dituju oleh pencari kerja.

Karena mempunyai keterampilan berbeda dengan keterampilan yang dimiliki oleh

orang lain.

9) Penggunaan waktu senggang

Penggunaan waktu senggang juga sangat menentukan pilihan karier

seseorang. Waktu senggang dapat dimanfaatkan dengan kegiatan yang berguna,

misalnya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti menulis artikel, membaca buku

atau koran, berkebun dan lain sebagainya.

10) Hobi atau kegemaran

Setiap individu mempunyai hobi yang berbeda dengan hobi yang dimiliki oleh

orang lain. Kegemaran individu dalam bidang karang mengarang, tulis menulis

artikel dan lain sebagainya memiliki kecenderungan untuk menentukan kariernya

sesuai dengan hobinya. Dengan hobi yang dimilikinya seseorang dapat memilih

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

27

pekerjaan yang sesuai dengan hobinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi

kerja yang dijabatnya.

11) Pengalaman kerja

Pengalam kerja merupakan bekal seseorang untuk memasuki dunia kerja.

Dengan pengalaman kerja yang didapat maka orang tersebut akan siap memasuki

dunia kerja, sebaliknya, orang yang tidak mempunyai pengalaman kerja akan tidak

siap memasuki dunia kerja. Sehingga tidak mengetahui yugas-tugas yang akan

dijalaninya nanti.

12) Penampilan lahiriah

Penampilan lahiriah juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan karier. Jika

seseorang berpenampilan tidak rapi maka orang tersebut kemungkinan besar tidak

diterima dalam pekerjaan. Karena penampilan lahiriah merupakan gambaran dari

kepribadian orang tersebut.

13) Masalah pribadi

Masalah atau problema dari diri juga dapat berpengaruh dengan pemilihan

karier. Individu yang mengalami masalah akan menyelesaikan masalahnya dengan

cara yang baik tanpa emosi, sehingga dapat diperkirakan apabila menghadapi

masalah di pekerjaan nantinya akan menyelesaikan dengan cara yang baik pula.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan karier

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan karier menurut Holland

(dalam Sukardi 1994) yaitu:

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

28

1). Faktor Pengetahuan Diri

Pengaruh pengetahuan diri ini lebih ditujukan pada pengetahuan individu

tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri sendiri mempunyai peranan untuk

meningkatkan (increase) atau mengurangi (decrease) ketepatan pilihan seseorang.

Pengetahuan diri ini diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan

berbagai kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut kemampuan-kemampuannya

sendiri, namun ada perbedaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri,

penilaian diri menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya sedangkan

pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang tentang

dirinya seperti usia dan jenis kelamin. Menurut Ginzberg (dalam Sukardi, 1994)

pilihan karier siswa SMA berada pada periode tentatif berlangsung pada umur 11-18

tahun. Pada tahap ini anak mulai menghadapi perlunya keputusan dengan segera dan

konkrit tentang vokasional yang akan datang. Dengan kata lain, tugas utama

perkembangan siswa SMA adalah melakukan eksplorasi, uji coba peranan untuk

memperoleh kesesuaian antara konsep diri dan faktor-faktor lingkungan pekerjaan

dan pendidikan yang mempersiapkan mereka pada suatu pekerjaan. Sedangkan untuk

jenis kelamin kecenderungan antara kualitas pilihan karier siswa pria dan siswa

wanita berbeda, baik pada aspirasi dan pilihan studi ataupun aspirasi dan pilihan

bidang pekerjaan (Holland, 1985). Karenanya tinggi rendahnya pengetahuan diri

seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya beberapa pilihan atau keputusan yang

diambil.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

29

2). Faktor Luar atau Lingkungan

Pengaruh ini memiliki faktor yang sangat luas, dijelaskan bahwa dalam

memilih jabatan atau pekerjaan individu dapat dipengaruhi dengan tekanan sosial

seperti, tuntutan orang tua, pengaruh dari masa kecil, lingkungan pergaulan, dsbg.

Hal tersebut sangat mempengaruhi individu dalam hasil pemilihan karier.

2.1.6 Pengukuran Pilihan Karier

Pengukuran pilihan karier dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang

disusun oleh Holland, John L (1985) yaitu The Vocational Preference Inventory

(VPI) yang telah dialih bahasakan oleh Noah, Sidek Mohd (1985) memiliki 160

pernyataan yang harus dipertimbangkan ketika menyesuaikan keadaan psikologis

individu untuk memilih karier.

2.2 Konsep Diri

2.2.1 Pengertian Konsep Diri

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah ”konsep” berarti gambaran,

proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk

memahami hal-hal lain, dan istilah ”diri” berarti orang seorang (terpisah dari orang

lain). Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya

sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri. Hampir senada dengan pengertian

diatas, menurut Marsh (1990), konsep diri adalah gambaran mental diri sendiri yaitu

terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri sendiri. Pengetahuan

disini ialah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Pengetahuan

yang dimiliki individu merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

30

Hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,

pekerjaan dan lain-lain dan sesuatu yang merujuk pada istilah-istilah kualitas, seperti

individu yang egois, baik hati, tenang, dan bertemperamen tinggi. Pengetahuan bisa

diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya.

Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya,

pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau

dengan cara mengubah kelompok pembanding.

Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya, individu

juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa di

masa mendatang. Singkatnya, setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya

sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu. Harapan ialah

gagasan tentang kemungkina apa yang individu inginkan dalam hidup ini,seperti

adanya keinginan untuk tampil sebagai pribadi yang menyenangkan, sehingga mudah

dalam bergaul. Sedangkan penilaian ialah pengukuran diri atas kondisi ideal yang

seharusnya terjadi pada diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap

dirinya setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang

keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.

Penilaian tersebut bagi remaja seperti remaja menilai dirinya serba kurang dibanding

teman-temannya yang jauh lebih menarik. Semakin luas pergaulan remaja dalam

mengenal lingkunganya, maka semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

31

Konsep diri bukan bawaan (hereditas) sejak lahir, tetapi berkembang melalui

tahapan tertentu karena interaksi dengan lingkungan sejak lahir. Dengan demikian

pembentukan konsep diri melalui suatu proses belajar. Dalam melakukan kegiatannya

seseorang memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang

melalui kegiatan eksplorasi lingkungan, penggunaan bahasa, suara, pengalaman atau

pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya, interaksi sosial, hubungan

interpersonal, kemampuan dalam bidang tertentu yang dinilai oleh diri, kelompok

atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasikan potensi yang

dimilikinya.

Konsep diri dimulai di lingkungan keluarga (oleh orang tua) dalam

perkembangannya dapat lebih dimantapkan atau diubah. Terkait dengan

pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus

berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu

terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain

juga terbentuk melalui pengalaman individu dalam lingkungan sosialnya dan

dipengaruhi secara khusus oleh evaluasi yang dilakukan oleh significant others,

faktor-faktor pendorong yang lain, dan atribusi individu terhadap perilakunya sendiri.

Jika seorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep

diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil (Marsh,

1990). Self-concept memainkan peranan yang penting dalam proses evaluasi (Marsh

et al, dalam Nurmi, 1989): individu mengevaluasi kesempatan mereka merealisasikan

tujuan dan rencananya didasarkan pada gambaran kemampuan diri mereka.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

32

2.2.2 Aspek-Aspek Konsep Diri

Menurut Marsh (1990) konsep diri terdiri dari 11 aspek yang terbagi menjadi

3 (tiga) aspek konsep diri akademik, 7 (tujuh) aspek konsep diri non-akademik, dan 1

(satu) aspek konsep diri secara umum. Aspek-aspek tersebut yaitu:

1. Konsep diri akademik, yang terdiri dari:

a. Matematika (Math)

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan, kegemaran, dan

ketertarikan individu terhadap mata pelajaran matematika.

b. Bahasa (Verbal)

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan,

kegemaran dan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran bahasa

(khusnya bahasa Indonesian ), membaca dan bertutur kata dengan orang

lain.

c. Sekolah secara umum (General School).

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap, tingkah

laku, penyesuaian diri siswa terhadap guru, teman, pelajaran dan

lingkungan sekolah itu sendiri.

Marsh (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri akademik bisa membuat

individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka

karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu

bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

33

2. Konsep diri non-akademik, yang terdiri dari :

a. Penampilan fisik (physical appearance).

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa menilai

penampilan fisik dirinya, kelebihan maupun kekurangan dari penampilan

fisik yang dimiliki oleh siswa.

b. Kejujuran-kepercayaan (Honesty-trustworthiness).

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kejujuran dan kepercayaan siswa

terhadap diri sendiri dan juga orang lain.

c. Kemampuan fisik (physical abilities).

Aspek ini bertujuan agar siswa dapat mengukur sampai dimana

kemampuannya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan

fisiknya, seperti olah raga dan menari.

d. Stabilitas emosional (emotional stability).

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa mengetahui,

mengendalikan, dan menunjukkan perasaannya dalam segala situasi dan

kondisi disekelilingnya.

e. Hubungan dengan orang tua (parent relation).

Aspek ini mengetahui bagaimana hubungan antara siswa dengan orang

tuanya selama ini, terutama dalam hal komunikasi.

f. Hubungan dengan teman sesame jenis kelamin (same sex relations).

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan siswa dengan

teman sekolah maupun teman diluar sekolah, yang berjenis kelamin sama.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

34

g. Hubungan dengan lawan jenis kelamin (opposite sex relations).

Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman hubungan siswa dengan

teman sekolah maupun teman di luar sekolah yang berbeda jenis kelamin.

3. Konsep diri secara umum.

Konsep diri secara umum terdiri dari aspek diri secara umum (general

self). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum diri siswa

itu sendiri, bagaimana kepercayaan terhadap dirinya sendiri, kepuasan terhadap

dirinya sendiri, dan kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki oleh siswa.

Rumusan kesimpulan dari aspek diri berdasarkan kajian teori adalah

aspek konsep diri akademik (matematika, bahasa, sekolah secara umum), aspek

konsep diri non akademik (penampilan fisik, kejujuran dan kepercayaan, kemampuan

fisik, stabilitas emosional, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman

sejenis dan teman lawan jenis kelamin), dan aspek konsep diri secara umum.

2.2.3 Faktor-faktor konsep diri

Menurut Marsh (1993), faktor yang mempengaruhi konsep yaitu :

1. Faktor Eksternal

a) Orang tua

Orang tua kita merupakan kontak sosial paling awal yang kita alami

dan yang paling kuat. Informasi yang dikomunikasikan orang tua pada anak

akan lebih menancap daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang

hidupnya dan orang tualah yang menetapkan penghargaan bagi anak-anaknya.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

35

Mars (1993) menyatakan bahwa ada kaitan yang positif antara keyakinan

orangtua dan keyakinan anak terhadap kemampuannya. Hubungan ini

meningkat selama masa sekolah dasar.

b) Teman Sebaya

Teman sebaya sangatlah memepengaruhi konsep diri pada diri remaja.

Remaja juga membutuhkan penerimaan dari temannya atau kelompoknya.

Apabila anak selalu digoda, dicaci maki, dan dibentak, maka konsep diri anak

akan terganggu. Jadi pandangan individu mengenai kemampuannya juga

didapat dari pengaruh teman sebaya.

c) Masyarakat

Anak muda tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka,

kenyataannya bahwa mereka hitam atau putih, anak orang kaya atau bukan,

mereka laki-laki atau perempuan. Tetapi masyarakat menganggap penting fakta

semacam ini, akhirnya penilaian ini sampai pada anak dan mempengaruhi

konsep dirinya.

2. Faktor Internal, menurut Marsh (dalam Sari, 2009) yang meliputi

a) Kepercayaan diri

Remaja yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan merasa yakin

akan kemampuannya dan mereka akan berusaha mencapai prestasi yang tinggi.

Sebaliknya remaja yang mempunyai kepercayaan diri rendah akan diliputi

keraguan akan kemampuan yang dimilikinya.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

36

b) Penerimaan diri

Para remaja yang dapat menerima baikkelebihan maupun

kekurangannya akan dapat memperkirakan kemampuan yang dimilikinya, dan

yakin terhadap ukuran-ukurannya sendiri tanpa harus terpengaruh terhadap

pendapat-pendapat orang lain selanjutnya remaja akan mampu untuk menerima

keterbatasan dirinya tanpa harus menyalahkan orang lain.

c) Penghargaan diri

Rasa harga diri pada diri remaja tumbuh dan berasal dari penilaian

pribadi yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses

pemikiran, perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, nilai-nilai, dan tujuannya

yang membawa kearah keberhasilan atau kegagalannya. Pada remaja yang

menghargai dirinya akan berpikir positif akan kemampuan dirinya.

2.3 Kajian yang Relevan

Setiyarini (2008) melaksanakan penelitian Hubungan antara Konsep Diri dan

Pilihan Karier Siswa Kelas XI SMA Negeri di kota Malang. Rancangan penelitian

yang digunakan adalah rancangan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas XI SMA N di Kota Malang. Pengambilan sampel sekolah diambil dengan

teknik areal quota proposional random sampling. Alat yang digunakan dalam

pengumpulan data berbentuk inventori konsep diri dan angket pilihan karier. Analisis

yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment dan persentase . Temuan

penelitian menunjukkan (1) gambaran konsep diri siswa kelas XI SMA N di Kota

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

37

Malang memiliki tingkat konsep diri positif (83,52%) dan untuk siswa yang memiliki

tingkat konsep diri negatif (16,48%), (2) gambaran konsep diri siswa kelas XI SMA

N di Kota Malang memiliki tingkat konsep diri negative yang mengacu pada aspek

diri sosial (61,93%) (3) gambaran tingkat pilihan karier siswa kelas XI SMA N di

Kota Malang siswa memilih tingkat jabatan atau karier pada tingkat Profesional dan

Manajerial I dan II (58%), (4) gambaran bidang pilihan karier siswa kelas XI SMA N

di Kota Malang siswa memilih bidang jabatan atau karier pada bidang organisasi

(18,8%), (5) ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dan pilihan

karier siswa kelas XI SMA N di Kota Malang. Hasil analisis diperoleh r hitung

sebesar 0,212 sedangkan r tabel sebesar 0,113, dengan kata lain r hitung > dari pada r

tabel. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat konsep diri siswa, maka semakin baik

atau realistis pilihan karier siswa.

Widiana (2010) melakukan penelitian hubungan antara konsep diri dengan

pilihan karier siswa di kelas X SMAN 9 Malang dengan rancangan deskriptif dan

korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri

9 malang. Pengambilan sampelnya sebesar 25% dilakukan dengan teknik

proportional random sampling yang diambil sesuai dengan populasi kelas.

Pengambilan sampel tiap kelas dilakukan secara random sampling. Dari hasil

perhitungan ditemukan 75 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dengan menggunakan angket berstruktur dengan empat skala jawaban yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS). Teknik analisis data

yang digunakan adalah persentase dan korelasi product moment. Berdasarkan hasil

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

38

penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) cukup banyak 94,67% Siswa kelas X SMA

Negeri 9 Malang yang memiliki konsep diri positif, (2) cukup banyak 58,67% siswa

kelas X SMA Negeri 9 Malang yang cukup tepat dalam memilih kariernya, (3) ada

hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier siswa kelas

X SMA Negeri 9 Malang.

Yuningsih (2008) dalam penelitiannya di SMK Negeri 1 Blitar dengan

penelitian hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier pada siswa kelas X

dengan jumlah populasi 146 siswa. Sampel penelitian diambil 50% dengan teknik

random sampling dari hasil perhitungan ditemukan 73 siswa. Alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data menggunakan angket (kuesioner). Analisis yang

digunakan adalah analisis deskriptif, analisis korelasi product moment, dan analisis

regresi linier sederhana dengan tingkat signifikasi 5% atau 0,05. Hasil penelitian

menunjukkan: (1) sebagian kecil siswa yang konsep dirinya berada dalam kategori

positif yaitu 30 siswa (41,1%), (2) sebagian besar yang konsep dirinya dalam kategori

menengah yaitu 43 siswa (58,9%), (3) tidak ada siswa yang konsep dirinya dalam

kategori rendah/negatif yaitu 0 siswa (0,0%), (4) sebagian besar siswa kelas X

Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Blitar yang mampu memilih karir, yaitu 61

siswa (83,6%), (5) sebagian kecil siswa yang sangat mampu memilih karier, yaitu 3

siswa (4,1%), (6) sebagian kecil siswa yang kurang mampu memilih karir, yaitu 9

siswa (12,3%) dan, (7) sebagian kecil yang tidak mampu memilih karir, yaitu 0 siswa

(0,0%). Menemukan ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan

karier sebesar 0,425.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1789/3/T1_132007029_BAB II.pdf · kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian

39

2.4 Hipotesa

Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti merumuskan hipotesa sebagai

berikut :

1) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier

realistik pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.

2) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier

investigatif pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.

3) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier

artistik pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.

4) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier sosial

pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.

5) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier

enterprising pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.

6) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier

konvensional pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.