17
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pilihan Karier
2.1.1 Pengertian Pilihan Karier
Kata pilihan berarti menentukan sesuatu. Karier adalah istilah yang
didefinisikan oleh Kamus Oxford Inggris sebagai lintasan atau perjalanan dalam
kehidupan (atau bagian yang berbeda dari kehidupan). Pilihan karier menurut Holland
(dalam Sukardi 1994) merupakan hasil dari interaksi antara faktor hereditas
(keturunan) dengan segala pengaruh budaya, teman bergaul, orangtua, dan orang
dewasa yang dianggap memiliki peranan yang penting. Faktor keturunan dan sejarah
hidup mendirikan proses perkembangan atau orientasi modal pribadi membuat
individu bereaksi terhadap tuntutan lingkungan.
Pada dasarnya, pemilihan karier merupakan ekspresi atau perluasan
kepribadian ke dalam dunia kerja yang diikuti dengan pengidentifikasian terhadap
stereotipe okupasional tertentu. Perbandingan antara self dengan persepsi tentang
suatu okupasi dan penerimaan atau penolakannya merupakan faktor penentu utama
dalam pemilihan karier. Harmoni antara pandangan seseorang terhadap dirinya
dengan okupasi yang disukainya membentuk “modal personal style”. Orientasi
kesenangan pribadi (modal personal orientation) merupakan proses perkembangan
yang terbentuk melalui hereditas dan pengalaman hidup individu dalam bereaksi
terhadap tuntutan lingkungannya.
18
Individu memilih sebuah karir untuk memuaskan orientasi kesenangan
pribadinya. Jika individu telah mengembangkan suatu orientasi yang dominan, maka
akan lebih besar kemungkinan baginya mendapatkan kepuasan dalam lingkungan
okupasi yang sesuai. Akan tetapi, jika dia belum dapat menentukan pilihan, maka
kemungkinan mendapat kepuasan itu akan hilang. Pemilihan karier yang dibuat pada
awal proses perkembangan vokasional sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan
selanjutnya. Perkembangan karier seorang dewasa masih harus membuat pilihan-
pilihan diantara kemungkinan untuk meningkatkan kariernya dan memperoleh
kepuasan pribadi yang mendalam.
Adanya pencarian karier menciptakan homogenitas okupasi.
Homogenitas okupasi merupakan jalan terbaik menuju pemenuhan diri dan pola
karier yang konsisten. Individu yang mempunyai peran dan tujuan okupasional yang
bertentangan dengan lingkungan akan mempunyai pola karier yang inkonsisten dan
divergen. Holland menekankan pentingnya self-knowledge dalam upayanya mencari
kepuasan dan stabilitas vokasional. Holland (1985) memandang pemilihan karier
sebagai ekspresi atau ekstensi kepribadian ke dalam dunia kerja, yang diikuti dengan
pengidentifikasian terhadap stereotype okupasional tertentu. Holland (1985)
memandang modal orientasi diri sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu.
19
Sebagai kunci menuju pilihan okupasi individu tidak akan cukup
memadai apabila tidak dirumuskan bagaimana ciri-ciri lingkungan dan manusiannya.
Maka dari itu Holland (dalam Sukardi, 1994) mengajukan enam model orientasi
pribadi yang menandai lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Model orientasi
pribadi atau lingkungan itu selalu sesuai dengan tipe kepribadian yaitu tipe
kepribadian Realistik (R), Investigatif (I), Artistik (A), Sosial (S), Enterprising (E),
Konvensional (K), karenanya setiap tipe kepribadian congruen dengan enam
lingkungan yang berkaitan sejalan dengan pemilihan karier yakni :
a) Orientasi Realistis
Lingkungan realistis ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik,
eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuninya. Untuk dapat memecahkan
masalah yang lebih efektif seringkali memerluakan bentuk-bentuk kecakapan,
gerakan dan ketahanan tertentu. Di antara kecakapan mekanik, ketahanan dan
gerakan fisik untuk berpindah-pindah dan seringkali berada di luar gedung. Sifat-sifat
yang Nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan
atau keberhasilan.
b) Orientasi Intelektual
Lingkungan ini ditandai dengan berbagai tugas yang memerlukan berbagai
kemampuan yang abstrak, dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan
pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan
intelejensi dan imajinasi serta kepekaan terhadap bebagai masalah yang bersifat
intelektual dan fisik. Kemampuan tulis menulis mutlak dipelihara dalam orientasi ini.
20
c) Orientasi Artistik
Orientasi ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang
memerlukan interprestasi atau kreasi bentuk-bentuk artistik melalui citarasa, perasaan
dan imajinasi. Dengan artian lain orientasi artistik lebih menitikberatkan menghadapi
keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan
yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut keterampilan
fisik.
d) Orientasi Sosial
Orientasi ini memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk
menginterprestasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri
dan status.
e) Orientasi Enterprising
Orientasi Enterprising ditandai dengan berbagai macam tugas yang
menitikberatkan kepad kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan
mempengaruhi orang lain.
f) Orientasi Konvensional
Orientasi konvensional ditandai dengan berbagai macam tugas dan
pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan matematis
kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis.
21
Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat
digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu
mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu : Lingkungan
Realistik (The Realistic Environment), Lingkungan Penelitian/Pengusutan (The
Investigative Environment), Lingkungan Kesenian (The Artistic Environment),
Lingkungan Pengusaha (The Enterprising Environment), Lingkungan Pelayanan
Sosial (The Social Environment), Lingkungan Bersuasana Kegiatan Rutin (The
Conventional Environment). Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di
antara enam model lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana
kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.
Individu-individu berusaha untuk memperoleh karier atau jabatan dengan
tujuan untuk melaksanakan potensi-potensi yang dimilikinya, menyatakan sikap dan
nilai-nilai yang dimilikinya, mengambil peranan di dalamnya, serta menghindari
berbagai peranan dan problema yang tidak dikehendaki dan disetujuinya.
Menentukan karier dari sekelompok besar karier atau pekerjaan menuntut seseorang
mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau pekerjaanya. Derajat pilihan
karier ini ditentukan sejauh mana ketepatan individu dalam memilih pekerjaan yang
ingin dimasukinya kelak.
22
2.1.2 Proses Pemilihan Karier
Secara singkat proses pemilihan karier menurut Holland (1985) dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Orang secara langsung mengorientasikan dirinya kepada kelompok besar
klasifikasi karier, selama perkembangannya ia mengadakan seleksi atau
menjajaki karier-karier tersebut dengan berbagai kecenderungan terhadap
klasifikasi jabatan tertentu sebagai puncak dari pilihannya.
b. Pilihan dari sekelompok besar karier-karier di mana orang / seseorang akan
mengadakan seleksi atau penjajakan terhadap karier atau jabatan dan
merupakan fungsi dari penilaian diri dan kemampuannya (intelijensinya), untuk
mengadakann pemilihan yang memadai terhadap lingkungan pekerjaannya.
c. Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam proses pilihan pekerjaan di atas disertai
oleh sederetan atau sejumlah faktor-faktor pribadi, meliputi pengetahuan
tentang diri (Self-knowledge), evaluasi diri (Self-evaluation), dan pengetahuan
tentang klasifikasi atau karier (arah atau luasnya informasi dan tingkat
perbedaan antara dua dan dalam lingkungan pekerjaan), tingkat hirarkis
perkembangan, dan sejumlah atau sederetan dari faktor-faktor lingkungan
meliputi luasnya potensi lingkungan, tekanan sosial yang bersumber dari
keluarga dan teman-teman, penilaian atasan, dan potensi dari atasan, dan
pembatasan-pembatasan yang berasal dari sumber sosial ekonomi dan
lingkungan fisik.
23
2.1.3 Syarat-syarat Pemilihan Karier
Untuk dapat menentukkan pilihan kariernya secara tepat ada beberapa syarat
yang harus di perhatikan dalam mengambil keputusan karier. Ada 3 (tiga) syarat
pengambilan keputusan yang baik menurut Holland (dalam Sukardi 1994) yaitu:
a). Pemeriksaan dan pengenalan nilai-nilai pribadi, pengambilan keputusan
berhubungan dengan perkembangan kepribadian dan nilai-nilai memberikan
pengalaman kepada individu-individu yang memberikan kontribusi pada
kematangan emosional, konsep diri dan orientasi-orientasi nilai.
b). Pengetahuan dan penggunaan informasi yang kuat dan relevan (sebelum
memutuskan). Salah satu dari langkah-langkah pertama dalam pengambilan
keputusan adalah pengumpulan informasi, sediakan sumver-sumber informasi
kepada individu-individu bagaimana menggunakannya.
c). Pengetahuan dan penggunaan strategi untuk mengkonfirmasikan informasi ini ke
dalam tindakan. Individu-individu biasanya menggunkan berbagai strategi
pengambilan keputusan berilah kemudahan menemukan strategi-strateginya dan
bagaimana meningkatkannya.
24
2.1.4 Aspek – Aspek Pilihan karier
Ada 13 aspek dalam pemilihan karier menurut Holland (dalam Sukardi 1994).
diantaranya yaitu :
1) Kemampuan inteligensi
Kemampuan inteligensi yang dimiliki individu memegang peranan yang
penting, sebab kemampuan inteligensi yang dimiliki seseorang dapat dipergunakan
sebagai pertimbangan-pertimbangan dalam memasuki suatu pekerjaan, jabatan atau
karier dan juga sebagai pelengkap dalam mempertimbangkan memasuki atau jenjang
pendidikan tertentu.
2) Bakat
Perlu sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seorang anak-anak di sekolah
diketahui dalam rangka memberikan bimbingan belajar yang paling sesuai dengan
bakatnya dan memprediksi bidang kerja, jabatan, atau karier para murid setelah
menamatkan studinya.
3) Minat
Minat sangat besar pengaruhnya dalam mencapai suatu pekerjaan jabatan,
atau karier. Jika seseorang tidak berminat pada suatu pekerjaan yang dijabatnya maka
orang tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Sehingga orang
tersebut menjadi tidak nyaman atau mudah bosan terhadap pekerjaan yang dijabatnya.
25
4) Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki dalam
mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain atau situasi tertentu. Namun, pada masa
remaja terjadi perubahan dalam sikap maupun perilaku. Hal ini akibat pengaruh
teman sebayanya. Karena pada masa ini remaja mempunyai kesempatan untuk
melibatkan diri dalam berbagai kegiatan sosial sehingga pergaulan remaja semakin
luas .
5) Konsep diri
Konsep diri sangat berpengaruh terhadap pilihan karier. Karena pilihan karier
merupakan cerminan dari konsep diri. Seseorang yang dapat memilih karier sesuai
dengan konsep dirinya maka orang tersebut mampu menilai dirinya sendiri terhadap
pilihan karier yang dipilihnya.
6) Nilai
Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap pekerjaan yang
dipilihnya serta berpengaruh terhadap prestasi dalam pekerjaan. Setiap individu
mempunyai nilai sendiri-sendiri dalam bekerja. Karena nilai yang dianut individu
berbeda dengan nilai yang dianut dalam bekerja. Misalnya individu yang mempunyai
nilai bahwa seseorang yang telah lama bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun
pantas mendapatkan kenaikan gaji dan tunjangan hari tua. Namun nilai yang dianut
oleh perusahaan berbeda dengan orang tersebut yaitu karyawan atau pegawai tidak
perlu kenaikan gaji karena yang didapatnya menurut perusahaan sudah mencukupi
26
7) Prestasi
Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuni
oleh seseorang berpengaruh terhadap pilihan jabatan di kemudian hari.
8) Keterampilan
Keterampilan dalam bidang tertentu juga sangat berpengaruh terhadap pilihan
jabatan seseorang. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan khusus seperti
keterampilan berbahasa asing , dapat mengoperasikan komputer, dan lain sebagainya
maka orang tersebut akan kalah bersaing dengan orang yang memiliki keterampilan
khusus. Dengan mempunyai keterampilan khusus maka orang tersebut
memungkinkan diterima diperusahaan atau instansi yang dituju oleh pencari kerja.
Karena mempunyai keterampilan berbeda dengan keterampilan yang dimiliki oleh
orang lain.
9) Penggunaan waktu senggang
Penggunaan waktu senggang juga sangat menentukan pilihan karier
seseorang. Waktu senggang dapat dimanfaatkan dengan kegiatan yang berguna,
misalnya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti menulis artikel, membaca buku
atau koran, berkebun dan lain sebagainya.
10) Hobi atau kegemaran
Setiap individu mempunyai hobi yang berbeda dengan hobi yang dimiliki oleh
orang lain. Kegemaran individu dalam bidang karang mengarang, tulis menulis
artikel dan lain sebagainya memiliki kecenderungan untuk menentukan kariernya
sesuai dengan hobinya. Dengan hobi yang dimilikinya seseorang dapat memilih
27
pekerjaan yang sesuai dengan hobinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi
kerja yang dijabatnya.
11) Pengalaman kerja
Pengalam kerja merupakan bekal seseorang untuk memasuki dunia kerja.
Dengan pengalaman kerja yang didapat maka orang tersebut akan siap memasuki
dunia kerja, sebaliknya, orang yang tidak mempunyai pengalaman kerja akan tidak
siap memasuki dunia kerja. Sehingga tidak mengetahui yugas-tugas yang akan
dijalaninya nanti.
12) Penampilan lahiriah
Penampilan lahiriah juga sangat berpengaruh terhadap pemilihan karier. Jika
seseorang berpenampilan tidak rapi maka orang tersebut kemungkinan besar tidak
diterima dalam pekerjaan. Karena penampilan lahiriah merupakan gambaran dari
kepribadian orang tersebut.
13) Masalah pribadi
Masalah atau problema dari diri juga dapat berpengaruh dengan pemilihan
karier. Individu yang mengalami masalah akan menyelesaikan masalahnya dengan
cara yang baik tanpa emosi, sehingga dapat diperkirakan apabila menghadapi
masalah di pekerjaan nantinya akan menyelesaikan dengan cara yang baik pula.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan karier
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan karier menurut Holland
(dalam Sukardi 1994) yaitu:
28
1). Faktor Pengetahuan Diri
Pengaruh pengetahuan diri ini lebih ditujukan pada pengetahuan individu
tentang dirinya dari orang lain. Pengetahuan diri sendiri mempunyai peranan untuk
meningkatkan (increase) atau mengurangi (decrease) ketepatan pilihan seseorang.
Pengetahuan diri ini diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan
berbagai kemungkinan lingkungan dipandang dari sudut kemampuan-kemampuannya
sendiri, namun ada perbedaan mendasar antara penilaian diri dan pengetahuan diri,
penilaian diri menitikberatkan pada penghargaan terhadap dirinya sedangkan
pengetahuan diri berisikan sejumlah informasi yang dimiliki seseorang tentang
dirinya seperti usia dan jenis kelamin. Menurut Ginzberg (dalam Sukardi, 1994)
pilihan karier siswa SMA berada pada periode tentatif berlangsung pada umur 11-18
tahun. Pada tahap ini anak mulai menghadapi perlunya keputusan dengan segera dan
konkrit tentang vokasional yang akan datang. Dengan kata lain, tugas utama
perkembangan siswa SMA adalah melakukan eksplorasi, uji coba peranan untuk
memperoleh kesesuaian antara konsep diri dan faktor-faktor lingkungan pekerjaan
dan pendidikan yang mempersiapkan mereka pada suatu pekerjaan. Sedangkan untuk
jenis kelamin kecenderungan antara kualitas pilihan karier siswa pria dan siswa
wanita berbeda, baik pada aspirasi dan pilihan studi ataupun aspirasi dan pilihan
bidang pekerjaan (Holland, 1985). Karenanya tinggi rendahnya pengetahuan diri
seseorang akan terlihat dari tepat atau tidaknya beberapa pilihan atau keputusan yang
diambil.
29
2). Faktor Luar atau Lingkungan
Pengaruh ini memiliki faktor yang sangat luas, dijelaskan bahwa dalam
memilih jabatan atau pekerjaan individu dapat dipengaruhi dengan tekanan sosial
seperti, tuntutan orang tua, pengaruh dari masa kecil, lingkungan pergaulan, dsbg.
Hal tersebut sangat mempengaruhi individu dalam hasil pemilihan karier.
2.1.6 Pengukuran Pilihan Karier
Pengukuran pilihan karier dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang
disusun oleh Holland, John L (1985) yaitu The Vocational Preference Inventory
(VPI) yang telah dialih bahasakan oleh Noah, Sidek Mohd (1985) memiliki 160
pernyataan yang harus dipertimbangkan ketika menyesuaikan keadaan psikologis
individu untuk memilih karier.
2.2 Konsep Diri
2.2.1 Pengertian Konsep Diri
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah ”konsep” berarti gambaran,
proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami hal-hal lain, dan istilah ”diri” berarti orang seorang (terpisah dari orang
lain). Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya
sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri. Hampir senada dengan pengertian
diatas, menurut Marsh (1990), konsep diri adalah gambaran mental diri sendiri yaitu
terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri sendiri. Pengetahuan
disini ialah informasi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Pengetahuan
yang dimiliki individu merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya sendiri.
30
Hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,
pekerjaan dan lain-lain dan sesuatu yang merujuk pada istilah-istilah kualitas, seperti
individu yang egois, baik hati, tenang, dan bertemperamen tinggi. Pengetahuan bisa
diperoleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya.
Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya,
pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau
dengan cara mengubah kelompok pembanding.
Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa dirinya, individu
juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa di
masa mendatang. Singkatnya, setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya
sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu. Harapan ialah
gagasan tentang kemungkina apa yang individu inginkan dalam hidup ini,seperti
adanya keinginan untuk tampil sebagai pribadi yang menyenangkan, sehingga mudah
dalam bergaul. Sedangkan penilaian ialah pengukuran diri atas kondisi ideal yang
seharusnya terjadi pada diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap
dirinya setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang
keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.
Penilaian tersebut bagi remaja seperti remaja menilai dirinya serba kurang dibanding
teman-temannya yang jauh lebih menarik. Semakin luas pergaulan remaja dalam
mengenal lingkunganya, maka semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh.
31
Konsep diri bukan bawaan (hereditas) sejak lahir, tetapi berkembang melalui
tahapan tertentu karena interaksi dengan lingkungan sejak lahir. Dengan demikian
pembentukan konsep diri melalui suatu proses belajar. Dalam melakukan kegiatannya
seseorang memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang
melalui kegiatan eksplorasi lingkungan, penggunaan bahasa, suara, pengalaman atau
pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya, interaksi sosial, hubungan
interpersonal, kemampuan dalam bidang tertentu yang dinilai oleh diri, kelompok
atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasikan potensi yang
dimilikinya.
Konsep diri dimulai di lingkungan keluarga (oleh orang tua) dalam
perkembangannya dapat lebih dimantapkan atau diubah. Terkait dengan
pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus
berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Konsep diri individu
terbentuk melalui imajinasi individu tentang respon yang diberikan oleh orang lain
juga terbentuk melalui pengalaman individu dalam lingkungan sosialnya dan
dipengaruhi secara khusus oleh evaluasi yang dilakukan oleh significant others,
faktor-faktor pendorong yang lain, dan atribusi individu terhadap perilakunya sendiri.
Jika seorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep
diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil (Marsh,
1990). Self-concept memainkan peranan yang penting dalam proses evaluasi (Marsh
et al, dalam Nurmi, 1989): individu mengevaluasi kesempatan mereka merealisasikan
tujuan dan rencananya didasarkan pada gambaran kemampuan diri mereka.
32
2.2.2 Aspek-Aspek Konsep Diri
Menurut Marsh (1990) konsep diri terdiri dari 11 aspek yang terbagi menjadi
3 (tiga) aspek konsep diri akademik, 7 (tujuh) aspek konsep diri non-akademik, dan 1
(satu) aspek konsep diri secara umum. Aspek-aspek tersebut yaitu:
1. Konsep diri akademik, yang terdiri dari:
a. Matematika (Math)
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan, kegemaran, dan
ketertarikan individu terhadap mata pelajaran matematika.
b. Bahasa (Verbal)
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan,
kegemaran dan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran bahasa
(khusnya bahasa Indonesian ), membaca dan bertutur kata dengan orang
lain.
c. Sekolah secara umum (General School).
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap, tingkah
laku, penyesuaian diri siswa terhadap guru, teman, pelajaran dan
lingkungan sekolah itu sendiri.
Marsh (2003) mengungkapkan bahwa konsep diri akademik bisa membuat
individu menjadi lebih percaya diri dan merasa yakin akan kemampuan mereka
karena sebenarnya konsep diri akademis itu sendiri mencakup bagaimana individu
bersikap, merasa, dan mengevaluasi kemampuannya.
33
2. Konsep diri non-akademik, yang terdiri dari :
a. Penampilan fisik (physical appearance).
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa menilai
penampilan fisik dirinya, kelebihan maupun kekurangan dari penampilan
fisik yang dimiliki oleh siswa.
b. Kejujuran-kepercayaan (Honesty-trustworthiness).
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui kejujuran dan kepercayaan siswa
terhadap diri sendiri dan juga orang lain.
c. Kemampuan fisik (physical abilities).
Aspek ini bertujuan agar siswa dapat mengukur sampai dimana
kemampuannya dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan
fisiknya, seperti olah raga dan menari.
d. Stabilitas emosional (emotional stability).
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana siswa mengetahui,
mengendalikan, dan menunjukkan perasaannya dalam segala situasi dan
kondisi disekelilingnya.
e. Hubungan dengan orang tua (parent relation).
Aspek ini mengetahui bagaimana hubungan antara siswa dengan orang
tuanya selama ini, terutama dalam hal komunikasi.
f. Hubungan dengan teman sesame jenis kelamin (same sex relations).
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan siswa dengan
teman sekolah maupun teman diluar sekolah, yang berjenis kelamin sama.
34
g. Hubungan dengan lawan jenis kelamin (opposite sex relations).
Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaiman hubungan siswa dengan
teman sekolah maupun teman di luar sekolah yang berbeda jenis kelamin.
3. Konsep diri secara umum.
Konsep diri secara umum terdiri dari aspek diri secara umum (general
self). Aspek ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum diri siswa
itu sendiri, bagaimana kepercayaan terhadap dirinya sendiri, kepuasan terhadap
dirinya sendiri, dan kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki oleh siswa.
Rumusan kesimpulan dari aspek diri berdasarkan kajian teori adalah
aspek konsep diri akademik (matematika, bahasa, sekolah secara umum), aspek
konsep diri non akademik (penampilan fisik, kejujuran dan kepercayaan, kemampuan
fisik, stabilitas emosional, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman
sejenis dan teman lawan jenis kelamin), dan aspek konsep diri secara umum.
2.2.3 Faktor-faktor konsep diri
Menurut Marsh (1993), faktor yang mempengaruhi konsep yaitu :
1. Faktor Eksternal
a) Orang tua
Orang tua kita merupakan kontak sosial paling awal yang kita alami
dan yang paling kuat. Informasi yang dikomunikasikan orang tua pada anak
akan lebih menancap daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang
hidupnya dan orang tualah yang menetapkan penghargaan bagi anak-anaknya.
35
Mars (1993) menyatakan bahwa ada kaitan yang positif antara keyakinan
orangtua dan keyakinan anak terhadap kemampuannya. Hubungan ini
meningkat selama masa sekolah dasar.
b) Teman Sebaya
Teman sebaya sangatlah memepengaruhi konsep diri pada diri remaja.
Remaja juga membutuhkan penerimaan dari temannya atau kelompoknya.
Apabila anak selalu digoda, dicaci maki, dan dibentak, maka konsep diri anak
akan terganggu. Jadi pandangan individu mengenai kemampuannya juga
didapat dari pengaruh teman sebaya.
c) Masyarakat
Anak muda tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka,
kenyataannya bahwa mereka hitam atau putih, anak orang kaya atau bukan,
mereka laki-laki atau perempuan. Tetapi masyarakat menganggap penting fakta
semacam ini, akhirnya penilaian ini sampai pada anak dan mempengaruhi
konsep dirinya.
2. Faktor Internal, menurut Marsh (dalam Sari, 2009) yang meliputi
a) Kepercayaan diri
Remaja yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan merasa yakin
akan kemampuannya dan mereka akan berusaha mencapai prestasi yang tinggi.
Sebaliknya remaja yang mempunyai kepercayaan diri rendah akan diliputi
keraguan akan kemampuan yang dimilikinya.
36
b) Penerimaan diri
Para remaja yang dapat menerima baikkelebihan maupun
kekurangannya akan dapat memperkirakan kemampuan yang dimilikinya, dan
yakin terhadap ukuran-ukurannya sendiri tanpa harus terpengaruh terhadap
pendapat-pendapat orang lain selanjutnya remaja akan mampu untuk menerima
keterbatasan dirinya tanpa harus menyalahkan orang lain.
c) Penghargaan diri
Rasa harga diri pada diri remaja tumbuh dan berasal dari penilaian
pribadi yang kemudian menghasilkan suatu akibat terutama pada proses
pemikiran, perasaan-perasaan, keinginan-keinginan, nilai-nilai, dan tujuannya
yang membawa kearah keberhasilan atau kegagalannya. Pada remaja yang
menghargai dirinya akan berpikir positif akan kemampuan dirinya.
2.3 Kajian yang Relevan
Setiyarini (2008) melaksanakan penelitian Hubungan antara Konsep Diri dan
Pilihan Karier Siswa Kelas XI SMA Negeri di kota Malang. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah rancangan korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI SMA N di Kota Malang. Pengambilan sampel sekolah diambil dengan
teknik areal quota proposional random sampling. Alat yang digunakan dalam
pengumpulan data berbentuk inventori konsep diri dan angket pilihan karier. Analisis
yang digunakan adalah analisis korelasi Product Moment dan persentase . Temuan
penelitian menunjukkan (1) gambaran konsep diri siswa kelas XI SMA N di Kota
37
Malang memiliki tingkat konsep diri positif (83,52%) dan untuk siswa yang memiliki
tingkat konsep diri negatif (16,48%), (2) gambaran konsep diri siswa kelas XI SMA
N di Kota Malang memiliki tingkat konsep diri negative yang mengacu pada aspek
diri sosial (61,93%) (3) gambaran tingkat pilihan karier siswa kelas XI SMA N di
Kota Malang siswa memilih tingkat jabatan atau karier pada tingkat Profesional dan
Manajerial I dan II (58%), (4) gambaran bidang pilihan karier siswa kelas XI SMA N
di Kota Malang siswa memilih bidang jabatan atau karier pada bidang organisasi
(18,8%), (5) ada hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dan pilihan
karier siswa kelas XI SMA N di Kota Malang. Hasil analisis diperoleh r hitung
sebesar 0,212 sedangkan r tabel sebesar 0,113, dengan kata lain r hitung > dari pada r
tabel. Hal ini berarti bahwa semakin meningkat konsep diri siswa, maka semakin baik
atau realistis pilihan karier siswa.
Widiana (2010) melakukan penelitian hubungan antara konsep diri dengan
pilihan karier siswa di kelas X SMAN 9 Malang dengan rancangan deskriptif dan
korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri
9 malang. Pengambilan sampelnya sebesar 25% dilakukan dengan teknik
proportional random sampling yang diambil sesuai dengan populasi kelas.
Pengambilan sampel tiap kelas dilakukan secara random sampling. Dari hasil
perhitungan ditemukan 75 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dengan menggunakan angket berstruktur dengan empat skala jawaban yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS). Teknik analisis data
yang digunakan adalah persentase dan korelasi product moment. Berdasarkan hasil
38
penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) cukup banyak 94,67% Siswa kelas X SMA
Negeri 9 Malang yang memiliki konsep diri positif, (2) cukup banyak 58,67% siswa
kelas X SMA Negeri 9 Malang yang cukup tepat dalam memilih kariernya, (3) ada
hubungan positif yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier siswa kelas
X SMA Negeri 9 Malang.
Yuningsih (2008) dalam penelitiannya di SMK Negeri 1 Blitar dengan
penelitian hubungan antara konsep diri dengan pilihan karier pada siswa kelas X
dengan jumlah populasi 146 siswa. Sampel penelitian diambil 50% dengan teknik
random sampling dari hasil perhitungan ditemukan 73 siswa. Alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data menggunakan angket (kuesioner). Analisis yang
digunakan adalah analisis deskriptif, analisis korelasi product moment, dan analisis
regresi linier sederhana dengan tingkat signifikasi 5% atau 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) sebagian kecil siswa yang konsep dirinya berada dalam kategori
positif yaitu 30 siswa (41,1%), (2) sebagian besar yang konsep dirinya dalam kategori
menengah yaitu 43 siswa (58,9%), (3) tidak ada siswa yang konsep dirinya dalam
kategori rendah/negatif yaitu 0 siswa (0,0%), (4) sebagian besar siswa kelas X
Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Blitar yang mampu memilih karir, yaitu 61
siswa (83,6%), (5) sebagian kecil siswa yang sangat mampu memilih karier, yaitu 3
siswa (4,1%), (6) sebagian kecil siswa yang kurang mampu memilih karir, yaitu 9
siswa (12,3%) dan, (7) sebagian kecil yang tidak mampu memilih karir, yaitu 0 siswa
(0,0%). Menemukan ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan
karier sebesar 0,425.
39
2.4 Hipotesa
Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti merumuskan hipotesa sebagai
berikut :
1) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier
realistik pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.
2) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier
investigatif pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.
3) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier
artistik pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.
4) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier sosial
pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.
5) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier
enterprising pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.
6) “Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan pilihan karier
konvensional pada kelas XI di SMK Negeri 2 Salatiga”.