bab ii landasan teoritis - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/yesi wulandari_bab...

19
BAB II LANDASAN TEORITIS Menurut Sayuti (2009 : 291), elemen-elemen pembangunan prosa fiksi pada dasarnya dapat dibedakan 3 bagian, yaitu : fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah karya fiksi. Fakta cerita meliputi tema, plot (alur), dan tokoh, latar (setting). A. FAKTA CERITA DALAM NOVEL Termasuk dalam kategori fakta cerita adalah tema, tokoh, alur (plot), dan latar (setting). Dalam istilah yang lain, fakta cerita ini sering disebut sebagai struktur faktual (factual structure) atau tahapan faktual (factual level). Fakta cerita sangat jelas kelihatan dan mengisi cerita secara dominan sehingga pembaca sering mendapatkan kesulitan untuk mengidentifikasi unsur-unsur lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa fakta cerita bukannya bagian yang terpisah dari cerita, dan hanya merupakan salah satu aspeknya, cerita dipadang dengan cara tertentu (Stanton dalam Supriyadi, 2000 : 19). a. Tema menurut Baribin (59-60), Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topik. Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani, ”topoi” yang berarti tempat. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pembicaraan, sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi. Picket menyebutkan wujud tema dalam sastra berpangkal kepada alasan tindak (motif tokoh). 8 Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Upload: others

Post on 05-Sep-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

8

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Menurut Sayuti (2009 : 291), elemen-elemen pembangunan prosa fiksi

pada dasarnya dapat dibedakan 3 bagian, yaitu : fakta cerita, sarana cerita, dan

tema. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah

karya fiksi. Fakta cerita meliputi tema, plot (alur), dan tokoh, latar (setting).

A. FAKTA CERITA DALAM NOVEL

Termasuk dalam kategori fakta cerita adalah tema, tokoh, alur (plot),

dan latar (setting). Dalam istilah yang lain, fakta cerita ini sering disebut

sebagai struktur faktual (factual structure) atau tahapan faktual (factual level).

Fakta cerita sangat jelas kelihatan dan mengisi cerita secara dominan sehingga

pembaca sering mendapatkan kesulitan untuk mengidentifikasi unsur-unsur

lainnya. Akan tetapi, perlu diingat bahwa fakta cerita bukannya bagian yang

terpisah dari cerita, dan hanya merupakan salah satu aspeknya, cerita dipadang

dengan cara tertentu (Stanton dalam Supriyadi, 2000 : 19).

a. Tema menurut Baribin (59-60), Kata tema seringkali disamakan dengan

pengertian topik. Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang

berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani, ”topoi” yang berarti

tempat. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pembicaraan,

sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak

diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi. Picket menyebutkan

wujud tema dalam sastra berpangkal kepada alasan tindak (motif tokoh).

8

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 2: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

9

Sedangkan Robert Stantan (1965), menyebutkan ”theme”as” that meaning

of a story which specially acountas of the largest number of its elements in

the simplest way”.

Jadi, tema tidak lain dari suatu gagasan sentral yang menjadi dasar tolak

penyusunan karangan dan sekaligus menjadi sasaran dari karangan

tersebut.

Lebih lanjut Stanton berpendapat bahwa dalam karya-karyanya

tertentu, beberapa plot ditemukan lebih kuat ikatannya dari pada yang lain.

Biasanya semakin sedikit tokohnya, semakin kuat plotnya. Setiap tindakan

tokoh berpengaruh terhadap hubungannya dengan tokoh-tokoh lain dan

narasi-narasi mereka juga berpengaruh terhadap tokoh lain. Tegangan ini

bergerak terus sampai terjadi stabilitas. Karya sastra seperti ini lebih

menekankan hubungan kejiwaan dan nilai-nilai norma. Dalam hal yang

ekstrim, sebuah novel terdiri dari episode-episode yang dihubungkan

secara longgar yang melibatkan banyak tokoh, dan beberapa diantaranya

muncul satu kali. Karya seperti ini mungkin lebih menekankan pada

kompleksitas masyarakat luas, dari pada tokoh utamanya.

Subplot adalah sekuen-kuen peristiwa yang sekurang-kurangnya

sedikit berbeda dengan sekuen-kuen dalam plot utama. Sering bentuk

subplot ini sejajar dengan bagian lain plot, sehingga dapat menunjukkan

maknanya dengan cara mementingkan atau menyamakannya. Salah satu

contoh subplot ini adalah cerita berbingkai. Menurut Stanton, plot

merupakan tulang punggung cerita, sebab plot lebih menjelaskan dirinya

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 3: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

10

sendiri, dari pada unsur-unsur lainnya. Seperti unsur-unsur cerita lainnya,

plot memiliki kaidahnya sendiri. Plot harus memiliki bagian awal, tengah,

dan akhir. Plot harus plausibel dan logis, tetapi mampu mengejutkan kita

dengan tegangan yang dibangunnya (Stanton dalam Supriyadi, 2000 : 22)

Gerakan plot mengalir ke dalam pikiran atau angan-angan pembaca

terutama melalui kemampuannya memunculkan pertanyaan-pertanyaan

yang mengakibatkan dorongan rasa keingintahuan, harapan, dan

ketakutan. Terdapat dua unsur penting dalam plot, yaitu konflik internal

dan konflik eksternal. Konflik internal merupakan konflik antara dua

keinginan dalam diri seorang tokoh. Sedangkan konflik antara dua

keinginan dalam diri seorang tokoh. Sedangkan konflik eksternal

merupakan konflik antara tokoh yang satu dengan yang lain (antar tokoh),

atau antar tokoh dengan lingkungannya. Banyak konflik terdapat dalam

karya fiksi, tetapi yang paling penting ialah adanya konflik sentral.

Konflik sentral merupakan inti struktur cerita, dan dari konflik itu, plot

dapat berkembang. Pada kenyataannya, konflik sentral berhubungan dekat

dengan tema cerita, bahkan sering identik (Stanton dalam Supriyadi, 2000:

23-24).

b. Tokoh

Stanton dalam Supriyadi (2000 : 24-26), berpendapat bahwa

hampir setiap cerita memiliki tokoh sentral, yaitu tokoh yang berhubungan

dengan setiap peristiwa dalam cerita. Biasanya peristiwa-peristiwa dengan

setiap peristiwa dalam cerita. Biasanya dalam peristiwa-peristiwa itu

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 4: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

11

menimbulkan perubahan, baik dalam diri tokoh maupun dalam sikap kita

terhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh

mengerjakan apa yang harus dikerjakan disebut motivasi. Alasan

mendadak terhadap suatu pembicaraan atau tindakan, mungkin tidak

disadari, disebut motivasi khusus. Sedangkan motivasi dasar adalah segala

aspek umum, yang antara lain berupa keinginan atau perhatian terus

menerus yang mengatur tokoh melalui cerita. Hampir semua motivasi

khusus mengarah atau mendukung motivasi dasar.

Lebih lanjut Stanton berpendapat setiap pengarang menginginkan

kita untuk memahami tokoh-tokohnya dan motivasi mereka dengan baik.

Tetapi tidak ada seorang pengarang pun yang menceritakan kepada kita

segala sesuatunya secara langsung dalam satu kalimat. Oleh karena itu,

pengalaman kita tentang tokoh biasanya terlalu sederhana. Keterangan

dalam cerita sering melibatkan nama tokoh. Sering nama menyiratkan arti

atau bunyi nama menyiratkan watak tokoh. Keterangan lain yang biasanya

berguna ialah uraian pengarang secara eksplisit mengenai tokoh. Dalam

karya fiksi yang baik, tiap ucapan dan tindakan tidak hanya sebagai

langkah dalam plot, tetapi juga sebagai manifestasi watak tokoh.

c. Alur atau Plot

Stanton dalam Supriyadi (2000 : 21-24), berpendapat bahwa dalam

arti luas, plot cerita adalah keseluruhan sekuen peristiwa-peristiwa. Kita

biasanya membatasi istilah ini hanya pada peristiwa-peristiwa yang

dihubungkan secara sebab-akibat (kansal), yakni peristiwa-peristiwa yang

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 5: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

12

secara langsung merupakan sebab atau akibat dari peristiwa lain, dan jika

dihilangkan akan merusak jalannya tindakan (cerita). Peristiwa-peristiwa

ini tidak hanya melibatkan kejadian-kejadian fisikal, seperti percakapan

atau tindakan, tetapi juga melibatkan perubahan sikap (watak), pandangan

hidup, keputusan, dan segala sesuatu yang dapat mengubah jalan cerita.

Peristiwa-peristiwa yang tidak dihubungkan secara kausal, kita katakan

tidak relevan dengan plot, dan biasanya akan dihilangkan ketika kita

menulis ringkasan. Namun, cerita yang bagus jarang berisi peristiwa-

peristiwa yang tidak relevan itu.

Lebih tegas lagi Stanton dalam Supriyadi (2000 : 24),

mengemukakan bahwa klimaks dalam cerita adalah momen-momen ketika

konflik berlangsung memuncak dan mengakibatkan terjadinya

penyelesaian yang tidak dapat dihindari. Klimaks cerita merupakan

pertemuan kritis antara dua kekuatan, sehingga menetukan pertentangan

itu terselesaikan. Sebab meskipun kekuatan yang satu mungkin

mengalahkan yang lain, tetapi sering dalam kehidupan nyata penyelesaian

konflik memerlukan keseimbangan yang kompleks, yang tidak

sepenuhnya menang dan tidak sepenuhnya kalah. Sering konflik tidak

merupakan peristiwa yang spektakuler, dan sering sulit

mengidentifikasinya, sebab konflik-konflik bawahan memiliki klimaksnya

masing-masing. Oleh karena itu, perlu dilihat satu konflik utama yang

mendukung struktur cerita secara keseluruhan.

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 6: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

13

d. Latar atau Setting

Menurut Stanton dalam Supriyadi (2000 : 26), latar cerita adalah

lingkungan peristiwa, yaitu dunia cerita tempat terjadinya peristiwa. Salah

satu bagian latar ialah latar belakang yang tampak, misalnya gunung di

California, jalan buntu di Dublin, dan pantai di Florida. Salah satu bagian

latar lain, dapat berupa waktu (hari, minggu, bulan), iklim atau periode

sejarah. Meskipun latar tidak melibatkan tokoh-tokoh secara langsung,

tetapi mungkin melibatkan masyarakat sebagai latar belakang. Biasanya

latar dihadirkan dalam bentuk deskripsi, dan banyak pembaca yang tidak

sabar melanjutkan ke bagian cerita lain. Namun, selama sekurang-

kurangny dalam pembacaan kedua, kita akan memberi perhatian pada latar

ini. Menanyaka kepada diri sendiri mengapa pengarang telah memiliki

latar belakang dan rincian demikian. Salah satu cara untuk menjawab

pertanyaan demikian. Salah satu cara untuk menjawab pertanyaan

demikian ialah mencoba membayangkan perubahan dan pendeskripsian

rincian latar itu dengan cara lain, dan kemudian mencatat perubahan yang

mempengaruhi akhir cerita.

Stanton juga menjelaskan bahwa kadang-kadang kita menemukan

bahwa latar secara langsung mempengaruhi tokoh, dan kadang-kadang

dapat menjelaskan tema. Dalam banyak cerita, latar dapat menggugah

nada emosi disekiling tokoh. Istilah lain nada emosi ini adalah atmosfer.

Baik atmosfer yang mencerminkan emosi tokoh, atau merupakan bagian

dari dunia di sekeliling tokoh.

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 7: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

14

B. KONSEP NILAI-NILAI ISLAMI

Menurut Hasan Alwi (2007 : 789), pengertian nilai adalah sifat atau

hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan, atau sesuatu yang

menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Sedangkan pengertian

islami adalah sesuatu yang bersifat keislaman. Dari dua pengertian diatas,

dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai islami adalah sifat-sifat penting yang

bersifat keislaman dan berguna bagi kemanusiaan, serta dapat

menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Konsep nilai-nilai

islami meliputi tiga hal yaitu mengenai (1) hubungan manusia dengan Tuhan,

(2) hubungan manusia dengan manusia, (3) hubungan manusia dengan alam

sekitar.

A Hubungan Manusia dengan Tuhan/Hablumin’allah

Azyumardi (2002 : 222), berpendapat bahwa seorang yang

bertakwa adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan

selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan

dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya. Sehingga dapat

menghindarkan diri dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya

konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena inti dari ketakwaan adalah

melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Memelihara

hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas penghambaan

dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh dan ikhlas, seperti

mendirikan sholat dengan khusyuk dan penuh penghayatan sehingga

sholat memberi warna dalam kehidupannya. Melaksanakan puasa dengan

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 8: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

15

ikhlas melahirkan kesabaran dan pengendalian diri, zakat mendatangkan

sikap peduli dan menjauhkan diri dari ketamakan dan kerakusan, dan haji

mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan diri dari takabur dan

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Lebih lanjut lagi Humaidi (1991 : 23), mengungkapkan tentang

seharusnya manusia terhadap Tuhan-Nya. Sebagai makhluk ciptaan-Nya,

kita diharuskan untuk memiliki akhlak yang terpuji terhadap Tuhan.

Perwujudan hal tersebut, antara lain : cinta dan ikhlas kepada-Nya, berbaik

sangka kepada-nya, rela atas kadar dan qada-Nya, bersyukur atas nikmat-

Nya, bertawakal kepada-Nya, senantiasa mengingat-Nya, memikirkan

keindahan ciptaan-Nya, serta melaksanakan apa yang disuruh-Nya.

Hubungan manusia dengan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai

dimensi taqwa pertama, karena itu hubungan inilah yang seyogyanya

diutamakan dan tetap terpelihara. Sebab dengan menjaga hubungan

dengan Allah manusia akan terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap

dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya dan sesungguhnya

inti taqwa kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah melaksanakan

segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Ketaqwaan dan pemeliharaan hubungan dengan Allah, Tuhan

Yang Maha Esa itu, dapat dilakukan dengan :

a. Kebersihan dan Kesucian

Allah Swt adalah Maha Suci, oleh karena itu Dia hanya bisa

didekati oleh orang yang suci. Untuk berhubungan dengan Allah diri

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 9: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

16

kita harus suci. Islam menekankan betapa pentingnya kebersihan,

sehingga kebersihan disebut-sebut sebagai salah satu tujuan dan

keimanan. Al-Qur’an menjelaskan masalah kebersihan dan kesucian

dalam ayat berikut yang terjemahannya :

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari kakus atau menyentuh perempuan lalu kamu tidak memperoleh air maka bertanyamumlah dengan tanah yang baik (bersih) : usaplah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan hendak menyempurnakan nikmatnya bagimu supaya kamu bersyukur (QS Al-Maidah : 6).

Ada dua kesucian yang harus dijaga yaitu :

1) Menjaga Kebersihan Badan

Bila hendak mengerjakan shalat, diwajibkan terlebih dahulu

berwudlu. Melakukan wudlu hendaknya dengan air yang suci dan

yang diperoleh secara legal (baik airnya maupun tempatnya).

Dinyatakan Labib, (2000 : 25) Wudlu menurut bahasa

adalah bersih. Sedangkan menurut istilah syara, artinya

membersihkan anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu untuk

menghilangkan hadast kecil, dalam rangka akan melaksanakan

shalat.

2) Menjaga kesucian jiwa

Untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah SWT, jiwa kita

harus suci. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Syam ayat 19-10, yang

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 10: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

17

artinya : ”Sesungguhnya beruntunglah orang mensucikan jiwa itu,

dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya” .

Dalam menjaga kesucian jiwa kita harus men-Tauhidkan

(Meng-Esakan) Allah dengan semurni-murninya Tauhid. Dialah

Allah Yang Maha Esa dan Dzat, Sifat, ataupun perbuatanNya,

tidak boleh ada benih syirik sekecil apapun dalam jiwa kita.

MengEsakan Allah berarti pula bahwa kita hanya memandang

Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pemeliharaan alam.

b. Memohon pertolongan hanya kepada Allah

Dalam beribadah ataupun dalam hidup di dunia ini tidak ada

seorang pun manusia ataupun jin yang dapat menolong manusia selain

Allah. Pada prinsipnya, Allah itu sangat dekat dengan kita. Dalam

(Q.S. Al-Baqoroh : 186), disebutkan yang terjemahannya sebagai

berikut : ”Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang

Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku

mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon

kepada-Ku, maka hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka

selalu berada dalam kebenaran”.

Dalam berdo’a hal yang paling penting adalah mengerjakan

adab-adab bathiniyah, caranya ialah dengan bertaubat, mengembalikan

segala sesuatu yang berasal dari perbuatan dzalim, menghentikan

kedzaliman, dan memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Allah.

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 11: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

18

c. Shalat sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Allah

Dinyatakan Labib, (2000 : 63) Shalat menurut bahasa artinya

do’a. Sedangkan menurut arti istilah adalah suatu amalan yang

tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dari

takbirotul ihram dan diakhiri dengan salam dengan syarat rukun yang

telah dilakukan.

Shalat adalah amalan ibadah dari seorang hamba yang beriman

untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan dirinya dihadapan

Allah SWT, dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

hidup di akhirat nanti. Shalat wajib dikerjakan oleh setiap orang yang

mengaku dirinya kepada Allah SWT.

Di antara beberapa macam ibadah utama, shalat merupakan

ibadah yang menjadi sarana untuk mendekatkn diri kepada Allah.

Dalam shalat, segala gerakan, bacaan, dan hati sepenuhnya ditujukkan

kepada Allah.

d. Ikhlas dalam beribadah

Dalam beribadah harus yakin bahwa Allah ada dihadapan kita,

tidak beribadah asal-asalan, melainkan harus mengikhlaskan diri

kepada-Nya. Ungkapan ”shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku”

hanya untuk Allah harus benar-benar direalisasikan dalam kehidupan.

Firman suci mengungkapkan sebagai berikut yang tercantum dalam

(QS Al-Bayyinah : 5) yang artinya :

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 12: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

19

Padahal mereka tidak di suruh kecuali supaya menyembah Allah

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)

agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan

menunaikan zakat : dan yang demikian itulah agama yang lurus.

B Hubungan Manusia dengan Manusia/Habluminan’annas

Muchtar (2005 : 39-40), berpendapat bahwa pada umumnya

kewajiban terhadap sesama manusia hampir sama terhadap kewajiban

terhadap sesama muslim, hanya bedanya kalau terhadap sesama muslim

kita terikat oleh kesamaan akidah dan agama, sehingga bersifat khusus,

sedangkan terhadap sasama manusia, kita terikat oleh kesamaan insan

sebagai mahluk Allah SWT. Berdasarkan hal tersebut maka kewajibannya

hampir sama, yakni menghormati dan memenuhi hak-hak dasar manusia,

bersikap lemah-lembut dan sopan santun serta saling menolong dalam

kebaikan, mengajak pada kebaikan dan mencegah keburukan.

Ilyas (2007: 199 - 221), mengungkapkan tentang hubungan baik

manusia dengan sesamanya juga terwujud dalam hal berikut, antara lain:

membantu tetangga yang terkena musibah. Hal ini sesuai dengan sabda

HR.Khatib: “Tetangga sebelum rumah, kawan sebelum jalan dan bekal

sebelum perjalanan.”HR.Hakim juga menegaskan lagi dalam sabdanya:

“Di antara yang membuat bahagia seorang muslim adalah tetangga yang

baik, rumah yang lapang dan kendaraan yang nyaman”.

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 13: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

20

Hubungan antara manusia dapat dibina dan dipelihara antara lain

dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang selaras dengan nilai

dan norma yang disepakati bersama dalam masyarakat dan negara yang

sesuai dengan nilai dan norma agama.

Menurut Muslichudin (2002 : 249) hubungan antara manusia

dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara antara lain dengan

cara menepati janji. Menepati janji adalah persetujuan antara dua pihak

atau lebih dan orang yang berjanji adalah orang yang mengadakan

persetujuan terhadap suatu masalah, dan bila orang yang mengadakan

persetujuan itu tetapi tidak menepati terhadap apa disetujuinya itu

dinamakan orang yang mengingkari janji.

Menunaikan janji merupakan kepribadian seorang muslim dan

termasuk sebagian iman, Allah berfirman dalam QS. Al-Isra’ : 34 yang

terjemahannya sebagai berikut : ”Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji

itu pasti diminta pertanggungjawabannya”.

Selain beberapa pendapat di atas, ada pula pendapat yang

menyebutkan bahwa hubungan antar manusia dengan manusia bersumber

dari Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sumber pendidikan dan ilmu

pengetahuan yang yang mengajarkan manusia dengan bahasanya yang

lemah lembut dan indah (http://jawaposting.blogspot.com/2010 /02/

kontribusi-nilai-nilai-pendidikan-islam.html).

Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan

mengenai beberapa contoh wujud hubungan manusia dengan manusia,

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 14: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

21

antara lain : lemah lembut, ramah, membantu orang yang membutuhkan,

rendah hati, beramal, pemaaf, dan sebagainya.

C. Hubungan Manusia Dengan Alam Sekitar

Muchtar (2005: 41-42), mengungkapkan ada dua fungsi utama

diciptakannya manusia, yakni untuk beribadah (seperti di firmankan Allah

SWT dalam Q.S Ad-Dzariyat:56), dan sebagai khalifah di muka bumi

(Q.S Al-Baqarah: 30). Fungsi manusia sebagai khalifah dimuka bumi,

artinya manusia bertugas mengelola semua yang ada dan telah diciptakan

oleh Allah dimuka bumi. Hal ini erat kaitanya dengan alam sekitar.

Sehubungan dengan itu, ada tiga kewajiban utama manusia terhadap alam

sekitar yaitu:

1) Mengelola Sumber Daya Alam (SDA)

Di dalam semesta ini banyak terdapat sumber daya yang dapat diolah

dan didayagunakan oleh manusia. Baik yang terdapat didaratan

maupun dilautan. Diantara sumber daya itu, ada yang sudah

ditemukan, diolah, didayagunakan namun ada juga yang belum secara

optimal terutama yang ada dilautan. Sesungguhnya di lautan itu

terdapat banyak sumber daya. Apabila dikelola dan didayagunakan

dengan lebih baik. Namun, tentu saja memerlukan sarana, prasarana,

dan fasilitas yang lebih canggih.

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 15: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

22

2) Tidak merusak lingkungan

Manusia sudah diserahi tugas oleh Allah untuk mengolah dan

mengelola semua sumber daya yang terdapat dialam ini, bukan hanya

yang terdapat di muka bumi ini, tetapi juga yang berada di planet-

planet lain, apabila ternyata ada. Dalam mengolah dan mengelola

sumber daya yang terdapat di alam ini manusia dipersilahkan untuk

mengerahkan semua potensi serta peralatan yang dimilikinya secara

maksimal. Namun ada satu syarat yang harus dipenuhi, yakni tidak

boleh membuat kerusakan dimuka bumi.

3) Memanfaatkan Sumber Daya Alam (SDA).

Manusia diberi kebebasan untuk mengolah, mengelola dan

mendayagunakan semua potensi serta sumber daya yang terdapat di

alam ini secara maksimal. Namun, harus diperuntukan bagi

kesejahteraan manusia. Dengan demikian, tidak diperbolehkan kita

berbuat tamak dalam memanfaatkan sumber daya itu hanya untuk

kebutuhan sendiri atau kelompoknya saja. Tapi juga harus untuk

kesejahteraan manusia. Tidak hanya untuk manusia yang hidup

sekarang, tapi juga yang akan hidup dimasa datang.

Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya dapat

dikembangkan antara lain dengan memelihara dan menyayangi

binatang dan tumbuh-tumbuhan, tanah, air, dan udara serta semua alam

semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan

makhluk lainnya.

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 16: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

23

Melihat pola taqwa yang dilukiskan dengan mengikuti empat

jalur komunikasi manusia tersebut, bahwa ruang lingkup taqwa kepada

Allah, Tuhan Yang Maha Esa menyangkut seluruh jalur dan aspek

kehidupan manusia, baik yang berhubungn dengan Allah, dengan diri

sendiri, dengan manusia lain maupun dengan alam dan lingkungan

hidup.

Demikianlah gambaran orang yang taqwa menurut agama

Islam. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang

yang taat orang yang selalu memelihara keempat jalur hubungan itu

secara baik dan seimbang serta mampu mempertanggung jawabkan

perbuatannya. Orang yang taqwa adalah orang yang senantiasa

memenuhi kewajiban dalam rangka melaksanakan perintah Allah.

Taqwa dalam makna memenuhi kewajiban perintah Allah yang

menjadi kewajiban manusia taqwa untuk melaksanakannya pada

pokoknya adalah (1) kewajiban kepada Allah, (2) kewajiban kepada

diri sendiri, (3) kewajiban kepada masyarakat, terutama kewajiban

kepada keluarga, tetangga, dan negara, (4) kewajiban kepada

lingkungan hidup.

Pengelompokan kewajiban ini bertitik tolak dari kerangka

acuan bahwa manusia diciptakan Allah untuk menunaikan

kewajibannya mengabdi kepada Allah, bekerja dan beramal untuk

kepentingan dirinya sendiri, masyarakat, dan lingkungan hidupnya.

Kewajiban-kewajiban itu merupakan satu rangkaian kesatuan yang

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 17: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

24

tidak mungkin dipisahkan. Dilihat dari segi iman, pelaksanaan

kewajiban-kewajiban itu bagi seorang muslim dan muslimat tidak

hanya berupa keuntungan dalam bentuk hak di dunia ini, tetapi juga

pahala di akhirat kelak yang dijanjikan Allah. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain

1) Kewajiban kepada Allah adalah kewajiban utama manusia.

Kewajiban ini harus ditunaikan manusia untuk memenuhi tujuan

hidup dan kehidupannya di dunia yakni mengabdikan kepada

Allah.

2) Kewajiban kepada diri sendiri, menjaga dan memelihara diri, agar

tidak melakukan sesuatu yang dilarang Allah.

3) Kewajiban terhadap keluarga

Dalam sistem ajaran Islam, kewajiban terhadap keluarga

merupakan fardu’ain, terutama bagi suami istri yang menjadi

kepala keluarga dan ibu rumah tangga. Keluarga adalah sumbu

tempat seluruh kehidupan manusia berputar, karena itu

kedudukannya penting sekali dalam Islam. Hubungan manusia

dengan keluarga antara lain :

a) Birrul Walidain

Dinyatakan Ilyas (2007 : 147-157) birrul walidain terdiri dari

kata birru dan al-walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan.

Al-walidain artinya dua orang tua atau Ibu Bapak. Jadi birrul

walidain adalah berbuat kebajikan kepada orang tua. Banyak

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 18: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

25

cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul

walidain, antara lain sebagai berikut :

1. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai

aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan,

jodoh maupun masalah lainnya.

2. Menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan

penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasa

keduanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun.

3. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materiil

4. Mendo’akan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah SWT

ampunan, rahmat dan lain sebagainya.

4) Kewajiban terhadap lingkungan hidup

Secara umum kewajiban terhadap lingkungan hidup dapat

disimpulkan dari pernyataan Tuhan dalam Al-Qur’an Surat Ar-

Ruum ayat 41 yang terjemahannya ”Telah tampak kerusakan

didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,

supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)

perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).

Sebagai seorang muslim yang baik, seharusnya kita dapat

menjaga alam dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan

keharusannya dan memeliharanya dengan sebaik mungkin. Alam

disamping sebagai nikmat Allah, juga merupakan amanat yang

harus dipelihara dan dirawat dengan baik. Karena dengan kita

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010

Page 19: BAB II LANDASAN TEORITIS - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/237/3/Yesi Wulandari_BAB II.pdfterhadap tokoh itu. Stanton juga berpendapat bahwa alasan tokoh mengerjakan apa yang

26

menjaga dan memelihara alam dengan baik Allah akan menambah

nikmat yang diberikan kepada manusia. Sebaliknya, jika kita tidak

bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan, Allah akan

memberikan azab yang sangat menyedihkan. Hal ini terdapat

dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7, yang artinya : ”Tetapi

apabila kamu kufur (terhadap nikmat itu) sesungguhnya azab-Ku

sungguh sangat berat.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan beberapa contoh

wujud hubungan manusia dengan alam sekitar, antara lain dengan

senantiasa menjaga kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita.

Nilai-Nilai Islami..., Yesi Wulandari, FKIP UMP, 2010