bab ii tinjauan pustaka a. pengetahuanrepository.ump.ac.id/7886/3/erlin nur aslih bab ii.pdfangket...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers 1974
mengungkapkan bahwa sebelum seseorang berperilaku baru, dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yang disebut AIETA, yaitu :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini
sikap subjek sudah mulai muncul.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus (Notoatmodjo,
2010).
2. Tingkat Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan dalam revisi Taksonomi Bloom adalah sebagai
berikut (Anderson and Krathwohl, 2001):
a. Remembering (mengingat)
Kemampuan menyebutkan kembali informasi / pengetahuan yang
tersimpan dalam ingatan.
b. Understanding (memahami)
Kemampuan memahami instruksi dan menegaskan pengertian /
makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan,
tertulis, maupun grafik/diagram.
c. Applying (menerapkan)
Kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep
dalam situasi tertentu.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
d. Analyzing (menganalisis)
Kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen
dan menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman
atas konsep tersebut secara utuh.
e. Evaluating (menilai)
Kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma,
kriteria atau patokan tertentu.
f. Creating (mencipta)
Kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk baru
yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu
faktor internal yang meliputi status kesehatan, intelegensi, perhatian,
minat, perilaku, dan bakat. Sedangkat faktor eksternal meliputi keluarga,
masyarakat, dan metode pembelajaran (Notoatmodjo, 2010).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut
Wawan dan Dewi (2010) antara lain :
a. Faktor Internal
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju arah cita-cita tertentu
yang menentukan manusia berbuat untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
informasi yang akhirnya dapat mempengaruhi seseorang. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
4) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih
banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
b. Faktor eksternal
1) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Social budaya
System social budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
penelitian atau responden ke dalam engetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut diatas
(Notoatmodjo, 2010).
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas, (Budiman dan Riyanto
(2013):
a. Tingkat pengetahuan kategori baik, bila subjek mampu menjawab
dengan benar >50% dari seluruh pertanyaan.
b. Tingkat pengetahuan kategori kurang, bila subjek mampu menjawab
dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.
B. Kawasan Tanpa Rokok
1. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun
2012 Pasal 1 Tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif
Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan menyatakan bahwa Kawasan
Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk
kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan,
dan/atau mempromosikan Produk Tembakau.
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan upaya
perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan
kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Tempat lain yang
ditetapkan adalah tempat terbuka yang dimanfaatkan bersama-sama untuk
kegiatan masyarakat. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan, untuk melindungi
masyarakat yang ada dari asap rokok (Pedoman KTR, Kemenkes RI
2011).
Menurut Kemenkes RI (2011) yang tercantum dalam Pedoman KTR
menyatakan bahwa Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat
pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan
tempat lain yang ditetapkan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
2. Sasaran Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah,
angkutan umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang
ditetapkan (Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan). Berikut ini sasaran dari peraturan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR) :
a. Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan,
Pasien, Pengunjung, Tenaga medis dan non medis.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
b. Sasaran di Tempat Proses Belajar Mengajar
Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat proses belajar
mengajar, Peserta didik/siswa, Tenaga kependidikan (guru), Unsur
sekolah lainnya (tenaga administrasi, pegawai di sekolah).
c. Sasaran di Tempat Anak Bermain
Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat anak bermain,
Pengguna/pengunjung tempat anak bermain.
d. Sasaran di Tempat Ibadah
Pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat ibadah, Jamaah,
Masyarakat di sekitar tempat ibadah.
e. Sasaran di Angkutan Umum
Pengelola sarana penunjang di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb),
Karyawan, Pengemudi dan awak angkutan, Penumpang.
f. Sasaran di Tempat Kerja
Pimpinan/penanggung jawab/pengelola sarana penunjang di tempat
kerja (kantin, toko, dsb), Staf/pegawai/karyawan, Tamu.
g. Sasaran di Tempat Umum
Pimpinan/penanggung jawab/pengelola sarana penunjang di tempat
umum (restoran, hiburan, dsb), Karyawan, Pengunjung/pengguna
tempat umum.
3. Tujuan dan Manfaat Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
a. Menurut Kemenkes RI (2011) tujuan penetapan Kawasan Tanpa
Rokok adalah :
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
1) Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara
mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
2) Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal.
3) Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap
rokok.
4) Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula.
5) Mewujudkan generasi muda yang sehat.
b. Manfaat
Menurut Kemenkes RI (2011) Manfaat Penetapan Kawasan Tanpa
Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap
resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap
rokok. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini perlu diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat
anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat
umum dan tempat lain yang ditetapkan.
4. Alasan perlunya peraturan 100% Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Dalam infodatin hari tanpa tembakau sedunia (2015), ada beberapa alasan
penting terkait perlunya peraturan 100% Kawasan Tanpa Rokok, yaitu :
a. Pekerja dan karyawan mempunyai hak untuk bekerja di lingkungan
kerja yang sehat dan tidak membahayakan.
b. Anak-anak mempunyai hak khusus untuk tumbuh dan berkembang di
lingkungan yang sehat, wujudkan kota dan kabupaten layak anak,
salah satunya harus bebas asap rokok.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
c. Tidak ada batas anak aman untuk setiap paparan asap rokok orang lain,
oleh sebab itu 100% KTR merupakan upaya yang efektif untuk
melindungi masyarakat.
d. Pemerintah telah menetapkan kebijakan KTR untuk melindungi
masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang-undang 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan pasal 115 ayat (1) dan Pemerintah Daerah
wajib menetapkan KTR di wilayahnya sesuai pasal 115 ayat (2).
e. Peraturan Pemerintah No.109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan
yang mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi
Kesehatan.
f. Di Indonesia, KTR 100% sangat popular. Jajak pendapat umum
memperlihatkan bahwa peraturan tentang KTR sangat popular
dimanapun diberlakukan, bahkan di antara para perokok.
g. Kebijakan KTR menurunkan paparan Asap Rokok Orang Lain
(AROL) sebesar 80-90% di kawasan dengan paparan tinggi. KTR
100% mengurangi kematian dari penyakit jantung.
h. Peraturan KTR 100% tidak mengganggu bisnis. Negara-negara yang
teah menerapkan peraturan KTR secara menyeluruh, dimana
lingkungan bebas asap rokok sangat popular, mudah dilaksanakan dan
penegakkan KTR diterapkan, menimbulkan dampak positif pada dunia
usaha, termasuk restoran, hotel dan bar. (dikutip dari WHO Report on
the Global Tobacco Epidemic).
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
5. Langkah-Langkah Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Di Tempat
Proses Belajar Mengajar
Petugas kesehatan melaksanakan advokasi kepada pimpinan/pengelola
tempat proses belajar mengajar dengan menjelaskan perlunya Kawasan
Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangkan Kawasan Tanpa
Rokok di area tersebut.
Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan/pengelola tempat belajar
mengajar setuju untuk mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Contoh
tempat proses belajar mengajar adalah sekolah, kampus, perpustakaan,
ruang praktikum dan lain sebagainya.
Yang perlu dilakukan oleh pimpinan/pengelola untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok adalah sebagai berikut :
a. Analisis Situasi
Penentu kebijakan/pimpinan di tempat proses belajar mengajar
melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya kebijakan Kawasan
Tanpa Rokok dan bagaimana sikap dan perilaku sasaran
(karyawan/guru/dosen/ siswa) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat
kebijakan.
b. Pembentukan Komite atau Kelompok
Kerja Penyusunan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. Pihak
pimpinan mengajak bicara karyawan/guru/dosen/siswa yang mewakili
perokok dan bukan perokok untuk :
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
1) Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa
Rokok.
2) Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan
Tanpa Rokok.
3) Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
antisipasi kendala dan sekaligus alternatif solusi.
4) Menetapkan penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok dan
mekanisme pengawasannya.
5) Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi
karyawan/guru/dosen/siswa.
6) Kemudian pihak pimpinan membentuk komite atau kelompok
kerja penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
c. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Komite atau kelompok kerja membuat kebijakan yang jelas tujuan
dan cara melaksanakannya.
d. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
1) Membuat surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung
jawab dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses
belajar mengajar.
2) Instrumen pengawasan.
3) Materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
4) Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
5) Mekanisme dan saluran penyampaian pesan tentang KTR di
tempat proses belajar mengajar melalui poster, stiker larangan
merokok dan lain sebagainya.
6) Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok.
7) Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan/guru/dosen/siswa
tentang cara berhenti merokok.
e. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok antara lain :
1) Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi karyawan/guru/dosen/siswa.
2) Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok.
f. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
1) Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada
karyawan/guru/dosen/siswa melalui poster, tanda larangan
merokok, pengumuman, pengeras suara dan lain sebagainya.
2) Penyediaan tempat bertanya.
3) Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
g. Pengawasan dan Penegakan Hukum
1) Pengawas Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses belajar
mengajar mencatat pelanggaran dan menerapkan sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
2) Melaporkan hasil pengawasan kepada otoritas pengawasan yang
ditunjuk, baik diminta atau tidak.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
h. Pemantauan dan Evaluasi
1) Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang
kebijakan yang telah dilaksanakan.
2) Minta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah
yang ditemukan.
3) Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.
6. Landasan Hukum Kawasan Tanpa Rokok
Beberapa peraturan telah diterbitkan sebagai landasan hukum dalam
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, sebagai berikut :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
j. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang
Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan.
k. Instruksi Menteri Pedidikan dan Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997
tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok.
l. Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161/Menkes/Inst/III/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap
Rokok.
C. Kepatuhan
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Patuh adalah suka menurut
atau taat terhadap suatu perintah, aturan, dan sebagainya yang mengatur.
Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya
interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti
rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut
serta melaksanakannya (Kemenkes RI, 2012).
Kepatuhan peraturan adalah mengikuti suatu spesifikasi, standar, atau
hukum yang telah diatur dengan jelas yang biasanya diterbitkan oleh
lembaga atau organisasi yang berwenang dalam suatu bidang tertentu.
(KBBI)
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut (Niven, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan yaitu :
a) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
b) Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk emmahami ciri kepribadian
yang dapat mempengaruhi kepatuhan adalah jarak dan waktu, biasanya
cenderung malas melakukan pada tempat yang jauh dan menghabiskan
banyak waktu.
c) Modifikasi Faktor Lingkungan dan Sosial
Hal ini berarti membangun dukungan social dari keluarga dan
teman-teman. Kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk
membantu kepatuhan. Lingkungan kerja berpengaruh besar pada
kepatuhan, lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa
dampak yang positif, begitu juga sebaliknya lingkungan negative akan
membawa dampak buruk pada motivasi pribadi.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
d) Meningkatkan Interaksi Profesional
Meningkatkan interaksi professional dengan teman sejawat
maupun antar profesi adalah suatu hal penting untuk memberikan
umpan balik.
e) Perubahan Model Kerja
f) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari
pengalaman dan penelititan terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk
ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan
pengalamannya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak
konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata
kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu
konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin baik
pula kepatuhan (Azwar, 2008).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan (Niven, 2008) antara
lain :
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
a) Pemahaman tentang instruksi
Tidak seorangpun dapat mematuhi instruksi, jika ia salah paham
tentang instruksi yang diterima.
b) Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antar teman sejawat merupakan bagian yang penting
dalam menentukan derajat kepatuhan.
4. Kriteria Kepatuhan
Menurut Cramer (1991), Compliance and Medical Practice Clinical Trial.
Kepatuhan dapat dibedakan menjadi :
a) Kepatuhan penuh (Total Compliance)
Jika subjek menjawab dengan skor >50% dari seluruh pertanyaan.
b) Tidak patuh (Non Compliance)
Jika subjek menjawab dengan skor <50% dari seluruh pertanyaan.
D. Mahasiswa
Mahasiswa adalah setiap orang yang secara terdaftar untuk mengikuti
pelajaran disebuah perguruan tinggi dengan atasan umur sekitar 18-30 tahun.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh
statusnya, karena adanya ikatan dengan suatu perguruan tinggi. Mahasiswa
juga mrupakan calon-calon intelektual atau calon cendekiawan muda dalam
suatu lapisan masyarakat yang sering juga syarat dengan berbagai macam
predikat (Sarwono, 2012).
Berk (2010) membagi masa dewasa muda menjadi 4 sub periode dengan
batasan usia 19-40 tahun sebagai berikut :
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
1. Peralihan masa dewasa awal : 19-22 tahun
2. Memasuki masa dewasa : 22-24 tahun
3. Peralihan usia 30 tahun : 24-33 tahun
4. Puncak dari kehidupan dewasa muda : 33-40 tahun.
Sedangkan Dariyo (2009) mengatakan bahwa secara umum mereka yang
tergolong dewasa muda ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Sebagai
seorang yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawab tentu
semakin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2009).
Mahasiswa yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa
laki-laki perokok aktif di Universitas Muhammadiyah Purwokerto angkatan
2014, 2015, 2016, 2017.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
E. Kerangka Teori
Gambar 1 : Kerangka Teori
Sumber : Riskesdas (2013), MPKU (2010), PPRI 109 (2012), Azwar (2008), (Niven, 2008), Cramer (1991), Budiman dan Riyanto (2013), Wawan dan
Dewi (2010), Anderson and Krathwohl (2001).
Tingkat pengetahuan : 1. Remembering 2. Understanding 3. Applying 4. Analyzing 5. Evaluating 6. Creating
Pengetahuan - Baik - Kurang
Faktor eksternal : - Faktor Lingkungan - Faktor social budaya
Faktor Internal : - Pendidikan - Pekerjaan - Umur - Informasi
Kepatuhan : - Patuh - Tidak patuh
Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Peraturan penetapan KTR : - Undang-undang tentang
Kesehatan No. 36 Tahun 2009. - Peraturan Nomor
6/SM/MTT/III/2010. - (SK Rektor No. 01 Tahun
2012).
Faktor yg mempengaruhi kepatuhan : - Faktor pendidikan - Faktor lingkungan &
social - Akomodasi - Meningkatkan interaksi
professional - Perubahan modal kerja - Pengetahuan
Faktor yg mempengaruhi ketidakpatuhan :
- Pemahaman tentang instruksi. - Kualitas interaksi.
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang satu dengan
konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah
diuraikan pada tinjauan pustaka (Azwar, 2010). Pada penelitian ini, kerangka
konsep yang diambil adalah :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 3. Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan tinjauan dan landasan teori diatas maka
hipotesis penelitian ini adalah :
Ho : Tidak Ada Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kawasan
Tanpa Rokok Dengan Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Peraturan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Ha : Ada Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kawasan Tanpa
Rokok Dengan Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Peraturan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) Di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
Kepatuhan Mahasiswa Terhadap Peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Hubungan Antara Tingkat..., Erlin Nur Aslih, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018