bab ii tinjauan pustaka a. komunikasi 1. pengertian...

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Mulyana, 2004). Menurut Frank E. X. Dance dalam bukunya Human Communication Theory terdapat 126 buah definisi komunikasi yang diberikan beberapa ahli. Definisi komunikasi dalam arti sempit adalah penyampaian pesan melalui media elektronik, sedangkan dalam arti luas, komunikasi merupakan interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih (Mulyana,2004). Menurut Hovland (1953), komunikasi adalah dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata- kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain. Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan perasaan (Hurlock, 1978). Komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang tersebut mampu memenuhi kebutuhannya (Hidayat, 2008). Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil apa

Upload: truongtuyen

Post on 06-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KOMUNIKASI

1. Pengertian Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal

dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico,

communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make

common) (Mulyana, 2004). Menurut Frank E. X. Dance dalam bukunya

Human Communication Theory terdapat 126 buah definisi komunikasi

yang diberikan beberapa ahli. Definisi komunikasi dalam arti sempit

adalah penyampaian pesan melalui media elektronik, sedangkan dalam arti

luas, komunikasi merupakan interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih

(Mulyana,2004). Menurut Hovland (1953), komunikasi adalah dimana

seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk

kata- kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain.

Komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan perasaan (Hurlock,

1978). Komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang

disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang tersebut

mampu memenuhi kebutuhannya (Hidayat, 2008). Komunikasi pada

dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan

apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa atau hasil apa

9

(who, says what, in which channel, to whom, with what effect) (Lasswell,

1960).

Kesimpulan dari beberapa pengertian komunikasi di atas adalah

secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian pesan

dengan tujuan membentuk perilaku orang lain. Pengertian komunikasi

anak adalah proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak

kepada orang lain sehingga dapat memenuhi kebutuhannya.

Komunikasi yang dilakukan oleh anak memiliki fungsi. Fungsi

tersebut akan membantu anak bersosialisasi dengan lingkungannya dan

dapat memenuhi kebutuhan anak.

2. Fungsi Komunikasi

Fungsi dalam komunikasi tidak independent, melainkan berkaitan

dengan fungsi- fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang

dominan. Menurut Gorden (1978), fungsi komunikasi ada empat, yaitu

a. Komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep

diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan,

terhindar dari ketegangan dan tekanan, antara lain komunikasi bersifat

menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui

komunikasi kita bekerjasama dengan anggota masyarakat (keluarga,

kelompok belajar, teman sebaya, RT, RW, desa, kota, dan negara

secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

10

b. Komunikasi ekspresif

Komunikasi ini dapat dilakukan baik secara sendirian ataupun

dalam kelompok. Komunikasi ini tidak otomatis bertujuan

mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi

tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan- perasaan

(emosi) kita. Perasaan sayang, peduli, marah, rindu, gembira, sedih,

dan benci dapat disampaikan melalui kata- kata, akan tetapi lebih

banyak disampaikan melalui pesan- pesan nonverbal.

c. Komunikasi ritual

Komunikasi ini biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu

komunitas melakukan upacara- upacara, mulai upacara kelahiran,

sunatan, ulang tahun, pernikahan, sampai upacara kematian.Pada

upacara tersebut orang mengucapkan kata- kata atau menampilkan

perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Komunikasi ini menegaskan

komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara,

ideologi, atau agama mereka.

d. Komunikasi instrumental

Komunikasi ini mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu

menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sifat dan

keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan suatu tindakan,

dan juga untuk menghibur. Tujuan tersebut bersifat persuasif

(membujuk). Komunikasi ini tidak hanya digunakan untuk

menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk

11

menghancurkan tujuan tersebut. Komunikasi berfungsi sebagai

instrumen untuk mencapai tujuan- tujuan pribadi dan pekerjaan. Baik

tujuan jangka pendek atau jangka panjang.

Fungsi- fungsi dalam komunikasi akan dapat dilakukan dengan

lancar apabila memperhatikan prinsip- prinsip komunikasi. Hal tersebut

akan menjadikan komunikasi menjadi lebih efektif.

3. Prinsip- Prinsip Komunikasi

Menurut Mulyana (2004), ada 12 prinsip dalam berkomunikasi,

yaitu

a. Komunikasi adalah suatu proses simbolik

Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuhan simbolisasi

atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang

digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan

sekelompok orang. Lambang meliputi kata- kata (pesan verbal),

perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.

b. Setiap perilaku mempunyai potensi

Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot

communicate). Komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna

pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.

c. Komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan

Dimensi isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa

yang dikatakan (secara verbal), sedangkan dimensi hubungan

menunjukkan bagaimana cara mengatakannya dan juga bagaimana

12

hubungan para peserta komunikasi tersebut, dan bagaimana seharusnya

pesan tersebut ditafsirkan.

d. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan,

dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika kita

melamun sementara orang memperhatikan kita) hingga komunikasi

yang benar- benar direncanakan dan disadari (ketika menyampaikan

suatu pidato).

e. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu

Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik/ ruang, waktu,

sosial, dan psikologis.

f. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi

Saat kita berkomunikasi, kita memprediksi efek perilaku

komunikasi kita. Komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama,

artinya orang- orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana

orang yang menerima pesan akan merespons. Kita dapat memprediksi

perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya, misalnya

kita mengetahui bagaimana tatakrama dalam berbahasa ketika kita

berhadapan dengan orang tua kita.

g. Komunikasi itu bersifat sistemik

Ada dua sistem dasar dalam berkomunikasi, yaitu sistem

internal dan dan sistem eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem

nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika berkomunikasi. Sistem

13

internal ini membentuk individu yang unik, termasuk ciri- ciri

kepribadian, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa,

motif, keinginan, cita- cita, dan semua pengalaman masa lalunya.

Sistem eksternal terdiri dari unsur- unsur dalam lingkungan di

luar individu, termasuk kata- kata yang dipilih untuk berbicara, isyarat

fisik peserta komunikasi, penataan ruangan, cahaya, temperatur

ruangan, dan kegaduhan di sekitarnya. Lingkungan dan objek

mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan

kita juga mempengaruhi cara kita berperilaku.

h. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah

komunikasi

Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya

sesuai dengan harapan orang- orang yang sedang berkomunikasi.

Kesamaan berbahasa akan membuat orang- orang yang berkomunikasi

lebih mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan

orang- orang yang tidak memahami bahasa yang sama.

i. Komunikasi bersifat nonsekuensial

Sifat sirkuler (komunikasi dua arah) digunakan untuk menandai

proses komunikasi, unsur-unsur proses komunikasi sebenarnya tidak

berpola secara kaku.

j. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional

Komunikasi tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai

akhir, melainkan merupakan proses yang berkesinambungan

14

(continuous). Komunikasi sebagai proses yang dinamis dan

transaksional adalah bahwa para peserta berubah pengetahuannya

hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya.

k. Komunikasi bersifat irreversible

Komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Kita

harus berhati- hati untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang

lain, sebab dapat menimbulkan efek, meskipun kita berusaha untuk

meralatnya

l. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah

Banyak persoalan dan konflik disebabkan oleh komunikasi,

tetapi komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk

menyelesaikan persoalan atau konflik, karena persoalan atau konflik

tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural.

Prinsip- prinsip komunikasi tersebut harus terdapat unsur- unsur

komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan apabila terdapat unsur

komunikasi.

4. Unsur Komunikasi

Unsur komunikasi menurut Massofa (2008), yaitu

a. Komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan)

b. Pesan dibagi menjadi dua, yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal.

Pesan verbal adalah semua jenis komunikasi yang menggunakan satu

kata atau lebih. Pesan verbal terdiri dari pesan verbal yang disengaja

dan tidak sengaja. Pesan nonverbal adalah semua pesan yang

15

disampaikan tanpa kata- kata atau selain kata- kata yang digunakan

secara harfiah. Pesan nonverbal dibagi menjadi dua, yaitu pesan

nonverbal sengaja dan tidak disengaja.

c. Saluran

Saluran berupa udara yang mengalirkan getaran suara dan tentu saja

dengan organ penginderaan kita. Semakin banyak saluran yang

digunakan semakin banyak jumlah rangsangan komunikasi yang

disampaikan.

d. Gangguan

Faktor yang mempengaruhi informasi yang disampaikan kepada

penerima. Ada dua jenis gangguan, yaitu gangguan teknis dan

gangguan sematik.

e. Mendengar

Proses fisiologi otomatik penerimaan rangsangan pendengaran

f. Waktu

Menunjukkan hubungan yang terjadi pasti mengalami perubahan pada

setiap interaksi. Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu

pesan. Ketegangan yang ditimbulkan oleh banyaknya tugas dan

sempitnya waktu, ikut berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas

komunikasi.

Salah satu unsur komunikasi adalah pesan, yang meliputi pesan

verbal dan nonverbal. Pesan tersebut digunakan anak sekolah dasar untuk

16

berkomunikasi dengan temannya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan

meneliti komunikasi verbal dan nonverbal pada anak sekolah dasar.

5. Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anak Sekolah Dasar

Komunikasi verbal (verbal communication) merupakan salah satu

bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui lisan

(Purwanto, 1997), sebagai contoh berbicara dengan orang lain, menelepon

teman, presentasi makalah, menonton televisi, membaca surat kabar, dan

mendengarkan radio. Komunikasi verbal walaupun kecil presentase

keberhasilannya dibanding komunikasi nonverbal, tetaplah dibutuhkan

karena ada beberapa situasi yang tidak dapat kita sampaikan secara

nonverbal. Melalui komunikasi ini diharapkan komunikan akan

memahami apa yang disampaikan komunikator. Komunikan diharapkan

membaca atau mendengar apa yang dikatakan.

Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata- kata

(Mulyana, 2004). Menurut Samovar dan Porter (1991), komunikasi

nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam

suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan

lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi

komunikator atau komunikan, hal ini mencakup perilaku yang disengaja

maupun tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara

keseluruhan, kita mengirim banyak komunikasi nonverbal tanpa

menyadari bahwa komuniksi tersebut bermakna bagi orang lain.

17

Menurut Istiyanto (2008), tujuan komunikasi nonverbal adalah

memberi informasi, mengatur alur percakapan, ekspresi emosi, memberi

sifat, melengkapi komunikasi verbal, mempengaruhi orang lain, dan

mempermudah tugas- tugas khusus.

Perilaku nonverbal menurut Mulyana (2004), mempunyai fungsi-

fungsi, yaitu perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal

(misalnya kita menganggukkan kepala ketika kita mengatakan “Ya”),

memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal (contohnya

ketika kita melambaikan tangan seraya mengucapakan “Selamat Jalan”),

perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal (misalnya

menunjuk letak ruang dekan dengan jari tangan tanpa mengucapakan

sepatah kata pun), perilaku nonverbal meregulasi perilaku verbal

(contohnya melihat jam tangan ketika pelajaran akan berakhir sehingga

guru segera menutup pelajarannya), perilaku nonverbal dapat membantah

atau bertentangan dengan perilaku verbal (misalnya seorang guru melihat

jam tangan dua- tiga kali, padahal ia tadi mengatakan bahwa ia

mempunyai waktu berbicara dengan kita sebagai muridnya).

Kita dapat mengklasifikasikan komunikasi nonverbal dengan

berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal

menjadi tiga bagian, yaitu pertama bahasa tanda (sign language), misalnya

bahasa isyarat tuna rungu. Kedua bahasa tindakan (action language) adalah

semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk

memberikan sinyal, contohnya berjalan, dan ketiga bahasa objek (object

18

language) adalah benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publik,

seperti bendera, gambar, musik (misalnya marching band), dan

sebagainya.

Menurut Samovar dan Porter (1991), membagi- bagi komunikasi

nonverbal menjadi dua kategori besar, yaitu pertama perilaku yang terdiri

dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah,

kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa (kecepatan berbicara,

intonasi suara, volume suara, dialek, siulan, desahan, gerutuan, dan

sebagainya), dan kedua ruang, waktu, dan diam.

Komunikasi verbal dan nonverbal dipengaruhi oleh interaksi anak

dengan temannya. Semakin banyak hubungan anak dengan temannya dan

semakin besar keinginan mereka diterima sebagai anggota kelompok maka

semakin kuat motivasi mereka untuk berbicara atau berkomunikasi. Anak

mempelajari kata- kata baru dalam kosa kata umum serta menambah kosa

kata khusus. Kosa kata khusus ini meliputi kosa kata etiket (ucapan terima

kasih dan minta tolong, kosa kata warna, kosa kata bilangan, kosa kata

uang, kosa kata waktu, kata- kata populer dan hinaan, dan kosa kata

rahasia dapat berupa lisan, tulisan, dan kinetik. Selain itu, dengan

berkembangnya sosial anak maka mereka akan meniru kebiasaan

kelompok, seperti mode baju, berjalan, dan berbicara.

Kebiasaan kelompok tersebut akan berpengaruh pada diri anak,

yang meliputi pengaruh baik maupun buruk. Pengaruh baik teman adalah

dalam hal pengembangan diri dan harga diri. Teman membantu anak

19

membentuk opini tentang dirinya dengan melihat dirinya seperti apa yang

dilihat orang lain. Pengaruh buruk teman antara lain dalam bentuk

pemaksaan nilai- nilai, ancaman, dan pemerasan.

Pengaruh teman tersebut akan menjadi penghambat dalam

berkomunikasi. Hambatan komunikasi yang dilakukan anak, baik verbal

maupun nonverbal dikarenakan tidak semua pesan dimengerti dengan baik

oleh orang lain atau temannya.

6. Hambatan Proses Komunikasi

Pada saat pelaksanaan berkomunikasi, baik verbal dan non verbal,

seringkali tidak semua pesan dapat diterima dan dimengerti dengan baik.

Hal ini disebabkan oleh adanya faktor penghambat komunikasi antara

komunikator dan komunikan. Faktor- faktor penghambat komunikasi

menurut Istiyanto (2008), adalah masalah dalam mengembangkan pesan

dikarenakan munculnya keragu- raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa

dengan situasi yang ada atau dengan komunikan, juga adanya pertentangan

emosi atau kesulitan dalam mengekspresikan ide atau gagasan, masalah

dalam menyampaikan pesan, masalah dalam menerima pesan (seperti

suasana yang tidak nyaman dan konsentrasi yang tidak terpusat), dan

masalah dalam menafsirkan pesan (dipengaruhi oleh perbedaan latar

belakang, penafsiran kata, dan perbedaan reaksi emosional).

Hambatan- hambatan tersebut dipengaruhi oleh faktor- faktor yang

mempengaruhi komunikasi pada anak. Faktor tersebut akan

mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan tersebut disampaikan.

20

7. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi

Faktor- Faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Perry dan

Potter (2005), adalah :

a. Perkembangan

Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung

berhubungan dengan perkembangan neurologi dan intelektual (Whaley

dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga menawarkan

stimulasi untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan

oleh orangtua memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk

berkomunikasi.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Persepsi

terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan

persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam

berkomunikasi.

c. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut

adalah apa yang dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan

pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide. Nilai juga mempengaruhi

interpretasi pesan.

21

d. Emosi

Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa

tertentu. Emosi dapat menyebabkan seseorang salah

menginterpretasikan sesuatu atau tidak mendengar pesan.

e. Latar belakang sosiokultural

Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya melalui

tingkah laku. Bahasa, pembawaan, nilai, dan gerakan tubuh

merefleksikan asal budaya. Budaya mempengaruhi cara anak

berhubungan dengan orang lain dalam berbagai situasi.

f. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Laki- laki

dan perempuan memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama

lain mempengaruhi proses komunikasi secara unik. Sejak berusia 3

tahun, anak perempuan bermain dengan teman baiknya dan

menggunakan bahasa untuk mencari konfirmasi, meminimalkan

perbedaan, dan menetapkan atau menguatkan keintiman. Anak laki-

laki menggunakan bahasa untuk menetapkan kebebasan dan

menegosiasikan aktivitas status dalam kelompok besar, meskipun

ketika mereka ingin berteman, mereka umumnya melakukannya

dengan adu otot.

g. Pengetahuan

Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi

memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak

22

jelas jika kata- kata dan ungkapan yang digunakan komunikator tidak

dikenal oleh komunikan.

h. Peran dan hubungan

Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan

dan peran mereka. Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika akan

menunjukkan ide untuk individu yang dapat mengembangkan

hubungan positif dan memuaskan.

i. Lingkungan

Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam

lingkungan yang nyaman. Lingkungan yang ada disekitar anak,

terutama kelompok sosial yang dimiliki anak yang berupa interaksi

anak dengan temannya sangat berpengaruh terhadap diri anak.

Gangguan lingkungan tersebut dapat mengganggu pesan yang

disampaikan.

j. Ruang dan teritorial

Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan

sekitarnya. Teritorial sangat penting karena membuat orang merasa

memiliki identitas, keamanan, dan kontrol. Ruang yang terganggu

akan menghalangi komunikasi efektif.

23

B. TEMAN

1. Pengertian Teman

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial (Kusmiati dan Desmaniarti,

1990). Lingkungan anak merupakan dunia di luar diri anak dan

pembelajaran yang berasal dari pengalaman anak (Nuryanti, 2008).

Lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap kelompok sosial anak.

Kelompok sosial anak terdiri atas anggota- anggota yang sering

berhadapan muka satu dengan yang lain dan dapat membantu memenuhi

kebutuhan sosial anak. Kelompok sosial anak terdiri dari teman bermain

atau teman baik, tetapi anak menganggap bahwa semua anggota kelompok

sebagai “teman”.

Teman adalah seseorang yang dekat denganmu, dapat memahami

perasaanmu tanpa kamu ucapkan, tempat berbagi rahasia, dan bertukar

pikiran (Nina, 2007). Teman adalah orang yang serupa dengan dirinya

sendiri dan yang dapat memenuhi kebutuhan sosialnya (Hurlock, 1980).

Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa teman

adalah seseorang yang dekat dengan diri kita, dapat memenuhi kebutuhan

sosial kita, dan merupakan tempat bertukar pikiran sehingga saling

memahami perasaan antara satu dengan yang lainnya. Teman yang

bersama anak memiliki bermacam– macam karakteristik sehingga anak

dapat mengetahui jenis teman yang sedang bersamanya.

24

2. Jenis Teman

Teman pada masa kanak- kanak dapat dibagi menjadi tiga

klasifikasi yang masing- masing mempengaruhi sosialisasi pada periode

yang berbeda. Ketiga jenis teman dan karakteristiknya menurut Hurlock

(1978) adalah kawan, teman bermain, dan sahabat. Kawan yaitu orang

yang memuaskan kebutuhan anak akan teman melalui keberadaannya di

lingkungan anak. Anak dapat mengamati dan mendengarkan mereka tetapi

tidak memiliki interaksi langsung dengan mereka. Mereka terdiri atas

berbagai usia dan jenis kelamin. Teman bermain merupakan orang yang

melakukan aktivitas yang menyenangkan dengan anak. Mereka terdiri atas

berbagai usia dan jenis kelamin, tetapi biasanya anak memperoleh

kepuasan yang lebih besar dari mereka yang memiliki usia dan jenis

kelamin yang sama, serta mempunyai minat yang sama. Sahabat adalah

orang yang dengan anak tidak hanya dapat bermain tetapi juga

berkomunikasi melalui pertukaran ide dan rasa percaya, memberikan

nasihat, dan kritik. Anak yang mempunyai usia, jenis kelamin, dan taraf

perkembangan yang sama lebih dipilih sebagai sahabat.

Berdasarkan ketiga jenis teman tersebut dan karakteristiknya maka

pola kebutuhan akan teman pada anak akan terpenuhi. Hal tersebut akan

membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.

3. Pola Kebutuhan Akan Teman

Pada masa bayi awal, bayi merasa puas berteman dengan siapa pun

yang dapat mereka lihat dan dengar. Sebelum mencapai usia satu tahun,

25

bayi membutuhkan teman bermain selain kawan. Orang dewasa dan anak-

anak yang lebih tua merupakan teman yang lebih disukai selama paruh

akhir tahun pertama dan kedua. Bayi yang seusia tidak dapat memenuhi

kebutuhan egosentrisnya, demikian juga dengan anak yang lebih muda.

Anak yang berusia satu sampai dua tahun berorientasi pada keluarga

dalam memilih teman.

Pada masa kanak- kanak awal, biasanya yang menjadi teman

adalah orang dewasa yang ada di lingkungan keluarganya, saudara

kandungnya, dan anak- anak yang berasal dari lingkungan di sekitar

rumahnya atau dari sekolah. Usia 2 sampai 4 tahun, anak sadar bahwa

keluarganya tidak mempunyai waktu cukup untuk bermain dengan dia,

akibatnya anak sangat mengharapkan hubungan dengan teman sebayanya.

Anak memiliki minat yang lebih besar untuk bermain bersama anak- anak

yang sejenis karena dia juga akan belajar melalui tekanan sosial untuk

bermain sesuai dengan jenis kelaminnya.

Pada masa kanak- kanak akhir, anak mulai tertarik pada permainan

kelompok. Anak usia sekolah memilih anak yang memiliki jenis kelamin,

ukuran tubuh, usia kronologis, usia mental, kematangan sosial, dan minat

yang sama dengan mereka. Hampir semua anak menyukai teman bermain

yang berhasil dalam permainan karena memiliki wibawa di mata

kelompok. Melalui hubungan dengan mereka, anak merasa bahwa

wibawanya meningkat. Anak dari tahun ke tahun, kebutuhan akan sahabat

26

bertambah kuat, dan mencapai puncaknya ketika perubahan masa pubertas

mulai timbul.

Pada masa pubertas, minat untuk bermain turun karena terjadi

perubahan fisik yang melemahkan energinya. Kecemasan meningkat

sehingga anak lebih membutuhkan teman akrab daripada teman bermain.

Anak lebih memilih sahabat dari anggota kelompoknya atau dari orang

dewasa yang mau memahami dia dan menerima kepercayaannya.

Teman yang bersama anak harus dapat memenuhi kebutuhannya.

Kebutuhan anak akan teman akan terpenuhi bila temannya memiliki sifat-

sifat tertentu yang dapat memuaskan kebutuhannya.

4. Sifat Yang Penting Untuk Memenuhi Kebutuhan Akan Teman

Teman harus memiliki sifat tertentu bila ingin memuaskan

kebutuhan anak. Beberapa sifat yang dapat membantu memenuhi

kebutuhan anak akan teman menurut Hurlock (1978), yaitu

a. Memiliki minat dan afeksi terhadap anak

Anak harus merasa bahwa dia merupakan pihak yang menerima

perhatian dan afeksi. Namun, minat dan afeksi yang diberikan harus

sesuai dengan tingkat perkembangannya, jika tidak, kebutuhan anak

akan teman tidak akan terpenuhi.

b. Kesamaan minat

Minat yang sama akan menimbulkan perasaan senang berada bersama

orang lain dan ini akan memudahkan dalam berkomunikasi serta

27

pengungkapan afeksi. Hal ini berlaku untuk semua hubungan teman,

tetapi terutama untuk hubungan persahabatan.

c. Kesamaan nilai

Anak lebih menghargai dan lebih menyukai orang yang melihat

sesuatu berdasarkan kerangka acuan yang sama dengan mereka dan

yang berbicara dengan bahasa yang sama. Hal ini berlaku baik untuk

hubungan teman bermain maupun hubungan persahabatan, karena nilai

yang sama akan membuka peluang bagi timbulnya permainaan yang

menyenangkan dan komunikasi yang baik.

d. Kedekatan geografis

Bila seseorang ingin memuaskan kebutuhan anak akan teman, dia

harus hadir pada saat anak membutuhkan dia karena anak tidak dapat

pergi dari suatu tempat ke tempat yang lain tanpa menggunakan

tranportasi umum atau diantar oleh anggota keluarga atau tetangga

yang sudah dewasa, teman mereka harus tinggal di daerah yang mudah

di capai oleh anak dengan berjalan kaki atau bersepeda.

Apabila salah satu dari sifat tersebut berubah maka akan

mempengaruhi hubungan anak dengan temannya. Anak akan beralih ke

teman yang memiliki sifat yang sama sehingga anak akan melakukan

pergantian teman.

5. Pergantian Teman Pada Masa Kanak-Kanak

Teman seorang anak selalu datang dan pergi. Menurut Hurlock

(1978), sebab anak melakukan pergantian teman adalah

28

a. Perubahan minat

Bila minat dalam kegiatan bermain, tugas sekolah, atau topik

pembicaraan berubah, anak akan beralih ke teman yang memiliki

minat sama dengan mereka.

b. Perubahan nilai

Adanya perubahan minat dan dengan semakin matangnya perilaku,

anak akan mempertimbangkan arti penting berbagai kegiatan bermain

atau cara berperilaku dalam situasi sosial. Mereka akan memilih teman

yang memiliki nilai sama dengan mereka.

c. Perilaku antisosial

Anak yang perilakunya antisosial pada saat teman seusianya mulai

menampilkan perilaku yang lebih sosial akan melihat bahwa bekas

teman dan sahabatnya beralih ke teman yang memiliki perilaku lebih

sosial dibandingkan dengan perilakunya.

d. Kurangnya wawasan sosial

Anak yang wawasan sosialnya kurang berkembang dibandingkan

dengan teman seusianya dianggap sebagai orang yang kurang

bijaksana. Apabila mereka tidak memperlihatkan rasa simpati terhadap

teman mereka, kemungkinan besar mereka akan mengalami penolakan.

e. Tekanan dari orang lain

Tekanan orang tua atau teman sebaya untuk memilih teman bermain

atau sahabat yang lain karena jenis kelamin, ras agama, status sosial

ekonomi sering menyebabkan anak memutuskan hubungan dengan

29

teman lama dan menjalin hubungan dengan teman yang disetujui orang

tua atau teman sebayanya.

f. Mobilitas sosial dan geografis

Bila keluarga anak mengalami penaikan atau penurunan status dalam

skala sosial atau pindah ke lingkungan atau masyarakat baru maka

anak terpaksa mencari teman baru.

C. ANAK USIA SEKOLAH

1. Pengertian Anak Usia Sekolah

Menurut Nuryanti (2008), usia sekolah adalah anak pada usia 6- 12

tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika

anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri

dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang

lainnya. Menurut Soeparwoto (2006), usia sekolah merupakan masa anak

memperoleh dasar- dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri

pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.

Beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia

sekolah adalah anak dengan usia 6- 2 tahun yang sekolah menjadi

pengalaman inti anak dan merupakan masa memperoleh dasar– dasar

pengetahuan dan mulai bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri.

Pada usia sekolah ini yang menjadi titik pusat perkembangannya adalah

perkembangan fisik, kognisi, dan psikososial.

30

2. Perkembangan Anak Usia Sekolah

Menurut Piaget perkembangan kognisi pada anak usia 6- 12 tahun

adalah operasional kongkret yang menurut Suriadi dan Yulianni (2006),

dengan ciri- ciri, yaitu spatial thinking (kemampuan untuk mengenal

tempat, mengetahui jarak melalui peta), mengetahui sebab dan akibat,

pengelompokkan (misalnya mawar adalah kelompok dari bunga),

membuat urutan dan menyisipkan ditengah-tengah urutan suatu objek atau

benda secara tepat, inductive dan deductive reasoning (kemampuan untuk

membuat kesimpulan berdasarkan hal- hal yang khusus dan hal-hal yang

umum), konservasi (kemampuan untuk memahami ukuran walaupun

bentuk objek diubah), memahami angka dan matematika (kemampuan

untuk berhitung dan mengoperasikan fungsi matematika).

Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia ini adalah

industry vs. inferiority (tekun vs. rendah diri) yang menurut Suriadi dan

Yulianni (2006), perkembangan sosioemosional pada anak usia sekolah

adalah

a. Harga diri

Faktor yang menentukan harga diri anak adalah kemampuan anak

untuk bekerja produktif. Hal tersebut akan membuat anak percaya diri,

mandiri, bangga terhadap dirinya, dan mudah menerima perubahan.

b. Pertumbuhan emosi

Anak telah menginteralisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat

memverbalisasikan konflik emosi yang dialaminya. Anak dapat

31

mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon

terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu,

anak dapat mengontrol emosi negatif, seperti marah, takut, dan sedih.

c. Teman sebaya

Pada masa ini anak lebih banyak bergaul dengan teman sebaya.

Menurut W. F. Connell (1972), teman sebaya adalah kelompok anak-

anak yang berumur sama atau berasosiasi sama. Teman sebaya

memberikan motivasi, belajar, kepemimpinan, ketrampilan,

berkomunikasi, bekerjasama, dan belajar aturan- aturan yang ada.

Selain memberikan pengaruh positif, teman sebaya juga memberikan

pengaruh negatif. Anak dapat diterima dalam kelompok apabila anak

mengikuti aturan- aturan atau nilai- nilai yang berlaku dalam

kelompok, walaupun aturan tersebut tidak diinginkan oleh anak dan

anak tidak berdaya menolaknya.

Perkembangan anak usia sekolah, baik dari perkembangan kognisi

maupun perkembangan sosioemosional akan mempengaruhi tugas

perkembangan anak. Tugas perkembangan tersebut harus dilalui anak dan

apabila berhasil melaluinya anak akan siap menghadapi tugas

perkembangan selanjutnya.

3. Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Havighurst

(1972), yaitu anak belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk

permainan anak- anak, membangun sikap menyeluruh terhadap diri-

32

sendiri sebagai organisme yang tumbuh, belajar bergaul dengan teman

sebaya, belajar memainkan peran, mengembangkan kecakapan dasar

dalam membaca, menulis, dan menghitung, mengembangkan konsep yang

diperlukan untuk sehari- hari, mengembangkan nurani, moralitas, dan

suatu skala nilai, mencapai kemandirian pribadi, dan membentuk sikap

terhadap kelompok dan lembaga sosial.

Menurut Collins (1984), tugas perkembangan pada masa ini

meliputi aspek fisik, kognisi, dan sosial. Aspek fisik dengan meningkatkan

kekuatan dan koordinasi otot, yaitu meningkatkan kemampuan beberapa

aktivitas dan tugas fisik. Aspek kognisi pada taraf operasional konkret,

berfokus pada kejadian saat ini, menambah pengetahuan dan keterampilan

baru, dan mengembangkan perasaan mampu (self efficacy). Aspek sosial

dengan mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman dan

lingkungan, mempertahankan harga diri yang sudah dicapai, mampu

mengkompromikan antara tuntutan individualitasnya dengan tuntutan

konformitas, dan mencapai identitas diri yang adekuat.

Pada perkembangan bahasa, anak mulai meningkatkan penggunaan

berbahasa dan mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Anak

menerima bahasa sebagai alat untuk menggambarkan dunia dengan cara

subjektif dan menyadari bahwa kata- kata mempunyai arti yang berubah-

ubah bukan absolut. Anak juga memahami bahwa satu kata memiliki

banyak arti.

33

Tugas perkembangan anak dapat disimpulkan menjadi tugas

perkembangan dari aspek fisik, kognisi, dan sosial. Tugas- tugas

perkembangan tersebut harus diselesaikan oleh anak ketika menyelesaikan

masa anak.

D. Kerangka Teori

Faktor- faktor komunikasi : 1. Perkembangan 2. Persepsi 3. Nilai 4. Emosi 5. Latar belakang sosiokultural 6. Jenis kelamin 7. Pengetahuan 8. Peran dan hubungan 9. Lingkungan sosial (teman) 10. Ruang dan teritorial

Komunikasi verbal dan nonverbal

Komunikasi

Bagan I. Kebutuhan akan teman terhadap komunikasi verbal dan nonverbal

pada anak usia sekolah

Sumber Mulyana (2004), Perry & Potter (2005), dan Massofa (2008)

34

E. Kerangka Konsep

Komunikasi Verbal

Komunikasi Nonverbal

Pengaruh Teman Pada Anak Sekolah Dasar

Bagan II Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent

Variabel independent pada penelitian ini adalah pengaruh teman pada anak

sekolah dasar karena variabel ini mempengaruhi variabel lainnya

(Nursalam, 2003).

2. Variabel Dependent

Variabel dependent pada penelitian ini adalah komunikasi verbal dan

nonverbal karena variabel tersebut dipengaruhi atau yang yang menjadi

akibat dari adanya variabel independent (Nursalam, 2003).

G. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengaruh teman dengan komunikasi verbal pada

anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Petompon 01 Semarang.

2. Ada hubungan antara pengaruh teman dengan komunikasi nonverbal pada

anak sekolah dasar di Sekolah Dasar Negeri Petompon 01 Semarang.

35