bab ii tinjauan pustaka a. citra diri tentang ciri-ciri...

25
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder 1. Citra Diri a. Pengertian Penilaian tentang fisik atau tubuh sendiri oleh beberapa ahli dinamakan citra diri (Tilaar, 1981). Citra diri merupakan salah satu segi dari gambaran diri yang berpengaruh pada harga diri (Centi, 1993). Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra diri dipengaruhi oleh pemikiran mengenai apa yang dimaksud keindahan atau kebugaran dan bentuk tubuh yang ideal menurut seseorang. Citra diri merupakan gambaran seseorang mengenai fisiknya sendiri (Pratt, 1994). Senada dengan hal tersebut, Burns (1993) mengatakan bahwa citra diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga citra diri sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik termasuk di dalamnya penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh, cara berpakaian, model rambut dan pemakaian kosmetik. Pendapat ini didukung oleh Susanto (2001), citra diri merupakan konsep yang kompleks meliputi kepribadian, karakter, tubuh dan penampilan individu. 7

Upload: hakiet

Post on 03-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder

1. Citra Diri

a. Pengertian

Penilaian tentang fisik atau tubuh sendiri oleh beberapa ahli

dinamakan citra diri (Tilaar, 1981). Citra diri merupakan salah satu

segi dari gambaran diri yang berpengaruh pada harga diri (Centi,

1993). Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan

dengan sifat-sifat fisik. Citra diri dipengaruhi oleh pemikiran mengenai

apa yang dimaksud keindahan atau kebugaran dan bentuk tubuh yang

ideal menurut seseorang. Citra diri merupakan gambaran seseorang

mengenai fisiknya sendiri (Pratt, 1994).

Senada dengan hal tersebut, Burns (1993) mengatakan bahwa

citra diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya

sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga citra diri sering

dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik termasuk di dalamnya

penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh, cara berpakaian,

model rambut dan pemakaian kosmetik. Pendapat ini didukung oleh

Susanto (2001), citra diri merupakan konsep yang kompleks meliputi

kepribadian, karakter, tubuh dan penampilan individu.

7

8

Menurut Centi (1993) citra diri merupakan hal yang subyektif,

menurut penglihatan sendiri. Keadaan dan penampilan diri pada

gilirannya dipengaruhi oleh norma yang dijumpai atau dihadapi.

Pendapat ini didukung oleh Burns (1993) mengatakan bahwa citra diri

merupakan sumber utama dari banyak kepuasan, karena citra diri

merupakan proses dimana individu menguji kapasitas-kapasitasnya

menurut standart-standart dan nilai-nilai pribadinya yang telah

diinternalisasikan dari masyarakat.

La Rose (1996), menyebutkan bahwa citra diri adalah

gambaran tubuh sendiri yang dibentuk dalam pikiran untuk

menyatakan suatu cara penampilan tubuh seperti cantik, dan jelek.

Citra diri ini penting dalam proses evaluasi diri dan juga penting dalam

pengembangan konsep diri. Hal tersebut didukung oleh Maltz (1996),

yang menyatakan bahwa citra diri adalah konsepsi seseorang mengenai

orang macam apakah dirinya. Ini merupakan produck masa lalu beserta

sukses dan kegagalannya, penghinaan dan kemenangannya, serta orang

lain bereaksi terhadap dirinya.

Kussein (1997), berpendapat bahwa pada dasarnya citra diri

adalah penafsiran seseorang secara subyektif pada dirinya sendiri, oleh

karena itu sering terjadi kekeliruan dalam menafsirkan karena individu

mengabaikan faktor-faktor obyektif yang ada. Contohnya remaja putri

menganggap bahwa tubuh mereka kegemukan walaupun pengamat-

pengamat lainnya menilai mereka tidak kegemukan. Memiliki bintik-

9

bintik diwajah maupun memakai kaca mata dapat dianggap sebagai

cacat besar, dan memiliki cacat fisik mungkin dapat dipandang sebagai

keadaan puncak yang mengarah pada perasaan tidak puas dan

penolakan terhadap fisik.

Hadisubrata (1997), menyatakan bahwa citra diri bersifat

subyektif, sebab hanya didasarkan pada interpretasi pribadi tanpa

mempertimbangkan atau meneliti lebih jauh kenyataan benarnya.

Penelitian tersebut tidak didasarkan pada apa yang sebenarnya

dipikirkan oleh orang lain, tetapi didasarkan pada interpretasi pribadi

terhadap apa yang menurut pendapatnya dipikirkan oleh orang lain

tentang kenyataan dirinya dan penilaian itu dipengaruhi oleh

pengalaman masa lalu, dapat terjadi orang yang secara obyektif

memiliki banyak kelebihan namun citra dirinya negatif.

Hadisubrata (1997), menjelaskan bahwa orang yang memiliki

citra diri positif akan mengembangkan watak-watak seperti percaya

diri, menghargai diri sendiri, menerima diri sendiri, mengembangkan

potensinya seoptimal mungkin. Sebaliknya orang yang memiliki citra

diri negatif akan mengembangkan watak-watak seperti rendah diri,

membenci diri sendiri, pemalu, dan watak-watak lain yang

menghambat penyesuaian sosial dalam pergaulan.

Melihat dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud citra diri adalah gambaran individu mengenai

penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya baik dalam bagian-

10

bagian tubuhnya maupun terhadap keseluruhan tubuh berdasarkan

penilaiannya sendiri. Citra diri dipengaruhi pengalaman masa lalu

beserta sukses dan kegegalannya, dan pemikiran tentang citra diri ideal

menurut seseorang. Orang yang mampu menerima keadaan fisik atau

raganya akan memiliki citra diri positif dan orang yang tidak menerima

keadaan fisik dan raganya akan memiliki citra diri negatif.

b. Aspek-aspek Citra Diri

Aspek citra diri dalam penelitian ini mengacu pada obyek sikap

dari citra diri yaitu tubuh. Tubuh terdiri dari dua aspek, yaitu bagian

tubuh dan keseluruhan tubuh. Rincian obyek sikap citra diri dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1). Bagian tubuh seperti wajah, rambut, gigi, hidung, lengan, perut,

ukuran dan bentuk dada, pantat, pinggul, kaki, paha (Rosen dkk,

1995), leher (Wirakusumah, 2001), bentuk bibir dan mata

(Winiaswati, 2003), pipi (Hurlock, 1999).

2). Keseluruhan tubuh mencakup berat badan, tinggi badan, proporsi

tubuh, penampilan fisik dan bentuk tubuh (Rosen dkk, 1995).

Senada dengan pendapat di atas Pudjijogyanti (1995),

mengemukakan bahwa aspek citra diri adalah keseluruhan tubuh

misalnya bentuk tubuh dan bagian tubuh seperti bentuk rambut.

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa aspek

citra diri adalah bagian tubuh dan keseluruhan tubuh.

11

2. Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder

a. Pengertian

Pemahaman akan ciri-ciri perkembangan seksual sekunder

tidak dapat dipisahkan dari konsep tentang perkembangan, khususnya

perkembangan seksual sekunder yang terjadi pada masa pubertas.

Secara sederhana, perkembangan adalah urut-urutan perubahan yang

progresif dalam suatu pola yang teratur dan saling berhubungan.

Perkembangan merupakan suatu proses di mana perubahan-perubahan

didalam diri seseorang dan proses-proses psikologik yang distimulir

oleh perubahan-perubahan psikologik, yang selanjutnya diintegrasikan

sedemikian rupa sehingga seseorang selanjutnya dapat menghadapi

rangsangan-rangsangan dari sekitar dengan baik (Sulaeman, 1995).

Ciri-ciri perkembangan seksual sekunder adalah tanda-tanda

jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi,

namun merupakan tanda-tanda yang khas pada setiap orang. Tanda-

tanda yang khas tersebut ditandai oleh suatu peristiwa yang disebut

dengan menarche (menstruasi untuk pertama kalinya) yang dialami

oleh anak perempuan dan mimpi basah yang dialami oleh anak laki-

laki (Sarwono, 2000).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

perkembangan seksual sekunder adalah perubahan yang bersifat

progresif yang teratur dan saling berhubungan yang terjadi pada tanda-

12

tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses

reproduksi seseorang.

b. Ciri-ciri Seksual Sekunder

Perubahan fisik yang terjadi pada setiap orang menandakan

adanya ciri-ciri seksual sekunder yang sedang berkembang. Pada anak

laki-laki terjadi perkembangan ciri-ciri seksual sekunder yaitu

tumbuhnya rambut pada daerah tertentu (kemaluan, wajah, kaki,

tangan, dada, ketiak), suara bertambah besar, badan lebih berbobot

terutama bahu dan dada, pertambahan berat dan tinggi badan.

Sedangkan anak perempuan mengalami perkembangan ciri-ciri seksual

sekunder antara lain bertambahnya tinggi dan berat badan, tumbuh

rambut di sekitar alat kemaluan dan ketiak, kulit menjadi halus, suara

menjadi merdu, payudara membesar dan paha membulat (Wahyudi,

2000).

B. Konsep Diri Remaja Putri

1. Konsep Diri

a. Pengertian

Menurut Stuart dan Sundeen (1991), konsep diri adalah semua

ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu

tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

dengan orang lain, termasuk persepsi individu akan sifat dan

13

kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai

yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta

keinginannya.

Menurut Centi (1993), konsep diri merupakan suatu gagasan

tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana seseorang

melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, perasaan tentang dirinya

sendiri, dan keinginan untuk menjadi manusia yang diharapkan.

William D. Brooks (dalam Rakhmat, 1991) mendefinisikan

konsep diri sebagai pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya

sendiri yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis, yang muncul

karena adanya pengalaman pribadi serta interaksi dengan orang lain.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hurlock (1993), konsep diri

adalah suatu gambaran yang dimiliki oleh seseorang tentang dirinya.

Konsep diri ini merupakan suatu gabungan dari keyakinan yang

dimiliki individu tentang diri sendiri yang meliputi karakteristik fisik,

sosial maupun emosional serta aspirasi dan prestasinya.

Berdasarkan beberapa definisi yang sudah diuraikan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan pandangan dan

penilaian individu mengenai dirinya sendiri, yang mencakup

keseluruhan dari keyakinan yang dimiliki individu mengenai diri

sendiri, yang meliputi karakteristik fisik, sosial maupun psikologis.

14

b. Aspek-aspek Konsep Diri

Stuart dan Sundeen (1991), memberi penjelasan bahwa konsep

diri terdiri atas 5 aspek yaitu :

1) Gambaran diri (body image)

Gambaran diri adalah sikap remaja terhadap tubuhnya

secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan

perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan

potensi tubuh saat ini dan masa lalu.

2) Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi remaja tentang bagaimana ia

harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat

berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah

aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan

mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma

sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia ingin lakukan.

3) Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi remaja terhadap hasil

yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku

memenuhi ideal diri. Frekuensi pencapaian tujuan akan

menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi.

Jika remaja selalu sukses maka cenderung harga diri tinggi dan jika

remaja sering gagal maka cenderung harga diri rendah.

15

4) Peran

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang

diharapkan dari remaja berdasarkan posisinya di masyarakat.

Setiap remaja disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan

dengan posisi pada tiap waktu, sepanjang daur kehidupan misalnya

sebagai anak, murid, mahasiswa, dan teman. Posisi dibutuhkan

oleh remaja sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi

merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok

dengan ideal diri.

5) Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber

dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua

aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. Remaja yang

mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang

dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.

Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek pada diri

sendiri), kemampuan dan penguasaan diri. Remaja yang mandiri

dapat mengatur dan menerima dirinya.

2. Remaja Putri

a. Pengertian

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin

adolescene yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah

16

ini mencakup kematangan emosional, sosial dan fisik (Hurlock,1999).

Piaget (dalam Hurlock, 1999) mengatakan bahwa masa remaja adalah

usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Individu

tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak

aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk

didalamnya juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi

yang khas dari cara berfikir remaja memungkinkan untuk mencapai

integrasi dalam hubungan social orang dewasa.

WHO (dalam Sarwono, 2002) mendefinisikan remaja lebih

bersifat konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologis, dan

sosial ekonomi yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai

berikut:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-

tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan

seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

17

Kartono (1990), mengatakan bahwa masa remaja juga sebagai

masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak

dengan masa dewasa. Pada periode remaja terjadi perubahan-

perubahan besar dan esensial mengenai fungsi-fungsi rohaniah dan

jasmaniah, dimana yang sangat menonjol pada periode ini adalah

kesadaran yang sangat mendalam mengenai diri sendiri dimana remaja

mulai meyakini kemampuannya, potensi dan cita-cita sendiri.

Berdasarkan kesadaran tersebut remaja berusaha menemukan jalan

hidupnya dan mulai mencari nilai-nilai tertentu seperti kebaikan,

keluhuran, kebijaksanaan dan keindahan.

Menurut Santrock (1995), terjadi perubahan psikologis yang

menyertai perubahan fisik serta terjadi perubahan kognitif. Terdapat

hubungan yang sangat penting antara tubuh serta cirri-ciri fisik pada

masa remaja dengan gambaran tentang dirinya. Persepsi tentang

gambaran ini yang dinamakan dengan “body image”. Menurut

Santrock (1995), perubahan-perubahan biologis yang dialami remaja

memicu peningkatan minat terhadap citra tubuh (body image).

Perubahan jasmaniah yang terjadi pada masa remaja biasanya menarik

perhatian remaja untuk lebih memperhatikan ciri-ciri jasmaniah pada

dirinya melebihi masa-masa sebelumnya. Ruft (dalam Sulaiman,

1995), mengemukakan bahwa untuk dapat diterima dalam kelompok

remaja selama masa remaja, seseorang jangan terlalu berbeda dengan

18

yang lain dalam hal “physical appearance”. Bila seseorang berbeda

maka ia akan ditolak oleh kelompoknya.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), putri

disama artikan dengan wanita atau perempuan. Terdapat beberapa sifat

khas kewanitaan yang banyak dituntut dan disoroti oleh masyarakat

luas yaitu keindahan, kelembutan dan kerendahan hati (Kartono,

1995).

1) Keindahan

Kriteria yang tergolong dalam keindahan adalah

kecantikan, kejelitaan, gratie (gaya, solek, kemolekan), gaya yang

menarik dan kehalusan tingkah laku. Setiap kelompok sosial

mengembangkan norma-norma dan criteria tertentu mengenai

keindahan wanita. Unsur-unsur pengukur bagi keindahan psikis

wanita yang sangat dihargai antara lain: kehalusan, keramahan,

keriangan, suasana hati yang positif, kelembutan dan “tidak jahat”.

2) Kelembutan

Kelembutan mengandung unsur kehalusan, selalu

menyebarkan iklim psikis yang menyenangkan. Disamping itu

kelembutan juga diperlukan untuk “membantali” kekerasan,

kesakitan dan kepedihan atau duka nestapa.

3) Kerendahan Hati

Rasa rendah hati artinya tidak angkuh tetapi selalu bersedia

mengalah dan berusaha memahami kondisi pihak lawan. Walaupun

19

perasaan ini juga oleh kaum pria tetapi pribadi wanita lebih sering

dikonfrontasikan pada tuntutan ciri-ciri tersebut dari pada kaum

laki-laki.

Berkaitan dengan kriteria ideal yang sangat diharapkan dan

dituntut pada diri wanita, kaum wanita tidak jarang mengalami

tekanan-tekanan dan paksaan-paksaan tertentu agar mereka memenuhi

harapan tadi (Kartono, 1995). Pada diri seorang remaja putri mulai

semakin jelas pemahaman tentang diri sendiri. Remaja putri mulai

bersikap kritis terhadap obyek-obyek di luar dirinya dan ia mampu

mengambil sintese antara dunia luar dan dunia internal (Kartono,

1995). Usaha yang keras mulai dilakukan untuk mengadakan adaptasi

terhadap lingkungan hidupnya. Penilaian yang tinggi terhadap orang

tua kini semakin berkurang dan digantikan dengan respek terhadap

pribadi-pribadi lain yang dianggap lebih memenuhi selera hati anak

gadis (Kartono, 1995). Pribadi-pribadi ideal tersebut umpamanya

berwujud seorang bintang film, guru, pemimpin wanita, ketua

organisasi, pahlawan wanita dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa remaja putri adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai

dengan perubahan fisik, emosi, moral, kepribadian, kognitif dan

psikologis yang terjadi pada seseorang yang memiliki sifat khas

kewanitaan yaitu keindahan, kelembutan dan kerendahan hati.

20

b. Tahap Perkembangan Remaja

Banyak batasan usia remaja yang diungkapkan oleh para ahli.

Diantaranya adalah Monks, dkk (1999) yaitu masa remaja awal, masa

remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Batasan remaja yang

diungkapkan oleh Monks, dkk (1999) tidak jauh berbeda dengan

pendapat Kartono (1990) yang membagi masa remaja menjadi masa

pra pubertas, masa pubertas, dan masa adolesensi. Monks, dkk (1999)

membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu:

1) Remaja awal (12 sampai 15 tahun)

Pada rentang usia ini, remaja mengalami pertumbuhan

jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang

sangat intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar

dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi

namun belum bias meninggalkan pola kekanak-kanakannya.

Selain itu pada masa ini remaja belum tahu apa yang

diinginkannya, remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak

stabil, tidak puas dan merasa kecewa (Kartono, 1990).

2) Remaja Pertengahan (15 sampai 18 tahun)

Pada rentang usia ini, kepribadian remaja masih bersifat

kekanak-kanakan, namun pada usia remaja sudah timbul unsure

baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah

sendiri. Remaja mulai menemukan nilai-nilai tertentu dan

melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis.

21

Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada usia remaja awal

maka pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri

sendiri yang lebih berbobot. Rasa percaya diri pada remaja

menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan

penilaian terhadap tingkah laku yang telah dilakukannya. Selain

itu pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri atau jati

dirinya (Kartono, 1990).

3) Remaja Akhir (18 sampai 21 tahun)

Pada rentang masa ini, remaja sudah merasa mantap dan

stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan

pola hidup yang digariskan sendiri., dengan itikad baik dan

keberanian. Remaja mulai memahami arah kehidupannya, dan

menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian

tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru

ditemukannya (Kartono, 1990).

c. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Hulock (1999) ciri-ciri masa remaja meliputi:

1) Masa remaja sebagai periode yang penting

Dianggap periode yang penting karena fisik dan akibat

psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai

dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada

awal masa remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan

22

perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai

dan minat baru.

2) Masa remaja sebagai periode peralihan

Dalam periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan

terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini,

remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

Status yang tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi

waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi

dirinya.

3) Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada lima perubahan yang dialami oleh remaja, yaitu:

a) Meningginya emosi

b) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh

kelompok sosial

c) Remaja selalu merasa ditimbuni banyak masalah

d) Berubahnya minat dan pola nilai-nilai

e) Remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan

4) Masa remaja sebagai usia bermasalah

Ada dua hal yang menyebabkan kesulitan mengatasi masalah baik

pria maupun wanita, yaitu:

23

a) Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian

diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga banyak remaja

tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

b) Remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin

mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan dari orang tua

dan guru.

5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Erik Erikson, yaitu

masa mencari identitas diri seperti usaha untuk menjelaskan siapa

dirinya, apa perannya dal masyarakat. Erickson menjelaskan

pencarian identitas ini mempengaruhi perilaku remaja.

6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan setiap budaya bahwa remaja adalah anak-anak

yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak

dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja takut bertanggung

jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja

normal.

7) Masa ramaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca

berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya.,

terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini hanya

24

bagi dirinya juga bagi keluarga dan teman-temannya,

menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal

masa remaja.

8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Bertambah mendekatnya usia kematangan yang sah, para

remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan streotip belasan tahun

dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

Berpakaian dan bertindak sebagai orang dewasa ternyata tidaklah

cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada

perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa seperti

merokok, minum-minuman keras, dan menggunakan obat-obatan.

Mereka berharap perilaku ini akan memberikan citra yang mereka

inginkan (Hurlock, 1999).

d. Perubahan-Perubahan Masa Remaja

Masa remaja, seperti pada semua masa yang dialami oleh setiap

individu, terjadi berbagai perubahan yang menyertai pertumbuhan dan

perkembangan pada fase tersebut. Menurut Hurlock (1990),

perubahan-perubahan yang dialami selama masa remaja adalah:

1) Perubahan Fisik

Berdasarkan perubahan fisik terdapat perbedaan pada setiap

individu. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki

memulai pertumbuhannya lebih lambat dari pada anak permpuan,

25

pertumbuhan anak laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada

saat matang biasanya anak laki-laki lebih tinggi dari pada

perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia

kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung memiliki

bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal.

Anak perempuan yang matang lebih awal cenderung lebih berat,

lebih tinggi dan lebih gemuk dibandingkan dengan anak

perempuan yang matangnya terlambat.

2) Perubahan Emosi

Masa remaja dianggap sebagai periode ”badai dan

tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai

akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja

mengalami masa badai dan tekanan, sebagian remaja mengalami

ketidakstabilan dari waktu kewaktu sebagai konsekuensi dari usaha

penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang

baru.

3) Perubahan Sosial

Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit

adalah penyesuaian sosial. Bagian yang terpenting dan tersulit

adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok

sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial

yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai

26

baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru

dalam seleksi pemimpin.

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan

teman-teman sebayanya, maka dapatlah dimengerti bahwa

pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,

penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga.

Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka

memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota

kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima

oleh kelompok menjadi lebih besar.

4) Perubahan Moral

Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai

oleh remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh

kelompok kepadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya

agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi,

didorong dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-

anak. Menurut Mitchell terdapat lima perubahan dasar dalam moral

yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu:

a) Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak

dan kurang konkret.

b) Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan

kurang pada apa yang salah.

c) Penilaian moral menjadi semakin kognitif.

27

d) Penilaian moral menjadi kurang egosentris.

e) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam

arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan

menimbulkan ketegangan psikologis.

5) Perubahan Kepribadian

Remaja memahami apa yang membentuk ”kepribadian

yang menyenangkan”. Remaja mengetahui sifat-sifat apa yang

dikagumi oleh teman-teman sejenis maupun teman-teman lawan

jenis. Meskipun sifat-sifat yang dikagumi berbeda dari kelompok

sosial ke kelompok sosial yang lain, namun remaja mengerti apa

yang dikagumi oleh kelompoknya. Banyak remaja menggunakan

standar kelompok sebagai konsep mereka mengenai kepribadian

”ideal” terhadap mana mereka menilai kepribadian mereka sendiri.

Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal

ini dan mereka yang tidak berhasil ingin merubah kepribadian

mereka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang

terjadi dalam masa remaja adalah perubahan fisik, emosi, sosial, moral,

kepribadian, kognitif dan psikologis.

28

C. Hubungan Antara Penerimaan Diri tentang Ciri-Ciri Perkembangan

Seksual Sekunder dengan Konsep Diri pada Remaja Putri

Citra diri merupakan gambaran tentang siapakah dirinya menurut

pendapatnya sendiri. Citra diri tersebut mungkin kabur atau tidak sesuai

dengan kenyataannya, namun citra diri tetap ada pada setiap remaja. Citra diri

merupakan kerangka acuan dalam bertindak dan bereaksi, sehingga remaja

tahu bagaimana harus bertindak dan bersikap dalam situasi tertentu

(Hadisubrata, 1997).

Citra diri merupakan bagian dari konsep diri yang berkaitan dengan

sifat-sifat fisik. Citra diri adalah aspek yang penting dari perkembangan

konsep diri, yaitu merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Bila

remaja memandang tubuhnya sesuai dengan harapannya maupun dengan ideal

yang ada, maka akan memberikan keuntungan positif bagi diri remaja. Hal ini

akan menimbulkan citra diri yang positif karena remaja akan merasa puas

terhadap kondisi tubuhnya yang akan diekspresikan dalam sikap percaya diri,

dan konsep diri yang sehat. Sebaliknya, remaja yang memandang raganya

tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan maka dapat menimbulkan citra diri

yang negatif, sehingga remaja tidak puas dengan dirinya, menjadi sulit

menerima diri apa adanya, peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian dan

pesimis (Attie dan Brooks-Gun, 1989).

Remaja dalam perkembangannya, seringkali prihatin selama tahun-

tahun awal masa remaja. Keprihatinan tersebut timbul karena adanya

kesadaran akan reaksi sosial terhadap berbagai hal. Salah satu sumber

29

keprihatinan tersebut adalah perubahan bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan

standar budaya yang berlaku sebagai akibat dari perkembangan seksual

sekunder yang dialami remaja putri. Keprihatinan akan tubuh yang sedang

berkembang semakin diperbesar dengan berkembangnya kesadaran akan

pentingnya penampilan diri dalam kehidupan sosial yang akhirnya

mempengaruhi konsep diri remaja putri.

Helmi (1995), menunjukkan bahwa konsep diri sangat penting bagi

keberhasilan individu dalam hubungan sosialnya, hal ini berarti bahwa dengan

konsep diri yang positif individu akan berperilaku positif sehingga akan

mendapat umpan balik yang positif dari lingkungan. Terbentuknya konsep diri

akan mempengaruhi harga diri. Berdasarkan konsep dirinya maka remaja putri

akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya yang berkaitan dengan

penerimaan dan penghargaan orang lain terhadap dirinya (Walgito, 1993).

30

D. Kerangka Teori

Skema 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Stuart dan Sundeen (1991)

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2.2. Kerangka Konsep

Citra diri tentang ciri-

ciri perkembangan

seksual sekunder

Konsep diri

remaja putri

Konsep Diri Remaja Putri

Peran

Harga diri

Ideal diri

Citra diri: Perkembangan seksual sekunder

Identitas diri

31

F. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diteliti antara lain :

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah citra diri tentang ciri-ciri

perkembangan sekunder.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah konsep diri.

G. Hipotesis

Ada hubungan antara citra diri tentang ciri-ciri perkembangan seksual

sekunder dengan konsep diri pada remaja putri di SMP Negeri 33 Semarang.