7 bab ii comer (1 992 dalam videbeck 2008) ansietas (k...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
Comer (1992 dalam Videbeck 2008) ansietas (kecemasan)
adalah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman, takut dan
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak
mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada
obyek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas. Ansietas
merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya
kepada individu (Videbeck, 2008).
Menurut Stuart (2006) definisi kecemasan merupakan
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki objek spesifik kecemasan dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan secara interpersonal dan berada dalam suatu rentang.
Ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subjektif yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak
diketahui secara khusus penyebabnya (Depkes, 2001). Menurut Stuart
dan Laraia (2001) ansietas adalah ketakutan/kekawatiran yang tidak
jelas yang terjadi secara alami, berhubungan dengan perasaan
ketidakpastian, ketidakberdayaan, terisolasi, merasa asing serta tidak
aman.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kecemasan atau ansietas adalah perasaan yang tidak menyenangkan,
tidak enak, kawatir dan gelisah. Keaadaan ini tanpa objek yang
spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidaktahuan yang
8
didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam
hubungan interpersonal.
2. Teori kecemasan
Stuart (2006) menyatakan ada beberapa teori yang telah
dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan, diantaranya :
a. Faktor Predisposisi
1) Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan
tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2) Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah
terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
3) Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi. yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori prilaku lain
menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang
dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk
menghindari kepedihan.
4) Teori keluarga menunjukkan bahwa ganguan kecemasan
biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga
tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.
9
5) Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang
berperan penting dalam biologis yang berhubungan dengan
kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada
kehidupan manusia dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman
ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan
interpersonal.
Ada 2 faktor yang menjadi pencetus seseorang merasa cemas :
1) Faktor eksternal :
a) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi
ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam
melakukan aktivitas sehari- hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.
b) Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang
dapat mengancam terhadap identitas diri, kehilangan
status/peran diri dan hubungan interpersonal (Stuart,
2006).
2) Faktor internal :
Menurut Stuart & Laraia (2001) kemampuan individu dalam
merespon terhadap penyebab kecemasan ditentukan oleh :
a) Potensi stressor
Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan
seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi
(Smeltzer & Bare, 2001).
10
b) Maturitas
Individu memiliki kematangan kepribadian lebih sukar
mengalami gangguan kecemasan, karena individu yang
matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap
kecemasan (Hambly, 2010).
c) Pendidikan dan status ekonomi
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada
seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah
mengalami kecemasan. Tingkat pendidikan seseorang atau
individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir,
semakin tingkat pendidikan akan semakin tinggi mudah
berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk
dalam menguraikan masalah yang baru (Stuart & Laraia,
2001).
d) Keadaan fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera,
operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga
lebih mudah mengalami kecemasan, disamping itu orang
yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami
kecemasan (Oswari, 2004).
e) Tipe kepribadian
Orang yang berkpribadian A akan lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang yang
berkpribadian B. Adapun cirri-ciri orang dengan
berkepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius,
ingin serba seempurna, merasa diburu-buru waktu, mudah
gelisah, tidak dapat tenang, mudah tersinggung, otot-otot
mudah tegang. Sedangkan orang dengan kepribadian B
mempunyai cirri-ciri yang berlawanan dengan tipe
kepribadian A. Karena tipe kepribadian B adalah orang
yang penyabar, tenang, teliti dan rutinitas (Stuart, 2006).
11
f) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada dilingkungan asing ternyata lebih
mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada
dilingkungan yang biasa dia tempati (Hambly, 2010).
g) Usia
Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada
seseorang yang lebih tua, tetapi ada yang berpendapat
sebaliknya (Varcarolis, 2000).
h) Jenis kelamin
Gangguan panik suatu gangguan cemas yang ditandai oleh
kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih
sering dialami wanita daripada pria (Varcarolis, 2000).
3. Penilaian terhadap stressor
Menurut Stuart (2006), penilaian stressor berpengaruh terhadap
respon kecemasan ditandai pada empat aspek, yaitu:
a. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir,
bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas
menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat,
kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada
gambaran visual, takut cedera atau kematian.
b. Afektif: Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus,
ketakutan, terror, gugup, gelisah.
c. Fisiologi terhadap kecemasan:
1) Kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah
meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun,
denyut nadi menurun.
2) Pernapasan: napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada,
napas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi
tercekik, terengahengah.
12
3) Neuromuskular: Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata
berkedipkedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah
tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang jangkal.
4) Gastrointestinal: kehilangan napsu makan, menolak makanan,
rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada
jantung, diare.
5) Traktus Urinarius: tidak dapat menahan kencing sering
berkemih.
6) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa
panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh
tubuh.
d. Prilaku: Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah,
menghindari, hiperventilasi.
4. Sumber koping
Individu dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan
menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut
yang berupa modal ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah,
dukungan social (keluarga), dan keyakinan budaya dapat membantu
individu mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil (Stuart, 2006).
5. Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006), ada dua mekanisme koping yaitu; yang
pertama koping jangka panjang, yang sifatnya konstruktif serta
realistik, yang kedua koping jangka pendek, yang sifatnya bisa
destruktif dan sementara. Ketika mengalami ansietas, individu
menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang
13
biasa digunakan individu untuk mengatasi ansietas ringan cendrung
tetap dominan ketika ansietas menjadi lebih intens (Stuart, 2006).
6. Tingkat kecemasan
Peplau membagi tingkat kecemasan ada empat (Videbeck,
2008) yaitu:
a. Kecemasan ringan yang berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
b. Kecemasan sedang yang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan mengesampingkan hal yang lain.
Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan
demikian individu mengalami tindak perhatian yang selektif
namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
c. Kecemasan berat yang sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan
spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah,
ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya.
Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan.
Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini sejalan
14
dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan dan kematian.
7. Karakteristik kecemasan
Keluhan dan gejala umum yang berkaitan kecemasan menerut
Darajat (2001) dapat berupa : ujung-ujung jari terasa dingin,
pencernaan tidak teratur, keringat bercucuran, pukulan jantung cepat
perhatian kurang terpusat, hilang kepercayaan diri, sangat takut, tidak
berdaya atau rendah diri. Kasus ansietas mempunyai gejala dan
persoalan yang unik dalam pribadi dan setiap kasus akan menunjukan
perbedaan-perbedaan antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Pada umumnya efek dari ansietas akan mempengaruhi fisik dan
emosional. Dari masing-masing gangguan fisik dan gangguan
emosional tersebut (Iskandar, 2009) meliputi :
a. Gangguan fisik
1) Pusing atau sakit kepala
Gangguan fisik yang paling menonjol adalah sakit kepala atau
pusing.sering gejala itu tidak ada dasar organiknya, pemeriksaan
mata, THT, EEG atu neurologik. Lainnya tidak ada kelainan
sedangkan sakit kapala atau pusing sering terasa berat.
2) Gangguan tidur
Tidak semua pasien ansietas menderita insomnia. Keluhan
insomnia sendiri lebih banyak dikeluhkan oleh penderita depresi
daripada ansietas. Penderita ansietas lebih banyak membawa
problem kehidupan ke tempat tidur. Sehingga meraka sulit jatuh
tertidur.
3) Gangguan seksual
Penderita cemas sebenarnya tidak terganggu atau berkurang
libidonya. Ada beberapa pasien yang menderita kesulitan dalam
hubungan seksual. Tapi biasa sulit mempertahankan ereksi, atau
15
sulit berkosentrasi. Keluhan-keluhannya adalah enjakulasi
prekoks.
4) Gangguan makan
Pada umumnya penderita cemas tidak terganggu makannya,
kecuali penderita cemas dan depresi. Akan tetapi mereka cukup
sibuk dengan penyakitnya, nafsu makan menjadi berkurang. Hal
itu bertambah hebat lagi terutama pada pasien cemas. Panca
indera (indera pengecap) kurang berfungsi atau kurang
perhatian.
5) Gangguan pada sistem kardiovaskuler
Kebanyakan pasien akan mengeluh berdebar-debar atau
malahan dapat mengembangkan diri menjadi nyeri di dada.
Beberapa pasien malahan tekanan darahnya menjadi meningkat.
6) Gangguan pada sistem pencernaan
Yang paling sering adalah mengeluh nyeri ulu hati, dan sering
dikatakan sakit kantong nasi. Bila lebih lanjut bisa
menyebabkan ulkus peptikum. Disamping itu ada pula
mengembangkan diri menjadi kolitis ulserat.
b. Gangguan emosional
1) Gangguan kosentrasi atau penampilan
Yang paling sering dirasakan atau dikeluhkan adalah merasa
kosentrasi berkurang atu penampilan berkurang. Sering pula
gangguan ini dikeluhkan sebagai sering gugup bila mendapat
tugas. Dalam keadan normal kita melihat bila tiba-tiba kita di
haruskan bicara dalam umum, maka semua hal yang ada diotak
kita rasanya menjadi hilang. Inipun sering terjadi pada
mahasiswa yang mengikuti ujian, walaupun sudah cukup
belajar, akan tetapi karena cemas tidak dapat menjawab
pertayaan-pertayaan ujian.
16
2) Sering marah-marah
Sering penderrita ansietas marah-marah, oleh sebab yang
ringan. Dia cepat tersinggung. Orang awan sering menyebutnya
darah tinggi sebenernya ada benarnya. Karena penderita
ansietas sering menderita darah tinggi jadi ada hubungan
korelasi, walaupun sebenarnya penyebab utama adalah
ansietasnya.
3) Sering merasa tegang
Penderita ansietas sering merasa tegang. Dia tidak bisa santai
atau beristirahat. Ketegangan ini sering dibarengi oleh
ketakutan, dan mudah terkejut. Bila ketegangan ini memuncak
maka terlihat tangan gemetar (termor) suara berubah dan merasa
gelisah atau was-was. Pada akhirnya pasien akan merasa lesu
bila ketegangan telah berlangsung lama.
4) Sering merasa takut
Penderita kecemasan dapat mengembangkan diri untuk menjadi
takut. Sebaliknya orang-orang yang takut akan bisa pula
menjadi cemas. Ketakutan bisa spesifik (kusus), misal ketakutan
pada gelap, binatang tertentu dan lain sebagainya. Pada orang-
orang tertentu pada keadaan.
B. Primigravida
1. Pengertian Primigravida
Kehamilan ialah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uterin mulai konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan
(Manuaba, 2007). Sedangkan kehamilan pertama yaitu ibu yang hamil
untuk pertama kalinya. Masa kehamilan adalah kehamilan dimulai dari
proses pembuahan (konsepsi) sampai sebelum janin lahir. Kehamilan
yang normal berlangsung selama 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
17
hari), di hitung mulai dari hari perrtama menstruasi terakhir (Huliana,
2008).
Primigravida adalah Kehamilan pertama bagi seorang wanita.
Bagi seorang wanita hal tersebut menjadikan Pengalaman baru yang
dialaminya, perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh
harapan dengan kecemasan tentang apa yang akan dialaminya semasa
kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang
saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian, selain itu bayangan
tentang hal-hal yang menakutkan saat proses persalinan walaupun apa
yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi tersebut
menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga
psikologis (Huliana, 2008).
Menurut Neil (2007) Ibu primigravida adalah seorang wanita
yang pertama kali hamil. Seorang ibu primigravida biasanya
mendapatkan kesulitan dalam mengenali perubahan-perubahan yang
terjadi dalam tubuhnya yang menyebabkan ketidaknyamanan selama
kehamilannya berlangsung. Hal ini mempengaruhi psikologis ibu,
karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut. Kurangnya
pengetahuan ini juga menyebabkan ibu primigravida tidak tahu cara
mengatasi ketidaknyamanan yang ibu rasakan, dan cendrung
mengalami kecemasan.
2. Kecemasan Primigravida
Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan salah satu
periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan
perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan
dengan kecemasan tentang apa yang akan dialaminya semasa
kehamilan. Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang
saat menanti kelahiran penuh ketidakpastian. Situasi tersebut
menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga
18
psikologis. Semakin tuanya kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu
hamil mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks, sehingga
kegelisahan, ketakutan dan kecemasan-kecemasan yang dialami ibu
hamil mulai dirasakan saat menjelang persalinan. Dengan dukungan
keluarga yang diberikan kepada wanita hamil baik secara emosional
dan psikologis dapat menumbuhkan perasaan tenang, aman dan
nyaman sehingga dapat mempengaruhi kecemasan ibu hamil
(Huliana, 2008).
Menurut Farrer (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kecemasan pada ibu hamil :
a. Usia
Pada primigravida dengan usia dibawah 20 tahun kesiapan mental
masih sangat kurang, sehingga dalam menghadapi kelahiran
mental masih sangat kurang. Sehingga dalam menghadapi
kelahiranpun belum mantap. Primigravida dengan usia diatas 35
tahun meskipun secara fisik resiko terjadi komplikasi lebih besar,
tetapi secara mental mereka lebih siap.
b. Tingkat pendidikan
Pendidikan dan pengetahuan ibu dapat mempengaruhi kecemasan
karena kurangnya informasi tentang persalinan baik dari orang
terdekat, keluarga ataupun dari berbagai media seperti majalah dan
lain sebagainya.
c. Penghasilan
Pendapatan yang diperoleh tiap bulan, hasil dari jeri payah yang
dilakukan selama satu bulan penuh.
d. Pekerjaan
Kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus guna memenuhi
kebutuhan sehari-hari, baik kebutuhan primer maupun sekunder.
19
e. Dampingan orang terdekat (keleuarga)
Keluarga atau orang terdekat dapat memberikan dorongan fisik dan
moral bagi ibu yang sedang menjalani kahamilanya, sehingga ibu
akan mersa lebih tentram (Farrer, 2004).
C. Dukungan Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi,
dan tinggal dalam sebuah rumah tangga, Sayekti (1994 dalam Setiadi
2008).
Menurut Bailon dan Maglaya (1989 dalam Setiadi 2008)
keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan darah perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga
berinteraksi satu sama lainnya dalam peran dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya.
Dari definisi tersebut dapat dapat disimpulkan bahwa
karateristik keluarga adalah Terdiri dari dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga
biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan atau berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial, istri, anak, kakak, adik. Hal tersebut
mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan bahaya serta
meningkatkan pertahanan fisik, psikologis, sosial anggota.
20
2. Fungsi keluarga
Menurut friedman (1998 dalam Setiadi 2008) fungsi keluarga
pada proses yang digunakan keluarga untuk mencapai tujuan keluarga
tersebut. Secara umum fungsi keluarga meliputi dari beberapa yaitu :
a. Fungsi efektif adalah fungsi keluarga yang utama mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat
berlatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah
untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan dan pemeliharan kesehatan adalah fungsi untuk
mempertahankan keaadan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
Ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya
menurut Effendy (1998 dalam Setiadi 2008) yaitu :
a. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan
anggota keluarga agar kesehatan selalu terpelihara.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan.
21
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan
antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dalam semua tahap,
dukungan social keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan
adaptasi mereka dalam kehidupan, Friedman (1998 dalam Setiadi
2008).
Menurut Friedman (1998 dalam Setiadi 2008) dukungan keluarga
dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Dukungan keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan,
tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok
rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan.
b. Dukungan keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau
istri, dari saodara kandung, atau dukungan dari anak.
4. Jenis dukungan keluarga
Ada empat jenis dukungan keluarga menurut Friedman (1998
dalam Setiadi 2008) yaitu:
a. Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber
pertolongan praktis dan konrit. Keluarga menyediakan sarana
prasarana yaitu misalnya menyediakan alat transportasi untuk ibu
hamil memeriksakan kehamilannya di tenaga kesehatan.
b. Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai
kolektor dan desiminator (penyebar informasi). Keluarga
memberikan informasi mengenai kehamilan yang dibutuhkan ibu
hamil tentang pemeliharaan kesehatan kehamilan.
c. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai
sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
22
masalah dan sebagai sumber validator identitas keluarga. Keluarga
memberi pujian untuk menyemangati ibu hamil dalam melakukan
pemeriksaan kehamilan, menyelesaikan masalah dengan
musyawarah antara ibu dan keluarga.
d. Dukungan emosional adalah keluarga sebagai sebuah tempat yang
aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Keluarga selalu mengingatkan ibu
hamil untuk memeriksakan kehamilan.
23
D. Kerangka Teori
Gambar 2.1 : Kerangka teori(Sumber : modifikasi Stuart 2006, Farrer 2004 dan Videbeck 2008).
Faktor predisposisi1. Psikoanalitik2. Interpersonal3. Prilaku4. Keluarga5. Biologis
(Stressor presipitasi1. Eksternal
a. Ancamanintegritas fisik
b. Ancaman sistemdiri
2. Internala. Potensi stressorb. Maturitasc. Pendidikan &
status ekonomid. Keadaan fisike. Tipe kepribadianf. Lingkungan &
situasig. Usiah. Jenis kelamini. pendidikan
Tingkat Kecemasanpada ibu hamil1. Ringan2. Sedang3. Berat4. Panik
p\Sumber koping1. Kemampuan
personal2. Dukungan sosial
(keluarga),dampingan orang terdekat
3. Asetmateri,pekerjaan,penghasilan
4. Keyakinan positif
Penilaian terhadapstressor1. Kognitif2. Afektif3. Fisiologis4. Perilaku
Mekanisme koping1. Kontruktif2. Destruktif
24
E. Kerangka konsep
Variabel bebas (independent) Varibel terikat (dependent)
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
F. Variabel penelitian
Variabel adalah ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota-
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Notoatmodjo, 2005).
1. Variabel terikat (Dependent)
Variabel dependent yaitu variabel atau output (dampak dari
manipulasi) suatu variabel independent atau yang diasumsi
terpengaruh variabel lain (Nursalam, 2008). Dalam penelitian tersebut
variabel dependentnya adalah Tingkat kecemasan primigravida.
2. Variabel bebas (Independent)
Variabel independent yaitu stimulasi aktifitas yang dimanipulasi oleh
penulis untuk menciptakan suatu dampak pada dependent suatu
variabel atau disebut variabel yang mempengaruhi (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian tersebut variabel independentnya yaitu dukungan
keluarga.
G. Hipotesis
Hipotesa didalam suatu penelitian berarti jawaban sementara
peneliti, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya akan
dibuktikan dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian ini diajukan
hipotesis sebagai berikut, yaitu “Ada hubungan antara dukungan keluarga
Dukungan keluarga padaprimigravida
Tingkat kecemasanprimigravida
25
dengan tingkat kecemasan primigravida di Wilayah Kerja Puskemas
Genuk Kota Semarang tahun 2011-2012”. Semakin tinggi dukungan
keluarga maka akan semakin rendah tingkat kecemasan primigravida.