membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

53
1 Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan; E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014 MEMBANGUN DAN MENGGERAKKAN PETANI PERTANIAN ORGANIK BERSIH Disusun oleh: Purwandaru Widyasunu (Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/Sumberdaya Lahan) (Peneliti dan Pemerhati Pengembangan Pertanian Bersih dan Reklamasi Lahan Rusak) 04 Januari 2014 BAB I. PENDAHULUAN Kegiatan pertanian dikembangkan di atas lahan pertanian seluruh dunia, termasuk di Negara kita Indonesia. Lahan akan selalu menjadi sumberdaya alam utama guna pemenuhan kebutuhan pangan dan sector/sub-sektor pertanian lainnya. Budidaya tanaman paling umum menggunakan sumberdaya tanah dengan variasinya di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Klasifikasi tanah menurut USDA mengunjuk ada 12 ordo tanah, di Indonesia terdapat 11 ordo dan hanya satu ordo yang sulit didapatkan yaitu Gleysols. Tanah ada komponennya yaitu komponen biotik dan abiotik; biotiknya terdiri dari fauna, flora, dan mikroorganisme tanah, sedangkan komponen abiotiknya adalah bahan organik dan inorganik tanah. Bahan organik memegang peranan sentral terhadap kesuburan tanah (kualitatif dan kuantitatif), sehingga mengendalikan produktivitas tanah, vegetasi, dan tanaman pertanian. Komponen abiotik penting tanah tropika dapat dikelompokkan menjadi: (i) komponen gas 25 %, (ii) komponen air 25 %, (iii) komponen mineral 45 %, dan (iv) komponen bahan organik tanah 5 %. Melihat komponen tersebut maka tanah tropika harus diperbaiki, dipelihara, dan dilestarikan dengan pengelolaan (manajemen) bahan organik sampai 5 %; namun kenyataannya diperlukan jumlah s/d 600 ton pupuk kompos/ha untuk 5-6 tahun sehingga sulit dan tidak ekonomis untuk petani. Manajemen pertanian organik merupakan bagian manajemen pertanian bersih (atau bertujuan untuk bersih / clean agriculture), dengan outcome utama (sector budidaya tanaman, perikanan, peternakan, dan kehutanan) yaitu tidak menambah pemanasan global dengan gas rumah kaca

Upload: purwandaru-widyasunu

Post on 30-Nov-2014

5.124 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

This book is about technical strategy for student, researcher, or whoever like to develop organic agriculture by apply it and just do it on the field, or is beginning with class theory. This book is also my thinking to complementary my student to understand what is organic agriculture bio-dynamically approach with emphasis on mix farming systems.

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

1

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

MEMBANGUN DAN MENGGERAKKAN PETANI

PERTANIAN ORGANIK BERSIH

Disusun oleh: Purwandaru Widyasunu

(Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/Sumberdaya Lahan) (Peneliti dan Pemerhati Pengembangan Pertanian Bersih

dan Reklamasi Lahan Rusak) 04 Januari 2014

BAB I. PENDAHULUAN

Kegiatan pertanian dikembangkan di atas lahan pertanian seluruh

dunia, termasuk di Negara kita Indonesia. Lahan akan selalu menjadi

sumberdaya alam utama guna pemenuhan kebutuhan pangan dan

sector/sub-sektor pertanian lainnya. Budidaya tanaman paling umum

menggunakan sumberdaya tanah dengan variasinya di seluruh dunia

termasuk di Indonesia. Klasifikasi tanah menurut USDA mengunjuk ada 12

ordo tanah, di Indonesia terdapat 11 ordo dan hanya satu ordo yang sulit

didapatkan yaitu Gleysols.

Tanah ada komponennya yaitu komponen biotik dan abiotik; biotiknya

terdiri dari fauna, flora, dan mikroorganisme tanah, sedangkan komponen

abiotiknya adalah bahan organik dan inorganik tanah. Bahan organik

memegang peranan sentral terhadap kesuburan tanah (kualitatif dan

kuantitatif), sehingga mengendalikan produktivitas tanah, vegetasi, dan

tanaman pertanian. Komponen abiotik penting tanah tropika dapat

dikelompokkan menjadi: (i) komponen gas 25 %, (ii) komponen air 25 %, (iii)

komponen mineral 45 %, dan (iv) komponen bahan organik tanah 5 %.

Melihat komponen tersebut maka tanah tropika harus diperbaiki, dipelihara,

dan dilestarikan dengan pengelolaan (manajemen) bahan organik sampai 5

%; namun kenyataannya diperlukan jumlah s/d 600 ton pupuk kompos/ha

untuk 5-6 tahun sehingga sulit dan tidak ekonomis untuk petani.

Manajemen pertanian organik merupakan bagian manajemen

pertanian bersih (atau bertujuan untuk bersih / clean agriculture), dengan

outcome utama (sector budidaya tanaman, perikanan, peternakan, dan

kehutanan) yaitu tidak menambah pemanasan global dengan gas rumah kaca

Page 2: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

2

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

-nya. Bagaimana kegiatan mengelola/budidaya tanaman, yaitu benih/bibit

unggul, pupuk, pengendalian OPT (pestisida/terpadu), hormon, irigasi, dan

unsur-unsur iklim menjadi ramah lingkungan adalah menjadi tujuan utama

pertanian organik bersih selain kesehatan konsumen, tanah, dan

keanekaragaman hayati.

1.1. Pengertian Pengembangan Pertanian Organik

Pengertian umum pertanian adalah menanami tanah dengan tanaman

yang harapannya akan diperoleh hasil tanaman. Caranya adalah dengan

tatakelola terhadap lahan, agro-ekosistem, dan inputan oleh manusia.

Budidaya tanaman dengan tatakelola inputan luar tinggi dapat dikategorikan

budidaya modern atau konvensional produk dari revolusi hijau dengan tujuan

hasil tinggi pada tanaman pangan dan pakan ternak. Sebaliknya pertanian

dengan inputan luar rendah tentu saja memerlukan input dari lahan LOKAL

yang tinggi (in-situ). Pertanian alami dan pertanian organik dapat masuk di

dalamnya dengan syarat input produksi in-situ sangat tinggi atau semakin

mendekati 100 %. Pertanian alami lebih didasarkan pada pengertian kekuatan

alam untuk mampu mengatur pertumbuhan tanaman, jadi campur tangan

manusia tidak diperlukan. Pertanian organik lebih didasarkan pada kebutuhan

sistem dengan campurtangan manusia untuk memanfaatkan lahan dan

berusaha meningkatkan hasil berdasarkan prinsip daur-ulang sesuai dengan

kemampuan lokal (Sutanto, 2002).

Pertanian alami yang dilaksanakan dulu sampai sekarang desainnya

adalah ikut bertanggung jawab yang tinggi terhadap keselamatan planet bumi

kita. Input produksi pertanian alami mengandalkan kekuatan alam yang terdiri

dari sumberdaya matahari, air, dan bahan tanaman untuk pembuatan

kompos, pestisida hayati/organik, PGPR, jadi sifatnya harmonis dengan

kondisi ekologi. Sifat, desain, dan roh (visi dan misi) pertanian organik

sebenarnya sama dengan pertanian alami. Pertanian organik, adalah

keinginan petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab

menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan

dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat (Sutanto,

Page 3: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

3

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

2002). Perolehan produk tanaman yang tidak mengandung racun adalah

tujuan mulia lainnya.

Kata organik berasal dari kata bahasa Inggris “organik” atau Yunani

“organon” yang artinya organ (bagian tubuh) dari suatu makhluk hidup yaitu

tanaman, hewan, dan manusia; lawannya adalah inorganik. Perkataan

organik juga dapat disebut sebagai organis(me) (Inggris = organism) yang

artinya adalah hidup karena adanya kerja bersama antar organ yang ada

pada mahkluk tersebut. Hal tersebut bisa diartikan sebagai suatu sistem

dimana kerja dari tiap-tiap organ yang ada adalah saling ketergantungan.

Mengambil arti demikian maka pertanian organik adalah sistem budidaya

tanaman memakai/mengandalkan input alam sangat tinggi atau input yang

merupakan hasil kerja keras dari petani dan kelompok taninya untuk

memperoleh produksi tanaman, ternak, dan ikan yang sehat (tidak toksik).

“Roh” atau “Visi-Misi” dari pertanian organik adalah sistem yang

organik/organis meliputi kerja manusianya dan budidayanya. Manusianya

adalah petani, pendamping, penyuluh, praktisi, dan penyelenggara

infrastruktur dan suprastruktur. Budidayanya adalah proses atau kegiatan

membudidayakan tanaman, ternak dan ikan meliputi cara perolehan input-

organik dan sub input-organik in-situ.

Mengapa kita garis bawahi/tegaskan in-situ, karena asalnya dari lokasi

atau bersifat lokalita. Oleh karena itu perlu kita catat dalam hati dan pikiran,

dan tulisan, kemudian kita laksanakan dalam kehendak dan karsa kita bahwa

Roh atau Visi-Misi pertanian organik adalah:

a. Berwawasan lingkungan, artinya alam jangan dirusak, kalau alam rusak

maka penyelenggaraan pertanian organik berkewajiban memulihkan

kerusakan alam (paling tidak ekosistem pertanian tingkat lokalnya).

b. Murah secara ekonomi, artinya petani jangan dibebani untuk selalu beli

namun lebih didampingi dan diadvokasi untuk mampu dan mau

memprodusi input sendiri dari kekayaan dan kekuatan lokal.

c. Sesuai budaya setempat, artinya budaya pertanian organik yang nguri-uri

nilai sosial, budaya dan religi sebagai cara atau kekuatan mendapatkan

kebaikan dan kinerja budidaya pertanian. Benih, bahan pembuatan pupuk

hayati dan pupuk organik lokal, pupuk hayati dan pupuk organik yang

berasal dari lokal bernilai kearifan budaya setempat, murah karena tidak

Page 4: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

4

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

beli dan berdampak meragamkan keanekaragaman hayati. Kita harus

berdoa dulu dalam setiap pekerjaan pertanian organik, karena kita

adalah milik Tuhan, dan makhluk hidup yang kita kelola pada lahan,

air, dan atmosfer adalah juga milik Tuhan semesta alam. Tuhan

adalah Tuan kita semua, Tuan dari alam semesta ini.

d. Berkeadilan sosial yang manusiawi, yaitu jangan merugikan petani,

contohnya harga jual harus lebih tinggi dibandingkan jumlah biaya

usahataninya.

Sub-sistem pertanian organik:

Sistem pertanian organik terdiri dari sub sistem: (i) sumberdaya alam,

(ii) sumberdaya manusia, (iii) iptek, (iv) infrastruktur, (v) suprastruktur, (vi)

pasca panen, dan (vii) pemasaran. Dengan demikian kalau kita berkehendak

untuk mengembangkan pertanian organik berarti harus mengembangkan sub

sistemnya. Sub sistem tersebutlah yang harus dikembangkan

berasaskan roh atau visi-misi pertanian organik di atas. Sebelum

mengembangkan pertanian organik, kita semua harus sadari bahwa sistem

pertanian kita terutama komoditas tanaman penghasil pangan manusia dan

pakan ternak sebagian besar masih berasaskan roh dan visi-misi sistem

pertanian konvensional produk revolusi hijau. Dengan demikian harus kita

lakukan proses transformasi iptek penyelenggaraan pertanian organik dan

konversi lahan menjadi lahan pertanian organic bersih. Penyelenggaraan

sistem yang memberdayakan petani dan berkaidah kelestarian ekosistem

adalah sistem pertanian organik-biodinamik yang bersih.

1.2. Kondisi Faktual Sistem Pertanian: transformasi ke pertanian organik dan kesejarahan

Kondisi pertanian Indonesia (khususnya pertanian tanaman) pada saat

ini berada pada persimpangan jalan, yaitu meneruskan kebijakan revolusi

hijau atau menerus-mulaikan penyelenggaraan sistem pertanian alami

terutama sistem organik-biodinamik. Kalau sistem revolusi hijau diteruskan

berarti harus dengan inputan luar tinggi, mengejar target produksi tinggi,

kondisi petani tidak/kurang berdaya, dan dikuasai sistem kapital luar yang

kuat. Keadaan itu diperparah dengan kondisi tanah makin marjinal dan

ditengah perubahan iklim global hebat menuju penurunan produktivitas lahan

Page 5: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

5

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

yang tajam. Menghadapi kondisi perubahan iklim global tersebut, seluruh

negara di planet bumi ini tidak akan kuat.

Menghadapi kondisi sub sistem pertanian di perempatan jalan, maka

ada ilmu pengetahuan dan teknologi sistem pertanian yang saat ini bisa

dianggap pendekatan terbaik yaitu merubah sistem menuju pertanian organik

yang bio-dinamik yang bersih. Sistem tersebut memang ada kelemahannya

namun banyak keunggulannya karena konsep bio-dinamik adalah

membangun kembali sumber input dari biota yang beragam; biodiversitas

pada lahan dan dalam tubuh tanah dibangun menghasilkan input in-situ.

Membangun input in-situ adalah membangun kemandirian dan kedaulatan

petani/kelompok tani/desa (sumberdaya lokal membangun kembali kearifan

lokal). Input sistem tersebut adalah produk ekuilibria biodiversitas lahan

berupa industri hayati yang mampu membangun kelestarian swasembada

pangan asal tanaman, ternak dan ikan.

Penawaran perubahan sistem di atas adalah baik, tepat dan bisa

dilaksanakan, namun karena petani dan agen pendampingan petani telah

lama dilekati dengan efek instan pupuk kimia, pestisida, dan hormone

pabrikan, maka akan menimbulkan dampak kemandegan sistem dalam

penyelenggaraan pertanian organik (go organik-red.). Disamping itu revolusi

hijau sejak tahun 1963 sampai sekarang berdampak negatif karena benih

tanaman pangan sangat respon terhadap pupuk kimia dan hormon pabrikan.

Padahal go organik memerlukan benih tanaman lokal yang respon

pemupukan organik (kompos/bokhasi/pupuk organik cair yang berbahan

My notation (04-01-2014):

Kita catat akhir tahun 2013, turun salju di Arab Saudi,

Mesir, Suriah, Vietnam; kondisi kegawatan Thailand dampak

turun salju Vietnam utara. Bulan desember 2013, sampai tulisan

ini diperbarui (januari 2014) wilayah Jawa lebih jarang hari

hujannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bila hujan

harian dengan hanya 10-25 mm/hari, nampak nyata dampak

banjir di banyak wilayah tanah jawa (review news desember

2013).

Page 6: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

6

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

lokal); benih tanaman revolusi hijau tidak akan respon. Hal tersebut

menjadikan go organik membutuhkan benih tanaman lokal yang harus

dikuasai oleh petani dan pendampingnya (teknokrat/peneliti dan penyuluh

pertanian).

Program go organik juga memerlukan reklamasi tanah dan lahan yang

telah lama dipakai untuk pertanian revolusi hijau. Tanah perlu diperbaiki

kerusakannya, lahan perlu dikembangkan pola poly biodiversitas,

penyelamatan air tanah, penyelamatan sistem daur keenergian dan keharaan

tanah, dan membangun sistem kendali sekuestrasi karbon dan thermal tanah.

Kita juga telah kehilangan banyak sekali lahan pertanian terutama

tanah sawah yang mempunyai kelas tanah usaha pertanian utama (beririgasi

teknis dan setengah teknis). Hal itu akibat deras dan tidak terkendalinya

konversi sawah menjadi perumahan, hotel, pertokoan, perkantoran, jalan

raya, dan infrastruktur pengembangan perkotaan dan pedesaan (post

modernisasi). Akibat dari konversi tersebut adalah pengurangan luasan

produksi tanaman pangan terutama produk dari lahan sawah. Inti

penyebabnya adalah pertumbuhan penduduk dan nilai hasil budidaya

tanaman pangan tidak mampu untuk revolving usaha tani, menabung, dan

investasi keluarga tani.

Penyelenggaraan pertanian organik harus mampu menyelamatkan

kerawanan sosial, ekonomi dan budaya tersebut, disamping harapan hasil

panen yang stabil setelah paling tidak tahun kedua-ketiga transformasi

sistem; termasuk efisiensi dan efektivitas usaha tani.

Penyelenggaraan pertanian organik berarti melaksanakan program

perubahan sistem pertanian konvensional (revolusi hijau) kepada/menjadi

pertanian organik. Hal itu memerlukan pembaharuan sistem dari yang lama

menjadi yang baru. Kalau kita melaksanakannya berarti kita melakukan

reformasi pertanian yang tidak hanya tingkat kabupaten, namun adalah juga

tingkat nasional.

Warning: Telah terjadi kemandegan regenerasi / suksesi profesi / jabatan petani dari petani senior (orang tuanya) ke yunior (anaknya). Hal ini akan berbahaya bagi keberhasilan program ketahanan pangan nasional dan daerah.

Page 7: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

7

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Go organik yang telah dicanangkan Pemerintah Pusat sejak tahun

2001, sampai tahun 2010 kemarin masih terseok-seok, bahkan sampai tahun

ini. Penyebabnya adalah petani belum bisa menerima perubahan itu

menyangkut ketersediaan input budidaya tanaman organik, teknologi yang

belum dikuasai, kemalasan mengadakan keruahan material pembuatan

pupuk organik dan keruahan pupuk organik yang harus dibawa ke lahan

mereka, dan terakhir adalah tidak mau susah.

Kondisi revolusi hijau selama puluhan tahun telah lama menina-

bobokkan penyuluh pertanian yang ter”cooptatie” oleh efek cespleng pupuk

NPK, pestisida dan hormon kimia pabrikan. Petani telah lama diajari

meninggalkan nilai luhur iptek pertanian nenek moyang Bangsa. Nilai luhur

budidaya tanaman leluhur kita adalah mengelola dan membudidayakan

tanaman secara organik-biodinamik bersih. Contohnya, sebelum menanam

padi, sebelum tanah diolah ditumbuhkan dahulu tanaman orok-orok, tanah

dibiarkan fase aerobic, baru diluku dan digaru, kemudian diairi sesuai dengan

padi. Nilai kearifan IPTEK itu telah lama ditinggalkan oleh petani, penyuluh,

sistem suprastruktur, kelembagaan pertanian, bahkan perguruan tinggi kita.

Melihat kondisi faktual seperti diuraikan di atas maka diperlukan

langkah pikir, karsa, dan cipta kita dalam penyelenggaraan pertanian organik

yang terlebih dahulu harus mengurusi sumberdaya manusianya meliputi

peneliti dan pelatih transformasi iptek, penyuluh pertanian, dan petani. Kondisi

SDM yang siap tersebut juga harus didukung oleh kesiapan dan kemampuan

dukung dari Pemerintah Pusat dan Daerah, demikian pula kelembagaan

penunjang lainnya meliputi LSM/Asosiasi Pertanian Organik, Kelompok Tani,

Gapoktan dan Paguyuban Petani Organik.

Kelembagaan dan SOP keorganikan:

Pemerintah, LSM, Koperasi Tani Organik, dan lembaga lainnya

memerlukan Standart Operating Procedure (SOP) untuk menyelenggarakan

go organik. Bagi Petani, Kelompok Tani, Gapoktan dan Paguyuban Petani

Organik memerlukan Asosiasi Pertanian Organik Lokal (APOL) sebagai

bentuk penguatan kelembagaan yang memerlukan Basic Standart (BS)

penyelenggaraan budidaya organik sampai dengan pemasaran hasilnya.

Didalam SOP dan BS, terkandung semua ketentuan-ketentuan untuk

Page 8: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

8

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

penyelenggaraan sistem pertanian organik yang baik, tepat, berdayaguna dan

dapat dilakukan oleh pelaku di daerah. Semuanya itu memerlukan sistem

transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi di dalamnya, berarti semua

SDM Penyuluhan dan Pendampingan Pertanian harus mendapatkannya,

meyakininya, menguasainya, dan mau melaksanakannya. Sekali lagi

penyelenggaraan pertanian organik-biodinamik bersih adalah jawaban tepat,

baik, diyakini dapat dilaksanakan, dan paling terhormat, manusiawi dan

ekologis.

Prosedur standart tata laksana dan tata kelola (SOP) tentang

penyelenggaraan pertanian organik merupakan suatu standart dasar (BS)

yang bisa dipergunakan oleh berbagai pihak pemangku kepentingan

berjalannya sistem pertanian organik pada suatu wilayah. Pengembangan

pertanian organik untuk komoditas hortikultura juga masuk kesatuan standar

tersebut.

Pemangku kepentingannya dari SOP bisa siapa saja baik dari Elemen

Pemerintahan, Swasta, LSM, Perguruan Tinggi dan Badan Penelitian,

maupun Perorangan (Petani dan Praktisi). Oleh karena itu SOP sifatnya

haruslah standart yang mendasar, yaitu untuk mendasari (acuan) proses

perubahan sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik.

Dengan demikian SOP yang dibuat berdasarkan basic standar (BS) adalah

prosedur dan petunjuk untuk melakukan penyelenggaraan usahatani organik

dan pengecekan apakah suatu lahan dan usahatani pertanian tradisional

sudah ideal disebut lahan dan usahatani organik. Standar adalah serangkaian

aturan/klausul yang bernilai sains tentang apa saja yang diperlukan guna

memberikan bukti dan kesimpulan bahwa sistem pertanian yang sedang

berjalan atau sudah stabil adalah pertanian organik (petani dan proses

budidayanya).

Page 9: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

9

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

BAB II. PENYELENGGARAAN PERTANIAN ORGANIK-

BIO-DINAMIK BERSIH

2.1. Rencana Strategis Go Organik

Penyelenggaraan sistem pertanian organik adalah kegiatan tata

laksana dan tata kelola sistem produksi pertanian yang berasaskan daur-

ulang secara hayati. Apabila penyelenggaraannya adalah untuk tanaman,

maka definisinya adalah sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur-

ulang secara hayati. Salah satu konsep yang baik, rasional, dan mengandung

kearifan lokal adalah sistem pertanian organik-biodinamik sehingga unsur-

unsur daur-ulang organik IN-SITU adalah suatu syarat mutlak.

Konteks penyelenggaraan pertanian organik dapat mengandung arti

menyelenggarakan sistem pertanian yang berkelanjutan, dan itu hanya bisa

terlaksana apabila budidaya tanaman dan ternak menjadi suatu sistem

terintegrasi sehingga mampu membentuk suatu sistem input IN-SITU. Sistem

standar tersebut harus dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten dan suatu Asosiasi

Pertanian Organik Lokal tingkat Kabupaten untuk menyelenggarakan dan

membangun pertanian organik.

Penyelenggaraan go organik memerlukan peran Pemerintah untuk

memfasilitasi persiapan, masa transisi, masa kelanjutan, masa stabilisasi dan

masa lanjut (menuju lestari). Oleh karena itu peran terdepan adalah Para

Penyuluh atau Pendamping Pertanian harus diberikan kemampuan untuk

melaksanakan go organik, peran dinas terkait adalah mendukungnya.

Penyuluh Pertanian dan Pendamping program go organik, semuanya harus

diberikan kursus khusus yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur

atas dasar kurikulum teoritis dan praktikum. Kemampuannya akan didesain

untuk menyelenggarakan transformasi iptek kepada para petani untuk

menyelenggarakan budidaya tanaman organik.

2.2. Tujuan Program Menuju Penyelenggaraan Sistem Pertanian Organik

Program pertanian organik di suatu Kabupaten baik untuk

diselenggarakan dengan sistem organik-biodinamik, yaitu terjadi sinergisme

sistem pertanian campuran antara budidaya tanaman dengan ternak dan atau

ikan (mixed farming) dalam suatu kelompok tani organik. Tujuan

Page 10: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

10

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

menyelenggarakan sistem budidaya organik biodinamik komoditas tanaman

(pangan pokok dan hortikultura) adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan sistem budidaya yang berasaskan keselarasan alam

dengan cara memberikan input organik-biodinamik sebagai sarana

produksi sehingga cara memperoleh sarana produksi sebagai

inputannya adalah betul-betul input lokal dan in-situ,

b. Memuliakan tanah-tanah pertanian yaitu melakukan reklamasi/

rehabilitasi tanah sawah dan atau tanah lahan kering yang telah rusak

akibat teknologi pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian OPT

selama era revolusi hijau berjalan. Dikembalikannya menjadi tanah yang

produktif alami pada ekuilibria steady state baru, sehingga tanah bagi

lahan pertanian adalah betul-betul menjadi reaktor keenergian,

keharaan, keairan dan kehawaan melalui perbaikan sifat kebiologisan,

reaksi kesetimbangan kimiawi dan fungsi tunjangan fisikanya.

c. Memuliakan varietas tanaman lokal (tanaman pangan pokok dan

hortikultura) warisan nenek moyang atau tanaman ex-situ adaptif yang

respon perlakuan/input organik menjadi varietas mantap dan andalan

yang disukai oleh konsumen; kemudian dijadikan varietas local adaptif.

Termasuk program pelestarian adalah terhadap vegetasi non-crop

sebagai bagian keragaman hayati lahan pertanian organik-biodinamik.

d. Memberikan kemandirian petani, yaitu kesempatan seluas-luasnya

kepada petani dan kelompok tani untuk mampu menghasilkan sendiri

material dan membuat sendiri pupuk organik padat, pupuk organik cair

dan pestisida organik. Demikian juga produksi benih/bibit sendiri dari

lahan garapan sendiri atau kelompok atau paguyuban tani organik.

e. Memberikan bekal iptek tani organik yang benar, tajam, aplikatif dan

futuristik (pertanian bersih) bagi para Penyuluh Pertanian dan para

Tokoh Poktan dan Gapoktan untuk bisa menjadi pelatih handal bagi

petani dengan iptek spesifik penyelenggaraan budidaya tanaman

organik-biodinamik sinergi dengan budidaya ternak dan/atau ikan secara

organik-biodinamik pada suatu hamparan pengelolaan satu kelompok

tani atau gabungan kelompok tani.

f. Menghasilkan kesepakatan (congruent) bersama berupa cara pandang,

tujuan, kemanfaatan, tata laksana dan tata kelola (Standart Operating

Page 11: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

11

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Sistem) bagi penyelenggaraan sistem pertanian organik-biodinamik

bersih atas dasar kebenaran filosofi dan aplikasi ipteknya. Kesepakatan

adalah antara representatif para Petani, Paguyuban Petani Organik,

Asosiasi Pertanian Organik lokal, dan Pemerintahan Kabupaten yang

merupakan unsur-unsur penggerak langsung penyelenggaraan sistem

pertanian organik-biodinamik di tingkat Kabupaten.

g. Menghasilkan produk komoditas pertanian yang berkualitas, yaitu produk

yang pada akhirnya harus bebas residu pupuk, pestisida dan hormon

kimia sintetik, dan memberikan jaminan bahwa sistem lahan semakin

lama akan semakin menghasilkan produk yang makin aman untuk

dikonsumsi.

2.3. Manfaat Penyelenggaraan Sistem Pertanian Organik-Biodinamik

Manfaat menyelenggarakan sistem budidaya organik biodinamik

komoditas pertanian adalah sebagai berikut:

(i) Memberikan kesempatan kepada petani agar bisa terlepas dari

ketergantungan input dari luar yang semakin lama semakin mahal,

sehingga ada kedaulatan usahatani melalui penguatan kelompok tani

organik.

(ii) Memberikan manfaat bagi cakupan nasional dan atau daerah bahwa

sistem budidaya pertanian memberikan dampak kebaikan bagi

kedaulatan pangan dan swasembada pangan berkelanjutan karena

petani dan kelompok tani menguasai iptek tata laksana dan tata kelola

input, budidaya, dan prosesing hasil panen secara mandiri.

(iii) Produk yang bebas polutan kimia sintetik berpotensi untuk tujuan pasar

internasional yang ditunjang oleh penyelenggaran sistem budidaya dan

sistem pasca pemanenan dengan basic standart Asosiasi Pertanian

Organik internal yang telah sesuai dengan basic standart

Asosiasi/Lembaga Sertifikasi dan Tata Kelola penyelenggaraan

pertanian organik luar negeri.

(iv) Tata laksana dan tata kelola penyelenggaraan pertanian organik-

biodinamik memberikan jaminan adanya keragaman (diversitas)

budidaya dan produksi tanaman pangan karena prinsipnya harus ada

Page 12: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

12

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

rotasi tanaman dan jalannya fungsi sub sistem ekologis yang menunjang

sebagai syarat mutlak keberhasilan produksi.

(v) Manfaat peningkatan kesejahteraan petani dengan cara: (a) penguatan

peran Poktan dan Gapoktan yang ditunjang oleh peran Asosiasi

Pertanian Organik Lokal, (b) segala input dimaksimalkan dibuat sendiri

oleh petani atau Poktan atau Gapoktan, (c) pengendalian kuota tanam

dan kelas produk atas dasar musim tanam, zonasi lahan (sesuai iklim,

infrastruktur) dan kemurnian sistem produksi alami, dan (d) pemasaran

oleh Koperasi Paguyuban Petani yang berindukkan pada Koperasi

Asosiasi Pertanian Organik Lokal.

(vi) Memberikan langkah futuristik sistem kebijakan dan pengelolaan

budidaya pertanian yang ke masa depan akan dipenuhi dengan

beragam kesulitan yang indikatornya telah kuat muncul pada saat ini

yaitu: (a) kenaikan suhu permukaan bumi dampak dari pemanasan

global; telah berlangsung perubahan musim, jumlah, dan intensitas

hujan, (b) lahan rusak dan konversi sawah ke non-pertanian menjadi

semakin bertambah luas, (c) kemampuan tubuh tanah meresapkan air

semakin berkurang drastik, (d) penurunan produktivitas tanah, lahan dan

ekosistem, (e) semakin langka deposit sumber pupuk fosfat dan kalium

dan semakin mahal energi pembuatan urea/ZA, (f) semakin mahal harga

pupuk kimia sintetik pabrikan, dan (g) perubahan sosial budaya yang

akan berdampak luas terhadap kerusakan ekosistem. Pertanian

organik biodinamik bersih adalah sebagai jawaban terhormat untuk

mengatasi masalah-masalah tersebut di atas.

Page 13: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

13

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

BAB III. BAGAIMANA CARA MENGAKTIFKAN

SUB SISTEM PERTANIAN ORGANIK-BIODINAMIK BERSIH

Sistem pertanian organik-biodinamik kalau diuraikan secara detil

banyak sekali strukturnya dan kinerjanya bersifat organis yaitu saling

tergantung satu sama lain. Sub sistem dari sistem sumberdaya alam proses

pembaruan stoknya bersifat daur kecuali radiasi sinar matahari. Ada empat

komponen utama produksi biomassa tanaman yaitu cahaya matahari, CO2,

air, dan unsur hara tanaman. Sub sistem CO2, air, dan unsur hara tanaman

dalam pertanian organik bersifat daur, sedangkan cahaya matahari di iklim

tropika hutan hujan basah ketersediaannya melimpah sepanjang tahun.

Khusus unsur hara tanaman diurusi secara khusus oleh petani. Prinsip daur

keharaan dan kenergian dalam tanah adalah melibatkan fauna dan mikroba

tanah/lahan. Suplai hara dapat mengandalkan rotasi tanaman, keragaman

hayati termasuk mikroba bebas, asosiasi mikroba-tanaman BNF (biological

Nitrogen Fixation = fiksasi N2 atmosfer menjadi NH3 NH4 secara biologis)

dan pengelolaan bahan organik tanah.

Pengelolaan bahan organik tanah melibatkan sistem pengadaan

material pupuk organik dan pupuk hayati, dan teknologi pembuatannya.

Melihat sistem ini maka yang wajib untuk melaksanakannya adalah petani

sendiri dalam naungan kegiatan kelompok tani organiknya. Peranan

kelompok tani yang didukung kerjasama antar kelompok tani dalam satu

Paguyuban Tani Organik tingkat lokal akan sangat menunjang apalagi ada

Asosiasi Pertanian Organik yang dipercaya sebagai lembaga pengelolaan

input dan outputnya. Kegiatan kelembagaan ini semua hendaknya jangan

sampai menghentikan kerja aktif individual petani namun sebaliknya

harus menunjang kreativitas dan kinerjanya umum dan khususnya.

Prinsip pengendalian OPT adalah juga organik-biodinamik yang intinya

lahan mempunyai keberagaman hayati mulai dari pola tumpangsari atau

rotasi tanaman budidaya, ada hidup vegetasi peragaman hayati, ada pula

fauna dan mikroba pengendalian hayati, serta penggunaan pestisida hayati

atau organik produksi petani sendiri.

Page 14: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

14

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Fungsi kelembagaan perlu diaktifkan meliputi program kerja

Pemerintah Kabupaten dan program kerja Kelompok Tani, Paguyuban Tani

Organik dan Asosiasi Pertanian Organik lokal untuk menunjang program

pengendalian OPT pada budidaya tanaman organik.

3.1. Memulai Menyelenggarakan Budidaya Tanaman Organik (Go Organik)

Seperti telah dirinci dan diuraikan di depan bahwa menyelenggarakan

pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu aksi untuk

mengembangkan dan memasyarakatan budidaya tanaman organik dan

budidaya ternak yang bersinergi. Dalam penyelengaraannya memerlukan

peranan banyak individu SDM dan kelembagaan. Sedangkan filosofi yang

mendasari penyelenggaraan pertanian organik adalah bagaimana

mengembangkan suatu sistem yang berprinsip memberikan makanan pada

tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman

(feeding the soil that feeds the plants). Filosofi demikian memberikan suatu

amanat bahwa sistem pertanian organik menghendaki input hara dan energi

yang menyehatkan tanah atau input yang selalu meningkatkan kualitas tanah.

Bertujuan agar input bersifat atau bemanfaat mulia seperti di atas,

maka secara ekologis mensyaratkan perlunya rekayasa mengembalikan

fungsi alam agar menjadi suatu fungsi struktural dan fungsional yang dari/oleh

dan untuk/berupa jejaring makanan, energi dan keharaan in-situ. Melihat itu

semua marilah kita bersama-sama menjadikan, mengembalikan dan

memuliakan fungsi tanah sebagai ”mother heart” sama seperti induknya

yaitu ”the mother heart-planet bumi” yang menghidupi manusia,

tanaman, hewan, dan biotik dalam tanah. Dalam usaha budidaya

komoditas pertanian, kita harus berhenti merusak tanah, lahan, air, udara,

atmosfer, dan keragaman hayati planet bumi kita. Namun demikian, di

dalamnya harus ada berlangsung kedaulatan pangan, kemandirian petani dan

kelompok taninya, kelestarian usahatani dan petani, dan keberlanjutan

sistem. Itulah yang akan menjadi visioner kurikulum pertanian masa

depan.

Guna berjalannya sistem pertanian organik-biodinamik, maka

prosedurnya memerlukan suatu standar yang benar dan tepat, namun harus

Page 15: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

15

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

melalui proses transisional. Untuk itu kita semua sebaiknya kita mengenal

sistem dan sub sistemnya kemudian tahu tatacara mengfungsikannya.

Standar tujuan pertanian organik bio-dinamik. Tujuan mulianya adalah

menyelamatkan alam, menyelamatkan dan menunjang kesehatan generasi

manusia dengan adanya keselamatan alam dan makanan. Tujuan yang

kedua adalah ada pada ranah produk tanaman dan ternak aman dikonsumsi

dan mempunyai nilai nutrisional yang tinggi. Kalau kedua tujuan minimal

tersebut gagal maka gagallah menyelenggarakan pertanian organik. Guna

pencapaiannya maka Pemerintah Indonesia c.q. Departemen Pertanian sejak

tahun 2001 telah mencanangkan dimulainya proses Go Organik, dan tahun

2010 telah menjadi Starting Point Program ”Go Organik 2010”

diimplementasikan sampai sekarang. Walaupun itu bisa hanya dipandang

sebagai jargon namun demikian mengandung arti amanah kemanusiaan, ke-

alaman dan kenegaraan.

3.2. Sistem dan Sub Sistem Pertanian Organik: fungsinya untuk go organik

Pengertian sistem pertanian organik dapat dikatakan sebagai

perangkat utama berjalannya atau untuk menjalankan pertanian organik mulai

dari perencanaan, memulainya, mengembangkannya, stabilisasinya dan

melestarikannya. Dengan demikian pengertian sistem menyangkut hirarki dan

syarat minimal subyek sistem agar pertanian organik berjalan. Sistem

pertanian organik dapat berjalan apabila paling tidak ada terdapat tujuh

sistem yang bekerja yaitu: (i) lahan, (ii) sumberdaya manusia, (iii) vegetasi,

(iv) teknologi sistem produksi, (v) katalisator/infrastruktur, (vi) kelembagaan,

dan (vii) pemasaran. Kalau hanya untuk menghasilkan produk

tanaman/ternak organik untuk keperluan subsisten saja maka cukup hanya

lahan, manusia, tanaman dan teknologi. Namun kalau pengelenggaraan (Go

Organik) bertujuan untuk membaharui dan membangun pertanian Nasional

maka tujuh subyek sistem tersebut semuanya harus ada dan jalan. Dengan

demikian apabila Pemerintah Kabupaten berketetapan untuk

menyelenggarakan pertanian organik maka ke-7 satuan subyek sistem

tersebut harus dibangun dan dibiayai pada sub sistemnya yang

memerlukannya.

Page 16: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

16

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Sub sistem pertanian organik dapat dikatakan sebagai sub struktur

kehirarkhian dari enam sistem tersebut di atas, jadi mengandung definisi dan

tugas struktural dan fungsional yang spesifik untuk saling mendukung

jalannya penyelenggaraan pertanian organik. Sub sistem dari masing-masing

sistem lahan, manusia, teknologi, infrastruktur, kelembagaan dan pemasaran

dapat dijelaskan hirarkhi dan fungsinya seperti tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Sistem pertanian organik, sub sistemnya dan fungsinya dalam produksi biomassa, pengolahan produk dan distribusi produk.

No. Sistem Sub sistem Fungsi

1. Lahan Pertanian Tanah Reaktor energi dan hara, rentensi air, habitat biota, media tanam.

Fauna Tanah Struktural tanah, degradasi jaringan, diversitas ekosistem, daur energi dan hara, keenziman tanah, kehormonan tanah.

Mikroba tanah Daur energi dan hara, pengendalian asam humat tanah, diversitas ekosistem, keenziman tanah, kehormonan tanah.

Air Daur energi dan hara, siklus hidrologi, produksi biomassa, stabilitas thermal tanah, tanaman dan atmosfer.

Energi cahaya Produksi biomassa tanaman dan mikroba autotropik, pengendalian keragaman hayati.

Karbon dioksida Produksi biomassa tanaman, siklus karbon biosfer.

2.

Sumberdaya manusia

Petani Pemelihara keseimbangan agro-ekosistem, pengusaha sistem agro, agen kedaulatan pangan.

Keluarga Tani Agro capacity building, pewaris sistem agro.

Penyuluh

Pertanian

Pemberdayaan petani dan pertanian.

Teknokrat/Peneliti Perencanaan, pengembang-an dan evaluasi pembangun-an pertanian.

Aplikator Teknologi

Pemakai sistem input dalam budidaya.

Page 17: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

17

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

2. Sumberdaya manusia

Pembela Kaum Tani

Advokasi petani, usaha tani dan pertanian.

Kaum pemutus kebijakan

Perumus kebijakan pembangunan sistem pertanian.

3. Vegetasi Vegetasi alami dan pionir (asli dan tidak asli)

Kestabilan keragaman hayati, daur/jejaring makanan, sekuestrasi karbon, produsen oksigen, penghasil biomassa untuk pupuk organik, fiksasi nitrogen atmosfer (BNF-plant).

Tanaman Jejaring makanan, sekuestrasi karbon, penghasil biomassa untuk pupuk organik, fiksasi nitrogen atmosfer (BNF-plant), produsen komoditas ekonomi, kedaulatan pangan.

4. Teknologi sistem produksi

Kompos/Bokhasi Hara makro dan mikro lengkap walau sedikit, mengandung hormon pertumbuhan, mengandung materi energi bagi mikroba, asam humat dan fulvat untuk dinamika fisiko-kimia tanah (KTK, daya ikat partikel, kegemburan antar ped agregat), aerasi-drainasi), meningkatkan kapasitas menahan air tanah, efek residu yang baik, tanaman lebih tahan serangan hama dan penyakit, menjadikan tanah sebagai habitat yang baik bagi diversitas biotik.

Page 18: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

18

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

4. Teknologi sistem produksi Catatan: BNF = biological nitrogen fixation (sistem biologis penyematan nitrogen dari atmosfer).

Nutrisi akar, daun dan buah (pupuk

organik cair)

Mengandung hara makro dan mikro, bisa komposisi hara penekanan sesuai dekade pertumbuhan, mengandung hormon giberelin, sitokinin dan auksin, mengandung mikroba (rhizo dan foliar bacteria) fungsi resistansi terhadap serangan pathogen dan karena fungsi enzimatik.

Agensia hayati (pupuk hayati):

1. Agensia hayati pabrikan.

2. Agensia hayati Poktan

Sebagai biang mikroba untuk produksi bokhasi, pupuk organik cair, dan suplemen mikroba pestisida hayati; se-bagai agensia pengendalian OPT (dual function).

Pestisida hayati dan pestisida

organik

Fungsi sumber inokulan dan materi pestisida hayati pekat; fungsi sumber pestisida organik pekat.

Plant Growth Promotion

Rhizobacteria (special)

Materi bermikroba khusus perakaran untuk promosi perkembangan tanaman melalui efek perakaran dan perkembangan akar tanaman.

Azolla sp. Fiksasi N2 udara (BNF) sehingga bisa menjadi pabrik urea, mengandung hara NPKSCa yang tinggi disamping hara mikro lengkap hingga sangat baik untuk kompos, menekan gulma, menekan alga hijau sawah sehingga menekan volatilisasi amoniak, mensta-bilkan pH dan temperature air sawah pada padi s/d sore hari (Widyasunu, 1997, 1998a, 1998b, 2009, 2010, 2013); material SRI.

Page 19: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

19

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

4. Teknologi sistem produksi

Aneka tanaman BNF: orok-orok;

gliriside; turi merah dan putih;

Pueraria sp; Centrosema sp.

Fiksasi N2 udara (BNF)

sehingga bisa menjadi pabrik urea, mengandung hara NPKSCa yang tinggi disamping hara mikro lengkap hingga sangat baik untuk kompos, material SRI.

Benih padi varietas lokal

disukai masyarakat

Budidaya tanaman padi organik.

Tanaman legume BNF tumpang

ragam SRI

Intensifikasi dan eksensifikasi sistem BNF untuk satuan Poktan; subsisten; peningkatan pendapatan.

Budidaya padi organik teknologi

SRI

Peningkatan produksi padi secara organik-biodinamik.

Kerbau Pengolahan tanah

Ternak sapi, kambing, ayam,

bebek

Menghasilkan kotoran sebagai material pembuatan pupuk organik; peningkatan pendapat-an petani.

5. Katalisator dan Infrastruktur

Suprastruktur Peraturan yang mendukung berjalannya penyelenggara-an budidaya pertanian organik dan segala aspek pendukungnya.

Pendanaan untuk:

kredit usaha tani program Pemkab

LSM

Penyelenggaraan budidaya per-tanian organik, pemba-ngunan infrastruktur, progam pemberdayaan dan advo-kasi, promosi dan pemasar-an.

Keirigasian umum

Sistem pengembangan irigasi untuk sistem transisi.

Keirigasian khusus

Sistem pengembangan irigasi untuk budidaya organik penuh.

Rumah pembuatan

kompos

Tempat membuat kompos agar ruah, cepat dan benar.

Mesin pembuatan kompos

Mempercepat produksi kompos.

Page 20: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

20

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

5. Katalisator dan infrastruktur

Sekretariat pembelajaran

Poktan

Tempat perencanaan dan penyimpanan arsip dan materi pembelajaran.

Material pembe-lajaran Poktan

Material untuk belajar bersama tentang penyelenggaraan pertanian organik.

6. Kelembagaan Kelompok Tani Organik

Bagian integral Poktan yang ada untuk menstimulasi dan mengem-bangkan budidaya tanaman organik; unit orga-nisasi terkecil penyediaan input dan teknologi pertanian organik.

Gabungan Kelompok Tani

Organik

Mengakomodasi keperluan budidaya dengan mengkedepankan input luar sangat rendah;

6. Kelembagaan Paguyuban Petani Organik

Organisasi internal terluar petani hamparan untuk pemberdayaan petani, ketersediaan dan akses informasi dan iptek, kedaulatan petani, serta prosesing produk dan pemasaran produk.

Koperasi Pertanian Organik

Merupakan bagian organik Asosiasi Pertanian Organik Lokal yang mengakomodasi penyediaan input pertanian organik yang diperlukan, menampung produk petani dan memasarkannya.

Asosiasi Pertanian

Organik Lokal (APOL)

Suatu organisasi yang bertugas mengadakan pendampingan dan advokasi iptek, sosial, ekonomi, budaya dan politik kepada Petani/ Poktan/Gapoktan/Paguyuban anggotanya.

Mitra Asosiasi Pertanian Organik

Bisa merupakan LSM, Asosiasi Pertanian Organik lainya, Koperasi di luar APOL, Pemerintah Pusat maupun Daerah, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Pendampingan yang diperlukan untuk membantu penye-lenggaraan pertanian organik dengan baik, benar, tepat dan lestari.

Page 21: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

21

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

6. Kelembagaan Badan Riset dan

Pengembangan Pertanian Organik

Merupakan badan riset dan pengembangan yang spesifik baik milik APOL, Mitra APOL, Pemerin-tah Daerah maupun Perguruan Tinggi (PT) Lokal atau mitra riset PT baik dari dalam maupun luar negeri.

Institut Pertanian Organik

Merupakan sekolah tempat menyelenggarakan pendidikan spe-sifik untuk perencanaan dan pengembangan pertanian organik atas dasar pembelajaran dari teori dan praktik aplikatif mengacu pada kurikulum yang urgensial dan kompetensi tinggi yang diperlukan oleh daerah. Institut Pertanian Organik bisa dikembangkan oleh APOL atau Pemda bekerjasama dengan PT lokal atau sebaliknya.

7. Pemasaran Industri Industri pertanian organik sebaiknya dikembangkan oleh Koperasi APOL dengan harus memberdayakan masing-masing Paguyuban Tani Orga-nik di tiap Kecamatan. Industri dirancang untuk mengolah hasil panenan dan dikemas untuk siap dipasarkan sesuai dengan permintaan konsumen atas dasar kesimpulan teknis riset dan pengembangan. Industri sebaiknya dibangun pada tiap Kecamatan sesuai dengan desain pengemba-ngan Paguyuban Petani Organik ada di tiap Kecamatan.

Promosi Promosi bertujuan untuk mem-perkenalkan teknik budidaya orga-nik yang dilakukan para petani di bawah APOL yaitu sudah pada teknik budidaya yang benar dan presisif organik-biodinamik. Fungsi penting lainnya adalah memper-kenalkan dan meyakinkan kualitas produksi pertanian organik Poktan.

Page 22: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

22

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

Pemasaran Pemasaran dilakukan oleh Paguyuban Petani Organik melalui Koperasi APOL. Fungsi Koperasi APOL dalam pemasar-an adalah menjalin kerjasama pemasaran dengan berbagai pihak sesuai dengan format state of the art product quality and good organic farming management.

Riset dan Pengembangan

Riset dan Pengembangan bertujuan untuk mendasari semua keperluan teknologi budidaya, semua inputnya, pemanenan, prosesing hasil panen, pengemasan, teknik pro-mosi, pasar dan teknik pema-saran, teknik show quality at shop, teknik pengelolaan show/exhibition pada messe/ hall terjadwal, sistem trans-portasi/pengiriman produk, sistem kearifan lokal dalam hubungannya dengan perminta-an produk (the art of standart unique quality), dan lain yang perlu untuk masa depan.

7. Pemasaran Sertifikasi, kendali mutu

dan pelabelan

Sub sistem ini merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dimulai dari hati dan pikiran yang ”organik” dari masing-masing petani, pendamping, advokator, pelaksana kelembagaan primer maupun sekunder yang menangani pertanian organik. Sertifikasi, kendali mutu dan pelabelan hanyalah suatu bentuk formatif belaka yaitu lembaran kertas atau pengumuman secara elektronik (electronical show-up) untuk menunjukan bahwa petani, lahan, input, teknik budidaya, panen dan pemanen-an, prosesing pasca panen, penyimpanan primer, transpor-tasi produk, dan penyimpanan sekunder (pasar/toko/outlet). dikerjakan de-ngan standar organik (non kimia sintetik), bersih, non-pathogenik, non-mutagenik, inputan lokal ting-gi, lahan ber bio-diversitas tinggi, dan lain-lain yang diperlukan untuk konsep sertifikasi.

Page 23: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

23

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

Centre of Exhibition

(Messe/hall)

Centre of Exhibition = CoE (unjuk pameran) merupakan fungsi APOL, Koperasi APOL dan Para Petani dalam Paguyuban Petani Organik untuk unjuk keberhasilan dan rencana pengembangan hasil dan budidaya pertanian organik. CoE ini tidak hanya merupakan wujud suatu gedung (messe/ hall) namun juga pewujudan keinginan murni pelaku per-tanian organik untuk menye-lamatkan kehidupan manusia dan anak cucunya, serta keselamatan planet bumi ini. Messe/Hall adalah suatu wujud monumen untuk mengangkat harkat pertanian organik dan visi-misinya.

Transportasi Transportasi merupakan sarana peng-angkutan yang diperguna-kan untuk mengantarkan produk tanam-an dari lahan ke industri peng-olahan hasil dan men-transportasikannya ke kon-sumen.

7. Pemasaran Wisata Agro dan Kuliner

Wisata agro budidaya tanaman organik dan kuliner produk budidaya tanaman, ternak, ikan organik guna menunjang sosialisasi pentingnya budidaya dan konsumsi produk pangan secara organik-biodinamik kepada masyarakat umum. Sub sistem ini bisa ditawarkan menjadi program kunjungan wisata mancanegara.

8. Add-hock: Sistem Futuristik

Perubahan Iptek Iptek sistem budidaya pertanian pada masa mendatang bisa berubah signifikan dan itu bisa bersifat mendadak sebagai akibat logis dari dampak peru-bahan iklim global terhadap produktivitas lahan dan komo-ditas pertanian. Harus ada antisipasi awal terutama menyangkut semua input lokal, benih/bibit, pengelolaan terpadu

Page 24: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

24

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

nutrisi dan pengendalian OPT, termasuk perubahan mendasar sistem pasokan energi dan perubahan semua elemen produksi yang dipengaruhinya.

Perubahan Iklim Global

Kalau semua manusia dan kebijakan semua negara belum menghargai secara fundamental terhadap keseriusan mulainya penganggulangan secara signifikan dampak perubahan iklim global, maka akan terjadi awal evolusi planet bumi yang mengerikan. Waktu dan hal itu memang akan sangat relatif, namun secara empirik akan terjadi ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata semakin tinggi. Hubungannya dengan pertanian organik adalah, manusianya harus pula menyiapkan diri menjadi agen peubah keadaan. Kita ikuti program Perguruan Tinggi untuk mitigasinya.

8. Add-hock: Sistem Futuristik

Perubahan Lahan

Laju perubahan lahan akan sangat nyata terhadap kerawanan potensi persediaan pangan nasional. Fungsi konversi lahan pertanian dan kawasan penutupan lahan (sawah, kebun, pekarangan) menjadi pemukiman akan sangat mendasar. Harus ada fungsi perlindungan terhadap kawasan pertanian untuk tetap menghasilkan produksi biomassa sesuai dengan jumlah populasi ditambah dengan luasan lahan untuk penanaman pohon pada batas kemampuan untuk bisa meredam peningkat-an pemanasan global.

Page 25: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

25

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

No. Sistem Sub sistem Fungsi

8. Add-hock: Sistem Futuristik

Antisipasi Sistem Input

Melihat masa depan dimana lahan pertanian akan semakin rusak dan kurang apabila tidak ada kekuatan hukum yang mengatasinya, peningkatan pemanasan global, kerusakan lahan bertambah luas, deposit tambang materil pupuk anor-ganik semakin habis. Maka satu-satunya input pertanian menyangkut pupuk, pakan ternak dan pakan ikan haruslah organik penuh prisip deposit lokal. Pengembangan sistem pertanian organik-biodinamik akan menyangkut zonasi lingkage antara utilitas lahan basah dan lahan kering. Dengan demikian proyeksinya adalah integrated food product-ion program. Konsepnya harus memasukkan pula peruangan untuk eksistensi sistem biodiversitas tanaman BNF, pakan ternak, ikan dan tanaman pionir. Equilibria biodiversitas dengan daur hara dan energi tanah dan lahan harus presisif, demikian pula kemampuan peresapan dan penyimpanan air oleh lahan harus presisif dan efektif. Reunion-farming between plant-shrubs-trees through agro-organik forestry.

8. Add-hock: Sistem Futuristik

Kerawanan Pangan

Kerawanan pangan akan terjadi dengan waktu relatif pada masa depan. Fungsi penurunan pro-duktivitas lahan akibat pening-katan pemanasan global dan konversi lahan pertanian akan mengakibatkan kerawanan-kerawanan: pangan, gizi dan kesehatan, peningkatan kejahatan, perang, dan kondisi chaos kompleks.

Peranan Generasi Muda

Generasi muda petani dan masyarakat umum masa depan adalah generasi penerus Bangsa yang akan mengalami

Page 26: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

26

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

kondisi kerusakan planet bumi dan keserba-rawanan. Generasi muda mulai saat ini harus diajak untuk ikut memikirkan mitigasi kerusakan planet bumi dan kerawanan pangan, gizi dan kesehatan, diajak mempelopori konsumsi pangan pertanian organik dan senang membudi-dayakannya, mulai mempelopori dan menanam satu pohon satu manusia. Mereka juga harus diajak mulai kegiatan yang tidak boros konsumsi energi dan suka berolahraga tanpa peralatan menggunakan energi fosil dan listrik.

3.3. Proses Memfungsionalkan Sub Sistem Strategis Pertanian Organik

Proses memfungsionalkan Sub Sistem Pertanian Organik merupakan

suatu pemikiran yang strategis untuk menentukan apa-apa saja baik

kebijakan maupun tindakan implementatif untuk benar-benar menghasilkan

output dan outcome yang diperlukan untuk sampai menghasilkan kebenaran

dan kejujuran kendali mutu penyelenggaraan pertanian organik pada suatu

wilayah hamparan. Oleh karena itu sub bahasan ini merupakan kunci penting

pemikiran strategis yang implementasinya harus dilakukan dengan standar

urgensial tinggi.

Desain state of the art ”organik” adalah menghargai setinggi-tingginya

harkat dan martabat manusia untuk mengelola planet bumi (the mother heart)

dengan benar sebagai suatu olah pemikiran dan tindakan ibadah kepada

Yang Maha Kuasa, sehingga dalam pelaksanaannya kita sedapat mungkin

mulai menyelamatkan planet bumi dan mahkluk hidup dalam rengkuhannya

yaitu menyelamatkan mulai dari tempat kita berada. Dengan demikian konsep

idealnya adalah mengangkat kearifan lokal untuk menjadi suatu standar

kualitas dan kinerja yang tinggi dan bersahabat dengan kearifan lokal lainnya

yang distandarisasikan/disatukan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi

kearifan organik-biodinamik.

Uraian dari Sub Bahasan ini adalah tentang batas-batas ideal yang

sebaiknya ditempuh (sequential) oleh para pemangku kewajiban/kebutuhan

Page 27: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

27

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

pengembangan pertanian organik dimanapun keberadaannya di planet bumi

ini. Ideal adalah garis/ketentuan hasil kesimpulan empirikal (riset untuk

pengukuran data) iptek yang harus dipenuhi, namun ada implementasi

(pelaksanaan) yang opsional (pilihan) yang juga menuruti hasil kajian iptek

yang kemudian disebut sebagai standar minimal dan maksimal implementasi.

Hal yang minimal dan maksimal tersebut dibahas pada Paper (tulisan) lain

lebih komprehensif yang akan menjelaskan ringkas tentang proses

transformasi yang berisi tentang batasan kebutuhan penuh dan kebutuhan

minimal sub sistem. Guna membahas singkat usaha pengfungsionalan sub

sistem pertanian organik, hal itu disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tata laksana mengfungsikan sub sistem pertanian organik untuk pengelolaan yang optimal

a. Sistem Lahan:

Sub Sistem dan Fungsinya

Tata laksana fungsionalisasi

Strategi Tata kelola

Target

Tanah: Reaktor energi dan hara, rentensi air, habitat biota, media tanam.

o Pemberian kompos.

o Pemberian POC.

o Pemulsaan un-tuk lahan mar-jinal.

o Inokulasi mikoriza VAM.

o Dosis kompos optimal minimal 5-10 ton/ha/ musim.

o RDKK budidaya. o KUT. o Pengadaan

rumah APO. o Reklamasi tanah

rusak. o Pembelajaran

ekologi tanah.

o Pencapaian prosentase bahan organik tanah ideal 5 % minimal dua tahun;

o Total mikroba tanah setelah sa-tu tahun > 104 cfu/g tanah.

Fauna Tanah: Struktural tanah, degradasi jaring-an, diversitas ekosistem, daur energi dan hara, keenziman tanah, kehormon-an tanah.

o Pemberian kompos.

o Pemulsaan ra-gam sisa ta-naman.

o Subsoiling pada tanah me-madat.

o Cacing tanah.

o Dosis kompos 6 -10 ton/ha/th.

o Budidaya cacing dan home industry pakan ikan dan ternak.

o Reklamasi sub- soiling.

o Kurikulum pembelajaran pertanian organik biodinamik.

o Budidaya cacing per Paguyuban Petani Organik.

Mikroba tanah: Daur energi dan hara, pengendali-an asam humat tanah, diversitas ekosistem, ke-enziman tanah,

o Pemberian kompos rutin dan jumlah optimal.

o Pengocoran tanah dengan agensia hayati

o Pembelajaran ekologi tanah dan lahan.

o Pemilihan agensia hayati kualitas baik.

o Penyediaan agensia hayati

o Kerjasama de-ngan Pergur-an Tinggi menye-lenggarakan: (i) sekolah ekologi tanah dan lahan, (ii) bioteknologi

Page 28: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

28

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

kehormonan tanah.

spesifik. o Penanaman

tanaman BNF. o Aplikasi Azolla. o Inokulasi

mikoriza untuk lahan marjinal.

lokal mengan-dung ragam optimal mikroba lokal.

o Penataan ruang dan perencanaan untuk penanam-an orok-orok, gliriside, turi, lamtoro,

o Aplikasi dual crop padi orga-nik-Azolla.

pengkomposan, (iii) bioteknologi agensia hayati, (iv) pe-rencanaan tata ruang tanaman BNF dan material biomassa pupuk organik.

o Pelatihan TOT untuk PPL dan Ketua Poktan

o Demplot dual crop padi orga-nik-Azolla.

Air: Daur energi dan hara, siklus hidrologi, produksi bio-massa, dan me-ngatur stabilitas thermal tanah, ta-naman dan atmosfer.

o Penanaman berjuta pohon.

o Pengkomposan. o Pemulsaan. o Agro-organik

forestry. o Aplikasi biopori. o Revitalisasi

sistem mekanik konservasi tanah dan air.

o Revitalisasi serius pemeliha-raan jaringan irigasi.

o Penguatan fungsi kembali tanah sawah menjadi wilayah tanah utama usaha ber-irigasi.

o Penataan ruang dengan serius untuk penanam-an berjuta pohon berguna.

o Mulai program agro-organik forestry serasi dengan program penanaman berjuta pohon.

o Program biopori murah namun efektif untuk pe-desaan dan per-kotaan.

o Pengfungsian hukum agraria untuk melindu-ngi lahan sawah beririgasi agar ti-dak dapat di-konversi men-jadi lahan non sawah.

o Dana Pemkab, swasta dan ma-syarakat untuk program pe-nanaman berjuta pohon rutin.

o Program biopori dan pemulsaan konservasi air pedesaan dan perkotaan.

o Program serasi penanaman po-hon fungsi agro-organik forestry.

Energi cahaya: Produksi biomassa tanaman dan mi-kroba autotropik, pengendalian keragaman hayati.

o Pola jenis tanam mono kultur atas dasar perubahan global regional suhu udara dan evapotranspirasi.

o Pengaturan jarak tanam optimal untuk masing- masing pola agrosistem.

o Aplikasi mulsa terencana teknis pada musim tanam dan pada masa bera.

o Penetapan pola tanam mono kul-tur spesifik wilayah fisiografi atas dasar pe-rubahan suhu udara, pola hujan dan tingkat evapotranspirasi.

o Pemanfaatan produksi bioma-ssa dan aplikasi pemulsaan pada wilayah berpe-nutupan rendah.

o SK pola tanam mono kultur dan teknologi yang mendampingi disesuaikan dengan peru-bahan alam.

Page 29: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

29

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Karbon dioksida: Produksi bio-massa tanaman, siklus karbon biosfer.

o Budidaya tanam-an organik de-ngan memper-besar diversitas carbon sink.

o Pola tanam dan diversitas tanam-an carbon sink (karbon sekues-trasi).

o Pelatihan sekuestrasi karbon untuk para PPL.

b. Sistem Sumberdaya Manusia:

Sub Sistem dan Fungsinya

Tata laksana fungsionalisasi

Strategi Tata kelola

Target

Petani: Pemelihara keseimbangan agroekosistem, pengusaha sistem agro, karsa dan cipta kedaulatan pangan.

o Mendidik dengan serius kemandirian, profesonalis-me, kapasitas inovasi petani.

o Membekali ke-arifan dan input lokal berke-lanjutan.

o Pembentukan Paguyuban Petani Organik.

o Program pen-didikan petani tingkat Pagu-yuban Petani Organik.

o Poktan tingkat hamparan kecamatan mendirikan Paguyuban Petani Organik.

o Program trans-formasi iptek budidaya secara organik dan soft skill kepada petani oleh PPL ter-latih.

o Program go budidaya padi organik Poktan dikoordinasi Paguyuban.

Keluarga Tani: Agro capacity building, pewaris sistem agro.

o Mendidik usaha off-farm untuk keluarga.

o Program gencar usaha off-farm oleh wanita dan pemuda tani.

o Pelatihan capac-ity building ke-pada tokoh wa-nita dan pemuda tani.

o Pemkab mencari peluang industri rumah tangga hasil on-farm dan off-farm.

o Tujuan petani tidak mudah menjual sawah dan lahan kering.

Penyuluh Pertani-an: Pemberdayaan pe-tani dan pertanian.

o Program target go padi organik individual PPL dipimpin oleh Koordinatornya.

o Program menggerakkan pengadaan input lokal mandiri dan tinggi oleh PPL.

o Membuat zone permurnian budi-daya padi orga-nik.

o Target prestasi kemandirian penggunaan in-put lokal, ke-biodinamikan sistem, kualitas tanah, dan pro-duksi.

Page 30: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

30

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Sub Sistem dan Fungsinya

Tata laksana fungsionalisasi

Strategi Tata kelola

Target

Teknokrat/Peneliti: Perencanaan, pengembangan dan evaluasi pem-bangunan pertanian organik.

o Pemkab menjalin kerjasana riset sistem budidaya organik dengan Perguruan Tinggi.

o Riset dasar. o Riset aksi dem-

plot partisipatif. o Membuat peren-

canaan Basic Standart APOL agar ada kesela-rasan dengan SOP penyeleng-garaan pertanian organik tingkat kabupaten.

o Pakar pertanian organik Perguru-an Tinggi dijadi-kan partner riset, dan pendamping kebijakan pro-gram go organik.

o KKN mahasiswa dengan job khu-sus pengemba-ngan pertanian organik.

Aplikator Iptek: Pemakaian input dalam budidaya.

o Bisa bekerjasama dengan APOL c.q. kendali mutu oleh Dinas terkait guna penerapan demplot teknologi dalam budi-daya pertanian organik.

o Harus ada ijin kerjasama untuk aplikasi produk teknologi baru input budidaya tanaman organik.

o PPL bertanggung jawab terhadap kualitas teknologi yang dicobakan dan hasilnya.

o Kendali uji coba teknologi sesuai dengan basic standart yang dimiliki APOL.

o Tidak melanggar kendali mutu bu-didaya dan label di dalamnya yang telah dimiliki oleh APOL.

Pembelaan Petani: Advokasi petani, usaha tani dan pertanian.

o Penyelenggaraan pertanian organik dasarnya adalah (i) input internal sistem yang se-makin tinggi se-makin baik dan (ii) petani mem-punyai APOL dalam proses advokasi, pem-binaan, input, penerapan iptek, budidaya, panen. Pasca panen dan pemasaran.

o Oleh karena itu lembaga/kegiatan pembelaan oleh Asosiasi lain atau LSM harus be-kerja sama de-ngan APOL yang telah mempunyai basic standart sendiri, sehingga kendali mutu tidak berubah.

o SOP kabupaten dan Basic Stand-art APOL intinya harus selaras standar teknolo-gi yang diterap-kan untuk mem-bangun perta-nian organik.

o Spesifikasi pu-puk organik, agensia hayati, POC, pestisida hayati, pestisida organik, benih dan bibit, pe-manenan, proses pasca panen, pro-mosi dan pemasaran harus berstandar kualitas tinggi, bersifat selaras alam, meng-untungkan petani, dan mem-punyai efek spiral ekonomi yang tinggi bagi daerah.

o Ada standar mu-tu input, tata laksana dan tata kelola pencipta-an dan produksi input pertanian organik, ter-masuk etika per-dagangan dan pemasarannya.

o Diperlukan riset khusus dan workshop untuk penentuan basic standart kendali mutu input.

o Ke masa depan harus disiapkan produk input unggulan dan proses budida-ya, lahan, kuali-tas petani, dan Aso-siasi Perta-nian Organik Lokal yang ber-kelas internasio-nal.

o Tuntutan ekspor produk organik adalah jaminan mutu, keamanan pangan, ramah lingkungan, ken-dali mutu sani-tasi sistem dan sanitasi tanam-an, dan sistem teknis keamanan produk dalam perdagangan internasional.

Page 31: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

31

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

BAB IV. PENGEMBANGAN TANAMAN HORTIKULTURA ORGANIK

Tanaman hortikultura adalah salah satu golongan tanaman budidaya

yang bernilai ekonomi tinggi. Budidaya tanaman hortikultura bertujuan

menghasilkan produk pangan dan tanaman hias (eksotik). Tanaman

hortikultura selama ini dikembangkan pada lahan sawah bersamaan budidaya

padi yaitu sebagai tanaman sela atau tumpangsari, dan pasca musim padi

sebagai tanaman tumpangsari dengan kedelai dan jagung atau monokultur.

Tanaman yang dibudidayakan pada lahan sawah baik irigasi maupun tadah

hujan kebanyakan adalah tanaman sayuran. Pada dataran rendah, sawah

beririgasi saat ini dikembangkan bawang merah. Pada lahan kering terutama

wilayah pegunungan (dataran tinggi) berjenis tanah Andisol banyak

dikembangkan hortikultura sayuran ekonomi tinggi seperti kentang, wortel,

brokoli, daun bawang, dll., namun ada pula dikembangkan komoditas buah-

buahan khas pedataran tinggi contohnya strawberry. Berbagai komoditas

hortikultura pada berbagai jenis lahan umumnya dibudidayakan dengan input

luar yang sangat tinggi sampai tinggi. Khusus budidaya pada dataran tinggi

menimbulkan dampak erosi sangat hebat karena kemiringan lereng lahan dan

teknik budidaya umumnya tidak berkaidah konservasi tanah. Pemupukan

untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman hortikultura dataran tinggi

(sayuran dan buah) dan bawang merah, pemupukannya umumnya juga

berdosis tinggi, demikian pula pemakaian pestisida untuk pengendalian OPT.

Seperti kondisi pada budidaya lahan sawah (komoditas pangan padi,

kedelai, dan jagung), kesulitan mendapatkan pupuk kimia sintetik pabrikan

juga dialami oleh petani lahan kering. Pupuk organik diperlukan dalam jumlah

yang sangat besar karena rata-rata kadar C-organik tanah < 2 %. Keinginan

Pemerintah melalui program “go organik” sebenarnya merupakan program

yang cukup berat karena harus menyiapkan pupuk (bahan) organik yang

cukup banyak. Menurut perhitungan Ismangil (2010), untuk meningkatkan 1

% kandungan C-organik tanah mineral pada 1 ha lahan dibutuhkan 24 ton C-

organik. Mengacu standar baku mutu pupuk organik (SK Permentan tahun

Page 32: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

32

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

2009), yaitu harus mempunyai kandungan C-organik minimal 12 %, maka

kebutuhan 24 ton C-organik tersebut harus dipasok dari 200 ton pupuk

organik (Ismangil, 2010). Kondisi tersebut harus dipenuhi karena menurut

Simanungkalit et al., (2006), sebagian besar lahan pertanian intensif

Indonesia produktivitasnya menurun karena kandungan C-organik tanah < 2

% (rendah), bahkan tanah sawah di pulau Jawa kandungan C-organik

tanahnya < 1 %. Hal sama dilaporkan oleh Ismangil (2009), yaitu kandungan

C-organik pada top soil (horizon O dan A) tanah lempung aktivitas rendah

antara 0,5 dan 1 %. Apabila diperlukan kompos 200 ton/ha dengan asumsi

dilaksanakan 3-4 musim tanam, maka tiap musim tanam diperlukan 50-65 ton

pupuk organik/ha/musim. Apabila diproyeksikan material ruah campur

pengkomposan mengalami penyusutan 50 %, maka dari manakah didapatkan

material dengan keruahan 100-130 ton/ha/musim oleh petani? Program Go

Organik yang memberdayakan adalah apabila petani atau paling tidak tiap

kelompok tani mampu mengusahakan materialnya dan membuat komposnya

sendiri sehingga ada kedaulatan tani dan ada input dalam yang tinggi.

Masalah di atas baru dari segi pengelolaan kesuburan tanah. Dari segi

pengendalian OPT, maka petani organik juga harus mampu membuat

pestisida hayati atau pestisida organik untuk mengatasi OPT. Khusus

komoditas kentang yang berasal dari iklim sub tropika maka go organik

sangat diragukan bisa dilaksanakan apabila budaya budidayanya tetap sama

dengan saat ini, artinya budidaya pada lahan yang sama dan kondisi

ekosistem yang sama. Oleh karena itu contoh kasus pengembangan kentang

organik sebaiknya pada lahan-lahan baru yang tidak pernah berjangkit hama

dan penyakit rutin (epidemi). Sedangkan pada komoditas sayuran lainnya

atau buah yang serangan OPT-nya bersifat epidemik,

diperlakukan/direncanakan yang sama juga. Namun demikian masih banyak

aspek pertimbangan lainnya diperlukan untuk menentukan perencanaan.

Khusus untuk pengembangan aplikasi agensia hayati sebagai cara

mengameliorasi persoalan tanah lahan kering, maka antara tanah dataran

tinggi, fisiografi perbukitan (ultisol dan axisol) dan dataran rendah

(inseptisol/entisol) tidak bisa disamaratakan aplikasinya; ada keragaman

spesies dan strain mikroba agensia (amelorator) khusus sesuai masalah

kimia dan fisika tanah.

Page 33: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

33

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

4.1. Strategi Pengembangan dan Pemasyarakatan Budidaya Hortikultura Organik

Mengingat bahwa go budidaya tanaman hortikultura terutama yang

aslinya bukan tropika, maka harus menjadi perhatian pertama dari

pengembang bahwa komoditas asal sub tropika tidak akan berkelanjutan

apabila dibudidayakan secara organik-biodinamik. Alasan yang paling primer

adalah serangan OPT yang berat. Namun demikian untuk komoditas tanaman

hortikultura yang asal tropika terutama yang lokal akan sangat berprospek

dibudidayakan secara organik pada fisiografi lahan apapun. Guna lebih

memberikan kontribusi bagi pengembangan tanaman hortikultura untuk go

organik maka penulis memberikan saran strategi pengembangannya pada

pemaparan di bawah. Apabila telah ditetapkan oleh petani sendiri atau

kelompok tani untuk segera go budidaya komoditas tanaman hortikultura

diperlukan langkah strategi yang disajkan di bawah (dimodifikasi dari tulisan

Sutanto, 2002).

a) Penentuan spesies tanaman yang akan go organik lebih aman bila

asalnya lokal.

b) Bila ditentukan spesies asal sub tropika lebih baik budidaya teknologi

seperti biasa apabila lahannya berlokasi tetap di wilayah reguler, namun

bila mau go organik disarankan melakukan survei dahulu mencari lahan

non-epidemi serangan OPT. Hal ini untuk menghindari pengendalian OPT

menggunakan pestisida kimia sintetik. Apabila digunakan bukan produk

organik lagi.

c) Pembelajaran iptek pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian

organisme pengganggu tanaman terpadu organik-biodinamik; dilanjutkan

latihan pembuatan agensia/pupuk hayati, kompos, pupuk organik cair,

pestisida hayati, dan pestisida organik. Bahan-bahan pembuatan asal

lokal, kalau diperlukan agar membudidayakan dalam lokasi.

d) Mengusahakan keanekaragaman hayati biota untuk budidaya (tanaman),

biota untuk keragaman vegetasi (inang dan pionir), fauna untuk fungsi

musuh alami hama, serta fauna dan mikroba tanah untuk perbaikan

kesuburan tanah secara biologis dan musuh alami patogen dalam tanah.

Page 34: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

34

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

e) Bahan pembuatan kompos dianekaragamkan yang tidak hanya yang telah

dikenal petani sekarang misalnya jerami padi, berangkasan jagung dan

kedelai, namun juga yang belum dikenal/populer oleh petani misalnya

Azolla, limbah jamur merang, belotong, seresah tebu, orok-orok, gliriside,

dll. Mengingat keperluan tersebut maka diperlukan kebijakan tingkat

pedesaan untuk penataruangan lahan untuk membudidayakan tanaman

pupuk hijau atau nantinya sebagai bahan kompos. Tanaman legum

sebagai bahan kompos direkomendasikan untuk dibudidayakan

bagaimanapun caranya.

f) Di wilayah yang populasi ternak ayam, sapi dan kambingnya tinggi dapat

diusahakan bekerjasama dengan peternak untuk perolehan kotoran ternak

untuk pembuatan kompos.

g) Di wilayah yang berdekatan dengan agroindustri seperti pabrik gula,

alkohol, jamu dan bumbu masak, demikian pula pembudidayaan jamur

merang, maka limbahnya dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan

pupuk organik.

h) Mau belajar tentang ekologi tanah dan ekologi lahan agar setelah masa

transisi selesai petani dan kelompok tani mampu menemukan keragaman

hayati yang diperlukan untuk mendukung agroekosistem agar sistem

pertanian organik bisa berkelanjutan.

i) Diperlukan peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan pertanian

organik melalui jalur pendidikan dan pelatihan atas dasar program

pembelajaran yang sistematik yang akhirnya dapat dijadikan sebagai

materi penyuluhan.

4.2. Manajemen dan Kebijakan Pertanian Organik: standarisasi

Penyelenggaraan pertanian organik di negara kita belum sepenuhnya

diterima oleh masyarakat dan Pemerintahan. Petani yang melaksanakan

budidaya tanaman secara organik hanya merupakan bagian dari

implementasi gerakan go organik beberapa LSM. Perguruan Tinggipun belum

banyak dapat berbuat kuat untuk memback-up gerakan go organik, karena

pelaksanaannya dan implikasinya masih dianggap berat. Namun demikian

apa yang selama ini penulis alami selaku peneliti, pemerhati dan pecinta

pertanian organik, melihat dan membuktikan bahwa petani tanaman organik

Page 35: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

35

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

yang betul-betul berangkat dari kemauan hati organiknya maka tidak ada

yang dirasakan berat.

Atas dasar kepenuhan hati dan kesulitan melaksanakan go organik

maka pembudidaya tanaman organik paling tidak dapat dibagi dua yaitu:

petani organik penuh dan petani semi organik. Ciri-ciri dari petani organik

penuh yaitu ada lima sikap (“Panca Sikap”): (i) mengadakan sendiri bahan-

bahan pembuatan input agensia hayati, kompos, POC, dan pestisida hayati,

dan membuat sendiri input tersebut, (ii) membuat sendiri benih dan bibit lokal

untuk keperluan budidaya tanaman, (iii) lahannya bisa menjadi contoh

keragaman hayati agroekosistem yang diperlukan dalam pengelolaan

kesuburan tanah dan pengendalian OPT, (iv) mau dan bersedia menjadi

pendamping pengembangan pertanian organik karena memahami dan

melaksanakan betul visi dan misi pertanian organik, dan (v) mencintai planet

bumi, kedaulatan pangan, dan keberlanjutan sistem pertanian organik. Oleh

karena masih adanya keragu-raguan masyarakat dan Pemerintah, namun

sebenarnya telah banyak petani organik yang berketeladanan tinggi, maka

sebaiknya diperlukan keberanian petani untuk membuat bersama suatu

Asosiasi Pertanian Organik agar gerak langkahnya menuruti suatu aturan

prosedur standar. Contoh standar dapat diacu antara lain dari IFOAM

(International Federation of Organik Agriculture Movement).

Page 36: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

36

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

BAB VI. MOL, KOMPOS, PESTISIDA ORGANIK, PGPR BUATAN SENDIRI

Masyarakat tani yang go organik tentunya memikirkan inputannya yang

berasal dari sisa-sisa organism yang disebut bahan organik. Termasuk pupuk

dan pestisida, go organik memerlukan pupuk organik, pestisida hayati, dan

pestisida organik, disamping itu dikenal pula yang disebut nutrisi organik

tambahan terutama dari buah dan sayuran yang bahannya local. Penulis ingin

berbagi pengalaman yang merupakan hasil studi alam dengan para petani

dan kelompok tani, demikian pula hasil studi pustaka dari berbagai petani dan

kelompok/asosiasi tani alami/organik seluruh dunia. Inti dari budidaya

pertanian alami adalah usahatani gabungan antara tanaman, hewan ternak

darat, dan hewan ternak ikan yang dimotori oleh probiotik berupa single cell

protein (SCP) berupa beberapa mikroba penting. Mikroba-mikroba tersebut

benang merahnya ada pada pembangkitan Lactobacillus sp. dalam suatu

agro-ekosistem dimanapun juga baik di wilayah iklim tropika, sub tropika

maupun temperate. Selanjutnya guna menambah guna kerja lactobacilli maka

perlu dibangkitkan pula mikroba dari ragi (yeast), jamur dan bakteri lainnya.

Semua mikroba tersebut sebaiknya diisolasi dan dikembangkan sendiri

secara local oleh petani. Dengan demikian harus dipunyai biang lacto bacilli

dan mikroba lain yang disebut mikroba local atau mikro-organisme local (MOL

atau indigenous microorganism).

Tulisan ini merupakan suatu manuskrip untuk mengembangkan

pertanian organik/alami yaitu berupa uraian tatalaksana mendapatkan biakan

mikroba lactobacilli dan MOL, serta NPH. Tatalaksana seseorang, baik petani

maupun pakar bioteknologi, pengalamannya akan menentukan tingkat

keberhasilan dan kualitas biakan dan NPH. Nutrisi suplemen untuk pemberian

nutrisi tambahan komprehensif untuk budidaya tanaman pangan disajikan

dalam manuskrip lainnya yang tujuannya adalah agar di tingkat petani betul-

betul akan dicapai go organik 100 % (100 % organikally cropping technique).

Tulisan ini didasari dengan pengalaman penulis dalam mengembangkan

pertanian organik bersama dengan para petani organik seluruh dunia (FAO,

APHD, HPS) yang betul-betul go organik murni dengan mengandalkan ilmu,

Page 37: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

37

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

teknologi, dan input local. Berbagai buku baik jurnal internasional maupun

nasional dan buku-buku petunjuk praktis dari ber-bagai lembaga dan pro

manuskrip untuk petani internasional maupun nasional; manuskrip-manuskrip

tersebut disarikan untuk membuat manuskrip ini.

Dr. Han Kyu Cho (asosiasi pertanian alami Korea) merupakan

inspirator seluruh dunia gerakan pertanian alami organik seluruh dunia yang:

(i) ingin menjadikan planet bumi menjadi lebih baik kesehatan dan kualitas

tanah, air, atmosfer, keragaman hayati dan petaninya, (ii) berkemandirian

yang teguh pada prinsip mengembangkan input local, (iii) menolong

menyehatkan pangan yang tidak terkontaminasi oleh pupuk sintetik pabrikan,

pestisida sintetik pabrikan, dan hormone pertumbuhan sintetik, serta asal

tanaman non mutan apapun, (iv) menggunakan tanah dan air yang telah

disehatkan dahulu untuk budidaya tanaman, dan (v) mau dan ikhlas untuk

bekerjasama menjadi murid dan guru secara bersama-sama dalam budidaya

tanaman dan hewan ternak secara alami.

6.1. Peranan Lactobacillus sp. dan Pembuatan Lactic Acid Bacteria Serum (LABS)

6.1.1. Pengertian:

Lactic acid bacteria serum (serum bakteri asam laktat) adalah biakan

Lactobacillus sp. local yang dapat dibiakkan oleh siapapun dan dimanapun

juga, oleh karena itu bisa digolongkan dalam bakteri local karena bisa menjadi

milik petani manapun juga. Mikroba tersebut kemudian bisa disebut sebagai

lactobacilli atau biakannya bisa disebut sebagai LABS. Semua alat dan bahan

yang diperlukan bisa didapatkan pada pasar local atau dibuat sendiri, contoh

beras, gula merah non pengawet sintetik, susu segar, dan susu skim.

Lactobacillus sp. adalah bakteri anaerobic yang menguraikan susu menjadi

asam laktat sehingga namanya adalah bakteri lacto. Bakteri ini tumbuh dan

berkembang hebat serta memakan amoniak yang dilepaskan dalam proses

dekomposisi bahan organik yang menimbulkan atau berhubungan dengan

bau tidak sedap. Dengan demikian bila kita ingin menghilangkan bau tidak

Page 38: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

38

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

sedap pada suatu bahan yang sedang mengelami fermentasi, maka

gunakanlah Lactobacillus sp.

Bilamana kita menyemprotkan suatu larutan yang berisi serum bakteri

asam laktat (lacto bacilli) ke permukaan tanaman dan tanah, maka hal itu

akan menolong tanaman untuk tumbuh dan berkembang lebih sehat.

Penyemprotan pada tanaman atau tanah, bacteria bermanfaat tersebut akan

memberikan pertolongan lebih dalam proses dekomposisi bahan organik,

sehingga tanaman atau hewan akan mendapatkan nutrisi yang lebih dari

pada tidak dengan bakteri lacto bacilli.

Bakteri asam laktat ini dikenal pula memiliki kemampuan memproduksi

enzim dan antibiotic alami yang sangat efektif membantu pencernakan bagi

manusia dan hewan, demikian juga mempunyai efektivitas dan kesifatan

antibacterial yang antara lain mengontrol salmonella dan e. coli. Bagi petani

Lactobacillus sp. mempunyai kegunaan besar untuk menyehatkan air, tanah,

atmosfer, tanaman, dan hewan ternak darat dan air (ikan). Bagi tanaman

memperbaiki kualitas serapan hara dari dalam tanah, bagi hewan ternak

memperbaiki konversi makan dan mengeliminasi toksin dari lingkungannya.

Berikut ini akan diuraikan secara simple bagaimana petani atau

kelompok tani dapat mengisolasi dan memproduksi biakan lacto bacilli.

Kepada perusahaan pertanian pemanfaat diharapkan mengembangkannya

dengan peralatan dan bahan-bahan local sehingga tidak menambah beban

energy proses dan energy transportasi berlebihan. Kita dalam bekerja

menangani dan mengembangkan pertanian alami organik harus mengerti dan

bersepakat untuk menyelamatkan planet bumi. Disarankan pengembang

pertanian alami organik mempelajari perubahan iklim global, penyebab, akibat

dan tatalaksana untuk mengurangi pemanasan global, sehingga dapat yakin

dan tahu bahwa pertanian alami organik termasuk salah satu metode untuk

mengurangi pemanasan global dan bukan sebaliknya makin menambah

pemanasan global.

6.1.2. Bahan dan Alat yang diperlukan

(i) Air cucian beras organik

(ii) Susu segar atau susu skim

Page 39: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

39

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

(iii) Pot tembikar (kendil) atau batang bamboo

(iv) Kertas manila (baru)

(v) Ember plastik

(vi) Biang gula merah (kalau bisa gula batu)

(vii) Air bersih sumur dalam (bukan PDAM/tidak mengandung klorin atau

kimia lain)

6.1.3. Prosedur

(i) Menangkap lacto bacilli dengan cara menuang air cucian beras ke dalam

kendil.

(ii) Sisakan 50 % - 70 % ruang untuk udara.

(iii) Tutup kendil menggunakan kertas manila atau kertas yang biasanya

warna coklat atau kertas dobel folio kemudian diikat dengan pengikat

apapun, yang penting jangan terlalu ketat.

(iv) Letakkan di ruangan yang sejuk dan terhindar langsung dari sinar

matahari.

(v) Biarkan air cucian beras organik terfermentasi selama 5-7 hari pada

kisaran suhu ruangan 20-25°C.

(vi) Pada hari ke 5-7 maka sisa dedak beras akan terpisah dan

mengambang di permukaan membentuk lapisan tipis pada cairan yang

berbau asam (sour).

(vii) Saring larutan dengan kain saringan dan pindahkan larutan ke dalam

wadah yang lebih besar (ember besar atau gentong).

(viii) Tuangkan ke dalam wadah besar tersebut susu segar atau susu skim

yang diencerkan dengan jumlah volume 10 kali lipat jumlah volume

larutan cucian beras yang telah terfermentasi. Contoh bila larutan cucian

beras terfermentasi misalnya 5 liter maka susu segar adalah 50 liter.

(ix) Tutup wadah tersebut dengan kertas manila dan ikat tidak terlalu kuat

untuk memberikan udara tetap mengalir masuk. Karena larutan cucian

beras sudah menghandung antara lain lacto bacilli demikian pula

kemungkinan mikroba-mikroba lainnya maka perlu dimurnikan dengan

menggunakan susu segar tersebut. Hanya lacto bacilli kuat yang tahan

dalam fermentasi susu segar, dan perlakuan demikian bertujuan untuk

menyisakan lacto bacilli murni.

Page 40: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

40

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

(x) Fermentasikan dalam 5-7 hari. Setelah itu karbohidrat, protein, dan

lemak akan mengambang dan meninggalkan cairan kuning muda

(serum) yang mengandung bakteri asam laktat. Karbohidrat, protein dan

lemak yang mengambang tersebut dibuang dan berikan pada hewan

ternak atau campurkan dengan kompos untuk memperkaya

keharaannya.

(xi) Serum bakteri asam laktat murni dapat disimpan dalam lemari es, atau

dapat ditambahkan biang gula pada jumlah sama atau molase yang

telah diencerkan dengan 1/3 air. Biang gula atau molase memungkinkan

bakteri asam laktat hidup pada suhu ruang dengan nisbah 1:1, gula

bekerja sebagai makanan bagi bakteri agar bertahan hidup.

(xii) Larutan berisi gula makanan tersebut dapat digunakan sebagai kultur

murni bakteri asam laktat.

(xiii) Penggunaan (membuat indukan): larutkan kultur murni tersebut dengan

20 bagian air sumur dalam atau air bersih sehat apapun non klorin atau

kimia lainnya yang dapat membunuh bakteri asam laktat. Larutan

pengenceran ini disebut indukan larutan LAB (lacto acid bacteria) atau di

Indonesiakan menjadi istilah bakteri asam laktat (BAL).

(xiv) Penggunaan untuk tanaman: larutkan 2-4 sendok makan indukan LAB

dalam segalon air sehat non kimia kemudian disemprotkan pada

tanaman dan tanah untuk menyehatkan tanaman dan memberikan lacto

bacilli kepada tanah. Demikian pula bisa untuk memproses kompos

bersama dengan larutan pengenceran indukan MOL mikroba lainnya.

(xv) Penggunaan untuk hewan ternak besar sebanyak 2-4 sendok makan

tanpa melarutkan dengan air lagi.

6.1.4. Kegunaan LAB

(i) Meningkatkan pergerakan usus hewan ternak dan manusia (harus lebih

steril LABnya).

(ii) Menyeimbangkan bakteri-bakteri yang ada dalam usus.

(iii) Mencegah berkembangnya bakteri pathogen yang merugikan.

(iv) Meningkatkan system imunitas hewan ternak dan tanaman.

(v) Mengandung zat perlambatan penuaan dan atau antioksidan, demikian

pula berbagai enzim berguna.

Page 41: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

41

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

2. Peranan Mikroba lokal (MOL) dan Pembuatannya

2.1. Pendahuluan

Hal pertama kali yang dapat penulis berikan adalah tentang hikmat kita

dalam melaksanakan pertanian alami organik. Pertanian alami adalah yang

penulis yakini demikian juga apa yang penulis mengerti dan dalami apa yang

telah semua senior dan kawan-kawan pertanian alami/organik seluruh dunia

terutama dari bagian dunia asia lakukan. Mereka semua melakukan yaitu

menumbuh-kembangkan pertanian alami organik, rohnya adalah

menyelamatkan planet bumi, dan memberikan/mengembalikan kemandirian,

kedaulatan, dan kehormatan petani di mata masyarakat dunia dan terutama

dimata Tuhan Yang Maha Kuasa atas proses pertaniannya dan hasilnya yang

akan menyehatkan manusia, ternak, juga ekosistem, jadi bukan merusaknya.

Disinilah peranan hubungan manusia petani dengan NurQudus Tuhan sangat

nyata yaitu menghasilkan hasil tani yang diberkati Tuhan dan bermanfaat

untuk kehidupan.

Sebenarnya apa pertanian alami organik itu? Itu adalah pekerjaan

petani yang mencintai planet bumi untuk digunakan menumbuhkan dan

mengembangkan tanaman dan hewan ternak untuk kebutuhan keluarga tani

dan masyarakat yang membutuhkannya. Inputannya adalah local, dengan

demikian petani harus menggerakkan anggota badannya untuk mengolah

tanah, air, atmosfer, dan biotic menjadi organ-organ pertanian sehingga

menghasilkan hasil-hasil tanaman dan ternak. Kalau kita cermati itulah

perintah Tuhan, yaitu petani harus bekerja keras, jadi bukan menerima

mentah-mentah dan terstruktur inputan dari pabrikan. Dengan demikian

kalaupun pabrikan terlibat bersifatlah melayani untuk kebaikan dan kebutuhan

local dan jangan menjadi penguasa absolute petani. Jadi ajaklah petani untuk

tetap belajar dan bekerja keras bersama-sama dengan perusahaan, dan

jangan lupa bersyukur kepada Tuhan dengan memberikan persepuluhan

keuntungan tani dan perusahaan kepada yang berhak menerima bantuan.

Dengan demikian tolong-menolong dalam anggota badan organik pelaku

pertanian itulah dasar pertanian alami yang organik, sehingga biota dan fisik

agro-ekosistem tidak rusak.

Page 42: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

42

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Goal dan arah petani alami organik adalah menyelamatkan pertanian

dan melestarikan produktivitas pertanian. Tugas petani organik tidak hanya

memproduksi tanaman dan hewan bebas bahan kimia sintetik namun juga

melestarikan produksi tanaman dan hewan ternak yang aman dan sehat

untuk manusia. Kemunculan issue pertanian organik dan keinginan yang

dalam yang sebenarnya (harus kita ungkap dan lakukan) adalah harus

dihasilkan kelestarian system pertanian dan control yang benar dari segala

sumberdaya yang ada dalam pertanian kita termasuk input. Hal inilah yang

membedakan dengan pertanian organik yang masih diliputi dengan pemikiran

dan keinginan inorganik yaitu neo-imperalisme dan neo-kapitalisme.

2.2. Pengertian Mikroba Lokal

Saya ingin sampaikan pemikiran tentang mikroba bermanfaat dalam

dunia pertanian karena itulah permulaan pertanian menuju kelestarian system

pertanian. Dengan demikian kita mengusahakan mikroba local kita isolasi

(tangkap), kita perbanyak dan kita simpan menjadi kultur mikroba local. Itulah

pengertian mendasar dari mikroba local dalam pertanian alami organik.

Mikroba local yang harus kita kelola adalah bakteri asam laktat (sudah

dibahas di depan), dan mikroba-mikroba lainnya termasuk yeast (ragi), jamur

lain, dan bakteri lain. Mikroba-mikroba tersebut fungsinya adalah mulai dari

menangkap N dari udara, menguraikan fosfat dan hara lain termasuk

pengurai karbon, menghasilkan senyawa enzim dan hormone yang berguna

untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, demikian pula untuk

penguatan system pencernakan hewan ternak darat dan ikan, dan penghasil

protein.

Kawan-kawan peminat pertanian alami organik dapat mengembangkan

pengelolaan mikroba berguna asli local tersebut, caranya tentunya dengan

latihan, praktik, dan memproduksinya untuk keperluan kalangan dan

bersama. Mikroba berguna tersebut dapat disebut dengan probiotik yang

adalah hasil pengkulturan dari mikroba-mikroba hidup untuk keperluan

suplemen pangan dan pakan ternak. Probiotik sesuai namanya adalah

mikroba-mikroba untuk kehidupan karena mikroba-mikroba yang termasuk

probiotik harus mempunyai sifat menguntungkan inangnya baik manusia

maupun hewan ternak dengan cara penguatan fungsi pencernakannya.

Page 43: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

43

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Terhadap inang tanaman pertanian maupun liar, maka probiotik juga harus

memberikan keunggulan komparatif guna menghadapi tantangan lingkungan

yang tidak menguntungkan. Lawan dari sifat probitotik adalah mikroba-

mikroba yang bersifat pathogen. Pengelolaan probiotik akan sangat signifikan

pada masa depan planet bumi yang telah berubah iklimnya secara global dan

bertambah buruk bagi planet bumi akibat perbuatan manusia sendiri. Untuk

keperluan probiotik pada manusia dan hewan ternak maka dalam ilmu

bioteknologi atau mikrobiologi, probiotik atau mikroba berguna ada istilah

single cell protein (Subba Rao, 1999 atau 2002). Single cell protein adalah sel

kering mikroorganisme (mikroba) yang dipergunakan sebagai sumber protein

suplemen dalam makanan manusia ataupun pakan ternak (Nasseri et al.,

2011 (naskah asli untuk jurnal terbit tahun 2011). Mikroorganisme seperti

alga (algae), jamur (fungi), ragi (yeast), dan bakteri (bacteria) dapat

digunakan untuk memproses pakan ternak dan sisa-sisa organik apapun

sebagai sumber karbon dan energy untuk memproduksi biomassa, konsentrat

protein, dan asam-asam amino. Karena kadar protein secara kuantitatif tinggi

yang terdapat dalam sel mikroba maka maka mikroba-mikroba tersebut

disebut dengan single cell protein (SCP) atau bila perlu kita Indonesiakan

menjadi istilah sel protein tunggal (SPT). Dalam era ke depan saya meyakini

bahwa SPT tersebut akan sangat penting untuk menggantikan atau

suplementasi jumlah produksi protein secara konvensional seperti sekarang

ini. Hal tersebut tidak hanya untuk fungsi produksi protein untuk makanan

manusia dan pakan hewan, namun juga guna kepentingan budidaya tanaman

pertanian, demikian pula kepentingan penghutanan kembali planet bumi

dalam hubungannya dengan program karbon kredit. Probiotik juga akan

sangat diperlukan untuk program penyehatan kembali tanah dan air yang

telah terkena dampak polusi pertanian revolusi hijau dan saat ini ada berjuta-

juta hektar lahan dengan tanah, air tanah, dan air permukaan yang telah

rusak.

Mikroba asli local yang dibangkitkan kemudian dikelola dapat menjadi

probiotik, kebanyakan adalah bersel satu atau tunggal sehingga dapat disebut

sebagai single cell protein, walaupun demikian ada kemungkinan biota jamur

uniseluler (bersel banyak) yang ikut diisolasi. Mengambil saran dan

rekomendasi dari Dr. Han Kyu Cho, maka kita dalam mengisolasi mikroba

Page 44: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

44

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

harus dari banyak lingkungan termasuk lingkungan basah dan kering, tempat

topografi dataran tinggi sampai dataran pantai, tempat vegetasi hutan, sawah,

tegalan, kebun/pekarangan, sampai dengan padang alang-alang. Intisarinya

adalah segala habitat mempunyai keragaman mikroba yang berbeda ragam

spesies dan kekuatannya. Bagi petani organik secara umum patokannya

adalah istilah local tersebut perlu diberikan batasan agro-topo-klimo-ekologi

yang sama menjadi wilayah pengelolaan mikroba berguna asli local. Maksud

saya adalah bila kita mengelola lahan pertanian disekitar lereng gunung apa

saja maka batasan wilayah adalah dataran lereng gunung menghadap

kemana itulah regionalnya. Bila kita mengelola lahan pantai maka regional

lahan pantai itulah yang mikroba asli lokalnya kita kelola, barangkali cakupan

10-25 km2 cukup baik dalam arti kesamaan iklim mikro wilayah pantai.

Tentunya dalam wilayah “regional mikro” tersebut terdapat variasi topografi,

itu ditentukan oleh morfologi daratannya. Saran saya adalah kita kembangkan

seperlunya sehingga apabila diperlukan perusahaan, maka uruslah

manajemennya dalam batasan topografi tersebut agar tidak ada lintas

transport terlalu tinggi. Hal ini berhubungan dengan bahan bakar transport

perdagangan input pertanian, agar tidak terulang lagi seperti transportasi

teknologi revolusi hijau.

Perlu kita tegaskan atau kita pahami bahwa tanah dan air yang hidup

adalah dasar dari pengelolaan kesuburan tanah dan air untuk pertanian dan

kehutanan. Tanah dan air yang hidup adalah bagian dari karunia Tuhan Allah

pencipta alam semesta, Dialah Sang Alfa dan Omega, Sang Awal dan Akhir,

oleh karena itu tanah dan air yang telah rusak marilah kita hidupkan lagi

dengan berawal dari pengelolaan probiotik atas tanah dan air, dan yang

akhirnya akan mempengaruhi keragaman biotic atmosfer di atas permukaan

tanah dan air. Barangkali itu adalah bagian yang baik dari usaha kita untuk

mengurusi alam kita yang telah rusak.

2.3. Bahan dan Alat

(i) Pot tembikar/kendil dari tanah/batang bamboo.

(ii) Kertas manila/kerta dobel folio yang masih baru.

(iii) Baskom.

(iv) Nasi pera.

Page 45: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

45

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

(v) Biang gula (gula batu atau gua merah).

(vi) Air sumur dalam atau air mata air (tidak mengandung klorin atau kimia

lainnya).

2.4. Prosedur Kerja

2.4.1. Mengumpulkan mikroba local (MOL)

(i) Buat nasi pera, sebaiknya nasi dari beras organik varietas local, biarkan

nasi dingin sebelum digunakan.

(ii) Masukkan nasi pera tersebut ke dalam kendil/batang bamboo sampai

kira-kira 2/3 bagian tinggi wadah tersebut.

(iii) Tutup wadah tersebut dengan kertas manila atau dobel folio yang masih

baru kemudian ikatlah dengan karet atau apapun namun jangan terlalu

rapat/erat agar masih memungkinkan udara mengalir masuk.

(iv) Buatlah lubang pada lahan apapun namun disarankan yang subur yang

dicirikan dengan kandungan humus tanah yang tinggi. Lubang dibuat

sesuai dengan ketinggian/panjang wadah sedemikian rupa sehingga

wadah tersebut sedikit masuk dalam lubang tanah.

(v) Masukkan wadah ke dalam lubang tanah kemudian lindungi dengan

plastic agar tidak masuk air hujan atau air aliran permukaan lahan,

kemudian timbuni dengan sampah organik yang ada sekitar lahan.

(vi) Biarkan selama 5-7 hari, setelah itu keluarkan, buka tutupnya, dan amati

bahwa nasi pera telah mengeras dan mulai ada banyak warna-warni

jamur yang mengkoloni nasi pera tersebut.

2.4.2. Produksi dan Pengembangbiakan

(i) Pindahkan nasi yang telah terkoloni mikroba tersebut ke dalam baskom.

(ii) Masukkan/tambahkan biang gula, sebaiknya gula diencerkan dulu

dengan air non klorin atau kimia. Jumlah biang gula kalau nasinya

awalnya 1 kg maka gulanya juga 1 kg dan diencerkan dengan air 1 liter.

Aduklah nasi dengan cairan gulanya dengan merata.

(iii) Masukkan campuran tersebut ke dalam kendil yang lebih besar dari

semula supaya campuran tersebut hanya 75 % dari volume kendil,

sedangkan yang 25 % dari volume (ruang) kendil berisi udara, kemudian

Page 46: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

46

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

tutuplah dengan kertas dan ikatlah dengan karet atau apapun

pengikatnya namun jangan terlalu ketat.

(iv) Masukkan lagi kendil dalam lubang tanah di lahan, atasnya lambari

dengan plastic agar tidak kemasukan air hujan atau air aliran permukaan

lahan, kemudian tutuplah permukaan plastic dengan aneka ragam

sampah organik yang ada di lahan tersebut baik yang masih segar,

sudah agak busuk maupun yang sudah jadi kompos.

(v) Biarkan di lahan selama 7 hari, ini merupakan proses fermentasi yang

kita lakukan langsung pada lahan sesuai dengan tujuan atau pilihan kita.

(vi) Ambil kendil, buka tutupnya maka akan kita dapatkan lebih beraneka

warna dan ketebalan mikroba yang mengkoloni biakan MOL kita.

2.4.3. Pemanenan

(i) Siapkan botol plastic atau gelas sesuai dengan jumlah ekstrak cair MOL

kita.

(ii) Saringlah cairan (sebagai ekstrak) MOL dalam kendil dari lahan dan

kumpulkan pada baskom atau apapun, sedangkan ampasnya dapat kita

gunakan sebagai bahan suplemen pada kompos kita.

(iii) Masukkan ke dalam botol yang telah kita siapkan dan cairan inilah MOL

kita, sekarang MOL kita telah siap untuk kita gunakan.

2.4.4. Aplikasi

(i) MOL ini dapat digunakan sebagai biang pembuatan pupuk hayati cair

apabila kita mencampurkan pula dengan MOL dari lahan lainnya sesuai

tujuan kita dalam produksi. Biang-biang MOL berbagai lahan kita campur

ke dalam reactor besar sesuai desain kuota produksi. Di dalam reactor

terdapat alat aerator untuk mengaerasikan larutan campuran bahan

organik sesuai dengan kualitas dan efektivitas pupuk hayati yang kita

rancangkan.

(ii) MOL dari lahan single ataupun MOL berbagai lahan yang dicampurkan

dapat pula kita gunakan langsung untuk budidaya tanaman, suplemen

pakan ternak, untuk pembuatan tanaman, dan untuk menyuburkan

tanah. Untuk penyemprotan tanaman dan permukaan tanah gunakan 2-3

sendok makan MOL/liter air. Untuk keperluan pengolahan tanah yang

Page 47: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

47

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

disertai dengan pemupukan kompos atau bahan hijauan segar atau

kotoran ternak segar gunakan dosis MOL 8-10 sendok makan/liter air,

kemudian semprotkan pada permukaan lahan. Gunakan MOL setiap

seminggu sekali untuk menyemprot tanaman dan permukaan tanah.

Penyemprotan sebaiknya pada bagi hari sebelum matahari terbit atau

saat menjelang matahari terbenam.

(iii) MOL dapat dicampur dengan larutan bakteri asam laktat untuk

menyemprot tanaman, permukaan tanah, membuat kompos, untuk

membuat silase pakan ternak darat dan ikan, dan untuk memberikan

nutrisi dan probiotik pada kolam ikan.

(iv) Apabila kita temukan koloni jamur putih pada permukaan tanah itu

indicator sangat baik bahwa proses penyehatan tanah sedang mulai.

3. Peranan Nutrisi dan Pestisida dari Herbal (NPH) dan Pembuatannya

Herbal dalam kamus bahasa Inggris adalah tanaman dimana daun

atau bijinya (juga akarnya, pen.) dapat digunakan untuk fungsi pengobatan

atau untuk memberikan rasa pada makanan. Pengertian manfaat herbal untuk

budidaya tanaman maupun budidaya ternak darat dan ternak ikan adalah

sebagai bentuk treatment (perlakuan) untuk menyembuhkan bilamana

tanaman atau hewan ternak sakit, namun pula sebagai usaha pencegahan

agar tanaman atau hewan ternak tidak mudah terserang penyakit oleh akibat

biotic maupun akibat perubahan iklim. Dalam pertanian alami atau pertanian

organik atau penulis lebih senang memakai istilah budidaya tanaman dan

ternak secara alami organik, maka herbal adalah tanaman apa saja dan local

yang dapat digunakan untuk pengobatan dan menambah vitalitas tanaman

dan hewan ternak. Umumnya untuk tujuan tersebut pertanian alami organik

menggunakan rimpang jahe dan umbi bawang putih, dapat pula dicampurkan

bawang Bombay. Sebenarnya banyak rhizome lainnya yang dapat

dimanfaatkan untuk tujuan tersebut antara lain kunir, kencur, dan lengkuas.

Itu adalah untuk tujuan pengobatan dan peningkatan vitalitas tanaman dan

hewan ternak. Buah nanas dapat kita masukkan ke dalam golongan herbal

karena dapat mengendalikan hama penyakit tanaman sekaligus juga

Page 48: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

48

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

berfungsi sebagai nutrisi organik. Bawang putih dan jahe juga mengandung

nutrisi yang tinggi selain mengandung pestisida.

Khusus untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman tentunya

banyak bahan lain yang tentunya sudah keluar dari pengertian (definisi)

herbal karena ada fungsi racun organik yang diharapkan mengendalikan

serangan hama dan penyakit tanaman. Golongan senyawa organik yang

demikian kita sebut sebagai pestisida organik. Bahan-bahan pestisida dari

tanaman yang sudah terkenal ampuh mengendalikan berbagai hama dan

penyakit tanaman antara lain adalah biji dan daging buah maja, kulit kamboja,

gadung, daun sirsak, daun lampesan, daun ketapang, daun tembakau, dan

lain-lainnya. Tanaman pestisida tersebut tentunya dapat dicampurkan dengan

tanaman herbal tertentu agar lebih efektif kerjanya.

3.1. Bahan-bahan

(i) Jahe, bawang putih, bawang Bombay/bawang merah besar.

(ii) Batang bamboo atau wadah dari tanah liat (kendil).

(iii) Kertas manila atau dobel folio baru.

(iv) Tali raffia atau karet gelang.

(v) Biang gula.

(vi) Cuka kelapa, bir/gin.

3.2. Prosedur

(i) Cacah halus masing-masing ½ kg jahe, bawang putih, dan bawang

Bombay/bawang merah besar.

(ii) Masukkan cacahan tersebut ke dalam kendil atau tong plastic dan

tuangkan 2 liter cuka kelapa atau bir kemudian aduklah mereata.

(iii) Tutup dengan kertas manila/dobel folio dan diikat dengan tali raffia atau

karet.

(iv) Simpan selama 12 jam, lalu buka penutup kemudian tambahkan 1 kg

biang gula dang anti penutup kertasnya dan ikat kembali.

(v) Simpanlah di tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari

langsung.

(vi) Setelah 4-5 hari proses fermentasi berjalan, tambahkan gin (minuman

ber-alkohol minimal 40%) untuk stabilisasi dan menyelesaikan fermentasi.

Page 49: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

49

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

(vii) Ganti tutup kertasnya kemudian ikatlah kembali dan simpan lagi selama

7-10 hari.

(viii) Saringlah cairan dari dalam wadah dan simpan dalam botol, ini adalah

oriental herbal nutrient atau di Indonesiakan nutrisi herbal oriental yang

bisa kita manfaatkan sebagai antibiotic dan penguat bagi tanaman dan

hewan ternak darat maupun ikan yang kita budidayakan.

(ix) Kita dapat menyaring ekstrak ONH ini sampai 5 kali dari adonan yang

sama, dengan cara menambahkan bir dan cuka ke dalam wadah dan

fermentasikan menggunakan prosedur yang sama.

3.3. Aplikasi dan Kegunaan

(i) Tambahkan 2 sendok makan OHN/liter air, semprotkan pada

daun/tanah, pada pagi hari antara pukul 4-6, dan pada sore hari

menjelang matahari terbenam. Saat-saat tersebut adalah saat

mikroorganisme sedang aktif-aktifnya demikian pula tanaman kita.

Gunakan 2x seminggu pada tanaman padi, jagung, sayuran, dan buah-

buahan dari penanaman smpai dengan berproduksi.

(ii) Digunakan pula sebagai antibiotic untuk tanaman dan binatang. Bawang

putih memiliki kandungan sulfur yang tinggi yang banik sebagai

pembasmi jamur.

(iii) Gunakan pada anak ayam, ayam, dan binatang yang sakit.

(iv) Semprotkan pada daun untuk mencegah mikroba phylosphere.

(v) Gunakan sebagai perlakuan untuk masalah jamur pada tanaman.

(vi) Digunakan sebagai larutan herbal yang sangat ampuh menyembuhkan

dan bernutrisi, pada manusia sebagai obat rematik dan batuk dan flu.

3.4. Keuntungan

(i) Berfungsi sebagai anti hama dan anti jamur.

(ii) Lebih menguatkan dan menyehatkan tanaman.

(iii) Digunakan sebagai perlakuan untuk menyembuihkan penyakit kulit bagi

hewan.

(iv) Sebagai minuman kesehatan (energy drink) bagi manusia.

Page 50: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

50

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Penutup

Semoga tulisan ini bisa memberikan inspirasi para petani dan tokoh

poktan untuk memulai gerakan untuk membuat MOL, BAL, NPH, dan pupuk

organik sendiri sehingga mulai terbentuk kemandirian dan kedaulatan petani,

usaha tani, generasi tani, dan pertanian. Manuskrip ini saya harapkan dapat

digunakan untuk menuntun dan menyemangati anda untuk melakukan

pertanian organik yang benar dan berkualitas. Mari kita belajar bersama

dengan tanpa mengenal lelah dan menyerah, kita kerjasama untuk kebaikan

bersama.

Pustaka Pilihan Bab ini: Agricutural Training Institute Regional Training Centre VIII. 2006. Farmer’s

Guide on Bio-Organik Inputs from Plants, Fish and Animal Liquid Extracts. Visayas State University, Baybay, Leyle. The Philippines. E-mail: [email protected]; URL:http//www.ati.da.gov.ph/rtc8. Diambil sebagian dan disarikan oleh Widyasunu, P. 2010. Untuk kepentingan penyuluhan pertanian organik dan kemandirian desa pertanian terpadu berkelanjutan.

Nasseri, A.T., S. Rasoul-Amini, M.H. Morowvat, and Y. Ghasemi. 2011. Single Cell Protein and Process. American Journal of Food Technology 6(2): 103-116.

Subba Rao, N.S. 1999. Soil Microbiology. Fourth Edition of Soil Microorganisms and Plant Growth. Science Publishers, Inc., USA.

Page 51: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

51

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

PENUTUP

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua rekan-rekan petani

dan membangkitkan semangat semua sistem Kepenyuluhan, Pendampingan,

Riset dan Stake-holder pertanian organik. Pengembangan pertanian organik

pada komoditas hortikultura, di Indonesia sangat menjanjikan karena negara

kita besar pasarnya dan sangat luas lahannya, namun demikian memerlukan:

(i) studi tentang lahan dan ekosistem yang dapat dipergunakan untuk go

hortikultura organik, (ii) studi tentang spesies tanaman lokal yang berprospek

ekonomi dan mudah dibudidayakan secara organik-biodinamik, (iii) studi dan

penyusunan acuan SOP (standart operating procedures) dan BS (basic

standart) dalam suatu Asosiasi Pertanian Organik, (iv) belajar

menyelenggarakan sistem pertanian organik, dan (v) menjalin kerjasama iptek

dan budidaya. Penulis sangat menghargai sikap mau belajar menjadi petani

organik dan menjadi konsumen pangan produk pertanian organik, sehingga

korespondensi iptek sangat diharapkan untuk membangun dan

mengembangkan pertanian organik-biodinamik secara nyata.

Pustaka Acuan Penting Pilihan: Adiningsih, J.S. 2005. Peranan Bahan Organik Tanah dalam Meningkatkan

Kualitas dan Produktivitas Lahan Pertanian. Maporina: Materi Workshop dan Konggres Nasional Maporina (Masyarakat Pertanian Organik Indonesia): “Menghanarkan Indonesia Menjadi Produsen Organik Terkemuka”. Jakarta 21-22 Desember 2005.

Aubert, C. 1996. Healthy Plants-the theory of Chaboussou. In: IFOAM, 1996.

Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany. Pp.: 85 – 90.

Blanco, H., and R. Lal. 2008. Soil Conservation and Management. Springer

Science+Bussines Media B.V. Crowder, R. 1996. Education in Organiks: Practising that which is preached.

In: IFOAM, 1996. Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany. Pp.: 240 – 251.

Page 52: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

52

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Gregorich, E.G., M.R. Carter, J.W. Doran., C.E. Pankhurst, and L.M. Dwyer. 1997. Biological Attributes of Soil Quality. In: Soil Quality for Crop Production and Ecosistem Health. E.G. Gregorich and M.R. Carter (Eds.). 1997. Development s in Soil Science 25. Elsevier. Amsterdam – Lausane – New York – Oxford – Shannon – Singapore – Tokyo. Pp. : 81 – 113.

IFOAM, 1996. Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and

further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany.

Maeder, P.A., Fliessbach, A., Wiemken, and U. Niggle. 1995. Assesment of

Soil Microbial Status Under Long-term Low Input (Biological) and High Input (Conventional) Agriculture. In: Effects of Low and High External Input Agriculture on Soil Microbial Biomass and Activities in View Sustainable Agriculture. Maeder, P., and J. Raupp (Eds.). Pp: 24 – 38. Publ. Of The Research Institute of Organik Agriculture.

Miller, R.W., and R.L. Donahue. 1995. Soils in Our Environment. 7th Ed.

Prentice –Hall Inc. A Simon & Schuster Company, Englewood Cliffs, New Jersey. USA.

Nigli, U. and W. Lockerez. 1996. Development of Research in Organik

Agriculture. In: IFOAM, 1996. Fundamentals of Organik Agriculture: down to earth – and further a field. 11th IFOAM International Scientific Conference, August 11-15, 1996, Copenhagen. Proceedings Vol 1. Editor: Troels V. Ostergaard. First Published by IFOAM, Tholey-Theley, Germany. Pp.: 9 – 23.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Oganik: Menuju Pertanian Alternatif dan

Berelanjutan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Tan, K.H. 2000. Environmental Soil Science. The 2nd ed. Marcel Dekker, Inc.

New York, Basel. Wolf, B., and G.H. Snyder. 2003. Sustainable Soils: The Place of Organik

Matter in Sustaining Soils and Their Productivity. Food Products Press. An Imprint of The Haworth Press, Inc. New York – London - Oxford.

Widyasunu, P. 1997. The Role of Azolla microphylla in Reducing The Ammonia Volatilization in Flooded Rice Fertilized with Urea. Thesis. Georg-August University, Goettingen, Germany.

Widyasunu, P., P.L.G. Vlek, A.M. Moawad, and I. Anas. 1998. Ability of Azolla in Reducing Ammonia Volatilization in Waterfed Rice Field. Agrin. Vol. 2 No. 4 April 1998. P.p. 24-38.

Page 53: Membangun dan menggerakkan petani pertanian organik

53

Pengembangan Petani dan Pertanian Organik Bersih di Indonesia Purwandaru Widyasunu - Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/ Sumberdaya Lahan;

E-mail: [email protected]; purwandaru.widyasunu@gmail .com 2014

Widyasunu, P., Bondansari, M. Rif’an. 2000. Penilaian Kualitas Tanah Berdasarkan Dinamika Bahan Organik Tanah di Lereng Selatan Gunung Slamet Wilayah Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.

Widyasunu, P., Bondansari, M. Rif’an. 2000. Pengujian Status Asam Amino Tanah dan Korelasinya dengan Bahan humik Tanah pada Lahan Kering untuk Mendukung Rekomendasi Pemupukan Nitrogen. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.

Widyasunu, P., Bondansari, M. Rif’an. 2001. Pengujian Hubungan Diantara: Humifikasi Bahan Organik Tanah, Tingkat Degradasinya, dan Aktivitas Pertanian dalam Ekosistem yang Berbeda. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto.

Widyasunu, P., M. Rif’an, dan Bondansari. 2003. Meningkatkan Sinergisme Batuan Fosfat Alam dengan M-Bio Melalui Pemanfaatan Bahan Humik dari Kompos Centrosema pubescens Ultisol yang Ditanami Kedelai. Laporan Hasil Penelitian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Widyasunu, P. dan S. Atmodjo. 2009. Manfaat Pemberian Pupuk Organik dan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Pasir Batu pada Fisiografi Perbukitan Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Widyasunu, P. 2010. Peranan Azolla microphylla untuk Go Padi Organik. Proceeding Seminar Hari Lingkungan Hidup Sedunia: Tata Ruang Peternakan Rakyat Produktif Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat. Sabtu, 12 juni 2010. Hal.: 141-153. ISBN: 978-602-97375-0-9.

Widyasunu, P, dan Supartoto. 2013. Manfaat Futuristik Beauty of Azolla and Lemna untuk Pertanian dan Lingkungan. (Prosiding). Seminar Nasional Pengembangan Sumberdaya Pedesaan dan Kearifan Lokal Berkelanjutan III. Bidang I Biodiversitas Tropis dan Bioptospeksi. Hal: 1-12. ISBN 978-979-9204-88-2.