bab ii tinjauan pustaka a. tidurrepository.ump.ac.id/3135/3/priyo eko saputro bab ii.pdf ·...

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Pengertian tidur Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986 dalam Hidayat, 2009). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2011). 2. Fisiologi Tidur Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan muskuloskeletal (Robinson, 1993 dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan elektroensefalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG). Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar sinchronizing regional (Potter & Perry, 2005). RAS merupakan pusat aktivitas kewaspadaan dan tidur yang terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. RAS 15 Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

Upload: others

Post on 15-Nov-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tidur

1. Pengertian tidur

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat

dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986

dalam Hidayat, 2009).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh

ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang

berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan

badaniah yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2011).

2. Fisiologi Tidur

Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat,

saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan muskuloskeletal

(Robinson, 1993 dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat

diidentifikasi atau direkam dengan elektroensefalogram (EEG) untuk

aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan

elektromiogram (EMG), dan elektrookulogram (EOG).

Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah

reticular activating system (RAS) dan bulbar sinchronizing regional

(Potter & Perry, 2005). RAS merupakan pusat aktivitas kewaspadaan

dan tidur yang terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. RAS

15

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

16

memberikan stimulus visual, auditori, nyeri dan sensori raba juga

dapat menerima stimulus dari korteks serebri termasuk ransangan

emosi dan proses pikir. Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-

neuron dalam RAS melepaskan katekolamin seperti norepinefrin. Saat

tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel

spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu BSR. Bangun dan

tidurnya seseorang tergantung keseimbangan impuls yang diterima di

pusat otak, reseptor sensorik perifer seperti bunyi, stimulus cahaya,

dan sistem limbik seperti emosi (Tarwoto & Wartonah, 2011).

3. Fungsi Tidur

Fungsi tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini

bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,

emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, dan

endokrin. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan

kembalipada fungsi seluler penting. Secara umum terdapat dua efek

fisiologis tidur, pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan

dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara

berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur tubuh yang dapat

memulihkan kesegaran dan fungsi organ dalam tubuh, karena selama

tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut

(Hidayat, 2009).

Pola tidur yang teratur dan berkualitas turut mendukung

peningkatan kesehatan tubuh tidur yang baik akan membantu menjaga

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

17

daya tahan tubuh. Dengan tidur yang teratur tingkat kecerdasan dan

kondisi emosional seseoranng akan menjadi lebih baik (Prasadja,

2009).

4. Pola Tidur

Setiap orang mempunyai siklus bangun tidur yang sudah biasa

dilakukan menentukan kapan waktu yang tepat untuk tidur. Waktu

tersebut dapat didukung oleh cahaya lampu atau matahari di siang hari,

kebiasaan waktu makan dan aktivitas yang dilakukan seperti biasanya

dalam waktu tertentu setiap harinya. Seseorang yang mempunyai pola

tidur-bangun yang teratur lebih menunjukan tidur yang berkualitas dan

performa yang lebih baik daripada orang yang mempunyai pola tidur

bangun yang berubah-ubah (Harkreader, 2007).

Pola tidur yang berubah-ubah dan apabila individu beradaptasi

dengan perubahan tersebut maka akan mengakibatkan gangguan pola

tidur. Carpernito (2002) mendefinisikan gangguan pola tidur sebagai

kondisi ketika indivisu mengalami atau beresiko mengalami perubahan

pada kualitas dan kuantitas pola istirahat yang menimbulkan

ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.

a. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk

mempertahankan tahap tidur REM dan NREM yang pantas

(Kozier, et.al., 2004). Kualitas tidur merupakan kepuasan

seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

18

memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah,

lesu dan apatis, kehitaman di sekitas mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata perih, kurang perhatian, sakit kepala dan

seing menguap atau mengantuk (Hidayat, 2009)

Kualitas tidur seseorang dapat dikatakan baik dilihat dari

parameter kualitas tidur jika seseorang tidur dengan waktu yang

cukup, tidur dengan nyenyak, tidak memiliki gangguan tidur,

merasa puas dengan tidurnya, tidak merasa mengantuk pada siang

hari, dan merasa puas ketika bangun pagi.

Kualitas tidur meliputi aspek kualitatif dan kuantitatif yaitu

lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tidur, frekuensi

terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman tidur dan

kepuasan tidur (Daniel et al, 1998;Buysse, 1988 dalam Amir,

2007). Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangant bervariasi dan

individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan

untuk tidur pada malam hari atau efisiensi tidur (Miller, 1995

dalam Amir, 2007).

Salah satu kriteria yang sangat penting untuk menentukan

terpenuhinya kebutuhan tidur individu dapat diperoleh dari data

subjektif, data subjektif tidur yang baik atau buruk dapat dievaluasi

berdasarkan persepsi individu tentang parameter tidur diantarannya

adalah berapa lama waktu yang dibutuhkannya untuk tertidur,

frekuensi terbangun pada malam hari, total waktu tidur dimalam

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

19

hari dan kepuasan tidur (Miller, 1995 dalam Amir, 2007). Menurut

Buysse (1988) baik buruknya tidur individu dapat diidentifikasi

melalui subjektif, diantaranya kualitas tidur, lama waktu untuk

tertidur, kebiasaan sebelum tidur dan gangguan tidur. Hanya

individuyang dapat melaporkan apakah mereka mendapatkan tidur

yang baik dan buruk, jika individu puas dengan kualitas dan

kuantitas tidurnya maka mereka mempunyai tidur yang baik

(Potter & Perry, 2005).

Kualitas tidur seseorang dapat ditentukan dengan

menggunakan metode Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Data

penelitian diperoleh dengan memberikan kuesioner yang berisi

data pribadi dan pertanyaan tentang komponen kualitas tidur

selama satu bulan terakhir. Terdapat tujuh komponen kualitas tidur

yaitu, kualitas tidur subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur,

gangguan tidur, pemakaian obat tidur, dan disfungsi siang hari.

Dengan ketujuh komponen kualitas tidur didapatkan nilai PSQI,

jika seseorang mendapat nilai PSQI < 5 maka ia memiliki kualitas

tidur yang baik dan jika seseorang mendapat nilai PSQI > 5 maka

ia memiliki kualitas tidur yang buruk (Sanningtyas, 2013).

b. Kuantitas Tidur

Kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur yang

dimiliki individu (Kozier, et al., 2004). Jumlah waktu tidur yang

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

20

dibutuhkan setiap individu berbeda-beda sesuai dengan tahap

perkembangannya dari bayi sampai lanjut usia.

5. Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat

perkembangan. Berikut ini tabel merangkum kebutuhan tidur manusia

berdasarkan usia (Hidayat, 2009).

Table 2.1. Kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia

6. Tahapan Tidur

Dalam prosesnya, tidur dibagi menjadi dua fase. Pertama, tidur

yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi

reticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep)

atau disebut juga tidur non rapid eye movement (NREM). Kedua, tidur

yang disebaban oleh penyaluran abnormal isyarat-isyarat dalam otak

meskipu kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur

0-1 bulan Masa neonatus 14-18 jam/hari

1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari

18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari

3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari

6 tahun-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari

12 tahun-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari

18 tahun-40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari

40 tahun-60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari

60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

21

dengan tidur paradoks atau disebut juga tidur rapid eye movement

(REM) (Hidayat, 2009).

Tidur diawali dengan fase NREM yang terbagi menjadi empat

tahapan dan memerlukan waktu kira-kira 90 menit selama siklus tidur;

lalu diikuti oleh tahapan akhir fase REM yang memerlukan waktu kira-

kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian selama 4-6 siklus

dalam semalam (Potter & Perry, 2005).

Menurut Hidayat (2009) tahapan tidur NREM terdiri dari empat

stadium:

a. Tahap I

Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur denga

ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa

mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,

frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera

selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.

b. Tahap II

Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus

menurun dengan ciri sebagai berikut:mata pada umumnya

menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur

tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan

berakhir 10-15 menit.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

22

c. Tahap III

Tahap III merupakan awal tahap dari keadaan tidur nyenyak

dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas serta prose tubuh

lainnya melambat, disebakan oleh adanya dominasi sistem saraf

parasimpatis dan sulit untuk bangun. Pada tahap ini berlangsung

15-30 menit.

d. Tahap IV

Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan

jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit

dinagunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan

tonus otot menurun.

Tidur REM dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi

selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi

selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah,

maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Selama

tidur baikNREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari

tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk

konsolidasi memori jangka panjang (Potter & Perry, 2005).

Pemenuhan kebutuhan tidur atau kualitas tidur terlihat dari

parameter kualitas tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan

untuk tidur, frekuensi terbangun dan beberapa aspek subyektif seperti

kedalaman tidur, perasaan segar di pagi hari, kepuasan tidur serta

perasaan lelah siang hari (Nugroho, 2008).

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

23

Menurut Hidayat (2009), kualitas tidur seseorang dikatakan baik

apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak

mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur

dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini

akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologi yang dialami.

a. Tanda Fisik

Ekspresi wajah memiliki ciri area gelap di sekitar mata,

bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat

cekung, kantuk yang berlebihan (sering menguap), tidak mampu

untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda-tanda

keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.

b. Tanda Psikologis

Tanda kekuarang tidur secara psikologis dapat terlihat

antara lain menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas

berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan

ilusi penglihatan dan pendengaran, kemampuan memberikan

pertimbangan atau keputusan menurun.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Kualitas tersebut dapat menujukkan adanya kemampuan individu

untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan

kebutuhannya. Menurut Hidayat (2009) faktor yang mempengaruhi

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

24

tidur meliputi penyakit, latihan dan kelelahan, stres psikologi, obat,

nutrisi, lingkungan dan motivasi.

a. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak

penyakit yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit

yang disebabkan oleh infeksi (infeksi limpa) akan memerlukann

lebih banyak waktu tidur untuk mengatasi keletihan. Banyak juga

keadaan sakit yang menjadikan pasien kurang tidur, bahkan tidak

bisa tidur.

b. Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih

banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah

dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah

melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut

akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang

lambatnya diperpendek.

c. Stres Psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan

jiwa. Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah

psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

d. Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur, beberapa jenis obat

yang dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

25

diuretik dab beta bloker menyebabkan seseorang insomia, anti

depresan dan golongan narkotik dapat menekan REM, kafein dapat

meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk

tidur.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi terpenuhinya kebutuhan nutrisi

yang dapat mempercepat proses tidur. Protein yang tinggi dapat

mempercepat proses tidur, karena adanya tryotophan yang

merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Sebaliknya,

kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,

bahkan terkadang sulit untuk tidur.

f. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

mempercepat terjadinya proses tidur.

g. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang

untuk tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu,

adanya keinginan untuk menahan tidak tidur dapat menimbulkan

gangguan proses tidur.

8. Gangguan Tidur

Ada beberapa gangguan yang terjadi pada saat tidur. Menurut

Tarwoto & Wartonah (2011) gangguan yang terjadi saat tidur adalah

sebagai berikut:

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

26

c. Insomnia. Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara

cukup kualitas dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu

Intial Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur tidak ada,

Intermittent Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tetap

mempertahankan tidur sebab sering terbangun, dan Terminal

Insomnia adalah bangun lebih awal tetapi tidak pernah tertidur

kembali. Penyebab insomnia adalah ketidakmampuan fisik,

kecemasan, dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah banyak.

d. Hipersomnia. Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9

jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan saraf tepi,

beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolisme.

e. Parasomnia. Parasomnia merupakan sekumpulan penyakit yang

mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil

berjalan).

f. Narcolepsi. Suatu keadaan/kondisi yang di tandai oleh keinginan

yang tidak terkendali untuk tidur. Gelombang otak penderita pada

saat tidur sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak

terdapat gas darah atau endoktrin.

g. Apnoe tidur dan mendengkur. Mendengkur tidak dianggap sebagai

gangguan tidur, namun bila disertai apnoe maka bisa menjadi

masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan

pengeluaran udara di hidung dan mulut,misalnya amandel,

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

27

adenoid, otot-otot di belakang mulut mengendor dan bergetar.

Periode apnoe berlangsung selama 10 detik sampai 3 menit.

h. Mengigau. Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi

sebelum tidur REM.

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan di

mana individu mengalami atau mempunyai risiko perubahan dalam

jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyaman

atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan (Carpenito, 2002).

Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transport

oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat,

immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang

menggangu dan lain-lain. (Hidayat, 2009).

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

28

B. Kebutuhan Dasar Manusia

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah

teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara

kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut teori

ini, beberapa kebutuhan tertentu lebih dasar daripada kebutuhan lainnya,

oleh karena itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan

lain. Menurut Maslow (1970; Potter & Perry, 2005) hirarki kebutuhan

dasar manusia dibagi menjadi lima tingkatan prioritas, antara lain:

kebutuhan fisiologis, kebituhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan

cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan

kebutuhan aktualisasi diri.

1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki

Maslow. Seorang individu yang memiliki beberapa kebutuhan yang

tidak terpenuhi secara umum lebih dulu mencari pemenuhan

kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu

dan penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam

kebutuhan: oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat

tinggal, istirahat, dan seks.

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman

Prioritas berikutnya setelah kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan

keselamatan fisik serta psikologis. Mempertahankan keselamatan fisik

melibatkan keadaan mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

29

tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut bisa berupa penyakit,

kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada lingkungan. Memenuhi

kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu

di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis.

3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki

Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai

keluarga, diterima oleh teman sebaya, dan oleh masyarakat. Kebutuhan

ini secara umum meningkat setelah kebutuhan fisiologis dan

keselamatan terpenuhi karena hanya pada saat individu merasa selamat

dan aman, mereka mempunyai waktu dan energi untuk mencari cinta,

rasa memiliki, dan untuk membagi cinta tersebut dengan orang lain.

Bahkan seseorang yang secara umum mampu memenuhi kebutuhan

cinta dan rasa memiliki, sering tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan mereka tersebut pada saat terjadi sakit atau terluka.

4. Kebutuhan penghargaan dan harga diri

Manusia memerlukan perasaan stabil terhadap harga diri, maupun

perasaan bahwa mereka dihargai oleh orang lain. Kebutuhan harga diri

berhubungan dengan keingininan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa

cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Manusia juga

membutuhkan apresiasi dari orang lain. Pada saat kedua kebutuhan ini

terpenuhi, seseorang merasa percaya diri dan berguna. Jika kebutuhan

kebutuhan harga diri dan pengharhaan diri orang lain tidak terpenuhi,

orang tersebut mungkin merasa tidak berdaya dan merasa rendah diri.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

30

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam

hirarki kebutuhan Maslow. Pada saat manusia sudah memenuhi

seluruh kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah, hal tersebut

melalui aktualisasi diri dikatakan bahwa mereka mencapai potensi

mereka yang paling maksimal. Manusia yang teraktualisasi dirinya

memiliki kepribadian multidimensi yang matang. Mereka sering

mampu untuk mengansumsi dan menyelesaikan tugas yang banyak,

dan mereka mencapai pemenuhan kepuasan dari pekerjaan yang

dikerjakan dengan baik. Mereka tidak bergantung secara penuh pada

opini orang lain mengenai penampilan, kualitas kerja, atau metode

penyelesaian masalah. Walaupun mereka mungkin mengalami

kegagalan dan keraguan, mereka secara umum menghadapinya secara

realistis.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

31

C. Lanjut Usia

1. Pengertian Lanjut Usia

Menua atau lanjut usia di definisikan sebagai proses yang

mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail’ (lemah,

rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem

fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit

dan kematian secara eksponensial. Menua juga didefinisikan sebagai

penurunan seiring waktu yang terjadi pada sebagian besar makhluk

hidup, yang berupa kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap

penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan

ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia. Terdapat

beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologis ketika

membicarakan proses menua:

a. Aging (bertambahnya umur) menunjukan efek waktu, suatu proses

perubahan,biasanya bertahap dan spontan.

b. Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk

membelah dan berkembang (dan seiring waktu akan menyebabkan

kematian)

c. Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis

yang terjadi selama penuaan pada setiap sistem organ (Setiati dkk,

2009)

Menurut Fathi et al (2008), penuaan tidak bisa dihindari, dimulai

secara bertahap sebagai tahap terakhir dari perkembangan yang

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

32

menyebabkan perubahan dalam senyawa tubuh dan penurunan

efisiensi organ dan mempengaruhi pada kemampuan fisik pada tingkat

yang berbeda. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang

terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses

sepanjang hidup, tidak hanya dimulai sejak permulaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah

melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga

tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis.

Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut

memutih, gigi mulai tanggal, pendengaran kurang jelas, penglihatan

semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak

proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu

proses berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif,

merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 menyebutkan

bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua (Nugroho, 2006).

2. Batasan-batasan Lansia

Di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun ke atas. Hal ini

dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008).

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

33

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda,

umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli

tentang batasan usia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan

yaitu:

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut Eliopolous (2010) batasan usia lansia yaitu:

1) Setengah tua yaitu seorang yang berusia antara 60-74 tahun.

2) Tua yaitu seseorang yang berusia antara 75-100 tahun.

3) Sangat tua yaitu seseorang yang berusia >100 tahun

3. Teori-teori Penuaan

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut

Maryam (2008) yaitu : teori biologi, teori psikologis, dan teori

spiritual.

a. Teori biologi

Teori bologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.

1) Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatie Theory)

Menurut teori genetik dan mutasi, menua terprogram secara

genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

34

akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-

molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel

kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsi sel).

2) Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi tidak

efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam

tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

3) Teori stress

Teori stress mengungkapakan menua terjadi akibat hilangnya

sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak

dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,

kelebihan usaha, dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah

terpakai.

4) Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

5) Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapakan bahwa reaksi kimia sel-sel

yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

35

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.

b. Teori psikologis

Pada lanjut usia, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring

dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat

dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan

fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas

motivasi dan intelegensi dapat menjadi karakteristik konsep diri

dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan

seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-

nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.

c. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu

tentang arti kehidupan. James Fowler mengungkapkan tujuh tahap

perkembangan kepercayaan. Fowler juga meyakini bahwa

kepercayaan spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi

kehidupan seseorang. Fowler menggunakan istilah kepercayaan

sebagai suatu bentuk pengetahuan dan cara berhubungan dengan

kehidupan akhir. Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena

timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif antara seseorang dengan

orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan

harapan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

36

pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan

keadilan (Maryam, 2008).

4. Perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perunahan fisi,

perubahan mental, dan perubahan psikokososial.

a. Perubahan fisik

Hutapea (2005) menyatakan perubahan fisik yang dialami oleh

lansia sebagai berikut:

1) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh

menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit.

2) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunya

jumlah yang dikeluarkan oleh tubuh.

3) Air mengalami penurunan secara signifikan karena

bertambahnya sel-sel yang mati yang diganti oleh lemak

maupun jaringan konektif.

4) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal,

kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban

dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga

sering konstipasi.

5) Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan

gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang

menurun. Sekresi menurun juga karena timbunan lemak.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

37

6) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun

dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan

berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental

menurun, dan ingatan visual berkurang.

7) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya

elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga

dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah

meningkat.

8) Menurunnnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.

b. Perubahan mental

Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang

semakin egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak

bila memiliki sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan

dalam masyarakat. Sikap umum yang ditemukan hampir setiap

lansia yaitu keinginan untuk berumur panjang. Jika meninggal pun,

merekan ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga.

Faktor yang mempengaruhi perubahan fisik, kesehatan umum,

tingkat pendidikan, keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008).

c. Perubahan psikososial

Nilai seseorang sering diukur melaui produktivitasnya dikaitkan

dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun,

seseorang akan mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial,

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

38

kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan

(Nugroho, 2008).

5. Tugas Perkembangan Lansia

Lansia harus menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang

terjadi seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi

pada tiap individu, namun seiring penuaan sistem tubuh, perubahan

penampilan dan fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak

dihubungkan dengan penyakit dan merupakan perubahan normal.

Adanya penyakit terkadang mengubah waktu timbulnya perubahan

atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari.

Adapun tugas perkembangan pada lansia dalam adalah :

beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik,

beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan,

beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai

individu yang menua, mempertahankan kehidupan yang memuaskan,

menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa,

menemukan cara mempertahankan kualitas hidup (Potter & Perry,

2005).

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

39

D. Terapi Air

1. Pengertian

Terapi air adalah penggunaan air untuk penyembuhan dengan cara

meringankan berbagai keluhan (Hadibroto & Alam, 2006). Terapi air

adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan menggunakan air

untuk mendapatkan efek-efek terapis. Air secara khusus memiliki

kualitas-kualitas unik yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk

mencapai rentang respon-respon tubuh yang bisa menyembuhkan

simptom-simptom dan meningkatkan mekanisme tubuh dalam

menghadapi ancaman eksternal (Chaiton, 2002).

Air dapat digunakan baik dalam kondisi panas, hangat, netral

(temperatur tubuh), dingin atau dalam kondisi beku (es) dan kondisi

uap. Air dapat digunakan pada temperatur ganjil (secara langsung atau

via perlengkapan seperti handuk katun), kemudian diganti baik dengan

air yang lebih dingin atau lebih panas untuk merangsang respon-respon

tubuh; air juga dapat digunakan untuk “menantang” tubuh agar hanya

menghadapi aplikasi air dingin baik secara lokal maupun yang

melibatkan bagian tubuh secara keseluruhan. Beberapa metode

perawatan mengikutsertakan tubuh secara keseluruhan juga

konstitusional, respon, sementara metode-metode lainnya memiliki

sasaran lokal (seperti nyeri persendian).

Banyak penelitian modern yang telah membuktikan peranan terapi

air dalam perawatan tubuh diantaranya air dapat digunakan untuk

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

40

mencegah flu, demam, memperbaiki fertilitas, menyembuhkan

kelelahan kronis, meningkatkan fungsi-fungsi imunitas, membantu

kelancaran detak jantung dan sirkulasi darah atau memperkuat daya

sembuh terhadap luka-luka yang sangat menyakitkan. Dalam beberapa

tahun terakhir terapi air telah terbukti sebagai salah satu metode

perawatan penyakit atau gangguan fisik yang sangat efektif tanpa efek

samping dan efisien.

Terapi air sesungguhnya merupakan pendekatan “lowtech” yang

mengandalkan diri pada respon-respon tubuh yang sangat khusus

terhadap aplikasi terapi air secara tepat, berdasarkan pola-pola yang

bisa diprekdisi yang telah dikembangkan selama ratusan tahun dari

pematangan tentang bagaimana pengaruh air terhadap tubuh dan juga

bagaimana respon-respon tubuh terhadap air.

Terapi air modern adalah pengobatan klasik yang dihidupkan

kembali di era kontemporer ini dan dalam kebanyakan kasus, air

sangat cocok sebagai aplikasi domestik untuk pertolongan pertama,

untuk menghilangkan simpton-simpton umum dan yang paling penting

air juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kebugaran dan

kesehatan tubuh kita (Chaiton, 2002).

2. Asal Usul Terapi Air

Terapi air dipergunakan pertama kali pada zaman Mesir kuno.

Selain itu, peradaban Yunani dan Romawi juga melakukan hal yang

sama. Penduduk Mesir menggunakan minyak esensial dan bunga

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

41

untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara bangsa Romawi

dan Yunani mempunyai kebiasaan berendam lama untuk rekreasi

sekaligus terapi (roman baths). Pada abad 19 mulai dikenal kegunaan

daya apung air (buoyancy) yang bermanfaat untuk terapi latihan dalam

air. Bangsa Yunani bahkan membuat undang-undang yang

mewajibkan mandi air dingin bagi masyarakatnya dengan berbagai

cara dikaitkan dengan mitologi mereka.

Air sebagai bagian terapi sudah dipergunakan oleh Hipocrates

dengan diwalinya penggunaan air sebagai modalitas sekitar tahun 500

SM. Hipocrates tercatat sebagai pemikir besar yang sudah menyadari

sifat-sifat fisiologis air, baik air panas maupun dingin, dapat digunakan

dalam perawatan sakit demam, tukak lambung, perdarahan dan dalam

penyakit-penyakit operasi serta medis. Hipocrates memahami

fenomena reaksi karena ia mengamati bahwa setelah seseorang mandi

air dingin, tubuhnya dengan cepat mengembalikan pansanya dan tetap

hangat.

Pada tahun 1826, Prissnitz mengembangkan pusat terapi air

pertama di Grafenberg. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai pendiri

terapi air (hydro-therapy). Terapi air merupakan metode paling klasik

dalam perawatan penyakit dan sudah dipergunakan sejak dulu oleh ras-

ras primitif.

Kemampuan air untuk penyembuhan sudah diakui sejak dahulu,

terutama di kerajaan Yunani, kekaisaran Romawi, kebudayaan Turki

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

42

serta masyarakat Eropa dan China Kuno. Masyarakat umum

menyadari bahwa air memiliki banyak manfaat terhadap tubuh. Mandi

air panas bermanfaat membuat tubuh lebih rileks, menyingkirkan

pegal-pegal dan rasa kaku pada otot serta membuat tidur menjadi lebih

nyenyak. Uap air panas dapat membuka pori-pori, merangsang

keluarnya keringat, membuat pembuluh darah melebar dan

mengendurkan otot-otot. Mandi air dingin di bak atau di pancuran

member efek berupa rasa segar dan gairah semangat. Suhu dingin

mengerutkan pembuluh darah di kulit sehingga aliran darah dialihkan

ke jaringan-jaringan internal dan organ-organ tubuh untuk

mempertahankan suhu dasar tubuh. Air dingin atau air es digunakan

untuk mengurangi pembengkakan dan memar serta menutup pori-pori.

Terapi air, dalam ilmu kedokteran, digunakan sebagai salah satu

fisioterapi pada pasien yang mengalami kecelakaan serius dengan

akibat cedera otot, atau pasien dengan keluhan pada persendiannya,

dan mereka yang mengalami hambatan fisik seperti pasien stroke.

Banyak rumah sakit di negara-negara maju kini memberi pilihan

berupa proses melahirkan di dalam air. Terapi air dapat digunakan

dalam berbagai cara sesuai dengan manfaatnya masing-masing, yaitu

berendam air panas, berendam air dingin, berendam air biasa, mandi

uap, mandi cara Sitz (Sitz bath), pancuran air panas dan dingin,

pembungkusan, kantong air, dan floatasi (mengambang dalam larutan

air garam).

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

43

3. Mekanisme Kerja Terapi Air

Air memiliki kualitas-kualitas utama berikut ini, yang semuanya

bisa kita gunakan dalam terapi air.

a. Air adalah zat alami yang sangat berlimpah, air adalah kombinasi

elemen-elemen dalam hal ini hidrogen 90% dan oksigen lebih dari

10%.

b. Air sangat fleksibel dan bisa dikonsumsi untuk mrnjangkau hampir

seluruh permukaan tubuh dan dalam tubuh. Apabila air diserap

kedalam handuk atau materi lainnya, air bisa digunakan untuk

menjangkau seluruh kontur dan permukaan-permukaan luar tubuh

sehingga mampu berinteraksi dengan kulit dalam berbagai cara

yang mengagumkan. Kualitas ini memungkinkan air sangat

berguna dalam perawatan pribadi (self-treatment).

c. Air menyerap dan mampu mengekuarkan panas dalam jumlah

besar, tanpa mengubah temperaturnya sendiri terlalu banyak.

4. Cara Kerja Air Hangat pada Kaki

Air hangat atau panas jika ditempelkan pada jaringan-jaringan

kulit, maka otot-otot akan relaks dan pembuluh darah akan terbuka

lebih lebar. Ini menyebabkan semakin banyak darah yang bisa

mencapai jaringan-jaringan itu. Air hangat mampu untuk menciptakan

relaksasi yang memiliki efek menenangkan pada sistem saraf dan

bermanfaat dalam mengatasi kecemasan, perasaan gelisah dan juga

mengatasi masalah tidur.Panas didefinisikan sebagai satuan temperatur

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

44

air dalam rentang 98-104 oF atau 36,7 - 40

oC. Pemakaian air yang

lebih panas dari skala ini tidak boleh dilakukan karena sangat

berbahaya bagi kesehatan kulit (Chaiton, 2002).

Chaiton (2002) mengemukakan merendam kaki dengan air hangat

mampu untuk menciptakan relaksasi yang memiliki efek menenangkan

pada sistem saraf dan bermanfaat dalam mengatasi kecemasan ,

perasaan gelisah dan juga mengatasi masalah tidur. Air hangat dengan

suhu 37°C-39°C juga mampu melegakan ketegangan otot,

menenangkan pikiran, relaksasi, menimbulkan semangat kerja,

kebugaran mental dan emosional serta menghilangkan stress.

Efek refleks terapi air yang diberikan pada daerah kulit kaki secara

refleksif berhubungan dengan sirkulasi darah di kepala, dada dan

daerah pelvis (khusus kandung kemih dan organ-organ reproduksi

termasuk prostat pada laki-laki). Merendam kaki dengan air hangat

merupakan salah satu terapi yang dapat dilakukan sendiri dan tidak

memerlukan pertolongan ekstra (Guzman-Ladion, 2005).

Menurut Amirta (2007) rendam air hangat pada kaki merupakan

suatu prinsip kerja air hangat terhadap stimulasi tidur,merendam kaki

dalam air hangat yang bertemperatur 37-39º C akan menimbulkan efek

sopartifik (efek ingin tidur) dan dapat mengatasi gangguan tidur.

Secara fisiologi didaerah kaki terdapat banyak syaraf terutama di kulit

yaitu flexus venosus dari rangkaian syaraf ini stimulasi diteruskan ke

kornu posterior kemudian dilanjutkan ke medula spinalis, dari sini

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

45

diteruskan ke lamina I, II, III Radiks Dorsalis, selanjutnya ke ventro

basal talamus dan masuk ke batang otak tepatnya di daerah rafe bagian

bawah pons dan medula disinilah terjadi efek soparifik (ingin tidur).

(Guyton, 2000).

Rendam air hangat pada kaki merupakan teknik stimulasi tidur

yang dilakukan dengan cara merendam kaki dalam air hangat bersuhu

37-39oC (Hegner, 2003). Untuk mendapatkan hasil yang efektif,

rendam air hangat pada kaki sebaiknya dilakukan sebelum tidur

malam. Lakukan secara rutin selama 3 - 6 hari, maka akan

memberikan relaksasi pada tubuh sehingga dapat mengatasi gangguan

tidur (Amirta, 2007). Efek terapeutik dengan menggunakan suhu

hangat : meningkatkan sensibilitas jaringan kolagen, meningkatkan

relaksasi fisik dan psikologis, untuk mengurangi spasme otot,

mengurangi pembengkakan dan eksudat, meningkatkan peredaran

darah, terjadinya vasodilatasi pada kulit disebabkan adanya bradikinin

dari kelenjar hormon dan terjadi dilatasi pada otot dan pembuluh darah

ketika terkena perangsangan hangat (Synder, 1992).

Lasmadiwati (2005) menyimpulkan bahwa merendam kaki dengan

air hangat 40 derajat akan memperlancar peredaran darah, merangsang

keringat, menyembuhkan batuk pilek dan susah tidur.

Menurut Khotimah (2012) kuantitas tidur lansia yang dilakukan

rendam air hangat pada kaki mengalami peningkatan. Terapi rendam

air hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

46

vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur. diatur siklusnya.

Pada siang hari, hipotalamus akan mensekresi kortisol di korteks

adrenal. Hormon ini mengatur sebagian besar proses metabolisme

tubuh. Selanjutnya, ketika matahari mulai terbenam, kadarnya di

dalam tubuh akan menurun, dan ketika cahaya matahari benar-benar

menghilang dari bumi, sekitar pukul 9 malam, tubuh akan mensekresi

hormon melantonin di kelenjar pineal yang bersifat imunomedulator

yang lebih bersifat antioksidan. Hormon ini menyebabkan tubuh

terasa, dan dalam beberapa sumber dinyatakan, hormon ini dapat

dijadkan terapi insomnia (penyakit susah tidur). Pada terapi rendam air

hangat pada kaki dapat menyebabkan efek sopartifik (efek ingin tidur),

hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi

hormon melatonin sebagai dampak dari rendam air hangat pada kaki

sehingga seseorang yang merendam kakinya dengan air hangat dapat

meningkat kuantitas tidurnya.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

47

E. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Teori Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham

Maslow (Hidayat, 2009); Potter & Perry (2005)

Kebutuhan

Dasar

Manusia

Faktor yang

mempengaruhi:

1. Penyakit

2. Latihan dan

kelelahan

3. Stres Psikologis

4. Obat

5. Nutrisi

6. Lingkungan

7. Motivasi

Terapi Rendam

Kaki Air Hangat

Istirahat/Tidur

(Kualitas Tidur)

Kebutuhan

Aktualisasi

Diri

Kebutuhan

Harga Diri

Kebutuhan

Mencintai

dan

Memiliki

Kebutuhan

Rasa

Aman

Kebutuhan

Fisiologis

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

48

F. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Keterangan : Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Konsep

Terapi Rendam Kaki

Air Hangat

Kualitas Tidur

Lansia

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kebutuhan

tidur:

1. Penyakit

2. Latihan dan kelelahan

3. Stres Psikologi

4. Obat

5. Nutrisi

6. Lingkungan

7. Motivasi

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015

49

G. Hipotesis

Menurut Arikunto (2006) Hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Berdasarkan teori-teori yang telah

dikemukakan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat

pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur

lansia di Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen”.

Pengaruh Terapi Rendam..., Priyo Eko Saputro, S1 Keperawatan UMP, 2015