bab ii tinjauan pustaka 2.1 telaah hasil penelitian … ii.pdf · variabel gaya kepemimpinan...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap hasil
karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Hasil – hasil penelitian tersebut akan
diuraikan secara singkat, yang selanjutnya penjelasan-penjelasan tersebut akan
dijadikan rujukan guna melengkapi penelitian ini.
Tinjauan sebelumnya yang terkait dengan laporan ini yaitu penelitian dari
Kurniansah, Rizal. (2013) dengan judul “ Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Di Hotel All Seasons Denpasar, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di Hotel All Seasons
Denpasar Bali. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi,wawancara,kuesioner, dan studi pustaka. Sampel yang digunakan dalam
penelitian berjumlah 73 orang dengan menggunakan teknik populasi. Teknik analisis
data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif yang terdiri dari
uji validitas dan reabilitas, regresi linier sederhana, korelasi, determinasi dan uji-t
dengan level of significant 5%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi pola pengaruh
secara signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja karyawan di Hotel All Seasons
Denpasar Bali. Hasil korelasi menunjukan nilai koefisien korelasi sebesar 0,632 yang
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang tinggi antara variabel motivasi dan
kinerja karyawan.
12
Penelitian kedua dilakukan oleh Febriyanti. (2014). Dengan judul “Pengaruh
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Di Inna Grand Bali Beach Hotel Resort
And Spa Sanur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi secara
simultan dan parsial terhadap kinerja karyawan di Inna Grand Bali Beach Hotel
Resort and Spa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, kuesioner, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik kuota sampling dengan responden 231 orang karyawan. Teknik
analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan analisis kuantitatif yang
terdiri dari uji validitas dan reabilitas, regresi linier berganda, korelasi, determinasi,
uji F dan uji-t dengan level of significant 5%
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terjadi pola pengaruh positif dan
signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja karyawan secara simultan dan secara
parsial. Nilai D (Determinasi) diketahui sebesar 0.910%, artinya sebesar 91% kinerja
dipengaruhi oleh variabel motivasi yaitu faktor hygine dan motivator, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Putra dan Subudi, (2010) dengan judul
“Pengaruh Disiplin Kerja, Gaya Kepemimpinan, Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada Hotel Matahari Terbit Bali Tanjung Benoa-Nusa Dua”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja, gaya
kepemimpinan, dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan baik secara simultan
maupun parsial, dan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh paling dominan
terhadap kinerja karyawan pada Hotel Matahari Terbit Bali. Sampel yang digunakan
yaitu seluruh karyawan yang berjumlah 90 orang dengan menggunakan Teknik
13
sensus. Teknik analisis data yang digunakan adalah análisis faktor dan analisis regresi
linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel disiplin kerja, gaya
kepemimpinan, dan motivasi kerja berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial
terhadap kinerja karyawan. Variabel gaya kepemimpinan menjadi variabel yang
berpengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan karena berdasarkan
perhitungan analisis Standardized Coefficients Beta memiliki nilai terbesar.
Persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini.
Persamaannya yaitu sama sama meneliti tentang manajemen sumber daya manusia,
menggunakan teknik analisis yang sama yaitu teknik analisis kuantitatif dengan
bantuan program SPSS.
Perbedaannya yaitu terletak pada lokasi penelitian, dan waktu melakukan
penelitian. Selain itu jumlah sampel yang digunakan juga jumlahnya berbeda.
Selanjutnya variabel yang digunakan ada yang memakai dua variabel sedangkan
penelitian ini menggunakan tiga variabel.
2.2 Deskripsi Konsep
2.2.1 Tinjauan tentang disiplin
1. Pengertian Disiplin
Kedisiplinan merupakan faktor yang utama yang diperlukan sebagai alat
peringatan terhadap pegawai yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya, sehingga
seorang pegawai dikatakan memiliki disiplin yang baik jika pegawai tersebut
memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya Berikut
adalah pengertian-pengertian disiplin kerja menurut para ahli diantaranya yaitu :
14
Singodimedjo (dalam sutrisno 2002 : 86) mengatakan “disiplin adalah sikap
kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma – norma
peraturan yang berlaku disekitarnya”.
Menurut Terry (dalam Tohardi, 2002 : 87), disiplin merupakan alat penggerak
karyawan. Agar tiap pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, maka harus diusahakan
harus ada disiplin yang baik.
Hasibuan (2006 : 193) bahwa : Disiplin kerja adalah kesadaran dan kerelaan
seseorang dalam menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan
bahwa disiplin kerja adalah sikap kesadaran,kerelaan dan kesedian seseorang dalam
mematuhi dan mentaati peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku di
lingkungan sekitar.
2. Faktor Disiplin Kerja
Menurut Singodimedjo (dalam sutrisno 2011 : 89) faktor yang mempengaruhi
disiplin pegawai adalah :
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi
Besar kecilnya kompensasi dapat mempengaruhi tegaknya disiplin.
Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa
15
mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah
dikontribusikannya bagi perusahaan
2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana
pimpinan dapat menegakkan disiplin dirinya dan bagaimana ia dapat
mengendalikan dirinya sendiri, ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat
merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila
tidak ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
Bila ada seseorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada
keberanian pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan
pelanggaran yang dibuatnya.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
pengawasan, yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat
melaksanakan pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan
Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara
yang satu dengan yang lain.
16
3. Bentuk Disiplin Kerja
Tindakan pendisiplinan kepada pegawai haruslah sama pemberlakuannya.
Disini tindakan disiplin berlaku bagi semua, tidak memilih, memilah dan memihak
kepada siapapun yang melanggar akan dikenakan sanksi pendisiplinan yang sama
termasuk bagi manajer atau pimpinan, karena pimpinan harus memberi contoh
terhadap para bawahannya.
Menurut Mangkunegara (2009 : 129) mengemukakan bahwa bentuk disiplin
kerja yaitu :
1. Disiplin preventif
Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai untuk mengikuti dan
mematuhi pedoman kerja, aturan aturan yang telah digariskan oleh perusahaan.
2. Disiplin korektif
Merupakan suatu upaya untuk menggerakan pegawai dalam suatu peraturan
dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang
berlaku pada perusahaan.
Mengacu pada bentuk disiplin kerja yang dikemukakan oleh mangkunegara, di
Hotel Patra Jasa mengacu pada disiplin preventif dimana pimpinan perusahaan
berupaya agar para karyawan mengetahui dan memahami standar atau semua
pedoman yang ada diperusahaan.
17
4. Indikator Disiplin Kerja
Menurut Singodimejo dalam Sutrisno (2011 : 94) indikator disiplin kerja
adalah sebagai berikut :
1. Taat terhadap aturan waktu
Hal ini dapat dilihat dari jam masuk kerja, jam pulang, dan jam istirahat
yang tepat waktu sesuai dengan aturan yang berlaku di perusahaan.
2. Taat terhadap peraturan perusahaan
Peraturan dasar tentang cara berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.
3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan
Ditunjukan dengan cara-cara melakukan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan
jabatan, tugas dan tanggung jawab serta cara berhubungan dengan unit kerja
lain.
4. Taat terhadap peraturan lainnya diperusahaan
Aturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para
pegawai dalam perusahaan.
Sedangkan menurut Hasibuan (2009 : 194), mengemukakkan indikator
indikator kedisiplinan meliputi :
1. Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi keampuan karyawan agar dia bekerja sungguh sungguh dan
disiplin dalam mengerjakannya.
18
2. Teladan pimpinan
Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahannya akan ikut baik,
begitupun sebaliknya oleh karena itu pimpinan harus menyadari bahwa
perilakunya akan dicontoh dan diteladani bawahannya.
3. Balas jasa
Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan.
Artinya semakin besar balas jasa semakin baik kedisiplinan karyawan karena
karyawan sulit berdisiplin baik selama kebutuhan primernya tidak terpenuhi
dengan baik.
4. Keadilan
Dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.
Jadi keadilan harus diterpkan dengan baik pada setiap perusahaan supaya
kedisiplinan karyawan baik.
5. Waskat (pengawasan melekat)
Waskat menuntut adanya kebersamaan aktif antara atasan dengan bawahan
dalam pencapaian tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
6. Sanksi Hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan.
Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
melanggar paraturan perusahaan.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang
indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan
19
8. Hubungan kemanusiaan
Kedisiplinan karyawan akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam
organisasi tersebut baik.
Berdasarkan dari beberapa ahli yang mengemukakan indikator disiplin, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan indikator menurut singodimenjo karena lebih
fokus kepada kondisi karyawan bukan ke perusahaan, indikator tersebut terdiri
dari :
1. Taat terhadap aturan waktu
Taat terhadap aturan waktu disini meliputi jam masuk kerja, jam kerja dan
jam pulang kerja dan bisa menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.
2. Taat terhadap peraturan perusahaan
Meliputi bagaimana cara berpakaian karyawan di Hotel Patra Jasa, dan
bagaimana tingkah laku karyawan tersebut.
3. Taat terhadap aturan perilaku dalam pekerjaan
Taat terhadap aturan perilaku dalam bekerja menitikberatkan pada kinerja
karyawan patra jasa, yang meliputi sikap prefesionalisme karyawan,
melakukan pekerjaan sesuai dengan jobdesk.
4. Taat terhadap peraturan lain perusahaan
Karyawan Hotel Patra Jasa harus mengetahui tentang apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh dilakukan oleh para pegawai selama dalam organisasi
dan sebagainya.
20
2.2.2 Tinjauan tentang motivasi
1. Pengertian motivasi
Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga
dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja
karyawan sehingga berpengaruh kepada pencapaian tujuan perusahaan. Sumber
motivasi ada tiga faktor yaitu : (1) kemungkinan untuk berkembang, (2) jenis
pekerjaan dan (3) apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari
perusahaan tempat mereka bekerja. Adapun pengertian tentang motivasi menurut
beberpa ahli adalah sebagai berikut :
Menurut Hasibuan (2009 :141) , ”motivasi yaitu suatu rangsangan dan daya
penggerak kemauan bekerja seseorang karena setiap motivasi mempunyai tujuan
tertentu yang ingin dicapai”.
Robert A. Baron (dalam Wibowo, 2011 : 379) menyebutkan bahwa “motivasi
adalah serangkaian proses yang membangkitkan , mengarahkan, dan menjaga
perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan”
Adapun Robbin (dalam Kadarisman. 2013: 274) mengatakan “motivasi sebagai
suatu kerelaan berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang
dipengaruhi oleh kemampuan usaha memuaskan beberapa kebutuhan individu”.
Menurut Lawler (dalam Wijono, 2010 : 20) menyatakan “motivasi sebagai
perilaku yang dikontrol oleh pengontrolan pusat manusia yang mengarahkan individu
untuk mencapai suatu tujuan”.
21
Berdasarkan pendapat dari para ahli yang menyebutkan tentang definisi motivasi
dapat disimpukan bahwa motivasi adalah dorongan atau rangsangan yang timbul pada
diri sendiri seseorang untuk bekerja dengan giat dan sungguh sunguh dalam
menjalankan tugas pekerjaanya. Jadi motivasi merupakan hal yang sangat penting
bagi suatu perusahaan karena berkaitan dengan kemauan karyawan untuk bekerja.
2. Unsur Penggerak motivasi
Menurut Sagir (dalam siswanto, 2005 : 122) mengemukakkan unsur-unsur
penggerak motivasi, antara lain :
1. Kinerja (achievement)
Seseorang yang memiliki keinginan berkinerja sebagai suatu “kebutuhan”
atau needs dapat mendorongnya mencapai sasaran. McCleland menjelaskan
bahwa tingkat needs of Achievement( n – Ach) yang telah menjadi naluri kedua.
Merupakan kunci keberhasilan seseorang untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan.
2. Penghargaan (Recognition)
Penghargaan, pengakuan atas suatu kinerja yang telah dicapai seseorang
akan merupakan perangsang yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja, akan
memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam
membentuk materi atau hadiah. Penghargaan atau pengakuan dalam bentuk
piagam penghargaan atau medali, dapat menjadikan perangsang yang lebih kuat
dibandingkan dengan hadiah berupa barang atau bonus/uang.
22
3. Tantangan (challenge)
Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan perangsang kuat bagi manusia
untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah
dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi perangsang, bahkan cenderung
menjadi kegiatan rutin.
4. Tanggung jawab (responsibility)
Adanya rasa memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa
bertanggungjawab.
5. Pengembangan (Development)
Pengembangan kemampuan seseorang , baik dari pengalaman kerja atau
kesempatan untuk maju, dapat merupakan perangsang kuat bagi tenaga kerja
untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah.
6. Keterlibatan (involvement)
Rasa ikut terlibat atau involved dalam suatu proses penagambilan keputusan
atau bentuknya, dapat pula “kotak saran “ dari tenaga kerja, yang dijadikan
masukan untuk manajemen perusahaan, merupakan perangsang yang cukup
kuat untuk tenaga kerja.Adanya rasa keterlibatan bukan hanya menciptakan rasa
memiliki tetapi juga minumbulkan sadar diri untuk bekerja lebih baik yang bisa
menghasilkan produk lebih bermutu.
7. Kesempatan (opportunity)
Kesempatan untuk maju dalam jenjang karir yang terbuka, dari tingkat
bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan perangsang yang cukup
kuat bagi tenaga kerja. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk meraih
23
kemajuan atau perbaikan nasib, tidak akan jadi perangsang untuk berkinerja
yang lebih produktif.
3. Teori – Teori Motivasi
1. Theory X and theory Y
Douglas McGregor, mengajukan dua pandangan yang berbeda tentang
manusia, negative dengan tanda label X dan positif dengan tanda label Y.
setelah melakukan penyelidikan tentang perjanjian seorang manajer dan
karyawan, McGregor merumuskan asumsi-asumsi dan prilaku manusia dalam
organisasi, antara lain :
Teori X (negative) merumuskan asumsi seperti ;
1. Karyawan sebernarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia
akan menghindari atau bermalas malasan dalam bekerja.
2. Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaanya, mereka
harus diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi
hukum jika tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
3. Karyawan akan menghindari tanggungjawabnya dan mencari tujuan
formal sebisa mungkin.
4. Kebanyakan karyawan menempatkan kemauan diatas faktor lain dan
berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggembarkanya dengan
sedikit asumsi.
24
Teori Y (positif) memiliki asumsi-asumsi :
1. Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, dan
alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian berdiskusi atau
sekedar teman biasa.
2. Manusia akan melatih tujuan pribadi dan mengontrol diri sendiri jika
mereka melakukan komitmenya yang sangat objektif.
3. Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah
tersebar secara luas di berbagai kalangan tidak hanya melalui dari kalangan
top management.
2. Teori Hierarki kebutuhan Abraham Maslow
Menurut maslow bahwa setiap diri manusia itu terdiri dari lima jenis
kebutuhan yaitu : kebutuhan secara fisiologis, rasa aman, social, penghargaan,
dan aktualisasi diri seperti pada Gambar 2.1 berikut ini :
Gambar 2.1
Hierarki kebutuhan Maslow
Sumber : hierarki Abraham maslow (dalam Sastrohadiwiryo. 2002).
25
Abraham Maslow mengemukakkan hierarki kebutuhan sebagai berikut :
1. Kebutuhan Fisiologis
Pada tindakan terendah hierarki yang ada dan pada titik awal teori
motivasi, terdapat kebutuhan-kebutuhan fisiologikal. Kebutuhan-kebutuhan
inilah yang perlu dipenuhi untuk mempertahankan hidup. Oksigen, pangan,
minuman, eliminasi, istirahat, aktivitas, dan pengaturan suhu, dimaksud pada
tingkatan ini.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan tingkat kedua yang
harus dipenuhi setelah kebutuhan tingkat pertama dipenuhi dan dipuaskan
seperti : kestabilan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut dan
ancaman.
3. Kebutuhan sosial
Merupakan tingkatan berikutnya yang menjadi faktor penting bagi
perilakunya. Seseorang ingin tergolong pada kelompok-kelompok tertentu,
ia ingin berasosiasi dengan pihak lain, ia ingin diterima oleh rekan-rekanya
dan ia ingin berbagi dan menerima sikap berkawan dan afeksi.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan diri mencakup kebutuhan untuk mencapai
kepercayaan diri,dan kebebasan serta independensi. Selain itu kebutuhan
akan penghargaan mencakup kebutuhan yang berkaitan dengan reputasi
seorang individu atau penghargaan dari pihak lain, kebutuhan akan status,
26
pengakuan, apresiasi terhadap dirinya dan respek yang diberikan oleh pihak
lain.
5. Kebutuhan untuk merealisasi diri
Pada puncak hierarki, terdapat kebutuhan untuk realisasi diri atau
aktualisasi diri. Kebutuhan tersebut berupa kebutuhan individu untuk
merealisasi potensi yang ada pada dirinya untuk mencapai pengmbangan
diri secara berkelanjutan dan untuk menjadi kreatif dalam arti kata seluas
luasnya.
3. Teori motivasi David McClelland
David McClelland, dalam teorinya menekankan dalam kebutuhan seseorang
itu terbentuk melalui proses belajar dan diproses dalam interaksinya dengan
lingkungan. Walaupun diantara kedua macam kebutuhan tersebut terdapat
hubungan yang tepat, namun McClelland percaya bahwa lingkungan berperan
sekali terhadap kekuatan setiap macam kebutuhan (Kadarisman. 2013 : 282).
Pendekatan McClelland terhadap motivasi ini menekankan pentingnya
tiga macam kebutuhan, yaitu :
1. Need for echievment (kebutuhan akan prestasi) adalah keinginan untuk
melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efesien, memecahkan
masalah, atau menguasai tugas yang sulit.
2. Need for power (kebutuhan akan kekuasaan) yaitu keinginan untuk
mengawasi atau mengendalikan orang lain, mempengaruhi prilaku
mereka, atau bertanggungjawab atas orang lain.
27
3. Need for affiliation (kebutuhan akan afiliasi) yaitu daya penggerak yang
akan memotivasi semangat kerja seseorang. Karena itu need for
affiliation ini yang akan merangsang gairah kerja seseorang karyawan,
sebab setiap orang menginginkan :
1. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia
hidup dan bekerja.
2. Kebutuhan akan perasaan dihormati
3. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal.
4. Kebutuhan akan perasaan ikut serta
4. Teori Motivasi Frederick Herzberg
Frederick Herzberg (dalam Hasibuan, 2003 : 157) mengembangkan suatu
teori yang disebut teori dua faktor, yaitu hubungan individu dengan
pekerjaannya merupakan hubungan dasar bahwa sikap seseorang terhadap kerja
sangat menentukan kesuksesan atau kegagalan individu tersebut. Herzberg
menyatakan terdapat faktor yang diinginkan seseorang terhadap pekerjaan
mereka. Teori dua faktor ini mliputi :
1. Maintenance Faktor , yaitu faktor yang dapat menyebabkan atau mencegah
ketidakpuasan. Pada hakikatnya faktor – faktor yang sifatnya ektrinsik yang
bersumber dari luar diri turut menentukan prilaku seseorang karyawan dalam
kehidupannya seperti : kebijakan perusahaan, kualitas supervisior, kondisi
pekerjaan, hubungan antar pribadi, gaji atau upah, kesehatan dan
keselamatan kerja.
28
2. Motivation Faktor yaitu, faktor yang betul-betul membawa pada
pengembangan sikap positif dan merupakan pendorong pribadi atau yang
bersifat intrinsik seperti : tanggung jawab, pengakuan, prestasi, pekerjaan itu
sendiri, pengambangan.
5. Teori Motivasi Robert Kreitner dan Angelo Kinicki
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (dalam wibowo, 2011 : 391)
membahas bahwa motivasi dapat diperoleh melalui :
1. Needs ( Kebutuhan)
Kebutuhan menunjukkan adanya kekurangan fisiologis atau psikologis
yang menimbulkan perilaku. Orang dengan kebutuhan berprestasi tinggi lebih
tertarik pada perusahaan yang mempunyai lingkungan dimana pembayaran
diberikan berdasarkan kinerja.
2. Job Design ( Desain Pekerjaan )
Job design adalah mengubah konten dan/atau proses pekerjaan spesifik
untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja. Metode yang digunakan untuk
desain kerja adalah scientific management (manajemen saintifik), job
enlargement (perluasan kerja), job rotation (rotasi kerja), dan job enrichment
(pengkayaan kerja)
3. Satisfaction (kepuasan)
Kepuasan kerja adalah respon bersifat mempengaruhi terhadap berbagai
segi pekerjaan seseorang.
29
4. Equity (keadilan)
Equity theory adalah model motivasi yang menjelaskan bagaimana orang
mengejar kejujuran dan keadilan dalam pertukaran sosial, hubungan memberi
dan menerima.
5. Expectation (Harapan)
Expectancy theory, persepsi memegang peran sentral karena menekankan
kemampuan kognitif untuk mengantisipasi kemungkinan konsekuensi perilaku.
Biasanya, expectancy theory dapat dipergunakan untuk memprediksi perilaku
dalam situasi dimana pilihan antara dua alternatif atau lebih harus dilakukan.
6. Goal Setting (Penetapan Tujuan)
Tujuan adalah apa yang diusahakan untuk dicapai individu, merupakan
objek atau tujuan dari suatu tindakan.
Berdasarkan beberapa teori motivasi yang dikemukakkan oleh para ahli
tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori motivasi yang
dikemukakkan oleh Frederick Herzberg yang dikenal dengan teori dua faktor yang
meliputi maintenance faktor dan motivation faktor.
Maintenance factor yaitu faktor yang sifatnya ektrinsik yang bersumber dari
luar diri turut menentukan prilaku seseorang karyawan dalam kehidupannya seperti :
kebijakan perusahaan, kualitas supervisior, kondisi pekerjaan, hubungan antar
pribadi, gaji atau upah, kesehatan dan keselamatan kerja.
30
Sedangkan motivation factor yaitu faktor pengembangan sikap positif dan
merupakan pendorong pribadi atau yang bersifat intrinsik seperti : tanggung jawab,
pengakuan, prestasi, pekerjaan itu sendiri, pengambangan.
2.2.3 Tinjauan tentang Kinerja
1. Pengertian
Armstrong dan Baron ( dalam Wibowo, 2011 : 2 ) mengemukakan definisi
kinerja yaitu hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis
organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.
Mangkunegara (2009 : 67) memandang kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Costello (dalam Hasibuan, 2011 : 9) manyatakan bahwa manajemen kinerja
merupakan dasar dan kekuatan pendorong yang berada dibelakang semua keputusan
organisasi, usaha kerja, dan alokasi sumber daya.
berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
merupakan hasil pekerjaan secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawab yang diberikan dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi.
31
2. Pengukuran Kinerja
Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama
pelaksaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan, atau apakah
hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun klasifikasi ukuran kinerja karyawan menurut Husnan ( 1994 ) yang
dimaksud adalah :
1. Rangking
Yaitu cara membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang
lain untuk menentukan siapa yang lebih baik.
2. Perbandingan karyawan satu dengan yang lain
Adalah suatu cara untuk memisahkan penilaian seseorang ke dalam
berbagai faktor.
3. Grading
Adalah suatu cara pengukuran kinerja karyawan dari tiap karyawan yang
kemudian diperbandingkan dengan definisi masing – masing kategori untuk
dimasukkan kedalam salah satu kategori yang telah ditentukan.
4. Skala Grafis
Adalah metode yang menilai baik tidaknnya pekerjaan seorang karyawan
berdasarkan faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan pekerjaan
tersebut.
32
5. Checklists
Adalah metode penilaian yang bukan sebagai penilai karyawan tetapi
hanya sekedar melaporkan tingkah laku karyawan.
3. Penilaian Kinerja Karyawan
1. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
manajemen/penyedia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara
menbandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian pekerjaan dalam suatu
periode tertentu.
2. Tujuan Penilian Kinerja
Menurut Rivai (2004), suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja
didasarkan pada dua alasan pokok, yaitu : (1) manajemen memerlukan
evaluasi yang objektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang
digunakan untuk membuat keputusan dibidang Sumber Daya Manusia di masa
yang akan datang, dan (2) manajer memerlukan alat yang memungkinkan
untuk membantu karyawannya memperbaiki kinerja, merencanakan
pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk
perkembangan karir dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang
bersangkutan dengan karyawannya.
Menurut Sastrohadiwiryo (2001 : 233) tujuan penilaian kinerja adalah :
33
1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan
jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.
2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan.
3. Alat untuk memberikan umpan balik yang mendorong kearah kemajuan dan
kemungkinan memperbaiki kualitas kerja bagi para tenaga kerja.
4. Landasan/bahan informasi untuk mengembalikan keputusan dalam bidang
ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan
lainnya.
4. Indikator Kinerja
Indikator kinerja menganjurkan sudut pandang yang prospektif. Terdapat
tujuh indikator kinerja menurut Hersey, Blanchard, dan Johnson ( dalam Wibowo,
2011 : 102 ) antara lain :
1. Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai
di masa yang akan datang. Maka dari itu tujuan menunjukkan arah kemana
kinerja harus dilakukan. Untuk mencapai tujuan diperlukan kinerja individu,
kelompok dan organisasi.
2. Standar
Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan suatu
tujuan dapat diselesaikan. standar menjawab pertanyaan tentang kapan kita
tahu bahwa kita sukses atau gagal.
34
3. Umpan balik
Merupakan masukan yang digunakan untuk mengukur kemajuan kinerja,
standar kerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dilakukan evaluasi
terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan perbaikan kinerja.
4. Alat atau sarana
Merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan. Tanpa alat atau
sarana, tugas pekerjaan spesifik tidak dapat dilakukan dan tujuan tidak dapat
diselesaikan sebagaimana seharusnya.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Kompetensi
memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan
pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
6. Motif
Motif merupakan alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan
sesuatu.
7. Peluang
Pekerja perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan prestasi
kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan adanya kekurangan
kesempatan untuk berprestasi, yaitu ketersediaan waktu dan kemampuan
untuk memenuhi syarat.
Sedangkan menurut sastrohadiwiryo (2001 : 33), indikator atau unsur
yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja adalah :
35
1. Kesetiaan
Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan mantaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan
tanggungjawab yang meliputi : pengabdian
2. Prestasi Kerja
Prestsasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya yang meliputi :
kecakapan, keterampilan, pengalaman, kesungguhan
3. Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja dalam
menyelesaiakan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani mengambil resiko yang meliputi :
kesanggupan, tepat waktu, berani mengambil resiko.
4. Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seseorang untuk mentaati segala ketetapan,
peraturan yang berlaku dan menaati perintah yang diberikan atasan yang
berwenang yang meliputi : mentaati peraturan, mentaati ketetapan, tidak
melanggar larangan.
5. Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang karyawan dalam melaksanakan tugas
dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang
yang telah diberikan kepadanya yang meliputi : ketulusan dan tidak
menyalahgunakan wewenang.
36
6. Kerja sama
Kerjasama adalah kemampuan seorang karyawan untuk bekerja bersama-sama
dengan orang lain.
7. Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seseorang karyawan untuk mengambil keputusan
atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas
pokok.
5. Hubungan Motivasi dengan Kinerja
Motivasi dapat dipastikan memengaruhi kinerja, walaupun bukan satu-satunya
faktor yang membentuk kinerja. Masukan individual dan konteks pekerjaan
merupakan dua faktor kunci yang memengaruhi motivasi. Masukan individual atau
pekerja mempunyai kemampuan, pengetahuan kerja, disposisi dan sifat, emosi,
suasana hati, keyakinan, dan nilai-nilai pada pekerjaan. Sedangkan konteks
pekerjaan mencakup lingkungan fisik, penyelesaian tugas, pendekatan organisasi
pada rekognisi dan penghargaan, kecukupan dukungan pengawasan dan
coaching,serta budaya organisasi.
Kedua faktor tersebut saling memengaruhi, termasuk pula pada proses
motivasi, membangkitkan, mengarahkan, dan meneruskan. Pekerja akan lebih
termotivasi apabila mereka percaya bahwa kinerja mereka akan dikenal dan
dihargai. Perilaku termotivasi secara langsung dipengaruhi oleh kemampuan dan
pengetahuan/keterampilan kerja individu, motivasi, dan kombinasi yang
memungkinkan dan membatasi faktor konteks pekerjaan.
37
Berdasarkan indikator kinerja yang dikemukakkan oleh para ahli tersebut,
maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator kinerja menurut
sastrohadiwiryo yang terdiri dari : kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab, ketaatan,
kejujuran, kerjasama, dan prakarsa.
2.2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan tentatif yang merupakan dugaan atau
anggapan dasar dan kemudian membuat suatu teori yang masih harus diuji
kebenarannya. Adapun Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
Ho : Tidak ada pengaruh antara disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan
Ha : Ada pengaruh antara disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan.