bab ii tinjauan pustaka 2.1 pertumbuhan ekonomi 2.1.1

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat. Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi, kedua istilah ini mempunyai arti yang sedikit berbeda. Kedua-duanya memang menerangkan mengenai perkembangan Universitas Sumatera Utara

Upload: vanmien

Post on 13-Jan-2017

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai

peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi

barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu

indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan

ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan

sejauh mana aktivitas perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan

masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas

perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk

menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan

suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat.

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan

masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan meningkat.

Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk

kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya

diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau

pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir

dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu

perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan

pembangunan ekonomi, kedua istilah ini mempunyai arti yang sedikit

berbeda. Kedua-duanya memang menerangkan mengenai perkembangan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

ekonomi yang berlaku. Tetapi biasanya, istilah ini digunakan dalam konteks

yang berbeda. Pertumbuhan selalu digunakan sebagai suatu ungkapan umum

yang menggambarkan tingkat perkembangan sesuatu negara, yang diukur

melalui persentasi pertambahan pendapatan nasional riil. Istilah pembangunan

ekonomi biasanya dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara

berkembang. Dengan perkataan lain, dalam mengartikan istilah pembangunan

ekonomi, ahli ekonomi bukan saja tertarik kepada masalah perkembangan

pendapatan nasional riil, tetapi juga kepada modernisasi kegiatan ekonomi,

misalnya kepada usaha merombak sektor pertanian yang tradisional, masalah

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan masalah perataan pembagian

pendapatan (Sukirno, 2006:423)

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain:

(Sadono Sukirno, 2006:243-270).

2.1.2.1 Teori Pertumbuhan Klasik

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo,

Malthus, dan John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan

ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu jumlah penduduk,

jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi

yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada pengaruh

pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka

asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak

mengalami perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori

penduduk optimal.

Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk

akan menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika

jumlah penduduk terus bertambah maka hukum hasil lebih yang

semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu

produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan membawa

pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai

yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan

penduduk optimal. Apabila jumlah penduduk terus meningkat

melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk akan

menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.

2.1.2.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang

bersamaan oleh Roy F. Harrod (1984) di Inggris dan Evsey D.

Domar (1957) di Amerika Serikat. Mereka menggunakan proses

perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama,

sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide yang sama dan

disebut teori Harrod-Domar. Teori ini melengkapi teori Keynes,

dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis),

sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi

dinamis). Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi :

a) Perkonomian bersifat tertutup.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

b) Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.

c) Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to

scale).

d) Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama

dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Model ini menerangkan dengan asumsi supaya

perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang kuat (steady

growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di sini adalah

kondisi dimana barang modal telah mencapai kapasitas penuh,

tabungan memiliki proposional yang ideal dengan tingkat

pendapatan nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital

Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y =

C + I).

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar

membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka

panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh

pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat

keseimbangan sebagai berikut :

g = K = n

Dimana :

g = Growth (tingkat pertumbuhan output) K = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan

mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah. Akan tetapi

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

kesimpulannya menunjukkan bahwa pemerintah perlu merencanakan

besarnya investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi penawaran

dan permintaan barang.

2.1.2.3 Teori Pertumbuhan Neo-klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert

M. Solow (1970) dan T.W. Swan (1956). Model Solow-Swan

menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital,

kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi.

Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar adalah

dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain

itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang

memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja

(L). Dengan demikian, syarat-syarat adanya pertumbuhan ekonomi

yang baik dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan

kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti

ada fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga

kerja.

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal

mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan, sehingga

pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau

mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas

kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Tingkat pertumbuhan

berasal dari tiga sumber yaitu, akumulasi modal, bertambahnya

penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik, sehingga

produktivitas capital meningkat. Dalam model tersebut, masalah

teknologi dianggap sebagai fungsi dari waktu.

Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik

menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar

sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa

tumbuh maksimal. Sama seperti dalam ekonomi model klasik,

kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam

perdagangan, termasuk perpindahan orang, barang, dan modal. Harus

dijamin kelancaran arus barang, modal, dan tenaga kerja, dan

perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakan

terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya

keamanan, ketertiban, dan stabilitas politik. Analisis lanjutan dari

paham neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu

pertumbuhan yang mantap (steady growth ), diperlukan suatu tingkat

saving yang tinggi dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan

kembali.

2.1.2.4 Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh

para pengusaha dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat

ditentukan oleh jiwa usaha (enterpreneurship) dalam masyarakat

yang mampu melihat peluang dan berani mengambil risiko membuka

usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah ada. Dengan

pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap

tahunnya.

Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh

keuntungan dari inovasi tersebut, maka para pengusaha akan

meminjam modal dan mengadakan investasi. Investasi ini akan

mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara. Kenaikan tersebut

selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain untuk

menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan

bertambah.

Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat

kemajuan suatu perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk

melakukan inovasi semakin berkurang, hal ini disebabkan oleh

karena masyarakat telah merasa mencukupi kebutuhannya. Dengan

demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat jalannya dan

pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang (stationary

state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini

berbeda dengan pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter

keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan

ekonomi tinggi. Sedangkan dalam pandangan klasik, keadaan tidak

berkembang terjadi pada waktu perekonomian berada pada kondisi

tingkat pendapatan masyarakat sangat rendah.

2.1.2.5 Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi

Teori ini dimunculkan oleh Prof. W.W. Rostow yang

memberikan lima tahap dalam pertumbuhan ekonomi. Analisis ini

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

didasarkan pada keyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi akan

tercapai sebagai akibat dari timbulnya perubahan yang fundamental

dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan

hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara.

Adapun kelima tahapan tersebut adalah:

1) Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional

sebagai suatu masyarakat yang:

a) Cara-cara memproduksi yang relatif primitif dan sikap

masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhi

oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara pemikiran yang

bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku

secara turun-temurun. Tingkat produksi yang dapat

dicapai masih sangat terbatas, karena ilmu pengetahuan

dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan

secara sistematis dan teratur.

b) Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per

pekerja masih sangat terbatas. Oleh sebab itu sebagian

besar dari sumber-sumber daya masyarakat digunakan

untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini

struktur sosialnya sangat bersifat hierarkis, sehingga

mobilitas secara vertikal dalam masyarakat sedikit sekali.

c) Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-

daerah dipegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat selalu

dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai

daerah tersebut.

2) Tahap Prasyarat Lepas Landas

Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada

saat masyarakat mempersiapkan dirinya ataupun dipersiapkan

dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai

kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth). Pada

tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlaku

secara otomatis. Tahap prasyarat lepas landas ini dibedakan

menjadi dua, yaitu:

a) Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh

negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika

yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat

tradisional yang sudah ada.

b) Yang dinamakan Rostow bom free, yaitu prasyarat lepas

landas yang dicapai Amerika Serikat, Kanada, Australia

dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem

masyarakat yang tradisional, karena masyarakat negara-

negara itu terdiri dari emigran yang telah mempunyai

sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk

mencapai tahap prasyarat lepas landas.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

3) Tahap Lepas Landas (Take Off)

Adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat

tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati.

Pada periode ini, beberapa penghalang pertumbuhan dihilangkan

dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi

diperluas dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat

sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya

tabungan masyarakat.

Ciri-ciri tahap lepas landas yaitu:

a) Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi

(yang produktif, dari 5% atau kurang, menjadi 10% dari

Produk Nasional Neto). NNP=GNP-D (penyusutan).

b) Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan

laju perkembangan yang tinggi.

c) Adanya atau terciptanya suatu kerangka dasar politik,

sosial dan institusional yang akan menciptakan: 1)

Kenyataan yang membuat perluasan di sektor modern. 2)

Potensi ekonomi ekstern sehingga menyebabkan

petumbuhan terus-menerus berlangsung.

4) Tahap Gerakaan ke Arah Kedewasaan (The Drive of

Maturity)

Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu

periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan teknologi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

modern dalam mengolah sebagian besar faktor-faktor produksi

dan kekayaan alamnya.

Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan adalah:

a) Kematangan teknologi, dimana struktur keahlian tenaga

kerja mengalami perubahan.

b) Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami

perubahan.

c) Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan

keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi, karena

berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.

5) Tahap Masa Konsumsi Tinggi.

Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada

masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan

kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah

produksi. Leading sectors, bergerak ke arah barang-barang

konsumsi yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini

terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan

sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan politis, yaitu:

a) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke

luar negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada

penaklukan atas negara-negara lain.

b) Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang

lebih merata kepada pendukungnya dengan cara

mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif,

dalam sistem perpajakan seperti ini makin besar

pendapatan maka makin besar pajaknya.

c) Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas

konsumsi dasar yang sederhana atas makanan, pakaian,

rumah keluarga secara terpisah dan juga barang-barang

konsumsi tahan lama serta barang-barang mewah.

2.2 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu aspek penggunaan sumber

daya ekonomi yang secara langsung dikuasai oleh pemerintah dan secara tidak

langsung dimiliki oleh masyarakat melalui pembayaran pajak. Pada umumnya,

pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan kegiatan

perekonomian suatu negara. Keadaan ini dapat dijelaskan dalam kaidah yang

dikenal sebagai Hukum Wagner, yaitu mengenai adanya korelasi positif antara

pengeluaran pemerintah dengan tingkat pendapatan nasional. Walaupun demikian,

peningkatan pengeluaran pemerintah yang besar belum tentu berakibat baik

terhadap aktivitas perekonomian. Untuk itu perlu dilihat efisiensi penggunaan

pengeluaran pemerintah tersebut.

Mengukur efisiensi pengeluaran pemerintah dapat dilihat dari proporsi

pengeluaran rutin dan pembangunan juga dapat dilihat dari komposisi

pengeluarannya. Dengan demikian efisiensi tidak dapat dilihat melalui satu

indikator tertentu melainkan dari beberapa indikator secara bersama-sama.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana efisiensi

pengeluaran pemerintah antara lain:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

1) Proporsi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan terhadap produk

domestik bruto.

2) Perbandingan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan.

3) Komposisi pengeluaran rutin.

Di Indonesia, pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menurut dua

klasifikasi, yaitu:

2.2.1 Pengeluaran Rutin

Pengeluaran rutin pemerintah yaitu pengeluaran untuk pemeliharaan

atau penyelenggaraan pemerintahan sehari-hari. Termasuk dalam pengeluaran

rutin adalah belanja pegawai, belanja barang, subsidi daerah otonom, bunga,

cicilan utang dan lain-lain.

Pengeluaran rutin pemerintah memegang peranan yang penting

untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintahan serta upaya

peningkatan efisiensi dan produktivitas, yang pada gilirannya akan menunjang

tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan. Penghematan dan

efisiensi pengeluaran rutin perlu dilakukan untuk menambah besarnya

tabungan pemerintah yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan

nasional. Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain dapat diupayakan

melalui, pinjaman, alokasi pengeluaran rutin dan pengendalian koordinasi

pelaksanaan pembelian barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan departemen

atau lembaga negara non departemen. Dan pengurangan berbagai macam

subsidi secara bertahap (Susanti, 2000:69)

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

2.2.2 Pengeluaran Pembangunan

Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang ditujukan untuk

membiayai program-program pembangunan, baik fisik, seperti jalan,

jembatan, gedung-gedung, dan pembelian kendaraan, maupun pembangunan

nonfisik spiritual seperti misalnya penataran, training dan sebagainya,

sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang berhasil

dimobilisasi, dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang sesuai

dengan prioritas yang direncanakan dalam Repelita. Misalnya dalam Pelita 1

pembangunan dititik beratkan pada sektor pertanian dan industri yang

mendukung pertanian, dan Pelita II tetap menitik beratkan pada sektor

pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah

menjadi bahan baku dan seterusnya.

Selain membiayai pengeluaran sektoral melalui departemen/lembaga,

pengeluaran pembangunan juga membiayai proyek-proyek khusus daerah

yang dikenal sebagai proyek Inpres (Instruksi Presiden), baik yang

dilaksanakan oleh pusat maupun masing-masing daerah. Bantuan

pembangunan bagi daerah dimaksudkan juga sebagai perwujudan dari asas

pemerataan pembangunan antar wilayah dan sejalan dengan keinginan

pemerintah untuk mendorong pemerintah daerah agar lebih mampu

melaksanakan pembangunan daerahnya sendiri. Selain daripada itu, pemberian

bantuan pembangunan bagi daerah juga dimaksudkan untuk mendorong

prakarsa dan partisipasi masyarakat di daerah secara lebih nyata dan

bertanggung jawab dalam pembangunan. Besarnya alokasi anggaran untuk

bantuan pembangunan daerah dipengaruhi oleh kemampuan keuangan negara

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

serta beberapa faktor yang disesuaikan dengan masing-masing wilayah, seperti

banyaknya penduduk dan luas wilayah. Dengan demikian proyek-proyek yang

akan dibangun dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-

masing daerah sejalan dengan pembangunan di daerah lain.

Agar proyek-proyek pembangunan yang akan dibiayai dengan dana

bantuan pembangunan daerah tersebut dapat lebih sesuai dengan kebutuhan

dan kondisi masing-masing daerah, serta mampu mendukung proyek-proyek

pembangunan lainnya dalam perumusan program dan proyek pembangunan

bagi daerah, maka dalam proses perencanaannya senantiasa diikutsertakan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dari tiap daerah yang

bersangkutan (Djamin, 1993:73)

2.2.3 Penentu–Penentu Pengeluaran Pemerintah

Jumlah pengeluaran pemerintah yang akan dilakukan dalam suatu

periode tertentu tergantung kepada banyak faktor. Yang penting diantaranya

adalah: jumlah pajak yang akan diterima, tujuan-tujuan kegiatan ekonomi

jangka pendek dan pembangunan ekonomi jangka panjang, dan pertimbangan

politik dan keamanan.

1) Proyeksi Jumlah Pajak yang Diterima

Jumlah pajak yang diramalkan adalah salah satu faktor penting yang

menentukan besarnya pengeluaran pemerintah. Dalam menyusun anggaran

belanjanya, pemerintah harus terlebih dahulu membuat proyeksi mengenai

jumlah pajak yang akan diterimanya. Makin banyak jumlah pajak yang

dapat dikumpulkan, makin banyak pula perbelanjaan pemerintah yang akan

dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

2) Tujuan-Tujuan Ekonomi yang Ingin Dicapai

Faktor yang lebih penting dalam penentuan pengeluaran pemerintah

adalah tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Pemerintah

penting sekali peranannya dalam perekonomian. Kegiatannya dapat

memanipulasi/mengatur kegiatan ekonomi ke arah yang diinginkan.

Beberapa tujuan penting dari kegiatan pemerintah adalah mengatasi masalah

pengangguran, menghindari inflasi dan mempercepat pembangunan

ekonomi dalam jangka panjang. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut,

seringkali pemerintah membelanjakan uang yang lebih besar dari

pendapatan yang diperoleh dari pajak. Untuk mengatasi pengangguran dan

pertumbuhan ekonomi yang lambat, misalnya, pemerintah perlu membiayai

pembanguan infrastruktur, irigasi, jalan-jalan, pelabuhan dan

mengembangkan pendidikan. Usaha seperti itu memerlukan banyak uang,

dan pendapatan dari pajak saja tidak cukup untuk membiayainya. Maka,

untuk memperoleh dana yang diperlukan, pemerintah terpaksa meminjam

atau mencetak uang.

3) Pertimbangan Politik dan Keamanan

Pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan negara selalu

menjadi salah satu tujuan penting dalam menyusun anggaran belanja

pemerintah. Kekacauan politik, perselisihan diantara berbagai golongan

masyarakat dan daerah sering berlaku di berbagai negara di dunia. Keadaan

seperti itu akan menyebabkan kenaikan perbelanjaan pemerintah yang

sangat besar, terutama apabila operasi militer perlu dilakukan. Ancaman

kestabilan dari negara luar juga dapat menimbulkan kenaikan yang besar

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

dalam pemgeluaran ketentaraan dan akan memaksa pemerintah

membelanjakan uang yang jauh lebih besar dari pendapatan pajak.

2.2.4 Fungsi Pengeluaran Pemerintah

Dari uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran

pemerintah di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional tidak

memegang peranan yang penting dalam menentukan perbelanjaan pemerintah.

Dengan perkataan lain, pengeluaran pemerintah pada suatu periode tertentu

dan perubahannya dari satu periode ke periode lainnya tidak didasarkan

kepada tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan pendapatan nasional.

Dalam masa kemunduran ekonomi misalnya, pendapatan pajak berkurang.

Tetapi untuk mengatasi pengangguran itu pemerintah perlu melakukan lebih

banyak program-program pembangunan, maka pengeluaran pemerintah perlu

ditambah. Sebaliknya, pada waktu inflasi dan tingkat kemakmuran tinggi,

pemerintah harus lebih berhati-hati dalam perbelanjaannya. Harus dijaga agar

pengeluaran pemerintah tidak memperburuk keadaan inflasi yang berlaku.

Berdasarrkan kepada alasan yang baru diterangkan di atas, fungsi

perbelanjaan pemerintah adalah seperti yang digambarkan dalam Gambar

2.1 yaitu ia sejajar dengan sumbu datar dan dengan demikian besarnya tidak

tergantung kepada pendapatan nasional. Ini berarti, perbelanjaan otonomi.

Perubahan-perubahan perbelanjaan pemerintah digambarkan dalam bentuk

perpindahan fungsi pengeluaran pemerintah ke atas atau ke bawah. Sebagai

contoh, misalkan dalam suatu periode tertentu pengeluaran pemerintah

adalah sebanyak G rupiah. Maka dalam grafik, fungsi pengeluaran

pemerintah adalah seperti ditunjukkan oleh fungsi G. pada periode berikut

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

misalkan terjadi pengangguran yang sangat buruk dan untuk mengatasinya

pemerintah melakukan perbelanjaan yang lebih banyak, yaitu sebanyak G1.

Langkah ini memindahkan fungsi G ke atas. Sebaliknya, apabila

perekonomian mengalami masalah inflasi pemerintah berusaha menurunkan

pengeluarannya dan perubahan ini digambarkan oleh perpindahan fungsi

perbelanjaan pemerintah dari G menjadi G2 (Sukirno, 2006:169).

Pengeluaran

G1

Pemerintah

Tambahan Pengeluaran

G

Pengurangan Pengeluaran

G2

0

Pendapatan Nasional

Gambar 2.1 Fungsi Pengeluaran Pemerintah

2.3 Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam

membangun perekonomian suatu negara. Di negara berkembang masalah

penduduk dan lapangan kerja selalu menjadi pokok perhatian. Persoalan yang

timbul dari jumlah penduduk sudah sangat mendesak dan mempengaruhi

kehidupan masyarakat.

2.3.1 Masalah penduduk

Di negara berkembang, pertumbuhan penduduk yang sangat besar

menambah kerumitan masalah pembangunan. Dapat juga dikatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

masalah penduduk adalah masalah yang paling sukar dihadapi dan diatasi.

Sudah sejak lama ahli ekonomi dan para ahli kependudukan menyadari bahwa

pengurangan laju pertambahan penduduk di negara berkembang adalah solusi

penting yang harus dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Akibat buruk yang mungkin ditimbulkan oleh perkembangan

penduduk terhadap pembangunan akan tercipta apabila produktivitas sektor

produksi sangat rendah dan dalam masyarakat terdapat banyak pengangguran.

Dengan adanya kedua keadaan ini, pertambahan penduduk tidak akan

menaikkan produksi secara signifikan. Yang lebih buruk lagi, masalah

pengangguran akan bertambah serius. Disamping itu produktivitas yang

sangat rendah akan menyebabkan perkembangan produksi pertanian yang

sangat rendah pula.

Hal ini menurunkan tingkat pendapatan perkapita. Dan akhirnya

dalam keadaan penduduk telah sangat berlebihan jumlahnya, pertambahan

penduduk menimbulkan akibat yang kurang menguntungkan terhadap tingkat

tabungan, penanaman modal, pembagian pendapatan, migrasi penduduk,

kemampuan mengekspor dan beberapa faktor lain yang mempengaruhi laju

pembangunan.

2.3.2 Pengaruh Pertambahan Penduduk dalam Pembangunan

Ahli-ahli ekonomi pada umumnya sependapat bahwa perkembangan

penduduk dapat menjadi faktor pendorong maupun penghambat

pembangunan, hal ini dianggap sebagai faktor pendorong karena:

1) Perkembangan ini memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja dari

masa ke masa.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

2) Pertambahan penduduk dan pemberian pendidikan kepada mereka

sebelum menjadi tenaga kerja, memungkinkan sesuatu masyarakat

memperoleh bukan saja tenaga kerja yang ahli, akan tetapi juga tenaga

kerja terdidik dan terampil. Hal ini akan memberikan sumbangan yang

lebih besar bagi pengembangan kegiatan ekonomi.

3) Perluasan pasar, luas pasar barang-barang dan jasa ditentukan oleh dua

faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk.

Maka apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan

bertambah pula. Karena peranannya ini maka perkembangan penduduk

akan merupakan pemacu bagi sektor produksi untuk meningkatkan

kegiatannya.

2.4 Nilai Tambah Industri (besar/sedang)

Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1994) dalam Ajidedim

(2008), definisi nilai tambah adalah perbedaan antara nilai dari output suatu

perusahaan atau suatu industri, yaitu total pendapatan yang diterima dari

penjualan output tersebut, dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah,

komponen-komponen atau jasa-jasa yang dibeli untuk memproduksi komponen

tersebut. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan oleh suatu perusahaan ke

bahan-bahan dan jasa-jasa yang dibelinya melalui produksi dan usaha-usaha

pemasarannya. Nilai tambah diketahui dengan melihat selisih antara nilai output

dengan nilai input suatu industri.

Nilai output atau biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan suatu industri secara rutin setiap

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

periode tertentu dan jumlah yang tetap. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya

bahan baku utama, bahan penolong, upah tenaga kerja, biaya bahan bakar, dan

biaya pemasaran. Sedangkan yang nilai input suatu industri (penerimaan)

merupakan hasil kali antara harga produk barang dengan jumlah barang yang

diproduksi. Dalam hal ini nilai tambah industri yang dimaksud adalah nilai

tambah yang dihasilkan oleh industri besar dan sedang.

2.4.1 Konsep Nilai Tambah dalam Konteks Makroekonomi

2.4.1.1 Konsep Haller dan Stolowy (1995)

Nilai tambah atau value added adalah pengukuran

performance entitas ekonomi. Value added merupakan konsep utama

pengukuran income suatu negara. Konsep ini secara tradisional berakar

pada ilmu ekonomi makro, terutama yang berhubungan dengan

penghitungan pendapatan nasional yang diukur dengan performance

produktif dari ekonomi nasional yang biasanya dinamakan Produk

Nasional atau Produk Domestik. Hal ini dalam periode tertentu dapat

mempresentasikan nilai tambah perekonomian nasional.

2.4.1.2 Konsep Accounting System Haller dan Stolowy (1995)

Menurut kelompok ini, konsep nilai tambah industri ini

berasal dari konsep theory of the economic circle yang dikembangkan

pertama kali di Prancis oleh Quesnay (1670). Dalam konteks akuntansi

nasional, indikator perkembangan ekonomi suatu negara dibandingkan

dengan negara lain awalnya sering digunakan konsep nilai tambah.

Sebenarnya tujuan awalnya adalah untuk menunjukkan secara akurat

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1

perbandingan internasional berkaitan dengan gambaran mengenai

harmonisasi metode perhitungan value added.

2.4.2 Peranan Nilai Tambah Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan industri di daerah merupakan bagian dari segi

pembangunan industri secara nasional, dimana keberhasilan dari

pembangunan industri didaerah merupakan salah satu kunci pokok suksesnya

pelaksanaan pembangunan industri nasional. Sektor industri, dalam hal ini

adalah industri besar dan sedang harus dikembangkan karena merupakan

sektor yang potensial dalam membantu suksesnya pelaksanaan pembangunan,

dimana sektor ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, mempunyai

peluang pasar yang lebih baik dibanding sektor lainnya.

Sektor industri yang maju tentunya akan menghasilkan nilai tambah

industri yang semakin meningkat pula. Peningkatan nilai tambah industri ini

pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan daerah dan menciptakan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu, perkembangan industri

diarahkan kepada usaha yang berorientasi ekspor sekaligus dapat memenuhi

kebutuhan dalam negeri dan menyerap tenaga kerja yang ada.

Adanya sasaran yang hendak dicapai dalam program pembangunan

nasional yaitu menempatkan sektor industri sebagai penyedia lapangan kerja

merupakan titik tolak dalam mengupayakan manusia Indonesia menjadi

kekuatan utama dalam pembangunan. Untuk dapat menampung penyediaan

tenaga kerja yang demikian secara produktif maka dibutuhkan pertumbuhan di

sektor industri dimana penyerapan tenaga kerja ini akan dapat menguarangi

pengangguran dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Universitas Sumatera Utara