bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-bab...

47
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 Definisi Skizofrenia secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu schizo yang berarti „terpotong‟ atau „terpecah‟ dan phrēn yang berarti pikiran, sehingga skizofrenia berarti pikiran yang terpecah (Veague, 2007). Arti dari kata- kata tersebut menjelaskan tentang karakteristik utama dari gangguan skizofrenia, yaitu pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang mengalaminya. Definisi skizofrenia yang lebih mengacu kepada gejala kelainannya adalah gangguan psikis yang ditandai oleh penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, juga disorganisasi persepsi, pikiran, dan kognisi (Wiramihardja, 2007). Dalam Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition (DSM-IV), skizofrenia didefinisikan sebagai sekelompok ciri dari gejala positif dan negatif, ketidakmampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan ataupun hubungan antar pribadi, dan menunjukkan terus gejala-gejala ini selama paling tidak enam bulan. Referensi lain juga menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan suatu gangguan yang mencakup gejala kelainan kekacauan pada isi pikiran, bentuk pikiran, persepsi, afeksi, perasaan terhadap diri sendiri, motivasi, perilaku, dan fungsi interpersonal (Halgin & Whitboume, 2014). Berdasarkan definisi-definisi yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah salah

Upload: duongthuan

Post on 01-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Skizofrenia

2.1.1 Definisi

Skizofrenia secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu

schizo yang berarti „terpotong‟ atau „terpecah‟ dan phrēn yang berarti pikiran,

sehingga skizofrenia berarti pikiran yang terpecah (Veague, 2007). Arti dari kata-

kata tersebut menjelaskan tentang karakteristik utama dari gangguan skizofrenia,

yaitu pemisahan antara pikiran, emosi, dan perilaku dari orang yang

mengalaminya. Definisi skizofrenia yang lebih mengacu kepada gejala

kelainannya adalah gangguan psikis yang ditandai oleh penyimpangan realitas,

penarikan diri dari interaksi sosial, juga disorganisasi persepsi, pikiran, dan

kognisi (Wiramihardja, 2007).

Dalam Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition

(DSM-IV), skizofrenia didefinisikan sebagai sekelompok ciri dari gejala positif

dan negatif, ketidakmampuan dalam fungsi sosial, pekerjaan ataupun hubungan

antar pribadi, dan menunjukkan terus gejala-gejala ini selama paling tidak enam

bulan. Referensi lain juga menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan suatu

gangguan yang mencakup gejala kelainan kekacauan pada isi pikiran, bentuk

pikiran, persepsi, afeksi, perasaan terhadap diri sendiri, motivasi, perilaku, dan

fungsi interpersonal (Halgin & Whitboume, 2014). Berdasarkan definisi-definisi

yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah salah

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

9

satu jenis kelainan mental yang mengacaukan hampir seluruh fungsi manusia

yang mencakup fungsi berpikir, persepsi, emosi, motivasi, perilaku, dan sosial.

2.1.2 Etiologi

Skizofrenia disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab skizofrenia telah

diselidiki dan menghasilkan beraneka ragam pandangan. Sebagian besar ilmuwan

meyakini bahwa skizofrenia adalah penyakit biologis yang disebabkan oleh faktor

– faktor genetik, ketidakseimbangan kimiawi di otak, atau abnormalitas dalam

lingkungan prenatal. Berbagai peristiwa stress dalam hidup dapat memberikan

kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

predisposisi pada penyakit ini. Penyebab munculnya skizofrenia terbagi menjadi

berbagai pendekatan seperti pendekatan biologis, teori psikogenik, dan

pendekatan gabungan atau stree-vulnerability model.

a. Pendekatan biologis

Pada pendekatan biologis menyangkut faktor genetik, struktur otak, dan

proses biokimia sebagai penyebab skizofrenia (Halgin, 1997).

1. Teori genetik

Teori ini menekankan pada ekspresi gen yang bisa menyebabkan

gangguan mental. Hasil dari beberapa penelitian menunjukan bahwa faktor

genetik sangat berperan dalam perkembangan skizofrenia, dimana ditemukan

hasil bahwa skizofrenia cenderung menurun dalam keluarga. Hal ini

dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan National Institute of Mental

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

10

Health (NIMH) pada keluarga penderita skizofrenia yang menyatakan bahwa

skizofrenia muncul pada 10% populasi yang memiliki keluarga dengan

riwayat skizofrenia seperti orang tua dan saudara kandung. Berdasarkan

American Journal of Medical Genetic, menyatakan bahwa apabila kedua

orang tuanya mengidap skizofrenia, maka kemungkinan anaknya mengalami

skizofrenia adalah sebesar 40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin

dekat hubungan biologis dengan individu yang sakit, maka semakin besar juga

kemungkinan seseorang menderita skizofrenia (Semiun, 2006). Beberapa

tahun terakhir telah diteliti mengenai gen yang spesifik berkontribusi terhadap

timbulnya skizofrenia. Gen-gen tersebut di antaranya adalah Disrupted in

Schizophrenia (DISC), G-Protein Signalling-4 (RGS4), Prolyne

Dehidrogenase (PRODH), dan Neuregulin-1 (NRG-1) (Harrison & Owen,

2003). Dengan adanya kelainan gen-gen tersebut maka akan berpengaruh

terhadap sintesis protein, misalnya akan menyebabkan disfungsi protein yang

membentuk kompleks reseptor NMDA. Tentu saja hal ini akan menyebabkan

hipofungsi reseptor NMDA yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya

gejala-gejala psikosis (Harrison & Owen, 2003).

Hasil penelitian lain menunjukkan proporsi yang tinggi dari orang-orang

skizofrenia mengalami masalah dengan suatu gen khusus pada kromosom 5

(Semiun, 2006). Hal ini menjadi logis karena gen ini mempengaruhi dopamin

dan reseptor dopamin yang berperanan penting dalam timbulnya simptom

skizofrenia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lebih dari satu gen dapat

menyebabkan gangguan skizofrenia. Pengaruh genetik tidak sesederhana itu,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

11

lingkungan individu merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap

proses perkembangan skizofrenia. Ada kemungkinan jika individu-individu

yang hubungannya lebih erat memiliki lingkungan yang sama. Dengan begitu,

tidak bisa disimpulkan dengan pasti mengenai satu dasar genetik pada

skizofrenia. Selain itu juga, faktor-faktor genetik tidak dapat menjelaskan

semua kasus skizofrenia. Dapat dikatakan jika gen-gen tersebut hanya

meningkatkan kerentanan seseorang untuk menjadi seorang dengan

skizofrenia.

2. Teori neurostruktural

Berdasarkan pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) dan A

computed tomography (CT) scan otak pada orang-orang dengan skizofrenia

menunjukkan ada tiga tipe abnormalitas struktural, yaitu pembesaran pada

ventrikel otak, atrofi kortikal, dan asimetri serebral yang terbalik (reversed

cerebral asimetry) (Semiun, 2006).

a) Pembesaran pada ventrikel otak

Ventrikel adalah rongga atau saluran otak tempat cairan serebrospinal

mengalir, diperkirakan pada pasien skizofrenia terjadinya pembesaran pada

daerah ini hingga 20 hingga 50%. Kerusakan pada ventrikel berhubungan

dengan skizofrenia kronis dan simptom negatif (Semiun, 2006). Struktur otak

yang tidak normal seperti pembesaran ventrikel otak diyakini menyebabkan

tiga sampai empat orang yang mengalaminya menderita skizofrenia (Nevid,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

12

2012). Pembesaran ventrikel otak ini menyebabkan otak kehilangan sel–sel

otak, sehingga otak akan mengecil ukurannya dibandingkan otak yang normal.

b) Atrofi kortikal

Pendapat lain menyatakan bahwa skizofrenia dapat terjadi pada seseorang

yang kehilangan jaringan otak yang bersifat degeneratif atau progresif,

kegagalan otak untuk berkembang normal, dan juga karena infeksi virus pada

otak ketika masa kandungan (Nevid, 2012). Atrofi juga menyebabkan

kerusakan suci yang menutupi selaput otak atau pembesaran celah antara

bagian-bagian otak. Sebanyak 20 hingga 35% orang dengan skizofrenia

mengalami kelainan ini (Semiun, 2006).

c) Asimetri serebral yang terbalik (reversed cerebral asimetry)

Pada orang normal, sisi kiri otak lebih besar daripada sisi kanan, tetapi

kondisi yang terbalik terjadi pada orang-orang dengan skizofrenia. Padahal

otak kiri bertanggung jawab dalam kemampuan bahasa, sedangkan otak kanan

bertanggung jawab dalam kemampuan spasial. Hal ini menyebabkan

perbedaan dalam memahami masalah-masalah kognitif pada pasien

skizofrenia.

3. Teori biokimia

Pada teori biokimia, dikenal hipotesis dopamin dan serotonin-glutamat.

Overaktivitas reseptor dopamin saraf pada jalur mesolimbik bisa

menyebabkan timbulnya gejala positif, sedangkan penurunan aktivitas

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

13

dopamin neuron pada jalur mesokortek di dalam kortek prefrontalis bisa

menyebabkan gejala negatif. Pada teori glutamat disebutkan bahwa,

penurunan kadar glutamat akan menyebabkan penurunan regulasi reseptor N-

methyl-D-aspartate (NMDA) dan menyebabkan gejala-gejala psikotik serta

defisit kognitif (Harrison & Owen, 2003).

Banyak literatur yang menyatakan hubungan peningkatan aktivitas dari

neurotransmiter dopamin dengan skizofrenia. Tingginya konsentrasi dopamin

yang ditemukan di daerah korteks pada lobus frontalis berperan dalam

mengintegrasikan fungsi manusia (Semiun, 2006). Konsentrasi dopamin yang

tinggi menyebabkan aktivitas neurologis yang tinggi dalam otak, sehingga

memunculkan simptom-simptom skizofrenia. Tingginya aktivitas dopamin

menyebabkan rangsangan yang tinggi pada daerah khusus pada otak,

rangsangan tersebut mengganggu fungsi kognitif yang kemudian

mengakibatkan halusinasi dan delusi. Penjelasan ini yang mengemukakan

hubungan antara faktor biokimiawi dan faktor kognitif.

Ada tiga faktor yang mungkin menjadi penyebab tingginya aktivitas

dopamin (Semiun, 2006).

1. Konsentrasi dopamin yang tinggi

2. Sensitivitas yang tinggi dari reseptor dopamine

3. Jumlah reseptor dopamin yang terdapat pada sinapsis

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

14

Pada orang dengan skizofrenia ditemukan memiliki jumlah reseptor

dopamin yang lebih banyak daripada orang normal. Penurunan drastis jumlah

reseptor dopamin pada laki-laki terjadi pada usia antara 30-50 tahun,

sedangkan pada perempuan penurunan jumlah reseptor terjadi perlahan-

perlahan. Teori ini dapat menjadi penjelasan mengenai perbedaan onset yang

terjadi pada laki-laki dan perempuan (Semiun, 2006).

b. Teori psikogenik

Teori psikogenik, yaitu skizofrenia sebagai suatu gangguan fungsional dan

penyebab utama adalah konflik, stress psikologik dan hubungan antar manusia

yang mengecewakan.

c. Stress-Vulnerability Model

Pendekatan ini meyakini bahwa orang – orang tertentu yang memiliki

kerentanan genetis terhadap skizofrenia akan memunculkan gejala skizofrenia

jika mereka hidup dalam lingkungan yang penuh dengan stres (Semiun, 2006).

Peristiwa dalam hidup dapat memberikan kontribusi pada perkembangan

skizofrenia pada mereka yang telah memiliki predisposisi pada penyakit ini.

2.1.3 Gejala Positif Skizofrenia

Gejala positif merupakan gajala yang mencolok, mudah dikenal, mengganggu

keluarga dan masyarakat serta merupakan salah satu motivasi keluarga untuk

membawa klien berobat (Hawari, 2003). Gejala-gajala positif yang tiperlihatkan

pada klien skizorenia yaitu :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

15

a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak

masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan

itu tidak rasional, namun klien tetap meyakini kebenarannya.

b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan (stimulus).

Misalnya klien mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan ditelingannya

padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.

c. Kekacauan alam pikiran, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya.

Misalnya bicara kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

d. Gaduh, gelisah tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan gembira berlebihan.

e. Merasa dirinya orang besar, merasa serba mampu, serba hebat, dan

sejenisnya.

f. Pikiran penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap

dirinya.

g. Menyimpan rasa permusuhan.

2.1.4 Gejala Negatif Skizofrenia

Gejala negatif skizofrenia merupakan gajala yang tersamar dan tidak

mengganggu keluarga ataupun masyarakat, oleh karenannya pihak keluarga

seringkali terlambat membawa klien berobat (Hawari, 2003). Gejala-gejala

nergatif yang diperlihatkan pada klien skizofrenia yaitu :

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

16

a. Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam

perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.

b. Menarik diri atau mengasingkan siri (withdrawn) tidak mau bergaul atau

kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

c. Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.

d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.

e. Pola pikir stereotip

2.1.5 Jenis Skizofrenia

Adapun jenis-jenis dari skizofrenia adalah (Videbeck, 2011) :

a. Skizofrenia Paranoid

Jenis skizofrenia dimana penderitanya mengalami bayangan dan

khayalan tentang penganiayaan dan kontrol dari orang lain dan juga

kesombongan yang berdasarkan kepercayaan bahwa penderitanya itu lebih

mampu dan lebih hebat dari orang lain.

b. Skizofrenia Tak Teratur

Jenis skizofrenia yang sifatnya ditandai terutama oleh gangguan dan

kelainan di pikiran. Seseorang yang menderita skizofrenia sering

menunjukkan tanda tanda emosi dan ekspresi yang tidak sesuai untuk

keadaan nya. Halusinasi dan khayalan adalah gejala gejala yang sering

dialami untuk orang yang mederita skizofrenia jenis ini.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

17

c. Skizofrenia Katatonia

Jenis skizofrenia yang ditandai dengan berbagai gangguan motorik,

termasuk kegembiraan ekstrim dan pingsan. Orang yang menderita bentuk

skizofrenia ini akan menampilkan gejala negatif: postur katatonik dan

fleksibilitas seperti lilin yang bisa di pertahankan dalam kurun waktu

yang panjang. Skizofrenia Tanpa Kriteria / Golongan yang jelas Jenis

skizofrenia dimana penderita penyakitnya memiliki delusi, halusinasi dan

perilaku tidak teratur tetapi tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia

paranoid, tidak teratur, atau katatonik.

d. Skizofrenia Residual

Skizofrenia residual akan di diagnosis ketika setidaknya epsiode dari

salah satu dari empat jenis skizofrenia yang lainnya telah terjadi. Tetapi

skizofrenia ini tidak mempunyai satu pun gejala positif yang menonjol.

2.1.6 Kriteria Diagnostik Skizofrenia

Adapun kriteria diagnostik skizofrenia meliputi (Maramis, 2009):

a. Gangguan pada isi pikiran

Delusi atau kepercayaan salah yang mendalam merupakan gangguan

pikiran yang paling umum dihubungkan dengan skizofrenia. Delusi ini

mencakup delusi rujukan, penyiksaan, kebesaran, cinta, kesalahan diri,

kontrol, nihil atau doss dan pengkhianatan. Delusi lain berkenan dengan

kepercayaan irasional mengenai suatu proses berpikir, seperti percaya bahwa

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

18

pikiran bisa disiarkan, dimasuki yang lain atau hilang dari alam pikirannya

karena paksaan dari orang lain atau objek dari luar. Delusi somatik meliputi

kepercayaan yang salah dan aneh tentang kerja tubuh, misalnya pasien

skizofrenia menganggap bahwa otaknya sudah dimakan rayap.

b. Gangguan pada bentuk pikiran, bahasa dan komunikasi

Proses berpikir dari pasien skizofrenia dapat menjadi tidak terorganisasi

dan tidak berfungsi, kemampuan berpikir mereka menjadi kehilangan logika,

cara mereka mengekspresikan dalam pikiran dan bahasa dapat menjadi tidak

dapat dimengerti, akan sangat membingungkan jika kita berkomunikasi

dengan penderita, gangguan pikiran. Contoh umum gangguan berpikir adalah

inkoheren, kehilangan asosiasi, neologisms, blocking dan pemakaian kata-kata

yang salah.

c. Gangguan persepsi halusinasi

Halusinasi adalah salah satu simpton skizofrenia yang merupakan

kesalahan dalam persepsi yang melibatkan kelima alat indera kita walaupun

halusinasi tidak begitu terikat pada stimulus yang di luar tetapi kelihatan

begitu nyata bagi pasien skizofrenia. Halusinasi tidak berada dalam kontrol

individu, tetapi tejadi begitu spontan walaupun individu mencoba untuk

menghalanginya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

19

d. Gangguan afeksi (perasaan)

Pasien skizofrenia selalu mengekspresikan emosinya secara, abnormal

dibandingkan dengan orang lain. secara umum, perasaan itu konsisten dengan

emosi tetapi reaksi ditampilkan tidak sesuai dengan perasaannya.

e. Gangguan psikomotor

Pasien skizofrenia kadang akan terlihat aneh dan cara yang berantakan,

memakai pakaian aneh atau membuat mimik yang aneh atau pasien

skizofrenia akan memperlihatkan gangguan katatonik stupor (suatu keadaan di

mana pasien tidak lagi merespon stimulus dari luar, mungkin tidak

mengetahui bahwa ada orang di sekitarnya), katatonik rigid (mempertahankan

suatu posisi tubuh atau tidak mengadakan gerakan) dan katatonik gerakan

(selalu mengulang suatu gerakan tubuh) menonjol adalah afek yang

menumpul, hilangnya dorongan kehendak dan bertambahnya kemunduran

sosial.

2.1.5 Penatalaksanaan

2.1.5.1 Psikofarmakologi

Pengobatan medis utama untuk skizofrenia adalah Psychopharmacology.

Di masa lalu, terapi yang digunakan adalah terapi electroconvulsive, terapi kejut

insulin, dan psychosurgery, tapi karena terciptanya chlorpromazine (Thorazine)

pada tahun 1952, terapi lainnya telah tidak digunakan lagi. Obat antipsikotik, juga

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

20

dikenal sebagai neuroleptik, diresepkan untuk keberhasilan dalam mengurangi

gejala psikotik (Videbeck, 2011).

Semakin tua, atau konvensional, obat antipsikotik merupakan antagonis

dopamin. Yang lebih baru, atau atipikal, obat antipsikotik ada dua yaitu dopamin

dan serotonin antagonis. Para antipsikotik konvensional menargetkan tanda-tanda

positif skizofrenia, seperti delusi, halusinasi, pikiran terganggu, dan gejala

psikotik lainnya, tetapi tidak memiliki efek pada tanda-tanda negatif. Para

antipsikotik atipikal tidak hanya mengurangi gejala positif tetapi juga, mengurangi

tanda-tanda negatif kurangnya kemauan dan motivasi, penarikan sosial, dan

anhedonia (Videbeck, 2011).

2.1.5.2 Pengobatan Psikososial

Selain pengobatan farmakologis, banyak mode lain dari pengobatan untuk

membantu orang dengan skizofrenia. Terapi individu atau kelompok, terapi

keluarga, pendidikan keluarga, dan pelatihan keterampilan sosial dapat

dilembagakan untuk klien baik rawat inap dan pengaturan masyarakat.

Sesi terapi individu dan kelompok, memberikan klien kesempatan untuk

kontak sosial dan berhubungan dengan orang lain. Kelompok yang fokus pada

topik yang menjadi perhatian seperti manajemen obat-obatan, penggunaan

masyarakat untuk mendukung klien, dan kekhawatiran keluarga juga telah

bermanfaat bagi klien dengan skizofrenia (Pfammatter, Junghan, & Brenner,

2006).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

21

Klien dengan skizofrenia dapat meningkatkan kompetensi sosial mereka

dengan pelatihan keterampilan sosial, yang diterjemahkan ke dalam fungsi yang

lebih efektif di masyarakat. Pelatihan keterampilan sosial dasar melibatkan

perilaku sosial yang kompleks menjadi langkah-langkah sederhana, berlatih

melalui role-playing, dan menerapkan konsep-konsep pengaturan dalam

masyarakat atau dunia nyata. Pelatihan adaptasi kognitif digunakan untuk

mendukung lingkungan yang dirancang untuk meningkatkan fungsi adaptif dalam

pengaturan rumah. Individual disesuaikan mendukung lingkungan seperti tanda-

tanda, kalender, perlengkapan kebersihan, dan wadah pil isyarat klien untuk

melakukan tugas-tugas yang terkait (Velligan, et al., 2006).

Sebuah terapi baru, cognitive enhancement therapy (CET),

menggabungkan pelatihan kognitif berbasis komputer dengan sesi kelompok yang

memungkinkan klien untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan sosial.

Pendekatan ini dirancang untuk memulihkan atau memperbaiki defisit sosial dan

neurokognitif klien, seperti perhatian, memori, dan pengolahan informasi. Latihan

pengalaman membantu klien untuk mengambil perspektif orang lain, daripada

fokus sepenuhnya pada diri. Hasil positif dari CET meliputi peningkatan stamina

mental, aktif bukan pasif pengolahan informasi, dan negosiasi spontan dan tepat

tantangan sosial tanpa latihan (Hogarty, Hogarty, Greenwald, Keshavan, & Eack,

2011)

Pendidikan keluarga dan terapi yang dikenal untuk mengurangi dampak

negatif dari skizofrenia dan mengurangi tingkat kekambuhan (Penn, Waldheter,

Perkins, Mueser, & Lieberman, 2005). Meskipun masuknya keluarga merupakan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

22

faktor yang meningkatkan hasil bagi klien, keterlibatan keluarga sering diabaikan

oleh para profesional perawatan kesehatan. Keluarga sering memiliki waktu yang

sulit menghadapi kompleksitas dan konsekuensi dari penyakit klien. Hal ini

menciptakan stres di antara anggota keluarga yang tidak menguntungkan bagi

anggota klien atau keluarga. Pendidikan keluarga membantu untuk membuat

anggota keluarga bagian dari tim pengobatan.

2.2 Pengertian Halusinasi

2.2.1 Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah pencerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apa pun

pada pancaindra seseorang,yang terjadi pada kesadaran sadar/bangun dasarnya

munkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 1990). Oleh

karena itu secara singkat halusinasi adalah persepsi atau pengalaman palsu.

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi; halusinasi merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, penciuman, perabaan atau penghidungan. Klien

merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010).

2.2.2 Jenis Halusinasi

Menurt Stuart (2007), halusinasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Halusinasi pendengaran : karakteristiknya ditandai dengan mendengar

suara terutama suara-suara orang biasanya klien mendengar suara orang

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

23

yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan

memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

b. Halusinasi penglihatan : karakteristiknya yaitu dengan adanya stimulus

penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar

kartun atau panorama yang luas dan kompleks, penglihatan bisa

menyenangkan atau menakutkan.

c. Halusinasi penghidu : karakteristiknya ditandai dengan adanya bau busuk,

amis dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-

kadang terhirup bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,

kejang dan dementia.

d. Halusinasi peraba : karakteristiknya ditandai dengan adanya rasa sakit atau

tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

e. Halusinasi pengecap : karakteristiknya ditandai dengan merasakan sesuatu

yang busuk, amis dan menjijikan.

f. Halusinasi sinestetik : karakteristiknya ditandai dengan merasakan fungsi

tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna

atau pembentukan urine (Prabowo, 2014).

2.2.3 Fase Halusinasi

Fase halusinasi menurut (Dermawan & Rusdi, 2013) sebagai berikut :

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

24

a. Tahap I (comforting):

Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi

merupakan suatu kesenangan dengan karakteristik klien mengalami ansietas,

kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat

menghilangkan ansietas, pikiran dan pengalaman masih dalam kontrol kesadaran

Perilaku klien yang mencirikan dari tahap I (comforting) yaitu tersenyum atau

tertawa sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,

respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi.

b. Tahap II (Condeming):

Menyalahkan, tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi

menyebabkan rasa antipasti dengan karakteristik pengalaman sensori menakutkan,

merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan

kontrol, menarik diri dari orang lain.

Perilaku klien yang mencirikan dari tahap II yaitu dengan terjadi

peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, perhatian dengan

lingkungan berkurang, konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya, kehilangan

kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas (Dermawan & Rusdi, 2013).

c. Tahap III (Controlling):

Mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman halusinasi tidak dapat

ditolak lagi dengan karakteristik klien menyerah dan menerima pengalaman

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

25

sensorinya (halusinasi), isi halusinasi menjadi atraktif, dan kesepian bila

pengalaman sensori berakhir.

Perilaku klien pada tahap III ini adalah perintah halusinasi ditaati, sulit

berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya

beberapa detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan

berkeringat.

d. Tahap IV (Conquering):

Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien tampak panik.

Karakteristiknya yaitu suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak

diikuti. Perilaku klien pada tahap IV adalah perilaku panic, resiko tinggi

mencederai, agitasi atau kataton, tidak mampu berespon terhadap lingkungan

(Prabowo, 2014).

2.2.4 Rentang Respon

Persepsi mengacu pada identifikasi dan interpretasi awal dari suatu

stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera. Respon

neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adatif pikiran logis,

persepsi akurat, emosi konsistenm dan perilaku sesuai sampai dengan respon

maladatif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon

dapat digambarkan sebagai berikut (Stuart & Sundeen, 1998) :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

26

2.2.5 Penatalaksanaan Halusinasi

Penatalaksanaan pasien dengan halusinasi adalah dengan pemberian obat-

obatan dan tindakan lain, yaitu :

a. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT).

b. Terapi aktivitas kelompok (TAK).

c. Psikofarmakologis

Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi yang merupakan

gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat-obatan antipsikosis. Terapi

aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin oleh

seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2007)

Rentang Respon Neurobiologis

Respon Adatif Respon Maladatif

Pikiran logis

Persepsi akurat

Emosi konsisten

Perilaku sesuai

Hubungan sosial

ketidakteraturan

Pikiran kadang menyimpang

Ilusi

Reaksi emosional berlebihan

Perilaku aneh/tidak biasa

Menarik diri

Kelainan pikiran

Halusinasi

disorganisasi

Emosi

Isolasi sosial

Gambar 1 Rentang Respon Neurobiologis

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

27

2.3 Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok

2.3.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok

aktivitas kelompok merupakan suatu terapi yang dilakukan sekelompok

klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau

diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009).

Terapi akitivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi

psikoterapis untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes

RI, 1997). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang

dilakukan oleh perawat kepada sekelompok pasien dengan masalah keperawatan

yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai

targen asuhan (Keliat,2005).

Dapat disimpulakan terapi aktivitas kelompok adalah suatu terapi yang

dilakukan oleh sekelompak pasien dengan masalah keperawatan yang sama

sehingga dapat meningkatkan hubungan antar anggota dan dipimpin oleh perawat

atau terapis dengan melakukan aktivitas ditujukan untuk terapai, dan kelompok

digunakan untuk target asuhan.

2.3.2 Jenis Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok

stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi

aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Dari jenis

TAK diatas yang dipilih oleh peneliti adalah TAK stimulasi persepsi.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

28

2.3.2.1 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi kemampuan mengontrol

halusinasi adalah TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien

halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya (Purwaningsih dan

Karlina, 2010).

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus

yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada

tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respons klien terhadap berbagai stimulus

dalam kehidupan menjadi adaptif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi.

Stimulus yang disediakan: baca artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV

(ini merupakan stimulus yang disediakan); stimulus dari tiga puluh dua

pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif

atau distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan

negatif pada orang lain, dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap

stimulus. Menurut Keliat (2005) TAK : Stimulasi Persepsi ada 5 sesi yakni sesi 1:

mengenal halusinasi, sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik, sesi 3

:mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, sesi 4 : Mencegah halusinasi

dengan cara bercakap-cakap, sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan patuh minum

obat.

Tujuan dari terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

adalah meningkatkan kemampuan orientasi realita, meningkatkan kemampuan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

29

memusatkan perhatian, meningkatkan kemampuan intelektual, dan

mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain.

2.3.3 Komponen Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Stuart & Laraia (2005) komponen kelompok terdiri dari delapan

aspek, yaitu sebagai berikut.

2.3.3.1 Struktur Kelompok

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan

keputusan, dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga

stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam

kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu

oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama.

2.3.3.2 Besar Kelompok

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang

anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jumlah anggota kelompok kecil menurut

Stuart dan Laraia (2005) adalah 7-10 orang, menurut Rawlins, Williams, dan Beck

(1993) adalah 5-10 orang, sedangkan menurut Yosep (2007) jumlah anggota

kelompok yang ideal dengan verbalisasi biasanya 7-8 orang. Sedangkan jumlah

minimum 4 dan maksimum 10. Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya

tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat,

dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi

yang terjadi.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

30

2.3.3.3 Lamanya Sesi

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok

yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia,

2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, kemudian tahap

kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan

kelompok, dapat satu kali/ dua kali per minggu; atau dapat direncanakan sesuai

dengan kebutuhan.

2.3.3.4 Komunikasi

Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah

mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin

menggunakan umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok

terhadap dinamika yang terjadi.

Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok, konflik

interpersonal, tingkat kompetisi, dan seberapa jauh anggota kelompok mengerti

serta melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan.

Elemen penting observasi komunikasi verbal dan nonverbal (Stuart &

Laraia, 2005)

a. Komunikasi setiap anggota kelompok

b. Rancangan tempat dan duduk (setting)

c. Tema umum yang diekspresikan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

31

d. Frekuensi komunikasi dan orang yang dituju selama komunikasi

e. Kemampuan anggota kelompok sebagai pandangan terhadap kelompok

f. Proses penyelesaian masalah terjadi

2.3.3.5 Peran Kelompok

Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi dalam kelompok. Ada

tiga peran dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja

kelompok, yaitu (Stuart & Laraia, 2005) maintenance roles, task roles, dan

individual role. Maintenance roles, yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok

dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas.

Individual roles adalah self-centered dan distraksi pada kelompok.

2.3.3.6 Kekuatan Kelompok

Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam

memengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk menetapkan kekuatan

anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak

mendengar, dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok.

2.3.3.7 Norma Kelompok

Norma adalah standar perilaku yang ada dalam kelompok. Pengharapan

terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan pengalaman

masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk

mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

32

Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan norma kelompok, penting dalam

menerima anggota kelompok. Anggota kelompok yang tidak mengikuti norma

dianggap pemberontak dan ditolak anggota kelompok lain.

2.3.3.8 Kekohesifan

Kekohesifan adalah kekuatan anggota kelompok bekerja sama dalam

mencapai tujuan. Hal ini memengaruhi anggota kelompok untuk tetap betah dalam

kelompok. Apa yang membuat anggota kelompok tertarik dan puas terhadap

kelompok, perlu diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.

Pemimpin kelompok (terapis) perlu melakukan upaya agar kekohesifan kelompok

dapat terwujud, seperti mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain,

diskusi dengan kata-kata "kita", menyampaikan kesamaan anggota kelompok,

membantu anggota kelompok untuk mendengarkan ketika yang lain bicara.

Kekohesifan perlu diukur melalui seberapa sering antar anggota memberi pujian

dan mengungkapkan kekaguman satu sama lain.

2.3.4 Prinsip Terapi Aktivitas Kelompok

Prinsip memilih klien untuk Terapi aktivitas kelompok Menurut Keliat (2005)

adalah sebagai berikut :

a. Gejala sama

Misalnya terapi aktivitas kelompok khusus untuk pasien depresi,

khusus untuk pasien halusinasi, dan lain sebagainya. Setiap terapi

aktivitas kelompok memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa untuk

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

33

sosialisasi, kerjasama, maupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap

tujuan spesifik tersebut akan dapat dicapai apabila klien memiliki masalah

atau gejala yang sama, sehingga mereka dapat bekerja sama atau berbagi

dalam proses terapi.

b. Kategori sama

dalam artian klien memiliki nilai skor hampir sama dari hasil

kategorisasi. Klien yang dapat diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok

adalah klien akut skor rendah sampai klien tahap promotion. Bila dalam

satu terapi klien memiliki skor yang hampir sama maka tujuan terapi akan

lebih mudah tercapai.

c. Jenis kelamin

Pengalamn terapi aktivitas kelompok yang dilakukan pada klien

dengan gejala sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi daripada

perempuan. Maka lebih baik dibedakan.

d. Kelompok umur hampir sama

Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi

antar klien.

e. Jumlah efektif adalah 7-10 orang per-kelompok terapi

Jika terlalu banyak peserta, maka tujuan terapi akan sulit tercapai

karena akan terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada klien. Bila

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

34

terlalu sedikitpun trapi akan terasa sepi interaksi dan tujuannya sulit

tercapai.

2.3.6 Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok

pada penderita skizofrenia adalah

a. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi

Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus

terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan

panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang

dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah

keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,

waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.

b. Tugas sebagai leader dan coleader

Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi komunikasi yang

terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari

dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok

menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan

memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.

c. Tugas sebagai fasilitator,

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

35

Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok

sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota

kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.

d. Tugas sebagai observer

Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati

respon penderita,mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan

menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.

e. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi.

Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub

kelompok, kurangnya keterbukaan resistensi baik individu atau kelompok

dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara mengatasi masalah

tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka

teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.

f. Program antisipasi masalah

Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)

yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.

(Purwaningsih dan Karlina, 2010).

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

36

2.4 TAK Stimulasi Persepsi Pada Pasien Halusinasi

Aktivitas TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi dilakukan lima sesi yang

melatih kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya. Kelima sesi tersebut

akan peneliti paparkan dalam pedoman pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi

Halusinasi sebagai berikut :

a. Sesi 1 mengenal halusinasi

1) Tujuan

a) Klien dapat mengenal halusinasi.

b) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi

c) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi

d) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Spidol

b) Papan tulis/whiteboard/flipchart

4) Metode

a) Diskusi dan tanya jawab

b) Bermain peran/simulasi

5) Langkah kegiatan

a) Persiapan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

37

(1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan

perubahan sensori persepsi : halusinasi

(2) Membuat kontrak dengan klien

(3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b) Orientasi

(1) Salam terapeutik.

(a) Salam dari terapis kepada klien

(b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

(c) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan

nama).

(2) Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini

(3) Kontrak

(a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,

yaitu mengenal suara-suara yang didengar.

(b) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus

meminta ijin kepada terapis.

II. Lama kegiatan 45 menit.

III. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c) Tahap kerja

(1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu

mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

38

isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien

pada saat terjadi.

(2) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan

terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien

pada saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah

kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran.

Hasilnya ditulis di whiteboard.

(3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.

(4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien

dari halusinasi yang dialami.

d) Tahap terminasi

(1) Evaluasi

(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

(b) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

(2) Tindak lanjut

Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan

perasaannya jika terjadi halusinasi.

(3) Kontrak yang akan datang

(a) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi.

(b) Menyepakati waktu dan tempat

6) Evaluasi dan dokumentasi

a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

39

TAK. Untuk TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi sesi 1, kemampuan yang

diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi,

situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi. Formulir

evaluasi tersedia pada lampiran berikutnya.

b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK

pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi

halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang

sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi

halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

b. Sesi 2 mengontrol halusinasi dengan menghardik.

1) Tujuan

a) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk

mengatasi halusinasi.

b) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.

c) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart

b) Jadwal kegiatan klien

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

40

4) Metoda

a) Diskusi dan tanya jawab.

b) Bermain peran/simulasi.

5) Langkah kegiatan

a) Persiapan

(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah

mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1.

(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b) Orientasi

(1) Salam terpaeutik

(a) Salam dari terapis kepada klien.

(b) Klien dan terapis memakai papan nama.

(2) Evaluasi/validasi.

(a) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.

(b) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi,

waktu, situasi, dan perasaan.

(3) Kontrak.

(a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara

mengontrol halusinasi.

(b) Menjelaskan aturan main berikut :

I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus

meminta ijin kepada terapis.

II. Lama kegiatan 45 menit.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

41

III. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c) Tahap kerja :

(1) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat

mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai

semua klien mendapat giliran.

(2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.

(3) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik

halusinasi saat halusinasi muncul.

(4) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu : “Pergi,

jangan ganggu saya”, “Saya mau bercakap-cakap dengan…”.

(5) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara

menghardik halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis

berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan

giliran.

(6) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk

tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik

halusinasi.

d) Tahap terminasi

(1) Evaluasi.

(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti

TAK.

(b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

42

(2) Rencana tindak lanjut.

(a) Terapis menganjurkan setiap anggota kelompok untuk

menerapkan cara yang telah dipelajari jika halusinasi muncul.

(b) Memasukkan kegiatan menghardik pada jadwal kegiatan harian

klien.

(3) Kontrak yang akan datang.

(a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan kegiatan.

(b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK

berikutnya.

6) Evaluasi dan dokumentasi

a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai

dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2,

dievaluasi kemampuan klien mengatasi halusinasi dengan menghardik

menggunakan formulir evaluasi.

b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melaksanakan

TAK pada catatan proses keperawatan setiap klien. Misalnya, klien

mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 2. Klien mampu

memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

43

menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada malam hari (buat

jadwal).

c. Sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.

1) Tujuan

a) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah

munculnya halusinasi.

b) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya

halusinasi.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Buku catatan dan pulpen.

b) Jadwal kegiatan harian klien.

c) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart

4) Metode

a) Diskusi dan tanya jawab.

b) Bermain peran/simulasi dan latihan.

5) Langkah kegiatan

a) Persiapan

(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti

TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2.

(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

44

b) Orientasi

(1) Salam terapeutik

(a) Salam dari terapis kepada klien.

(b) Peserta dan terapis memakai papan nama.

(2) Evaluasi/validasi.

(a) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.

(b) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah

dipelajari.

(c) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara

menghardik halusinasi.

(3) Kontrak:

(a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya

halusinasi dengan melakukan kegiatan.

(b) Menjelaskan aturan main berikut :

I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus

meminta ijin kepada terapis.

II. Lama kegiatan 45 menit.

III. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c) Tahap kerja

(1) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan

sehari-hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang

teratur akan mencegah munculnya halusinasi.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

45

(2) Terapis meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang

biasa dilakukan sehari-hari, dan ditulis di whiteboard.

(3) Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis

menulis formulir yang sama di whiteboard.

(4) Terapis membimbing satu per satu klien untuk membuat

jadwal kegiatan harian, dari bangun pagi sampai tidur malam.

Klien menggunakan formulir, terapis menggunakan

whiteboard.

(5) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah

disusun.

(6) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang

sudah selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.

d) Tahap terminasi

(1) Evaluasi.

(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun

jadwal kegiatan dan memperagakannya.

(b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

(2) Rencana tindak lanjut.

Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol

halusinasi, yaitu menghardik dan melakukan kegiatan.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

46

(3) Kontrak yang akan datang.

(a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap.

(b) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

6) Evaluasi dan dokumentasi

a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai

dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3

dievaluasi kemampuan klien mencegah timbulnya halusinasi dengan

melakukan kegiatan harian, dengan menggunakan formulir evaluasi.

b) Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada catatan

proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi

persepsi : halusinasi sesi 3. Klien mampu memperagakan kegiatan harian

dan menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan kegiatan untuk

mencegah halusinasi.

d. Sesi 4 mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

1) Tujuan

a) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mencegah munculnya halusinasi.

b) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah

munculnya halusinasi.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

47

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

b) Ruangan nyaman dan tenang.

3) Alat

a) Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen.

b) Fliphchart/Whiteboard dan spidol.

4) Metoda

a) Diskusi dan tanya jawab

b) Bermain peran/simulasi

5) Langkah kegiatan

a) Persiapan

(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah

mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 3.

(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

b) Orientasi

(1) Salam terpaeutik:

(a) Salam dari terapis kepada klien.

(b) Peserta dan terapis memakai papan nama.

(2) Evaluasi/validasi

(a) Menanyakan perasaan klien saat ini.

(b) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang

telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan

terarah) untuk mencegah halusinasi.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

48

(3) Kontrak

(a) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi

dengan bercakap-cakap.

(b) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

I. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus

meminta ijin kepada terapis.

II. Lama kegiatan 45 menit.

III. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapai selesai.

c) Tahap kerja

(1) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain

untuk mengontrol dan mencegah halusinasi.

(2) Terapis meminta setiap klien menyebutkan orang yang biasa dan

bisa diajak bercakap-cakap.

(3) Terapis meminta setiap klien menyebutkan pokok pembicaraan

yang biasa dan bisa dilakukan.

(4) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi

muncul, “Suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja

dengan suster” atau “Suster, saya mau ngobrol tentang kapan saya

boleh pulang”.

(5) Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan

orang di sebelahnya.

(6) Berikan pujian atas keberhasilan klien.

(7) Ulangi kegiatan no. 5 dan 6 sampai semua klien mendapat giliran.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

49

d) Tahap terminasi

(1) Evaluasi

(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

(b) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah

dilatih.

(c) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

(2) Rencana tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.

(3) Kontrak yang akan datang

(a) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK

berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh

minum obat.

(b) Terapis menyepakati waktu dan tempat

6) Evaluasi dan dokumentasi

a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada

tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai

dengan tujuan TAK. Untuk TAK Stimulasi persepsi halusinasi sesi 4,

dievaluasi kemampuan mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap,

yaitu dengan menggunakan formulir evaluasi.

b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK

pada catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti

TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

50

lancar bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap-cakap

dengan perawat dan klien lain di ruang rawat.

e. Sesi 5 mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

1) Tujuan

a) Klien memahami pentingnya patuh minum obat.

b) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.

c) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.

2) Setting

a) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran

b) Ruangan nyaman dan tenang

3) Alat

a) Jadwal kegiatan harian klien

b) Flipchart/whiteboard dan spidol.

c) Beberapa contoh obat.

4) Metoda

a) Diskusi dan tanya jawab

b) Melengkapi jadwal harian.

5) Langkah kegiatan

a) Persiapan

(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti

TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4.

(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

51

b) Orientasi

(1) Salam terpaeutik

(a) Salam dari terapis kepada klien.

(b) Peserta dan terapis memakai papan nama

(2) Evaluasi/validasi

(a) Menanyakan perasaan klien saat ini

(b) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi

setelah menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik,

menyibukkan diri dengan kegiatan dan bercakap-cakap).

(3) Kontrak

(a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan dengan anggota kelompok,

yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

(b) Menjelaskan aturan main berikut :

I. Jika klien akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin

kepada terapis.

II. Lama kegiatan 45 menit.

III. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

c) Tahap kerja

(1) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu

mencegah kambuh, karena obat member perasaan tenang, dan

memperlambat kambuh.

(2) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu

penyebab kambuh.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

52

(3) Terapis meminta setiap klien menyampaikan obat yang dimakan

dan waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard.

(4) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar

waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara

minum obat, benar dosis obat.

(5) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara

bergiliran.

(6) Berikan pujian pada klien yang benar.

(7) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di

whiteboard).

(8) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat

di whiteboard).

(9) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara

mencegah halusinasi/kambuh.

(10) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu

kejadian halusinasi/kambuh.

(11) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum

obat dan kerugian tidak patuh minum obat.

(12) Memberi pujian setiap kali klien benar.

d) Tahap terminasi

(1) Evaluasi

(a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

53

(b) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang

sudah dipelajari.

(c) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

(2) Rencana tindak lanjut

Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi,

yaitu menghardik, melakukan kegiatan, bercakap-cakap, dan patuh

minum obat.

(3) Kontrak yang akan datang

(a) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol

halusinasi.

(b) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan

indikasi klien.

6) Evaluasi dan dokumentasi

(a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap

kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 5, kemampuan klien

yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat,

keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir

evaluasi terdapat pada lampiran berikutnya.

(b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada

catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK

stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 5. Klien mampu menyebutkan lima benar

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 …erepo.unud.ac.id/17390/3/1102106045-3-BAB II.pdf · kontribusi pada perkembangan skizofrenia pada mereka yang telah memiliki

54

cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat

(kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar