bab ii tinjauan pustaka 2.1. kepatuhan konsumsi...

21
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi 2.1.1. Definisi Kepatuhan Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi didefinisikan perilaku ibu hamil yang mentaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam mengkonsumsi tablet besi. Kepatuhan konsumsi tablet besi diperoleh melalui perhitungan tablet yang tersisa. Ibu hamil dikategorikan patuh apabila angka kepatuhannya mencapai 90%. Sebaliknya ibu hamil dikatakan tidak patuh apabila angka kepatuhannya <90% (Rahmawati dan Subagio, 2012). 2.1.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi kesadaran dan kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu hamil untuk patuh mengkonsumsi tablet besi secara baik (Indreswari dkk, 2008). Menurut Rahmawati dan Subagio (2012), ada beberapa faktor yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi, diantaranya adalah pengetahuan, motivasi, pelayanan kesehatan, dan peran serta keluarga. Selain itu efek samping juga berpengaruh besar terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi. Efek samping dari tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare (Indreswari dkk, 2008). Kepatuhan yang tinggi dalam mengkonsumsi tablet besi juga karena motivasi untuk pencapaian kesehatan yang lebih baik setelah mengkonsumsi tablet besi (Budiarni dan Subagio, 2012). Menurut Notoatmodjo, 2003, beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi kepatuhan 7

Upload: buitram

Post on 30-Jan-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi

2.1.1. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi didefinisikan perilaku ibu hamil

yang mentaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan

dalam mengkonsumsi tablet besi. Kepatuhan konsumsi tablet besi diperoleh

melalui perhitungan tablet yang tersisa. Ibu hamil dikategorikan patuh

apabila angka kepatuhannya mencapai 90%. Sebaliknya ibu hamil dikatakan

tidak patuh apabila angka kepatuhannya <90% (Rahmawati dan Subagio,

2012).

2.1.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi kesadaran dan kepatuhan ibu

hamil. Kesadaran merupakan faktor pendukung bagi ibu hamil untuk patuh

mengkonsumsi tablet besi secara baik (Indreswari dkk, 2008).

Menurut Rahmawati dan Subagio (2012), ada beberapa faktor yang

mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi kepatuhan ibu hamil

dalam mengkonsumsi tablet besi, diantaranya adalah pengetahuan, motivasi,

pelayanan kesehatan, dan peran serta keluarga. Selain itu efek samping juga

berpengaruh besar terhadap kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi

tablet besi. Efek samping dari tablet besi antara lain mengakibatkan nyeri

lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare (Indreswari dkk, 2008).

Kepatuhan yang tinggi dalam mengkonsumsi tablet besi juga karena

motivasi untuk pencapaian kesehatan yang lebih baik setelah mengkonsumsi

tablet besi (Budiarni dan Subagio, 2012).

Menurut Notoatmodjo, 2003, beberapa teori lain yang telah dicoba

untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi kepatuhan

7

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

8

konsumsi tablet besi, antara lain adalah perilaku ibu hamil, khususnya

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain :

2.1.2.1. Teori Lawrence Green (1980)

Green dalam Notoatmodjo, 2003, mencoba menganalisis perilaku

manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes)

dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan

sebagainya.

3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok

referensi dari perilaku masyarakat.

2.1.2.2. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa

perilaku merupakan fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas

kesehatan (accesebility of information).

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil

tindakan atau keputusan (personal autonomy).

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

2.1.2.3. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang

berperilaku tertentu adalah :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

9

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang

terhadap objek (objek kesehatan).

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain.

b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau

nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan

dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang

lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau

menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap

tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu

tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh

tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti

atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.

2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting

untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk

dicontoh.

3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu,

tenaga dan sebagainya.

4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-

sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola

hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu

berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat

manusia (Notoatmodjo, 2003).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

10

2.2. Tingkat Kecukupan Zat Besi

2.2.1.Fungsi Zat Besi

Menurut Almatsier, 2009., besi mempunyai beberapa fungsi esensial

di dalam tubuh antara lain:

Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.

Sebagai alat angkut elektron di dalam sel.

Sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh.

2.2.2.Komposisi Zat Besi di Dalam Tubuh

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam

tubuh manusia dan hewan, yaitu 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa.

Meskipun zat besi ini terdapat luas dalam makanan, banyak penduduk dunia

mengalami kekurangan besi. Kekurangan besi berpengaruh terhadap

produktivitas kerja, penampilan kognitif, dan sistem kekebalan (Iswanto

dkk., 2012).

2.2.3.Sumber Zat Besi

Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdapat

dalam hemoglobin dan mioglobin makanan hewani, dan besi-nonhem dalam

makanan nabati. Besi-hem hanya merupakan bagian kecil dari besi yang

diperoleh dari makanan (kurang lebih 5% dari besi total makanan), namun

yang dapat diabsorpsi dapat mencapai 25%, sedangkan nonhem hanya 5%

(Almatsier, 2009).

Sumber besi yang baik adalah makanan hewani seperti daging, ayam,

ikan, telur. Sedangkan sumber besi yang berasal dari sayuran adalah serealia

tumbuk, kacang-kacangan , sayuran hijau dan buah. Disamping jumlah besi,

perlu diperhatikan juga ketersediaan biologik (bioavailability). Besi

bersumber daging, ayam, ikan mempunyai bioavailability yang tinggi

(Arisman, 2004).

2.2.4.Penyerapan Zat Besi

Menurut Almatsier, 2009, tubuh sangat efisien dalam penggunaan

besi. Sebelum diabsorpsi, didalam lambung besi dibebaskan dari ikatan

organik seperti protein. Sebagian besar besi dalam bentuk feri direduksi

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

11

menjadi bentuk fero. Hal ini terjadi dalam suasana asam di dalam lambung

dengan adanya HCl dan vitamin C yang terdapat dalam makanan.

Absorpsi terutama terjadi dibagian atas usus halus (duodenum)

dengan bantuan alat angkut protein khusus. Ada dua jenis alat angkut

protein yang membantu penyerapan besi, yaitu transferin dan feritin.

Transferin protein yang disintesis di dalam hati terdapat dalam dua bentuk.

Transferin mukosa mengangkut besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa

dan memindahkan ke transferin reseptor yang ada di dalam sel mukosa.

Transferin mukosa kemudian kembali ke rongga saluran cerna untuk

mengikat besi lain, sedangkan reseptor mengangkut besi melalui darah ke

semua jaringan tubuh. Duo ion feri diikatkan pada transferin untuk dibawa

ke jaringan-jaringan tubuh. Banyaknya reseptor transferin yang terdapat

pada membrane sel bergantung pada kebutuhan tiap sel. Kekurangan besi

pertama dapat dilihat pada tingkat kejenuhan transferin (Almatsier, 2009).

Menurut Almatsier, 2009, agar dapat diabsorpsi besi nonhem di dalam

usus halus harus berada dalam bentuk terlarut. Besi nonhem diionisasi oleh

asam lambung, direduksi menjadi bentuk fero dan dilarutkan dalam cairan

pelarut seperti asam askorbat, gula dan asam amino yang mengandung

sulfur. Pada Susana pH 7 di dalan duodenum sebagian besar besi dalam

bentuk feri akan mengendap, kecuali dalam keadaan terlarut. Besi fero lebih

mudah larut pada pH 7, oleh karena itu mudah diabsorpsi. Taraf absorpsi

besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan

tubuh.

Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih

lambat daripada penerimaannya dari saluran cerna., bergantung pada

simpanan besi dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Sebagian

besar transferin darah membawa besi ke sumsum tulang dan bagian tubuh

lain. Di dalam sumsum tulang besi digunakan untuk membuat hemoglobin

yang merupakan bagian dari sel darah merah. Sisanya dibawa ke jaringan

tubuh yang membutuhkan. Kelebihan besi yang dapat mencapai 200-1500

mg disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin di dalam hati (30%),

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

12

sumsum tulang belakang (30%), dan selebihnya di dalam limpa dan otot.

Dari simpanan besi tersebut hingga 50 mg sehari dapat dimobilisasi untuk

keperluan tubuh seperti pembentukan hemoglobin. Feritin yang bersirkulasi

didalam darah mencerminkan simpanan besi di dalam tubuh (Almatsier,

2009).

Menggunakan suplemen besi dosis tinggi untuk jangka waktu panjang

atau sering mendapat transfusi darah dapat menimbulkan penumpukan besi

secara berlebihan di dalam hati. Simpanan besi terutama dalam bentuk

hemosiderin yang tidak larut air dapat menimbulkan hemosiderosis

(Briawan, 2013).

2.2.5.Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi besi

Menurut Almatsier, 2009, dalam keadaan defisiensi besi, absorpsi

dapat mencapai 50%. Beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi besi,

yaitu :

1) Bentuk besi

Besi hem dapat diserap 2 kali lipat daripada besi nonhem.

2) Asam organik

Asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi

non hem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero.

3) Asam fitat

Asam fitat dan factor lain didalam serat serealia dan asam oksalat

didalam sayuran dapat menghambat penyerapan besi.

4) Tanin

Tanin merupakan polifenol dan terdapat didalam teh, kopi dan

beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorpsi besi dengan

cara mengikatnya.

5) Tingkat keasaman lambung

Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.

6) Faktor intrinsik

Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi

diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

13

7) Kebutuhan tubuh

Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi

besi. Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada masa

pertumbuhan, absorpsi besi non-hem dapat meningkat sampai sepuluh

kali, sedangkan besi-hem dua kali (Almatsier, 2009).

2.2.6.Ekskresi Zat Besi

Sel darah merah rata-rata berumur kurang lebih 4 bulan. Sel-sel hati

dan limpa akan mengambilnya dari darah, memecahnya dan menyiapkan

produk-produk pemecahan tersebut untuk dikeluarkan dari tubuh atau didaur

ulang. Zat besi sebagian besar di daur ulang. Hati mengikatnya ke transferin

darah, dan mengangkutnya kembali ke sumsum tulang untuk digunakan

kembali membuat sel darah merah baru. Hanya sedikit besi yang

dikeluarkan dari tubuh, terutama melalui urin, keringat, dan kulit (Briawan,

2013).

2.2.7.Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil

Menurut Manuaba, 2010, wanita memerlukan zat besi lebih tinggi

dari laki-laki karena terjadi menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50

sampai 80 cc setiap bulan, dan kehilangan zat besi sebesar 30 sampai 40 mg.

Disamping itu kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah serta membentuk sel darah merah

janin dan plasenta.

Jika pada saat persalinan cadangan zat besi minimal, maka setiap

kehamilan akan menguras persediaan zat besi dalam tubuh dan akhirnya

menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, 2010).

Angka kecukupan besi sehari yang dianjurkan berdasarkan

Widyakarya Nasional Pangan dan Gzi (2004) dapatdilihat pada tabel 2.1.

Angka kecukupan ini dihitung berdasarkan ketersediaan hayati

(bioavailability) sebesar 15%. Zat besi dalam makanan dapat berasal dari

sumber nabati dengan ketersediaan hayati 2-3% dan sumber hewani dengan

ketersediaan hayati 20-23%. Untuk meningkatkan ketersediaan hayati, zat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

14

besi yag berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat ditambahkan dengan vitamin

C dan asam organik lainnya

Tabel 2.1. Angka Kecukupan Zat Besi yang dianjurkan (per orang per hari).

Golongan Umur AKB (mg) Golongan Umur AKB (mg)

0 – 6 bl7 – 11 bl1 – 3 th4 – 6 th7 – 9 th

Pria :10 – 12 th13 – 15 th16 – 18 th19 – 29 th30 – 49 th50 – 64 th≥ 65 th

0,5789

10

13191513131313

Wanita :10 – 12 th13 – 15 th16 – 18 th19 – 29 th30 – 49 th50 – 64 th≥ 65 th

Hamil :Trimester ITrimester IITrimester III

Menyusui :0 – 6 bl7 – 12 bl

20262626261212

+ 0+ 9

+ 13

+ 6+ 6

Sumber : Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, 2004.

2.2.8.Akibat Kekurangan Zat Besi Pada Masa Kehamilan

Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia.

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap.

Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi

masukan zat besi lama kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan

kadar hemoglobin (Almatsier, 2009).

Ciri-ciri dan tanda tanda gejala anemia antara lain pucat, lemah, nafas

pendek, dan nafsu makan hilang. Menurut Manuaba (2010) anemia pada

kehamilan dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandung.

Bahaya selama kehamilan adalah terjadi abortus, persalinan premature,

hambatan tumbuh kembang janin dalam kandungan, mudah terjadi infeksi,

ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), mola hidatidosa, hiperemesis

gravidarum, perdarahan antepartum, dan ketuban pecah dini. Dampak

anemia pada bayi yaitu, bayi lahir sebelum waktunya, berat badan lahir

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

15

rendah, kematian bayi, serta meningkatnya angka kesakitan bayi (Depkes

RI, 2003).

2.2.9.Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kurang Zat Besi Pada Ibu Hamil

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi

kurang zat besi pada ibu hamil menurut Depkes RI dalam Zulaekah (2009)

adalah :

1) Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan,

sumber hewani (hem iron) yang mudah diserap seperti hati, ikan, daging,

selain itu perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung

vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu

penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan hemoglobin.

2) Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat,

vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan

secara luas oleh kelompok sasaran.

3) Suplementasi besi folat secara rutin selama jangka waktu tertentu,

bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara tepat. Dengan demikian

suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan

penanggulangan kurang besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya.

2.2.10.Suplementasi Zat Besi Pada Ibu Hamil

1). Pengertian Suplementasi Tablet Besi

Suplementasi tablet besi adalah pemberian zat besi folat yang

berbentuk tablet. Setiap tablet besi berisi 200 mg fero sulfat dan 0,25

mg asam folat (setara dengan 60 mg besi dan 0,25 asam folat), yang

diberikan oleh pemerintah kepada ibu hamil untuk mengatasi masalah

anemia gizi besi (Depkes RI, 2003).

Pemberian suplementasi tablet besi menguntungkan karena dapat

memperbaiki status hemoglobin tubuh dalam waktu relatif singkat.

seperti anak balita, anak sekolah, dan pekerja. Pemberian tablet besi ini

diberikan oleh petugas kesehatan dengan cuma-cuma sehingga dapat

dijangkau oleh masyarakat luas dan mudah didapat (Depkes RI, 2003)

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

16

2). Dosis dan Cara Pemberian Tablet besi pada ibu Hamil

Menurut Depkes RI (2003) tablet besi diberikan pada ibu hamil sesuai

dengan dosis dan cara yang ditentukan, yaitu :

Dosis pencegahan, diberikan pada kelompok sasaran tanpa

pemeriksaan Hb, yaitu sehari 1 tablet berturut-turut selama minimal

90 hari pada masa kehamilan.

Dosis pengobatan diberikan pada sasaran yang Hbnya diatas

ambang batas yaitu bila kadar Hb < 11 gr% pemberian menjadi 3

tablet sehari selama 90 hari.

Menurut ketentuan Depkes RI (2003), tablet besi diberikan pada

sasaran melalui sarana-sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun

swasta, antara lain : puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, bidan

desa, posyandu, rumah sakit pemerintah/swasta, bidan/dokter praktek

swasta, apotek/toko obat, dan pos obat desa.

2.3. Kadar Hemoglobin

2.3.1.Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah komponen eritrosit yang dapat mengikat oksigen.

Fungsi utama eritrosit adalah mengikat dan membawa oksigen dari paru-

paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh, dan sebaliknya membawa sisa

metabolisme berupa CO2 untuk dibuang. Hemoglobin tersusun dari senyawa

kompleks protein globin dan heme (senyawa porfirin yang bagian pusatnya

diisi satu atom besi). Satu molekul hemoglobin terdiri dari empat molekul

globin dan empat heme, sehingga setiap satu molekul hemoglobin

mempunyai empat atom besi. Struktur molekul hemoglobin ini yang dapat

mengikat oksigen dan zat besi harus berada dalam bentuk tereduksi (Fe2+

atau ferro). Hemogobin yang mengalami oksidasi akan menjadi

metemoglobin, dan ferro berubah menjadi ferri dan tidak mampu lagi

mengikat oksigen (Sadikin dalam Briawan, 2013).

Untuk menghindari resiko oksidasi hemoglobin diikat dan

tersembunyi pada ikatan peptida molekul protein globin pada sel darah

merah. Dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 5 liter darah. Setiap sel

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

17

darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap detik tubuh

harus memproduksi 2,5 juta sel darah merah (eritropoiesis). Selama 120 hari

sel darah merah tersebut dapat digunakan oleh tubuh (lifespan), dan

kemudian akan mati. Pada orang dewasa setiap harinya sekitar 200 milyar

eritrosit tua (1%) akan rusak dan diganti oleh sel-sel darah yang baru. Di

dalam tubuh pembentukan sel darah merah (eritropoiesis) terdapat pada

jaringan hematopoietik sumsum tulang belakang. Tahapan eritopoiesis

berawal dari bakal sel (stem cell), yaitu hematoblas dan berakhir menjadi

eritrosit yang matang (Briawan, 2013).

2.3.2.Kadar Hemoglobin

Indikator yang paling umum digunakan untuk mengetahui kekurangan

besi adalah pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah, dan nilai

hemoglobin darah. Nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal

kekurangan besi, akan tetapi berguna untuk mengetahui beratnya anemia.

Nilai hemoglobin yang rendah menggambarkan kekurangan besi yang sudah

lanjut. Disamping kekurangan besi, nilai hemoglobin rendah mungkin

disebabkan oleh kekurangan protein atau vitamin B6 (Almatsier, 2009).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah

kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis

kelamin. Kadar normal hemoglobin dalam darah yaitu : anak balita 11 gr%,

anak usia sekolah 12 gr%, wanita dewasa 12 gr%, ibu hamil 11 gr%, laki-

laki 13 gr%, ibu menyusui 12 gr% (Depkes RI, 2003).

Menurut Iswanto dkk, 2012, faktor-faktor penyebab kurangnya kadar

hemoglobin antara lain konsumsi makanan kurang, adanya penyakit infeksi

kronis, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi yang rendah. Kadar

hemoglobin darah ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain:

cyanmethemoglobin, sahli, dan talquist (Gandasoebrata, 2004).

2.3.2.1. Cara Cyanmethemoglobin

Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglo-

binsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbansi larutan

diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

18

dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin,

methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin.

Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur

(Gandasoebrata, 2004).

Cara :

1. Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin

2. Dengan pipet hemoglobin diambil 20 μl darah (kapiler, EDTA atau

oxalat); sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu

dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter dengan membilasnya

beberapa kali

3. Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali.

Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin

menjadi sianmethemoglobin

4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai

blanko digunakan larutan Drabkin

5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya dengan

absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera

Menurut Gandasoebrata, 2004, cara ini sangat bagus untuk

laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar

hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin yang

ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli.

Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1 g; kaliumsianida 50 mg;

kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya

ditambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya

perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna

dalam waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan

perbaruilah tiap bulan. Meskipun larutan Drabkin berisi sianida, tetapi ia

tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari karena jumlah sianida

itu sangat kecil (Gandasoebrata, 2004)

Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan

dalam fotokolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

19

hemoglobin yang lebih tinggi dari sebenarnya. Kekeruhan semacam ini

dapat disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya

globulin abnormal seperti pada macroglobulinemia (Depkes RI, 2000).

Menurut Gandasoebrata, 2004, laporan hasil pemeriksaan kadar

hemoglobin dengan memakai cara cyanmethemoglobin dan

spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka (digit) di belakang

tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal melampaui

ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini. Variasi-

variasi fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda

desimal menjadi tanpa makna.

2.3.2.2. Cara Sahli

Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian

warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam

alat itu (Gandasoebrata, 2004).

Cara Sahli ini bukanlah cara teliti. Kelemahan metodik

berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa

hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak

dapat distandard kan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua

macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya

karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Kesalahan

yang biasanya dicapai oleh ± 10 % kadar hemoglobin yang ditentukan

dengan cara Sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain (Gandasoebrata,

2004).

2.3.2.3. Cara Talquist

Menurut Depkes RI, 2000, metode pemeriksaaan hemoglobin

yang paling sederhana adalah cara talquist.

1. Mempunyai kesalahan yang paling besar dibandingkan cara

pemeriksaan yang lain

2. Paling mudah dilakukan

3. Cara pemeriksaan:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

20

Ambil darah dari ujung jari, teteskan pada kertas talquist,

keringkan, kemudiancocokkan dan baca pada standar yang ada.

2.4. Kelas Ibu Hamil

Dewasa ini penyuluhan kesehatan atau konsultasi masih dilakukan

secara kasus perkasus yang diberikan pada waktu pemeriksaan kehamilan

atau pada saat berlangsungnya posyandu. Namun metode penyuluhan

tersebut masih banyak kelemahannya antara lain: pengetahuan yang

diperoleh hanya sebatas pada masalah kesehatan yang dialami saat

berkonsultasi, tidak terkoodinir, tidak ada rencana kerja, tidak ada

pembinaan secara lintas sektor maupun lintas program, pelaksanaan

penyuluhan tidak terjadwal dan berkesinambungan (Depkes RI, 2011).

Untuk mengatasi masalah tersebut dibentuklah metode pembelajaran

meliputi pembahasan materi buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dalam

bentuk tatap muka dan kelompok, yang diikuti diskusi dan tukar

pengalaman antara ibu-ibu hamil dan petugas kesehatan. Kelompok belajar

tersebut dinamai Kelas Ibu Hamil (Depkes RI, 2011).

2.4.1.Pengertian Kelas Ibu Hamil

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang

kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,

perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran.

2.4.2.Tujuan Kelas Ibu Hamil

Menurut Depkes RI, 2011, program kelas ibu hamil mempunyai

tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut :

2.4.2.1.Tujuan Umum :

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar

memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, keluarga

berencana (KB) pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/

keperca-yaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

21

2.4.2.2.Tujuan Khusus :

Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara peserta (ibu

hamil dengan ibu hamil) dan antara ibu hamil dengan petugas kesehatan/

bidan.

Meningkatnya pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :

a. Kehamilan, perubahan tubuh, keluhan (apakah kehamilan itu,

perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan

cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan

pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk

penanggulangan Anemia).

b. Perawatan kehamilan, kesiapan psikologis menghadapi kehamilan,

hubungan suami isteri selama kehamilan, obat yang boleh

dikonsumsi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan dan Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

c. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan

proses persalinan).

d. Perawatan nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat

menyusui eksklusif, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-

tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).

e. KB pasca persalinan

f. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian

vit.K1 injeksi, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan

perkembangan bayi/anak dan pemberian imunisasi pada bayi baru

lahir)

g. Mitos/kepercayaan/adat istiadat setampat yang berkaitan dengan

kesehatan ibu dan anak.

h. Penyakit menular (Infeksi Meular Seksual, informasi dasar HIV-

AIDS dan pencegahan serta penanggulangan malaria pada ibu

hamil)

i. Akte kelahiran.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

22

2.4.3. Sasaran

Adapun yang menjadi sasaran atau target dari program kelas ibu

hamil yang tertuang dalam buku pedoman kelas ibu hamil adalah sebagai

berikut (Depkes RI, 2011) :

1). Sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 - 36 minggu karena pada

umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut keguguran,

efektif untuk melakukan senam hamil.. Jumlah peserta kelas ibu hamil

maksimal 10 orang setiap kelas.

2). Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat

mengikuti berbagai informasi penting, misalnya materi tentang

persiapan persalinan atau materi yang lainnya.

2.4.4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Menurut Depkes RI, 2011, fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan

atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan dan setelah itu

diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil. Dalam

pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator dapat meminta bantuan narasumber

untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Nara sumber adalah tenaga

kesehatan yang mempunyai keahlian di bidang tertentu untuk mendukung

kelas ibu hamil.

Sarana dan prasarana untuk kegiatan Kelas ibu Hamil :

Ruang belajar berkapasitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4 x 5 m,

dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup.

Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, bolpoin) jika ada

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Lembar balik kelas ibu hamil

Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil

Buku pegangan fasilitator

Alat peraga (Keluarga Berencana kit, food model, boneka, metode

kanguru, dll) jika ada

Tikar / matras jika ada

Bantal jika ada

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

23

2.4.5.Tahapan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Beberapa tahapan yang dilakukan untuk melaksanakan kelas ibu hamil :

Pelatihan bagi pelatih

Pelatihan bagi fasilitator

Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh masyarakat dan

stake holder

Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil

Pelaksanaan kelas ibu hamil

Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2.4.6. Kegiatan PelaksanaanMateri Kelas Ibu Hamil

a. Analisa Singkat

Melakukan analisa kebutuhan sebelum melaksanakan kelas ibu

hamil bertujuan untuk mengetahui kebutuhan apa yang diperlukan untuk

menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan kelas ibu

hamil.

b. Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama hamil

atau sesuai dengan hasil kesepakatan fasilitator dengan peserta. Pada

setiap pertemuan, materi kelas ibu hamil disampaikan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi

pokok. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa

dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120

menit termasuk senam hamil 15 - 20 menit (Depkes RI, 2011).

2.4.7.Materi Kelas Ibu Hamil

2.4.7.1.Pertemuan I

a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan.

- Apa itu kehamilan?

- Perubahan tubuh ibu selama kehamilan

- Apa saja yang perlu dilakukan ibu

- Pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk

mencegah anemia.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

24

b. Perawatan Kehamilan

- Kesiapan psikologis menghadapi kehamilan.

- Hubungan suami isteri selama kehamilan.

- Obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil.

- Tanda - tanda bahaya kehamilan

- Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

2.4.7.2.Pertemuan II

a. Persalinan

Tanda - tanda persalinan

Tanda bahaya pada persalinan

Proses persalinan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

b. Perawatan Nifas

Apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui eksklusif?

Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas?

Tanda - tanda bahaya nifas

Keluarga Berencana (KB) post partum

2.4.7.3.Pertemuan III

a. Perawatan Bayi baru lahir

Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemberian Vitamin K injeksi pada BBL

Tanda bahaya BBL

Pengamatan perkembangan bayi/anak

Pemberian imunisasi pada BBL

b. Mitos

Penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan

ibu dan anak.

c. Penyakit menular

d. Akte kelahiran

2.4.8. Monitoring dan Evaluasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

25

2.4.8.1.Monitoring

Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan

pencapaian serta masalah dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil

monitoring dapat dijadikan bahan untuk perbaikan dan pengembangan

kelas ibu hamil selanjutnya. Kegiatan monitoring dilakukan secara berkala

dan berjenjang mulai dari tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten / Kota dan

Provinsi (Depkes RI, 2011).

2.4.8.2.Evaluasi

Menurut Depkes RI, 2011, evaluasi dilakukan untuk melihat

keluaran dan dampak baik positif maupun negatif pelaksanaan kelas ibu

hamil berdasarkan indikator. Dari hasil evaluasi tersebut bisa dijadikan

sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan dan pengembang-

an kelas ibu hamil berikutnya.

2.4.7.3.Indikator Keberhasilan

Indikator Input

1. Presentase petugas kesehatan sebagai fasilitator kelas ibu hamil

2. Presentase ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil

3. Presentase suami/anggota keluarga yang hadir mengikuti kelas

ibu hamil

4. Presentase kader yang terlibat dalam penyelenggaraan kelas ibu

hamil.

Indikator Proses

1. Fasilitator : manajemen waktu, penggunaan variasi metode

pembelajaran, bahasan penyampaian, penggunaan alat bantu,

kemampuan melibatkan peserta, informasi Buku Kesehatan Ibu

dan Anak (KIA).

2. Peserta : fekuensi kehadiran, keaktifan bertanya dan berdiskusi

3. Penyelenggaraan : tempat, sarana, waktu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

26

Indikator Output

1. Presentase peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

2. Presentase ibu yang datang pada pemeriksaan ke 4 pada usia

kandungan 8 – 9 bulan (K4).

3. Presentase ibu/keluarga yang telah memiliki (Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

4. Presentase ibu yang datang untuk mendapatkan tablet besi

5. Presentase ibu yang telah membuat pilihan bersalin dengan

tenaga kesehatan.

6. Presentase Kunjungan Neonatal (KN).

7. Presentase Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

8. Presentase kader dalam keterlibatan penyelenggaraan

2.5. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka TeoriEfektifitas Program Kelas Ibu hamil terhadap kepatuhan konsumsi tablet besi,

tingkat kecukupan zat besi, dan kadar hemoglobin ibu hamilSumber : Modifikasi Depkes RI (2011), Indreswari (2008) dan Rahmawati (2012)

ProgramKelas Ibu Hamil

Faktor-faktor yangmempengaruhi kepatuhan ibuhamil : Pengetahuan Sikap Motivasi Perilaku :

1.Faktor Predisposisi2.Faktor Pendukung3.Faktor Pendorong

Efek samping TabletBesi

KadarHemoglobin

Tingkatkecukupan

zat besi

Kepatuhankonsumsitablet besi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Konsumsi …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-sripujanin... · TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan ... sikap, kepercayaan, keyakinan,

27

2.6. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis

Hipotesis penelitian :

1. Program kelas ibu hamil dapat meningkatkan kepatuhan konsumsi tablet

besi ibu hamil di Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus.

2. Program kelas ibu hamil dapat meningkatkan tingkat kecukupan zat besi

ibu hamil di Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus.

3. Program kelas ibu hamil dapat meningkatkan kadar hemoglobin ibu

hamil di Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus.

4. Program kelas ibu hamil lebih efektif terhadap kepatuhan konsumsi tablet

besi, tingkat kecukupan zat besi dan kadar hemoglobin ibu hamil di

Puskesmas Purwosari Kabupaten Kudus

Kepatuhan konsumsitablet besi

Program Kelas IbuHamil

Tingkat kecukupanzat besi

Kadar hemoglobinibu hamil